Anda di halaman 1dari 18

TUGAS MAKALAH

GIZI DAN LANSIA

NAMA : ASTIN A.D ABIDI


NIM : 502180011
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. bahwa saya telah menyelesaikan tugas


Makalah mengenai Gizi dan lansia. makalah ini saya tulis berdasarkan hasil pencarian saya dari
beberapa sumber. Makalah ini di harapkan cukup untuk memberikan pengertian mengenai gizi
dan lansia
Sudah tentu makalah ini masih jauh dari sempurna dan juga masih banyak
kekurangannya. Maka saran, petunjuk  pengarahan, dan bimbingan dari berbagai pihak sangat
saya harapkan.
Semoga makalah ini mendapat Ridho dari Allah SWT, dan bisa bermanfaat bagi kita
semua.

gorontalo , Januari 2019

Astin A.D abidi


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Setiap mahluk hidup membutuhkan makanan untuk mempertahankan kehidupannya,


karena didalam makanan terdapat zat-zat gizi yang dibutuhkan tubuh untuk melakukan kegiatan
metabolismenya. apabiala seseorang berhasil mencapai usia lanjut, maka salah satu upaya utama
adalah mempertahankan atau membawa status gizi yang bersangkutan pada kondisi optimum
agar kualitas hidupan yang bersangkutan tetap baik. Perubahan ststua gizi pada lansia disebabkan
perubahan lingkungan maupun kondisi kesehatan.

Perubahan ini akan makin nyata pada kurun usia dekade 70-an. Faktor lingkunagn antara
lain meliputi perubahan kondisi sosial ekonomi yang terjadi akibat memasuki masa pensiun dan
isolasi sosial berupa hidup sendiri setelah pasangannya meninggal. Faktor kesehatan yang
berperan dalan perubahan status gizi antara lain adalah naiknya insidensi penyakit degenerasi
maupun non-degenerasi yang berakibat dengan perubahan dalam asupan makanan, perubahan
dalam absorpsi dan utilisasi zat-zat gizi di tingkat jaringan, dan beberapa kasusu dapat
disebabkan oleh obat-obat tertentu yang harus diminim para lansia oleh karena penyakit yang
sedang dideritanya.

Bagi lansia pemenuhan kebutuhan gizi yang diberikan dengan baik dapat membantu dalam
proses beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang dialaminya selain
itu dapat menjaga kelangsungan pergantian sel-sel tubuh sehingga dapat memperpanjang usia.
Kebutuhan kalori pada lansia berkurang karena berkurangnya kalori dasar dari kebutuhan fisik.
Kalori dasar adalah kalori yang dibutuhkan untuk malakukan kegiatan tubuh dalam keadaan
istirahat, misalnya untuk jantung, usus, pernafasan dan ginjal.

B.     Rumusan Masalah


1.     Apa pengertian gizi pada lansia ?
2.     Apa saja perubahan yang dapat terjadi pada lansia ?
3.     Apa saja keadaan gizi lansia ?
4.     Apa saja pemantauan status gizi pada lansia ?
5.     Apa saja pedoman umum gizi seimbang untu lansia ?
6.     Apa saja kebutuhan gizi pada lansia ?
7.   Apa saja factor-faktor yang mempengaruhi gizi pada lansia ?
8.     Apa saja sajian lengkap gizi bagi lansia ?
C.    Tujuan
1.     Untuk mengetahui apa defenisi gizi pada lansia
2.     Untuk mengetahui apa saja yang terjadi pada lansia
3.     Untuk mengetahui apa saja keadaan gizi pada lansia
4.     Untuk mengetahui apa pemantauan status gizi pada lansia
5.     Untuk mengetahui apa pedoman umum gizi seimbang pada lansia
6.     Untuk mengetahui apa kebutuhan gizi pada lansia
7.   Untuk mengetahui apa factor-faktor yang mempengaruhi gizi pada lansia
8.     Untuk mengetahui apa sajian lengkap pada lansia
9.     Untuk mengetahui apa program pemerintah dalam menurunkan angka penderita Obesitas
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian gizi pada lansia


Gizi pada lansia adalah pemenuhan kebutuhan gizi yang diberikan dengan baik yang dapat
membantu dalam proses beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan
yang dialaminya selain itu dapat menjaga kelangsungan pergantian sel-sel tubuh sehingga
dapat memperpanjang usia
2.
A. Perubahan Yang Dapat Terjadi Pada Lansia

Gangguan gizi yang dapat muncul pada usia lanjut dapat berbentuk gizi kurang maupun
gizi lebih. Gangguan ini dapat menyebabkan munculnya penyakit atau terjadi sebagi akibat
adanya penyakit tertentu. Oleh karena itu langkah pertama yang harus dilakukan adalah
menetukan terlebih dahulu ada tidaknya gangguan gizi, mengevaluasi faktor-faktor yang
berhubungan dengan gangguan gizi serta merencakan bagaimana gangguan gizi tersebut dapat
diperbaiki

a. Perubahan anatomi dan fisiologi

Menua (aging) meruakan proses normal yang dimulai sejak konsepsi dan berakhir
saat kematian. Selam periode pertumbuhan, proses anabolisma melampaui proses
katabolisma. Pada saat tubuh sudah mencapai tingkat kematangan fisiologik, kecepatan
katabolisma atau proses degenerasi lebih besr daripada kecepatan proses regenerasi sel
(anabolisma). Akibat yang timbul adalah hilangnya sel-sel yang berdampak dalam bentuk
penurunan efisiensi dan gangguan fungsi organ(Whitney, Catalgo, Rolfes, 1987;
Prodrabky, 1992). Dengan demikian menua ditandai dengan kehilangan secara progresif
lean body mass (jaringan aktif tubuh) dan perubahan-perubahan di semua system di
dalam tubuh manusia. Berikut ini adalah perubahan fisiologik yang berhubungan dan
mempengaruhi status gizi lansia.

b. Alat indera

Indera pengecap, pencium dan penglihatan menurun yang akan secara langsung
dan tak langsung mempengaruhi nafsu makan dan asuapan makanan. Papila pengecap
mulai mengalami atrofi pada usia 50 tahun, dari jumlah 245 pada anak menjadi hanya 88
pada usia 74-85 tahun. Terjadi penurunan sensitifitas terhadap rasa manis dan asin. Selain
itu muncul glossodyna atau nyeri pada lidah.

c. Saluran cerna/digestif

Terjadi perubahan-perubahan pada kemampuan disgesti dan absorbsi yang terjadi


sebagai akibat hilangnya opioid endogen dan efek berlebihan dari kolesistokin. Akibat
yang muncul adalah anoreksia. Penyakit periodonsia dan gigi palsu yang tidak tepat akan
makin memberikan rasa sakit dan tak nyaman saat mengunyah. Selain itu sekresi ludah
juga menurun hingga terjadi gangguan pengunyahan dan penelanan. Hipoklorhidria yang
terjadi oleh karena berkurangnya sel-sel parietal mukosa lambung akan mengakibatkan
penurunan absorpsi kalsium dan non-hem-iron.

Terjadi pula overgrowth bakteri yang akan menurunkan bioavailability B12, malabsorbsi
lemak, fungsi asam empedu yang menurun dan diare. Selain itu terjadi penurunan
motilitas usus, hiungga terjadi konstipasi.

d. Metabolisma

Pada lansia dapat terjadi penurunan toleransi glukosa yang akan mengakibatkan
kenaikan glukosa di dalam plasma sekitar 1,5 mg/dl untuk tiap dekade umur. Hal ini
terjadi mungkin karena penurunan produksi insulin atau karena respon jaringan terhadp
insulin yng menurun. Metabolisma basal (BM) menurun sekitar 20% antara usia 30-90
tahun. Hal ini terjadi karena berkurangnya lean body mass pada lansia.

e. Ginjal

Fungsi ginjal menurun sekitar 50 % antara usia 30-80 tahun. Reaksi respon asam basa
terhadap perubahan-perubahan metabolik melambat. Pembuangan sisa-sia metabolisma
protein dan elektolit yang harus dilakukan ginjal akan merupakan beban tersendiri.

f. Fungsi jaringan

Pada usia sekitar 75 tahun, maka prosentsenya fungsi jaringan yang tertinggal
adalah 82 % untuk cairan/air tubuh, 56% glomerulus, 63 % serat syaraf, 36 % taste buds
dan 56 % berat otak.

B. Keadaan Gizi Lansia


a. definisi lansia
 Manusia lanjut usia à mereka yang telah berumur 65 tahun ke atas. Durmin (1992)
membagi lansia menjadi young elderly (65 – 74 tahun) dan older elderly (75
tahun)
 Munro dkk.,(1987) mengelompokkan older elderly ke dalam 2 bagian, yaitu usia
75 – 84 tahun dan 85 tahun
 Di Indonesia, M. Alwi Dahlan menyatakan bahwa orang dikatakan lansia jika
telah berumur di atas 60 tahun
b. kekurangan dan kelebihan gizi pada lansia

Terjadi kekurangan gizi pada lansia oleh karena sebab-sebab yang bersifat primer
maupaun sekunder. Sebab-sebab primer meliputi ketidaktahuan isolasi sosial, hidup
seorang diri, baru kehilangan pasangan hidup, gangguan fisik, gangguan indrera,
gangguan mental, kemiskinan dan iatrogenik. Sebab-sebab sekunder meliputi gangguan
nafsu makan/selera, gangguan mengunyah, malabsorpsi, obat-obatan, peningkatan
kebutuhan zat gizi serta alkoholisme. Ketidaktahuan dapat dibawa sejak kecil atau
disebabkan olah pendidikan yang sangat terbatas. Isolasi sosial terjadi pada lansia yang
hidup sendirian, yang kehilangan gairah hidup dan tidak ada keinginan untuk masak.

Gangguan fisik terjai pada lansia yang mengalami hemiparese/hemiplegia, artritis


dan ganggun mata. Gangguan mental terjadi pada lansia yang dement dan mengalami
depresi. Kondisi iatrogenik dapat terjadi pada lansia yang mendapat diet lambung untuk
jangka waktu lama, hingga terjadi kekurangan vitamin C. selanjutnya gangguan selera,
megunyah dan malabsorbsi terjadi sebagi akibat penurunan fungsi alat pencernaan dan
pancaindera, sebagai akibat penyakit berat tertentu, pasca operasi, ikemik dinding perut
dan sensitifitas yang meningkat terhadap bahan makanan tertentu seperti lombok, santan,
lemak dan tepung ber ’gluten’(misalnya ketan). Kebutuhan yang meningkat terjadi pada
lansia yang mengalami keseimbangan nitrogen negatif dan katabolisme protien yang
terjadi pada mereka yang harus berbaring di tempat tidur untuk jangka waktu lma dan
yang mengalami panas yang tinggi.

Kondisi kekurangan gizi pada lansia dapat terbentuk KKP(kurang kalori protein)
kronik, baik ringan sedang maupun berat. Keadaan ini dapat dilihat dengan mudah
melalui penampilanumum, yakni adanya kekurusan dan rendahnya BB seorang lansia
dibanding dengan baku yang ada. Kekurangan zat gizi laing yang banyak muncul adalah
defisiensi besi dalam bentuk anemia gizi, defisiensi B1 dan B12.

Kelebihan gizi pada lansia biasanya berhubungan dengan afluency denga ngaya
hidup pada usia sekitar 50 tahun. Dengan kondisi ekonomi yang membaik dan
tersedianya berbagai makanan siap sji yang enak dan kaya energi. Utamany sumber
lemak, terjadi asupan makan dan zat-zat gizi melebihi kebutuhan tubuh. Keadaan
kelbihan gizi yang dimulai pada awal usia 50 tahun-an ini akan membawa lansia pada
keadaan obesitas dan dapat pula disertai dengan munculnya berbagai penyakit
metabolisme seperti diabetes mellitus dan dislipidemia. Penyakit-penyakit tersebut akan
memerlukan pengelolaan dietetik khusus yang mungkin harus dijalani sepanjang usia
yang masih tersisa.

C. Pemantauan Status Gizi Pada Lansia

Status gizi pada lansia dapat dinilai dengan cara – cara yang baku bagi berbagai
tahapan umur yakni penilaian secara langsung dan tak langsung. Penilaian secara
langsungdilakukan melaui pemeriksaan klinik, antropometrik, biokimia dan biofisik.

Di dalam melakukan pemeriksaan klinik perlu dibedakan tiga kelompok gejala yaitu:

 tanda-tanda yang dianggap mempunyai nilai dalam pemeriksaan gizi


 gejala-gejala yang memerlukan penyelidikan lebih lanjut
 gejala-gejala yang tidak berhubungan dengan gizi

Tanda-tanda yang masuk ke tiga kategori dapat ditemukan di berbagai organ


seperti rambut, lidah, konjungtiva, bibir, kulit, hati, limpa dan sebagainya. Pemeriksaan
antropometrik adalah pengukuran variasi berbagai dimensi fisik dan komposisi tubuh
secara umum pada berbagai tahapan umur dan derajat kesehatan. Pemgukuran yang
dilakukan meliputi berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas dan tebal lemak di
bawah kulit. Semua hasil pengukuran tersebut harus dikontrol terhadap umur dan jenis
kelami. Dalam melakukan interpretasi, digunakan berbagai bahan baku (standard)
internasional maupun nasional seperti baku WHO, NCHC, Havard, dan sebagainya.

Perlu ditekankan disini bahwa pemeriksaan tinggi badan pada lansia dapat
memberikan nilai kesalahan yang cukup bermakna oleh karena telah terjadinya
osteoporosis pada lansia yang akan berakibat pada kompresi tulang-tulang columna
vertebral. Untuk itu para ahli sepakat bahwa sebagai gantinya tinggi badan dapat
dipakai panjang rentang tangan (armspan) dalam penentuan indeks massa tubuh (BMI)
(Rabe, Thamrin, Gross, Salomons, Schultink,1995). Ternyata korelasi koefisien antara
BMI dengan BMA (body mass-armspan) cukup tinggi yaitu 0,83 dan 0,81 untuk wanita
dan untuk pria dengan nilai p-0,001.

Pemeriksaan biokimia dapat dilakukan terhadap berbagai jaringan tubuh, namun


yang paling lazim, mudah dan praktis adalah darah dan urine. Zat-zat gii tertentu dapat
dievaluasi statusnya melalui pemeriksaan biokimiawi seoerti vitamin A, besi, iodium
protein dan sebagainya.Pemeriksaan biofisik dilakuakan misalnya terhadap tulang untuk
menilai derajat osteoporosis, jantung untuk kecurigaan beri-beri dan smear terhadap
mukosa organ tertentu.

Penimbangan Berat Badan

a. Penimbangan BB dilakukan secara teratur minimal 1 minggu sekali, waspadai


peningkatan BB atau penurunan BB lebih dari 0.5 Kg/minggu. Peningkatan BB lebih
dari 0.5 Kg dalam 1 minggu beresiko terhadap kelebihan berat badan dan penurunan
berat badan lebih dari 0.5 Kg /minggu menunjukkan kekurangan berat badan.
b. Menghitung berat badan ideal pada dewasa :

Rumus : Berat badan ideal = 0.9 x (TB dalam cm – 100)

Catatan untuk wanita dengan TB kurang dari 150 cm dan pria dengan TB kurang dari 160
cm, digunakan rumus :

Berat badan ideal = TB dalam cm – 100

Jika BB lebih dari ideal artinya gizi berlebih Jika BB kurang dari ideal artinya gizi kurang

D. Pedoman Umum Gizi Seimbang Untuk Lansia

Khusus untuk Indonesia, Departemen Kesehatan telah menerbitkan Pedman


Umum Gizi Seimbang (PUGS) (DepKes, 1995) yang berisi 13 pesan dasar gizi seimbang
bagi lansia dengan dasar PUGS dan dengan memeprtimbangkan pengurangan berbagai
resiko pentyakit degenerasi yang dihadapi para lansia.

1. Makanlah aneka ragam makanan


2. Makanlah sumber karbohidrat kompleks (serealia dan umbi)

3. Batasi minyak dan lemak secar berlebihan

4. Makanlah sumber zat besi secara bergantian antara sumber hewani dan nabati.

5. Minumlah air yang bersih, aman, dan cukup jumlahnya dan telah didihkan.

6. Kurangi konsumsi makanan jajanan dan minuman yang tinggi gula murni dan lemak.

7. Perbanyak frekuensi makanhewani laut dalam menu harian.

8. Gunakanlah garam berodium, namaun batasilah penggunaan garam secar berlebihan,


kurangi konsumsi makanan dengan pengawaet

E. Kebutuhan Gizi Pada Lansia


1. Kalori

Kebutuhan akan kalori menurun sejalan dengan pertambahan usia, karena metabolisme
seluruh sel dan kegiatan otot berkurang

2. Protein

Gersovitz (1982) menganjurkan asupan protein sebesar 1,0 g/kg berat badan/hari untuk
mempertahankan keseimbangan protein, Kebutuhan akan protein meningkat sebagai
tanggapan atas stress fisiologis seperti infeksi, luka baker, patah tulang dan pembedahan

3. Karbohidrat

Karbohidrat yang dianjurkan untuk dikonsumsi adalah sekitar 55 – 60% dari kalori total

4. Lemak

Asupan lemak dibatasi, batas maksimal 20 – 25% dari energi total. Kelebihan dan
kekurangan lemak diwujudkan dalam bentuk kadar kolesterol darah

5. Serat

Salah satu gangguan yang seringkali dikeluhkan oleh lansia adalah sembelit Gangguan ini
akan timbul manakala frekuensi pergerakan usus berkurang, yang akhirnya
memperpanjang masa transit tinja,hal ini terjadi karena kelemahan tonus otot dinding
saluran cerna akibat penuaan (kegiatan fisik berkurang) serta reduksi asupan cairan dan
serat

6. Vitamin

Meskipun tampak sehat, kekurangan sebagian vitamin dan mineral tetap berlangsung
pada lansia, dianjurkan untuk meningkatkan asupan vitamin B6, B12, vitamin D dan
asam folat.
F. Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Gizi Pada Lansia

1.   Berkurangnya kemampuan mencerna makanan akibat kerusakan gigi atau ompong.

2.   Berkurangnya indera pengecapan mengakibatkan penurunan terhadap cita rasa manis,
asin, asam, dan pahit.

3.   Esophagus/kerongkongan mengalami pelebaran.

4.   Rasa lapar menurun, asam lambung menurun.

5.   Gerakan usus atau gerak peristaltic lemah dan biasanya menimbulkan konstipasi.

6.   Penyerapan makanan di usus menurun.

G. Sajian Lengkap Gizi Bagi Lansia

Kecukupan makanan sehat sangat penting bagi para usia lanjut. Orang yang
berusia 70 tahun, kebutuhan gizinya sama dengan saat berumur 50-an. Sayangnya, nafsu
makan mereka cenderung terus menurun. Karena itu, harus terus diupayakan konsumsi
makanan penuh gizi. Bertambahnya usia menyebabkan indra rasa menurun. Sebagai
kompensasi, banyak orang lanjut usia (lansia) memilih makanan yang rasanya sangat
manis atau asin. Padahal, penambahan gula hanya memberikan kalori kosong (tidak ada
nilai gizinya), sedangkan garam dapat meningkatkan tekanan darah.

Indra pencium dan penglihatan juga terganggu, sehingga mengakibatkan


pemilihan makanan yang berbau tajam atau minat terhadap makanan menurun.
Perubahan emosi karena depresi dan kesepian juga membuat nafsu makan menurun. 
Masalah gigi sering dialami lansia, seperti gigi tanggal, gigi berlubang, dan gigi palsu
yang tidak nyaman. Kesemuanya ini berisiko menimbulkan kurang gizi.

Nutrisi dan Mineral Yang Dapat Meningkatkan Sistem Imun Orang Tua

Nutrisi dan mineral-mineral yang dapat meningkatkan sistem imun orang tua antara lain
(Dickinson A, 2002) :

1. Beta-glucan.

Adalah sejenis gula kompleks (polisakarida) yang diperoleh dari dinding sel ragi roti,
gandum, jamur (maitake). Hasil beberapa studi menunjukkan bahwa beta glucan dapat
mengaktifkan sel darah putih (makrofag dan neutrofil).

2. Hormon DHEA.

Studi menggambarkan hubungan signifikan antara DHEA dengan aktivasi fungsi imun
pada kelompok orang tua yang diberikan DHEA level tinggi dan rendah. Juga wanita
menopause mengalami peningkatan fungsi imun dalam waktu 3 minggu setelah diberikan
DHEA.

3. Protein: arginin dan glutamin.


Efektif dalam memelihara fungsi imun tubuh dan penurunan infeksi pasca-pembedahan.
Arginin mempengaruhi fungsi sel T, penyembuhan luka, pertumbuhan tumor, dans ekresi
hormon prolaktin, insulin, growth hormon. Glutamin, asam amino semi esensial
berfungsi sebagai bahan bakar dalam merangsang limfosit dan makrofag, meningkatkan
fungsi sel T dan neutrofil.

4. Lemak
Defisiensi asam linoleat (asam lemak omega 6) menekan respons antibodi, dan kelebihan
intake asam linoleat menghilangkan fungsi sel T. Konsumsi tinggi asam lemak omega 3
dapat menurunkan sel  helper, produksi cytokine.
5. Yoghurt yang mengandung Lactobacillus acidophilus dan probiotik lain.

Meningkatkan aktivitas sel darah putih sehingga menurunkan penyakit kanker, infeksi
usus dan lambung, dan beberapa reaksi alergi.

6. Mikronutrien (vitamin dan mineral).

Vitamin yang berperan penting dalam memelihara system imun tubuh orang tua adalah
vitamin A, C, D, E, B6, dan B12. Mineral yang mempengaruhi kekebalan tubuh adalah
Zn, Fe, Cu, asam folat, dan Se.

7. Zinc.

Menurunkan gejala dan lama penyakit influenza. Secara tidak langsung mempengaruhi
fungsi imun melalui peran sebagai faktor dalam pembentukan DNA, RNA, dan protein
sehingga meningkatkan pembelahan sellular. Defisiensi Zn secara langsung menurunkan
produksi limfosit T, respons limfosit T untuk stimulasi atau rangsangan, dan produksi IL-
2.

8. Lycopene.

Meningkatkan konsentrasi sel Natural Killer (NK)

9. Asam Folat

Meningkatkan sistem imun pada kelompok lansia. Studi di Canada pada sekelompok
hewan tikus melalui pemberian asam folate dapat meningkatkan distribusi sel T dan
respons mitogen (pembelahan sel untuk meningkatkan respons imun). Studi terbaru
menunjukkan intake asam folat yang tinggi mungkin meningkatkan memori populasi
lansia (Daniels S, 2002).

10.   Vitamin E

Melindungi sel dari degenerasi yang terjadi pada proses penuaan. Studi yang dilakukan
oleh Simin Meydani, PhD. di Boston menyimpulkan bahwa vitamin E dapat membantu
peningkatan respons imun pada penduduk lanjut usia. Vitamin E adalah antioksidan
yang melindungi sel dan jaringan dari kerusakan secara bertahap akibat oksidasi yang
berlebihan. Akibat penuaan pada respons imun adalah oksidatif secara alamiah sehingga
harus dimodulasi oleh vitamin E (Murray F, 1991).

11. Vitamin C.

Meningkatkan level interferon dan aktivitas sel imun pada orang tua, meningkatkan
aktivitas limfosit dan makrofag, serta memperbaiki migrasi dan mobilitas leukosit dari
serangan infeksi virus, contohnya virus influenzae.

12. Vitamin A.

Berperan penting dalam imunitas nonspesifik melalui proses pematangan sel-sel T dan
merangsang fungsi sel T untuk melawan antigen asing, menolong mukosa membran
termasuk paruparu dari invasi mikroorganisme, menghasilkan mukus sebagai antibodi
tertentu seperti: leukosit, air, epitel, dan garam organik, serta menurunkan mortalitas
campak dan diare. Beta karoten (prekursor vitamin A) meningkatkan jumlah monosit, dan
mungkin berkontribusi terhadap sitotoksik sel T, sel B, monosit, dan makrofag.
Gabungan/kombinasi vitamin A, C, dan E secara signifikan memperbaiki jumlah dan
aktivitas sel imun pada orang tua. Hal itu didukung oleh studi yang dilakukan di Perancis
terhadap penghuni panti wreda tahun 1997. Mereka yang diberikan suplementasi
multivitamin (A, C, dan E) memiliki infeksi pernapasan dan urogenital lebih rendah
daripada kelompok yang hanya diberikan plasebo.

13. Vitamin D.

Menghambat respons limfosit Th-1.

14. Kelompok Vitamin B.

Terlibat dengan enzim yang membuat konstituen sistem imun. Pada penderita anemia
defisiensi vitamin B12 mengalami penurunan sel darah putih dikaitkan dengan fungsi
imun. Setelah diberikan suplementasi vitamin B12, terdapat peningkatan jumlah sel darah
putih. Defisiensi vitamin B12 pada orang tua disebabkan oleh menurunnya produksi sel
parietal yang penting bagi absorpsi vitamin B12. Pemberian vitamin B6 (koenzim) pada
orang tua dapat memperbaiki respons limfosit yang menyerang sistem imun, berperan
penting dalam produksi protein dan asam nukleat. Defisiensi vitamin B6 menimbulkan
atrofi pada jaringan limfoid sehingga merusak fungsi limfoid dan merusak sintesis asam
nukleat, serta menurunnya pembentukan antibodi dan imunitas
sellular.                                 

A. Menu Sehat Bagi Lansia

Perencanaan Makanan untuk Lansia

1. Makanan harus mengandung zat gizi dari makanan yang beraneka ragam, yang terdiri
dari : zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur.
2. Perlu diperhatikan porsi makanan, jangan terlalu kenyang. Porsi makan hendaknya
diatur merata dalam satu hari sehingga dapat makan lebih sering dengan porsi yang
kecil.

Contoh menu :

Pagi : Bubur ayam

Jam 10.00 : Roti

Siang : Nasi, pindang telur, sup, pepaya

Jam 16.00 : Nagasari

Malam : Nasi, sayur bayam, tempe goreng, pepes ikan, pisang

3. Banyak minum dan kurangi garam, dengan banyak minum dapat memperlancar
pengeluaran sisa makanan, dan menghindari makanan yang terlalu asin akan
memperingan kerja ginjal serta mencegah kemungkinan terjadinya darah tinggi.
4. Batasi makanan yang manis-manis atau gula, minyak dan makanan yang berlemak
seperti santan, mentega dll.
5. Bagi pasien lansia yang proses penuaannya sudah lebih lanjut perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut : Memakan makanan yang mudah dicerna, menghindari makanan yang
terlalu manis, gurih, dan goring-gorengan, bila kesulitan mengunyah karena gigi rusak
atau gigi palsu kurang baik, makanan harus lunak/lembek atau dicincang, makan dalam
porsi kecil tetapi sering, makanan selingan atau snack, susu, buah, dan sari buah
sebaiknya diberikan.
6. Batasi minum kopi atau teh, boleh diberikan tetapi harus diencerkan sebab berguna pula
untuk merangsang gerakan usus dan menambah nafsu makan.
7. Makanan mengandung zat besi seperti : kacang-kacangan, hati, telur, daging rendah
lemak, bayam, dan sayuran hijau.
8. Lebih dianjurkan untuk mengolah makanan dengan cara dikukus, direbus, atau
dipanggang kurangi makanan yang digoreng.

Berikut ini adalah beberapa tips perencanaan makanan untuk usia lanjut :

1. Kebutuhan kalori usia lanjut relatif lebih rendah dibandingkan ketika masih muda karena
tingkat aktivitas tubuh yang berkurang. Angka kecukupan gizi yang dianjurkan untuk
usia lanjut di Indonesia adalah 1850 kalori untuk wanita dan 2000 kalori untuk pria.
2. Kurangi konsumsi makanan tinggi kalori untuk menjaga agar berat badan tetap ideal.
3. Konsumsi karbohidrat sehari sekitar 60% dari total kalori. Makanan sumber karbohidrat
adalah nasi, roti,mie, jagung, tepung terigu, kentang pasta, ubi, singkong, dll.Batasi
4. konsumsi karbohidrat sederhana seperti gula pasir, sirup, dll.
5. Dianjurkan untuk mengkonsumsi sumber protein berkualitas baik seperti susu, telur,
ayam tanpa kulit, tempe, dan tahu. Protein yang dikonsumsi sebaiknya berjumlah 15-
20% dari total kalori atau sekitar 40-74 gram sehari.
6. Kebutuhan lemak dalam sehari tidak lebih dari 25% dari total kalori atau sekitar 50 gram
sehari. Hindari makanan yang mengandung lemak jenuh dan kolesterol tinggi seperti
otak, kuning telur, jerohan, daging berlemak, susu penuh (full cream), keju dan mentega.
7. Dianjurkan untuk lebih banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak nabati
atau lemak tidak jenuh, seperti tempe, tahu, minyak jagung, alpukat, dll.
8. Minum air putih 1500-2000 cc (6-8 gelas) sehari
9. Kurangi konsumsi garam, vetsin, dan makanan yang menggunakan pengawet
10. Tingkatkan konsumsi makanan yang mengandung serat. Kebutuhan serat sehari untuk
usia lanjut adalah 25-30 gram. Serat banyak diperoleh dari sayuran dan buah-buahan,
serta biji-bijian seperti kacang.
11. Konsumsi cukup makanan yang mengandung kalsium, seperti susu, tempe, yogurt, dll.
Kalsium penting untuk kesehatan tulang.
12. Usahakan waktu makan teratur. Jadwal makan dapat dibuat lebih sering namun porsi
kecil.
13. Pilihlah makanan yang mudah dikunyah dan mudah dicerna serta hindari makanan yang
terlalu gurih dan manis.
14. Batasi minum kopi atau the dan hindari rokok dan alkohol.

B. Langkah –langkah Hidup Sehat Untuk Lansia

Selain dari makanan untuk menjaga kesehatan, lansia juga perlu beberapa kegiatan
yang harus dilakukan seperti :

1. Olah raga yang teratur dan sesuai

Olah raga usia lanjut tidak perlu berlebihan, patokan olah raga lansia yaitu beban ringan
atau sedang, waktu relatif lama, bersifat aerobik dan atau kalistenik, tidak kompetitif atau
bertanding. Beberapa contoh olah raga yang sesuai dengan batasan tadi adalah jalan kaki,
dengan segala bentuk permainan yang ada unsur jalan kaki misalnya golf, lintas alam,
mendaki bukut, senam dengan faktor kesulitan kecil dan olah raga yang bersifat rekreatif
dapat diberikan.

2. Istirahat, tidur yang cukup

Tidur ini bermanfaat untuk menyimpan energi, meningkatkan immunitas atau kekebalan
tubuh, mempercepat proses penyembuhan penyakit, juga pada saat tidur tubuh
memperbaiki jaringan tubuh yang mengalami kerusakan. Oleh karena itu orang pada
umumnya akan merasa segar setelah istirahat.

3. Menjaga kebersihan

Lansia harus menjaga kebersihan tubuh, kebersihan lingkungan, kebersihan ruangan dan
juga pakaian dimana dia tinggal. Yang termasuk kebersihan tubuh  adalah mandi dua kali
sehari, mencuci tangan sebelum makan atau sesudah mengerjakan sesuatu, sikat gigi
setelah selesai makan, membersihkan kuku dan lubang-lubang (hidung, telinga, pusar, anus
dan organ intim), memakai alas kaki jika keluar rumah dan menggunakan pakaian yang
bersih.

Sedangkan kebersihan lingkungan yakni di halaman rumah, jauh dari sampah dan
genangan air. Di dalam ruangan atau rumah bersih dari debu dan kotoran setiap hari, tutupi
selalu makanan di meja makan. Pakaian, sprei, gorden, karpet, seisi rumah termasuk kamar
mandi dan WC harus dibersihkan secara periodik. Tentu saja hal ini memerlukan bantuan
dari keluarga atau orang yang tinggal bersama Lansia.

4. Memeriksakan kesehatan secara teratur

Pemeriksaan kesehatan berkala dan konsultasi kesehatan merupakan kunci keberhasilan


dari upaya pemeliharaan kesehatan lansia. Walaupun tidak sedang sakit, lansia dianjurakan
untuk memeriksakan kesehatannya secara berkala, agar bila ada penyakit dapat diketahui
lebih dini sehingga pengobatannya lebih mudah dan cepat dan jika ada faktor beresiko
yang menyebabkan penyakit dapat dicegah.

5. Mental dan batin tenang dan seimbang

Yakni dengan lebih dekat kepada Tuhan, menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan, hal
ini akan membuat lebih tenang. Lalu hindari stress, hidup yang penuh dengan tekanan yang
akan merusak kesehatan. Stress juga dapat menyebabkan stroke, penyakit jantung dan
sebagainya. Senyum dan ketawa akan membuat penampilan lebih menarik dan disukai
semua orang. Tertawa membantu memandang hidup dengan positif dan juga terbukti
memiliki kemampuan untuk menyembuhkan. Tertawa juga ampuh untuk mengendalikan
emosi  yang tinggi dan untuk melemaskan otak  dari kelelahan.

6. Rekreasi

Rekreasi untu menghilangkan kelelahan setelah beraktifitas selama seminggu, bisa di


pantai, di taman, atau bersantai bersama keluarga, anak dan cucu, atau teman dan tetangga.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Lanjut usia adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih ( UU 13 tahun 1998 ).
Umur manusia sebagai makluk hidup terbatas oleh suatu peraturan alam, maksimal sekitar enam
kali masa bayi sampai dewasa atau 6 x 20 tahun. Proses menjadi tua disebabkan oleh faktor
biologik yang terdiri dari 3 fase yaitu fase progresif, fase stabil dan fase regresif. Dalam fase
regresif mekanisme lebih ke arah kemunduran yang dimulai dalam sel atau komponen terkecil
dari tubuh manusia. Sel-sel menjadi aus karena lama berfungsi sehingga mengakibatkan
kemunduran yang dominan dibandingkan terjadinya pemulihan. Di dalam struktur anatomik
proses menjadi tua terlihat sebagai kemunduran di dalam sel. Proses ini berlangsung secara
alamiah, terus-menerus dan berkesinambungan, yang selanjutnya akan menyebabkan perubahan
anatomis, fisiologis pada jaringan tubuh dan akhirnya akan mempengaruhi fungsi dan
kemampuan badan secara keseluruhan. Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah
yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa dan
masa tua ( Nugroho, 1992). Tiga tahap ini berbeda baik secara biologis maupun psikologis.
Memasuki masa tua berarti mengalami kemunduran secara fisik maupun psikis. Kemunduran
fisik ditandai dengan kulit yang mengendor, rambut memutih, penurunan pendengaran,
penglihatan memburuk, gerakan lambat, kelainan berbagai fungsi organ vital, sensitifitas
emosional meningkat dan kurang gairah.

B. Kritik dan Saran

Selesainya makalah ini tidak terlepas dari banyaknya kekurangan-kekurangan


pembahasannya dikarenakan oleh berbagai macam faktor keterbatasan waktu waktu, pemikiran
dan pengetahuan kami yang terbatas, oleh karena itu untuk kesempernuan makalah ini kami
sangat membutuhkan saran-saran dan masukan yang bersifat membangun kepada semua
pembaca.

DAFTAR PUSTAKA
Gallo, Joseph.1998. Buku Saku Gerontologi. Jakarta : EGC

http/www. Kebutuhan nutrisi pada lansia.com,, di akses pada hari minggu, jam 11.31.wib.
                     

Anda mungkin juga menyukai