Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh :
FAKULTAS FARMASI
JAKARTA
2020
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat TuhanYang Maha Esa karena dengan rahmat-N
ya kami dapat menyelesaikan tugas makalah Fitokimia 1.Makalah ini yang berjudul “Ekstrak
si Cair-cair”. Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fitokimia 1 yang diberikan kepada
kami oleh Ibu Dr. Tiah Rachmatiah, M.si., Apt.
Kami berharap makalah ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun semua yang me
mbacanya. Semoga laporan makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang memb
acanya. Kami menyadari bahwa dalam laporan ini masih terdapat banyak kekurangan dan
kelemahan baik dalam penyajian materi maupun tata bahasa yang digunakan karena kami
masih dalam tahap pembelajaran. Saran dan kritik kami harapkan untuk dapat lebih
menyempurnakan tugas makalah kami di kemudian hari.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................................................i
Daftar Isi......................................................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................2
1.3 Tujuan..............................................................................................................................2
BAB IV : PENUTUP
4.1 Kesimpulan....................................................................................................................13
4.2 Saran..............................................................................................................................13
Daftar Pustaka.............................................................................................................................14
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
menghasilkan koefisien partisi rendah, ditambah lagi pelarut tersebut banyak larut di
dalam air, sehingga akan sangat merugikan.
TBF dengan rumus (C4H9O)3PO memiliki sifat kimiafisika antara lain viskositas
yang tinggi (=3,56 m.Pa.s pada 25°C) dan massa jenis mendekati satu (=0,98 Kg.dm-3
pada 25°C). Kedua sifat ini akan sangat menyulitkan dalam proses ekstraksi karena akan
sukar untuk pemisahan fasa organik dan fasa airnya, maka untuk mengoptimalkan proses
ekstraksi perlu digunakan pelarut organik tambahan sebagai diluen yang berfungsi untuk
mempermudah proses pemisahan tersebut. Dodekana dengan rumus CH 3(CH2)10CH3 yang
dipilih sebagai diluen dalam penelitian ini didasarkan pada sifatnya yang inert dan tidak
larut dalam air, sehingga tidak merugikan karena kelarutannya dalam fasa air.
1.3 Tujuan
1. Untuk memahami apa itu ektraksi
2. Untuk mengenali macam – macam ekstraksi
3. Untuk mengetahui kriteria pelarut yang digunakan dalam ekstraksi
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Ekstraksi
Ekstraksi adalah pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan atau cairan
dengan bantuan pelarut. Ekstraksi juga merupakan proses pemisahan satu atau lebih
komponen dari suatu campuran homogeny menggunakan pelarut cair (solven) sebagai
separating agen. Pemisahan terjadi atas dasar kemampuan larut yang berbeda dari komponen-
komponen dalam campuran. Contoh ekstraksi pelarut an komponen-komponen kopi dengan
menggunakan air panas dari biji kopi yang telah dibakar atau dinding.
Pemisahan zat-zat terlarut antara dua cairan yang tidak saling mencampur antara lain
menggunakan alat corong pisah. Ada suatu jenis pemisahan lainnya dimana pada satu fase
dapat berulang-ulang dikontakkan dengan fase yang lain, misalnya ekstraksi berulang-ulang
suatu larutan dalam pelarut air dan pelarut organik, dalam hal ini digunakan suatu alat yaitu
ekstraktor sokshlet. Metode sokshlet merupakan metode ekstraksi dari padatan dengan
solvent (pelarut) cair secara kontinu. Alatnya dinamakan sokshlet (ekstraktor sokshlet) yang
digunakan untuk ekstraksi kontinu dari sejumlah kecil bahan Istilah-istilah berikut ini
umumnya digunakan dalam teknik ekstraksi :
1. Bahan ekstraksi : Campuran bahan yang akan di ekstraksi.
2. Pelarut (Media Ekstraksi) : Cairan yang digunakan untuk melangsungkan ekstraksi.
3. Ekstrak : Bahan yang dipisahkan dari bahan ekstraksi.
4. Larutan extrak : pelarut setelah proses pengambilan ekstrak.
5. Rafinat (Residu Ekstraksi) : Bahan ekstraksi setelah di ambil ekstraknya.
6. Ekstraktor : Alat ekstrak
7. Ekstraksi padat – cair : Ekstraksi dari bahannya yang padat.
8. Ekstraksi cair – cair (Ekstraksi dengan pelarut = Solvent Extraction) :Ekstraksi dari
bahan ekstraksi yang cair.
Pada ekstraksi tidak terjadi pemisahan segera dari bahan-bahan yang akan
diperoleh (ekstrak), melainkan mula-mula hanya terjadi pengumpulan ekstrak dalam pelarut.
Ekstraksi akan lebih menguntungkan jika dilaksanakan dalam jumlah tahap yang banyak.
Setiap tahap menggunakan pelarut yang sedikit. Kerugiannya adalah konsentrasi larutan
ekstrak makin lama makin rendah, dan jumlah total pelarut yang dibutuhkan menjadi
besar, sehingga untuk mendapatkan pelarut kembali biayanya menjadi mahal. Semakin kecil
partikel dari bahan ekstraksi, semakin pendek jalan yang harus ditempuh pada
3
perpindahan massa dengan cara difusi, sehingga semakin rendah tahanannya. Pada
ekstraksi bahan padat, tahanan semakin besar jika kapiler-kapiler bahan padat semakin
halus dan jika ekstrak semakin terbungkus di dalam sel (misalnya pada bahan-bahan
alami).
Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk mencapai unjuk kerja ekstraksi atau
kecepatan ekstraksi yang tinggi pada ekstraksi padat-cair, yaitu:
a. Karena perpindahan massa berlangsung pada bidang kontak antara fase padat dan
fase cair, maka bahan itu perlu sekali memiliki permukaan yang seluas mungkin.
b. Kecepatan alir pelarut sedapat mungkin besar dibandingkan dengan laju alir bahan
ekstraksi.
c. Suhu yang lebih tinggi (viskositas pelarut lebih rendah, kelarutan ekstrak lebih
besar) pada umumnya menguntungkan unjuk kerja ekstraksi.
2. Ekstraksi cair – cair
Pada ekstraksi cair-cair, satu komponen bahan atau lebih dari suatu
campuran dipisahkan dengan bantuan pelarut. Ekstraksi cair-cair terutama
digunakan, bila pemisahan campuran dengan cara destilasi tidak mungkin
dilakukan (misalnya karena pembentukan azeotrop atau karena kepekaannya
terhadap panas) atau tidak ekonomis. Seperti ekstraksi padat-cair, ekstraksi
cair-cair selalu terdiri dari sedikitnya dua tahap, yaitu pencampuran secara
intensif bahan ekstraksi dengan pelarut dan pemisahan kedua fase cair itu
sesempurna mungkin. Pada makalah ini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai
ekstraksi cair-cair. Ekstraksi cair-cair (liquid extraction, solvent extraction): solute
dipisahkan dari cairan pembawa (diluen) menggunakan solven cair. Campuran
diluen dan solven ini adalah heterogen ( immiscible, tidak saling campur), jika
4
dipisahkan terdapat 2 fase, yaitu fase diluen (rafinat) dan fase solven
(ekstrak). Perbedaan konsentrasi solute di dalam suatu fasa dengan konsentrasi
pada keadaan setimbang merupakan pendorong terjadinya pelarutan (pelepasan)
solute dari larutan yang ada. Gaya dorong (driving force) yang menyebabkan
terjadinya proses ekstraksi dapat ditentukan dengan mengukur jarak system dari
kondisi setimbang.
Gambar (a) Proses ektraksi cair – cair (b) Aplikasi Ekstraksi cair-cair
Dalam hal yang paling sederhana, bahan ekstraksi yang cair dicampur
berulang kali dengan pelarut segar dalam sebuah tangki pengaduk (sebaiknya dengan
saluran keluar dibagian bawah). Larutan ekstrak yang dihasilkan setiap kali
dipisahkan dengan cara penjernihan (pengaruh gaya berat).
Yang konstruksinya lebih menguntungkan bagi proses pencampuran dan
pemisahan adalah tangki yang bagian bawahnya runcing (yang dilengkapi
dengan perkakas pengaduk, penyalur bawah, maupun kaca Intip yang
tersebar pada seluruh ketinggiannya).
5
Alat tak kontinu yang sederhana seperti itu digunakan misalnya untuk
mengolah bahan dalam jurnlah kecil, atau bila hanya sekali-sekali dilakukan
ekstraksi. Untuk pemisahan yang dapat dipercaya antara fasa berat dan fasa ringan,
sedikit-sedikitnya diperlukan sebuah kaca intip pada saluran keluar di bagian bawah
tangki ekstraksi.
Selain itu penurunan lapisan antar fasa seringkali dikontrol secara elektronik
(dengan perantara alat ukur konduktivitas), secara optik (dengan bantuan detektor
cahaya 289 hatas) atau secara mekanik (dengan pelampung atau benda apung).
Peralatan ini mudah digabungkan dengan komponen pemblokir dan perlengkapan
alarm, yang akan menghentikan aliran keluar dan/atau memberikan alarm, segera
setelah lapisan tersebut melampaui kedudukan tertentu. Agar fasa ringan (yang
kebanyakan terdiri atas pelarut organik) tidak masuk ke dalam saluran pembuangan air,
pencegahan yang lebih baik dapat dilakukan dengan memasang bak penampung (bak
penyangga) dibelakang ekstraktor.
Pada ekstraksi cair-cair, satu komponen bahan atau lebih dari suatu campuran
dipisahkan dengan bantuan pelarut. Proses ini digunakan secara teknis dalam
skala besar misalnya untuk memperoleh vitamin, antibiotika, bahan-bahan penyedap,
produk-produk minyak bumi dan garam-garam logam. Proses ini pun digunakan
untuk membersihkan air limbah dan larutan ekstrak hasil ekstraksi padat cair.
Ekstraksi cair cair terutama digunakan, bila pemisahan campuran dengan cara
destilasi tidak mungkin dilakukan (misalnya karena pembentukan azeotrop atau
karena kepekaannya terhadap panas) atau tidak ekonomis. Seperti halnya pada
proses ekstraksi padat-cair, ekstraksi cair-cair selalu terdiri atas sedikitnya dua tahap,
yaitu pencampuran secara intensif bahan ektraksi dengan pelarut, dan pemisahan
kedua fasa cair itu sesempurna mungkin.
Pada saat pencampuran terjadi perpindahan massa, yaitu ekstrak meninggalkan
pelarut yang pertarna (media pembawa) dan masuk ke dalam pelarut kedua (media
ekstraksi). Sebagai syarat ekstraksi ini, bahan ekstraksi dan pelarut tidak saling
melarut (atau Hanya dalam daerah yang sempit). Agar terjadi perpindahan masa yang
baik yang berarti performansi ekstraksi yang besar haruslah diusahakan agar terjadi
bidang kontak yang seluas mungkin di antara kedua cairan tersebut. Untuk itu salah
satu cairan distribusikan menjadi tetes-tetes kecil (misalnya dengan bantuan
perkakas pengaduk). Tentu saja pendistribusian ini tidak boleh terlalu jauh, karena
6
akan menyebabkan terbentuknya emulsi yang tidak dapat lagi atau sukar sekali
dipisah.
Turbulensi pada saat mencampur tidak perlu terlalu besar. Yang penting
perbedaan konsentrasi sebagai gaya penggerak pada bidang batas tetap ada. Hal ini
berarti bahwa bahan yang telah terlarutkan sedapat mungkin segera disingkirkan dari
bidang batas. Pada saat pemisahan, cairan yang telah terdistribusi menjadi tetes-tetes
hanis menyatu kembali menjadi sebuah fasa homogen dan berdasarkan perbedaan
kerapatan yang cukup besar dapat dipisahkan dari cairan yang lain. Kecepatan
pembentukan fasa homogeny yang diikuti dengan menentukan output sebuah ekstraktor
cair-cair. Kuantitas pemisahan persatuan waktu dalam hal ini semakin besar jika
permukaan lapisan antar fasa di dalam alat semakin luas. Sama haInya seperti pada
ekstraksi padat-cair, alat ekstraksi tak kontinu dan kontinu yang akan dibahas berikut ini
seringkali merupakan bagian dari suatu instalasi lengkap. Instalasi tersebut biasanya
terdiri atas ekstraktor yang sebenarnya (dengan zone-zone pencampuran dan
pemisahan) dan sebuah peralatan yang dihubungkan di belakangnya (misalnya
alat penguap, kolom rektifikasi) untuk mengisolasi ekstrak atau memekatkan larutan
ekstrak dan mengambil kembali pelarut.
Pertimbangan pemakaian proses ekstraksi sebagai proses pemisahan antara lain:
1. Komponen larutan sensitif terhadap pemanasan jika digunakan distilasi meskipun
pada kondisi vakum.
2. Titik didih komponen-komponen dalam campuran berdekatan.
3. Kemudahan menguap (volatility) komponen-komponen hampir sama.
2.3 Untuk mencapai proses ekstraksi cair-cair yang baik, pelarut yang digunakan
harus memenuhi kriteria sebagai berikut (Martunus & Helwani, 2004;2005):
1. Kemampuan tinggi melarutkan komponen zat terlarut di dalam campuran.
2. Kemampuan tinggi untuk diambil kembali.
3. Perbedaan berat jenis antara ekstrak dan rafinat lebih besar
4. Pelarut dan larutan yang akan diekstraksi harus tidak mudah campur.
5. Tidak mudah bereaksi dengan zat yang akan diekstraksi.
6. Tidak merusak alat secara korosi.
7. tidak mudah terbakar, tidak beracun dan harganya relatif murah.
7
Berdasarkan sifat diluen dan solven, sistem ekstraksi dibagi menjadi 2 sistem :
a. immiscible extraction, solven (S) dan diluen (D) tidak saling larut.
b. partially miscible, solven (S) sedikit larut dalam diluen (D) dan sebaliknya ,
meskipun demikian, campuran ini heterogen, jika dipisahkan akan terdapat fase
diluen dan fase solven.
8
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Metode Penelitian
Sesuai dengan batasan konsentrasi dalam sistem ekstraksi cair-cair, asam butirat
yang dipergunakan dalam penelitian ini tidak melebihi 3%. Penelitian ini menggunakan
konsentrasi 0,5% dan 1% dengan asumsi, semakin kecil konsentrasinya akan
mempermudah proses pemisahannya, yaitu dengan melarutkan 5 gram/liter air dan 10
gram/liter air untuk tiap-tiap asam butirat yang dipergunakan. Adapun asam butirat yang
digunakan dalam proses ekstraksi ini adalah asam karboksilat yang mengandung satu
gugus karboksilat (-COOH ).
Untuk mendapatkan harga koefisien partisi yang besar, sebaiknya dipergunakan
pelarut sebanyak mungkin. Namun, karena perhitungan sifat viskositas dan besarnya
massa jenis dari pelarut jenis organo fosfor dalam hal ini adalah TBF dan TEF, akan
dicampur dengan diluennya dengan komposisi persentase (v/v) mulai dari 30% sampai
dengan 80% volume. Sedangkan untuk memfasilitasi secara hidrodinamik proses
ekstraksinya, perlu ditambahkan sedikit pelarut pendamping (diluen), dodekana.
Perbandingan jumlah volume antara pelarut/solvent pada fasa organik dengan zat terlarut/
dilute pada fasa cairnya adalah 1 : 1.
Secara garis besar jalannya penelitian ini dapat dibagi dalam dua tahap yaitu,
tahap pertama ekstraksi dengan menggunakan pelarut Organo fosfor, TBF dengan diluen
dodekana dan tahap berikutnya adalah tahap ekstraksi dengan menggunakan pelarut TEF
dengan diluent dodekana.
A. Proses Ekstraksi dengan Pelarut TBF + Dodekana
50 mL campuran pelarut (TBF) dan diluen (dodekana) ditambah dengan 50 mL
larutan yang berisi asam butirat dalam air, dimasukkan dalam corong pemisah 250
mL dikocok secara kontinyu selama 3 jam dengan mesin pengocok otomatis.
Kemudian didiamkan campuran diatas agar terjadi keseimbangan dan distribusi
pemisahan selama 1–2 jam. Selanjutnya pisahkan fasa cair dengan fasa
organiknya.
Ditimbang 10 gram fasa cair kemudian dititrasi dengan larutan 0,01 N, 0,1 N atau
1N NaOH dengan menggunakan phenolphtaline (PP) sebagai indikatornya.
Sebagai langkah awal penentuan kemampuan ekstraksi, sebelum analisa dengan
HPLC.Kemudian diencerkan fasa cair diatas hingga 100 kali, disiapkan untuk
9
dianalisis dengan HPLC. Dengan jumlah volume yang sama untuk dipersiapkan
analisa dengan IR. Hal yang sama juga dilakukan untuk proses ekstraksi pelarut
TEF + Dodekana. 3
B. Proses Ekstraksi dengan Pelarut TEF + Dodekana
50 ml campuran pelarut (TEF) dan diluent (dodekana) ditambah dengan 50 ml
larutan yang berisi asam butirat dalam air, dimasukkan dalam corong pemisah 250
ml dikocok secara kontinyu selama 3 jam dengan mesin pengocok otomatis.
Kemudian diamkan campuran di atas agar terjadi keseimbangan dan distribusi
pemisahan selama 1–2 jam. Selanjutnya pisahkan fasa cair dengan fasa
organiknya.
Menimbang 10 gram fasa cair kemudian titrasi dengan larutan 0,01 N ; 0,1 N atau
NaOH dengan menggunakan Phenolphtaline (PP) sebagai indikatornya. Sebagai
langkah awal penentuan kemampuan ekstraksi, sebelum analisa dengan HPLC.
Kemudian encerkan fasa cair diatas hingga 100 kali, siapkan untuk dianalisis
dengan HPLC. Dengan jumlah volume yang sama untuk disiapkan analisa IR.
10
hal ini sangat merugikan, karena proses produksinya menjadi tidak ekonomis. Sehingga
penggunaan diluen dalam penelitian ini tetap menggunakan Dodekana, dengan
pertimbangan diluen ini merupakan hidrokarbon alaifatik yang inert dan tidak larut dalam
air (Blumberg, 1988).
Transfer asam-asam karboksilat dari fasa air ke fasa organik sangat dipengaruhi
oleh kekuatan asamnya, untuk asam-asam poli karboksilat besarnya koefisien partisi
sangat tergantung dari harga derajat desosiasi pertamanya. Sedangkan untuk asam butirat
yang merupakan asam lemah mono karboksilat, mengandung gugus fungsional lebih
sedikit daripada asam polikarboksilat dan pH inisial labih kecil dari pKA-nya, maka asam
ini lebih mudah ditarik oleh pelarutnya. (Kertes and King, 1986)(Yang et.al, 1991).
Dari hasil penelitian nampak bahwa semakin tinggi persentase volume TBF dan
TEF akan semakin meningkatkan harga koefisien partisinya. Hal ini bisa diterima,
dikarenakan semakin besar konsentrasi ekstraktan akan menaikkan daya ekstraksinya.
Namun, perlu diingat bahwa, semakin besar konsentrasi pelarut TBF dan TEF, akan
meningkatkan pula viskositas pelarut pada organiknya dan kelarutan dari pelarut tersebut
dalam fasa airnya. Hal ini akan berakibat pada proses dekantasi antara fasa organik dan
fasa air akan makin sulit terpisah, yang akhirnya akan menambah waktu dekantasi
menjadi lebih lama. Dilain pihak dengan menaikkan volume pelarut, akan meningkatkan
biaya operasionalnya, sehinga akan merugikan pihak industri sebagai pengolah limbah.
Untuk itu dalam penilitian ini dibatasi dengan penggunaan pelarut TBF dan TEF hingga
maksimum 80% v/v.
Dari hasil penelitian nampak bahwa besarnya koefisien partisi dari kedua
konsentrasi asam butirat meningkat seiring dengan bertambahnya volume pelarut organik
dalam campuran pelarut dengan diluent (dodekana). Kenaikan tersebut merambat secara
linier sesuai dengan pertambahan jumlah volume pelarutnya. Yaitu, mulai dari 0,06 untuk
5 g/L asam butirat dengan pelarut TBF, 0,05 untuk 5 g/L asam butirat dengan pelarut TEF
dan 0,04 untuk 10 g/L asam butirat dengan pelarut TBF dan 0,03 untuk 10 g/L asam
butirat dengan pelarut TEF pada 30% v/v campuran pelarut organik hingga 0,86 untuk
asam butirat 5g/L asam butirat dengan pelarut TBF dan 0,77 untuk 10 g/L asam butirat
dengan pelarut TEF pada 80% v/v campuran pelarut organiknya. Apabila ditinjau dari
jumlah gugus karboksilat yang dimiliki oleh asam butirat, maka asam ini adalah asam
dengan satu gugus karboksilat. Sedangkan apabila ditinjau dari panjang rantai karbon
yang terikat pada masing-masing pelarut organiknya (TBF dan TEF), disini tampak
bahwa semakin panjang rantai karbon, akan semakin kuat memutus ikatan hidrogen
11
antara asam butirat dengan air. Hal ini dapat dimengerti bahwa dengan bertambahnya
rantai karbon akan meningkatkan kepolaran pelarutnya. Sehingga akan dapat
meningkatkan reaktivitas gugus fosforilnya dan akhirnya akan menghasilkan koefisien
partisi yang lebih besar.
12
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Ekstraksi cair-cair adalah merupakan metode/ cara yang baik untuk memisahkan asam
butirat dari limbah cair industri kelapa sawit, karena bernilai ekonomis dan dapat
membersihkan perairan dari polusi lingkungan.
2. Semakin tinggi persentase volume TBF dan TEF dalam komposisi pelarut organo
fosfor (TEF+Dodekan) akan dapat meningkatkan kemampuan ekstraksi terhadap
asam butirat yang terkandung dalam limbah cair industri kelapa sawit, dengan
kemampuan ekstraks maksimum 53,34% pada konsentrasi 80% V/v TBF dan 52,78
pada 80% V/v TEF. 3. Pelarut TBF ternyata memiliki kemampuan ekstraksi lebih baik
daripada TEF, walaupun selisihnya tidak terlampau besar, baik untuk konsentrasi
asam butirat 5 g/L maupun 10 g/L dalam limbah cair industri kelapa sawit. Hal ini
sesuai dengan mekanisme reaksi dan sifat sebagai pelarut organiknya, yaitu semakin
panjang rantai karbon akan meningkatkan daya ekstraksinya.
4.2 Saran
Demi perkembangan sains dan tekonologi, maka perlu dilakukan inovasi untuk
menemukan pelarut organik yang lebih baik agar dapat meningkatkan lagi daya
ekstraksinya dan mencari pelarut yang lebih murah/ekonomis. Disebabkan kedua jenis
pelarut organik tersebut, disamping harganya sangat mahal, sangat sulit tersedia di
pasaran. Sehingga, untuk penggunaan dalam jumlah besar (Skala Industri) akan terasa
cukup membebani biaya produksi nya. Walaupun asam asam organik hasil ekstraksi ini
dapat dimurnikan dan dijual dengan harga tinggi, sehingga dapat menutupi biaya
pengolahan limbahnya.
13
DAFTAR PUSTAKA
1. Achour, J., Malmary, G., Putranto, A., Molinier, J. 1994. Liquid-liquid Equilibria of
Lactic Acid between Water and Tris (6-methylheptyl)amine and Tributyl Phosphate in
various Diluents. J. Chem. Eng. Data. 39. 711-713
2. Coeure., Pierlas R., Frignet G. 1965. In Extraction Liquid-Liquid. Transfers Of Materials.
4-7.
3. Duarte, M.M.L., Lozar J., Malmary G., Molinier J.. 1989. J. Chem.Eng.Data. 34, 43-45
4. Faizal, M. 1994. Recupération et Separation des acides oxalique et formique par
Extraction Liquid - Liquid. Thèse de Doctorat de l’Institut National Polytechnique de
Toulouse
5. Harjo, R. 2007. Hidrolisis Minyak kelapa sawit mentah dengan katalis HCl dan H-Zeolit.
Skripsi. Kimia-FMIPA-Unib
6. Juang, R.S., Huang, R.H. 1997. J. Chem. Eng. 65, 47- 53
7. Kertes, A.S., King, C.J. 1986. Biotechno. .Bioeng. 28, 269-282
8. King, C.J., Poole, L.J. 1991. Regenration of Carboxylic acid-amine extracts by back-
extraction with anorganic solution of volatile amine. Ind. Eng. Chem. Res. 30, 923-929
9. King, C. J. 1993. Advance in separation techniques recovery of polar organics from
aqueous solution. 11 th International Congres of Chemical Engineering. Chisa Praha.
Paper. p1062
10. Kirsch, T., Maurer, G. 1993.. J .Fluid. Phase. Equilibri. 131, 213-231
11. Malmary, G., Albet, J., Putranto, A., Hafida, H., Molinier, J. 1998. Measurement of
Partition Coefficients of Carboxylic Acids between Water and Triisooctyl Amine
Dissolved in Various Diluents. J. Chem. Eng. Data. 43, 849-851
12. Malmary, G., Albet, J., Putranto, A., Hafida, H., Molinier, J. 2000. Recovery of Aconitic
and Lactic acids from simulated aqueous effluents of the sugarcane industry through
liquid-liquid extraction. J. Chem.Technol Biotechnol. 75, 1-5
13. Smagge, F. 1991. Separation des acides tartrique et malique par extraction Liquid-liquid
Valorisation et Depollution des effluents viti-vinicoles. Thèse de Doctorat de l’Institut
National Polytechnique de Toulouse
14. Tamada, J.A., King, CJ. 1990. Ind. Eng. Chem. Res. 29. 1327-1333
15. Wennersten, R. 1980. Proc. Int. Solv. Ext Conf. 2. Paper 80-83
14
15