Anda di halaman 1dari 136

DEMI KEADILAN

DAN KESETARAAN
Dokumentasi Program
Sensitivitas Jender Hakim Agama di Indonesia
DEMI KEADILAN DAN KESETARAAN
Dokumentasi Program Sensitivitas Jender Hakim Agama di Indonesia

Tim Penulis:
Arskal Salim
Euis Nurlaelawati
Lies Marcoes Natsir
Wahdi Sayuti

Layout:
A. Ilham Aufa

Cetakan Pertama, 2009


Diterbitkan oleh PUSKUMHAM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bekerja sama dengan The Asia Foundation

104 hal, xxviii


ISBN : 978-602-95541-0-6

Pusat Studi Konstitusi, Hukum, dan HAM (PUSKUMHAM)


UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat 15412
Ph. +62-21 7493367
Email:puskumham.uinjakarta@gmail.com

ii
Kata Pengantar

B
uku ini merupakan karya akademis yang memotret cara pandang,
sikap dan prilaku hakim agama dari perspektif keadilan jender di be-
berapa wilayah Indonesia. Terbitnya buku ini dimungkinkan berkat
adanya kerjasama dengan berbagai pihak melalui proses interaksi,
dialog dan tukar pikiran yang cukup memakan waktu, tenaga dan bi-
aya. Untuk itu, tim penulis menghaturkan terimakasih kepada semua pihak yang
turut berperan atas lahirnya buku ini.

Pertama-tama, penghargaan disampaikan kepada the Asia Foundation sebagai pi-


hak yang telah memberi dukungan gagasan dan finansial. Secara khusus, terima
kasih disampaikan kepada Dr. Robin Bush, Representative the Asia Foundation,
Dr. Sandra Hamid dan Lies Marcoes MA dari unit Aceh dan Dr. Budhy Mu-
nawar-Rachman, dan Clare Harvey MA dari unit IDEV the Asia Foundation.

Terima kasih serupa kami sampaikan kepada pimpinan dan civitas akademika UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta serta Civitas Akademika UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
dan Lembaga Tinggi Mahkamah Agung terutama Dirjen Badan Peradilan Agama,
Bapak Drs. Wahyu Widiana MA, yang memberikan dukungan penuh iii atas terse-
lenggaranya kegiatan pendokumentasian ini, serta menulis Kata Sambutan yang
menjelaskan di sisi mana manfaat dari buku ini untuk pembelajaran bersama.

iii
Yayasan Putroe Kandee, Banda Aceh, dan Pusat Studi Wanita (PSW) Universitas
Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Yogyakarta adalah dua lembaga mitra the Asia
Foundation yang telah melaksanakan berbagai aktivitas untuk peningkatan sensi-
tivitas jender bagi para hakim dan petugas KUA di beberapa wilayah di Indonesia.
Kedua lembaga tersebut telah memperkenankan kami menggunakan dokumen
dan rekaman hasil kegiatan mereka untuk penulisan buku ini. Untuk itu, kami ber-
terima kasih, terutama rekan-rekan dari PSW UIN Yogyakarta, antara lain: Ema
Marhumah, Ruhaini Dzuhayatin, Waryono Abdul Ghafur, Mohammad Sodik, dan
Muhammad Siswanto. Terimakasih yang sama kami ucapkan pula kepada rekan-
rekan dari Putroe Kandee Aceh: Rosmawardani, Amrina, Muhsina dan Muhammad
Qusai.

Mahkamah Syar’iyah Nanggroe Aceh Darussalam bukan hanya membantu rekrut-


men peserta Focus Group Discussion (FGD) dari beberapa Mahkamah Syar’iyah
kota dan kabupaten, tetapi juga menyediakan dokumen yang sangat penting dalam
proses pendokumentasian ini. Untuk itu, tim penulis menyampaikan terimakasih
masing-masing kepada Drs. H. Soufyan Saleh, SH., Ketua Mahkamah Syar’iyah
NAD periode 2002-2008, dan Drs. H. Saleh Puteh, Ketua Mahkamah Syar’iyah
NAD, ketua Mahkamah Syar’iyah NAD periode 2008-sekarang.

Penelitian lapangan yang menghantarkan terbitnya buku ini tidak lepas dari pe-
ran berbagai kawan-kawan baik peneliti dari PUSKUMHAM (Rahmat Baihaky, Andi
Syafrani, Arief Mufraini, dan Mukmin Rauf) maupun sejumlah peneliti lokal di
Aceh (Mujiburrahman, Muslim Zainuddin, Khairizzaman, Fiona, M. Ridha, Sayuthi,
Mahmuddin, dan Dedy). Kepada mereka tim penulis menyampaikan apresiasi
yang setinggi-tingginya atas kesungguhan mereka menghadiri FGD, melakukan
wawancara dan membuat ringkasan hasil pengamatan.

Naskah awal dokumentasi ini mendapatkan masukan yang bermanfaat mulai


sejak pembahasan instrumen dan desain operasional hingga diskusi atas draf per-
tama dokumentasi ini. Sewajarnya bila tim penulis dalam kesempatan ini menyam-
paikan terimakasih yang sebesar-besarnya atas partisipasi semua undangan yang
telah hadir dan memberikan saran-saran perbaikan demi kesempurnaan buku ini.
Begitupun, segala prakarsa dan jerih payah rekan-rekan di sekretariat PUSKUM-
HAM (Yayan Sopyan, Fahmi Muhammad Ahmadi, Ana I’anah, Eli Ratnasari) yang
memfasilitasi semua kegiatan dalam berbagai bentuknya sejak awal hingga akhir
patut mendapatkan apresiasi yang mendalam dan ucapan terimakasih yang setu-
lus-tulusnya.

Sejumlah peserta FGD di tiga kota (Banda Aceh, Padang dan Makassar), yang ter-
diri dari para hakim agama baik di tingkat Mahkamah Syar’iyah/Pengadilan Agama
maupun hakim tinggi, telah memberi informasi, dan mengizinkan kami melaku-
iv
kan observasi atas perkara yang mereka periksa. Ini semua merupakan kontribusi
yang tak terhitung nilainya. Karena itu, ucapan terima kasih disampaikan kepada
mereka dengan penuh takzim dan ketulusan yang mendalam. Kepada merekalah,
sebagai korps profesi, buku ini didedikasikan.

Kami menyadari bahwa buku ini masih jauh dari sempurna. Namun kami berharap
buku ini dapat memberikan sumbangan informasi dan analisis tentang hukum dan
perempuan di Indonesia serta manfaatnya untuk perbaikan relasi dan keadilan
jender di lingkungan peradilan agama. Akhirnya, kami berharap semoga segala
kerja keras semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian naskah dokumentasi ini
akan dapat menjadi sebuah titik cahaya terang yang mampu membawa inspirasi
bagi siapapun untuk berupaya mengusir kegelapan dalam lorong-lorong pene-
gakan keadilan jender di tanah air. Amien.

Jakarta, Agustus 2009

Tim Penulis

v
Sambutan
Representative The Asia Foundation
Indonesia

A
kses terhadap keadilan merupakan satu aspek yang disepakati
semua pihak sebagai hak dasar manusia. Kita semua setuju bah-
wa setiap warga, terlepas dari apapun latar belakangnya berhak
mendapatkan layanan hukum yang adil dan setara. Dan dalam
makna ini penegakan hukum yang sensitif dan responsif pada ke-
beradaan dan kebutuhan kaum perempuan, sebagaimana juga responsif pada ke-
beradaan kelompok yang termarjinalkan, menjadi niscaya.

Peradilan Agama merupakan lembaga yang memiliki peran kunci dalam menge-
lola penyelesaian konflik di tingkat keluarga melalui proses peradilan. Tak sedikit
perempuan yang menghadapi persoalan hukum dan prosesnya harus disele-
saikan melalui lembaga Peradilan Agama. Karenanya mendukung upaya hakim
dalam memperoleh wacana yang relevan untuk dunia kerja mereka diakui sangat
bermanfaat.

Saya menyambut gembira atas terbitnya buku ini. Buku ini mendokumentasikan
penyelenggaraan program yang mendorong terbukanya akses perempuan pada
keadilan dengan menambah wawasan bagi para penegak hukum tentang keadilan
jender. Program itu diselenggarakan lewat kemitraan dengan Pusat Studi Wanita
(PSW) Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta serta Yayasan Putroe
Kandee Aceh.
vi
Buku ini diharapkan dapat memberi hikmah bukan saja disekitar manfaat dari ke-
giatan ini tetapi juga pembelajaran yang dapat dipetik bilamana hendak menye-
lenggarakan kegiatan serupa, baik di lingkungan Peradilan Agama atau di lembaga
penegakan hukum lainnya.

Kepada DANIDA dan Royal Netherlands Embassy yang telah mendukung kegiatan
pelatihan yang diselenggarakan PSW UIN Yogyakarta maupun Putroe Kandee itu
kami sangat berterima kasih. Royal Netherlands Embassy pula yang telah mem-
bantu terlaksananya pendokumentasian ini, dan untuk itu kami berterimakasih.

Kami sampaikan juga penghargaan pada Direktur Badan Peradilan Agama, Bapak
Drs. Wahyu Widiana M.A., yang selama ini sangat mendukung inisiatif rekan-rekan
di berbagai daerah untuk meningkatkan keadilan jender di dunia Peradilan Agama.
Demikian halnya kepada para ketua Pengadilan Agama/ Mahkamah Syar’iyah
tingkat provinsi dan kabupaten yang memungkinkan kegiatan ini terselenggara
kami sangat berterima kasih.

Akhirnya kepada PUSKUMHAM UIN Jakarta yang telah bekerja keras untuk pen-
dokumentasian ini saya sampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih.

Semoga buku ini bermanfaat bagi usaha kita bersama dalam mendorong akses
pada keadilan bagi perempuan di Indonesia.

Robin Bush, Ph.D

vii
Sambutan
Direktur Jenderal Badan Peradilan Agama
Mahkamah Agung Republik Indonesia

Bismillahirrahmanirrahiem,

P
Assalamu’alaikum Wr. Wb.,

elbagai persoalan terkait diskriminasi terhadap perempuan dalam ke-


luarga sering kali terdengar di Indonesia, dan ini menunjukkan bahwa
sensitivitas jender dalam kehidupan keluarga masih dapat dikatakan
sangat rendah. Peradilan Agama yang memiliki kewenangan untuk
menangani persoalan keluarga bagi warga negara beragama Islam tak
pelak lagi menjadi ujung tombak dalam memposisikan perempuan sebagaimana
porsinya. Karena itu, beberapa lembaga yang menaruh perhatian terhadap isu-
isu jender memandang bahwa peradilan agama, dan para hakim, perlu memiliki
kesadaran jender dalam menyelesaikan berbagai permasalahan keluarga, sebagai
titik penting untuk terwujudnya keadilan dalam masyarakat.

Selain itu, seluruh hakim agama memiliki kewajiban untuk memahami berbagai
aturan perundang-undangan di Indonesia yang berkaitan dengan kewenangannya.
Di saat yang bersamaan, para hakim juga diharapkan memiliki sensitivitas jender
yang tinggi, sehingga mereka bisa menafsirkan peraturan perundang-undangan
dengan kepekaan berbasis jender. Kepekaan terhadap jender ini diperlukan untuk
menambah cakrawala berpikir dan ketajaman analisis hakim yang berujung pada
terciptanya rasa keadilan masyarakat.
viii
Berkenaan dengan ini, kami berterima kasih kepada the Asia Foundation dan
kedua mitranya, Putroe Kandee dan Pusat Studi Wanita UIN Sunan Kalijaga yang
telah menyelenggarakan program penguatan sensitivitas jender bagi para hakim
agama. Kami juga berterima kasih atas partisipasi aktif para hakim yang telah
mengikuti program tersebut, baik dari Mahkamah Syar’iyah, Aceh maupun dari
Peradilan Agama. Kepada PUSKUMHAM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, kami
sampaikan terima kasih yang setinggi-tingginya atas upaya yang dilakukan dalam
rangka mendokumentasikan pelaksanaan program penguatan sensitivitas jender
yang dilaksanakan Putroe Kandee dan PSW, serta telah menyusun dan menerbit-
kannya dalam bentuk buku ini. Kami menyambut buku ini dengan baik dan rasa
gembira, dan mengharapkan buku ini dapat menjadi bahan pembelajaran (lesson
learned) bagi para hakim agama dan masyarakat luas dalam rangka meningkatkan
kesadaran dan sensitivitas jender para hakim agama yang belum mengikuti pro-
gram ini di wilayah lainnya di Indonesia.

Demikian sambutan kami untuk menghantarkan buku ini, dan atas perhatiannya
kami haturkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Drs. H. Wahyu Widiana, M.A.

ix
Pengantar
Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mewujudkan Keadilan Jender


Tantangan Para Hakim Agama di Indonesia

J
ender merupakan isu yang sampai saat ini masih menarik diperbincangkan,
mulai dari persoalan politik, ekonomi, budaya, pendidikan, bahkan sampai
pada kehidupan keluarga pun isu jender ini tidak luput dari pembicaraan.
Hanya saja, seringkali istilah jender masih disalahpahami, bahkan tidak ja-
rang banyak yang memaknai jender sama dengan jenis kelamin (sex), se-
hingga tidak sedikit pemaknaan ini memposisikan perempuan sebagai sub-
human sekaligus permanen, karena jenis kelamin merupakan qadrat yang telah
ditentukan oleh Tuhan, yang tidak dapat ditukar atau diubah.

Secara historis, jender merupakan istilah yang baru dan muncul di Barat pada
sekitar tahun 80-an. Pada saat itu, jender digunakan pertama kali oleh sekelom-
pok ilmuan wanita yang secara khusus membahas peran wanita pada wilayah
publik. Dalam perkembangannya, jender kemudian dimaknai dengan “a basis for
beginning the different contributions that man and woman make to culture and
collective life by distinction which they are as man and woman.” Dengan demikian
maka jender tidak sebatas perbedaan jenis kelamin (sex) antara lelaki dan perem-
puan, tetapi—lebih dari itu—bahwa jender merupakan konstruksi sosial yang di-
gunakan untuk mengidentifikasikan perbedaan lelaki dan perempuan dilihat
dari segi sosial dan budaya.

Oleh karena jender lahir dari konstruksi sosial maka jender berkaitan dengan pro-
ses keyakinan bagaimana seharusnya laki-laki dan perempuan berperan dan ber-
x
tindak sesuai dengan tata nilai yang terstruktur, ketentuan sosial dan budaya se-
tempat, yang secara faktual belum tentu sama antar satu tempat dengan tempat
lainnya, dan pada saat yang bersamaan dapat juga berubah dari waktu ke waktu.

Konsep jender ini mengemuka ketika terjadi ketimpangan peran antar lelaki dan
perempuan, baik pada sektor publik maupun domestik. Ketimpangan ini pada
akhirnya menggiring pada discourse tentang perlunya kesetaraan dan keadilan
jender. Kesetaraan jender dimaksudkan sebagai jawaban dari pentingnya men-
ciptakan ruang yang sama bagi lelaki dan perempuan dalam memperoleh kesem-
patan dan hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi
dalam kegiatan politik, hukum, ekonomi, sosial budaya, dan pendidikan, sekali-
gus kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan. Sementara, keadilan jender
mencakup penghapusan diskriminasi dan ketidakadilan struktural, baik terhadap
lelaki maupun perempuan, sehingga tidak ada lagi subordinasi, marginalisasi, be-
ban ganda, dan kekerasan terhadap perempuan dan lelaki.

***

Dalam konteks Indonesia, kesetaraan dan keadilan jender menjadi agenda yang
sangat penting diwujudkan dan sudah menjadi komitmen bangsa-bangsa di du-
nia. Ikhtiar mewujudkan kesetaraan dan keadilan jender di Indonesia dituangkan
dalam kebijakan nasional sebagaimana ditetapkan dalam Undang-undang Nomor
25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional-PROPENAS 2000-2004,
dan dipertegas dalam Instruksi Presiden No. 9 tahun 2000 tentang Pengarusuta-
maan Gender (PUG) dalam Pembangunan Nasional. Argumentasi atas kebijakan
PUG tersebut didasari oleh kenyataan bahwa keberhasilan pembangunan di Indo-
nesia sangat bergantung kepada partisipasi dan peran aktif lelaki dan perempuan.
Oleh karenanya, menjadi sangat penting diberlakukan kesetaraan dan keadilan
jender dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,
sehingga lelaki dan perempuan memilik peluang dan peran yang sama dalam
mewujudkan keberhasilan pembangunan di Indonesia.

Kebijakan PUG ini diberlakukan kepada semua instansi pemerintah, mulai dari pu-
sat, provinsi sampai kabupaten/kota, terutama berkenaan dengan sensitivitas jen-
der dalam penyusunan program, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, peman-
tauan sampai pada evaluasi, sehingga kesetaraan dan keadilan jender dapat
diimplementasikan dalam semua sektor pembangunan. Namun demikian, pelak-
sanaan sensitivitas jender di lapangan masih membutuhkan keseriusan semua
pihak, baik pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota, karena bias jender
masih mewarnai berbagai instansi pemerintah, sehingga kesetaraan dan keadilan
jender masih berdiri di “persimpangan jalan”

xi
Bias jender juga tampak di tengah lapisan masyarakat dengan berbagai jenis pro-
fesi, termasuk juga hakim dan para penegak hukum lainnya. Bias jender ini dise-
babkan—antara lain—oleh seperangkat asumsi, mitos, stereotype dan penilaian
stigmatis yang menyebar luas tentang pembagian peran seksual (sex roles) antara
lelaki dan perempuan yang kaku dan timpang. Keseluruhan stereotype dan mitos
itu pada umumnya terpusat pada pandangan bahwa perempuan adalah makhluk
lemah dan karenanya mereka menjadi subordinat dari manusia berjenis kelamin
lelaki. Parahnya, interpretasi agama yang konservatif dan seringkali mendapat du-
kungan mainstream justeru mendorong penguatan stereotype dan stigma itu ke
dalam berbagai tingkat kelembagaan informal dan formal, termasuk peradilan.
Proses semacam ini akhirnya melahirkan diskriminasi jender dalam bermacam
bentuknya yang merugikan pihak perempuan.

Bias jender tersebut, secara sederhana dapat dimaknai sebagai sebagai suatu
kecenderungan dalam memperlakukan atau menafsirkan fakta atau kasus de-
ngan hanya mempertimbangkan favoritisme atau preferensi kepada salah satu
jenis kelamin tertentu berdasarkan prasangka dan stereotype. Dalam definisi yang
dibuat oleh Judicial Council Advisory Committee on Gender Bias in the Courts Re-
port (1990), bias jender dipahami sebagai “behaviour or decision making which is
based on or reveals; (1) stereotypical attitudes about the nature and roles of men
and women; (2) perceptions of their relative worth; or (3) myths and misconcep-
tions about the social and economic realities encountered by both sexes.”

Untuk mengurangi bias jender di kalangan hakim ini diperlukan sebuah perubahan
paradigma, cara pandang dan cara membaca posisi perempuan pencari keadilan,
dengan mengedepankan spirit sensitivitas jender dalam setiap proses ajudikasi.
Sensitivitas jender dimaksudkan sebagai kemampuan memahami ketimpangan
jender (gender gap) terutama dalam memproses perkara dan pembuatan kepu-
tusan.

***

Membangun sensitivitas jender di kalangan hakim ini perlu dilakukan oleh semua
pihak, baik pemerintah maupun masyarakat yang secara sinergis mendorong ter-
wujudnya peningkatan sensitivitas jender di kalangan para hakim, terutama hakim
agama dalam setiap proses ajudikasi, seperti halnya kegiatan peningkatan sensiti-
vitas jender yang dilakukan oleh Putroe Kandee Aceh dan Pusat Studi Wanita UIN
Sunan Kalijaga, Yogyakarta yang diperuntukan bagi para hakim agama dan kepala
KUA. Kegiatan tersebut merupakan sebuah kontribusi yang sangat berharga dalam
rangka meningkatkan sensitivitas jender para hakim agama, sehingga kesetaraan
dan keadilan jender dapat terwujud dalam setiap proses peradilan. Kegiatan ini

xii viii
perlu disosialisasikan sebagai bahan pembelajaran (lesson learned) bagi para ha-
kim lainnya dalam upaya meningkatkan sensitivitas jender di dunia peradilan.

Dalam rangka sosialisasi tersebut, apresiasi saya sampaikan kepada Pusat Studi
Konstitusi, Hukum, dan Hak Asasi Manusia (HAM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah melakukan dokumentasi dengan baik terhadap kegiatan-kegiatan pe-
ningkatan sensitivitas jender yang dilakukan oleh Putroe Kandee Aceh, dan PSW
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Saya berharap mudah-mudahan hasil dokumen-
tasi ini dapat bermanfaat dan menjadi insipirasi bagi para hakim agama dalam
rangka meningkatkan kesetaraan dan keadilan jender dalam proses peradilan.

Semoga bermanfaat!

Ciputat, Agustus 2009

Prof. Dr. Komaruddin Hidayat

xiii
Daftar Isi

Kata Pengantar iii


sambutan representative the asia foundation vi
sambutan direktur jenderal badan peradilan
agama mahkamah agung republik indonesia viii
PENGANTAR rektor uin syarif hidayatullah jakarta x
daftar isi xiv
executive summary xvii
1. PENDAHULUAN 2
A. PENGANTAR 2
B. LATAR BELAKANG KEGIATAN DOKUMENTASI PROGRAM 3
1. Kondisi Faktual Peradilan Agama di Indonesia 3
2. Perluasan Yurisdiksi Peradilan Agama 4
3. Hakim Agama dan Sensitivitas Jender 5
C. METODOLOGI DAN URGENSI PENULISAN DOKUMENTASI 6
D. PENGUMPULAN DAN PENYAJIAN DATA 8
1. Kegiatan FGD, Interview dan Observasi 8
2. Penyajian Data Dokumentasi 9
xiv
2. SENSITIVITAS JENDER: SEBUAH PROSES PEMBELAJARAN 12
A. STRATEGI DAN PENDEKATAN PROGR AM ASIA FOUNDATION 12
1. Mengembangkan Gagasan Mitra 12
2. Penguatan Kapasitas Mitra 13
3. Kerjasama dalam teknik ‘Tandem’ 13
4. Pemanfaatan Sumber Daya 14
5. Legitimasi Pusat 14
B. STRATEGI DAN PENDEKATAN YAYASAN PUTROE KANDEE 14
1. Profil Lembaga 14
2. Pendekatan 15
3. Desain dan Pengembangan Kurikulum 16
4. Fasilitator, Narasumber, dan Peserta 16
C. STRATEGI DAN PENDEKATAN PSW UIN YOGYAKARTA 17
1. Profil Lembaga 17
2. Pendekatan 19
3. Desain dan Pengembangan Kurikulum 19
4. Fasilitator, Narasumber dan Peserta 20
D. MENGELOLA RESISTENSI 21

3. Pelaksanaan Training Sensitivitas Jender bagi


Hakim 26
A. PELAKSANAAN TRAINING YAYASAN PUTROE KANDEE ACEH 31
1. Materi dan Metodologi Pembelajaran 31
2. Fasilitator, Narasumber dan Panitia Pendukung 36
3. Dampak dan Keberlanjutan Program 40
B. PELAKSANAAN TRAINING PSW UIN YOGYAKARTA 41
1. Materi dan Metodologi Pembelajaran PSW 41
2. Fasilitator, Narasumber, dan Panitia Pendukung 44
3. Dampak dan Keberlanjutan Program 47
B. KESAN DAN REFLEKSI 47

4. Sensitivitas Jender dalam Sikap


dan Perilaku Hakim: analisis 52
A. SIKAP HAKIM DAN ANALISIS SENSITIVITAS JENDER 54
1. Pernikahan 54
2. Perceraian 59
vi ix xv
3. KDRT dan Alasan Perceraian 60
4. Mut’ah dan Nafkah Iddah 65
5. Pemeliharaan Anak 69
6. Harta Bersama 72
7. Poligami 75
8. Kewarisan 79
9. Khalwat 84
B. HAKIM IN ACTION: PEMERIKSAAN PERKARA DI RUANG SIDANG 86

5. refleksi dan rekomendasi 92


A. CATATAN REFLEKTIF 92
B. REKOMENDASI DAN ACTION PLAN 94
1. Lembaga Penyelenggara dan Lembaga lain yang mempunyai
kepedulian terhadap program penguatan sensitivitas jender 94
2. Pemegang Kebijakan (Pemerintah dan Lembaga Legislasi) 95
3. Lembaga Donor (Nasional dan Internasional) 95
4. Para Hakim dan Aparat Penegak Hukum lainnya 96

DAFTAR PUSTAKA 97
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN 98
BIODATA PENULIS 102

xvi
Executive Summary

I I

This is the written documentation on the Ini adalah pendokumentasian tertulis ten-
women’s empowerment programs conducted tang program pemberdayaan perempuan
by the Women’s Studies Center (Pusat Studi yang dilaksanakan oleh Pusat Studi Wanita
Wanita, PSW) of Sunan Kalijaga State Islamic (PSW) Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan
University (Universitas Islam Negeri, UIN), Kalijaga Yogyakarta dan Yayasan Putroe Kan-
Yogyakarta and Putroe Kandee Foundation, dee-Aceh dengan dukungan dari Asia Foun-
Aceh, with support from the Asia Founda- dation. Sejak tahun 2006 kedua lembaga ini
tion. Since 2006, these two institutions have secara terpisah bekerja untuk kegiatan yang
been working separately towards the same sama yaitu peningkatan sensitivitas jender
goal: upgrading the gender sensitivity of bagi para hakim dan petugas KUA melalui
judges and Marriage Registrar Officers (em- kegiatan training berjenjang dan penyebaran
ployees of the Religious Affairs Office, Kantor informasi. Peningkatan sensitivitas jender di-
Urusan Agama, KUA) through graded train- maksud adalah menumbuhkembangkan cara
ing activities and dissemination of informa- pandang dan kesadaran peserta atas realitas
tion. This gender sensitivity training involves relasi sosial lelaki dan perempuan yang pada
fostering perspectives and awareness among kenyataannya sangat dinamis, kontekstual,
the participants toward the reality of social dipengaruhi oleh dan berpengaruh kepada
relations between men and women, which aspek sosial, politik, ekonomi, budaya dan
are in fact highly dynamic and contextual, and agama, sejak di tingkat rumah tangga hingga
both influenced by and exerting influence on negara.
social, political, economic, cultural and reli-
gious aspects, from the household level to
the level of the state.

xvii
The purpose of this documentation is to Pendokumentasian ini bertujuan untuk
measure the results and impact of the pro- mengukur sejauhmana hasil dan dampak
grams for empowerment of women, as con- pemberdayaan perempuan yang diseleng-
ducted by both PSW-UIN Yogyakarta and garakan baik oleh PSW-UIN Yogyakarta mau-
Putroe Kandee, on the participants. This do- pun Putroe Kandee itu bagi para pesertanya.
cumentation was created by an independent Pendokumentasian ini dilakukan oleh lem-
research institution, Puskumham (Center for baga penelitian independen, PUSKUMHAM
Constitution, Law and Human Rights Studies, UIN Jakarta dari November 2008 sampai
Pusat Studi Konstitusi Hukum dan HAM) Februari 2009, dan berlanjut sampai Juli
of UIN Jakarta, between November 2008 2009 untuk proses konfirmasi dan publika-
and February 2009, and continuing until si. Informasi dikumpulkan dengan metode
July 2009 for the processes of confirmation penelitian lapangan di mana data diolah
and publication. Information was gathered berdasarkan hasil wawancara mendalam,
through field research methods: data was FGD serta bacaan dokumen.
processed based on the results of in-depth
interviews, Focus Discussion Groups (FGD) Cakupan wilayah pendokumentasian ini
and reading of documents. adalah Provinsi Aceh (Putroe Kandee), Su-
matera Barat dan Sulawesi Selatan (PSW
The geographical scope of this documenta- UIN). Ketiganya merupakan representasi
tion is the provinces of Aceh (Putroe Kan- dari beberapa provinsi yang dipilih sebagai
dee), West Sumatra and South Sulawesi wilayah kerja mereka.
(PSW UIN). These three provinces are repre-
sentative of the several provinces selected Sebagai metodologi dalam ilmu–ilmu sosial,
as the two institutions’ areas of activity. jender digunakan untuk membuka cara pan-
dang baru yang secara khusus digunakan
Using social science methodologies, gender untuk melihat ketimpangan akses dan kon-
is used to open up new perspectives that are trol lelaki dan perempuan terhadap sumber
then employed specifically to examine the daya. Ia bermanfaat untuk menelisik sekali-
inequalities in men’s and women’s access to gus mencari jalan keluar atas ketimpangan
and control of resources. It is useful to ques- relasi itu serta akibat yang ditimbulkannya.
tion and at the same time seek ways out of
these imbalanced relations and the impacts Dalam suatu sistem sosial yang lebih meng-
they create. utamakan peran dan kedudukan lelaki, dina-
mika relasi sosial antar lelaki dan perem-
In a social system that emphasizes the roles puan ini terbukti membuahkan sejumlah
and status of men, the dynamics of social re- ketimpangan. Ketimpangan-ketimpangan itu
lations between men and women have been dapat diukur dari tingginya kekerasan ber-
shown to produce a number of inequalities. basis prasangka jender, termarjinalkannya
These inequalities can be seen in the level peran politik dan ekonomi perempuan,
of violence based on gender prejudice, the bertambahnya beban kerja mereka baik di
political and economic marginalization of dalam maupun di luar rumah tangga, serta
women, the greater workloads for women rendahnya penghargaan kumulatif atas sta-
xviii
both within and outside the home, and the tus mereka.
low cumulative appreciation for their sta-
tus. Ketimpangan-ketimpangan itu dalam bebe-
rapa dekade ini dipersoalkan karena terbukti
Over the past few decades, these unequal memunculkan ketidakadilan yang secara
positions have become an important issue umum bermuara pada tindakan diskrimi-
because they have been shown to create in- nasi berbasis prasangka jender yang sangat
justice, which generally leads to highly detri- merugikan. Di dunia peradilan, manifestasi
mental acts of discrimination based on gen- ketimpangan itu bisa saja mewujud dalam
der prejudices. In the court system, these putusan pengadilan yang dianggap tidak
inequalities may manifest themselves in the adil yang disebabkan oleh cara pandang dan
form of court verdicts seen as unfair, which metode pengambilan keputusan yang bias
are produced by gender-biased perspectives jender.
and decision-making methods.
Karenanya, peningkatan sensitivitas jender
Therefore, upgrading gender sensitivity melalui proses edukasi dimaksudkan untuk
through educational processes is an activity peningkatan kemampuan peserta dalam
intended to raise the participants’ ability to meneropong ketimpangan akses dan kontrol
accurately perceive the imbalance between antar jenis kelamin terhadap sejumlah sum-
the sexes in access to and control of various berdaya yang terkait dengan hukum. Dalam
resources related to the law. In the context konteks kerja kedua mitra Asia Foundation
of the work of these two Asia Foundation itu, fokus pemberdayaan ini diutamakan
partners, the focus of this empowerment is kepada para aparatur yang melayani peme-
mainly on state officials who deal with gen- nuhan keadilan jender baik di KUA maupun
der justice, both in the KUA and the religious di Peradilan Agama/ Mahkamah Syar`iyah.
court system (Peradilan Agama/ Mahkamah
Syar`iyah). Secara umum, di Indonesia upaya untuk
melakukan improvisasi dan legislasi hukum
Generally speaking, continuous efforts have untuk membela kesetaraan status dan hak-
been made in Indonesia for legal improvi- hak perempuan terus menerus dilakukan.
sation and legislation to defend the rights Misalnya, pada tahun 1957 calon mahasiswi
and equal status of women. For example, as diberi kesempatan mengambil studi hukum
early as 1957 female students were granted pada Fakultas Syariah dan mempersiapkan
the opportunity to undertake legal studies mereka menjadi hakim agama Islam setara
in shariah law faculties to prepare them to dengan hakim laki-laki. Begitupun, lahirnya
become Islamic religious court judges on an Undang-undang Perkawinan, No. 1 Tahun
equal level with male judges. Likewise, se- 1974 dan Kompilasi Hukum Islam tahun
veral articles in the Marriage Law (Law No. 1991 di mana berbagai pasalnya berusaha
1 of 1974) and in the Compilation of Islamic memberi perlindungan terhadap perem-
Law (1991) try to provide some protection to puan meskipun belum sepenuhnya dapat
women, though the expectations and inten- memenuhi harapan maksimal. Dengan ala-
tions have not been entirely fulfilled. For this san ini, belakangan produk-produk hukum
xix
reason, demands have recently emerged for tersebut dituntut untuk terus diperbarui
continuing revision and refinement of these agar mampu merespon berbagai perubahan
legal products so that they will respond to sosial yang muncul yang berdampak pada
the many social changes that have occurred perubahan relasi perempuan dan laki-laki,
and have affected the dynamic relations bet- yang pada kenyataannya tak statis.
ween women and men.
Upaya-upaya ini dianggap urgen, khususnya
These efforts are considered urgent, particu- ketika berbagai produk hukum dan kultur
larly so because many of the legal products, hukum di Indonesia dipersoalkan karena
and the legal culture, in Indonesia are seen dianggap tidak selalu mencerminkan relasi
as causing problems because they do not jender yang dibutuhkan untuk menempat-
always reflect the gender relations needed kan perempuan pada posisi yang lebih adil
to place women in a fairer position in con- dalam situasi yang terus berubah. Sembari
tinually changing situations. While awaiting menanti upaya amandemen ataupun judi-
amendment or judicial review of the most cial review terhadap sejumlah peraturan
problematic laws and regulations, changing perundang-undangan yang dipersoalkan,
the perspective of judges through a series perubahan cara pandang hakim melalui se-
of trainings to upgrade gender sensitivity is rangkaian pelatihan peningkatan sensitivitas
seen as both a breakthrough and a highly jender ini dianggap dapat menjadi tero-
strategic choice. bosan dan pilihan strategis.

Through this strategy of education, religious Melalui strategi edukasi ini, hakim agama
court judges gain a broader perspective, mendapatkan wawasan tambahan yang
which, it is hoped, they can use when facing diharapkan dapat digunakan untuk meng-
the gender injustice that arises in nearly all hadapi situasi ketidakadilan jender di ham-
types of legal situations. Armed with this pir segala ranah hukum. Dengan berbekal
new perspective, religious court judges are perspektif semacam itu, hakim agama ter-
legitimized and motivated to employ ijtihad legitimasi dan termotivasi untuk melakukan
in interpreting the texts of laws and regula- ijtihad menafsirkan teks-teks perundang-
tions that contain injustice and bias, or even undangan yang mengandung bias ketidak-
to go further, beyond legal texts, to discover adilan, atau malah pergi lebih jauh ke balik
the essence of justice. teks hukum (beyond legal texts) untuk me-
nemukan inti keadilan di sana.
II
II
The report is divided into five chapters. The
first chapter describes the background to Laporan ini terbagi ke dalam lima bab. Bab
the activities documented herein and the pertama menguraikan tentang latar be-
methodology used, together with extensive lakang kegiatan pendokumentasian ini dan
descriptive information on the actual condi- metodologi yang digunakan serta uraian in-
tions of the Religious Court system in Indo- formasi yang cukup lengkap tentang kondisi
nesia and the background to the expansion faktual Peradilan Agama di Indonesia serta
xx
of jurisdiction of the Religious Courts, par- latar belakang perluasan yurisdiksi Peradilan
ticularly in Aceh. Agama terutama di Aceh.

The second chapter describes the scope Pada bab kedua, dijelaskan cakupan per-
of the issues being documented, while the soalan-persoalan yang didokumentasikan,
third chapter describes the implementa- sementara bab ketiga menguraikan tentang
tion of the activities conducted by the two pelaksaan kegiatan yang diselenggarakan
institutions. Since the background of gen- kedua lembaga tersebut. Mengingat latar
der problems differs between the three re- belakang persoalan jender yang ditemui di
gions, these two chapters describe aspects tiga wilayah itu berbeda, maka dalam kedua
related to the educational process, such as bab ini dijelaskan tentang aspek-aspek yang
curricular scope, methodologies developed, terkait dengan proses edukasi itu seperti
the role of facilitators, support from local or- cakupan kurikulum, metodologi yang dikem-
ganizing committees, and the impact of the bangkan, peran fasilitator, dukungan kepa-
programs’ implementation. These chapters nitiaan lokal serta dampak kemanfaatan
also contain opinions from the informants, program. Dalam bab-bab ini akan dijumpai
gleaned from both the FGD and the in-depth kutipan-kutipan pendapat para informan se-
interviews, on the implementation and the bagaimana terkumpul baik dari FGD maupun
benefits of these activities for them. wawancara mendalam tentang pelaksanaan
dan manfaat kegiatan ini untuk mereka.
The fourth chapter is the core of the report.
It contains nine themes that are the key crite- Bab keempat merupakan inti dari laporan
ria used to measure the gender sensitivity of ini. Di dalamnya dimuat sembilan tema yang
religious court judges in facing these issues. merupakan batu uji sejauhmana sensitivitas
Gender analysis is included so that it can be jender para hakim agama dalam mengha-
used as a benchmark or a guideline to mea- dapi persoalan-persoalan tersebut. Analisis
sure gender sensitivity. The themes selected jender disertakan agar dapat digunakan se-
are ones that are considered most crucial in bagai patokan/panduan untuk mengukur
connection with possible gender bias in the sensitivitas jender dimaksud. Tema-tema
adjudication process in the religious courts yang dipilih ini merupakan tema-tema yang
or mahkamah syar’iyah. These themes are: dianggap paling krusial terkait dengan ke-
(1) Marriage, including the issues of Wali Ni- mungkinan adanya bias jender dalam proses
kah (male relative/guardian for bride), Mar- ajudikasi di pengadilan agama/mahkamah
riage Registration, and Isbat Nikah (marriage syar’iyah. Tema-tema itu adalah: (1) Pernika-
[re]confirmation); (2) Divorce; (3) Domestic han yang meliputi isu Wali Nikah, Pencatatan
Violence and Reasons for Divorce; (4) Mut’ah Pernikahan dan Itsbat Nikah; (2) Perceraian;
(alimony) and Nafkah Iddah (support during (3) KDRT dan Alasan Perceraian; (4) Mut’ah
period immediately following divorce when dan Nafkah ‘Iddah; (5) Pemeliharaan Anak;
ex-wife is not permitted to marry); (5) Child (6) Pembagian Harta Bersama; (7) Poligami;
Rearing; (6) Division of Marital Property; (7) (8) Kewarisan; dan (9) Khalwat, perkara khu-
Polygamy; (8) Inheritance; and (9) Khalwat sus yang menjadi kewenangan Mahkamah
(close proximity between different sexes Syar`iyah di Aceh.
xxi
who have no kin or spousal relationship), a Bab kelima berisi kesimpulan yang menyaji-
case that exclusively falls under the autho- kan analisis dan rekomendasi dari tim penu-
rity of the Mahkamah Syar`iyah in Aceh. lis tentang kelanjutan program penguatan
sensitivitas jender bagi para aparat penegak
The fifth chapter contains conclusions and hukum serta pihak-pihak yang dapat men-
presents the analysis and recommendations dukung kegiatan ini seperti lembaga donor
from the team of writers on further steps for dan pemerintah.
programs to strengthen gender sensitivity in
law enforcement officials and parties that III
could support these activities, such as donor
agencies and governments. Berdasarkan pengalaman Putroe Kandee
dan Pusat Studi Wanita tercatat beberapa
III catatan pembelajaran mulai dari (i) alokasi
waktu; (ii) strategi pendekatan dan rekrut-
The experiences of Putroe Kandee and the men narasumber; (iii) penentuan wilayah
Women’s Studies Center (PSW) have pro- sasaran; hingga (iv) cakupan kurikulum, se-
duced a number of important lessons re- bagai berikut:
garding (1) time allocation; (2) strategies for
approaching and recruiting resource people; 1. Untuk menumbuhkan pemahaman ten-
and (3) determining target regions; and tang jender dibutuhkan waktu, tenaga,
scope of curriculum. The following are some dan usaha yang tidak sedikit. Satu hal
of the specific findings: yang secara signifikan berpengaruh
pada keberhasilan kegiatan ini adalah
1. Fostering a proper understanding of curahan waktu dan intensitas perjumpa-
gender takes time, energy, and no little an pemikiran antara peserta dan fasilita-
effort. One aspect that significantly af- tor/narasumber. Pendokumentasian ini
fects the success of these activities is the mencatat bahwa jarang sekali peserta
great amount of time and the intensity of mampu menyerap seluruh konsep jen-
intellectual interaction between the par- der secara utuh hanya dari satu kali ke-
ticipants and the facilitators. Participants giatan training dengan waktu terbatas
are very rarely able to fully absorb all the 4-5 hari. Oleh karena itu, baik PSW mau-
concepts of gender from a single training pun Putroe Kandee merancang program
program limited to only four or five days. pelatihan ini minimal untuk 2-6 kali per-
Therefore, both PSW and Putroe Kandee temuan meliputi training tingkat dasar,
design their training programs to include training tingkat lanjutan, diskusi-diskusi
at least two to six meetings, including tematik, pertemuan monitoring dan pe-
basic-level training, advanced train- nyebaran informasi melalui media
ing, thematic discussions, monitoring 2. Upaya untuk meningkatkan wacana,
meetings, and dissemination of informa- pemahaman dan kesadaran peserta
tion through the media. tentang sensitivitas jender membutuh-
2. Efforts to build discourse and enhance kan strategi pendekatan dan rekrutmen
participants’ understanding and aware- narasumber yang secara matang diper-
xxii
ness of gender sensitivity require a care- hitungkan agar tak memunculkan resis-
fully thought-out strategy for approach tensi atau penolakan yang tidak perlu.
to and recruitment of resource persons, Kedua lembaga ini mendemonstrasikan
in order to avoid unnecessary resistance strategi pendekatan dan proses pembe-
or rejection. To prevent resistance when lajaran yang diarahkan oleh fasilitator
discussing religious issues that can con- dan narasumber terpilih sesuai dengan
tribute to the construction of gender kebutuhannya. Untuk menghindari re-
roles, the two organizing institutions sistensi dalam pembahasan isu agama
have brought in resource persons with sebagai salah satu unsur yang meng-
strong expertise in their fields. These konstruksikan peran jender, kedua lem-
resource people are then able to explain baga ini menghadirkan narasumber yang
the meaning, definition and functions of sangat handal dalam bidangnya untuk
gender and to relate this to tafsir (the menjelaskan makna pengertian dan
science of textual interpretation) and fungsi jender serta menghubungkannya
usul fikh (principles of Islamic jurispru- dengan ilmu tafsir dan usul fikih. Lebih
dence). Furthermore, the resource per- dari itu, para narasumber dan fasilitator
sons and facilitators also manage the juga mengelola kelas dengan metode
classes using interactive “active learning” pembelajaran aktif-interaktif yang me-
methods that make maximum use of manfaatkan semaksimal mungkin bera-
various media and teaching aids. gam media dan alat bantu belajar.
3. Putroe Kandee was lucky to have a rela- 3. Putroe Kandee diuntungkan oleh pi-
tively homogeneous region whose cul- lihan wilayah yang relatif homogen
ture Putroe Kandee knows extremely yang secara kebudayaan sangat dikenali
well. This certainly made it easier for oleh Putroe Kandee. Bagaimanapun, ini
Putroe Kandee to become involved with memudahkan Putroe Kandee untuk
and approach participants, thereby re- masuk dan mendekati peserta sehinga
ducing unnecessary resistance. PSW, in dapat mengurangi resistensi yang tidak
contrast, worked in many regions, in- perlu. PSW sebaliknya bekerja di ba-
cluding two in West Sumatra and South nyak wilayah, termasuk dua di Suma-
Sulawesi. As “outsiders,” PSW had to tera Barat dan Sulawesi Selatan. Sebagai
work extra hard to gain participants’ ”orang luar”, PSW harus bekerja lebih
trust. Nevertheless, both Putroe Kandee keras untuk membangun kepercayaan
and PSW worked based on mandates peserta. Namun begitu, baik Putroe Kan-
from the Directorate of Religious Courts dee maupun PSW bekerja berdasarkan
under the Supreme Court and from the mandat baik dari Direktorat Peradilan
provincial-level Religious Courts/Mahka- Agama di Mahkamah Agung maupun
mah Syar’iyah, which also took respon- Pengadilan Agama/Mahkamah Syari’yah
sibility for the activities, thereby giving tingkat Provinsi yang juga berperan se-
them strong legitimacy. bagai penanggung jawab dari kegiatan
ini sehingga kegiatan mereka mendapat-
kan legitimasi yang kuat.

xxiii
4. Differences in curriculum content bet- 4. Perbedaan konten kurikulum antara
ween Putroe Kandee and PSW arose Putroe Kandee dan PSW pada umum-
mainly from different identification of nya disebabkan oleh perbedaan identi-
problems as perceived by the two insti- fikasi persoalan yang dilihat oleh kedua
tutions in their respective regions. Pu- lembaga itu di masing-masing daerah.
troe Kandee started from legal problems Putroe Kandee berangkat dari persoa-
and their implications for women in the lan hukum dan implikasinya terhadap
wake of the tsunami and the conflict. In perempuan pasca tsunami dan konflik.
terms of curriculum scope, Putroe Kan- Dari segi cakupan kurikulum Putroe Kan-
dee concentrated on the methodology dee berkonsentrasi pada metodologi
for reading classical texts using a gender pembacaan teks klasik dengan perspek-
perspective and on enabling judges to tif jender dan memampukan hakim un-
undertake legal improvisation on the is- tuk melakukan improvisasi hukum atas
sues of gender inequality that they face persoalan-persoalan ketimpangan jen-
in court every day. Although the scope der yang dihadapi hakim sehari-hari di
of gender issues is very broad, Putroe pengadilan. Walaupun cakupan isu jen-
Kandee did not stray far from these ba- der pada kenyataannya sangatlah luas,
sic issues. As a result, knowledge regard- Putroe Kandee tak melangkah jauh dari
ing other gender issues remains quite isu-isu itu. Akibatnya, pengetahuan lain
limited. Putroe Kandee’s curriculum also terkait isu jender sangat terbatas. Kuri-
did not systematically target issues that kulum Putroe Kandee juga tak menyasar
might require participants to change at- secara sistematis pada isu-isu yang dapat
titudes and behaviors on a personal le- menggugah peserta melakukan peru-
vel, though eventually the effects of the bahan sikap di tingkat pribadi, meskipun
training did have significant implications pada akhirnya cukup banyak efek pela-
in this direction. tihan yang berimplikasi ke arah itu.

PSW, in contrast, introduced gender issues PSW, di lain pihak memperkenalkan isu-isu
more comprehensively, including topics jender secara komprehensif, termasuk hal-
aimed specifically at challenging the partici- hal yang ditujukan untuk menggugah kesa-
pants’ awareness and personal attitudes, for daran dan sikap personal pesertanya, an-
example regarding reproductive health is- tara lain melalui isu kesehatan reproduksi.
sues. Participants were also equipped with Peserta juga dibekali keterampilan teknik
advocacy techniques and skills to struggle advokasi untuk memperjuangkan hak-hak
for women’s rights. At a fundamental level, perempuan. PSW pada dasarnya berangkat
PSW began from the problems of gender in- dari persoalan ketimpangan jender seba-
equality generally identified in both West Su- gaimana teridentifikasi secara umum baik di
matra and South Sulawesi. However, PSW’s Sumatera Barat maupun Sulawesi Selatan.
trainings were also designed to respond to Namun training PSW juga dirancang untuk
local issues when and as they arose, even merespon isu-isu lokal manakala isu-isu itu
if these themes were not specifically for- muncul ke permukaan meskipun tema-tema
mulated in the curriculum, for example by dimaksud tak secara spesifik dirumuskan
xxiv
analyzing themes directly faced by judges dalam kurikulum, seperti membedah tema-
in connection with cases in court. From this tema yang secara langsung dihadapi hakim
perspective, the material offered by PSW terkait dengan isu di pengadilan. Dari sisi ini
was far richer and more varied, while Putroe materi yang ditawarkan PSW jauh lebih kaya
Kandee’s was limited but in-depth. dan beragam, sementara Putro Kandee ter-
batas namun mendalam.
IV
IV
Based on the experiences of these two insti-
tutions, this documentation makes recom- Didasarkan dari pengalaman kedua lembaga
mendations for further action to various in- itu, pendokumentasian ini merekomendasi-
stitutions regarding various different issues, kan kepada lembaga yang berbeda-beda un-
as follows: tuk persoalan yang juga berbeda yang meru-
pakan rekomendasi untuk tindak lanjut:
For the executing institutions (PSW UIN and
Yayasan Putroe Kandee) and other similar Bagi lembaga Penyelenggara (PSW UIN dan
institutions: Yayasan Putroe Kandee) dan Lembaga lain
yang sejenis:
• Activities should be undergo follow-up
monitoring in a more specifically-pro- • Pemantauan secara lebih terprogram
grammed way, so that what has been tindak lanjut kegiatan, sehingga apa
sown, particularly with regard to gender yang sudah disemaikan, terutama yang
sensitivity, can be further cultivated and berkenaan dengan gender sensitivity
implemented in the adjudication pro- dapat terus ditumbuhkan dan diimple-
cess. mentasikan dalam proses ajudikasi.
• These organizations should formulate of • Penyusunan instrumen-instrumen kese-
more practical instruments for gender taraan dan keadilan jender yang lebih
equality and justice that can be used in praktis sehingga dapat digunakan dalam
the adjudication process in the courts. It proses ajudikasi di pengadilan. Cara ini
is hoped that this method will become diharapkan dapat menjadi blueprint
a blueprint that will serve as a refer- yang akan menjadi rujukan bagi lembaga
ence for other institutions in developing sejenis dalam mengembangkan training
similar training on gender sensitivity and gender sensitivity dan training analisis
gender analysis. jender serupa.

For policy-making institutions (central and Bagi Lembaga Pemegang Kebijakan (Peme-
local governments): rintah Pusat dan Daerah):

• Government institutions must effect • Melakukan perubahan pada aspek regu-


changes in regulations that are still gen- lasi yang masih bias jender. Hal ini akan
der-biased. This will help judges make membantu hakim untuk mencari tero-
legal breakthroughs, particularly for bosan hukum, terutama bagi mereka
xxv
those who feel strongly bound by posi- yang sangat terikat oleh pandangan le-
tivistic legal perspectives and tend to be gal positivistik dan cenderung pasif dan
passive and rigid in referring to and using rigid dalam merujuk dan menggunakan
the provisions and certainties of written ketentuan dan kepastian hukum tertu-
law. lis.
• These institutions should follow up on • Menindaklanjuti hasil pelatihan ini me-
the results of these trainings by provid- lalui cara memberikan sebanyak mung-
ing as many opportunities as possible for kin kesempatan para hakim untuk men-
the judges to serve as mediators in con- jadi mediator-mediator berbagai konflik
flicts rooted in gender inequality, from yang berakar dari ketimpangan jender
the family level to the community level, sejak dari tingkat keluarga hingga komu-
and to resolve these problems using the nitas, dan menyelesaikan persoalan itu
knowledge and skills they gained from dengan menggunakan ilmu-ilmu yang
this training. mereka dapati dari pelatihan ini.
• These institutions must ensure the cre- • Memastikan terbentuknya kebijakan
ation of gender-sensitive public policies; publik yang sensitif jender; antara lain
for example, through promotion of pub- melalui promosi pejabat publik yang
lic officials with greater gender aware- lebih memiliki kesadaran jender; perlu-
ness; expansion of women’s participa- asan partisipasi kaum perempuan dalam
tion in policy formulation processes; and proses perumusan kebijakan; penyu-
preparation of local budgets and design sunan anggaran daerah dan perancang-
of regulations so as to positively impact an regulasi yang nantinya akan mem-
the quality of women’s lives. pengaruhi tingkat kualitas kehidupan
• From a legal standpoint, it is essential to perempuan.
ensure that any enacted regulation does • Dalam aspek hukum sangatlah penting
not run opposite to gender-sensitive re- untuk menjaga agar regulasi yang dila-
gulations; therefore, it will be very useful hirkan tidak justru makin jauh dari regu-
to make use of alumni of this training as lasi yang sensitif jender, dan karenanya,
resource persons when drafting regula- memanfaatkan para alumni sebagai
tions that are expected to be more gen- narasumber dalam penyusunan regu-
der sensitive. lasi yang diharapkan lebih sensitif jender
akan sangat berguna.
For donor agencies (national and interna-
tional): Bagi Lembaga Donor (Nasional dan Interna-
sional):
• Training to upgrade gender sensitivity
should not be designed as a stand-alone • Pelatihan peningkatan sensitivitas jender
program. Enhancement of gender sen- sepatutnya tak dirancang sebagai pro-
sitivity for legal officials should be done gram yang berdiri sendiri. Peningkatan
based on a strong belief that gender sensitivitas jender untuk aparat hukum
analysis has been proven effective in harus dilakukan sebagai strategi yang
improving the effectiveness and utility didasarkan pada keyakinan bahwa anali-
xxvi
of development programs in all sectors. sis jender terbukti dapat meningkatkan
Investment in educational processes is a hasil guna/kemanfaatan program pem-
highly strategic way to use this method bangunan di sektor apapun. Investasi
of analysis to foster just and democratic melalui proses edukasi merupakan cara
patterns of relationships that, in turn, yang cukup strategis di mana analisisnya
are very beneficial in reducing conflict, dapat digunakan untuk menumbuhkan
increasing appreciation of women, en- pola-pola hubungan yang adil dan de-
hancing respect for both men and wom- mokratis yang pada gilirannya akan sa-
en in whatever they do, and directly ngat bermanfaat untuk mengurangi kon-
reducing the level of women’s suffering flik, meningkatkan apresiasi terhadap
due to gender inequality. perempuan, penghargaan pada eksis-
• Training like this requires further sup- tensi keduanya (lelaki dan perempuan)
port, so that it can be available not only di mana pun mereka berkiprah serta se-
for judges but also for other officials cara langsung mengurangi tingkat pen-
within law enforcement institutions deritaan perempuan akibat ketimpang-
such as the police, prosecutors and at- an jender.
torneys. This is important so that law • Pelatihan serupa ini masih membutuh-
enforcement personnel at all levels will kan dukungan, bukan hanya bagi para
systematically and effectively support hakim melainkan bagi para aparat lain-
the achievement of gender equality and nya di lingkungan lembaga penegakan
justice in all stages of the legal process. hukum, misalnya polisi, jaksa dan pe-
• Efforts to promote gender equality can ngacara. Ini penting agar secara efektif
easily give rise to misunderstandings dan sistematis semua jajaran penegak
that can lead to setbacks in the efforts to hukum mendukung terwujudnya keseta-
empower women. It is therefore neces- raan dan keadilan jender dalam setiap
sary for donors to understand the map tahap proses hukum.
of relevant gender issues in each par- • Upaya mendorong kesetaraan jender mu-
ticular region. Donors’ agendas to pro- dah memunculkan kesalahpahaman yang
mote gender equality must be accom- dapat menimbulkan kemunduran dari
panied by the ability to measure ‘what upaya pemberdayaan perempuan. Kare-
is’ and ‘what is not’ possible in different nanya, sangat penting bagi donor untuk
contexts. Thus, working with local in- mengetahui peta persoalan jender yang
stitutions is essential. The Asia Founda- relevan bagi wilayah tersebut. Agenda
tion has this behavior without having to donor untuk mendorong kesetaraan jen-
avoid substantive issues. der harus dibarengi dengan kemampuan
untuk mengukur apa yang mungkin dan
tidak mungkin dilakukan dalam konteks
yang berbeda. Karenanya, bekerja de-
ngan institusi lokal menjadi sangat pen-
ting. Asia Foundation memperlihatkan
bagai-mana hal ini bisa dilakukan tanpa
harus menghindari substansi persoalan.
xxvii
• To expand the reach and impact of gen- • Untuk memperluas jangkauan impact
der sensitivity programs, efforts may be program sensitivitas jender, kiranya di-
needed to expand involvement to include perlukan upaya-upaya untuk memper-
partners with different backgrounds and luas keterlibatan mitra kerjasama yang
more varied targets. In the context of law mempunyai latar belakang yang berbeda
enforcement, gender sensitivity training dan fokus sasaran yang beragam. Dalam
programs for leaders of traditional com- konteks penegakan hukum ini, program
munities, local community leaders, and pelatihan senstivitas jender bagi para
religious figures and scholars should also pemangku adat, pimpinan lokal dan bagi
be considered. tokoh agama dan ulama perlu dipertim-
bangkan untuk diselenggarakan.
For judges and other law enforcement offi-
cials Bagi Para Hakim dan Aparat Penegak Hukum
lainnya
• To expand the reach and impact of gen-
der sensitivity, judges need to create and • Untuk memperluas jangkauan impact
develop networks to enable a process of sensitivitas jender, para hakim perlu
sharing of information and experiences membuka dan mengembangkan jejaring
in achieving gender-sensitive judicial antar hakim, sehingga terjadi proses ber-
processes in their respective regions. bagi informasi dan pengalaman dalam
• Judges should continue to explore me- mewujudkan proses peradilan yang sen-
thodologies for reading the law that will sitif jender di tempat masing-masing.
enable escape from rigid readings of legal • Untuk terus menggali metodologi pem-
texts that are obviously gender-biased. bacaan hukum yang memampukan para
To this end, they should be endlessly hakim keluar dari cara baca yang kaku
challenged to continue their reading of terhadap teks hukum yang jelas-jelas bias
works that offer a fresh understanding of jender. Untuk ini mereka hendaknya di-
the concepts of gender justice. By using mampukan untuk melanjutkan pemba-
gender analysis, they should be able to caan referensi yang menawarkan pema-
continue their study of and reflection on haman konsep keadilan jender. Dengan
the legal cases they handle so that gen- menggunakan analisis jender, seyogya-
der-biased adjudication processes and nya mereka dapat terus melakukan ka-
decisions can be avoided. [ ] jian dan refleksi atas perkara-perkara
hukum yang mereka tangani sehingga
proses ajudikasi dan putusan pengadilan
yang bias jender dapat dihindari. [ ]

xxviii
1
Pendahuluan
1
Pendahuluan

B
A. PENGANTAR

uku ini merupakan hasil pendokumentasian pengalaman Pusat Studi


Wanita (PSW) Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogya-
karta dan Yayasan Putroe Kandee Aceh dalam menyelenggarakan ke-
giatan pemberdayaan perempuan atas dukungan Asia Foundation.
Secara terpisah kedua lembaga ini bekerja untuk kegiatan yang sama
yaitu peningkatan sensitivitas jender para hakim dan petugas KUA di beberapa
wilayah di Indonesia. Peningkatan sensitivitas jender dimaksud adalah menum-
buhkembangkan cara pandang dan kesadaran peserta atas realitas relasi sosial le-
laki dan perempuan yang pada kenyatannya sangat dinamis, kontekstual, dipenga-
ruhi dan berpengaruh kepada aspek sosial, politik, ekonomi, budaya dan agama.

Melampaui sangkaan orang yang kerap menganggap bahwa relasi jender itu ter-
batas di lingkup rumah tangga, pada kenyataannya dinamika sosial antar jenis
kelamin itu merambah ke berbagai aspek kehidupan dan dalam tingkatan yang
berbeda-beda mulai pada tingkatan keluarga, masyarakat, negara hingga tatanan
masyarakat global.

Masalahnya, dalam suatu sistem sosial yang lebih mengutamakan peran dan
kedudukan lelaki, dinamika relasi sosial antar lelaki dan perempuan ini terbukti
membuahkan sejumlah ketimpangan. Ketimpangan-ketimpangan itu dapat dike-
nal dan diukur dari tingginya kekerasan berbasis prasangka jender, marjinalnya
peran politik dan ekonomi perempuan, bertambahnya beban kerja di dalam dan

DEMI KEADILAN DAN KESETARAAN
di luar rumah tangga, serta rendahnya peng- Yogyakarta. Untuk Putroe Kandee pendoku-
hargaan kumulatif atas status mereka. Ke- mentasian ini hanya meliputi Aceh karena
timpangan-ketimpangan itu dalam beberapa Putroe Kandee hanya bekerja di wilayah ini.
dekade ini dipersoalkan karena terbukti me- Sementara untuk PSW UIN Yogyakarta, pen-
munculkan ketidakadilan yang secara umum dokumentasian ini secara purposif memilih
disebabkan oleh tindakan diskriminasi ber- Sumatera Barat dan Sulawesi Selatan.
basis prasangka jender.

Karenanya, peningkatan sensitivitas jen- B. LATAR BELAKANG KEGIATAN


der dalam konteks ini berarti peningkatan DOKUMENTASI PROGRAM
kemampuan peserta dalam meneropong
ketimpangan akses dan kontrol antar je- Kegiatan dokumentasi program ini dilaku-
nis kelamin terhadap sejumlah sumberdaya kan oleh Pusat Studi Konstitusi, Hukum dan
yang terkait dengan hukum. Cara ini diya- HAM (PUSKUMHAM) UIN Syarif Hidayatullah
kini dapat mempengaruhi tercapainya rasa Jakarta. Dasar pikir dari pendokumentasian
keadilan baik laki-laki maupun perempuan. ini antara lain sebagai berikut:
Dalam konteks kerja kedua mitra Asia Foun-
dation itu, fokus pemberdayaan ini diuta- 1. Kondisi Faktual Peradilan Agama di In-
makan kepada para aparatur yang melaya- donesia
ni pemenuhan keadilan bagi mereka yang Tidak ada satu lembaga pun yang berpenga-
datang ke Balai Nikah ketika bahtera rumah- ruh sangat besar kepada masyarakat Muslim
tangga hendak didayung atau ke ruang pe- kecuali lembaga perkawinan. Karenanya,
ngadilan ketika bahtera bersimpang haluan sangatlah dimengerti, keberadaan lembaga
dan perkawinan terpaksa diakhiri. yang mengatur bagaimana keluarga dibentuk
atau diakhiri menjadi penting. Keberadaan
Selain menjelaskan tentang bagaimana pro- peradilan agama merupakan fenomena khas
gram pemberdayaan ini dijalankan, doku- yang terdapat di sejumlah negara berpen-
mentasi ini juga memuat contoh-contoh dari duduk mayoritas Muslim. Di Indonesia, cikal
proses membangun kesadaran itu. Sebagai bakal peradilan agama sudah muncul sejak
sebuah karya yang dikonstruksikan dengan zaman kesultanan Muslim pada abad ke-15
kaedah-kaedah keilmuan yang dapat diuji M di beberapa wilayah Nusantara. Kedudu-
keabsahannya dan agar karya ini bisa diper- kan peradilan agama selanjutnya bahkan
tanggungjawabkan, buku ini juga menyaji- mendapat pengakuan dari kolonial Belanda
kan penjelasan metodologi pengumpulan pada abad ke-19 M. Namun, sungguhpun
data dan penulisannya. mempunyai status yuridis sejak 1882, ke-
beradaan peradilan agama hingga hampir
Cakupan wilayah penelitian untuk pendoku- 50 tahun Indonesia merdeka lebih bersifat
mentasian ini adalah Provinsi Nanggroe Aceh semu dan tetap berada di posisi marjinal.
Darussalam, Sumatera Barat dan Sulawesi Padahal kedudukan dan peran mereka sa-
Selatan. Ketiganya merupakan representasi ngatlah sentral dalam tatanan masyarakat di
dari beberapa provinsi yang dipilih sebagai Indonesia.
wilayah kerja Putroe Kandee dan PSW UIN

PENDAHULUAN
Gambar 1
Gedung Mahkamah
Syar’iyah Banda Aceh

Lahirnya Undang-undang (UU) Nomor 7 Ta-


hun 1989 tentang Peradilan Agama telah Peradilan agama
membuka babak baru bagi proses pe- merupakan sarana
nguatan yang signifikan untuk struktur dan yang efektif untuk
kapasitas yurisdiksi peradilan agama. Boleh mewujudkan akses dan
dibilang bahwa sejak dekade 1990-an, kon-
solidasi peradilan agama berlangsung de-
kontrol atas hak-hak
ngan cukup intensif dan mengalami perkem- material maupun non-
bangan institusional yang pesat dari waktu material yang berkeadilan
ke waktu. Integrasi struktur peradilan agama jender.
sejak tahun 2004 yang sebelumnya berada
di bawah koordinasi Departemen Agama,
ke dalam wilayah administrasi Mahkamah dengan lahirnya ketentuan baru tentang per-
Agung mendorong percepatan proses kema- luasan cakupan yurisdiksi peradilan agama
juan di berbagai bidang, termasuk pening- sebagaimana terdapat di dalam Undang-un-
katan anggaran belanja tahunan dan kuali- dang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Peruba-
tas sumberdaya manusia. han Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989
tentang Peradilan Agama. Sebelum tahun
2. Perluasan Yurisdiksi Peradilan Agama 2006, yurisdiksi peradilan agama hanya me-
Perkembangan mutakhir berkenaan dengan liputi masalah-masalah keluarga seperti: (a)
Peradilan Agama adalah upaya struktural perkawinan; (b) kewarisan, wasiat dan hibah
untuk beranjak tak terbatas sebagai pen- yang dilakukan berdasarkan hukum Islam;
gadilan keluarga. Hal ini antara lain ditandai dan (c) wakaf dan shadaqah. Ruang lingkup

DEMI KEADILAN DAN KESETARAAN
yurisdiksi Pengadilan Agama pasca Undang- dari sistem hukum nasional memiliki kon-
undang Nomor 3 Tahun 2006 itu bertambah tribusi penting dalam mempengaruhi dan
dengan memasukkan perekonomian syariah membentuk praktik dan kebiasaan yang
seperti: bank syariah, lembaga keuangan mi- terjadi dalam hubungan hukum antara laki-
kro syariah, asuransi syariah, reasuransi sya- laki dan perempuan. Hal ini karena hampir
riah, reksadana syariah, obligasi syariah dan semua kompleksitas persoalan relasi antara
surat berharga berjangka menengah syariah, laki-laki dan perempuan sebagai sepasang
sekuritas syariah, pembiayaan syariah, pega- suami istri adalah bagian pokok dari kom-
daian syariah, dana pensiun lembaga keu- petensi peradilan agama. Peradilan agama
angan syariah dan bisnis syariah. Dengan dengan demikian merupakan sarana yang
pertambahan yurisdiksi semacam ini, Pe- efektif untuk mewujudkan akses dan kontrol
ngadilan Agama di Indonesia tidak lagi men- atas hak-hak material maupun non-material
jadi pengadilan keluarga tetapi berkembang yang berkeadilan jender. Dalam konteks ini,
ke arah pengadilan sipil khusus bagi umat hakim agama sebagai aktor sentral dalam
Islam. institusi peradilan agama memegang peran
penting. Hakim agama tidak hanya sekadar
Perkembangan paling menonjol dari seluruh bertindak sebagai aparatur penegak hukum
proses perubahan yang terjadi pada peradil- dan keadilan tetapi juga dapat menjadi agen
an agama berlangsung di Aceh. Bersamaan perubahan hukum untuk mengatasi ma-
dengan proses penerapan formal syariat Is- salah-masalah diskriminasi jender di dalam
lam sejak disahkannya Undang-undang No- lingkup domestik keluarga.
mor 18 Tahun 2001 tentang Nanggroe Aceh
Darussalam, Pengadilan Agama di Aceh bu- Upaya hakim agama untuk melakukan im-
kan hanya berganti nama dari Pengadilan provisasi hukum dalam membela keseta-
Agama menjadi Mahkamah Syar’iyah, tetapi raan status dan hak-hak perempuan kian
juga kewenangan memeriksa perkara-perka- terasa urgen, khususnya ketika berbagai
ra bertambah luas mencakup pelanggaran- produk hukum dan kultur hukum di Indone-
pelanggaran pidana ringan (jinayah) seperti sia masih belum sepenuhnya mengandung
berjudi, konsumsi minuman keras dan khal- sensitivitas jender yang mampu menempat-
wat, yaitu berdua-duaan dengan lain jenis kan perempuan pada posisi yang sepatut-
kelamin yang bukan muhrim. Kewenangan nya. Sembari menanti upaya amandemen
baru Mahkamah Syar’iyah ini selanjutnya ataupun judicial review terhadap sejumlah
diperteguh oleh Undang-undang Nomor 11 peraturan perundang-undangan yang diang-
tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh. gap bermasalah dari perspektif jender, per-
Semua perubahan spesifik ini hanya ber- ubahan pola pikir dan cara pandang hakim
laku bagi peradilan agama di Aceh. Dengan melalui serangkaian pelatihan peningkatan
perkembangan ini, peradilan agama di Aceh sensitivitas jender dapat menjadi terobosan
melangkah melampaui kewenangan peradi- dan pilihan yang dianggap strategis.
lan agama di luar Aceh.
Melalui strategi edukasi, hakim agama di-
3. Hakim Agama dan Sensitivitas Jender harapkan akan memiliki wawasan dan
Institusi peradilan agama sebagai bagian pengetahuan memadai untuk menghadapi

PENDAHULUAN
situasi ketidakadilan jender di hampir se- Akibat lanjutan dari kebijakan itu Pengadilan
gala ranah hukum. Dengan perspektif jen- Agama yang kala itu bernama Majelis Hakim
der semacam itu, hakim agama terlegitimasi Agama harus membuka diri kepada para ma-
dan termotivasi untuk melakukan ijtihad, hasiswi lulusan Fakultas Syariah untuk men-
menafsirkan teks-teks perundang-undangan duduki jabatan hakim agama.
yang mengandung bias ketidakadilan, atau
malah pergi lebih jauh ke balik teks hukum C. METODOLOGI DAN URGENSI
(beyond legal texts) untuk menemukan ke- PENULISAN DOKUMENTASI
adilan di sana.
Dokumentasi ini dilakukan para peneliti PUS-
KUMHAM yang dipimpin sendiri oleh direk-
turnya, Dr. Arskal Salim. Tim ini bekerja in-
Reaksi para hakim
tensif selama 6 bulan sejak September 2008
yang pro-kontra atau sampai Februari 2009, ditambah beberapa
optimis dan skeptis bulan untuk revisi setelah dilakukan kon-
atas adanya gagasan sultasi dengan para pengguna dokumentasi
gender mainstreaming ini. Bagi PUSKUMHAM, pendokumentasian
ini penting setelah Dr. Salim mengamati dari
ini dianggap penting
dekat terjadinya perubahan-perubahan cara
untuk diamati, dicatat pandang hakim yang ia teliti dalam konteks
dan didokumentasikan, penelitian yang berbeda. Sebagai peneliti
terutama karena yang pernah tinggal di Aceh dan bekerja un-
dampaknya yang tuk IDLO, ia melihat berbagai perubahan
yang sangat signifikan terkait dengan cara
sangat langsung kepada
pandang hakim terhadap perkembangan so-
keluarga melalui sial dan jender.
lembaga peradilan

 Abdurrahman Wahid, “Dilema Budaya Wani-


Bagi Indonesia upaya untuk meletakkan
ta Islam Indonesia”, dalam Wanita Indonesia
perempuan setara di depan hukum telah dalam Teks dan Konteks, INIS, 1993.
berlangsung bersama tumbuhnya negeri  Lihat Arskal Salim, Challenging The Secular
ini sebagai suatu negara yang merdeka. Ta- State: The Islamization of Law in Modern In-
hun 1957, segera setelah Fakultas Syariah donesia, (Honolulu: Hawai’i University Press,
2008); Praktik Penyelesaian Formal dan Infor-
berdiri, misalnya, para pelajar putri lulusan
mal Masalah Pertanahan, Kewarisan dan Per-
pesantren diterima untuk belajar di Fakultas walian Pasca Tsunami di Banda Aceh dan Aceh
Syariah sebagai konsekuensi atas dibukanya Besar, (Banda Aceh: International Development
pintu pendidikan bagi perempuan. Padahal Law Organization, 2006).

di negara-negara berpenduduk Muslim lain  International Development Law Organization/


IDLO merupakan lembaga yang berpusat di
seperti Mesir, penerimaan mahasiswi baru di Roma, Italy, dan sejak akhir tahun 2005, aktif
Universitas Al Azhar Kairo baru dimulai tahun berkiprah di Aceh memberikan fasilitas dan du-
1960 dengan dibukanya Kuliyyah al-Banat. kungan legal bagi para anggota keluarga korban
tsunami dan masyarakat Aceh pada umumnya.

DEMI KEADILAN DAN KESETARAAN
Gambar 2
Proses Persidangan
di Mahkamah
Syar’iyah

Meskipun tidak seintensif di Aceh, penga- kat (PKPM). Untuk memastikan kesamaan
matan serupa juga dilakukan PUSKUMHAM pemahaman para penelitinya, PUSKUM-
di wilayah-wilayah lain. Pengamatan ini ter- HAM melakukan workshop kerangka desain
kait dengan semakin meluasnya gagasan operasional penelitian dan teknik penggu-
gender mainstreaming yang diintroduksikan naan perangkat penelitian. Satu aktivitas
oleh Kantor Pemberdayaan Perempuan seb- tambahan dilakukan berupa penyamaan
agai policy pemerintah berdasarkan Inpres persepsi tentang konsep dasar jender serta
Nomor 9 Tahun 2000 tentang PUG (Pengarus kekerasan berbasis jender melalui kegiatan
utamaan Jender). Reaksi para hakim yang inhouse training bagi para peneliti.
pro-kontra atau optimis dan skeptis atas
adanya gagasan gender mainstreaming ini Secara lebih spesifik tujuan pendokumenta-
dianggap penting untuk diamati, dicatat dan sian ini adalah:
didokumentasikan, terutama karena dam-
1. Merekam pengalaman hakim agama
paknya yang sangat langsung kepada keluar-
dalam berbagai proses penguatan sensi-
ga melalui lembaga peradilan. Dalam pelak-
tivitas jender pada sektor penegakan ke-
sanannya, penelitian lapangan ini didukung
adilan dan perlindungan hak-hak perem-
oleh peneliti lokal dari lembaga penelitian
puan di beberapa kota yang berbeda.
setempat. Di Aceh, PUSKUMHAM dibantu
oleh Pusat Kajian Pendidikan dan Masyara- 2. Mengidentifikasi bukan hanya sejauh-
mana sensitivitas jender aparat penegak
 Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang hukum telah terbentuk melalui proses
Pengarusutamaan Jender dalam Pembangunan
pelatihan yang telah diselenggarakan,
Nasional dan Keputusan Menteri Dalam Neg-
eri, Nomor 132 Tahun 2003 tentang Pedoman tetapi juga mendeteksi dampak pelati-
Umum Pelaksanaan PUG dalam Pembangunan han dalam setiap proses ajudikasi yang
Daerah. dilakukan oleh mereka.

PENDAHULUAN
3. Menjadi sarana yang mampu membang- kepada lembaga penyelenggara yaitu PSW
kitkan kesadaran dan sensitivitas jender UIN Yogyakarta, Putroe Kandee dan Asia
para hakim agama yang belum mengikuti Foundation untuk penulisan draf akhir.
pelatihan di wilayah lainnya di Indone-
sia.
4. Menjadi referensi bagi masyarakat luas, D. PENGUMPULAN DAN PENYA-
utamanya perempuan, yang mengharap- JIAN DATA
kan keadilan dan perlindungan atas hak-
hak mereka. Dokumentasi ini menjadi 1. Kegiatan FGD, Interview dan Observasi
bukti untuk membangun keyakinan di Data awal dikumpulkan melalui bacaan
kalangan kaum perempuan bahwa ide dokumentasi berupa makalah, transkripsi
kesetaraan jender mendapat dukungan rekaman proses pelatihan yang didokumen-
riel dari sektor peradilan. tasikan dengan baik oleh PSW dan Putroe
Kandee. Selain itu, dilakukan in-depth in-
5. Menjadi acuan atau titik tolak bagi pi-
terview dengan key informants terpilih dan
hak-pihak terkait yang akan melakukan
observasi di lapangan. Untuk mengantarkan
perencanaan program pelatihan pening-
pada pandangan umum peserta, informasi
katan kualitas hakim, khususnya dalam
digali melalui Focus Group Discussion (FGD)
rangka memantapkan kemampuan sen-
yang berlangsung serempak di tiga lokasi
sitivitas jender setiap hakim.
pada 29 November 2009. Sejumlah perta-
nyaan dipersiapkan dan secara konsisten
Untuk mewujudkan tujuan di atas, pendo- diajukan kepada para peserta FGD di tiga
kumentasian ini dilakukan dengan meng- wilayah penelitian terpilih.
gunakan metode penelitian kualitatif. Un-
tuk maksud yang lebih spesifik, digunakan FGD Aceh diikuti sembilan orang hakim
model evaluasi goal oriented untuk melihat Mahkamah Syar’iyah sebagian diantaranya
kesesuaian hasil dan dampak pelaksanaan hakim perempuan. Para hakim ini bertugas
program dengan tujuan yang telah diren- di Mahkamah Syar’iyah Provinsi NAD, Banda
canakan. Untuk mendapatkan informasi Aceh, Jantho, Sigli, Lhokseumawe, Langsa,
tersebut, digunakan pendekatan partisipatif Blang Keujeren dan Tapak Tuan. FGD Suma-
(participatory approach) yang menekankan tera Barat diikuti tujuh orang hakim, yang
pada 2 (dua) aspek, yakni internal actors satu di antaranya perempuan. Mereka ber-
(melibatkan para pelaksana program pelati- tugas di lima Pengadilan Agama Sumatera
han) dan external actors (melibatkan kelom- Barat dan Pengadilan Tinggi Agama Suma-
pok-kelompok lain di luar pelaksana yaitu tera Barat. Sementara di Sulawesi Selatan,
peserta pelatihan/stakeholders). FGD diikuti tujuh hakim agama dua, di an-
taranya perempuan. Mereka berasal dari
Tahapan pendokumentasian dimulai dari pe- Kantor Pengadilan Agama Makassar, Takalar,
rumusan konsep, studi dokumentasi, turun Pinrang, Watampone, Sengkang, Barru, dan
ke lapangan, workshop konsolidasi temuan Sungguminasa.
lapangan, uji ulang hasil temuan lapangan,
hingga cek silang informasi dan konfirmasi Selain menggali informasi tentang penye-

DEMI KEADILAN DAN KESETARAAN
Observasi dilakukan para peneliti dengan
Pertanyaan yang menyaksikan beberapa hakim terpilih ke-
diajukan dalam tika beraksi di persidangan. Sangat disadari
bahwa persidangan pada umumnya meru-
wawancara mendalam
pakan sidang tertutup. Oleh karena itu, ob-
lebih spesifik pada servasi dilakukan setelah majelis meminta
respon personal mereka persetujuan para pihak. Seusai persidangan,
atas program training para peneliti melakukan wawancara ulang
ini serta pengalaman dengan para pihak untuk mengetahui se-
berapa jauh tingkat kepuasan mereka atas
mereka sehari-hari di
hasil sidang. Demikian pula, wawancara di-
pengadilan. lakukan dengan hakim dan anggota mejelis-
nya untuk mengetahui pandangan mereka
lenggaraan training, FGD juga mengum- atas perkara yang sedang mereka tangani
pulkan cerita-cerita anekdotal bagaimana itu. Dalam kerangka observasi ini pula, para
training itu berpengaruh baik secara kognitif peneliti melakukan kajian atas dokumentasi
maupun afektif (sikap). Terkait dengan pe- putusan-putusan hakim. Cek silang temuan
nyelenggaraan training, FGD ini mengum- dari lapangan dilakukan para peneliti den-
pulkan informasi soal cakupan kurikulum, gan pihak penyelenggara yaitu PSW UIN dan
kualitas narasumber fasilitator dari perspek- Putroe Kandee serta Asia Foundation.
tif peserta, serta alur training, pengorga-
nisasian kegiatan dan referensi yang dise- 2. Penyajian Data Dokumentasi
diakan. Buku ini disajikan dengan sistimatika standar.
Berangkat dari pendahuluan yang menjelas-
Setelah FGD, penggalian informasi dilan- kan tentang konteks pendokumentasian ini
jutkan melalui in-depth intervew. Sejumlah serta latar belakangnya, buku ini berakhir di
peserta FGD dihubungi ulang untuk proses catatan refleksi. Pada bagian inti diuraikan
ini. Di Aceh interview dilakukan kepada lima tentang aktivitas sensitivitas jender seba-
orang hakim, dua diantaranya perempuan. gai media pembelajaran hakim. Menyadari
Sementara di Sumatera Barat dan Sulawesi bahwa karena konteks dan pendekatan yang
Selatan wawancara mendalam dilakukan dilakukan kedua lembaga ini berbeda, maka
masing-masing dengan tiga orang hakim pendokumentasian ini disajikan secara ter-
yang salah satu dari mereka perempuan. pisah tanpa upaya membandingkan baik
Pertanyaan yang diajukan dalam wawancara persamaan maupun perbedaannya. Catatan
mendalam lebih spesifik pada respon per- Refleksi di bagian akhir menyimpulkan hasil
sonal mereka atas program training ini serta temuan serta rekomendasi dari PUSKUM-
pengalaman mereka sehari-hari di peng- HAM yang pada intinya menekankan pada
adilan. manfaat lanjutan dari kegiatan serupa. [*]


PENDAHULUAN
10
DEMI KEADILAN DAN KESETARAAN
2
Sensitivitas Jender:
Sebuah Proses Pembelajaran
2
Sensitivitas Jender:
Sebuah Proses
Pembelajaran

A. STRATEGI DAN PENDEKATAN PROGRAM ASIA

P
FOUNDATION

endokumentasian ini mencatat bahwa strategi bermitra Asia Founda-


tion dilandasi oleh prinsip-prinsip kerja kemitraan. Di dalamnya ter-
gambar bahwa hubungan kemitraan antara Asia Foundation dengan
mitranya tak terbatas pada penyaluran dana atau pendelegasian we-
wenang. Beberapa prinsip kerja berbasis kemitraan itu antara lain:

1. Mengembangkan Gagasan Mitra


Bagi Asia Foundation peran mitra dalam mengembangkan programnya sangat
diutamakan. Dalam konteks pemberdayaan hakim ini, gagasan program umum-
nya datang dari mitra. Gagasan itu kemudian didiskusikan hingga mencapai kese-
pakatan tentang bagaimana program ini didesain, diselenggarakan serta dievalu-
asi sesuai siklus program.
 Sandra Hamid, Interview, Desember 2008
 Dalam banyak kegiatan yang diselenggarakan Putroe Kandee, Ibu Hakim Rosmawardani ber-
ulang kali menjelaskan bahwa dia cukup lama membawa gagasan itu kepada banyak pihak
termasuk donor. Baru dalam pertemuan dengan Dr. Sandra Hamid Direktur Program Aceh
Asia Foundation, ide itu bersambut yang kemudian diproses menjadi program kegiatan Pu-
troe Kandee (lihat prosiding laporan kegiatan dan rekaman proses pelatihan Yayasan Putroe
Kandee sejak April 2006- sampai September 2008).
12
DEMI KEADILAN DAN KESETARAAN
Gambar 3
Workshop
Penyusunan
Kurikulum Training
oleh Putroe Kandee
di Aceh

2. Penguatan Kapasitas Mitra 3. Kerjasama dalam teknik ‘Tandem’


Setelah tercapai kesepakatan kerjasama, Teknik tandem atau pendampingan lang-
Asia Foundation menindaklanjutinya de- sung di lapangan merupakan cara lain yang
ngan identifikasi kebutuhan mitra untuk dilakukan Asia Foundation untuk pening-
pendampingan. Karena basisnya kebutuhan katan kapasitas mitra. Untuk isu jender
mitra maka pendampingan bisa sangat be- misalnya, teknik tandem dilakukan dengan
ragam. Untuk PSW misalnya, pendampingan memasangkan Lies Marcoes dan staf mitra
diutamakan pada aspek administrasi penge- yang dianggap memiliki kemampuan untuk
lolaan program dan keuangan. Sementara memfasilitasi. Teknik kerja tandem dilakukan
untuk Putroe Kandee pendampingan dilaku- juga oleh PSW UIN Yogyakarta dengan PSW
kan lebih intensif mengingat Putroe Kandee UIN/IAIN lokal, antara lain sebagai narasum-
adalah lembaga baru. Jadi, selain pelatihan ber utama dan narasumber pendamping.
administrasi dan manajemen organisasi, Pilihan pendampingan dengan teknik terjun
kepada Putroe Kandee diberikan pendam- bareng ini juga dimaksudkan sebagai sarana
pingan tentang pengelolaan lembaga, pe- pembelajaran langsung bagi staf lokal, uta-
ningkatan kapasitas internal, peningkatan ke- manya Putroe Kandee, agar kelak siap men-
mampuan memfasilitasi, Training of Trainers jadi penyelenggara kegiatan training secara
(ToT) bagi staf, pengenalan pada sejumlah mandiri.
13 konsep sensitivitas jender dan pembelajaran
teknik penyelenggaraan training yang parti- PSW UIN Yogyakarta sepenuhnya meman-
sipatif. faatkan fasilitator dari dalam lingkungan
sendiri tanpa tandem dengan staf Asia

13
sensitivitas jender: SEBUAH PROSES PEMBELAJARAN
Foundation. Dilihat dari segi jumlah dan Islam provinsi. Dari kalangan akademisi, Pu-
kapasitasnya, PSW telah sangat memadai troe Kandee mengundang dosen-dosen dari
untuk menyelenggarakan kegiatan ini secara IAIN Ar –Raniry, sementara dari kalangan
mandiri. PSW juga telah memproduksi mo- Mahkamah Syar’iyah di Aceh, Putroe Kan-
dul sehingga seluruh alur kegiatan pelatihan dee melibatkan Ketua Mahkamah Syar’iyah
senantiasa berpedoman pada modul terse- Provinsi. Dan terkait dengan isu pember-
but. Alur pelatihan PSW yang relatif stabil se- dayaan perempuan, Putroe Kandee kerap
bagaimana tertuang dalam modul itu sangat menghadirkan aktivis lokal seperti MiSPI
membantu fasilitator PSW UIN Yogyakarta (Mitra Sejati Perempuan).
maupun PSW UIN/IAIN lokal untuk bekerja
dalam mekanisme tandem seperti itu. 5. Legitimasi Pusat
Asia Foundation dan para mitranya senantia-
4. Pemanfaatan Sumber Daya sa mengkonsultasikan programnya dengan
Asia Foundation sangat mendorong mi- lembaga terkait dalam struktur yang lebih
tranya untuk memanfaatkan sumberdaya tinggi. Konsultasi ini berlangsung hingga ke
setempat tanpa mengurangi kualitas bidang tingkat pelaksanaan pelatihan. Pelatihan
yang dibutuhkannya. yang diselenggarakan PSW maupun Putroe
Kandee dengan penuh mendapatkan duku-
Pelibatan narasumber lokal dilakukan PSW ngan dari Mahkamah Agung dan Departe-
UIN Yogyakarta dengan mengundang nara- men Agama Pusat. Pelatihan-pelatihan itu
sumber baik dari lingkungan Peradilan umumnya dihadiri oleh Direktur Badan Pera-
Agama maupun dari Departemen Agama dilan Agama, Drs. Wahyu Widiana M.A., atau
tingkat provinsi. Mereka juga mengundang Direktur Bimas Islam Prof. Dr. Nasaruddin
narasumber tingkat nasional yang diang- Umar. Bahkan, Direktur Badilag juga mengi-
gap memiliki relasi dengan konteks lokal. rimkan undangan langsung kepada kepala
Sebagai lembaga akademis, PSW meman- PA untuk hadir dalam kegiatan training yang
faatkan narasumber internal yang sangat diselenggarakan PSW. Beberapa narasumber
handal dalam kajian studi jender. Dan untuk dari Mahkamah Agung yang menjadi langga-
memastikan bahwa upaya sensitivitas jen- nan dalam kegiatan Putroe Kandee adalah
der ini terkait dengan isu–isu yang relevan Drs. Taufik M.A., Drs. Mukhtar Zamzami SH
dengan pemberdayaan perempuan, mereka dan Dr. Supandi SH, M. Hum.
mengundang beberapa aktivis dari Yogya-
karta seperti dari WCC Rifka Annisa dan PKBI
Yogyakarta. B. STRATEGI DAN PENDEKATAN
YAYASAN PUTROE KANDEE
Dalam konteks Aceh, Putroe Kandee senan-
tiasa melibatkan narasumber setempat se- 1. Profil Lembaga
perti dari lingkungan Kanwil Depag Provinsi Yayasan Putroe Kandee yang artinya Perem-
NAD, dan jaringan ulama dayah, termasuk puan Penerang didirikan pada 1990 oleh se-
ketika membahas isu lokal seperti penera- kumpulan anggota majelis taklim di Banda
pan Qanun Nomor 12, 13, dan 14, dengan Aceh yang dipimpin Ibu Rosmawardani SH.
mengundang mantan Ketua Dinas Syariat Pada awalnya mereka merasa sangat priha-
14
DEMI KEADILAN DAN KESETARAAN
tin atas nasib para korban konflik dan beru- korban. Selain dengan Asia Foundation, Pu-
saha membantunya dengan membagikan troe Kandee membina kemitraan dengan
sembako atau pengobatan gratis secara lembaga dana yang bekerja di Aceh seperti
berkala selepas pengajian mingguan. UNIFEM, DFID/ World Bank, Royal Nether-
lands Embassy (RNE), termasuk dengan
Ketika tsunami menerjang Aceh pada 26 De- BRR.
sember 2004, kantor Yayasan Putroe Kandee
yang terletak di Jalan Teungku Daud Beu-
reueh termasuk yang luluh lantak. Sebagai Para hakim yang
pengurus yayasan yang juga hakim agama, selamat melihat
Ibu Rosmawardani (biasa disapa “Ibu Ros”) berbagai persoalan
banyak didatangi keluarga korban untuk hukum yang timbul
konsultasi hukum.
pasca tsunami.
Ibu Ros dan para hakim yang selamat meli- Sebagian besar
hat berbagai persoalan hukum yang timbul persoalan itu sangat
pasca tsunami. Sebagian besar persoalan terkait dengan hak-
itu sangat terkait dengan hak-hak kaum hak kaum perempuan.
perempuan. Di luar isu-isu yang biasa mere-
ka tangani seperti warisan, perwalian anak,
harta bersama, Mahkamah Syar’iyah harus 2. Pendekatan
berhadapan dengan persoalan hukum yang Seperti diketahui Putroe Kandee hanya beker-
jarang mereka jumpai sebelumnya seperti ja di satu wilayah yaitu Provinsi Nanggroe
pergeseran batas tanah, hutang piutang, Aceh Darussalam (NAD). Sampai saat ini keg-
deposito, asuransi, pegadaian dan lain-lain. iatan penguatan para hakim telah dilakukan
Menyadari bahwa dalam kondisi darurat itu secara intensif selama 2 tahun. Dalam pelak-
dibutuhkan lembaga yang lebih responsif sanaannya, Putroe Kandee melakukan ker-
dan fleksibel, maka Ibu Ros dan beberapa jasama dengan institusi penerima manfaat
pengurus Yayasan Putroe Kandee melaku- yaitu Mahkamah Syar’iyah NAD yang meli-
kan kegiatan yang dimaksudkan untuk men- batkan seluruh kantor Mahkamah Syar’iyah
cari jawaban atas berbagai persoalan hukum dari 23 kabupaten/kota. Keterlibatan peserta
yang timbul. Mereka mulai dengan mendata tersebut, berlangsung secara terus menerus
persoalan-persoalan yang dinilai sangat dan bertingkat-tingkat, mulai dari pelatihan
mendesak untuk diselesaikan terkait dengan tingkat dasar, pelatihan tingkat pendalaman,
kepastian hukum bagi perempuan dan anak- kegiatan sosialisasi publik, pertemuan evalu-
anak pasca tsunami. asi dan monitoring berkala, serta kunjungan
lapangan dari Putroe Kandee untuk diskusi
Atas dasar identifikasi itu, Putroe Kandee tematik. Keterlibatan peserta yang sangat in-
15 kemudian lebih memfokuskan perhatiannya tensif ini tidak hanya terjadi pada saat pelak-
pada kegiatan penguatan sensitivitas jender sanaan program tetapi juga dalam program
para hakim baik melalui kegiatan training, lain yang dikembangkan Putroe Kandee de-
penelitian dan kajian serta pendampingan ngan donor lain.
15
sensitivitas jender: SEBUAH PROSES PEMBELAJARAN
Putroe Kandee lebih difokuskan pada kon-
teks dan kebutuhan lokalnya.

Para hakim dikenalkan Dengan mengkhususkan pada sejumlah per-


pada metodologi soalan yang secara langsung dihadapi hakim,
pembacaan teks klasik/ seperti praktik talak di luar pengadilan, ce-
ushul fikih dengan cara rai gugat dari pihak perempuan, hak nafkah
pembacaan baru, yaitu pasca perceraian, hak perwalian anak,
praktik poligami dan implikasi hukumnya
dengan menggunakan dan lain-lain, para hakim dikenalkan pada
analisis jender metodologi pembacaan teks klasik/ushul
fikih dengan cara pembacaan baru, yaitu de-
ngan menggunakan analisis jender, misalnya
persoalan itsbat nikah (nikah ulang untuk
mendapatkan legalitas resmi dari negara)
Selain para hakim di lingkungan Mahkamah yang dibutuhkan banyak perempuan/pa-
Syar’iyah, Putroe Kandee juga melatih para sangan yang menikah di masa konflik, atau
pengurus KUA, URAIS dan BP4 dari bebera- perempuan sebagai wali harta peninggalan
pa kabupaten di Aceh. Dalam pelaksanaan- korban tsunami.
nya, training bagi KUA ini tidak digabungkan
dengan Mahkamah Syar’iyah dengan alasan 4. Fasilitator, Narasumber, dan Peserta
bahwa keduanya memiliki tugas dan tang- Kegiatan pelatihan yang diselenggarakan
gung jawab yang berbeda. Dalam pandangan oleh Putroe Kandee biasanya dipandu oleh
Putroe Kandee, meskipun tema besarnya tiga orang fasilitator yakni Rosmawardani,
sama yaitu peningkatan sensitivitas jender, Abdul Moqsith dan Lies Marcoes. Lies Mar-
namun lantaran wilayah kerjanya berbeda, coes M.A., merupakan ahli jender yang
maka cakupan dan muatan kurikulumnya berpengalaman dari Asia Foundation. Seba-
juga berbeda. Secara garis besar isu jender gai sarjana IAIN dan Master dalam bidang
yang diangkat dalam training bagi para ha- Antropologi Kesehatan, Lies telah lama ak-
kim lebih terkait dengan persoalan-persoa- tif di LSM berbasis pesantren untuk pem-
lan sengketa pasca perkawinan. Sementara berdayaan perempuan. Lies juga memiliki
bagi KUA isu jender lebih ditekankan pada kepiawaian dalam menjelaskan konsep jen-
cara pembacaan baru terhadap relasi kelu- der dan kaitannya dengan kondisi sosial,
arga menjelang atau di dalam perkawinan. budaya, politik dan agama di Indonesia. Lies
juga banyak melakukan penelitian tentang
3. Desain dan Pengembangan Kurikulum tema-tema itu. Dr. Abdul Moqsith Ghazali
Dalam mendesain dan mengembangkan merupakan tokoh muda NU yang cakap
kurikulumnya, Putroe Kandee berangkat dalam menjelaskan isu-isu jender dengan
dari kebutuhan yang sangat spesifik bagi pendekatan teori ushul fiqh. Doktor UIN
hakim dalam upaya memberikan kepastian Syarif Hidayatullah Jakarta ini memiliki latar
hukum pasca konflik dan tsunami di NAD. belakang pesantren dan sangat fasih dalam
Karenanya, kurikulum yang didesain oleh menguasai literatur klasik (kitab kuning). Se-
16
DEMI KEADILAN DAN KESETARAAN
dangkan Dra. Hj. Rosmawardani, SH adalah mendorong kesepakatan internasional agar
salah satu fungsionaris Yayasan Putroe Kan- negara-negara peserta konferensi seperti
dee yang memiliki pengalaman bertugas Indonesia, berikhtiar meningkatkan status
sebagai hakim agama. Dengan pengalaman perempuan. Dalam kerangka itu, pusat-pu-
selama 25 tahun, Wakil Ketua Mahkamah sat studi wanita di perguruan-perguruan
Syar’iyah Jantho ini mampu mengemas isu- tinggi didirikan, tak terkecuali PSW UIN Su-
isu jender yang berhubungan dengan per- nan Kalijaga Yogyakarta.
soalan hukum di pengadilan dan kondisi
sosial dan budaya masyarakat Aceh. Dalam Namun, terdapat sejumlah faktor yang
kegiatannya mereka dibantu oleh beberapa menyebabkan PSW UIN Yogyakarta lebih
co-fasilitator, seperti Amrina Habibi SH, Dra. berkembang dibandingkan dengan PSW
Muhsina serta Drs. Muhammad Qusai. UIN/IAIN/STAIN lain. Tersedianya sumber-
daya manusia yang berkualitas di satu pihak,
Secara kuantitatif sampai akhir tahun 2008 kuatnya komitmen pimpinan UIN dalam
terdapat 136 hakim, 14 diantaranya perem- pengembangan studi wanita di pihak lain,
puan yang telah mengikuti kegiatan training serta atmosfir gerakan perempuan di Yog-
yang diselenggarakan Putroe Kandee. Ini yakarta yang kondusif untuk tumbuhnya
merupakan sebagian besar dari hakim yang pemikiran jender dan Islam, menyebabkan
ada di NAD, yang totalnya berjumlah saat lembaga ini berkembang dengan pesat.
itu adalah 180 hakim dan 19 di antaranya
perempuan. Jika dirinci berdasarkan ja- Secara eksternal, PSW UIN Yogyakarta me-
batannya, mereka terdiri dari 5 orang hakim nikmati keuntungan dari dinamisnya ge-
tinggi, 117 hakim, 8 calon hakim, dan 6 pa- rakan LSM Perempuan di Yogyakarta. PSW
nitera. Lebih dari 80 orang di antara mereka dituntut mampu menjawab berbagai per-
telah mengikuti training pendalaman (ad- soalan yang diajukan kalangan LSM perem-
vance training). puan terkait dengan isu-isu krusial yang
dihadapi kaum perempuan. Sebagai pusat
studi berbasis agama, PSW dianggap memi-
C. STRATEGI DAN PENDEKATAN liki legitimasi moral dan otoritas akademis.
PSW UIN YOGYAKARTA Beberapa LSM yang secara spesifik bekerja
untuk isu perempuan telah tumbuh ketika
1. Profil Lembaga PSW berdiri, antara lain Yasanti, Lembaga
Konferensi Perempuan sedunia yang mela- Studi Pengembangan Perempuan dan Anak
hirkan Dekade Perempuan I (1975-1985) (LSPPA), PKBI dan Yayasan Kesejahteraan Fa-
dan Dekade Perempuan II (1985-1990) tayat (YKF) NU, dan WCC Rifka Annisa.
 Jumlah ini bertambah pada tahun 2009 men-
jadi 136 dengan ditunjuknya hakim-hakim baru Di luar itu, Yogyakarta merupakan ranah
yang didatangkan dari luar Aceh. Pada tahun subur untuk tumbuh kembangnya organi-
17 2009 ini, para hakim baru juga telah mengikuti
sasi kemasyarakatan berbasis Islam seperti
training yang sama. Kurikulum training bagi
mereka sedikit berbeda karena latar belakang Muhammadiyah dan Aisyiyah, atau Fata-
mereka yang merupakan pendatang baru di yat dan Muslimat yang merupakan sayap
wilayah ini dengan menambahkan konteks so- perempuan NU. Beberapa pendiri dan pe-
sio-kultural masyarakat Aceh.
17
sensitivitas jender: SEBUAH PROSES PEMBELAJARAN
ngurus PSW UIN hingga kini merupakan akti- yakarta yang diminati oleh para dosen baik
vis ormas Aisyiyah seperti Dra. Susilaningsih, perempuan maupun laki-laki yang meneku-
M.A., dan Dra. Siti Ruhaini Dzuhayatin M.A., ni bidang kajian Islam dan jender. Melalui
atau Dr. Ema Marhumah, M. Pd., yang juga PSW mereka mempublikasikan karya mereka
aktif di Fatayat NU. dalam jurnal yang cukup bergengsi Musâwa;
Jurnal Studi Jender dan Islam. PSW juga sa-
PSW UIN Yogyakarta berdiri 5 Desember ngat produktif menerbitkan buku–buku hasil
1995 melalui SK Rektor No. 128/1995. Cikal penelitian mereka.
bakal PSW UIN Yogyakarta ini telah tumbuh
sejak 1990 ketika sejumlah dosen perem- PSW UIN Yogyakarta merupakan salah satu
puan di lingkungan IAIN mendirikan Kelom- tolok ukur keberhasilan UIN Yogyakarta
dalam mengembangkan civitas akademika
keilmuan Islam yang modern dan progresif;
Gambar 4 sebagaimana juga keberhasilan PSW dalam
Beberapa terbitan memasukkan gender mainstreaming ke
PSW UIN Sunan dalam nomenklatur studi Islam di seluruh
Kalijaga, Yogyakarta
bidang kajian UIN Yogyakarta.

Terkait dengan program promosi kesadaran


jender bagi komunitas Muslim, PSW ber-
mitra dengan Peradilan Agama (PA), BP4
dan KUA. Pemilihan kelompok strategis itu
dilakukan setelah sebelumnya mereka me-
lebarkan sasaran dengan melibatkan ormas
keagamaan dan partai Islam. Atas dukung-
an dari Kedutaan Denmark (DANIDA) dan
belakangan Kedutaan Belanda (RNE), Asia
Foundation bekerjasama dengan PSW UIN
Yogyakarta dalam menjalankan program
penguatan perspektif jender melalui gen-
der mainstreaming untuk lingkungan Per-
pok Program Studi Wanita (KPSW). Berbe- adilan Agama (PA), BP4 dan KUA. Kegiatan ini
da dengan banyak PSW IAIN/UIN lain yang dilakukan di wilayah Provinsi Banten, Jawa
perkembangannya tergantung kepada para Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur,
pengurusnya, PSW UIN Yogyakarta segera Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, Kali-
tumbuh menjadi lembaga otonom dalam mantan Selatan, Sumatera Barat dan Riau.
struktur organisasi civitas akademika UIN
(dahulu IAIN) Yogyakarta. Dengan bergerak Melalui kegiatan ini setidaknya lebih dari
di tiga level sekaligus yaitu kajian, pengem- 400 orang telah terlibat, 170 orang dianta-
bangan organisasi dan advokasi, PSW UIN ranya adalah hakim pada Pengadilan Agama.
Yogyakarta menjadi salah satu lembaga Sisanya adalah pegawai KUA dan pimpinan
otonom dalam civitas akademika UIN Yog- ormas keagamaan dan anggota partai politik
18
DEMI KEADILAN DAN KESETARAAN
dari partai Islam. alumni peserta pelatihan, PSW menyeleng-
garakan diskusi tematik dan FGD secara
2. Pendekatan berkala. Ini juga digunakan sebagai ajang
Program sensitivitas jender bagi para hakim monitoring. Mereka juga menjaga intensi-
yang dikembangkan PSW UIN Yogyakarta tas hubungannya dengan cara pengiriman
semula merupakan program yang dike- produk-produk penerbitan mereka secara
mas dengan nama ”Workshop Rights from berkala. Diharapkan melalui buku-buku
Home”. Program ini merupakan kerjasama tersebut, para alumni dapat melanjutkan
antara PSW UIN Yogyakarta dengan DANIDA pendalaman kajian mereka seputar isu jen-
yaitu lembaga bantuan pembangunan dari der dan Islam.
Kerajaan Denmark. Program ini diperun-
tukkan bagi unsur penegak hukum; yaitu 3. Desain dan Pengembangan Kurikulum
hakim, pegawai KUA yang bertugas sebagai Dalam mendesain dan mengembangkan
pencatat nikah, anggota ormas, pengelola kurikulum programnya, PSW melihat bahwa
PSW, dan tokoh masyarakat, yang berasal perubahan paradigma berpikir aparat pene-
dari 9 provinsi (termasuk Sumatera Barat gak hukum sangat terkait dengan keislaman,
dan Sulawesi Selatan). Kegiatan pelatihan hukum keluarga, dan isu-isu perempuan.
pada masing-masing provinsi itu umumnya Karenanya, mengenalkan perspektif jender
dilakukan satu kali pertemuan yang berlang- merupakan sebuah keniscayaan manakala
sung antara 4-5 hari kerja. Karena wilayah hendak memperbaiki relasi jender yang lebih
pelaksanaan program yang tidak satu, maka adil dan seimbang. Berangkat dari cara pan-
PSW menerapkan sistem perwakilan untuk dang itu, kurikulum yang dikembangkan PSW
setiap-tiap kabupaten/provinsi yang dipilih. dilandaskan pada kerangka teoritis bagaima-
Para wakil inilah yang diharapkan oleh PSW na seharusnya sebuah keluarga dibangun
melakukan penularan gagasan kepada mitra dan keadilan di tingkat keluarga ditegakkan.
kerjanya yang lain. Untuk memastikan bahwa kerangka itu rele-
van dengan konteks lokalnya, dalam setiap
Dalam pelaksanaan programnya, PSW kegiatan trainingnya PSW terlebih dahulu
menggabungkan semua unsur peserta ha- mengidentifikasi kasus-kasus yang dihadapi
kim agama dan KUA di satu wilayah dalam para penegak hukum yang terkait dengan
satu pelaksanaan training/workshop. Peng- relasi jender. Secara garis besar komponen
gabungan ini dimaksudkan agar para pihak kurikulum itu terdiri dari konsep Islam pro-
itu dapat saling memahami problem-prob- gresif, dasar-dasar konsep HAM, kebijakan
lem yang dihadapi para pencari keadilan pemerintah dalam pengarusutamaan jender,
yang seringkali mengalami kesulitan akibat pengenalan konsep kekerasan dalam rumah
ketidakjelasan wilayah kerja dan kewenang- tangga (KDRT), hak reproduksi perempuan
an di antara para pihak itu. Hal ini terutama dan hak anak.
untuk isu-isu yang secara langsung bersing-
19 gungan antara KUA dan peradilan agama, Untuk menumbuhkan kesadaran tentang
misalnya kawin dan cerai di bawah tangan. hak-hak perempuan atas tubuhnya, PSW me-
masukan isu kesehatan reproduksi ke dalam
Untuk memelihara hubungan dengan para kurikulum pelatihan. Untuk itu, mereka juga
19
sensitivitas jender: SEBUAH PROSES PEMBELAJARAN
mengundang pakar dalam isu kesehatan re- Nasaruddin Umar, Dr. Amelia Tristiana, dan
produksi yang mendemonstrasikan dengan Prof. Dr. Musdah Mulia.
sangat menarik tentang perbedaan tubuh
organ reproduksi perempuan dan laki-laki Prof. Dr. Amin Abdullah merupakan Rektor
serta akibat-akibatnya baik yang disebabkan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang memiliki
oleh organ dan fungsi itu maupun oleh ada- kapabilitas dalam menjelaskan tentang kaji-
nya ketimpangan relasi jender. Relasi jender an filosofis tentang keadilan dan kese-taraan
yang timpang berpengaruh pada buruknya jender. Prof. Hamim Ilyas adalah dosen pada
akses perempuan untuk mengontrol tubuh Fakultas Syariah UIN Yogyakarta, dan pernah
dan seksualitasnya. Diharapkan melalui pe- menjadi anggota MTT PP Muhammadiyah.
ngetahuan ini, kesadaran para hakim tentang Adapun Budi Wahyuni M.A. adalah Ketua
tanggung jawab suami untuk melindungi is- LOS, Yogyakarta dan Ketua PHD PKBI Yog-
terinya akan tumbuh, termasuk untuk tidak yakarta dengan latar belakang S2 di AMMA
menularkan penyakit yang disebabkan oleh Amsterdam bidang Antropologi Kesehatan,
praktik poligami. dan sedang menempuh pendidikan S3 di
UGM Yogyakarta. Muhammad Joni adalah
4. Fasilitator, Narasumber dan Peserta Managing Partner Law Office Joni & Tanamas,
Dalam pelaksanaan training bagi aparat pe- Wakil Ketua Komnas Perlindungan Anak
negak hukum, PSW tidak melibatkan fasilita- (2005-2009) dan Staf Ahli DPD RI (2007-
tor dari Asia Foundation maupun dari luar 2008). Adapun Drs. Wahyu Widiana M.A.,
lembaga. Fasilitasi sepenuhnya dilakukan adalah Direktur Jenderal Badan Peradilan
oleh staf PSW sendiri. Mereka adalah Dr. Agama (Badilag), yang sebelumnya dikenal
Ema Marhumah, M.Pd., Inayatul Rohmani- dengan Ditbinbapera (Direktorat Pembinaan
yah, S.Ag., M. Hum., M.A., Dra. Hj. Ruhaini Badan Peradilan Agama).
Dzuhayatin, M.A., Drs. Mohammad Sodik
S.Sos., M.Si., Drs. M. Isnanto, M.Si., Dra. Hj. Narasumber yang dilibatkan dalam kegiatan
Siti Syamsiyatun, M.A., Ph.D., dan Waryono di Sulawesi Selatan adalah Dr. Nasaruddin,
Abdul Ghafur, M.Ag. Dan untuk memperka- yang saat ini menjabat sebagai Direktur
ya materi dan penguasaan peserta terhadap Jendral Bimas Islam di Departemen Agama.
kerangka teoritik tentang relasi jender dalam Sebelum memegang jabatan ini, ia pernah
Islam dan beberapa kasus ketidakadilan jen- menjabat sebagai Pembantu Rektor III dan
der di Indonesia, PSW mengundang bebe- IV di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan
rapa narasumber yang memiliki kapabilitas sebagai Rektor PTIQ. Dr. Amelia Tristiana
dan kompetensi dalam bidangnya masing- adalah alumni S2 Fakultas Psikologi Universi-
masing. Di antara narasumber yang dilibat- tas Indonesia. Prof. Dr. Musdah Mulia adalah
kan dalam kegiatan Training PSW yang dise- dosen pada program Pascasarjana UIN Syarif
lenggarakan di Sumatera Barat adalah Prof. Hidayatullah Jakarta. Dra. Hj. Ruhaini Dzu-
Dr. Amin Abdullah, Dr. Hamim Ilyas, Dra. hayatin, M.A., adalah mantan Koordinator
Budi Wahyuni, M.M., M.A., Drs. H. Mudzakir Pusat Studi Wanita (PSW) UIN Sunan Kalijaga
M.M., dan Dr. Muhammad Joni. Sementara Yogyakarta. Setelah menyelesaikan pendidi-
untuk narasumber di Sulawesi Selatan, PSW kan S1 di UIN Sunan Kalijaga (dahulu IAIN)
melibatkan narasumber lain seperti Prof. Dr. dan S2 di Universitas Monash, Melbourne,
20
DEMI KEADILAN DAN KESETARAAN
Australia, ia menempuh program Doktoral tugas. Mengingat kenyataan bahwa jumlah
pada bidang Sosiologi pada Fakultas Ilmu hakim laki-laki lebih banyak dari jumlah ha-
Sosial dan Politik, Universitas Gadjah Mada, kim perempuan, maka peserta hakim yang
Yogyakarta. mengikuti pelatihan kebanyakan laki-laki.
Namun begitu, PSW senantiasa memastikan
Kegiatan pelatihan yang diselenggarakan bahwa peserta perempuan mendapatkan
di Sumatera Barat diikuti oleh 24 peserta, kesempatan yang sama dengan peserta laki-
dengan komposisi 17 peserta laki-laki dan laki.
7 peserta perempuan. Secara keseluruhan,
24 peserta tersebut terdiri dari; 9 orang dari
Pengadilan Agama (PA), 3 orang dari Penga- D. MENGELOLA RESISTENSI
dilan Tinggi Agama (PTA), 5 orang dari KUA,
1 orang dari Departemen Agama, 3 orang Jender hanyalah salah satu paradigma dalam
dari partai politik dan organisasi massa, 2 ilmu-ilmu sosial yang digunakan untuk me-
orang dari PSW IAIN Padang, 1 orang dari neropong ketimpangan relasi kekuasaan dan
IAIN Padang. Dari 24 peserta, hakim berjum- sekaligus menawarkan rekontsruksinya agar
lah 12 orang. Mereka terdiri dari para hakim tercapai relasi yang lebih setara dan adil.
yang bertugas di 9 Pengadilan Agama yang Namun hampir tak terhindarkan, bicara soal
berbeda di Sumatera Barat dan sisanya ber- jender senantiasa mendulang kontroversi
asal dari Pengadilan Tinggi Agama Padang. dan bahkan resistensi. Kontroversi dan re-
sistensi bisa disebabkan oleh berbagai hal;
Sedangkan pelatihan yang dilakukan di Su- mulai dari kesalahpahaman dalam memak-
lawesi Selatan diikuti oleh 23 orang, de- nai konsep sampai pada hal-hal yang lebih
ngan komposisi 13 peserta laki-laki dan 10 substantif serta terkait dengan kenyamanan
peserta perempuan. Secara keseluruhan, 23 posisi sosial lelaki yang dianggap terancam.
peserta tersebut, terdiri dari; 9 orang dari Baik PSW maupun Putroe Kandee sangat me-
PA, 2 orang dari KUA, 1 orang dari Departe- nyadari kemungkinan munculnya resistensi
men Agama, 6 orang dari UIN Makassar, 1 itu, dan karenanya mereka sangat memper-
orang dari PSW UIN Makassar, 1 orang dari hatikan pengelolaan program pelatihan agar
partai politik (PPP Sulawesi Selatan) dan 3 sedapat mungkin menghindari kontroversi
orang dari organisasi massa dan LSM (NU,
Muhammadiyah dan Kaukus Perempuan
LPPKS). Bagi Asia Foundation,
jender bukanlah tujuan
Pemilihan para peserta dari Sumatera Barat
dan Sulawesi Selatan ini didasarkan pada
melainkan sarana untuk
penunjukan Ketua Pengadilan Tinggi Agama membaca realitas
di masing-masing provinsi. Para peserta me- ketidakadilan serta
21 rupakan perwakilan wilayah. Sembilan Pe- upaya mencari solusi
ngadilan Agama dipilih dan diminta mengi-
atas ketimpangan itu.
rimkan satu perwakilan. Mereka dihubungi
melalui para ketua PA di mana mereka ber-
21
sensitivitas jender: SEBUAH PROSES PEMBELAJARAN
yang tidak produktif apalagi untuk hal-hal Sebagai lembaga yang masih terhitung baru
yang tidak substantif. dalam mengelola program, Putroe Kandee
mengakui bahwa mereka sangat berhati-
Bagi Asia Foundation, sebagaimana dijelas- hati dalam menyelenggarakan kegiatan ini.
kan oleh Direktur Program Aceh, Dr. Sandra Sedemikian rupa keberhati-hatian itu, hing-
Hamid, yang pertama-tama dijaga adalah ga istilah training pun pada mulanya tak ter-
menghindari munculnya kesalahpahaman lalu ditonjolkan dan diganti dengan kegiatan
yang disebabkan oleh ketidakjelasan atas “silaturahmi pemikiran”. Demikian halnya
apa yang ingin dicapai dari aktivitas ini. Bagi dengan istilah jender yang sedapat mungkin
Asia Foundation, jender bukanlah tujuan tak digunakan dan digantikan dengan ungka-
melainkan sarana untuk membaca realitas pan yang sedikit lebih panjang namun mu-
ketidakadilan serta upaya mencari solusi dah dipahami seperti “ketimpangan relasi
atas ketimpangan itu. Asia Foundation sa- sosial lelaki dan perempuan”. Seleksi nara-
ngat menyadari bahwa isu jender mudah sumber merupakan cara lain untuk meng-
menyulut kontroversi, bukan saja karena hindari kontroversi. Narasumber diusahakan
“sudah bawaannya” gampang mengundang mereka yang benar-benar senior dan punya
kecurigaan, tetapi juga karena kontroversi pengalaman yang sesuai dengan kebutuhan
seringkali disebabkan oleh hal-hal yang peserta.
sesungguhnya bisa dikelola, seperti ketida-
kpekaan pelaksana program dalam memb- Bagi PSW UIN Yogyakarta, sikap penolakan
aca keragaman latar belakang pengetahuan, peserta dihadapi dengan kearifan. Meski-
pengalaman, dan sikap para peserta. Oleh pun mereka sudah sangat berpengalaman
karena itu, Asia Foundation sedapat mung- dalam mengelola resistensi, sikap hati-hati
kin hadir dalam setiap kegiatan untuk mem- dan menghindari hal-hal yang mudah me-
berikan pengantar tentang tujuan kegiatan ini munculkan kesalahfahaman mereka lakukan
dan bagaimana kerjasama dengan mitra dengan sungguh-sungguh. Upaya mengu-
dijalin, serta menjawab pertanyaan peserta rangi resistensi mereka lakukan antara lain
terkait dengan program dan kegiatan Asia dengan membuka sebanyak mungkin ke-
Foundation di Indonesia. sempatan tanya jawab dan mengelola alur
diskusi yang induktif. Dari sisi teknis fasili-
Jenis dan penyebab resistensi bisa sangat tasi mereka dengan sengaja menyeimbang-
beragam. Dalam pengalaman PSW, resis- kan fasilitator perempuan dan laki-laki agar
tensi misalnya pernah terjadi hanya karena peserta tidak menganggap bahwa isu jender
cara berpakaian salah satu narasumbernya hanya menjadi perhatian narasumber dan
yang dianggap kurang sesuai dengan nilai- fasilitator perempuan.
nilai Islam seperti tak memakai jilbab atau
baju panjang. Sementara dalam pengalaman Resistensi juga kerap muncul karena terkait
Putroe Kandee, resistensi muncul karena dengan isu-isu yang substantif. Dalam kon-
narasumber yang diundang dianggap terlalu sep jender misalnya, resistensi muncul kare-
yunior dan atau karena mereka mengangkat na jender dipahami sebagai upaya perem-
isu yang tidak relevan untuk konteks Aceh, puan yang hendak mengalahkan lelaki atau
seperti kawin beda agama. menyamakan perempuan dengan lelaki.
22
DEMI KEADILAN DAN KESETARAAN
Untuk itu, baik PSW maupun Putroe Kan- menghadapi resistensi yang dilakukan PSW
dee menganggap penting untuk memberi UIN Yogyakarta adalah dengan mengajak
prioritas pada terbangunnya pemahaman peserta melihat pada kenyataan di lapa-
yang paling dasar terkait dengan konsep jen- ngan seperti membawa mereka ke RPK (Ru-
der ini. Demikian halnya dengan isu agama ang Penanganan Khusus) di Polda Sumatera
yang pada kenyataannya berperan dalam Barat dan Sulawesi Selatan, P2TP2A (Pusat
mengkonstruksikan perbedaan fungsi sosial Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perem-
dan status lelaki dan perempuan dalam ma- puan dan Anak) di Sumatera Barat dan
syarakat. Rumah Sakit Bhayangkari di Mappaodang,
Makassar. Selain itu, teknik untuk mengha-
Meskipun konsep jender telah dijelaskan dapi resistensi juga dilakukan dengan mem-
dan peserta memahami bahwa peran laki- bahas isu-isu yang secara nyata menunjuk-
laki dan perempuan adalah sebuah kon- kan ketertindasan perempuan seperti isu
struksi sosial dan karenanya sangat mungkin kesehatan reproduksi. Sebagaimana di Aceh,
untuk berubah, namun perubahan itu bagi terkait dengan isu agama, PSW menghadir-
sebagian peserta dianggap dapat menggun- kan narasumber handal dalam ilmu fikih dan
cangkan aturan dan sendi-sendi agama yang tafsir, seperti Prof. Dr. Hamim Ilyas dan Prof.
dianggap telah baku. Terkait dengan hal Dr. Amin Abdullah.
itu, Putroe Kandee menghadapinya dengan
teknik tarik–ulur yang mengajak peserta Dari sisi substansi, strategi lain yang dilaku-
untuk berpikir secara bertahap mengikuti kan adalah memposisikan analisis jender
alur logika tentang perubahan-perubahan sebagai satu tarikan nafas dengan analisis
hukum fikih terkait dengan relasi jender baik sosial lain yang digunakan untuk membedah
akibat perbedaan penafsiran maupun akibat ketimpangan relasi kuasa berbasis suku, ras,
konteks sosial , ekonomi dan geografis yang agama, ideologi yang membuahkan ketidak-
berpengaruh pada konstruksi pembentukan adilan. Bagi Putroe Kandee, pengalaman
hukum. Untuk itu, sebanyak mungkin mer- Aceh di masa konflik cukup memudahkan
eka mengambil contoh-contoh yang berasal mereka untuk membawa peserta secara
baik dari sejarah Islam maupun lokal. Se- kognitif dan afektif masuk ke dalam wilayah
mentara untuk kajian agama, Putroe Kandee sensitivitas jender itu. Dengan menduduk-
menghadirkan narasumber yang menguasai kan pengalaman Aceh yang mengalami ke-
ilmu ushul fikih yang menjelaskan perbedaan kerasan dan diskriminasi di masa konflik,
lelaki dan perempuan berdasarkan ketegori analisis jender digunakan Putroe Kandee
ushul fikih seperti konsep ushul (prinsip/uni- untuk menjelaskan diskriminasi berbasis
versal) dan furu’ (partikular). prasangka jender sebagaimana analisis so-
sial-politik lainnya yang digunakan untuk
Selain menghadirkan narasumber handal menjelaskan cara kerja diskriminasi berbasis
dan menyediakan publikasi berdasarkan prasangka ras, agama atau aliran politik. [*]
23 kajian ilmiah yang memadai, teknik untuk

23
sensitivitas jender: SEBUAH PROSES PEMBELAJARAN
24
DEMI KEADILAN DAN KESETARAAN
3
Pelaksanaan Training
Sensitivitas Jender bagi Hakim
3
Pelaksanaan
Training
Sensitivitas Jender
bagi Hakim

P
erubahan kesadaran, perilaku, dan sikap peserta training terhadap
isu kesetaraan jender diharapkan terjadi pasca pelatihan. Harapan
ini dicanangkan baik oleh para pelaksana kegiatan maupun pendu-
kung programnya. Pendokumentasian ini mencatat bahwa apa yang
dicanangkan itu membuahkan hasil yang tidak sedikit. Ini bisa dilihat
dari meningkatnya pengetahuan teoritis para hakim, meluasnya perbincangan
tentang tema ini di kalangan mereka, serta-secara relatif-tumbuhnya minat un-
tuk menerapkan kesadaran itu pada tingkat legal praksis dalam kapasitas sebagai
aparat penegak hukum.

Pada bab ini rekam jejak pergulatan pe-


Mereka tertantang
mikiran dan pemahaman peserta baik
yang dilakukan Putroe Kandee maupuan untuk mencari jalan
PSW UIN dapat dibaca. Dalam pemaparan keluar atas keterbatasan
ini dapat dilihat bagaimana kedua lem- produk hukum (baik
baga ini mengejawantahkan visi dan mis- hukum positif maupun
inya ke dalam elemen-elemen pelatihan
fikih) yang dapat dipakai
seperti kurikulum dan proses penyusu-
nannya, peran fasilitator, narasumber untuk penyelesaian
dan teknik pengelolaan kegiatan seb- sengketa keluarga
agaimana telah dielaborasi sekilas dalam secara adil.
26
DEMI KEADILAN DAN KESETARAAN
bab sebelumnya. Analisis Jender
menawarkan pembaharuan
Suatu hal yang secara khas menonjol se-
bagai efek menyeluruh dari pelatihan ini
hukum yang dapat
adalah bahwa pelatihan ini, dalam rentang digunakan untuk
pemahaman yang beragam, telah berhasil penyelesaian persoalan
memunculkan sikap terbuka sekaligus kri- sengketa keluarga dengan
tis para pesertanya atas wacana pember-
menimbang secara lebih
dayaan perempuan dan konsep kesetaraan
jender. Apapun hasilnya, peserta pelatihan
seksama relasi lelaki dan
itu telah menangkap dan menyimpan pema- perempuan yang pada
haman baru terkait dengan konsep jender kenyataannya tak lagi statis.
dan elemen-elemennya. Konsep-konsep
paling elementer tentang jender telah ber-
hasil dijelaskan, dan pada gilirannya dapat peserta umumnya mengaku bahwa analisis
menggeser kesalahpahaman konsep yang jender yang diperkenalkan dalam pelatihan
selama ini ada di benak banyak peserta. ini merupakan salah satu tawaran untuk
Rangsangan pemikiran seputar persoalan mengatasi keterbatasan atau ketidakpekaan
hukum keluarga dan upaya penyelesaiannya hukum terkait dengan perubahan sosial tadi.
telah pula ditumbuhkan. Mereka tertantang Ini berarti bahwa pelatihan-pelatihan itu,
untuk mencari jalan keluar atas keterbatasan baik yang dilakukan Putroe Kandee maupun
produk hukum (baik hukum positif maupun PSW UIN Yogyakarta telah berhasil menum-
fikih) yang dapat dipakai untuk penyelesaian buhkan kesadaran kritis peserta tentang
sengketa keluarga secara adil. perlunya pembaharuan hukum atau cara
pembacaan dan pemaknaan hukum yang
Training ini telah pula membukakan mata dan lebih tepat guna. Terkandung dalam maksud
pikiran peserta bahwa perubahan-perubah- itu adalah pembaharuan hukum yang dapat di-
an sosial dewasa ini berpengaruh besar pada gunakan untuk penyelesaian persoalan sengke-
perubahan relasi lelaki dan perempuan. Ke- ta keluarga dengan menimbang secara lebih
nyataan atas perubahan sosial ini mereka seksama relasi lelaki dan perempuan yang
akui membutuhkan alat analisis hukum yang pada kenyataannya tak lagi statis.
lebih responsif terhadap realitas perubahan
sosial itu. Mereka menyadari bahwa tanpa Secara lebih spesifik, training Putroe Kan-
upaya serius dalam menyikapi perubahan- dee di Aceh telah memberikan muatan lo-
perubahan sosial yang berimplikasi pada pe- kal yang memberdayakan sekaligus muatan
rubahan relasi jender ini, tak mustahil akan universal yang mencerahkan kepada para
melahirkan sengketa-sengketa keluarga yang peserta tentang prinsip-prinsip keadilan
lebih besar yang disebabkan oleh tercede- yang bersumber dari agama. Misalnya,
ranya rasa keadilan. training ini diakui peserta telah memberi-
kan “peringatan dini” agar dapat memak-
Bersama segenap kehati-hatiannya yang ter- nai relasi jender dalam konteks Aceh yang
manifes dalam sikap yang beraneka, para tengah menerapkan syariat Islam secara
27
pelaksanaan training
Terserapnya pemikiran dalam perkara cerai talak saja, tapi
bisa saja dengan wewenangnya hakim
tentang kesetaraan
memberikan hak nafkah iddah pada
jender yang ditunjukkan kasus gugat cerai.
dengan sikap yang
tidak mendikotomikan (Jender) ini salah satu ilmu luar biasa
konsep jender dan Islam yang saya dapat dari training ini. Saya
melihat secara analisa baik sekali sep-
menunjukan keberhasilan
erti materi yang disampaikan Kyai Hu-
program training PSW di sen dalam menganalisa ayat al-Quran
Sulawesi Selatan. dan hadits. Hal semacam ini belum
saya dapati di bangku pendidikan. Saya
formal. Ini merupakan capaian yang sung- memang membaca kitab-kitab yang
guh penting untuk menghindari munculnya beliau sebutkan, tapi pemahaman
benturan yang tidak perlu antara berbagai saya lain ketika itu, dan sekarang lain
elemen atau pandangan, semisal konsep lagi, begitu rupanya cara untuk mema-
jender di satu pihak dan posisi adat dan sta- haminya. Saya sering teringat keputu-
tus syariat Islam yang juga mendefinisikan san saya di masa lalu, merinding saya,
peran dan posisi perempuan di Aceh pada saya sering shalat tahajud memohon
pihak lainnya. Lebih dari itu, banyak hakim ampun kepada Allah, jangan-jangan
peserta training ini mengakui bahwa mere- saya telah berbuat zhalim karena
ka mendapatkan justifikasi keagamaan yang saya tidak mengerti ilmu seperti ini.
kokoh yang dapat digunakan untuk mengam- (Ahmad Zaini Dahlan Ketua Mahkamah
bil posisi lebih tegas dalam membela pihak- Syar’iyah Calang).
pihak yang (di)lemah(kan) dengan memper-
timbangkan analisis keadilan jender dalam Pelatihan yang diselenggarakan di Sumatera
tiap-tiap perkara yang mereka tangani. Barat oleh PSW UIN Yogyakarta juga mem-
bawa pengaruh serupa bagi para peser-
”Dulunya sebelum training ini tidak tanya. Dengan nyata pendokumentasian ini
tergambar adanya perbedaan laki- melihat tumbuhnya pengetahuan dan kesa-
laki dan perempuan. Keluarga saya 11 daran peserta tentang isu-isu kontemporer
orang bersaudara, ayah saya ulama terkait dengan pemberdayaan perempuan.
kecil-kecilan, kami 6 laki-laki dan 5 Dengan sikap yang cukup kritis atas penya-
perempuan. Keluarga kami pas-pasan jian materi-materi yang diberikan PSW UIN,
tapi dalam kesempatan pendidikan ti- pelatihan ini secara umum berhasil menum-
dak ada pembedaan antara laki-laki buhkan kesadaran peserta akan pentingnya
dan perempuan, siapa yang mau seko- mempertimbangkan aspek kesetaraan le-
lah ya harus cari sendiri (...). laki dan perempuan dalam proses peradil-
an. Dalam pandangan peserta, kesetaraan
Tapi setelah ikut pelatihan ini, bertam- perempuan dan laki-laki merupakan wacana
bah ilmu, rupanya nafkah iddah tidak yang perlu disikapi secara terbuka meskipun
hanya bisa didapatkan oleh istri kalau tetap hati-hati. Mereka bersetuju, masalah-
28
DEMI KEADILAN DAN KESETARAAN
masalah yang muncul terkait dengan peng- Terserapnya pemikiran tentang kesetaraan
abaian hak-hak perempuan harus dihapus- jender yang ditunjukkan dengan sikap yang
kan atau setidaknya dikurangi. tidak mendikotomikan konsep jender dan
Islam menunjukan keberhasilan program
Pelatihan di Sulawesi Selatan yang dilaku- training PSW di Sulawesi Selatan. Seorang
kan PSW UIN Sunan Kalijaga juga telah me- hakim perempuan, Walha, yang bertugas di
munculkan perubahan mindset para peserta Pengadilan Agama Takalar, misalnya, meni-
tentang relasi jender. Perubahan itu dapat lai bahwa apa yang dibawa oleh PSW seba-
dilihat dari cara mereka memahami relasi gaimana disampaikan oleh para narasum-
jender yang semula dianggap sebagai sesu- bernya merupakan nilai-nilai yang dibawa
atu yang alamiah dan permanen sebagai oleh Islam. Pandangan hakim Walha ini juga
kehendak Tuhan, kini mereka pahami seba- didukung oleh peserta lain seperti hakim
gai suatu bentukan sosial yang berpenga- Majidah dan hakim Nahiruddin. Menurut
ruh dan dipengaruhi berbagai kepentingan. Nahiruddin, selama ini ada pandangan yang
Sampai batas tertentu terlihat pula adanya keliru seolah-olah Islam tidak sensitif jen-
perubahan sikap dalam menangani perkara der.
yang semula tak sensitif, kini secara relatif
menjadi lebih peka pada kemungkinan ada- Secara umum pendokumentasian ini juga
nya sikap dan cara pandang yang diskrimi- mencatat bahwa pelaksanaan training telah
natif yang dapat merugikan perempuan memberikan dampak yang relatif sama ter-
sebagai salah satu pihak berperkara. Hakim hadap para pesertanya yaitu adanya pe-
Basyir dari PA Sungguminasa, misalnya, ber- rubahan mindset tentang relasi lelaki dan
pendapat bahwa Islam datang justru den- perempuan. Dengan cara pandang ini hakim
gan pemahaman yang sangat sensitif jender. diharapkan dapat melihat bahwa timpang-
Meskipun pandangan itu menyederhanakan nya relasi itu akan berpengaruh pada penca-
kenyataan lebarnya celah antara pan- paian keadilan.
dangan ideal dan praktik umat Islam terha-
dap perempuan, namun setidaknya hal ini Sensitivitas jender yang dikembangkan baik
menunjukkan bahwa ada sikap yang sangat oleh PSW maupun Putroe Kandee pada
terbuka terhadap gagasan-gagasan baru dasarnya diakui para peserta sangat ber-
seputar isu jender yang ditawarkan PSW UIN guna untuk menimbang dan meletakkan
Yogyakarta. hukum secara adil. Dalam maksud ini, hu-
kum diletakkan bukan pada ruang hampa
“…kebetulan saya mempunyai anak melainkan pada kenyataan relasi lelaki dan
perempuan satu dan anak laki-laki perempuan yang tak selalu seimbang. Seba-
satu, setelah mengikuti pelatihan jen- gai sarana penyegaran, pelatihan PSW juga
der saya bersama istri mencoba per- mampu menggugah kembali kesadaran para
lahan-lahan meninggalkan kekerasan pesertanya baik yang terkait dengan prilaku
dalam mendidik anak, mungkin itu dari personalnya di dalam keluarga maupun
segi perlakuan terhadap anak. Jadi sebagai hakim yang tanggung jawabnya
ada perubahan secara drastis. (Hakim melampaui tugas-tugas rutin administratif.
Basir).
29
pelaksanaan training
Analisis jender yang dikembangkan kedua yang telah ada dan merasakan kekhawatiran
lembaga ini membantu para hakim untuk bila harus menabrak koridor hukum yang
melihat bagaimana cara kerja budaya, poli- ada. Seorang peserta dari Sumatera Barat
tik dan sosial yang dapat melemahkan po- menyatakan:
sisi perempuan, dan situasi semacam itu sa-
ngat penting untuk dipertimbangkan ketika ”Kami rasa kita perlu sepakati dulu sam-
perempuan berperkara di pengadilan. De- pai dimana kajian ini akan diterapkan,
ngan kemampuan membaca realitas serupa sebab, bila kajian kesetaraan jender ini
itu, pembelaan hakim bagi perempuan tak ingin kita terapkan dalam peradilan
sekadar menggunakan pertimbangan belas maka kendala utama kita adalah bah-
kasihan sebagai kewajiban moral, melain- wa kita akan menyimpang aturan tertu-
kan karena benar-benar didasarkan pada lis/aturan hukum positif. Sistem hukum
argumentasi yang dapat diuji secara obyek- kita adalah Kontinental, yang mengacu
tif dan netral, antara lain dengan menggu- pada tekstual peraturan perundang-
nakan cara pembacaan hukum yang sensitif undangan. Hakim tidak dibenarkan
pada realitas ketimpangan struktur relasi keluar dari aturan tersebut. Kami juga
dan posisi sosial perempuan diperhadapkan harus menyikapinya sedemikian rupa
dengan stuktur dan posisi sosial lelaki pada karena kalau itu diterapkan, bagi kami
umumnya. di Sumbar/Minangkabau akan menim-
bulkan persoalan, dalam kata lain ke-
Sejauh yang terdokumentasikan, kesadaran setaraan jender malah lebih dari yang
kritis para peserta baik di Aceh, Sumatera kita inginkan”. (Hakim Pelmizar).
Barat dan Sulawesi Selatan itu cenderung
masih dalam kerangka wacana. Di Aceh se- Sementara, hakim lain dari Aceh mengung-
bagian kecil peserta telah dapat melampaui kapkan pernyataan serupa:
arus wacana menuju tindakan yang lebih
nyata, namun sangatlah jelas bahwa upaya “Kalau dilihat dari segi ilmunya, pela-
itu bersifat sangat individual dan tak selalu tihan Putroe Kandee ini sangat ber-
sebagai buah dari program pelatihan itu. manfaat bagi kita. Tapi kalau harus
kami praktikkan di pengadilan belum
Kenyataan ini sungguh dapat dipahami, bu- tentu semuanya bisa kami praktikkan,
kan saja karena proses pergulatan pemikiran karena dalam pengadilan ini tergan-
tentang kesetaraan dan keadilan jender itu tung pada kasusnya, dan majelis ha-
masih terus berlangsung, tetapi juga karena kim tidak boleh berpihak pada siapa-
desain kurikulum yang dikembangkan baik pun, baik laki-laki maupun perempuan.
oleh Putroe Kandee maupun PSW UIN Yog- (Hakim Yusniati).
yakarta tak mencakup pada pembekalan
praktis bagaimana tools of gender analysis Tanggapan ini sangat fundamental, bukan
digunakan di pengadilan. saja menunjukkan bahwa pelatihan ini telah
berhasil membangun wacana, namun juga
Persoalan lain, para hakim merasa bahwa menyangkut bagaimana tindak lanjut dari
mereka sangat terikat dengan aturan baku program ini mau dikembangkan. Umumnya
30
DEMI KEADILAN DAN KESETARAAN
peserta mengatakan bahwa upaya ini tidak tercatat akibat konflik memperoleh penge-
bisa berhenti pada tingkat pembangunan sahan melalui isbat nikah meskipun penye-
wacana tanpa memperhatikan bagaimana babnya tak sesuai dengan persyaratan yang
pemahaman baru ini dapat diimplementasi- tercantum dalam KHI.
kan. Hal lain yang dapat digarisbawahi adalah
bahwa penerapan hukum yang sensitif jender Pertanyaan-pertanyaan ini dan sejumlah
tak mungkin dipercayakan kepada lembaga- persoalan lain yang dikumpulkan melalui
lembaga di luar stuktur lembaga peradilan, kegiatan need assessment, yang diadakan
seperti PSW dan Putroe Kandee, melainkan beberapa bulan sebelum training, dibahas
harus menjadi kebijakan yang menyeluruh. dalam workshop rancangan dasar kurikulum
Ini juga berarti program penyadaran serupa dan silabi. Selain tenaga ahli dalam bidang
ini seharusnya terjadi di semua lapisan ele- kajian jender dan dalam metode pembe- Gambar 5
men-elemen penegak hukum dari hulu ke lajaran orang dewasa (adult education), Workshop
hilir, tak terbatas pada perubahan mindset workshop itu dihadiri para pakar di bidang Pembahasan
melainkan juga pada produk hukumnya. Kurikulum Training
hukum dari Fakultas Hukum dan Fakultas
bersama Direktur
Syariah, aktivis Perempuan, perwakilan Badilag MA dan
Pendokumentasian ini juga mencatat bahwa calon peserta dari Mahkamah Syar`iyah, dan Ketua Mahkamah
yang mereka butuhkan di masa depan adalah pejabat dari lingkungan Departemen Agama Syar’iyah yang
peningkatan kemampuan dalam metodologi diselenggarakan oleh
dan Mahkamah Syar`iyah.
Putroe Kandee di
pembacaan hukum yang sensitif jender serta Aceh
implementasinya. Cara ini dapat memandu
mereka mengintegrasikan sensitivitas itu ke
dalam sistem hukum yang ada.

A. PELAKSANAAN TRAINING
YAYASAN PUTROE KANDEE
ACEH

1. Materi dan Metodologi Pembelajaran


Pendokumentasian ini mencatat bahwa Pu-
troe Kandee mendesain kurikulum dengan
sedekat mungkin memenuhi kebutuhan
pesertanya. Jauh sebelum training berlang-
sung sejumlah persoalan terkait dengan
kepastian hukum bagi perempuan telah
mengemuka pasca tsunami dan setelah ter- Kurikulum Putroe Kandee meliputi sensitivi-
capainya perdamaian. Sejumlah pertanyaan tas jender, jender dan Islam, kekerasan ber-
yang dikumpulkan Putroe Kandee ketika itu basis jender, perangkat-perangkat hukum
misalnya; dapatkah perempuan menjadi positif yang terkait dengan relasi jender,
wali atas harta peninggalan suami atau anak KHI, CEDAW, dan analisis tentang Qanun Ji-
laki-laki dan dapatkah perkawinan yang tak nayah Aceh. Seluruh subjek materi itu diba-
31
pelaksanaan training
Diharapkan setelah hukum seperti surat edaran atau yuris-
prudensi Mahkamah Agung yang pada
melalui pelatihan ini
kenyataannya sudah banyak mengako-
hakim tak ragu lagi modir rasa keadilan bagi perempuan
untuk menggunakan namun oleh sebagian hakim dianggap
berbagai sumber hukum berseberangan dengan fikih klasik dan
seperti surat edaran atau karenanya ragu-ragu untuk diguna-
kan sebagai sumber hukum (Moqsith
yurisprudensi Mahkamah
Ghazali).
Agung yang sudah banyak
mengakomodir rasa Putroe Kandee tampaknya berusaha mengo-
keadilan lah kurikulum itu dalam alur pelatihan yang
bagi perempuan dinamik. Agar pelatihan tak menjemukan,
kegiatan belajar diatur dengan mengkombi-
nasikan antara model ceramah dan diskusi.
has dalam kerangka untuk memecahkan se- Fasilitator juga menggunakan media bela-
jumlah persoalan yang dihadapi hakim. jar yang cukup kreatif seperti kartu warna,
gambar, pemutaran film dan alat peraga
Berangkat dari kebutuhan spesifik seperti yang memudahkan peserta memahami kon-
itu, kurikulum yang dirancang Putroe Kan- sep-konsep yang hendak dipaparkan.
dee sangat terbatas. Mereka menekankan
pada metodologi penggalian hukum uta- Dalam pengelolaan kelas, Putroe Kandee
manya fikih yang pada kenyataannya masih mengedepankan prinsip-prinsip active learn-
digunakan sebagai sumber hukum di ma- ing. Namun karena sebagian peserta Putroe
syarakat. Dr. Moqsith Ghazali yang kerap Kandee adalah hakim-hakim senior bah-
berperan sebagai narasumber dan fasilitator kan tak sedikit di antara mereka berperan
merumuskan rancangan kurikulum Putroe rangkap sebagai teungku pimpinan dayah,
Kandee itu sebagai berikut: Putroe Kandee jarang menggunakan aktivi-
tas gerak berupa game atau role play dan
Kurikulum Putroe Kandee ini ditujukan sejenisnya. Paling jauh mereka melibatkan
agar hakim dapat memahami nalar peserta dalam diskusi berpasangan, diskusi
hukum baik yang bersumber dari fikih kelompok atau diskusi pleno.
maupun hukum positif yang dibaca
dengan perspektif jender. Desain kuri- Pelibatan secara aktif dan memperhatikan
kulumnya sedemikian rupa dimaksud- semua peserta dengan tidak membedakan
kan agar hakim secara lebih mandiri laki-laki dan perempuan serta mengede-
berani melakukan “ijtihad” baru baik pankan pendekatan active learning menjadi-
dalam ijtihad istinbathi (metode peng- kan training Putroe Kandee sangat dihargai.
galian hukum) maupun tathbiqi (pene- Seorang hakim perempuan yang menjadi
rapan hukum). Diharapkan setelah me- peserta dalam training Putroe Kandee me-
lalui pelatihan ini hakim tak ragu lagi nyampaikan pendapatnya;
untuk menggunakan berbagai sumber
32
DEMI KEADILAN DAN KESETARAAN
”Di pelatihan ini saya senang karena sudkan agar isu yang diangkat tidak melebar
hakim-hakim perempuan diberi kesem- pada persoalan-persoalan yang meskipun
patan untuk mengemukakan pendapat- penting namun tak akan cukup waktu untuk
nya. Memang mereka tak selalu ak- dibahas dalam pelatihan dengan waktu yang
tif bicara dalam forum besar seperti sangat terbatas ini.
peserta laki-laki, tapi mereka mengikuti
debat-debat yang berlangsung selama ”Pelatihan seperti ini sangat memban-
pelatihan. Dalam diskusi kecil mereka tu kami dalam upaya pencerahan men-
aktif mengemukakan pendapat, bisa terjemahkan makna yang terkandung
mendengar pendapat orang lain ten- dalam ayat-ayat al-Qur’an ke dalam
tang persoalan persoalan yang sehari masyarakat sesuai dengan kondisi se-
harinya juga mereka hadapi”. (Hakim karang. Dari segi pematerinya kami ni-
Rita Nurtini). lai sangat bagus. Narasumber ahli dan
narasumber dari Mahkamah Agung
Rancangan kurikulum yang dibangun Putroe sangat membantu kami bagaimana
Kandee tampaknya cukup disukai peserta. seharusnya seorang hakim memutus-
Hal itu antara lain karena kurikulum terse- kan perkara, ini terus terang sangat
but dianggap sistematis dengan mendahu- membantu kami untuk mempraktik-
lukan aspek penyamaan pemahaman dan kannya di lapangan.” (Hakim Yuniar A.
persepsi seperti penyamaan konsep jender Hanafiah).
atau kekerasan berbasis jender.
Pendokumentasian ini juga mencatat bahwa
”....termasuk pengertian yang selama salah satu faktor yang menentukan keber-
ini belum dipahami yaitu soal jender. hasilan training ini adalah karena ranca-
Dengan datangnya ibu Lies, semua su- ngan kurikulum dan metodenya dibangun
dah angguk-angguk. Oh itu rupanya sedemikian rupa mendekati kebutuhan
jender. Selama ini jender kami pahami, peserta sehingga pelatihan dinilai sangat
sepertinya perempuan mau sama rata bermanfaat untuk setidaknya menambah
dengan pria, naik pohon sama-sama, wawasan.
begitulah jender. Tapi setelah ada pela-
tihan itu perubahan persepsi itu sangat “Saya mengambil program S2, saya
nampak. Cara yang diberikan oleh ibu harus akui sampai beberapa semester
Lies dengan alat peraganya sangat belum tentu kami mendapatkan materi
mengena buat kami.” (Hakim Zakian). selengkap dan sejelas ini. Saya sangat
senang dengan cara fasilitator menga-
Setelah konsep jender terjelaskan, Putroe tur materi yang mengkombinasikan
Kandee mengajak peserta melakukan iden- antara pengalaman kami di lapangan
tifikasi persoalan yang dihadapi oleh hakim dengan teori-teori. Meskipun teori-
dalam pekerjaan mereka sehari hari yang teori itu sebetulnya cukup berat tapi
mereka asumsikan bersinggungan dengan kami tetap semangat karena narasum-
ketimpangan jender. Pembatasan persoalan ber dan fasilitatornya telah menguasai
hanya pada wilayah kerja mereka dimak- baik isi maupun teknis penyampaian-
33
pelaksanaan training
nya. Coba saja perhatikan jarang sekali mengalami diskriminasi akibat prasangka-
peserta yang lari dari kelas atau jatuh prasangka negatif yang muncul mengiringi
terkantuk-kantuk. Sesekali memang konflik, peserta diperkenalkan pada cara
ada (yang terkantuk-kantuk), tapi bi- kerja stereotype yang secara kolektif mereka
asanya karena mereka semalaman pernah rasakan. Melalui cara itu fasilitator
ngobrol dengan hakim lain yang lama menganalogikan penderitaan kolektif mere-
tidak berjumpa atau melanjutkan dis- ka dengan penderitaan kaum perempuan
kusi. (Hakim Khurriyah). akibat adanya prasangka dan stereotype jen-
der.
Metode lain yang dikembangkan dalam
proses pembelajaran di Putroe Kandee Demikian halnya ketika menjelaskan ten-
adalah membangun empati peserta. Cara tang konsep diskriminasi dan kekerasan yang
ini tak hanya digunakan untuk membangun merupakan konsep paling penting dalam
keberpihakan peserta tetapi bahkan diguna- konsep jender dikaitkan dengan kerja hakim.
kan untuk menjelaskan konsep yang abstrak Kedua konsep ini dijelaskan oleh fasilitator
seperti konsep jender. Untuk menunjukkan dengan menganalogikan cara kerja diskrimi-
adanya ketimpangan relasi antara ureung nasi dan kekerasan berbasis suku, ras dan
inong (perempuan) berhadapan dengan agama. Dengan teknik analogi serupa itu
ureung agam (laki-laki), peserta terlebih da- peserta dimudahkan untuk paham bahwa
hulu diposisikan sebagai korban dalam isu dalam semua basis-basis diskriminasi itu
konflik. Dengan menjelaskan situasi orang terdapat satu jenis diskriminasi yang lintas
Aceh di masa DOM (Daerah Operasi Militer) basis, yaitu diskriminasi yang berangkat dari
yang diperhadapkan dengan kekuatan mi- prasangka jender. Dan semua bentuk dis-
liter, atau Aceh sebagai anak bangsa yang kriminasi itu menghasilkan pelanggaran ter-

Gambar 6
Proses training yang
diselenggarakan oleh
Putroe Kandee, Aceh

34
DEMI KEADILAN DAN KESETARAAN
hadap hak dan martabat manusia, sesuatu Narasumber dan fasilitator juga mengambil
yang dengan nyata pernah mereka lihat atau contoh lokal Indonesia, seperti aturan ten-
mereka alami di masa konflik. tang pembacaan perjanjian perkawinan atau
talik talaq, pembagian harta bersama (gono
Cara lain yang digunakan adalah mengang- gini/ hareuta seharkat) yang tidak dikenali
kat contoh-contoh kasus yang terkait de- dalam fikih klasik serta upaya-upaya lain
ngan metodologi pembacaan teks, seperti dari ulama-ulama Nusantara dalam melaku-
yang dilakukan K.H Husein Muhammad. Ia kan kontekstualisasi atau pribumisasi fikih.
menyajikan sejumlah contoh yang hampir
sama yaitu bagaimana ulama-ulama klasik Hal yang ditekankan dari proses ini adalah
melakukan ijtihad dalam bidang hukum bagaimana inovasi di bidang hukum itu
(fikih). Dan contoh-contoh yang diambil tak dijelaskan dari sisi metodologinya dengan
terbatas pada peristiwa di masa lampau di menggunakan prinsip-prinsip kerja teori
zaman Nabi dan Sahabat tetapi juga di masa ilmu ushul fikih untuk membaca ketidak-
lampau para ulama Nusantara. Misalnya, adilan jender atau membangun pandangan
contoh yang diambil dari konsep waris Prof. yang lebih adil.
Hazairin seorang guru besar hukum Islam
dari Universitas Indonesia yang telah me- Peserta umumnya mengapresiasi cara kerja
letakkan hak anak perempuan dan laki-laki para narasumber dalam mendemonstrasi-
secara seimbang dengan menimbang peran kan bagaimana ilmu ushul fikih (teori hukum
perempuan dalam mengelola atau mengusa- Islam) digunakan untuk mengkritisi hadis-
hakan ekonomi keluarga. hadis dan ketentuan-ketentuan legalistik
yang terdapat di dalam kitab-kitab fikih yang
Contoh yang kerap digunakan adalah ijti- cenderung dipahami secara bias jender.
had yang dilakukan Sayidina Umar yang
membatalkan aturan tentang ucapan talak Narasumber lain dari Aceh seperti Prof. Rusjdi
tiga sebagai talak tiga melainkan sebagai Muhammad dan Dr. Hamid Sarong dari IAIN
talak satu. Keputusan Sayidina Umar ini Ar-Raniry menghadirkan contoh-contoh
pada dasarnya berbeda dengan aturan yang yang dipraktikkan sebagai hukum adat lokal.
telah digariskan Nabi Muhammad SAW yang Satu hal yang menarik dari contoh-contoh
menetapkan hal yang sebaliknya di mana lokal itu adalah bahwa kendatipun hukum
talak yang diucapkan tiga kali dianggap sah adat itu tak senantiasa sejalan dengan hu-
sebagai talak tiga, dan karenanya mengha- kum fikih, tetapi ulama dan masyarakat
langi pasangan yang bercerai itu untuk rujuk telah menerimanya sebagai hukum yang
langsung. Melalui contoh itu peserta diajak dipraktikkan dan dianggap sebagai sesuatu
untuk memahami latar belakang munculnya yang didasarkan pada ajaran agama. Salah
sebuah aturan/hukum fikih. Dan titik tekan satu yang dicontohkan misalnya tentang
dari pengambilan contoh-contoh itu adalah pemberian hareuta peunulang yaitu hibah
untuk memahami maqasid syari’ah atau tu- harta kepada anak perempuan baik berupa
juan hukumnya dan bukan penerapan hasil rumah dan pekarangan seperti dalam adat
akhirnya yang terlepas dari konteksnya. Aceh Besar, termasuk juga di Pidie, atau
sawah dan kerbau dalam adat Lamno dan
35
pelaksanaan training
wilayah pesisir Aceh Barat lainnya. salah satu pihak (marjinalisasi), tidak me-
munculkan kekerasan baik fisik maupun
Melalui contoh-contoh itu narasumber dan non-fisik (kekerasan berbasis jender), tidak
fasilitator mengajak peserta untuk mema- didasarkan pada anggapan bahwa salah satu
hami kontekstualisasi hukum. Lalu contoh- pihak memiliki kedudukan yang lebih rendah
contoh lokal itu oleh fasilitator dinaikkan dihadapan Allah dan di antara sesama ma-
ke tingkat metodologi yang lebih abstrak nusia (subordinasi).
untuk menjelaskan bagaimana reinterpre-
tasi teks dapat dilakukan dengan tujuan ke- 2. Fasilitator, Narasumber dan Panitia
maslahatan. Pengungkapan contoh-contoh Pendukung
itu dimaksudkan untuk memperlihatkan Dalam konteks pelatihan yang diselenggara-
bahwa hukum pada dasarnya senantiasa kan Putroe Kandee di Aceh, peran fasilita-
berkembang secara dinamis sesuai dengan tor dan narasumber adalah sentral. Meski-
konteksnya. pun ada narasumber, fasilitator senantiasa
mendampingi peserta sepanjang pelatihan
Analisis jender dihadirkan dalam konteks ini berlangsung untuk menjaga perkembangan
untuk membantu menganlisa bagaimana proses belajar. Untuk peran itu, kadangkala
perubahan hukum itu hendaknya bertu- fasilitator menempatkan diri dalam posisi
juan untuk kemaslahatan bagi kedua belah peserta dan ikut mengajukan pertanyaan ke-
pihak. Dan analisis jender sangat berguna pada narasumber dengan memformulasikan
untuk dijadikan parameter dengan mengu- pertanyaan yang menjadi pokok perdebatan
kur sejauhmana suatu produk hukum mem- dalam diskusi sebelumnya. Selain fasilitator,
buahkan maslahat. peran yang juga penting adalah panitia pen-
dukung. Peran mereka bukan hanya pada
Parameter jender yang digunakan itu pengaturan logistik semata tetapi lebih se-
adalah bagaimana hukum diputuskan tidak bagai co-fasilitator. Dalam pelatihan di Pu-
didasarkan pada prasangka dan diskriminasi troe Kandee, peran panitia pendukung ini
(stereotype), tidak berakibat memiskinkan sepenuhnya dijalankan oleh staf Putroe Kan-
dee dibantu staf dari Mahkamah Syar’iyah
Parameter jender provinsi.
yang digunakan itu
adalah bagaimana Dalam pelaksanaannya, panitia pendukung
Putroe Kandee berperan sejak perencanaan
hukum diputuskan ...
kegiatan dengan menghubungi kantor Mah-
tidak didasarkan pada kamah Syar`iyah untuk bersama-sama me-
anggapan bahwa salah nyeleksi calon peserta. Berbekal surat dari
satu pihak memiliki Mahkamah Syar`iyah peserta kemudian di-
kedudukan yang lebih hubungi. Pengelompokan peserta umumnya
didasarkan pada klaster geografi. Dari 23 ka-
rendah dihadapan Allah
bupaten/kota itu, Putroe Kandee membagi-
dan di antara sesama nya ke dalam 4 klaster. Agar tak mengganggu
manusia (subordinasi). aktivitas pelayanan publik, kegiatan pelati-
36
DEMI KEADILAN DAN KESETARAAN
Gambar 7
Lies Marcoes ketika
jadi narasumber
dalam in-house
training di Aceh

han dilakukan di ujung akhir pekan dan dari itu mereka juga mengundang narasumber
tiap satu kantor Mahkamah Syar’iyah paling tamu untuk mengisi acara dalam jam-jam ter-
banyak diikuti oleh 4 peserta. Karenanya, se- tentu sesuai perkembangan proses belajar.
lama 2 tahun kegiatan hampir 90% dari se- Para hakim Aceh menilai bahwa narasumber
luruh hakim di Privinsi NAD telah mengikuti dianggap sudah memadai pada aspek kapa-
kegiatan ini. sitas dan kapabilitias. Bahkan narasumber
dan fasilitator utama masih sangat berkesan
Pada hari-hari kegiatan berlangsung peran bagi para hakim seperti KH. Husein Muham-
co-fasilitator bertambah. Sebelum kegiatan mad dan Dr. Moqsith Ghazali.
harian dimulai, mereka menyiapkan format
ruangan yang disesuaikan dengan kebu- ”Kami terus terang mengakui bahwa
tuhan pada hari itu, penyediaan fotokopi pemateri yang sudah dipilih oleh Pu-
referensi yang akan dibagikan, pengecekan troe Kandee ini sangat memuaskan.
peralatan audio visual, sound system, LCD, Tapi yang paling banyak dibicarakan
pendokumentasian rekaman proses dan se- adalah materi yang disampaikan oleh
jenisnya. Setiap harinya mereka hadir satu Dr. Moqsith dan KH Husein.” (Hakim
jam lebih awal dan pulang paling akhir dan Amri).
menjadi time keeper. Kesuksesan fasilitator
dalam memfasilitasi kegiatan di Putroe Kan- Namun respon berbeda mengemuka untuk
dee praktis sangat bergantung kepada peran beberapa narasumber tamu yang didatang-
tenaga pendukung ini. kan dari luar Aceh. Dalam training pertama
yang diselenggarakan Putroe Kandee mi-
Putroe Kandee nampaknya berusaha meng- salnya, narasumber tamu dari sebuah LSM
gunakan fasilitator dan narasumber yang perempuan dinilai sangat mengecewakan.
sama untuk semua pelatihan mereka. Di luar Seorang peserta menyatakan kekesalannya:
37
pelaksanaan training
diterima oleh para peserta meskipun tema
“Kami ini Bapak-bapak yang sudah yang disampaikan tetap sama yaitu bias jen-
makan asam garam rumah tangga. der dalam hukum. Dengan mengambil con-
Menasihati perkawinan itu hal yang bi- toh proses legislasi berbagai Qanun, Direktur
asa, membujuk agar orang tak berce- MiSPI yang memiliki pengalaman luas dalam
rai juga makanan kami sehari hari.Kok isu perempuan di Aceh ini berhasil menjelas-
ini kami diajari anak muda tentang kan di mana letak bias gender dari proses itu,
bagaimana seharusnya kami (berting- sehingga menarik perhatian peserta karena
kah laku) kepada perempuan kepada penggunaan istilah-istilah lokal dan contoh-
isteri,macam kami ini tak tahu adat contoh yang mudah dipahami peserta.
diajar-ajari begitu” (Hakim A. Jalil, Idi).
Dalam konteks narasumber ini para peserta
Narasumber lain dari Jakarta juga mendapat dari Aceh juga mengajukan usulan yang cu-
tanggapan yang kurang lebih sama dalam kup penting. Menurut mereka, Putroe Kan-
training lain dan membuat suasana train- dee dianggap kurang memberi perhatian
ing sempat dibuat keruh. Pasalnya, materi kepada kelompok dan cara pandang ulama
yang disajikan melampaui apa yang diminta dayah. Beberapa hakim mengaku telah me-
Putroe Kandee terkait dengan hukum yang nyarankan agar para ulama dayah ikut di-
berperspektif perempuan. Narasumber ini hadirkan. Dengan cara itu, diharapkan akan
membahas soal kawin beda agama, Undang- terjadi dialog atau saling mendengarkan
undang Kesehatan yang membahas tentang cara pandang yang berbeda dalam melihat
aborsi dan Rancangan Undang-undang Por- teks yang sama khususnya dalam kaitannya
nografi yang ketika itu sedang hangat diba- dengan fikih tentang relasi suami dan isteri.
has. Semula, Putroe Kandee berharap nara-
sumber dapat menjelaskan hukum yang ”Maunya tafsiran fikih yang diberi-
berperspektif perempuan dan implikasinya kan Kyai Husein digandeng dengan
kepada perempuan. Namun contoh-contoh fikih klasik yang dipahami oleh para
yang diangkat narasumber dianggap tak re- Teungku dan Abu-Abu kita di dayah.
levan untuk konteks Aceh. Dalam pelatihan Itu selalu saya sarankan kepada Putroe
yang lain Putroe Kandee mengundang nara- Kandee tapi belum terlaksana juga ru-
sumber yang lebih senior seperti Nursyah- panya. Karena kalau tidak, kita tidak
bani Katjasungkana. Meskipun narasumber akan pernah ketemu. Sementara Kyai
ini berasal dari luar Aceh, kehadirannya tak Husein meroket sampai ke bulan, kami
memunculkan penolakan berarti. tetap di sini, kami tak mau jatuh. Mau-
nya saya, mereka itu digandeng, ayo
Belajar dari pengalaman itu, pelatihan-pela- sama-sama. Kemudian materi fikih
tihan Putroe Kandee berikutnya berusaha perempuan; dulu-dulunya kan fikih
lebih selektif dalam memilih narasumber. perempuan ini tidak dibedakan, tidak
Di luar narasumber dari Mahkamah Agung, ada garis pemisahnya. Fikih ya fikih.
Putroe Kandee lebih banyak mengundang Datang pelatihan ini kami lihat seka-
narasumber lokal, seperti Syarifah Rahma- rang, rupanya begitu dalil-dalil fikih
tillah dari MiSPI. Kehadirannya sangat yang adil jender itu. Nah menurut
38
DEMI KEADILAN DAN KESETARAAN
saya semua pandangan fikih yang me- Perpaduan antara
nyangkut keperempuanan itu harusnya
perspektif jender dengan
menjadi satu”. (Hakim Rafiuddin).
fikih mampu menggugah
Para hakim di Aceh menilai bahwa para cara pandang mereka
fasilitator umumnya dianggap berhasil me- terhadap produk fikih
madukan perspektif baru seperti kesadaran yang semula diyakini
jender, hak-hak perempuan, isu kekerasan
sebagai sesuatu yang
dengan perspektif lama sebagaimana ter-
muat dalam pandangan teologis berbasis baku dan harga mati.
fikih. Perpaduan antara perspektif jender
dengan fikih mampu menggugah cara pan- umum yang berlaku di masyarakat. Kare-
dang mereka terhadap produk fikih yang nanya, pandangan-pandangan Kyai Husein
semula diyakini sebagai sesuatu yang baku atau Moqsith dianggap mengejutkan dan di
dan harga mati. Melalui penyajian fakta- luar kelaziman cara berpikir awam. Mereka
fakta yang menunjukkan terjadinya pe- juga menganggap Kyai Husein sering tidak
rubahan relasi jender yang berimplikasi cukup sabar untuk menjelaskan konsepnya
pada munculnya sejumlah masalah kepada atau tak kunjung menjelaskan apa yang
kaum perempuan, para peserta diajak untuk hendak disampaikan dengan penyajian se-
menggunakan kaidah-kaidah ushul fikih atau jumlah contoh bias jender dalam teks. Atas
penafsiran teks dengan cara pembacaan pengalaman itu, dalam pelatihan berikutnya
baru sehingga mampu digunakan untuk me- Kyai Husein berusaha lebih sistematis dalam
lihat ketimpangan itu dan sekaligus mencari penyampaian presentasinya. Sebagaimana
solusinya. Kepiawaian para fasilitator dan dikemukakan beberapa peserta, Kyai Hu-
narasumber juga ditunjang oleh sensitivitas sein tampaknya telah mengubah alur pre-
mereka dalam menggunakan istilah yang sentasinya dengan terlebih dahulu meng-
mudah dipahami, contoh-contoh lokal, dan kontraskan pandangan yang merendahkan
istilah-istilah yang biasa digunakan dalam perempuan dengan pandangan yang mem-
khazanah klasik serta penggunaan bahasa beri keutamaan pada perempuan di mana
yang tidak provokatif. kedua-duanya termaktub dalam teks klasik.
Setelah tampak kontradiksinya, Kyai Husein
Ini bukan berarti tak terjadi perdebatan yang kemudian memasukkan tawaran pandang-
hangat antara fasilitator atau narasumber an dan cara pembacaan baru atas teks-teks
dengan peserta. Dalam beberapa kali perte- yang dianggap bermasalah dari sisi keadilan
muan di Aceh, Kyai Husein mengaku sering jendernya. Tawaran itu bisa berupa kritik ba-
dibuat gemas karena tak merasa cukup puas hasa, kritik atas kualitas teks, perbandingan
untuk menjelaskan pandangan dan meto- teks dengan teks lain yang lebih tinggi kuali-
dologinya. Sebaliknya, pihak peserta merasa tasnya, dan lain-lain.
bahwa narasumber terkesan memaksakan
pendapat dan memilih hadits atau argumen Metodologi lain yang juga dipakai untuk
yang menunjukan keberpihakannya kepada menawarkan cara baca yang digunakan oleh
perempuan tanpa memperhatikan pendapat Kyai Husein di Aceh adalah menggunakan
39
pelaksanaan training
relevan menurut peserta dari Aceh sangat
Di Aceh dampak yang membantu untuk memahami jender dari
paling nyata adalah referensi klasik yang mereka kenal. Seba-
gian peserta Aceh adalah juga ulama dayah
tumbuhnya keinginan
(pesantren) yang lahir dan tumbuh besar di
untuk membuat buku dayah. Penguasaan mereka akan teks kla-
panduan hakim yang berisi sik menurut Moqsith sangat mengagumkan
parameter-parameter yang dibandingkan dengan yang ia jumpai di luar
terukur tentang sensitivitas Aceh.
jender hakim di ruang
Di Aceh dampak yang paling nyata adalah
pengadilan. tumbuhnya keinginan untuk membuat buku
panduan hakim yang berisi parameter-pa-
kaidah ushul fikih seperti nasikh mansukh rameter yang terukur tentang sensitivitas
(satu ayat menyempurnakan ayat yang lain). jender hakim di ruang pengadilan. Di luar
Bersamaan dengan itu, dikemukakan prin- itu mereka aktif melakukan sosialisasi ten-
sip-prinsip dasar tentang kesetaraan relasi tang hukum yang berperspektif jender dan
antar manusia, antar jender yang merupa- melakukan penerangan hukum di kampung-
kan prinsip universal dan abadi (qath’i) se- kampung. Kegiatan ini dilakukan dalam
perti mu’asyarah bil ma’ruf (saling berinter- kerangka kerjasama dengan LSM lokal teru-
aksi dalam kebaikan), musawah (setara) dan tama untuk isu-isu yang sangat relevan. Di
‘adalah (adil) . antara LSM yang saat ini telah bekerjasama
dengan mereka adalah MiSPI, LBH APIK
Beberapa peserta mengaku sempat dibuat Lhokseumawe dan PPSW.
terkaget-kaget atas pemaparan pandangan-
pandangan narasumber seperti yang diakui 3. Dampak dan Keberlanjutan Program
peserta dari Aceh. Resistensi terhadap Kyai Tak diragukan pelatihan yang diterima hakim
Husein dan atau Moqsith pada mulanya baik di Aceh maupun Sumatera Barat dan
tak jarang terjadi. Meski tak secara lang- Sulawesi Selatan membawa dampak kepada
sung dianggap radikal, beberapa peserta peserta. Dampak itu antara lain munculnya
secara diam-diam mengaku melakukan diskusi dan perbincangan setiap kali pelati-
pengecekan tingkat akurasi referensi yang han selesai digelar.
dikutip oleh narasumber. Di sini terlihat bah-
wa sikap kehati-hatian peserta disalurkan Secara umum peserta yang terlibat dalam
dengan cara yang sangat dewasa dan positif, kegiatan training yang diselenggarakan Pu-
sehingga proses dialog pemikiran berlang- troe Kandee menyatakan penghargaan-
sung dengan sehat dan didasarkan pada nya terhadap narasumber yang dihadirkan.
trust. Training ini mereka nilai telah memberikan
pengayaan pengetahuan sekaligus mendo-
Penguasaan narasumber dan fasilitator pada rong perilaku para hakim (peserta) untuk
isu fikih dan ushul fikih serta ilmu alat seperti bersikap dan bertindak atas dasar keadilan
bahasa Arab dan referensi kitab klasik yang yang kontekstual dan sensitif.
40
DEMI KEADILAN DAN KESETARAAN
“Setelah mengikuti serangkaian ke- banyak oleh kawan-kawan di daerah.”
giatan yang diselenggarakan Putroe (Hakim Amri).
Kandee, saya melakukan pemantauan
langsung keadaan di daerah. Saya pa- Kegairahan sebagian hakim untuk mem-
sang mata dan kuping di mana-mana peroleh pengetahuan tentang isu-isu sepu-
untuk mendengar apa respon dae- tar perempuan dan hukum Islam, dan un-
rah. Bagaimanapun ini menyangkut tuk berbagi ilmu di antara teman sekerja
isu yang cukup sensitif. Oleh karena dan seprofesi tampaknya merupakan salah
itu saya melakukan pemantauan. Me- satu dampak dari pelatihan ini. Hakim Amri
mang nampak ada beda yang nyata menceritakan pengalamannya betapa ia tak
sekarang. ... Dulu, perkara gugat ce- jarang menggandakan bahan-bahan materi
rai itu di mana pihak istri yang meng- yang diperolehnya dari pelatihan itu untuk
gugat dipastikan tak mendapatkan didiskusikan bersama rekan-rekannya di
apa-apa. Sekarang hakim-hakim Mahkamah Syar’iyah Langsa. Lebih dari itu,
yang telah ikut training itu mencoba untuk memperkaya wawasan pengetahuan
melakukan penyelidikan mendalam seputar hukum Islam dan persoalan relasi
dulu sebelum menjatuhkan hukuman. jender, ada di antara hakim peserta training
Padahal selama ini, mereka tak pikir yang berusaha sendiri mencari dan mem-
panjang lagi, si istri yang menggu- beli bahan-bahan bacaan terkait. Salah satu
gat langsung kena hukuman pinalti, buku yang menarik perhatian peserta adalah
tidak mendapatkan harta apa-apa; karya Husein Muhammad yang berjudul
bahkan hak atas peng-asuhan anak Fikih Perempuan: Refleksi Kiai atas Wacana
pun bisa diberikan pada bapak- Agama dan Jender, yang diterbitkan perta-
nya. Sekarang hakim lebih peka.. ma kali pada 2001 oleh Rahima bekerjasama
Saya senang dengan ini semua”. dengan LKiS dan Ford Foundation.
(Soufyan Saleh, mantan Ketua Mahka-
mah Syariyah NAD dan kini Ketua Pe-
ngadilan Tinggi Agama-Banten). B. PELAKSANAAN TRAINING PSW
UIN YOGYAKARTA
Seorang hakim dari Langsa menuturkan;
1. Materi dan Metodologi Pembelajaran
”Pelatihan yang dilaksanakan oleh Pu- PSW
troe Kandee ini rasanya telah membu- Seperti telah diuraikan pada bab sebelum-
ka wawasan, memberi inspirasi kepada nya, PSW merancang program ini sebagai
saya dan hakim-hakim di Langsa. Ham- upaya untuk membangun dan mengubah
pir selalu setiap ada yang mengikuti perspektif para hakim, dan dengan cara itu
pelatihan, besoknya atau lusanya su- diharapkan mereka lebih sensitif pada per-
dah didiskusikan bersama hakim-hakim soalan yang dihadapi perempuan sejak dari
lainnya meskipun sudah sama-sama lingkup pribadi, keluarga, komunitas sampai
mengikuti. Biasanya kawan-kawan me- negara. Untuk tujuan itu, PSW menawarkan
minta apa buku yang dikasih, makalah cara pandang baru tentang bagaimana se-
yang dibagikan, dan biasanya diper- harusnya pola ideal relasi lelaki dan perem-
41
pelaksanaan training
puan itu diaktualisasikan dalam tingkatan Islam yang ramah terhadap perempuan de-
yang berbeda-beda. ngan memperkenalkan metode penafsiran
yang lebih progresif serta dasar-dasar teori
Sebagaimana disampaikan Dr. Ema Marhumah ushul fikih yang dapat digunakan untuk me-
M.Pd., ketua PSW UIN Yogyakarta, PSW mahami perempuan. Selain itu, PSW juga
berpendapat bahwa melalui pemberian melengkapi kurikulumnya dengan melaku-
perspektif jender kepada para hakim, di- kan kunjungan ke PPA Poltabes atau Pol-
harapkan keputusan legal para hakim akan res setempat atau mengunjungi LSM yang
lebih sensitif dan melalui itu hakim akan peduli dengan gerakan anti kekerasan terha-
terus memberdayakan perempuan. Dengan dap perempuan dan anak. PSW sangat me-
demikian, kurikulum cenderung lebih gene- nyadari bahwa dalam cakupan waktu yang
rik menyangkut konsep-konsep dasar jen- sangat terbatas tak memungkinkan semua
der, tetapi itu tidak berarti bahwa kurikulum isu terbahas secara sempurna dan oleh kare-
tidak fleksibel. Ketika isu lokal muncul dalam na itu mereka melakukan kegiatan lanjutan
diskusi, para fasilitator berusaha memba- dengan format FGD yang diikuti para alumni
hasnya secara kontekstual. pelatihan beberapa bulan setelah training
berlangsung.
Muatan kurikulum PSW meliputi dasar-dasar
konsep jender, pengarusutamaan jender, isu Dalam pelaksanaannya, PSW mengolah kuri-
HAM dan Hak Asasi Perempuan, KDRT, hak- kulum itu dengan alur pelatihan yang sangat
hak reproduksi perempuan dan hak anak, dinamik. Agar pelatihan tak menjemukan,
aspek-aspek hak dan kewajiban dalam kelu- kegiatan belajar diatur dengan mengkombi-
arga, prinsip-prinsip Islam tentang keluarga, nasikan antara model ceramah dan diskusi.
dan tantangan keluarga Muslim kontempo- Dalam waktu-waktu tertentu dilakukan per-
rer. Di luar itu, PSW menawarkan konsep mainan atau game untuk penyegaran yang
menunjang proses belajar berjalan secara
kondusif.

PSW menawarkan Untuk memposisikan semua peserta setara


konsep Islam yang dan sekaligus menciptakan suasana belajar
ramah terhadap yang kondusif demi terjadinya dialog, peser-
perempuan dengan ta PSW dibagi ke dalam kelompok-kelompok
memperkenalkan kecil. Tiap kelompok itu duduk melingkar
dalam satu meja yang memudahkan mereka
metode penafsiran untuk bergerak atau beraktivitas. Peserta
yang lebih progresif lelaki dan perempuan tidak diperlakukan se-
serta dasar-dasar cara berbeda dan mereka bebas untuk me-
teori ushul fikih yang nempati tempat duduk yang mereka anggap
dapat digunakan untuk nyaman. Selain itu, seperti halnya PK, PSW
juga mengedepankan pendekatan active
memahami perempuan. learning dan menjadikan training PSW juga
sangat dihargai.
42
DEMI KEADILAN DAN KESETARAAN
Narasumber untuk isu Islam dan jender,
Prof. Dr. Hamim Ilyas membedah isu jender
dengan teori ushul fikih, bahasa dan tafsir al-
Qur’an. Contoh-contoh bagaimana perem-
puan diposisikan dalam Islam pada masa
Nabi dihadirkan untuk menjelaskan prinsip-
prinsip dasar Islam dalam meletakkan posisi
perempuan baik dalam keluarga, masyara-
kat dan negara. Melalui contoh-contoh itu,
peserta dikenalkan pada berbagai metodolo-
gi untuk pembacaan ulang atas teks-teks ke-
agamaan yang tatkala bicara dalam konteks
kekinian menjadi bias jender.

Selain rancangan kurikulum dan metode


penjelasannya yang tidak satu arah, PSW Pendokumentasian ini mencatat bahwa
berusaha membangun empati peserta seba- Gambar 8
peserta terlihat masih bersikap ambivalen
gai bagian dari strategi pengelolaan kelas. Budi Wahyuni sedang
terhadap isu jender dan kesetaraan yang menjelaskan alat
Tak sedikit peserta yang tergugah atas fakta hendak diusung. Di satu pihak mereka me- reproduksi dalam
kekerasan yang dialami perempuan setelah ngakui adanya ketimpangan jender dalam workshop yang
mereka bertemu langsung dengan korban masyarakat dan karenanya sangat menga- diselenggarakan oleh
atau melihat cara kerja lembaga-lembaga PSW UIN Yogyakarta
pre-siasi usaha PSW dalam menjelaskan isu
yang menangani korban kekerasan seperti ini, tapi di lain pihak mereka menganggap
rumah sakit atau WCC sebagaimana dilaku- bahwa di wilayah mereka (terutama Minang)
kan PSW. Untuk menjelaskan tentang fungsi perempuan tak menghadapi masalah terse-
reproduksi misalnya, narasumber yang di- but dengan alasan karena secara kultural
hadirkan PSW menggunakan alat peraga kaum perempuan telah diberi tempat dan
berupa gambar alat reproduksi yang dikena- posisi yang tinggi seperti dalam sistem ke-
kan menyerupai pemakaian celemek. Cara kerabatan matrilinial itu. Dalam situasi ini,
ini diakui peserta sangat menggugah panda- PSW telah berusaha menjelaskan bahwa
ngan mereka. Seorang peserta dari Sulawesi meskipun kaum perempuan terlindungi
Selatan mengemukakan pendapatnya: secara kultural, namun pada kenyatannya
kaum perempuan sedang berhadapan de-
“Meskipun saya telah berkeluarga sela- ngan perubahan besar di mana posisi mere-
ma 30 tahun baru kali ini saya tahu alat ka semakin termarjinalkan dalam sistem
dan fungsi reproduksi perempuan, saya kekerabatan matrilinial ini baik karena ma-
sangat berterima kasih kepada nara- suknya modernisasi pertanian, pembangu-
sumber yang telah mencerahkan saya. nan hukum dan ekonomi yang bertumpu
Saya harus semakin menghargai kaum pada cara pandang patriarkal, maupun aki-
perempuan”. (Muhajir, Kepala KUA). bat perubahan-perubahan hukum positif
yang tak mengakomodasi keutamaan mere-
ka secara adat.
43
pelaksanaan training
Gambar 9
Salah satu aktivitas
dalam Workshop
“Hak-hak dalam Kelu-
arga” di Padang

2. Fasilitator, Narasumber, dan Panitia tik tetapi juga sebagai co-fasilitator.


Pendukung
Karena PSW mengelola sendiri kegiatan ini, Apresiasi peserta di Sumatera Barat dan Su-
maka dalam pelaksanaannya PSW tak ter- lawesi Selatan terhadap narasumber yang
gantung kepada fasilitator atau narasumber menyampaikan materi dalam kegiatan train-
dari luar. Tentu saja dalam pelatihan yang ing sensitivitas jender yang diselenggarakan
dikelola PSW, peran fasilitator dan nara- PSW UIN Yogyakarta sangat baik sebagaima-
sumber adalah sentral. Pada pelatihan PSW na terungkap dalam pernyataan peserta
fasilitator kadangkala juga berfungsi sebagai berikut ini:
narasumber. Karenanya, secara bersamaan
fasilitator dan narasumber inti senantiasa ”Menurut saya narasumber sanggup
mendampingi peserta sepanjang pelatihan dan mempunyai kapasitas untuk juru-
berlangsung. san seperti itu. Antara lain memberikan
modul, memberikan bantuan dana,
Peran yang juga penting dalam suksesnya kunjungan juga sosialisasi, dan itu
kegiatan training PSW adalah para pimpi- memberikan pengaruh kepada peserta
nan Pengadilan Agama setempat dan du- dan itu terasa efektif dengan adanya
kungan dari Direktur Jendedral Badilag Drs. evaluasi-evaluasi yang telah dilakukan.
Wahyu Widyana M.A. Mereka bertindak se- Cuma masalahnya adalah tingkat ke-
bagai narasumber baik lokal maupun pusat bawah itu yang belum tersentuh begi-
yang sekaligus pemberi legitimasi kegiatan. tu. Perlu dicari formulasinya bagaima-
Demikian halnya PSW IAIN/STAIN lokal yang na gagasan ini sampai kebawah itu
berperan sebagai penyelenggara. Peran yang perlu ditindaklanjuti...”. (Hakim
mereka bukan saja untuk pengaturan logis- Nahiruddin).

44
DEMI KEADILAN DAN KESETARAAN
Para narasumber yang dianggap kapabel dan Dalam kaitannya dengan penjelasan soal
sangat menguasai bidangnya adalah Prof. Dr. konsep jender di Sumatera Barat, terdapat
Hamim Ilyas dan Prof. Amin Abdullah soal perbedaan pandangan di antara peserta se-
kerangka teologis dan filosofis bagaimana bagaimana terungkap dari FGD yang dilaku-
seharusnya Islam dipahami. Kepala KUA, kan oleh PUSKUMHAM. Sebagian peserta
Muhajir, mengatakan: ”menurut pendapat menyatakan sudah mendapatkan penjela-
saya penyampaian narasumber sudah cukup san tentang konsep jender, dan, karenanya
kena, selain itu metode ceramah itu sudah memahami jender adalah konstruksi sosial
kena”. Hakim Basir menambahkan, ”saya yang diciptakan manusia. Sebagian yang
kira dari konteks tersebut [penguasaan ma- lain me-nganggap bahwa penjelasan ten-
teri] kepada beliau kita angkat jempol, te- tang konsep dasar jender serupa itu telah
man-teman merasa bahwa beliau-beliau itu mengabaikan satu wilayah keyakinan yang
memang menguasai bidangnya utamanya mereka anggap tidak mungkin berubah.
dalam mempersentasikan materi...”. Karenanya, kelompok kedua ini menyim-
pulkan bahwa isu jender yang dibawa oleh
Begitu besarnya apresiasi banyak peserta PSW UIN Yogyakarta itu merupakan konsep
terhadap narasumber, terutama Prof. Ha- Barat yang merela-tifkan semua hal terma-
mim Ilyas, mereka meminta agar panitia suk peran sosial lelaki dan perempuan yang
memberi tambahan waktu untuk diskusi dan pada dasarnya telah ditentukan oleh agama
tanya jawab. Di Sulawesi Selatan, kehadiran sebagai ketentuan yang tak dapat berubah.
narasumber tingkat nasional tetapi mempu-
nyai pertalian dengan daerah setempat juga Pembelajaran yang dicatat dalam pendoku-
sangat diapresiasi seperti Prof. Dr. Musdah mentasian ini adalah bahwa isu jender bu-
Mulia atau Prof. Dr. Nasaruddin Umar yang kanlah isu yang cukup mudah untuk dijelas-
keduanya memang berasal dari Sulawesi Se- kan, terutama karena di dalamnya terkait
latan. dengan wilayah agama sebagai salah satu
elemen yang mengkonstruksikannya. Pem-
Sebagaimana di Aceh, perdebatan alot de- bahasan isu agama karenanya sangat fun-
ngan narasumber juga berlangsung dalam damental untuk dibedah mengiringi pem-
pelatihan yang diselenggarakan PSW di bahasan isu jender itu. Dan wilayah yang
Padang dan Makassar. Dari evaluasi inter- seharusnya diurai dengan sangat terbuka
nal, PSW melihat sangatlah penting peserta adalah wilayah kerja fikih.
terlebih dahulu mendapatkan pemahaman
tentang problem-problem yang dihadapi Sejalan dengan situasi itu, beberapa hakim
perempuan yang terkait dengan peran jen- Sumatera Barat dan Sulawesi Selatan meni-
dernya. Karenanya, pada pelatihan berikut- lai bahwa kompetensi sebagian narasumber
nya PSW tak lagi menempatkan narasumber lebih terarah kepada isu jender yang tampak
yang menjelaskan kerangka teoritis pada bersikeras demi penyeimbangan hak-hak le-
sesi awal melainkan di bagian akhir dengan laki dan perempuan. Sebagian narasumber
maksud untuk membingkai konsep Islam oleh beberapa peserta dianggap hanya ber-
yang lebih ramah terhadap perempuan. tahan dalam kerangka pemikiran modern dan
tak mau masuk ke dalam bahasan fikih kla-
45
pelaksanaan training
sik. Padahal menurut mereka isu-isu yang substansi materi isu jender yang disampai-
dibicarakan terkait dengan fikih. Dalam kan sangat maju dalam upayanya memberi-
pandangan mereka, wacana substantif jen- kan nuansa perubahan pemikiran. Namun
der kontemporer terlihat berseberangan de- mereka menganggap materi yang diberikan
ngan isu substantif jender dari fikih klasik. itu kurang memberi ruang atas fikih klasik
atau pemahaman tradisional ulama. Ke-
”... dari segi materi kami nilai sudah nyataan tersebut, dalam catatan pendoku-
sangat bagus. Cuma antara materi mentasian ini cenderung membuka ruang
dengan kemampuan peserta dengan ‘kepanikan’ kepada para hakim. Untuk itu,
pengantar menjadi persoalan. PSW mereka memandang bahwa perlu disusun
ini pada visi dan misi menerapkan ke- muatan kurikulum yang lebih mengako-
setaraan jender berdasarkan isu HAM modir ‘tahapan’ (gradually strengthening)
internasional berdasarkan isu modern. pada setiap pemahaman muatan substantif
Kalau hanya standar pendidikan S1 dari sensitivitas jender.
atau S2 tanpa ilmu hadis dan segala
macamnya maka akan terjadi benturan. Di sini terlihat peserta nampaknya membu-
Sebab kajian klasik yang lama-lama itu tuhkan rasa aman tentang mengapa peru-
tak sejalan dengan HAM internasional bahan itu penting dan mendasar dalam kon-
yang ingin diterapkan sesuai menu- teks keadilan dalam Islam dan sejauhmana
rut visi dan misi PSW. Ini jelas akan proses belajar ini akan berimplikasi kepada
menimbulkan benturan yang sa-ngat implementasinya kelak dalam keseharian
keras sebab kajian klasik itu sangat mereka sebagai hakim, sesuatu yang tak cu-
lama dan kuat dianut masyarakat. kup terjelaskan dalam training ini.
(Hakim Pelmizar).
Sebagaimana terjadi di Aceh, para peserta
Dalam memperkuat penilaiannya itu, peserta di Sumatera Barat juga mengeluhkan soal
tersebut mengajukan contoh salah seorang kesulitan mereka dalam melakukan penge-
narasumber yang mengungkapkan panda- jawantahan materi menjadi sesuatu yang
ngannya tentang hak perempuan menjadi aplikatif-rekonstruktif. Mereka merasa tidak
wali dalam perkawinan. Pandangan itu di- mendapatkan panduan bagaimana sensi-
anggap tidak bijaksana bahkan narasumber tivitas jender dapat diaplikasikan ke dalam
dianggap tak paham latar belakang hikmah putusan-putusan Peradilan Agama, khusus-
dari penunjukkan lelaki sebagai wali. Peserta nya jika dikaitkan dengan hukum materiel
menganggap pandangan itu bertujuan hen- seperti KHI dan Undang-undang Perkawinan
dak mengubah tatanan hukum yang sudah ataupun adat istiadat (budaya lokal).
baku. Dan atas dasar itu, narasumber di-
anggap kurang memiliki kearifan, padahal Keluhan ini dapat dipahami sebab baik kuri-
menurutnya kearifan itu sering menjadi per- kulum yang dibangun PSW UIN Yogyakarta
timbangan para hakim dan tokoh masyara- maupun Putroe Kandee memang tidak me-
kat dalam menyelesaikan perkara. masukkan keterampilan dalam mengaplika-
sikan sensitivitas itu ke dalam materi hukum
Para hakim di Sumatera Barat menilai bahwa atau prosedur peradilan yang telah baku.
46
DEMI KEADILAN DAN KESETARAAN
3. Dampak dan Keberlanjutan Program
Training yang diselenggarakan PSW seba-
gaimana terekam di atas telah menggugah
peserta untuk memikirkan ulang fakta-fakta
ketimpangan jender yang terjadi dalam ma-
syarakat. Beberapa dari mereka mengaku
lebih semangat untuk melakukan analisa ter-
hadap isu-isu hukum yang mereka hadapi. Di
Sulawesi Selatan dampak dari pelatihan ini
adalah tumbuhnya semangat untuk memba-
gi pengalaman ini kepada semua hakim yang
belum mendapatkan kesempatan mengikuti-
nya. Atas insiatif para alumni pelatihan PSW
di Sulawesi, mereka mengumpulkan dana
stimulan (masing-masing lembaga terima
Rp. 2,5 juta) dari PSW untuk kegiatan sejenis
yang diperuntukkan bagi hakim-hakim yang
belum mengikuti training ini.

Selain itu, peserta training dari Sumatera


Barat dan Sulawesi Selatan lebih terdorong
untuk meningkatkan pengetahuan tentang
isu-isu seputar perempuan dan hukum Is- bahan bacaan untuk memperkaya wawasan
Gambar 10
lam. Hakim Abdul Hakim, misalnya, meng- pengetahuan hukum mereka. Dalam poin ini,
Salah satu aktivitas
akui bahwa setelah pelatihan itu ia selalu mereka menyayangkan bahwa jurnal yang
dalam Workshop
termotivasi untuk menggali literatur-litera- diterbitkan PSW, Musawa, tidak didistribusi- “Hak-hak dalam
tur terkait dengan masalah-masalah hukum kan kepada mereka dengan lancar. Padahal Keluarga” di
yang selalu berbeda antara yang satu dengan mereka sangat berharap bahwa mereka bisa Makassar
yang lain. Ia khawatir bahwa sebagai hakim memperoleh tambahan wawasan dari jurnal
ia telah ketinggalan banyak perkembangan tersebut.
hukum di Indonesia.

Seperti halnya usaha yang dilakukan oleh be- B. KESAN DAN REFLEKSI
berapa hakim di Aceh, hakim dari Sumatera
Barat dan Sulawesi Selatan juga melakukan Dari uraian di atas, tercatat sejumlah isu
beberapa upaya untuk memperkaya wa- yang dapat dijadikan refleksi tentang pelak-
wasan pengetahuan seputar hukum Islam sanaan kegiatan training untuk peningkatan
dan persoalan relasi jender melalui refe- kesadaran para penegak hukum. Beberapa
rensi. Ada di antara hakim peserta training catatan pembelajaran itu adalah:
yang berusaha sendiri mencari dan membeli
bahan bacaan terkait. Beberapa literatur 1. Untuk menumbuhkan pemahaman ten-
yang diperoleh dari training PSW dijadikan tang jender dibutuhkan waktu, tenaga,
47
pelaksanaan training
sekali peserta mampu menyerap seluruh
konsep jender dengan utuh hanya dari
satu kali penyelenggaraan kegiatan train-
ing dengan waktu terbatas 4-5 hari. Oleh
karena itu, baik PSW maupun Putroe
Kandee merancang program pelatihan
ini minimal untuk 2 kali pertemuan yai-
tu 1 kali training dan 1 kali pendalaman
atau diskusi tematik. Untuk kasus Aceh,
kegiatan itu dilakukan selama 2 tahun
dan diselenggarakan secara bertahap
dan bertingkat-tingkat sehingga seorang
peserta mengikuti kegiatan antara 2 sam-
pai 6 kali pertemuan.
2. Meskipun isu jender merupakan isu yang
sangat penting dan analisisnya mampu
menyempurnakan alat analisis sosial
yang dapat digunakan untuk menero-
dan usaha yang tidak kecil. Juga dibu-
pong praktik ketidakadilan di ruang pen-
Gambar 11 tuhkan cara dan strategi yang beragam.
gadilan, namun upaya untuk meningkat-
Diskusi metodologi Menggabungkan berbagai pendekatan
pembacaan teks kan wacana, pemahaman dan kesadaran
yang tidak seragam harus selalu dilaku-
yang sensitif jender peserta tentang sensitivitas jender itu tak
dengan K Husein kan. Dua lembaga ini mendemonstrasi-
terlalu mudah. Karenanya dibutuhkan
Muhammad kan cara-cara yang telah mereka tempuh
kurikulum dan pendekatan yang secara
dengan kelebihannya masing-masing.
matang diperhitungkan agar tak memun-
Apalagi untuk mengubah dari tahapan
culkan resistensi atau penolakan yang
wacana/pemahaman ke sikap dan prilaku
tidak perlu. Kedua lembaga ini mende-
yang lebih operasional, seperti di dunia
monstrasikan keragaman isi kurikulum,
pengadilan, membutuhkan strategi yang
pendekatan dan proses pembelajaran
berbeda lagi. Namun satu hal yang secara
yang mereka bangun untuk tujuan terse-
signifikan berpengaruh pada keberhasi-
but. Perbedaan konten kurikulum antara
lan kegiatan ini adalah curahan waktu
Putroe Kandee dan PSW pada umumnya
dan intensitas perjumpaan pemikiran an-
disebabkan oleh perbedaan identifikasi
tara peserta dan fasilitator/narasumber.
persoalan yang dilihat oleh kedua lemba-
Dalam training pendalaman yang dise-
ga itu di masing-masing daerah. Putroe
lenggarakan Putroe Kandee akhir Ma-
Kandee berangkat dari persoalan hukum
ret 2009, peserta umumnya baru dapat
dan implikasinya terhadap perempuan
memahami konsep jender secara lebih
pasca tsunami dan konflik, sementara
jelas setelah mereka mengikuti kegiatan
PSW berangkat dari persoalan ketim-
secara berulang-ulang minimal dua kali
pangan jender di masyarakat sebagaima-
pertemuan. Pada kenyataannya, jarang
na teridentifikasi baik di Sumatera Barat

48
DEMI KEADILAN DAN KESETARAAN
maupun Sulawesi Selatan. lembaga dengan peserta, maka semakin
besar kemungkinan terbangunnya keper-
3. Isu jender adalah isu yang mudah dihing-
cayaan dari pihak peserta kepada pihak
gapi kecurigaan dan membuahkan re-
penyelenggara dan semakin mudah un-
sistensi. Untuk mengelola hal itu, kedua
tuk mendialogkan isu-isu yang selama ini
lembaga tersebut melakukan berbagai
dianggap sulit.
cara dan pendekatan yang sedapat mung-
kin menghindari resistensi itu. Namun be- 5. Letak geografis dan asal penyelenggara
gitu, bukan berarti mereka menghindari berpengaruh cukup signifikan kepada
pembahasan yang secara substantif sulit, keberhasilan program. Putroe Kandee
seperti membahas isu agama sebagai diuntungkan oleh pilihan wilayah yang
salah satu unsur yang mengkonstruksikan relatif homogen, dan yang secara kebu-
peran jender. Untuk itu, kedua lembaga ini dayaan sangat dikenali oleh Putroe Kan-
menghadirkan narasumber yang sangat dee. Bagaimanapun ini memudahkan Pu-
handal dalam bidangnya dan mengelola troe Kandee untuk masuk dan mendekati
kelas dengan metode pembelajaran yang peserta dan ini dapat mengurangi sejak
aktif-interaktif dengan memanfaatkan se- awal resistensi yang tidak perlu. PSW se-
maksimal mungkin beragam media dan baliknya bekerja di banyak wilayah, ter-
alat bantu belajar. masuk dua diantaranya di Sumatera Barat
dan Sulawesi Selatan. Sebagai ”orang
4. Salah satu strategi penting yang dilaku-
luar”, mau tidak mau PSW harus bekerja
kan kedua lembaga itu adalah memban-
lebih keras untuk membangun keperca-
gun kepercayaan peserta. Secara teknis
yaan peserta. Oleh karenanya, kerjasama
upaya itu dilakukan dengan menjelaskan
dengan instansi setempat atau lembaga
visi, misi lembaga dan tujuan program,
lokal yang dipercaya oleh peserta training
mengundang pihak pemberi dana untuk
sangat diutamakan. PSW selalu memulai
menjelaskan visi dan misi pihak lembaga
kegiatannya setelah mendapatkan restu
dana, menyamakan persepsi tentang tu-
baik dari Badilag di Mahkamah Agung
juan program antara peserta dan penye-
maupun dari Ketua Pengadilan Tinggi
lenggara, mengundang narasumber yang
Agama di masing-masing provinsi yang
handal dan menguasai isu, mengelola
juga berperan sebagai penanggung ja-
program secara partisipatif, dan mem-
wab dari kegiatan ini.
bangun komunikasi yang terus menerus
baik ketika training berlangsung maupun 6. Baik PSW maupun Putroe Kandee beker-
setelah kegiatan kelas berakhir. Komuni- ja berdasarkan mandat sepenuhnya
kasi itu dilakukan baik secara formal, se- dari Pengadilan Agama dan Mahkamah
perti melakukan pengiriman newsletter, Syar`iyah Nanggroe Aceh Darussalam.
sampai cara-cara yang sangat informal Sebagai penerima manfaat, Pengadilan
seperti saling mengirim SMS (short mes- Agama di Sulawesi Selatan dan Suma-
sage services) antara fasilitator dengan tera Barat terlibat penuh dalam proses
peserta/alumni. Semakin sering kegiatan pelatihan. Untuk Aceh, Soufyan Saleh,
dilakukan di suatu tempat, dan semakin Ketua Mahkamah Syar`iyah Provinsi
informal relasi yang dibangun antara periode tahun 2000-2008, secara intens
49
pelaksanaan training
ikut terlibat dalam kegiatan pelatihan ternasional secara selektif ditangguhkan
di luar perannya sebagai narasumber. atau bahkan ditinggalkan. Akibatnya,
Dan kebijakan ini terus dilanjutkan oleh muatan materi yang berhubungan den-
Ketua Mahkamah Syar`iyah yang seka- gan isu gerakan perempuan yang diteri-
rang. Keterlibatan Pengadilan Agama dan ma para hakim sangat terbatas.
Mahkamah Syar`iyah berlangsung sejak
9. Terkait dengan hal di atas (No. 8), dari
perumusan kurikulum, penyelenggaraan
segi cakupan kurikulum Putroe Kandee
pelatihan diskusi-diskusi tematik, moni-
lebih berkonsentrasi pada isu-isu seputar
toring dan evaluasi kegiatan sampai pada
persoalan jender yang dihadapi hakim se-
proses sosialisasi publik. Bagi Putroe Kan-
hari-hari di pengadilan. Padahal, cakupan
dee ini sangat membantu karena beban
isu jender pada kenyataannya sangatlah
psikologis dan moral atas kegiatan ini
luas. Akibatnya, pengetahuan lain di luar
ditanggung bersama dengan Mahkamah
isu itu sangat terbatas. Mereka juga tak
Syar’iyah.
digugah untuk melakukan perubahan si-
7. Problem-problem yang dihadapi hakim kap di tingkat pribadi, meskipun secara
agama di Aceh yang terkait dengan per- tak langsung cukup banyak efek pelatihan
soalan budaya, politik dan agama be- yang berimplikasi ke arah itu. Sebaliknya,
rada dalam satu pemahaman yang sama PSW memperkenalkan isu-isu jender se-
dengan pihak penyelenggara. Ini memu- cara komprehensif, termasuk kesehatan
dahkan penyelenggara untuk masuk ke reproduksi dan teknik advokasi untuk
dalam persoalan secara lebih mendetail memperjuangkan hak-hak perempuan.
dalam framework yang sama. Sebaliknya, Dari sisi ini, materi yang ditawarkan PSW
pilihan yang paling strategis untuk PSW jauh lebih kaya dan beragam.
adalah menyentuh isu-isu umum yang
secara pasti dihadapi oleh semua wilayah Inilah sejumlah catatan reflektif dari penye-
dan sesuai perkembangan kelas ketika lenggaraan yang dikelola oleh kedua lembaga
membutuhkan mereka masuk secara le- itu. Pada bab berikutnya disajikan bagaima-
bih mendetail pada isu lokal. na respon peserta terhadap elemen-elemen
8. PSW adalah lembaga yang sudah sangat pelatihan yang dikembangkan kedua lemba-
mapan dan canggih dalam kajian Islam ga. Tak mengejutkan jika kesan peserta atas
dan jender. Bagi mereka, perdebatan kon- pelajaran yang dipetik dari training–training
sep seputar isu-isu ini merupakan menu itu berbeda-beda; di satu daerah muncul
diskusi sehari-hari. Sebaliknya Putroe resistensi, sementara di daerah lain justru
Kandee adalah lembaga yang baru berdiri mendapat apresiasi, untuk satu isu di satu
yang baru belajar isu-isu jender. Karena- wilayah terjadi penolakan, tetapi di daerah
nya Putroe Kandee tak sepenuhnya men- lain tak memunculkan persoalan. Semua ini
guasai isu-isu yang sangat penting dalam adalah proses pembelajaran yang sungguh
gerakan perempuan. Pembahasan isu-isu sangat berharga. [ * ]
penting dalam gerakan perempuan in-

50
DEMI KEADILAN DAN KESETARAAN
Sensitivitas Jender
dalam Sikap dan
Perilaku Hakim: Analisis 4
4
Sensitivitas Jender
dalam Sikap dan
Perilaku Hakim:
Analisis

D
alam bab sebelumnya telah diuraikan bahwa para hakim yang
telah mengikuti training sensitivitas jender ini mengalami pe-
rubahan pola pikir di sana sini tentang jender, kesetaraan jender,
dan keadilan jender. Sebagian dari mereka sudah dalam keadaan
sadar jender, yaitu suatu kesadaran di mana jender dipahami
sebagai sebuah konsep kesetaraan tentang hak dan kewajiban antara lelaki dan
perempuan. Pengetahuan para hakim yang diperoleh selama proses pelatihan
sangat membantu mereka untuk lebih memahami realitas hukum agama dalam
perspektif jender.

Meskipun tidak merata, pelatihan ini telah mengubah pandangan sebagian hakim
baik dari Mahkamah Syar’iyah Aceh, Pengadilan Agama Sumatera Barat, dan Su-
lawesi Selatan, tentang pentingnya memproteksi kepentingan perempuan ketika
berhadapan dengan laki-laki dalam struktur masyarakat yang timpang. Pada tata-
ran aplikasi proses peradilan, secara individual sebagian dari mereka telah meng-
akomodasikan kepentingan perempuan. Sebuah upaya yang tak hanya berangkat
dari perasaan belas kasihan yang berbasis pada pendekatan moral, tetapi berang-
kat dari keyakinan tentang prinsip-prinsip penerapan keadilan yang objektif.

Sebagaimana telah dikemukakan pada bab sebelumnya, perubahan mindset terse-


but belum sepenuhnya dapat diimplementasikan dalam pola sikap dan perilaku
52
DEMI KEADILAN DAN KESETARAAN
hakim di pengadilan. Ini bisa dimengerti demi menegakkan keadilan.
karena kurikulum pelatihan yang dibangun
oleh kedua lembaga PSW dan Putroe Kandee Prinsip ex aequo et bono ini memberikan
lebih bertumpu pada pengenalan wacana. ruang pada para hakim untuk tidak lagi teri-
Sementara itu, secara faktual para hakim kat pada tuntutan yang diajukan padanya.
berhadapan dengan aturan dan ketentuan Mereka dapat melangkah melampaui tun-
hukum positif yang dalam beberapa segi be- tutan jika memang norma keadilan yang
lum sensitif jender. Lain dari itu, mereka juga dipegang oleh hakim dan hukum menghen-
berhadapan dengan kondisi dan budaya ma- daki demikian. Proses pencarian keadilan
syarakat yang menganggap dan memahami oleh hakim di sini membuka ruang yang le-
hukum sebagai sesuatu yang statis. Pan- bar untuk dieksplorasi, karena bagaimana-
dangan itu berkelindan dengan cara pandang pun seorang hakim tidak hanya berfungsi
tradisional agama yang mengukuhkan kon- sebagai jurubicara hukum, tapi juga sebagai
servativisme doktrin agama. Padahal, posisi penafsir dan penemu hukum. Dan dalam
pandangan semacam itu masih cukup sen- fungsi ini, pengetahuan, pengalaman, dan
tral dalam struktur masyarakat baik di Aceh, juga kemampuan hakim menelusuri hukum
Sumatera Barat maupun Sulawesi Selatan. dan fakta menjadi relevan untuk terus digali
dan dikembangkan. Dalam konteks inilah,
Persoalan lain adalah terkait dengan prose- terletak signifikansi pelatihan sensitivitas
dur. Para hakim baik dari Aceh, Sumatera jender bagi hakim.
Barat maupun Sulawesi Selatan memandang
bahwa acuan utama dalam membuat per- Untuk dapat melihat sejauhmana wawasan
timbangan hukum adalah apa yang terjadi hakim tentang isu jender, berikut ini diha-
dalam proses persidangan serta ketentuan dirkan beberapa tema hukum keluarga yang
hukum yang berlaku di lingkungan peradilan. menjadi kewenangan Pengadilan Agama/
Putusan-putusan hakim pada dasarnya tidak Mahkamah Syar`iyah. Sebagai catatan, perlu
boleh melewati apa yang dimohon atau digu- kiranya diketahui bahwa secara metodologis
gat. Dalam situasi di mana pengetahuan hu- instrumen pendokumentasian ini tidak sam-
kum kebanyakan kaum perempuan sebagai pai pada tahap pengujian yang dipakai untuk
pihak litigan masih rendah, peran paralegal mengukur tingkat sensitivitas jender hakim
atau penasihat hukum juga tak berfungsi di tingkat praktis, seperti melakukan kajian
maksimal. Maka tak heran jika seringkali ma- hasil putusan atau mengikuti secara khusus
teri permohonan gugatan sangat minimal dan intensif sebuah proses pemeriksaan
dan pada akhirnya merugikan perempuan perkara di pengadilan. Apa yang terekam
sebagai penggugat. dalam laporan ini semata-mata didasarkan
kepada pengakuan hakim yang disampai-
Sesungguhnya ada satu celah yang dapat di- kan dalam FGD ditambah dengan beberapa
manfaatkan untuk memaksimalkan tuntutan, interview mendalam dan hasil bacaan dari
misalnya, melalui permintaan menetapkan rekaman proses. Namun begitu, pada tiap-
putusan berdasarkan pada prinsip ex aequo tiap tema disertakan satu catatan analisis
et bono, yang memberikan kelonggaran bagi yang secara tidak langsung dapat dijadikan
hakim untuk menggali hukum seluas-luasnya patokan sejauhmana tingkat sensitivitas jen-
53
sensitivitas jender dalam sikap dan perilaku hakim: ANALISIS
der telah berlaku untuk masing-masing tema lelaki dianggap lebih berhak dibandingkan
itu. Dengan menyertakan analisis jender itu perempuan, maka aturan yang sama dalam
pembaca diharapkan akan dimudahkan un- wali nikah itu seringkali berlaku pula untuk
tuk melakukan refleksi. Sekali lagi hal ini di- pemeliharaan anak dan harta.
maksudkan sebagai proses pembelajaran.
Persoalan konsep wali ini mencuat pasca
tsunami di Aceh. Konsep wali untuk peme-
A. SIKAP HAKIM DAN ANALISIS liharaan anak dan harta anak yatim saat itu
SENSITIVITAS JENDER senantiasa dinisbatkan pada konsep wali
dalam perkawinan. Akibatnya, banyak orang
1). Pernikahan tua atau kerabat korban dari pihak perem-
puan atau isteri kehilangan haknya (secara
a. Wali Nikah
de jure) atas pemeliharaan cucu dan harta
Menurut doktrin fikih, suatu pernikahan yang menjadi hak anak yatim itu sebagai
dikatakan sah jika telah memenuhi rukun peninggalan orang tuanya yang menjadi
dan syaratnya. Salah satu rukun pernika- korban tsunami. Padahal, secara de facto
han adalah adanya wali nikah, yaitu salah anak-anak yatim piatu itu biasanya lebih
seorang yang berasal dari kerabat calon merasa nyaman berada dalam asuhan kera-
pengantin perempu an berjenis kelamin laki- bat ibunya. Itu berarti yang terkait dengan
laki, mulai dari bapak, saudara, kakek sam- pemeliharaan anak berada dalam tanggung
pai paman semuanya dari garis keturunan jawab kerabat pihak perempuan, sementara
ayah. Kerabat berjenis kelamin perempuan, penguasaan harta berada dalam kekuasaan
termasuk ibu, tidak termasuk dalam kelom- kerabat pihak suami. Hingga batas tertentu,
pok tersebut. ini memunculkan masalah karena tergang-
gunya rasa keadilan. Situasi ini menggugah
Sesungguhnya dalam doktrin fikih dikenal para hakim dan utamanya hakim perempuan
juga konsep wali yang lain, yaitu wali untuk untuk mempertanyakan kembali doktrin
pemeliharaan anak terutama anak yatim wali tersebut dengan mengusulkan diboleh-
serta harta yang ditinggalkan orang tuanya. kannya keluarga dari garis ibu menjadi wali
Namun, karena konsep wali yang dominan untuk pemeliharaan anak dan harta anak ya-
adalah wali di dalam perkawinan, di mana tim tersebut.

Isu ini merupakan salah satu tema yang cu-


Persoalan konsep wali
kup menarik dilihat dari sensitivitas jender.
mencuat pasca tsunami di Meski begitu, dalam FGD yang dilakukan
Aceh. Konsep wali untuk untuk kepentingan pendokumentasian di
pemeliharaan anak dan Aceh, isu ini tidak dikembangkan lebih luas.
harta anak yatim saat itu Namun, dalam pelatihan–pelatihan Putroe
Kandee isu semacam ini mengemuka be-
senantiasa dinisbatkan
berapa kali. Pada umumnya, para peserta
pada konsep wali dalam bersepakat bahwa perempuan dapat men-
perkawinan. jadi wali untuk pemeliharaan harta dan anak
54
DEMI KEADILAN DAN KESETARAAN
yatim, tetapi mereka tidak atau setidaknya narasumber itu cukuplah di bidangnya,
merasa kesulitan untuk bersetuju dengan jangan menyinggung bidang orang
pandangan bahwa perempuan dapat men- lain. (Hakim Maksum Nasution).
jadi wali untuk pernikahan anak.
Hakim lain menuturkan bahwa:
Dalam kegiatan FGD di wilayah Sumatera
Barat dan Sulawesi Selatan, isu ini menge- ‘’Dalam prinsip Islam, wanita itu me-
muka cukup kencang. Isu ini merupakan miliki peranan yang penting. PSW me-
salah satu persoalan yang menyebabkan lihatnya dari konteks yang berbeda.
mereka keberatan dengan konsep keseta- Kesetaraan jender itu apakah artinya
raan jender jika jender dimaknai sampai semua aspek bisa dimasuki? Bagi kami
sejauh itu. Dalam pelatihannya, PSW telah masalah wali belum bisa diterima.
mewacanakan bahwa perempuan bisa men- ... Narasumber kemarin itu terlalu
jadi wali didasarkan pada prinsip darurat. agresif, terlalu mementingkan keseta-
Mereka juga mendasarkan pada pandangan raan jender tanpa mempertimbangkan
bahwa syarat-syarat wali tak terkait dengan ajaran...’ (Hakim Pelmizar).
jenis kelamin (biologis), melainkan kualitas
kepemimpinan (jender). Agaknya peserta Senada dengan itu, beberapa peserta di Su-
menangkap gagasan ini sebagai doktrin baru lawesi Selatan memandang bahwa perem-
yang, menurut mereka, menyimpang dari puan tidak diperbolehkan menjadi wali bagi
doktrin hukum yang telah mapan dalam pernikahan anaknya. Dasar pemikiran mere-
fikih klasik. Sejumlah hakim Sumatera Barat ka sama dengan apa yang diungkapkan oleh
menolak ide dibolehkannya perempuan se- para hakim Sumatera Barat yaitu doktrin
bagai wali nikah. Simaklah penuturan salah fikih klasik yang menetapkan bahwa wali
seorang hakim di bawah ini: dalam pernikahan adalah salah satu ang-
gota kerabat yang berjenis kelamin laki-laki
”.... tentang gagasan (perempuan men- dari mempelai perempuan. Doktrin terse-
jadi wali) itu saya kira beliau kurang but sampai saat ini nampaknya belum bisa
mendalami kitab, sehingga ada per- diubah dan anggota kerabat yang berjenis
benturan. Kalau kita menyampaikan kelamin perempuan tidak bisa menjadi wali
apa yg disampaikan dengan cara yang dalam pernikahan.
disampaikan itu (kita) akan diabaikan
orang. Taruh dengan cara berbeda de- ”... Kalau selama ini di peradilan ka-
ngan materi penyampaian yang berbe- yaknya belum kesana arahnya, karena
da itu, pasti akan diusir orang... Berka- kita pikirkan kalau perempuan juga
itan dengan ini ada satu lagi, ini dari jadi wali akan banyak akibat-akibat
perempuan, ini ada contoh kebetulan, lainnya lagi. Jadi, kita belum lari ke-
terkait wali nikah. Menurut peraturan sana, karena memang kasusnya be-
sekarang yang dianut, wali nikah itu lum pernah ada juga perempuan yang
laki laki. Tapi ia bilang kalo memang ti- mau menjadi wali dalam pernikahan
dak ada laki-laki, apa salahnya dengan anaknya...” (Muhajir, Kepala KUA).
pihak perempuan... Jadi seharusnya
55
sensitivitas jender dalam sikap dan perilaku hakim: ANALISIS
Namun, sedikit berbeda dengan para peser- Jika digunakan analisis jender terhadap si-
ta Sumatera Barat, beberapa hakim Sulawe- kap hakim terkait dengan isu wali nikah ini,
si Selatan menunjukkan pandangan mereka setidaknya muncul dua pandangan. Pan-
yang lebih progresif untuk mencoba men- dangan pertama mengatakan bahwa aturan
dobrak aturan klasik ini dengan mengijinkan ini merupakan bukti bahwa hukum bersikap
perempuan menjadi wali dalam pernikahan diskriminatif terhadap perempuan karena
anaknya. Meski begitu, mereka sangat me- perempuan dibatasi aksesnya untuk terlibat
nyadari kendala-kendala yang akan dihada- dalam pengambilan keputusan yang sangat
pi. Simaklah penuturan seorang peserta: penting yaitu perkawinan anaknya. Dan hal
itu dikatakan diskriminatif karena basis pela-
”...kalau dari segi logika, memang ka- rangannya adalah prasangka bahwa perem-
lau wali maksudnya wali untuk kepe- puan dianggap tak memiliki kecakapan
ngurusan anak-anak dengan harta itu untuk mengambil keputusan. Pandangan
kan perempuan dan laki-laki kan sudah kedua mengatakan bahwa aturan itu tak dis-
sama. Tetapi kemudian dalam perkawi- kriminatif karena tidak ada unsur prasangka
nan, itu memang dibedakan,...kenapa terhadap perempuan sebagai basis pela-
perempuan pada saat perwalian per- rangannya. Aturan itu diterapkan semata-
nikahan itu tidak dibenarkan. Memang mata didasarkan pada doktrin keagamaan
itu adanya semacam tanda tanya, ke- yang menuntut kepatuhan. Menurut cara
napa ada pembedaan, apakah karena pandang yang terakhir ini, untuk hal-hal
memang dari sananya. Cuma dari yang terkait dengan ibadat, parameter ob-
peradilan kami belum bisa lari ke sana jektif seperti diskriminasi dan subordinasi
pada saat ini. Kita hanya mena-ngani terhadap perempuan tidak dapat dijadikan
kalau ada perkawinan yang tidak ada ukuran. Namun, pandangan ini rentan atas
walinya, walinya itu kan rata-rata ma- kritikan. Salah satunya adalah karena cara
sih wali yang dari laki-laki. Jadi wali pandang seperti itu mendasarkan diri pada
perkawinan itu cenderung masih laki- doktrin pelarangan yang berasal dari pan-
laki . (Muhajir, Kepala KUA). dangan tradisional fikih yang pada umum-
nya menempatkan perempuan secara sub-
Analisis ordinatif di bawah laki-laki.
Meskipun baru bersifat gagasan, pandangan
peserta dari Sulawesi Selatan itu menunjuk- Analisis jender akan sangat membantu men-
kan bahwa di luar isu doktrinal sesungguh- carikan jalan keluar atas situasi ini. Menyadari
nya sangat memungkinkan bagi perempuan bahwa soal wali dalam ritual perkawinan itu
untuk menjadi wali. Dan hal itu juga dibukti- dianggap sebagai aturan yang permanen,
kan dari terbukanya akses pada perempuan sementara dalam konsep kesetaraan dan
menjadi wali untuk anak yatim dan pemeli- keadilan jender, perempuan tidak dapat
haraan harta. Syarat wali dengan demikian diasingkan dari proses pengambilan kepu-
bisa bergeser dari yang bersifat biologis tusan, maka jalan yang harus dicari adalah
(kepemilikan alat kelamin) ke karakteristik bagaimana akses perempuan tetap dibuka
jender (bertanggung jawab, adil, amanah, tanpa mencederai doktrin. Antara lain, mi-
dapat mengambil keputusan dan lain-lain). salnya, ketika tiba masa penentuan calon
56
DEMI KEADILAN DAN KESETARAAN
suami untuk anak perempuannya, seorang Mereka juga bersepakat
ibu seharusnya dapat intens terlibat dalam
bahwa manfaat
proses pengambilan keputusan. Itu berarti
dalam proses peminangan yang tak terikat
pencatatan ini untuk
aturan doktrinal, perempuan (ibu dari calon memberikan kepastian
pengantin) harus dilibatkan penuh. Mereka hukum bukan hanya
harus diajak serta dalam musyawarah dan kepada istri, terutama
diminta pendapatnya. Jika ini sudah ter-
bila terjadi perceraian,
penuhi, kesetaraan jender antara ayah dan
ibu dalam memperoleh akses pengambilan
tetapi juga kepada anak-
keputusan telah terpenuhi di sana. anak yang dilahirkannya.

Dalam konteks ini, para hakim umumnya pencatatan pernikahan itu merupakan ke-
bersetuju bahwa perempuan telah meng- harusan yang berhubungan dengan peme-
ambil peran dalam proses pengambilan nuhan administrasi negara.
keputusan terkait dengan penentuan calon
suami anaknya. Sebagian dari mereka me- Kegamangan mereka ini diperkuat oleh ada-
ngatakan hal itu memang telah diatur dalam nya lembaga itsbat nikah (penetapan keab-
agama melalui konsep bermusyawarah se- sahan nikah suatu pasangan oleh pengadilan
cara ma`ruf atau, dengan kata lain, larangan sehingga mendapatkan surat bukti nikah).
pemaksaan perkawinan. Dalam KHI, itsbat nikah yang diatur hanya
berlaku bagi pasangan yang menikah di luar
b. Pencatatan Pernikahan dan Itsbat Nikah KUA yang memenuhi kondisi yang disebut-
kan di dalam KHI, yaitu perkawinan yang
Isu ini diperdebatkan dalam training di Aceh
berlangsung sebelum diberlakukannya Un-
karena terkait dengan konteks lokalnya pasca
dang-undang Perkawinan tahun 1974. Pada
konflik, tapi tidak dibahas di Sumatera Barat
praktiknya, pemberian izin itsbat nikah bisa
dan Sulawesi Selatan. Namun begitu, dalam
dilakukan di luar batasan yang diatur dalam
pendokumentasian ini para hakim agama
KHI. Para hakim berpendapat bahwa atas de-
di Mahkamah Syar`iyah Aceh, Sumatera
sakan masyarakat yang membutuhkan buku
Barat dan Sulawesi Selatan sepakat bahwa
nikah, praktik itsbat nikah mereka lakukan.
pencatatan pernikahan merupakan suatu
Dalam konteks Aceh misalnya, izin memper-
keharusan. Mereka juga bersepakat bahwa
luas persyaratan itsbat nikah di luar keten-
manfaat pencatatan ini untuk memberikan
tuan KHI itu jelas sangat mereka butuhkan.
kepastian hukum bukan hanya kepada istri,
Konflik yang berlangsung lebih dari 30 tahun
terutama bila terjadi perceraian, tetapi juga
dan kemudian tsunami menyebabkan banyak
kepada anak-anak yang dilahirkannya. Na-
pasangan tak memiliki atau kehilangan buku
mun, kenyataan atas banyaknya praktik per-
nikah. Oleh karena, itu lembaga itsbat nikah
nikahan yang tidak tercatat adalah sebuah
benar benar sangat dibutuhkan.
realitas yang berada di hadapan mereka. Di
ketiga wilayah ini, para hakim terlihat am-
Adalah benar perbedaan cara pandang
bigu dalam memposisikan pandangan me-
terhadap praktik ini kerap menimbulkan
reka. Sikap yang paling umum adalah bahwa
57
sensitivitas jender dalam sikap dan perilaku hakim: ANALISIS
pertentangan baik antara hakim yang beru- ting bagi perempuan karena dapat mem-
saha konsisten dengan aturan KHI yang berikan kepastian hukum baik bagi dirinya
membatasi praktik itu dengan mereka yang maupun anak yang dilahirkannya. Dengan
berusaha lebih fleksibel. Namun, beberapa menggunakan analisis jender, seorang
hakim percaya bahwa selama mereka masih hakim dapat melihat apa akibatnya bagi
bisa melihat kejelasan maslahatnya untuk seorang perempuan jika tak memiliki surat
semua pihak, mereka tetap dapat menge- nikah. Antara lain secara sosial perempuan
luarkan putusan pemberian izin itsbat nikah tersebut rentan terhadap tindakan diskrimi-
tersebut. Dalam hal ini, para hakim sering nasi. Demikian pula dengan anaknya. Lebih
mempertimbangkan kemungkinan adanya dari itu, posisi mereka sebagai istri pun ren-
kesulitan dari pihak pejabat pencatat nikah tan terhadap kekerasan. Tanpa surat nikah,
seperti terjadi di Aceh semasa konflik. seorang perempuan akan sangat tergantung
pada suaminya. Dan ketergantungan serupa
Memang terdapat alasan yang berbeda an- itu sangat tidak sehat, karena bila terjadi tin-
tara pihak yang menginginkan itsbat nikah dakan kekerasan oleh suaminya sangat sulit
dipermudah dan pihak yang menghenda- bagi perempuan untuk keluar dari ikatan
kinya untuk dipersulit. Bagi pihak yang mem- perkawinannya.
permudah, itsbat nikah merupakan jalan
keluar atas kesulitan yang dihadapi perem- Jadi dari sudut pandang itu, pencatatan
puan yang tak memiliki surat nikah padahal perkawinan semestinya diletakkan seba-
perkawinannya dianggap sah secara agama. gai hal yang prinsipil. Dan jika dilihat dari
Sementara mereka yang menginginkan its- sisi doktrin agama, pencatatan seharusnya
bat nikah dipersulit atau dibatasi dan bah- mungkin bisa dimasukkan ke dalam rukun
kan dihapuskan, mereka meyakini bahwa perkawinan yang menentukan sah dan tidak-
dengan cara itu pernikahan di bawah tangan nya perkawinan. Analogi yang biasa dike-
dapat diminimalisasi. Mereka yang cenderung mukakan narasumber dengan gagasan ini
untuk mempermudah pelaksanaan itsbat ni- adalah bahwa dalam perjanjian jual beli saja
kah dan mempertahankannya, mempercayai
bahwa lembaga itsbat nikah diatur untuk Tanpa surat nikah,
memberikan solusi bagi pasangan yang pada seorang perempuan
saat menikah berhalangan untuk mencatat- akan sangat tergantung
kan pernikahannya. Sementara pihak yang
pada suaminya. Dan
lainnya menganggap dengan adanya lemba-
ga itsbat nikah, praktik kawin sirri (di bawah
ketergantungan serupa
tangan) akan terus merajalela. itu sangat tidak sehat,
karena bila terjadi
Analisis tindakan kekerasan
Pencatatan pernikahan merupakan aspek oleh suaminya sangat
yang fundamental bagi warga negara In-
sulit bagi perempuan
donesia. Melalui pencatatan itu seseorang
akan memperoleh status hukum pasti. Pen-
untuk keluar dari
catatan perkawinan karenanya sangat pen- ikatan perkawinannya.
58
DEMI KEADILAN DAN KESETARAAN
diperintahkan untuk dilakukan pencatatan ragam. Pertama, perceraian yang diajukan
apalagi dalam perkawinan yang dalam al dan diakui bahwa perceraian tersebut be-
Qur’an disebut sebagai sebuah ”perjanjian lum jatuh karena tak memenuhi syarat dan
yang kuat”. ketentuan yang sah. Kedua, perceraian yang
diakui sudah terjadi dan pasangan atau peng-
Sementara dalam hal itsbat nikah, anali- gugat mendatangi Pengadilan Agama untuk
sis jender dapat digunakan untuk melihat mendapatkan pengesahan secara adminis-
bagaimana sebuah tindakan hukum dapat tratif. Jika pada ragam pertama, pihak yang
memberi manfaat berupa kepastian hukum berperkara sepakat bahwa mereka datang
kepada perempuan. Jadi dalam konsep jen- ke Pengadilan Agama untuk memproses
der, itsbat nikah dapat diartikan sebagai perceraian mereka, pada ragam kedua, para
sebuah tindakan afirmatif yaitu sebuah pihak atau salah satu pihak menganggap
tindakan khusus yang berguna untuk mem- bahwa mereka telah bercerai secara agama
peroleh persamaan hak. Di sisi lain, memang dan datang ke Pengadilan Agama untuk
ada dampak dari diberlakukannya itsbat ni- mengesahkan perceraian mereka secara
kah, yaitu menyuburkan praktik kawin sirri, negara atau administratif dan atau untuk
padahal kawin yang tak dicatatkan akan mendapatkan akte cerai.
sangat merugikan perempuan. Dalam kon-
teks ini, sosialisasi tentang pentingnya pen- Untuk kasus kedua ini, beberapa hakim
catatan nikah harus terus disosialisasikan. Sumatera Barat mengungkapkan bahwa
Dengan cara itu, praktik kawin sirri bisa di- beberapa pasangan datang ke Pengadilan
kurangi semaksimal mungkin. Agama dan memperlihatkan secarik kertas
yang menyatakan atau berisi pernyataan ce-
2). Perceraian rai dari suami terhadap istrinya. Menghada-
Perceraian merupakan perkara yang men- pi kenyataan ragam perceraian yang kedua
dominasi ruang sidang Pengadilan Agama itu, para hakim, meskipun tetap memproses
di Indonesia. Peraturan perundang-undang- perkara dan menyatakan bahwa perceraian
an menyebutkan bahwa perceraian hanya mereka belum terjadi, tidak mampu me-
dapat dilakukan melalui Pengadilan Agama. ngontrol apakah perceraian yang diputus-
Para hakim Mahkamah Syar’iyah Aceh, Pe- nya di Pengadilan dipakai sandaran bagi
ngadilan Agama Sumatera Barat dan Su- dijalaninya efek dari perceraian tersebut
lawesi Selatan nampaknya sepakat dan setu- seperti dalam hal masa ‘iddah istri. Per-
ju dengan aturan tersebut. Namun, ketika nyataan salah seorang hakim patut disimak
aturan perceraian tersebut dikaitkan dengan di bawah ini:
keabsahan perceraian dari sisi agama, mere-
ka merasa sulit untuk memposisikan pema- ”Talak liar di Sumatera Barat banyak.
haman tersebut. Istri sering datang ke PA dengan se-
carik kertas saja yang menyatakan
Perlu dikemukakan bahwa, seperti di wilayah bahwa suaminya telah menceraikan-
Pengadilan Agama lainnya di Indonesia, di nya. Untuk penasihat perkawinan ha-
Aceh, Sumatera Barat dan Sulawesi Selatan, rus memasukkan materi-materi hukum
perkara perceraian memperlihatkan dua dalam nasehatnya, sehinga pasangan
59
sensitivitas jender dalam sikap dan perilaku hakim: ANALISIS
mengetahui hak-hak dan kewajiban- suami yang melakukan hal itu sangat perlu
kewajibannya”. (Hakim Sabri Syukur). untuk diupayakan.

Analisis 3). KDRT dan Alasan Perceraian


Praktik kawin atau cerai di luar pengadilan KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga)
sesungguhnya menunjukan adanya dualisme seringkali menjadi penyebab pihak istri men-
hukum di Indonesia yang tak kunjung terse- gajukan cerai gugat. Bahkan dari kasus-kasus
lesaikan. Hukum positif di satu pihak dan gugatan perceraian yang tercatat di tiga
hukum agama di pihak lain. Seseorang yang wilayah itu, KDRT dalam artinya yang luas –
sudah mengikrarkan talak, dalam doktrin dari kekerasan fisik berupa pemukulan sam-
fikih dapat dianggap telah jatuh talaknya. pai kekerasan non fisik seperti penelantaran
Sementara menurut Undang-undang, talak – merupakan penyebab yang paling banyak
tersebut belum terjadi karena ikrar itu tak diajukan sebagai alasan perceraian.
dilakukan di depan pengadilan.
Namun sebagaimana terungkap dalam FGD,
Bagaimanakah analisis jender dapat mem- tidak semua hakim menanggapi tuntutan
bantu memecahkan persoalan ini? Pertama- itu dengan alasan tak cukup bukti. Banyak
tama yang harus dilihat adalah siapa yang hakim menyatakan bahwa sebagai hakim
paling dirugikan jika terjadi ketidakpastian sedapat mungkin mereka mengusahakan
hukum akibat adanya dualisme hukum itu. jangan sampai terjadi perceraian. Karenanya
Sangatlah pasti bahwa yang paling dirugikan hakim sering kali berperan sebagai mediator
adalah perempuan karena status hukumnya yang meminta mereka untuk berpikir ulang
menjadi tak menentu. Implikasinya bisa sa- atas tuntutan itu. Dalam konteks itu, tak ja-
ngat jauh. Misalnya, terkait dengan hitungan rang hakim meminta pihak istri untuk lebih
masa ‘iddah dan hak-hak yang menyertai- bersabar, begitu pula halnya kepada pihak
nya. Perempuan juga sangat dirugikan de- suami agar lebih bertanggung jawab.
ngan ikrar talak yang tak dilakukan di depan
pengadilan karena dirinya tak mendapatkan Para hakim baik di Aceh, Padang maupun
bukti tertulis secara legal yang dapat digu- Makassar mengakui bahwa mereka tidak
nakan untuk melanjutkan kehidupannya, mengetahui bila KDRT merupakan suatu ke-
misalnya untuk menikah lagi. kerasan yang sangat membahayakan istri.
Mereka hampir tidak menyadari bahwa ke-
Dengan demikian, apa yang selama ini telah kerasan ternyata mempunyai siklus tersen-
diupayakan negara dengan ketentuan per- diri yang dapat terjadi berulang-ulang kali
aturan perundang-undangan yang mengatur mengikuti peredaran siklus tersebut. Sebe-
bahwa talak dinyatakan telah jatuh manaka- lum mendapatkan informasi tentang hal ini
la diikrarkan oleh suami di depan pengadilan dari pelatihan, mereka umumnya mengang-
itu merupakan upaya yang sangat memban- gap bahwa kekerasan dalam rumah tangga
tu memberi kepastian hukum dan kepastian yang terjadi berulang kali itu disebabkan
status kepada kaum perempuan. Penegakan oleh gangguan psikologis yang bersifat indi-
hukum berupa pemberian sanksi kepada vidual. Dari training inilah mereka akhirnya

60
DEMI KEADILAN DAN KESETARAAN
memahami bagaimana KDRT merupakan
suatu pola kekerasan yang berbasis jender. Analisis jender juga
membantu hakim
Analisis memahami daur peristiwa
KDRT atau kekerasan dalam rumah tangga kekerasan dalam rumah
merupakan penyebab terbesar dari tuntut-
an perceraian. Namun sebagian besar hakim
tangga yang terjadi
masih menganggapnya sebagai sesuatu yang berulang kali mengikuti
wajar dan menyatakan bahwa itu merupa- siklus kekerasan.
kan bunga-bunga kehidupan atau romantika
rumah tangga. Ini terutama untuk jenis ke-
kerasan non fisik yang tanda-tandanya tak lama kekerasan itu terjadi berulang-ulang,
nampak secara jelas sehingga sangat sulit akan semakin berat dampaknya karena
untuk dibuktikan oleh hakim yang belum frekuensi siksaan atau penyerangan yang
memiliki perspektif jender dalam melihat terus meningkat.
isu KDRT.
Analisis jender juga dapat membantu hakim
Analisis jender dapat membantu hakim un- untuk memahami bahwa kekerasan berbasis
tuk memahami cara kerja KDRT khususnya prasangka jender meliputi berbagai jenis ke-
menganalisis apakah seorang suami mem- kerasan mulai dari yang bersifat fisik sampai
punyai pandangan stereotype yang meng- non fisik. Selama ini, hakim telah sangat me-
anggap istrinya layak mendapat kekerasan mahami kekerasan fisik karena biasanya hal
agar patuh, tunduk, tak cerewet, tak banyak itu bisa dibuktikan oleh visum dokter atau
menuntut dan seterusnya. Analisis jender ditunjukkan bekas-bekasnya di dalam per-
juga membantu hakim memahami daur sidangan. Namun dibutuhkan pemahaman
peristiwa kekerasan dalam rumah tangga lebih untuk mengerti kekerasan non fisik,
yang terjadi berulang kali mengikuti siklus seperti penghinaan, perendahan martabat,
kekerasan. Menurut siklus ini, setelah suatu pengucapan kata-kata kasar, penelantaran,
tindakan kekerasan terjadi lalu biasanya tak diberi nafkah, pembatasan aktivitas di
diikuti oleh masa penyesalan oleh pelaku. luar rumah dan lain-lain yang tak meninggal-
Kemudian, ini dilanjutkan dengan sikap kan jejak nyata secara fisik. Pemahaman ini
pelaku yang sangat baik atau disebut masa perlu untuk menyempurnakan pengetahuan
bulan madu. Situasi ini membuat perem- mereka tentang konsep syiqaq (percekcokan
puan bingung untuk mengajukan tuntutan yang terus menerus). Selama ini, para hakim
perceraian. Namun setelah masa romantis memang mengenali syiqaq ini sebagai ala-
ini hilang, suami kembali lagi melakukan san terjadinya kekerasan, tetapi dalam kon-
tindakan kekerasan berikutnya dengan ber- sep yang dipahaminya itu terkandung mak-
bagai alasan. Demikian seterusnya hingga na bahwa percekcokan itu sebagai kesalahan
kekerasan berlangsung berulang kali mengi- kedua belah pihak. Dengan analisis jender,
kuti daur kekerasan itu. Hal yang paling mem- mereka dapat menelusuri pangkal atau asal
bahayakan dari keadaan ini adalah semakin muasal percekcokan itu.

61
sensitivitas jender dalam sikap dan perilaku hakim: ANALISIS
Hal lain yang juga sangat membantu, anali- kim kini lebih waspada untuk tidak dengan
sis jender dapat digunakan untuk memaha- serta merta mengiyakan dan menganggap
mi bahwa cara kerja kekerasan berbasis jen- persoalan kekerasan itu telah selesai.
der jauh lebih parah efeknya dibandingkan
dengan kekerasan berbasis suku, ras dan Adalah penting bagi hakim untuk memiliki
agama misalnya. Justru, karena kejadiannya pegangan bagaimana mengakhiri tindakan
di dalam rumah tangga yang tak nampak kekerasan, baik dengan meminta rujuk kem-
dari luar dan dianggap tak mungkin terjadi bali dan membatalkan tuntutan ataupun
dibandingkan dengan tiga jenis kekerasan meminta mereka berpisah. Semua pilihan
lainnya itu, kekerasan di dalam rumah tangga itu harus mengarah pada tujuan yang satu
sering terabaikan. Lebih dari itu, kekerasan yaitu mengakhiri tindakan kekerasan dengan
berbasis jender dapat memanipulasikan memberikan perlindungan secara hukum.
pandangan agama yang seolah-olah mem-
benarkan tindakan kekerasan sehingga kor- Perlindungan juga bisa dilakukan dalam pro-
ban pun menerima keadaan tersebut karena ses awal peradilan, misalnya dengan mene-
adanya pembenaran religius semacam itu. rapkan konsep kompetensi relatif. Sudah
sejak lama kompetensi relatif yang memihak
Konsep siklus kekerasan dalam rumah tang- perempuan berlangsung di wilayah jurisdiksi
ga itu benar-benar penting untuk dipahami Mahkamah Syar’iyah Aceh. Bila ketentuan
oleh hakim. Sebab, dengan itulah hakim hukum acara dalam peraturan perundang-
dapat mengerti mengapa seorang perem- undangan mengatur bahwa pengadilan yang
puan tiba-tiba membatalkan tuntutannya berwenang memeriksa suatu perkara adalah
meskipun bukti telah sangat kuat menunjuk- pengadilan yang berada di tempat tinggal
kan terjadinya kekerasan fisik. Tanpa pema- tergugat, hakim agama di Aceh telah men-
haman tentang siklus kekerasan itu, hakim tradisikan bahwa Mahkamah Syar’iyah yang
bisa keliru memahami fenomena ini dengan berwenang memeriksa perkara perceraian
menganggap sang istri itu telah mampu un- adalah Mahkamah Syar’iyah yang berada di
tuk bersikap lebih sabar atau sang suami wilayah tempat tinggal pihak istri sekalipun
telah berubah insyaf. Padahal yang sesung- kedudukannya adalah sebagai penggugat.
guhnya berlangsung adalah si istri sema- Salah satu tujuan di balik praktik hukum ini
kin masuk ke dalam lingkaran setan daur adalah untuk melindungi pihak isteri yang
kekerasan itu. Yang kerap terjadi, gugatan seringkali tidak berdaya secara ekonomi un-
yang dibatalkan sendiri oleh istri itu antara tuk melakukan perjalanan jauh ke wilayah
lain disebabkan oleh suami yang mengan- kabupaten/kota tempat tinggal suami. Kom-
cam dan akan memperlakukan istri lebih bu- petensi relatif seperti ini menjadi terlegiti-
ruk lagi, dengan misalnya memisahkannya masi lebih-lebih apabila kasus perceraian itu
dari anaknya, atau menakuti-nakuti akan mengandung alasan kekerasan dalam rumah
sulitnya hidup dengan menyandang status tangga (KDRT).
janda. Setelah pelatihan, para hakim dapat
memahami bahwa permintaan pembata-
lan itu disebabkan adanya siklus kekerasan.
Dengan pengetahuan tentang siklus itu, ha-
62
DEMI KEADILAN DAN KESETARAAN
Hakim dan Penanganan Kasus Kekerasan

Ibu Rosmawardani, hakim perempuan yang juga pengurus


Yayasan Putroe Kandee menuturkan pengalamannya bagaima-
na dia memaknai sensitivitas jender itu dalam memutus perkara
gugat cerai akibat KDRT. Seorang istri menggugat cerai suaminya
dengan alasan suami sering tidak memberi nafkah lahir batin
dan sering tidak pulang dalam jangka waktu yang panjang. Seka-
linya pulang dan menetap sang istri akan hamil lagi. Tapi belum
Dra. Hj. Rosmawardani, S.H. lagi anak lahir sang suami akan merantau lagi. Hal ini telah ber-
langsung berulang kali hingga memiliki lima orang anak. Istri
mengakui, suaminya tak pernah melakukan tindakan kekerasan
fisik, tidak juga terjadi keributan atau perselisihan yang terus
menerus. Jadi hampir tidak ada alasan kuat yang bisa digunakan
istri untuk meminta cerai. Namun sang istri benar-benar sudah
tidak tahan hidup bersama suami yang dianggapnya tidak ber-
tanggung jawab itu. Bagi Rosmawardani, yang saat ini menja-
bat sebagai wakil ketua Mahkamah Syar’iyah Jantho, masalah
yang merundung perempuan itu sungguh nyata namun dari segi
hukum cukup dilematis. Di satu sisi dari perundang-undangan
tidak ditemukan alasan kuat yang secara eksplisit bisa digunakan
sebagai pasal untuk memutuskan pernikahan perempuan itu.
Namun, pada sisi lain, perempuan itu sudah tidak bahagia lagi
dengan kehidupan rumah tangganya dan memilih cerai. Dalam
keadaan inilah, hakim Rosmawardani melakukan improvisasi hu-
kum dengan menjatuhkan putusan bahwa hubungan pernikahan
pasangan itu dapat diakhiri oleh pengadilan. Putusan majelis ha-
kim yang dipimpin Rosmawardani itu didasarkan pada KHI pasal
116 ayat d. Satu hal yang menarik, walaupun ketentuan dalam
pasal itu menyebutkan alasan perceraian adalah ’penganiayaan
berat’, hakim Rosmawardani berani melampaui bunyi peraturan
dengan memberi tafsiran penganiayaan berat yang lebih bersifat
‘mental dan rohani’ yang dilakukan oleh suami terhadap istrinya
dalam perkara tersebut. Upaya terobosan penafsiran hukum yang
dilakukan hakim Rosmawardani ini pada mulanya tidak disepakati
oleh dua orang anggota majelis hakim yang dipimpinnya, karena
merupakan sebuah hal yang tak lazim. Namun, setelah Ros-
mawardani meyakinkan mereka dengan argumentasi tentang
konsep kekerasan non fisik yang berperspektif jender, akhirnya
interpretasi hukum semacam itu dapat diterima dan menjadi
keputusan kolektif hakim.
63
sensitivitas jender dalam sikap dan perilaku hakim: ANALISIS
Perkara menarik sehubungan dengan alasan perceraian diung-
kapkan pula oleh Rafiuddin, ketua Mahkamah Syar’iyah Jantho.
Rafiuddin menceritakan bahwa ia pernah menangani kasus yang
menurutnya sangat memerlukan kejelian hakim dalam memu-
tus perkara, dan perspektif jender sangat membantunya untuk
menangani kasus ini secara adil. Kasusnya, seorang perempuan
mengajukan cerai gugat dengan alasan suaminya senang berjudi,
mabuk-mabukan dan pelaku tindak kekerasan. Dalam pemerik-
saan, suami mengakui bahwa ia memang pernah satu dua kali
memukul istrinya, tetapi menolak bila dirinya dikatakan suka judi.
Menurut pengakuannya, ia hanya sering duduk-duduk bersama
teman-temannya yang hobi berjudi. Sedangkan untuk tuduhan
bermabuk-mabukan, sang suami tidak menolaknya. Majelis ha-
kim yang dipimpin oleh Rafiuddin pada waktu itu mengarahkan
untuk proses mediasi agar kedua belah pihak berdamai. Namun,
mediator yang ditunjuk oleh hakim rupanya gagal mencapai tu-
juan itu. Pada saat majelis hakim ingin melanjutkan memeriksa
perkara cerai gugat ini, sang suami selaku tergugat mengajukan
permintaan khulu’, yaitu permintaan tebusan 16 mayam emas
atau senilai 14 juta rupiah sebagai pengganti (iwadh) ikrar talak
yang secara sukarela akan diucapkan oleh suami di depan penga-
dilan. Sesungguhnya, ketika suami mengajukan khulu’ dan istri
menerimanya, perkara perceraian akan sangat mudah disele-
saikan karena tidak memerlukan pembuktian lanjutan.

Namun, Hakim Rafiuddin berpikiran lain dan berpendapat untuk


mengabaikan permintaan khulu’ sang suami. Ia justru melanjut-
kan pemeriksaan bukti-bukti yang diajukan oleh istri untuk men-
dukung gugatannya. Bagi Rafiuddin, tindakannya untuk menolak
permintaan khulu’ suami adalah sebuah bentuk pembelaannya
kepada perempuan yang menjadi korban. Rafiuddin melihat bah-
wa sungguh merupakan hal yang tidak adil bila istri yang sudah
Rafiuddin, SH mengalami derita fisik seperti itu harus mengeluarkan uang yang
jumlahnya cukup besar untuk sekedar mendapatkan sehelai akta
cerai. Persidangan selanjutnya berupa pemeriksaan bukti-bukti
dengan menghadirkan saksi-saksi oleh penggugat menunjukkan
bahwa tuntutan yang diajukan oleh istri memang benar adanya.
Dan atas dasar ini majelis hakim kemudian mendapatkan dasar
hukum dan keyakinan untuk mengakhiri hubungan pernikahan
pasangan tersebut secara resmi.

64
DEMI KEADILAN DAN KESETARAAN
4). Mut’ah dan Nafkah ‘Iddah dari ajaran agama, tetapi juga karena dia
Pemberian mut’ah dan nafkah ‘iddah pasca melihat ketauladan orang tuanya. Ia meya-
perceraian sering dijadikan tolak ukur sen- kini nilai-nilai kesetaraan dalam Islam, tetapi
sitivitas jender hakim dalam penyelesaian ia juga menyadari adanya kesenjangan an-
perkara perceraian. Terkait penilaian ini, tara realitas dan idealitas.
seorang hakim Mahkamah Syar’iyah Aceh,
Karim, misalnya, mengungkapkan bahwa Masalah uang mut’ah dan nafkah ‘iddah
menurutnya sensitivitas jender seorang ha- juga menjadi perhatian hakim lain seperti di
kim dalam memeriksa perkara perceraian Padang maupun Makassar. Satu hal menarik
dapat dilihat sejauhmana hakim dapat men- tentang putusan pemberian uang ‘iddah dan
jamin tersedianya uang mut’ah dan nafkah mut’ah bagi istri dalam lingkungan Mahka-
‘iddah bagi istri. Karim berpendapat bahwa mah Syar’iyah Aceh adalah bahwa putusan
dirinya tidak akan segan-segan untuk me- tersebut tidak terbatas hanya untuk kasus
ngabulkan permohonan sita jaminan yang cerai talak saja seperti yang diisyaratkan
diajukan seorang istri atas harta milik sua- dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI), tetapi
minya dalam kasus perkara perceraian. Hal juga untuk perkara cerai gugat. Padahal, ke-
ini dilakukan untuk menggaransi agar uang tentuan yang terdapat dalam KHI pasal 152
mut’ah dan nafkah ‘iddah dapat dibayarkan menyatakan bahwa tidak ada mut’ah dan
oleh suami dengan baik dan tepat waktu ke- nafkah ‘iddah bagi istri yang mengajukan
pada mantan i strinya. Karim memiliki pema- cerai karena dinilai melakukan nusyuz. Seba-
haman bahwa proses berjalannya hukum Is- gian hakim di Aceh tetap mewajibkan suami
lam dari waktu ke waktu senantiasa bersifat memberikan uang ‘iddah dan mut’ah bagi
dinamis dan menyesuaikan diri dengan kon- mantan istrinya. Praktik ini sesungguhnya
teks perubahan zaman. Karim mempunyai telah dilakukan oleh beberapa hakim jauh
latar belakang pendidikan dayah yang luas, sebelum terlibat dalam program sensitivitas
ia tidak kaku dalam memahami masalah- jender ini. Bedanya adalah saat ini hakim
masalah hukum kontemporer yang tidak memiliki argumentasi kuat dan mendasar
memiliki referensi langsung dalam sumber- tentang keputusan itu, yaitu pemenuhan
sumber hukum Islam. Menurutnya, dalam minimal hak-hak istri pasca perceraian.
konteks semacam itulah, terdapat peluang
hakim Mahkamah Syar`iyah untuk melaku- Hakim di Aceh juga mewajibkan suami yang
kan ijtihad, membuat inovási dan improvisa- hendak mengucapkan talak agar membawa
si sesuai dengan adat istiadat dan budaya tunai uang ‘iddah dan mut’ah pada hari
lokal yang menyertainya. pelaksanaan ikrar talak. Dalam FGD ter-
ungkap bahwa jika suami tidak membawa
Pandangan Karim ini tidak mengherankan. uang yang telah ditetapkan dalam putusan
Dalam pengalamannya sebagai hakim ia sebagai uang ‘iddah dan mut’ah, mereka
seringkali melihat kenyataan betapa berat- tidak akan mengizinkan suami melafalkan
nya nasib perempuan pasca perceraian. Pa- ikrar talak. Namun hakim lain menyatakan,
dahal ia sangat meyakini bahwa perempuan aturan ini sangat tergantung pada kondisi
mempunyai kedudukan yang setara dengan pasangan itu, sebab, ada kalanya si suami
laki-laki. Keyakinan itu bukan saja datang memang belum sanggup membayar uang
65
sensitivitas jender dalam sikap dan perilaku hakim: ANALISIS
‘iddah dan mut’ah atau si istri tak mau lagi Sebagaimana di Aceh, problem yang diha-
menunggu lebih lama. Bagi istri, penundaan dapi hakim di Sumatera Barat adalah sulit-
ikrar talak hanya akan memperpanjang pen- nya mengawasi jalannya eksekusi baik dalam
deritaan. Dalam situasi demikian, atas izin putusan provisi maupun putusan pemenuh-
istri, hakim akan meminta suami mengu- an hak-hak istri setelah perceraian. Secara
capkan ikrar talak dan meminta mereka teknis, kesulitan ini biasanya disebabkan
bersepakat soal teknis pembayaran uang keberadaan suami yang tidak jelas dan tidak
‘iddah dan mut’ah. Situasi ini menurut ha- adanya sanksi yang diatur dalam undang-
kim di Aceh jauh lebih baik daripada proses undang atas tindakan suami yang menolak
perceraian terlunta-lunta. menunaikan kewajiban itu.

Dalam perkara cerai gugat, hakim agama di Pembahasan nafkah ‘iddah dan mut’ah
Aceh menuturkan bahwa mereka sulit me- dalam kasus perceraian juga menyita perha-
maksa dan memastikan para suami untuk tian para hakim agama di Sulawesi Selatan.
membayar uang ‘iddah dan mut’ah setelah Mereka menilai bahwa secara normatif, hu-
putusan cerai dikeluarkan oleh majelis ha- kum yang ditegaskan dalam Kompilasi Hu-
kim. Hakim juga tidak dapat mengetahui kum Islam (KHI) tentang mut’ah ini adalah
apakah pada akhirnya suami yang mencerai- sunnah. Artinya, pemberian uang mut’ah
kan istri itu akan membayarkan uang ‘iddah dalam proses perceraian itu tidak dianggap
dan mut’ah di luar persidangan. Menurut wajib untuk dipenuhi, tetapi baik untuk di-
beberapa hakim di Sumatera Barat dan Su- lakukan. Ketentuan normatif ini umumnya
lawesi Selatan, keadaan yang sama juga dipraktikkan para hakim sebelum mereka
terjadi di wilayah mereka. Penyebabnya, mengikuti training sensitivitas jender. Bah-
karena tidak adanya suatu mekanisme yang kan, mereka mengaku tidak berani untuk
dapat menjalankan eksekusi putusan hakim menahan ikrar talak meskipun uang mut’ah
yang memerintahkan suami wajib mem- bagi istri belum tersediakan. Namun setelah
bayar uang ‘iddah dan mut’ah kepada man- mengikuti pelatihan, muncul kesadaran yang
tan istrinya. kuat untuk menjadikan pelaksanaan pem-
bayaran uang mut’ah sebagai jaminan hak
Upaya lain dilakukan oleh hakim di Suma- perempuan yang ditalak.
tera Barat dalam rangka memberikan per-
lindungan kepada calon janda yang masih Sejalan dengan pemahaman baru ini, para
dalam proses perkara yang berkepanjangan hakim memberikan penekanan tingkat sun-
dengan membolehkan istri mengajukan gu- nah menjadi muakkadah dalam memberikan
gatan provisi. Dalam periode interval antara mut’ah dan ‘iddah sebagaimana disebutkan
statusnya yang masih sebagai istri dan sta- dalam KHI tersebut. Artinya, ketentuan pem-
tusnya sebagai janda ini, ia masih berhak berian mut’ah yang dulunya hanya bersifat
mendapatkan nafkah penuh dengan meng- non-imperatif (ghairu muakkadah), diting-
ajukan provisi. Gugatan provisi ini diatur katkan menjadi semi imperatif (muakkadah).
untuk menjamin kesejahteraan istri agar ia Dengan cara itu maka dalam setiap perkara
tidak terkatung-katung dalam masa proses permohonan cerai, suami disyaratkan secara
perceraiannya itu. mutlak untuk membayar uang kompensasi
66
DEMI KEADILAN DAN KESETARAAN
ini kepada pihak istri setelah perceraian ter- Ada beberapa cara untuk menggunakan
jadi. Penegasan tentang adanya upaya untuk analisis jender dalam isu ini. Pertama-tama
mewajibkan pihak suami yang menceraikan soal cerai gugat. Analisis jender dapat mem-
istrinya memberi uang mut’ah ini, diafirma- bantu hakim untuk memahami bahwa cerai
si oleh semua hakim yang mengikuti FGD. yang diajukan istri tidak dengan serta merta
Menurut mereka, dengan menekankan pada dimaknai sebagai sikap nusyuz istri. Logi-
aspek pewajiban pemberian mut’ah ini, ke- kanya adalah hampir tidak mungkin seorang
pentingan perempuan dapat terlindungi. istri mengajukan cerai jika keadaan rumah
Laki-laki akan merasa hak mereka mencerai- tangganya tentram, damai dan tidak ada ke-
kan istrinya tidak semudah yang dibayang- kerasan. Hanya karena situasinya yang be-
kan karena adanya beban untuk memberi- gitu buruk maka jalan yang paling beratpun
kan kepada mantan istri sejumlah dari harta terpaksa mereka tempuh yaitu cerai gugat.
kekayaan ekonomi mereka. Dengan menggunakan cara pandang em-
pati ini, hakim dapat meneliti lebih seksama
Analisis mengapa istri melakukan cerai gugat.
Penggunaan perspektif jender yang paling
nampak di pengadilan terkait dengan hak- Sebagaimana telah dipraktikkan oleh para
hak istri yang diceraikan suaminya adalah hakim di tiga wilayah itu, pemberian mut’ah
dari pemenuhan mut’ah, kiswah dan nafkah. dan uang ‘iddah kepada istri, apapun je-
Akan tetapi, kelemahannya terletak pada nis perceraiannya, merupakan suatu upaya
eksekusi. Namun dengan berbagai cara, ha- yang nyata dalam menerapkan keadilan jen-
kim-hakim di tiga daerah itu telah melakukan der pasca perkawinan.
upaya-upaya inovasi agar kewajiban mantan
suami terhadap mantan istrinya dapat di-
penuhi.

Hakim dan ikhtiar mengeksekusi uang mut’ah dan ‘iddah

Hakim Nadirah mengisahkan upayanya di Pengadilan Makassar,


Sulawesi Selatan, terkait eksekusi uang mut’ah kepada seorang
suami yang hendak menceraikan istrinya. Yang ia lakukan adalah
menahan hak talak seorang laki-laki terhadap mantan istrinya
sampai sang suami mampu menyerahkan uang mut’ah sebesar
enam juta rupiah. Laki-laki tersebut diberi batas waktu maksimal
enam bulan. Nadirah menegaskan, jika dalam waktu yang telah di-
tentukan itu suami tidak menyerahkan uang mut’ah maka haknya
untuk menceraikan istrinya menjadi batal. Keberanian hakim
Nadirah dalam menahan hak talak suami itu karena dia melihat
ada celah dalam KHI yang bisa dia manfaatkan untuk melindungi
perempuan. Celah itu adalah aturan KHI yang menyatakan bahwa
mut’ah merupakan hak istri yang harus diberikan oleh suami keti-
ka menceraikan istrinya. Namun dalam KHI tidak ada aturan batas
67
sensitivitas jender dalam sikap dan perilaku hakim: ANALISIS
waktu (had), dan atas dasar itu, hakim Nadirah berinisiatif untuk
memberi waktu yang wajar yaitu enam bulan untuk mengum-
pulkan enam juta sebagai uang mut’ah.

”...sebenarnya aturan itu (menafsirkan batas waktu pem-


bayaran uang ‘iddah) masuk daerah kekuasaan hakim, ting-
gal tergantung kepada hakimnya mau mempertimbangkan
itu atau tidak. Kalau diantara kita yang sudah mengikuti
pelatihan, upaya itu jelas kami lakukan karena diseman-
gati oleh apa yang didapatkan dari pelatihan...”(Hakim
Nadirah)

Menurut Amri, seorang hakim yang bertugas di Mahkamah


Syar’iyah Langsa, sensitivitas jender seorang hakim terefleksi-
kan dengan baik bila ia dapat mengerti dan memahami kebutu-
han dasar yang diperjuangkan oleh istri dalam hal uang mut’ah
dan nafkah ‘iddah. Hakim Amri menuturkan pengalamannya
saat menangani cerai gugat karena rumah tangga sering cek-
cok (syiqaq). Menurut si istri, penyebab syiqaq karena suami
Drs. Amri, S.H. melakukan poligami tanpa izin. Istri berkeras tak mau dimadu,
dan suami pun menyetujuinya dengan mengajukan izin men-
jatuhkan talak. Dalam persidangan, istri meminta kepada majelis
agar sesudah bercerai nanti ia memperoleh nafkah ‘iddah sebe-
sar tiga juta rupiah setiap bulan dan uang mut’ah dari mantan
suaminya bukan dalam bentuk tunai, tetapi sebuah rumah yang
sekarang menjadi tempat kediaman pasangan itu. Dalam sidang
berikutnya, suami bukan hanya berkeberatan mengabulkan per-
mintaan istri atas rumah sebagai mut’ah, tetapi juga tidak mau
membayar sebesar jumlah nafkah ‘iddah perbulan yang diminta
oleh istri. Suami tersebut hanya bersedia memberi uang ‘iddah
sebanyak satu juta rupiah perbulan. Menyikapi persoalan ini,
majelis hakim yang dipimpin Amri akhirnya menjatuhkan putu-
san bahwa suami diharuskan membayar nafkah ‘iddah sebesar
satu juta rupiah perbulan selama masa ‘iddah dan rumah yang
dimaksud diberikan kepada mantan istri sebagai mut’ah. Putu-
san pengadilan ini akhirnya mendapat kekuatan hukum yang
tetap setelah masa 14 hari terlewati dan suami tidak mengaju-
kan banding dalam periode itu. Tidak adanya banding suami
atas putusan pengadilan membuat hakim Amri yakin bahwa apa
yang telah diputuskan oleh majelis telah mencerminkan keadil-
an bagi kedua belah pihak.
68
DEMI KEADILAN DAN KESETARAAN
5). Pemeliharaan Anak yang masih berada di bawah usia 12 tahun
Pemeliharaan anak (hadhanah) merupakan harus berada dalam pengasuhan ibunya,
salah satu isu penting yang timbul dalam sementara anak-anak di atas 12 tahun dibe-
perkara perceraian bagi pasangan yang telah baskan untuk memilih antara ikut atau dia-
dikaruniai anak. Peraturan perundang-un- suh ayah atau ibunya. Meski mereka menilai
dangan Indonesia, seperti antara lain terlihat bahwa sensitivitas jender dalam ketentuan
jelas dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI), peraturan ini masih dapat diperdebatkan,
mengatur pemeliharaan anak sedemikian sebagian besar hakim Aceh melihat bahwa
rupa. Anak dalam KHI diidentifikasi dengan aturan itu sudah memenuhi keadilan bukan
dua kondisi. Pertama, anak di bawah umur hanya bagi ibu tetapi juga untuk anak, khu-
(ghair mumayyiz), yang di dalam KHI ditetap- susnya bila anak berusia di bawah 12 tahun.
kan di bawah 12 tahun, dan kedua, anak di
atas 12 tahun (mumayyiz). Peraturan peme- Bertolak dari pandangan ini, para hakim
liharaan anak dalam KHI tidak diembel-em- agama di Aceh dalam memeriksa sengketa
beli dengan syarat-syarat pihak yang berhak pemeliharaan anak memberi perhatian
atas pengasuhan. Ini berbeda dengan aturan yang besar kepada hak istri untuk mengasuh
fikih yang menetapkan bahwa seorang pen- anaknya yang masih berusia di bawah 12
gasuh harus memenuhi beberapa kriteria, tahun. Sementara di Minangkabau, aturan
jika ia ingin mendapatkan hak asuhnya. KHI ini merupakan pengukuhan atas tradisi
setempat yang memberikan hak asuh secara
Para hakim di ketiga wilayah setuju dengan ekslusif kepada keluarga pihak perempuan
aturan KHI tersebut. Para hakim di Aceh me- apapun kondisinya.
mahami bahwa secara yuridis, anak-anak

Hakim dan Upaya Perlindungan Anak

Hakim Zakian, yang pernah bertugas di Takengon Aceh Tengah,


menuturkan kisahnya terkait dengan kasus hadhanah yang di-
tanganinya. Sepasang suami istri memiliki anak berumur 7 ta-
hun. Ketika gugat cerai disidangkan dan berujung pada hak
pemeliharaan anak, Zakian melihat bahwa meskipun dalam KHI
hak pengasuhan harus jatuh pada sang ibu, tetapi dari pemerik-
saan saksi-saksi ternyata si anak cenderung lebih dekat kepada
Drs. Zakian, MH.
ayahnya. Ketika majelis hakim memeriksa dan bertanya tentang
keadaan ibu apakah ia mempunyai perbuatan tercela, sebetul-
nya tidak ada jawaban yang dapat merugikan posisi ibu. Hakim
Zakian sebenarnya ingin memutuskan memberikan hak peng-
asuhan anak itu kepada ibu, tetapi di persidangan si istri me-
nyatakan bahwa demi si anak, dia merelakan anak ikut bapaknya
karena hubungannya yang begitu dekat dengan bapaknya. Ha-

69
sensitivitas jender dalam sikap dan perilaku hakim: ANALISIS
kim Zakian menyatakan bahwa dia bukan tak ingin membela si
Ibu sebagaimana tertera dalam KHI, namun pada kenyataannya
hubungan emosional anak lebih dekat dengan bapaknya.

Kasus serupa dipaparkan Hakim Rafiuddin dari Jantho. Dalam


kasus ini, si hakim memberi dukungan bagi istri yang mendapat
tekanan dan intimidasi dari pihak keluarga suami agar melepas-
kan pengasuhan anaknya yang masih balita kepada ayahnya.
Rafiuddin menceritakan:

“Si Istri rela melepaskan anak berusia 2,5 tahun untuk dia-
suh suami, dengan catatan diberi waktu untuk [bertemu
dan] melihat. Di sini saya curiga, kenapa ada kerelaan,
tetapi minta waktu untuk melihat anak. Ternyata setelah
diperiksa secara terpisah saya melihat adanya indikasi
tekanan keras dari keluarga suami. Karena istri merasa
tertekan dan tidak berdaya sehingga melepaskan anaknya
yang masih balita. Di sini kami mengambil kesimpulan bah-
wa tidak ada satupun alasan suami [yang dapat diterima]
bahwa istri tidak berhak merawat anak. Kami [akhirnya]
memutuskan anak...bersama ibu dan biaya [pemelihara-
an] dibebankan kepada ayah si anak.”

Yuniar, hakim perempuan dari Banda Aceh menceritakan kasus-


nya. Dalam kasus hak pengasuhan anak yang ditanganinya dia
berhadapan dengan persoalan batas umur sebagaimana diatur
dalam KHI. Dalam KHI diatur bahwa untuk anak di atas 12 tahun
diberikan sebuah pilihan bagi anak itu sendiri; ia ingin berada di
bawah pengasuhan siapa, ayah atau ibunya. Hakim Yuniar me-
milih jalan lain untuk menafsirkan aturan KHI itu. Meskipun anak
itu telah berumur 13 tahun, anak itu merupakan anak bungsu
Dra. Yuniar AH, S.H.
yang sangat dekat dengan ibunya. Di tambah lagi, karena bapak-
nya melakukan poligami secara diam-diam, yang menjadi alasan
perceraian ayah dan ibu kandungnya, psikologi anak tersebut ti-
dak siap untuk tinggal bersama ibu tirinya. Maka dari itu, hakim
Yuniar tidak memberikan pilihan pengasuhan kepada anak itu
sendiri, tetapi langsung menetapkan bahwa anak itu diasuh oleh
ibu kandungnya.

Di Sumatera Barat, hakim Pelmizar dan hakim Abdul Hakim


menceritakan bahwa di Minang pengasuhan anak selalu diberi-

70
DEMI KEADILAN DAN KESETARAAN
kan kepada ibunya tanpa harus melihat aturan di KHI. Bukan saja
karena hubungan emosional anak dengan ibunya yang umumnya
selalu lebih erat dibandingkan bapaknya, tetapi karena dalam
tradisi masyarakat Minang yang matrilinial, pengasuhan anak
memang selalu diberikan kepada ibunya atau keluarga garis ibu.
Bahkan jika si ibu meninggal, pengasuhan anak di bawah umur
selalu dberikan kepada keluarga dari pihak ibunya.

Senada dengan para hakim agama di Suma- kemarin, semakin menambah pema-
tera Barat dan Aceh, hakim agama dari Su- haman kita, bahwa yang harus kita li-
lawesi Selatan memandang bahwa dalam hat dalam hal ini adalah kepentingan
memutuskan masalah pemeliharaan anak, anak. Ada contohnya seperti di daerah
yang dijadikan rujukan adalah ketentuan sini waktu itu, saya lihat kondisinya si
hukum yang ada dalam KHI. Semua hakim anak sudah melekat pada bapaknya
menyatakan bahwa proses peradilan yang sejak umur 2 tahun, malah sebelum 2
terkait dengan pemeliharaan anak dikem- tahun. Pada umur 5 tahun (ketika gu-
balikan kepada ketentuan yang ada dalam gatan cerai dilakukan) mamanya sam-
KHI, seperti telah diutarakan di atas. Mereka pai meneteskan air mata meminta hak
mengungkapkan bahwa dalam kasus anak di asuh anak, tapi tidak bisa dibuktikan
bawah umur, orang tua laki-laki hanya akan keterikatan secara lahiriyah dengan si
diberikan hak pengasuhan jika si ibu berbe- anak...” (Muhajir, Kepala KUA)
da agama atau keluar dari Islam, keputusan
ini diambil demi kepentingan masa depan Analisis
anak.
Dalam hal pengasuhan anak, yang pertama-
tama harus diperhatikan adalah kepenting-
Seperti halnya di Aceh dan Sumatera Barat,
an anak. Analisis jender depat membantu
para peserta di Sulawesi Selatan berpendapat
mengeliminasi kemungkinan adanya stereo-
bahwa jika ada benturan antara kepentingan
type jender yang seolah-olah memandang
ibu dengan anaknya, maka yang lebih diuta-
setiap perempuan memiliki kemampuan
makan adalah kepentingan anak.
dan kesanggupan untuk memelihara anak,
atau sebaliknya seolah-olah laki-laki tak me-
“... sebelum pelatihan kami sudah pun-
miliki kemampuan itu. Namun adalah benar
ya dasar-dasar aturan (tentang peme-
karena selama ini secara adat dan sosio-kul-
liharaan anak) yang ditetapkan seperti
tural pengasuhan anak ada dibawah ibunya,
itu, bahwa pengasuhan anak itu tidak
hubungan anak dan ibu umumnya jauh lebih
dibebankan pada kepentingan orang
dekat sebagai kelanjutan dari fungsi biolo-
tuanya, tetapi harus melihat selalu
gisnya yang melahirkan dan menyusuinya.
ke kepentingan anaknya. Dengan ad-
Dalam konteks itu, KHI nampaknya meng-
anya pelatihan dan juga seperti yang
gunakan alasan kebiasaan dan kelaziman
71
sensitivitas jender dalam sikap dan perilaku hakim: ANALISIS
anak berada dalam asuhan ibunya terutama siran yang berbeda. Jika mengacu kepada
dibawah umur 12 tahun. Seorang hakim KHI, perempuan mendapat ½ dari harta
dapat menggunakan analisis jender untuk yang diperoleh selama berumah tangga,
mendudukkan posisi dan kepentingan anak, walaupun ia tidak bekerja di wilayah publik
dengan mengeliminasi stereotype tentang yang menghasilkan uang. Namun, bukan ti-
perempuan dan laki-laki terkait dengan dak mungkin bila ada hakim yang menerap-
kemampuan/ketidakmampuan mengasuh kan pembagian dua banding satu, dengan
anak yang seolah-olah bersifat permanen. asumsi lelaki bekerja lebih banyak sehingga
Jika memang tanpa tekanan seorang ibu me- hasilnya pun lebih banyak. Dengan perhi-
lepaskan hak asuh anak kepada bapak, maka tungan seperti itu, satu bagian bagi istri su-
sangat boleh jadi memang sang bapak me- dah dianggap merupakan penghargaan atas
miliki kemampuan dan kesanggupan untuk jerih payahnya mengelola rumah tangga.
memberikan rasa aman kepada anak yang Anggapan semacam ini tak jarang dicarikan
menjadi korban perceraian. Demikian juga justifikasinya yaitu dengan mengacu kepada
sebaliknya. Meskipun si anak telah berusia konsep pembagian waris sebagaimana dia-
diatas 12 tahun, anak bisa saja masih me- tur dalam Al Qur’an.
miliki hubungan yang sangat erat dengan
ibunya. Dalam hal yang semacam ini, sensi- Terkait hal ini, para hakim Mahkamah
tivitas jender dapat membantu hakim untuk Syar’iyah Aceh nampak mengakomodasi
memupuskan stereoptype tentang peran ibu aturan KHI secara jelas dan kongkrit. Bagi
dan bapak dalam pengasuhan anak. Pegang- mereka, status istri yang bekerja di rumah
an utama hakim adalah bagaimana memberi sebagai ibu rumah tangga sama pentingnya
perlindungan dan kebaikan bagi anak. dengan status suami yang bekerja di luar
rumah tangga. Perannya sebagai ibu rumah
6). Harta Bersama tangga memberi kontribusi penting dalam
Pembagian harta bersama atau gono-gini proses penciptaan harta bersama suami is-
(hareuta sehareukat dalam bahasa Aceh) tri selama masa pernikahan mereka, tanpa
merupakan perkara yang muncul sebagai mempersoalkan atas nama siapa harta ber-
akibat lanjutan dari perceraian. Dalam per- sama itu terdaftar. Oleh karenanya, dalam
soalan ini para hakim pada dasarnya meng- penyelesaian kasus harta bersama para
gunakan ketentuan KHI, di mana harta yang hakim di Aceh memberikan hak seperdua
diperoleh dalam ikatan perkawinan harus bagian kepada istri. Bagi mereka tidak ada
dibagi ketika pernikahan putus, baik kare- unsur apapun yang dapat menghalangi di-
na perceraian maupun karena salah satu penuhinya hak istri terkait harta bersama.
pasangan meninggal dunia. Persoalannya, Kontrak atau perjanjian yang tercermin
seberapa besar bagian untuk kedua belah dalam akad pernikahan sudah cukup dijadi-
pihak yang dianggap adil, hakim tak selalu kan bukti adanya kerjasama suami dan istri
punya pandangan yang sama. Meskipun hu- dalam perolehan harta bersama.
kum materil, seperti KHI sudah memberikan
aturan yang berperspektif kesetaraan hak
dan kewajiban laki-laki dan perempuan,
dalam pelaksanaannya kerap muncul penaf-
72
DEMI KEADILAN DAN KESETARAAN
Hakim dan Upaya Pembagian Harta Bersama Secara Adil

Abdullah Tgk. Nafi adalah seorang hakim yang berdinas di Mah-


kamah Syar’iyah Lhokseumawe. Ia menceritakan bahwa dirinya
pernah memeriksa perkara cerai yang di dalamnya tersangkut
pula masalah harta bersama. Si istri mengajukan cerai gugat
dari suaminya, karena tidak tahan terus menerus menerima
tuduhan bahwa istri telah berbuat serong dengan seorang pria
lain. Suami bersedia menceraikan istrinya asalkan istri berse-
dia menandatangani surat pernyataan bahwa ia tidak akan
menuntut harta bersama. Surat yang disiapkan oleh suami itu
ditandangani si istri dan dibawa ke pengadilan sebagai barang
bukti. Akan tetapi, hakim Abdullah memandang surat per-
nyataan yang ditandatangani di bawah materai tersebut tidak
sah. Pertama, karena kesepakatan itu dilakukan di luar persi-
dangan sebelum ada pemeriksaan. Kedua, ia menilai bahwa hak
perempuan terhadap harta bersama setelah perceraian tetap
harus diperhitungkan, terlepas apapun penyebab dan alasan
terjadinya perceraian itu.

Penyelesaian kasus harta bersama di Sulawesi Selatan cukup


mengindikasikan kuatnya keberpihakan hakim kepada perem-
puan dalam pembagian harta bersama pasca perceraian.

“… ada pernah kasus di Maros, suaminya tidak mempu-


nyai pekerjaan tetap, sementara istrinya pengusaha ho-
tel. Mereka bersepakat untuk mengakhiri perkawinan dan
pergi ke pengadilan. Suaminya minta setengah daripada
harta sebagai harta gono-gini. Tapi teman-teman hakim
memiliki pertimbangan lain. Adalah betul bahwa hukum
harta gono-gini harus dibagi dua, tapi pembagian sama
rata itu harus ada dasarnya. Misalnya, si istri menjadi ibu
rumah tangga yang bertanggung jawab mengurus rumah
tangga, kita menilai pekerjaannya [adalah] sepenting pe-
kerjaan suaminya. Tapi dalam kasus ini, si suami tidak ikut
banting tulang dan tak pula urus rumah tangga. Bagaima-
na dia mau mendapatkan fifty-fifty? Kami putuskan saat
pembagian harta bersama bukannya fifty-fifty, tapi lebih
banyak perempuan…”

73
sensitivitas jender dalam sikap dan perilaku hakim: ANALISIS
Penerjemahan dari aturan KHI terkadang
Para hakim telah menilai dapat terjadi dalam bentuk lain. Misalnya,
dengan adil bahwa harta bersama tidak dibagikan dengan ala-
pekerjaan perempuan san bahwa harta yang dicari semuanya di-
peruntukkan bagi anak. Terlebih jika rumah
di dalam rumah tangga
dibangun oleh suami dan istri di atas tanah
dalam bentuk mengelola harta pusako tinggi.
rumah tangga sebanding
dengan suami yang Analisis
bekerja di luar rumah. Sekilas terlihat bahwa para hakim telah
sedemikian rupa mengupayakan untuk
memberikan perlindungan kepada perem-
Para hakim di Sumatera Barat pada dasarnya puan pasca perceraian. Bentuk perlindung-
setuju dengan aturan KHI soal harta bersama. an itu diberikan dalam menerapkan konsep
Namun pada praktiknya, mereka cenderung gono-gini yang diatur KHI. Terlihat bahwa
untuk lebih mengutamakan hak-hak perem- analisis jender telah digunakan ketika me-
puan atas dasar untuk melindungi masa de- reka berargumentasi tentang berapa bagian
pan kehidupannya dan anak-anaknya yang yang diberikan kepada istri dan alasannya.
secara pasti berada dalam tanggung jawab- Alasan yang mereka kemukakan dengan jelas
nya, apapun status perkawinannya kelak. menunjukan sensitivitas mereka bahwa se-
cara de facto istri ikut bekerja dengan meng-
Para hakim Sumatera Barat ini menilai bah- urus rumah tangga sehingga harta bisa di-
wa pembagian harta bersama dalam kasus kumpulkan sepanjang usia rumah tangga
tertentu bisa menyimpang dari aturan hu- berlangsung. Para hakim telah menilai de-
kum, di mana aset bersama tidak dibagikan ngan adil bahwa pekerjaan perempuan di
rata. Dalam kasus istri yang mencari nafkah, dalam rumah tangga dalam bentuk menge-
sementara suami sama sekali tidak bekerja, lola rumah tangga sebanding dengan suami
maka rasio pembagian harta bersama bisa yang bekerja di luar rumah. Dalam konteks
tidak satu banding satu. Istri, dalam kondisi itu, adalah sangat adil secara jender bila
seperti itu, bisa mendapat porsi lebih ban- hakim memutuskan perempuan mendapat
yak. Seorang hakim pernah menyelesaikan bagian yang sama dengan lelaki yang ber-
perkara dengan memberikan ¾ dari harta cerai. Demikian halnya ketika hakim mem-
bersama kepada istri. Penafsiran dan sikap beri bagian lebih banyak kepada istri yang
para hakim ini merupakan hasil pembacaan bekerja. Analisis jender membantu mereka
mereka atas kenyataan tentang beratnya untuk memahami bahwa ketika istri bekerja
tanggung jawab istri pasca perceraian. Dan di luar rumah —sangat jarang suami men-
untuk itu mereka tak merasa telah melang- gambil alih pekerjaan rumah tangganya.
kahi KHI, melainkan memanfaatkan peluang Dengan demikian, istri pada dasarnya telah
yang diatur KHI. Dalam KHI, pembagian 1:1 bekerja rangkap melakukan produksi seka-
itu tidak mempermasalahkan siapa yang ligus reproduksi. Atas dasar itulah, menjadi
bekerja di luar, melainkan soal perlindungan sangat layak jika mereka berpisah si istri akan
bagi perempuan pasca perceraian. mendapat ¾ bagian dan suaminya ¼ bagian.
74
DEMI KEADILAN DAN KESETARAAN
Di sini sumbangan suami tetap dinilai dengan bainakum mawaddatan warahmatan..”
wajar dan adil. (mewujudkan kehidupan yang penuh ka-
sih sayang). Menurut mereka, adalah tidak
7). Poligami mungkin tujuan seperti itu akan dapat di-
Hakim Mahkamah Syar’iyah Aceh meman- capai bila laki-laki sudah berkeinginan atau
dang bahwa poligami merupakan perkara melakukan poligami. Dalam diskusi masalah
yang pelik untuk diperbincangkan. Pertama, ini terdapat titik berangkat yang berbeda
karena tidak ada satupun di antara hakim antara hakim lelaki dan perempuan. Dengan
yang berani menetapkan hukum poligami itu mengutip ayat yang sama kedua kubu mem-
terlarang, walaupun dalam praktiknya mere- beri tekanan yang berbeda. Namun, seorang
ka sebagai hakim sangat mengetahui bahwa peserta (laki-laki) dalam FGD di Makassar
perkawinan poligami adalah perkawinan mengungkapkan pendapatnya, sesuatu yang
yang paling bermasalah dan dipandang se- cukup sering dikemukakan oleh mereka yang
bagai amalan yang hanya dapat dilakukan menolak poligami:
karena terpaksa alias darurat. Bukti bahwa
aktivitas poligami merupakan sesuatu yang ”Kaum bapak umumnya hanya me-
bermasalah adalah karena hampir semua nitik beratkan pada penggalan ayat “...
praktik poligami dilakukan dengan meman- fankihu maa thoba lakum minannisaa
faatkan “kadi liar”. Dalam konteks Aceh se- matsnaa wa tsulatsa wa rubaa (kawini-
sungguhnya hakim jarang memproses perka- lah di antara perempuan itu, dua, tiga
ra permohonan izin resmi untuk berpoligami atau empat), karenanya hukum poli-
di pengadilan, meskipun dalam kenyataan- gami adalah boleh. Namun ada peng-
nya banyak sekali praktik poligami di Aceh. galan ayat berikutnya yang jarang
Alih-alih mengantongi izin dari pengadilan, dibaca yaitu, “dan jika tidak dapat
poligami itu pada umumnya dilangsungkan berlaku adil, maka kawinilah satu saja,
secara diam-diam tanpa sepengetahuan is- sungguh, kata Allah kamu tidak akan
tri. Dalam hal ini, praktik poligami sebetul- sanggup berlaku adil meskipun kamu
nya terkait dengan masih banyaknya praktik menginginkannya”. Lebih dari itu, ada
kawin siri dan peran penghulu tidak resmi ayat lain yang juga dianggap sering
atau institusi di luar negara. Kedua, karena terlupakan , yaitu ayat ”wamin ayatihi
perempuan Aceh pada umumnya lebih me- an khalaqa lakum min anfusikum azwa-
milih bercerai daripada hidup dimadu. ja litaskunu ilaiha waja’ala bainakum
mawaddatan warahmah’. Saya ingin
Dalam FGD di Sulawesi Selatan, tema poli- menonjolkan ’mawaddah warahma’
gami dibahas cukup hangat dan memuncul- itu cinta dan kasih sayang. Di ayat lain
kan perdebatan seru. Sebagian besar hakim ada yang mengatakan bahwa Tuhan
(lelaki) menyatakan dasar poligami adalah itu sebenarnya menekankan untuk me-
boleh. Sementara hakim perempuan, meski- ningkatkan rasa kasih sayangmu pada
pun tidak secara tegas menyatakan haram, istrimu”. (Muhajir, Kepala KUA).
memandang poligami sebagai tindakan pe-
nyimpangan dari tujuan perkawinan seb- Di sini terlihat bahwa dalam praktiknya, para
agaimana tersurat dalam ayat “…wa ja`alna hakim laki-laki, meskipun memandang hu-
75
sensitivitas jender dalam sikap dan perilaku hakim: ANALISIS
kum poligami adalah “boleh”, mereka selalu Bagi para hakim Sumatera Barat, perkara-
menganalisis penyebab keinginan laki-laki perkara poligami terekam dalam tiga karak-
tersebut untuk berpoligami. Dengan kata ter dilihat dari sejauhmana istri dilibatkan
lain, keinginan berpoligami seorang laki-laki sebagai parapihak. Pertama, poligami yang
tidak selalu dijawab dan dikabulkan oleh melibatkan istri sepenuhnya dalam proses
para hakim. pengurusannya, dan istri dalam hal ini di-
asumsikan telah memberi izin. Kedua, poli-
Meski demikian, tidak berarti kasus poli- gami yang melibatkan istri dalam penguru-
gami sama sekali tidak masuk dalam dos- sannya, tapi istri tidak sepenuhnya mengiku-
sier perkara mereka. Di Aceh, Padang dan ti keseluruhan prosesi, dan izin dikeluarkan
Makasar kasus poligami biasanya masuk ke dengan setengah hati. Ketiga, poligami yang
pengadilan dalam kaitannya dengan kere- tidak melibatkan istri secara langsung, dalam
takan rumah tangga yang berujung pada arti istri hanya diwakili melalui izin tertulis-
perceraian. nya.

Terkait kasus permohonan izin poligami, Dari tiga kondisi itu, secara garis besar hakim
para hakim Sumatera Barat cenderung pada tak membedakan pemberian izin poligami.
pemikiran bahwa poligami diperbolehkan Alasannya, karena apapun bentuknya, izin
dalam agama Islam dengan bertumpu pada istri secara formal telah diperoleh. Pertim-
nash yang menurut mereka sangat jelas ada bangan lainnya, jikapun dihalang-halangi,
di dalam Al-Qur’an. Namun, ketika mereka misalnya karena kelengkapan syarat-syarat
dihadapkan pada perkara permohonan izin tidak terpenuhi, poligami itu mereka yakini
poligami, mereka cenderung untuk melihat akan tetap dilakukan dan perkawinan poli-
kondisi nyata dari masing-masing kasus dan gami itu tidak akan tercatat. Memang dalam
bukan pada wacana boleh atau tidaknya kasus yang melibatkan istri yang dalam pem-
praktik poligami. Untuk itu umumnya hakim berian izinnya terlihat setengah-setengah,
mengundang istri sebagai parapihak dalam hakim, pada umumnya, akan selalu mem-
persidangan. proses dan menyelidiki dengan lebih seksa-
ma. Namun demikian, akhir dari proses per-
sidangan sering berujung pada pengabulan
Meskipun sudah mulai permohonan.
bergeser, beberapa
hakim nampaknya Meskipun sudah mulai bergeser, beberapa
masih kesulitan menolak hakim nampaknya masih kesulitan menolak
pertimbangan budaya lokal yang mengang-
pertimbangan budaya
gap poligami adalah bagian dari identitas
lokal yang menganggap dan status sosial seseorang. Dalam konteks
poligami adalah bagian semacam ini, tidak heran jika ada beberapa
dari identitas dan status hakim yang cenderung meyakini bahwa ti-
sosial seseorang. dak semua praktik poligami dimaksudkan
untuk melecehkan perempuan.

76
DEMI KEADILAN DAN KESETARAAN
Hakim dan Penanganan Izin Poligami

Hakim Zakian yang pernah bertugas di Takengon, Aceh Tengah,


mengakui pernah menyelesaikan perkara permohonan izin po-
ligami. Seorang suami mengajukan permohonan izin poligami
ke pengadilan. Suami tidak punya alasan jelas untuk poligami.
Biasanya lelaki mengajukan izin poligami karena kesehatan istri
tak memungkinkan untuk melayani kebutuhan seks suami. Na-
mun dalam kasus ini, si istrinya dalam keadaan sehat dan tak
ada gangguan untuk memenuhi kewajibannya. Ketika pemerik-
saan berlangsung, suami menghadirkan istri yang dalam sidang
itu menyatakan dirinya rela suaminya menikah lagi. Hakim men-
duga pasti ada pemaksaan dari pihak suami. Namun hakim tidak
punya bukti yang memadai, meskipun telah mengkonfirmasi
beberapa kali kepada istri. Hakim akhirnya memberikan izin ke-
pada suami untuk menikah lagi. Namun pada penetapan yang
sama dinyatakan juga bahwa harta bersama berupa sebuah
rumah kediaman pasangan itu menjadi hak milik istri. Si suami
ternyata menerima keputusan hakim ini.

Ketua Mahkamah Syariyah NAD, Saleh Puteh, mengisahkan


bahwa ia pernah menangani perkara poligami yang pada intinya
menunjukkan betapa penting hakim untuk bersikap waspada
terutama terkait dengan izin poligami. Seorang istri mengaku
terpaksa menandatangani surat izin poligami karena dibohongi.
Ceritanya, sang istri dibangunkan tengah malam dan diberitahu
oleh suaminya jika tandatangan istri diperlukan untuk mengu-
rus uang di bank. Tanpa mempelajari dokumen yang disodorkan
suaminya, ia lantas menandatangani dokumen itu. Belakangan
istri baru tahu bahwa itu ternyata dokumen untuk permohonan
izin poligami. Hakim Saleh Puteh menyatakan bahwa pada ke-
nyataannya banyak sekali poligami yang dilakukan dengan tidak
mengindahkan ketentuan hukum. Poligami dilakukan secara
sembunyi sembunyi, dengan melakukan pemalsuan dokumen
dan tanpa ada persetujuan dari istri terdahulu. Permintaan izin
dari istri juga seringkali tidak dilakukan dengan mengedepankan
hak-hak istri untuk menolak, melainkan dengan cara paksa dan
intimidasi serta memanfaatkan posisi rentan istri. Istri yang ti-
dak memiliki sumber penghasilan, misalnya, pasti tidak punya
pilihan lain kecuali menyetujuinya. Menurut Hakim Saleh Puteh,

77
sensitivitas jender dalam sikap dan perilaku hakim: ANALISIS
seorang hakim dituntut untuk sensitif terhadap situasi si istri
yang tidak ada pilihan itu.

Basir, seorang hakim dari Pengadilan Agama Sungguminasa, Su-


lawesi Selatan menjelaskan bahwa dalam mengadili perkara per-
mohonan izin poligami, ia sering memulai dengan mengingatkan
laki-laki untuk berpikir ulang atas keputusannya, kalau perlu dia
meminta agar jangan berpoligami. Dalam nasihatnya itu, ia
sering menyelipkan pesan-pesan agama dan moral dengan, mis-
alnya, mengutipkan cerita yang diambilnya dari riwayat-riwayat
Basir, S.H.
”hadis” yang menjelaskan bahwa orang yang berpoligami itu
kelak di akhirat akan berjalan miring di jembatan shiratal mus-
taqim karena berlaku tidak adil terhadap istri-istrinya. Ia meya-
kini melalui nasihat yang ia sampaikan di persidangan itu, le-
laki pemohon izin dapat berpikir ulang tentang kemampuannya
bersikap adil. Memang, seperti diakui Hakim Basir, tidak mudah
untuk menggoyahkan tekad kebanyakan pihak pemohon dalam
urusan ini. Tapi dalam beberapa kasus, nasihatnya ternyata am-
puh sehingga membuat seorang pemohon izin poligami meng-
urungkan niatnya. Kalaupun pihak pemohon terus bersikeras,
Hakim Basir selalu memeriksa semua bukti yang ada secara teliti
dan sangat hati-hati. Dengan cara itu, para suami tidak dengan
mudah melakukan poligami seperti yang di bayangkannya dalam
memperoleh izin poligami.

Abdul Hakim, hakim dari Sumatera Barat menceritakan


pendapatnya tentang izin poligami. Menurutnya, dalam poli-
gami harus ada alasan yang jelas mengapa melakukan poligami.
Dalam praktiknya, izin dari istri dianggap yang paling prinsipil
dan menentukan. Jadi, jika ada izin dari istri, meski alasan-
alasan yang membolehkan poligami tidak ada, hakim biasanya
sering mengabulkan permohonan izin poligami tersebut. Sebab,
jikapun pihak pemohon tidak diberi izin, sementara istri sudah
memberikan izinnya, maka poligami akan tetap dilakukan oleh
suami dan perkawinannya itu akan menjadi perkawinan yang
tidak tercatatkan. Menurutnya, hal ini akan memunculkan ma-
salah lain lagi. Akan tetapi, bila terlihat istri setengah-setengah
dalam memberi izin, majelis hakim akan memproses dan me-
nyelidikinya lebih lanjut sebelum memutuskan mengabulkan
atau menolak permohonan itu.

78
DEMI KEADILAN DAN KESETARAAN
Analisis Tentu penyelesaian perkara semacam itu,
Perkara izin poligami yang ditangani para seperti diungkapkan oleh hakim Zakian,
hakim di tiga wilayah ini tampaknya selalu amat bergantung pada keberanian istri un-
mempertimbangkan kepentingan istri dan tuk mengungkap fakta yang sebenarnya.
anak yang akan menerima dampak poli- Dan dalam hal ini, kejelian dan kesabaran
gami. Dengan segala daya, para hakim akan hakim untuk mengajak sang istri menyatakan
melakukan yang terbaik untuk menghindari pendapatnya sangat penting. Di sini hakim
terjadinya poligami. Namun jika pun pada harus dapat membuat istri merasa nyaman
akhirnya terjadi, sedapat mungkin mereka untuk menceritakan apa yang ditakutkan-
telah memberikan perlindungan maksimal nya, termasuk ketakutannya bila suaminya
kepada keluarga. berkehendak menceraikannya.

Dalam pelatihan di Aceh, para hakim me- Ada dua hal terkait sensitivitas jender yang
nyepakati bahwa poligami bisa merupa- sepatutnya dimiliki oleh hakim dalam kasus
kan salah satu bentuk kekerasan terhadap permohonan izin poligami. Pertama, sikap
perempuan. Kesimpulan itu mereka ambil kehati-hatian hakim untuk tidak begitu saja
dari pengalaman mereka di persidangan mempercayai pengakuan izin yang diberikan
yang menunjukkan betapa banyaknya ka- istri di depan persidangan. Faktanya, hakim
sus di mana istri dan anak-anak mengalami sampai harus berulang-ulang bertanya ke-
penderitaan lahir batin atas kelakuan suami, pada istri untuk memastikan tidak adanya
atau ayah, yang berpoligami itu. unsur ancaman dalam pemberian izin poli-
gami tersebut. Kedua, sikap empati kepada
Izin poligami menurut beberapa hakim pada istri yang mungkin saja akan dirugikan atau
dasarnya bukan hak, tetapi sebagai jalan terabaikan setelah suaminya menikah lagi.
darurat yang ditempuh karena keterpak- Untuk mengantisipasi hal ini, hakim berini-
saan. Jika tidak ada kondisi darurat, izin itu siatif memasukkan persoalan pembagian
sangat boleh jadi ditutup. Perspektif jender harta bersama dalam amar penetapan izin
membantu hakim untuk memaknai apa arti poligami.
kondisi darurat itu. Sebab, hal itu bisa men-
jadi pasal karet yang bisa ditarik ulur sesuai Hakim juga dapat memberi informasi bahwa
kehendak suami. Analisis jender membantu dengan berpoligami istri bisa sangat rentan
hakim untuk mengeser patokan dari me- terpapar penyakit menular seksual. Apalagi
menuhi keinginan suami ke perlindungan jika pasangan yang dinikahinya itu telah per-
maksimal bagi istri. Hakim juga dapat men- nah kawin dengan pria lain. Meskipun dari
gukur sejauhmana poligami tak memuncul- sisi fiqih perkawinan itu sah namun dari sisi
kan proses pemiskinan (marginalisasi) istri yang lain poligami dapat memunculkan ke-
yang ditinggal poligami seperti istri pertama. mudaratan berupa penularan penyakit sek-
Apa yang dilakukan hakim Zakian dalam ka- sual.
sus di atas, misalnya, menunjukan upaya
minimal hakim agar sang istri tidak terlantar 8). Kewarisan
oleh suaminya yang melakukan perkawinan Persoalan keadilan jender dalam masalah
poligami. kewarisan Islam selalu menjadi isu kontro-
79
sensitivitas jender dalam sikap dan perilaku hakim: ANALISIS
versial. Hal ini disebabkan oleh doktrin yang arkan dari lingkaran kelompok yang berhak
sudah diterima tanpa dipertanyakan lagi atas warisan. Ketentuan ini merupakan salah
(taken for granted) bahwa hak waris anak satu upaya KHI untuk menempatkan keseta-
perempuan setengah dari hak waris anak raan posisi perempuan dengan laki-laki.
laki-laki. Karenanya, setiap upaya penerapan
hukum yang berbeda dari doktrin ini secara Sangatlah menarik bahwa secara normatif
normatif dipandang sebagai langkah yang para hakim di tiga daerah ini selalu berpegang
bertentangan dengan ketentuan hukum Is- pada ketentuan yang digariskan Al Qur’an
lam. dan penafsiran para ulama klasik yang tak
beranjak jauh dari ketentuan Al Qur’an, yaitu
Namun upaya untuk menafsirkan ketentu- 2:1 bagi masing-masing anak lelaki dan anak
an itu tak henti-hentinya dilakukan seperti perempuan. Namun di tingkat pelaksanaan
oleh para pemikir dan ulama kontemporer. selalu ada upaya-upaya parsial yang bertu-
Semuanya itu merupakan ikhtiar mencari juan menerapkan hukum waris secara kon-
solusi bagaimana rasa keadilan dapat dite- tekstual. Para hakim mahkamah Syar’iyah
rapkan. Dan, jika rasa keadilan tidak ter- Aceh, misalnya, dengan tegas menyatakan
penuhi, tak mengherankan bila masyarakat bahwa mereka mengikuti aturan hukum ke-
pergi ke pengadilan untuk meminta peneta- warisan Islam sebagaimana terekam dalam
pan atau putusan yang adil. Fikih Indonesia Al-Qur’an dan kitab-kitab fikih klasik.
sebagaimana tercantum dalam Kompilasi
Hukum Islam (KHI) telah menawarkan kon- Namun, seperti diakui oleh para hakim,
sep kesetaraan kedudukan antara anak laki- pembagian waris yang diatur oleh hukum
laki dan anak perempuan. Keinginan itu ti- adat seperti pemberian hibah kepada anak
dak lantas terjelma dalam kesetaraan porsi perempuan berupa tanah rumah dan pe-
yang harus diperoleh anak laki-laki dan anak karangannya yang dipraktikkan dalam ma-
perempuan dalam warisan, tetapi dapat syarakat Aceh Besar, Pidie dan Lamno mere-
terlihat pada kesamaan kedudukan dalam ka terima sebagai ketentuan yang tidak
menghalangi pihak lain untuk menerima bertentangan dengan aturan agama.
warisan dari orang tua mereka. Meski tidak
mengakomodasi ketentuan satu banding Patut kiranya dicatat bahwa terdapat se-
satu bagi anak laki-laki dan perempuan, KHI buah yurisprudensi di lingkungan Mahka-
menetapkan bahwa anak, tanpa menye- mah Syar’iyah tingkat provinsi yang memu-
butkan jenis kelaminnya, dapat mengha- tuskan untuk menyerahkan seluruh sisa dari
langi saudara pewaris untuk memperoleh harta warisan yang tidak habis dibagi kepada
warisan. Ketentuan kesetaraan kedudukan seorang ahli waris anak perempuan satu-
anak lelaki dan perempuan ini dipahami satunya yang masih hidup. Sesungguhnya
dari aturan KHI yang menetapkan bahwa dalam kasus sejenis, setelah anak perem-
saudara pewaris baru berhak menerima puan itu memperoleh seperdua harta wari-
warisan manakala pewaris tidak mempunyai san, sisanya akan diberikan kepada paman
anak. Aturan ini memberikan pemahaman (wali) yang masih hidup. Akan tetapi, ber-
bahwa jika ada anak, baik laki-laki maupun dasarkan yurisprudensi tersebut, persentase
perempuan, maka saudara pewaris dikelu- perolehan harta warisan anak perempuan
80
DEMI KEADILAN DAN KESETARAAN
digenapkan menjadi penuh seratus persen. tuk memperoleh hak warisan.
Dengan kata lain, seorang anak perempuan
tunggal, walaupun ia masih mempunyai pa- Apa yang dikemukakan para hakim Su-
man, dapat menerima seluruh harta pening- matera Barat ini nampaknya merupakan
galan pewaris. Yurisprudensi ini seolah-olah pemahaman yang secara ketat akan mereka
bertentangan secara diametral dengan bu- terapkan manakala berhadapan dengan ka-
nyi pasal 176 KHI yang menyatakan: anak sus-kasus semisal. Mereka mendasarkan si-
perempuan mendapatkan seperdua bila kapnya karena khawatir melakukan penyim-
seorang diri, dan duapertiga bila mereka pangan dari doktrin fikih. Akan tetapi, pada
jumlahnya berdua atau lebih. Namun dari sisi lain, mereka bisa menerima penyim-
penjelasan hakim yang menangani perkara pangan semacam itu bila anak perempuan
ini yaitu seorang hakim perempuan, Hafidzah, jumlahnya lebih dari satu. Artinya, ahli waris
kita mendapatkan penjelasan yang sangat anak-anak perempuan yang jumlahnya lebih
logis. Sebagai anak tunggal, anak perem- dari satu itu, yang secara muasalnya hanya
puan itu mendapatkan separuh dari haknya. berhak atas dua pertiga atas harta wa-
Tapi, karena tidak ada saudara yang lain, risan, dapat menghalangi hak saudara dari si
dia memperoleh hak atas sisanya sebagai pewaris untuk menerima sisa warisan yang
zawil furud. Ketentuan ini tidak menggu- tinggal sepertiga itu.
nakan aturan-aturan terkait zawil arham,
yang mana saudara dari si pewaris diang- Ini memang masih merupakan wacana pe-
gap berhak karena hanya ada satu-satunya mikiran hukum. Apakah sikap yang diambil
ahli waris anak perempuan yang masih hid- oleh hakim di Sumatera Barat akan mencer-
up. Penafsiran seperti ini merupakan suatu minkan wacana tersebut bila memeriksa dan
terobosan hukum (ijtihad) yang dipandang memberi putusan atas kasus semacam itu,
mampu mengatasi persoalan ketimpangan tentu belum bisa dijelaskan saat ini, mengi-
pembagian porsi harta warisan pada pihak ngat perkara kewarisan sejenis ini teramat ja-
anak perempuan. rang, untuk tidak mengatakan tidak pernah,
masuk ke dosir perkara pengadilan agama di
Para hakim Sumatera Barat nampaknya Sumatera Barat. Lagi-lagi karena sistem ke-
setuju dengan apa yang secara umum dipa- kerabatan yang mereka anut membendung
hami para hakim Mahkamah Syar’iyah Aceh masuknya perkara kewarisan ke penga-
terkait masalah kewarisan. Namun dalam dilan. Berpijak pada sistem kekerabatan yang
aturan yang menentukan anak perempuan dianut, aset rumah tangga yang terkumpul
setara dengan anak laki-laki yang dapat akan diberikan kepada yang ditinggalkan, is-
menghalangi hak saudara dari si pewaris, tri dalam hal ini, untuk kemudian dialihkan
mereka tidak seluruhnya bersepakat. Me- kepada anak perempuan.
reka menyatakan bahwa anak perempuan
hanya dapat menghalangi hak saudara laki- Keengganan para hakim beranjak dari aturan
laki pewaris, manakala ia bukan anak tung- fikih waris dan beberapa aturan kewarisan
gal. Artinya, jika kebetulan anak perempuan yang ditetapkan dalam KHI teramati juga di
itu tunggal, maka ia tidak bisa menghalangi kalangan hakim Sulawesi Selatan. Perlu di-
paman dan bibi (saudara orang tuanya) un- catat bahwa penanganan kasus kewarisan di
81
sensitivitas jender dalam sikap dan perilaku hakim: ANALISIS
Gambar 12
Para Hakim dan
seorang panitera
tengah menjalankan
persidangan di PA
Sungguminasa.

Sulawesi Selatan biasanya dilakukan oleh ke- merata atau paling tidak memperhatikan
luarga atas bantuan ulama setempat dengan aspek kepentingan ekonomi masing-masing
berdasarkan pada ketentuan yang tertera pihak. Hakim Basir, misalnya, menceritakan
dalam Al Qur’an. Dalam hal ini, para hakim bagaimana ia mengajak pihak laki-laki untuk
biasanya menjadi mediator dalam menghi- mengalah dan kemudian mau merelakan ba-
tung pembagian harta warisan di dalam ma- giannya menjadi sama rata dengan saudari
syarakat Sulawesi Selatan. Dalam posisinya perempuannya.
sebagai mediator, para hakim sering mene-
rapkan prinsip perdamaian atau pembagian “Kalau selama ini kita tuangkan masih
harta warisan secara kekeluargaan atau 2:1, tapi biasanya kita mengedepankan
kesepakatan. Sikap ini diambil untuk dapat perdamaian di dalam persidangan, [se-
merealisasikan prinsip pemeliharaan dan hingga] terkadang seimbang. laki-laki
perlindungan terhadap kepentingan perem- di[beri] bagi[an yang] sama dengan
puan, terutama kaitannya dengan rasio dua perempuan sebagai upaya didamai-
banding satu (2:1) untuk anak lak-laki dan kan sehingga dia sepakat untuk dibagi
perempuan. rata...” (Hakim Basir).

Dalam kasus di mana pertikaian terjadi, Peserta lain mengatakan:


para hakim mengupayakan secara maksi-
mal terwujudnya kesepakatan kedua belah “Kadang banyak yang ngotot untuk
pihak. Pihak-pihak yang bertikai oleh hakim mendapatkan porsinya lebih besar
diajak untuk bermusyawarah membicarakan sesuai Al-Qur’an. Kita akan melihat-
masalah pembagian harta warisan secara nya secara kasuistik dengan berupa-
82
DEMI KEADILAN DAN KESETARAAN
ya mencarikan jalan keluarnya agar penting dibahas dalam konteks penerapan
pada akhirnya pihak perempuan juga keadilan jender. Ini tentu bisa dipahami
mendapatkan jatah yang sama rata...” karena masalah harta warisan memang
(Muhajir, Kepala KUA). sangat nyata terkait dengan akses dan kon-
trol terhadap aset keluarga. Analisis jender
Proses mediasi ini kadang berhasil, dan ha- dapat digunakan untuk melihat maksud dan
kim akan memanfaatkan proses ini semak- tujuan sebuah ketentuan spesifik kewarisan
simal mungkin untuk mengarahkan tujuan (baik itu teks agama, fikih atau peraturan
bagi perlindungan hak perempuan. Mun- perundang-undangan). Dan bagaimana sua-
culnya Peraturan Mahkamah Agung (Perma) tu pembagian harta waris dilakukan ber-
Nomor 1 Tahun 2008 yang mewajibkan me- dasarkan ketentuan spesifik itu dan juga bila
diasi untuk setiap perkara, mendukung upa- diletakkan dalam sebuah konteks sejarah.
ya pembagian harta warisan berdasarkan Dengan cara itu, akan dapat terlihat apa se-
kesepakatan. Dan, proses ini juga menjadi sungguhnya asumsi-asumsi yang mendasari
lahan hakim, yang pada hari-hari tertentu ketentuan spesifik kewarisan itu. Apakah
sedang tidak bertugas dalam majelis hakim, asumsi-asumsi tersebut masih tetap berlaku
untuk menawarkan konsep-konsep perda- dalam bentuknya itu atau mungkinkah di-
maian yang adil bagi kedua belah pihak. lakukan modifikasi dan perubahan atasnya.

Dalam hal perdamaian atau kesepakatan Selain soal akses dan kontrol, analisis jender
tidak dapat diwujudkan, seperti diakui oleh juga dapat digunakan untuk menganalisa
Basir, para hakim selalu mengikuti aturan apakah sebuah aturan hukum memarjinal-
yang tertuang dalam KHI. Maksudnya, rasio kan posisi perempuan atau tidak. Sebab
pembagian dua banding satu untuk masing- sangatlah diyakini bahwa tidak ada satu pun
masing anak laki-laki dan perempuan akan aturan hukum atau agama yang bertujuan
diterapkan. Sikap ini merupakan konsekuen- untuk memiskinkan atau memarjinalkan
si dari sistem hukum Indonesia, termasuk salah satu pihak atau kelompok.
peradilan agama, yang menganut tradisi
civil law dan bukan common law. Para hakim Hal lain yang dapat dilihat melalui analisis
menegaskan bahwa mereka harus mengikuti jender adalah ke arah mana upaya-upaya
aturan yang ada, terutama klausul yang ter- perubahan hukum mesti diarahkan dan di-
tera pada KHI pasal 176, kecuali bila aturan perjuangkan. Pertanyaannya, ke arah mana
tersebut diubah. Selama aturan itu masih ada, perubahan hukum itu bergerak? Pada
mereka harus menjalankannya karena, menu- umumnya, perubahan hukum yang menga-
rut mereka, fungsi hakim adalah menegakkan rah kepada kemaslahatan berpangkal pada
dan menjalankan aturan yang ada. Mereka bu- pandangan yang mendudukkan secara seta-
kan pembuat hukum, tetapi penegak hukum, ra antara anak lelaki dan anak perempuan.
suatu sikap yang agak berbeda dengan si-
kap-sikap mereka pada kasus lain. Bagi para hakim Mahkamah Syar’iyah Aceh,
masalah sensitivitas jender hakim dalam hal
Analisis kewarisan ini tidak dapat diukur semata-
Kewarisan adalah salah satu isu yang paling mata dengan bunyi keputusan majelis hakim
83
sensitivitas jender dalam sikap dan perilaku hakim: ANALISIS
yang berani mendobrak doktrin dua ban- kan (1) faktor perbedaan jenis kelamin, (2)
ding satu dan menetapkan hak waris yang faktor siapa pihak yang pertama-tama ber-
sama jumlah porsi pembagiannya bagi anak inisiatif melakukan khalwat dan (3) faktor di
laki-laki dan anak perempuan. Yang dapat tempat siapa khalwat itu dilangsungkan.
dikedepankan sebagai parameter untuk me-
nilai dengan lebih adil keberadaan sensiti- Walaupun faktor perbedaan jenis kelamin
vitas jender seorang hakim dalam masalah menjadi pegangan, di mana hakim me-
kewarisan, adalah apakah anak perempuan mutuskan jumlah hukuman cambuk lebih
satu-satunya, seperti halnya anak laki-laki, sedikit bagi perempuan pelaku khalwat se-
dapat menghalangi saudara laki-laki dan mentara untuk pelaku laki-laki dikenakan
atau saudara perempuan dari pihak ayah hukuman cambuk yang jumlahnya lebih ba-
anak perempuan tunggal itu. Menurut me- nyak, tampaknya hakim juga memasukkan
reka, hakim bisa dikatakan sensitif jender unsur siapa pihak yang berinisiatif mengajak
jika memiliki pandangan bahwa anak perem- khalwat dan di tempat siapa khalwat itu di-
puan tunggal dapat menerima seluruh harta lakukan sebagai pedoman dalam menentu-
peninggalan kedua orang tuanya walaupun kan besar kecilnya jumlah hukuman cambuk
terdapat pihak laki-laki dari keluarga ayah yang dijatuhkan. Hakim Yuniar menceritakan
dari anak perempuan itu (e.g. saudara laki- sebuah kasus khalwat yang pernah diperik-
laki ayah, anak laki-laki dari saudara laki-laki sanya sebagai berikut:
ayah).
”Kasus ini terjadi sekitar awal atau
9). Khalwat pertengahan tahun 2007 di Banda
Perkara khalwat adalah yurisdiksi khusus Aceh... Kasusnya si A (laki-laki) dan si
dalam lingkungan Mahkamah Syar’iyah Aceh B (perempuan) kedua-duanya maha-
dan tidak ditemukan di pengadilan agama di siswa menyewa rumah kontrakan [yang
luar Aceh. Yurisdiksi khusus ini berlaku sejak terpisah] di Lampeuneurut. Kebetulan
mulai diresmikannya penerapan syariat Is- malam itu malam minggu dalam ke-
lam secara formal di Aceh pada tahun 2002. adaan hujan [sehingga] laki-laki berala-
Menurut Qanun no. 14 tahun 2003, khalwat san tidak bisa mengantar perempuan
didefinisikan sebagai perbuatan bersunyi- ke rumahnya. Lantas laki-laki tersebut
sunyi antara dua orang mukallaf (dewasa) mengajak perempuan itu menginap
atau lebih yang berlainan jenis yang bukan di rumah kosnya. Perbuatan mereka
muhrim atau tanpa ikatan perkawinan. Ke- ini sudah diketahui oleh orang kam-
tentuan sanksi bagi pelanggar Qanun ini pung setempat. Namun dibiarkan saja
adalah cambuk paling banyak sembilan kali [karena] masih beranggapan mungkin
dan paling sedikit tiga kali. Dengan keten- pulang agak larut malam. Ternyata
tuan seperti ini, sensitivitas jender hakim di waktu pagi melintas salah seorang
mungkin dapat diukur melalui beberapa kampung dan menyampaikan bahwa
parameter yang validitasnya masih dapat di rumah kos laki-laki itu ada perem-
diperdebatkan, yaitu apakah seorang hakim puan. Lalu mereka langsung ditangkap
memutuskan jumlah hukuman cambuk bagi di tempat itu juga. Sesampai kasus ini
tiap-tiap pelaku dengan mempertimbang- di pengadilan, laki-laki mengakui apa
84
DEMI KEADILAN DAN KESETARAAN
yang telah dilakukan semuanya ter- dak pusing. Hakim ketua, Rafiuddin, menun-
hadap perempuan tersebut. Demikian da sidang beberapa menit untuk memberi
pula perempuan mengakui [hubung- waktu kepada perempuan tersebut untuk
an suami istri]. Di sini kami [hakim] beristirahat sejenak. Saat sidang dimulai
menetapkan hukuman bagi laki-laki kembali, hakim Rafiuddin memberi sema-
tujuh kali cambuk dan perempuan ngat agar terdakwa perempuan tidak perlu
[mendapat] lima kali cambuk. Pertim- takut dengan persidangan dan memberi-
bangannya adalah mereka sama-sama tahu bahwa tak perlu merasa gusar dengan
kuat keinginannya melakukan perbu- tuntutan jaksa karena majelis hakim akan
atan asusila. Malahan perempuan memutus perkara itu dengan seadil-adilnya.
ketika diajak ke tempat laki-laki juga Pada waktu majelis hakim memutuskan vo-
bersedia [dan] tidak menolak. [Walau- nis bagi pasangan yang berkhalwat itu se-
pun perbuatan tersebut dilakukan atas banyak tujuh kali cambuk dan meminta me-
dasar sama-sama suka], dari perspek- reka untuk menandatangani putusan, hakim
tif jendernya, tidak sama menghukum tidak memaksa terdakwa yang masih mera-
laki-laki maupun perempuan... Sebe- sa pusing itu untuk maju ke meja hakim,
narnya di dalam Qanun tidak diatur melainkan memperkenankannya menanda
harus berapa kali cambuk untuk laki- tangani putusan dalam keadaan duduk di
laki dan perempuan... Ini hanya sema- atas kursinya.
ta-mata pertimbangan hakim. Sebab
dari segi fisiknya, perempuan tetap Analisis
lemah. Pertimbangan kami lebih mem- Isu kasus khalwat merupakan topik yang
pertimbangkan di hati nurani. Rasanya sangat pelik untuk dianalisis dari perspektif
kalau lima kali [untuk perempuan] itu jender. Namun begitu, bukan berarti anali-
pun kalau bisa jangan, melainkan tiga sis jender tidak dapat diterapkan. Pertama-
kali cambuk sudah cukup.” tama, analisis jender dapat digunakan untuk
membantu merumuskan konsep pelanggar-
Sebuah persidangan kasus khalwat di Mah- an itu. Pertanyaannya, apa sesungguhnya
kamah Syar’iyah Jantho pada 4 Desember yang dilanggar dan kemudian diatur dalam
2008, yang sempat disaksikan oleh peneliti, ketentuan Qanun khalwat itu? Apakah me-
mungkin menarik juga untuk didiskusikan di reka melanggar kesusilaan umum atau khal-
sini. Pemeriksaan kasus khalwat tersebut di- wat itu adalah pelanggaran atas integritas
pandang telah berperspektif jender karena perempuan. Ini berarti sejak awal cara pan-
tidak memojokkan posisi perempuan yang dangnya harus berangkat dari asumsi bahwa
seringkali dianggap sebagai pihak yang ber- pada dasarnya telah terjadi ketimpangan
salah menyebabkan timbulnya hasrat laki- pengambilan keputusan antara lelaki dan
laki untuk berkhalwat. Lebih dari itu, hakim perempuan. Ketika khalwat terjadi, maka
memberikan perhatian khusus terhadap jika menggunakan analisis ini, yang pertama
kondisi psikis yang dialami oleh terdakwa tama harus ditanya adalah apakah terjadi
perempuan saat pemeriksaan berlangsung. pemaksaan, intimidasi dan situasi yang me-
Ketika sidang sudah berjalan selama 15 me- nyebabkan pihak perempuan tak ada pili-
nit, terdakwa perempuan mengeluh menda- han. Jika ternyata tidak ada unsur itu maka
85
sensitivitas jender dalam sikap dan perilaku hakim: ANALISIS
hukum khalwat bisa ditegakkan. bahwa apa yang mereka lakukan menyalahi
aturan dan ditentang oleh teman-teman
Perbedaan jumlah cambukan mungkin saja seprofesi. Pelatihan yang diikuti bersama-
dapat dimaknai bahwa hukum khalwat itu sama oleh para hakim membuat mereka
telah menimbang keadaan fisik dan psiko- yang tadinya belum tersadarkan akan pen-
logis perempuan. Namun dampak yang tingnya pemahaman dan pengejawantahan
diterima secara sosial pasti berbeda. Pada prinsip relasi jender menjadi tercerahkan
perempuan stigma yang diterima jauh lebih dan mulai sensitif terhadap isu jender, dan
besar meski hanya dicambuk satu kali pun, membuat mereka yang sudah memiliki ke-
dibandingkan dengan stigma yang dialami cenderungan mendapatkan legitimasi kon-
laki-laki. Hal-hal semacam inilah yang seha- sep, paling tidak, jika bukan legitimasi hu-
rusnya dijadikan pertimbangan untuk pener- kum, dan merasa memiliki sandaran dan
apan hukum khalwat ini. acuan yang lebih jelas.

Mereka dapat menerima dengan baik se-


B. HAKIM IN ACTION: tiap isu permasalahan jender, di mana para
PEMERIKSAAN PERKARA DI hakim berusaha untuk mengindahkan kese-
RUANG SIDANG taraan jender pada setiap tahapan proses
ajudikasi hingga pada level banding, selama
Berdasarkan pengamatan di lapangan, sikap, hal tersebut tidak bertentangan secara lang-
gesture dan tutur kata para hakim sudah sung dengan regulasi (UU No.1/1974 KHI),
menunjukkan kesetaraan perlakuan antara kebijakan lokal dan lain sebagainnya.
perempuan dan laki-laki. Sikap dan prilaku
para hakim juga telah mengarah pada profe- Isu permasalahan jender sudah menjadi
sionalisme kerja dan memperlihatkan bahwa bagian dari pertimbangan hakim dalam me-
lembaga peradilan agama adalah lembaga ngeluarkan amar putusannya (proses ajudi-
hukum formal dan berwibawa. Sikap-sikap kasi). Artinya, dalam mengambil keputusan,
dan prilaku para hakim yang telah mencer- hakim selain merujuk pada aspek yuridis
minkan kenyataan ini, seperti diakui, kurang dan kemudian filosofis, juga mempertim-
lebih dipengaruhi oleh pemahaman mereka bangkan aspek sosiologis (kearifan lokal). Isu
terhadap kesetaraan hak-hak perempuan sensitivitas jender yang berada dalam tata-
dan laki-laki yang didapatkan melalui pela- ran filosofis dan sosiologis otomatis dapat
tihan. terakomodir dalam pertimbangan para ha-
kim. Dalam kasus pembagian harta bersama
Beberapa hakim mengakui bahwa sebelum di mana pihak istri yang mencari nafkah se-
mengikuti pelatihan mereka kurang mem- mentara suami hanya main-main saja dan
perhatikan hal-hal terkait dengan kesamaan sama sekali tidak bekerja, misalnya, harta
hak dan kewajiban para pihak berperkara bersama bisa dibagikan tidak rata. Istri bisa
dalam perspektif jender. Beberapa mengakui mendapat lebih. Ada kasus di mana hakim
bahwa mereka memiliki kecenderungan un- memberikan harta bersama ¾ bagi istri.
tuk memberikan perhatian lebih terhadap isu
jender, tetapi mereka sering merasa khawatir Sejalan dengan kesadaran baru para hakim
86
DEMI KEADILAN DAN KESETARAAN
jender masih membutuhkan waktu. Hakim
... mereka sering masih membutuhkan jaminan hukum ter-
merasa khawatir tulis dan penyesuaian pemahaman dengan
kondisi lokal.
bahwa apa yang
mereka lakukan Untuk itu hakim meminta pihak-pihak yang
menyalahi aturan dan berkepentingan dapat mensponsori ge-
ditentang oleh teman- rakan yang mendorong kesetaraan jender
teman seprofesi. menjadi bagian dari hukum tertulis, atau
paling tidak terlebih dahulu tersosialisasikan
dengan institusi adat lokal. Karena untuk hal
tersebut, hakim sendiri tidak bisa mempu-
ini, hakim di PTA mengakui, seperti diutara- nyai ruang gerak yang cukup. Selain itu, ma-
kan oleh beberapa hakim PTA yang terlibat salah lain dalam penerapan dan penguatan
dalam training dan kemudian FGD, sudah kesetaraan jender ini, juga terkait dengan
banyak menemukan bahwa putusan PA saat bagaimana peran para pejabat Departemen
ini dalam beberapa kasus, tidak lagi secara Agama/KUA dan Ulama. Pada permasalahan
harfiah dan kaku mengikuti aturan tertulis perikatan rumah tangga, aparatur sering kali
kerena pertimbangan kondisi perekono- bertindak sebagai ulama memberikan nasi-
mian yang terkait dengan masalah jender. hat, pemahaman dan pengetahuan. Semen-
Walaupun demikian, sebagian besar hakim tara banyak ‘ulama yang kemudian bertin-
PA Sumatera Barat merasa beberapa isu jen- dak sebagai aparatur, seperti menetapkan
der pada kasus perikatan keluarga di ranah kehalalan dan keharaman sesuatu. Padahal,
Minang masih sangat sulit untuk diterapkan. ulama tugasnya hanya memberikan nasihat,
Penerapan secara penuh terkait dengan isu pemahaman dan pengetahuan.

Gambar 13
Para Hakim sedang
membacakan
hasil keputusan di
Peradilan Agama
di hadapan para
pemohon

87
sensitivitas jender dalam sikap dan perilaku hakim: ANALISIS
Selain itu, dalam kerangka penguatan sen- yang santun dan egaliter dengan mencoba
sitivitas jender, putusan-putusan PA itu ha- mengarahkan para pihak untuk tidak datang
rus didiskusikan dengan pihak-pihak lain. ke meja sidang majelis hakim dan langsung
Hakim perlu masukan dan bantuan dari mempersilahkan mereka keluar tanpa harus
pihak-pihak luar yang terkait. Hakim sering menjabat tangan para hakim. Hal ini dilaku-
menemukan kesulitan untuk menerapkan kan untuk menghilangkan kesan takzim yang
aturan, misalnya dalam masalah perceraian, berlebih-lebihan terhadap majelis hakim
karena ketidakhadiran suami. Hakim tidak oleh para pihak yang berperkara.
bisa melakukan eksekusi terhadap apa yang
telah diputuskan, sedang ketentuan sanksi Kesetaraan perlakuan diperlihatkan oleh
untuk hal tersebut tidak ada. Kondisi lain para hakim dalam beberapa sikap dan
adalah istri terkadang tidak bisa menunjuk- prilaku. Seorang hakim, misalnya, selalu
kan mana harta yang bisa dieksekusi. Ada memberikan waktu kepada masing-masing
yang pernah meminta eksekusi dan menun- pihak litigan untuk dapat mengungkapkan
juk mobil yang akan dieksekusi, tapi kemu- dengan baik mengenai pembelaan, tuntu-
dian diketahui bahwa mobil tersebut atas tan, keterangan, argumentasi dan lain seba-
nama kakak (mantan) suami, maka eksekusi gainya. Secara bersamaan, seperti terlihat
tidak bisa dilakukan. pada kasus perceraian, hakim meminta pi-
hak laki-laki dan perempuan, baik sebagai
Terkait sikap dan perilaku yang meng- penggugat maupun tergugat, untuk fokus
arah pada profesionalisme hakim dan pada jawaban pertanyaan hakim tanpa per-
kewibawaan lembaga peradilan, seorang lu memberikan komentar-komentar tamba-
hakim, misalnya, meminta para litigan untuk han yang tidak perlu. Hakim tampak imbang
berpakaian sopan ketika memasuki ruang dalam memperlakukan pihak laki-laki dan
persidangan. Hakim menegur pihak laki- perempuan, ketika mengajukan pertanyaan
laki untuk tidak menggunakan topi pada dan meminta kejelasan perkara tanpa beru-
saat masuk dalam persidangan. Hakim juga paya mengintervensi dengan kalimat-kalimat
memperhatikan cara dan kerapihan berpa- yang tendensius yang dapat mempengaruhi
kaian dari kedua belah pihak, baik laki-laki salah satu pihak. Hakim juga menanyakan
maupun perempuan. Setelah persidangan dengan serius alasan kenapa pihak laki-laki
selesai, hakim memperlihatkan sikapnya tidak bisa datang dalam persidangan, dan
hanya diwakili oleh penasehat hukum atau
orang yang ditunjuknya.
Sikap yang sangat
jelas memperlihatkan Sikap yang sangat jelas memperlihatkan
bentuk perhatian hakim terhadap kepen-
bentuk perhatian hakim tingan perempuan dapat dilihat dalam ka-
terhadap kepentingan sus penyerahan uang nafkah dan mut`ah.
perempuan dapat dilihat Kepada pihak suami pemohon talak, hakim
dalam kasus penyerahan memintanya untuk menyerahkan sejumlah
uang nafkah dan mut`ah. uang sebagai nafkah pada bulan pertama
dan mut’ah istri sebelum hakim memba-
88
DEMI KEADILAN DAN KESETARAAN
cakan putusan perkaranya dan memperke- perceraian, misalnya, karena pertimbangan
nankan suami mengucapkan ikrar talak. kondisi perekonomian, majelis hakim sering
Ketika suami sudah dapat menunjukkan se- menetapkan jumlah uang nafkah ‘iddah dan
jumlah uang yang ditetapkan di dalam putu- mut’ah yang cenderung lebih tinggi diban-
san dan menitipkannya pada panitera untuk ding jumlah yang ditetapkan sebelum per-
diberikan kepada istri, ikrar talak baru kemu- ekonomian stabil. Contoh lainnya adalah
dian perkenankan untuk diucapkan. pengabulan permohonan itsbat nikah oleh
hakim dengan pertimbangan beberapa ala-
Secara umum, dalam mengambil keputusan, san yang tidak tersebut di dalam aturan hu-
para hakim terlebih dahulu merujuk kepada kum positif.
aspek yuridis, kemudian filosofis dan aspek
sosiologis (kearifan lokal). Ketika mereka ti- Putusan-putusan yang mempunyai relevansi
dak menemukan aturan hukum perkara yang dan pertimbangan sensitivitas jender secara
sedang dihadapi, beberapa hakim mengakui umum dapat diterima oleh para pihak ber-
merujuk pada fikih dan juga menggunakan perkara, meski terkadang belum sepenuhnya
pendapat ulama kontemporer untuk me- mendapat respon yang positif dari masyara-
nentukan keputusan atas sebuah perkara. kat. Para hakim menyadari bahwa setiap pu-
Walaupun demikian, itu tidak berarti mere- tusan yang mereka buat sedikit banyak pasti
ka menutup kemungkinan untuk berijtihad mengundang kritik dan komentar dari ber-
sendiri, misalnya dengan mengembangkan bagai pihak. Namun, para hakim merasa ya-
kepekaan jender dalam sebuah perkara yang kin bahwa selama kemaslahatan yang ingin
mereka periksa. Isu jender dalam suatu per- mereka ciptakan melalui putusan-putusan
masalahan yang terkait tampaknya sudah tersebut dapat terlihat dan terwujud, semua
menjadi elemen penting dalam pertimbang- pihak pada akhirnya akan dapat menerima.
an majelis hakim pada saat mempersiapkan Hukum positif selalu menjadi pijakan yang
amar putusannya. utama, yang diimbangi pula dengan per-
timbangan budaya lokal atau adat tradisi
Seperti telah terlihat dalam paparan pada setempat. Akan tetapi, bunyi aturan hukum
bab ini, meski dalam banyak kasus dan dan semua norma-norma itu pada saat yang
wilayah, isu sensitivitas jender masih berada sama terbingkai pula oleh sensitivitas jender
dalam tataran wacana dan konsep, sensitivi- para hakim yang telah mengikuti training,
tas semacam itu sudah terefleksikan dengan sehingga menjadi referensi yang terus hidup
baik pada tataran aplikasi di beberapa tem- di dalam diri para hakim ketika memeriksa
pat lain. Dalam putusan berkenaan perkara dan dalam proses pengambilan putusan. [*]

89
sensitivitas jender dalam sikap dan perilaku hakim: ANALISIS
90
DEMI KEADILAN DAN KESETARAAN
5
Refleksi dan
Rekomendasi
5
Refleksi dan
Rekomendasi

P
A. CATATAN REFLEKTIF

eradilan Agama merupakan institusi pemerintah yang melibatkan


banyak pihak dalam hal organisasi, operasionalisasi, perangkat hukum
terapan dan kapasitas sumberdaya manusia. Pengembangan sumber
daya manusia peradilan, dalam hal ini para hakim, melalui pendidikan
dan pelatihan yang disediakan baik sebelum maupun sesudah bertu-
gas (pre and in-service training) turut membantu membentuk kualitas kecakapan
hukum para hakim. Latar belakang pendidikan yang mungkin masih fikih oriented
serta sangat sedikitnya—untuk tidak mengatakan nihil sama sekali—muatan kuri-
kulum yang bersentuhan dengan keadilan jender jelas sangat mempengaruhi res-
pon dan penerimaan para hakim terhadap gagasan jender.

Pelatihan terkait isu jender yang diberikan kepada para hakim pada saat mereka
telah ”malang-melintang” dalam profesi itu membawa efek dan implikasi tersen-
diri. Betapapun, kesulitan penerimaan dan penerapan akan terasa, mengingat
para hakim sudah sangat terbiasa dengan cara pandang (paradigma) lama. Lebih-
lebih mereka juga adalah bagian dari masyarakat yang tidak terlepas dari budaya
dan tradisi lokal mereka. Meski beberapa hakim dengan sangat terbuka menerima
isu jender, beberapa yang lain cenderung mempertanyakan relevansi dan signifi-
kansinya.
92
DEMI KEADILAN DAN KESETARAAN
Para hakim agama di Aceh, Sumatera Barat ma atau penceramah agama di luar lingkun-
dan Sulawesi Selatan yang telah mendapat- gan kantor, kepiawaian narasumber dalam
kan pengayaan materi dan pembinaan sela- menerangkan konsep dan pemikiran baru,
ma pelatihan, merasakan pengaruh dan efek dan kemudian membandingkannya dengan
yang berbeda-beda dari pelatihan jender pemikiran lama dan ataupun budaya lokal
tersebut. Di antara mereka ada yang meli- merupakan aset penting yang harus diperhi-
hat manfaat besar pelatihan bagi pengem- tungkan agar suatu pelatihan bisa berjalan
bangan pemahaman hukum keluarga Islam sukses dan membawa dampak signifikan
dan penyelesaian perkara yang lebih mem- setelahnya. Kepiawaian semacam ini bahkan
pertimbangkan relasi suami dan istri. Se- dapat menutupi kelemahan minimnya pe-
mentara sebagian peserta merasakan mem- ngetahuan narasumber atas budaya lokal.
peroleh sesuatu yang baru, peserta yang lain
menerima doktrin-doktrin baru di atas dok- Selain itu, pola rekrutmen peserta pelatihan
trin-doktrin yang sudah sangat lekat dalam yang dipergunakan mempunyai cukup pe-
kesadaran hukum mereka. Di atas segalanya, ngaruh dalam membangun suasana pela-
seluruh peserta pelatihan merasakan adanya tihan yang nyaman dan kondusif. Rekrutmen
suatu kesadaran dan pemahaman baru yang peserta yang homogen dari segi jenis latar
muncul terhadap konsep jender. Ini jelas belakang pendidikan dan profesi pekerjaan
suatu pencapaian awal yang sungguh berarti tidak saja memudahkan proses transmisi
terlepas seberapa besar atau kecil hal itu konsep dan gagasan, tetapi juga atmosfer
membawa pengaruh dalam memeriksa dan diskusi dan debat pemikiran yang berlang-
memutuskan perkara. sung lebih hidup dan dinamis. Rekrutmen
peserta dari berbagai kalangan yang ber-
Meskipun pelatihan yang diberikan kepada beda-beda secara profesi dan pendidikan
para hakim diakui sangat bermanfaat dan untuk dilatih meningkatkan sensitivitas jen-
telah memberikan pencerahan terhadap der bukan hanya membuat suasana diskusi
pemahaman jender dan telah mempenga- yang tidak seimbang, tetapi juga cenderung
ruhi banyak sikap dan perilaku para peser- menimbulkan resistensi yang sengit dan ti-
tanya, kunci awal dari kesuksesan itu justru dak perlu. Putroe Kandee tampaknya cukup
terletak pada desain program pelatihan. memperhitungkan dan banyak mempertim-
Desain program pelatihan menjadi krusial bangkan faktor-faktor ini sehingga apa yang
dalam menentukan seberapa besar dampak dilakukannya telah memberikan pembela-
yang mungkin terbentuk dari proses keikut- jaran dan kesan yang lebih baik bagi peserta
sertaan para hakim dalam pelatihan itu. pelatihan.
PUSKUMHAM melihat bahwa kualifikasi dan
keterampilan narasumber untuk menjelas- Sebagai implikasi dari berbagai pelatihan
kan dan melakukan reinterpretasi ajaran tersebut, PUSKUMHAM melihat adanya
hukum Islam merupakan faktor yang sung- pergeseran paradigma dan prilaku para ha-
guh menentukan. Berhadapan dengan para kim, baik di Aceh, Sumatera Barat, maupun
hakim, yang sebagian dari mereka mempun- di Sulawesi Selatan. Secara umum, para ha-
yai latar belakang khusus dan mungkin sekali kim tersebut memiliki kepekaan terhadap
juga memiliki profesi tambahan sebagai ula- isu-isu kesetaraan hak-hak perempuan dan
93
refleksi dan rekomendasi
laki-laki, hanya saja tingkat kepekaan me- jauh ikut mengokohkan pemahaman dan
reka berbeda antara satu dengan yang lain- kesadaran jender yang sudah dimiliki sebe-
nya. Beberapa hakim memang cenderung lumnya oleh sebagian para hakim. Sehingga
memiliki kepekaan jender lebih baik dan tidak heran jika dalam keseharian aktivitas
mengisyaratkan bahwa kepekaan tersebut profesional, para hakim mendapatkan suatu
sudah terbawa dalam diri mereka sejak se- bentuk legitimasi untuk melakukan peruba-
belum mengikuti pelatihan. Sementara un- han sosial pada umumnya dan membela ke-
tuk beberapa yang lain, kecenderungan un- adilan jender pada khususnya.
tuk sangat berhati-hati dalam menyerap dan
menerapkan isu jender begitu jelas tampak B. REKOMENDASI DAN ACTION
terlihat di antara mereka saat pertama kali PLAN
konsep itu diperkenalkan kepada mereka.
Agar penguatan sensitivitas jender ini dapat
Harus diakui, kesadaran dan kepekaan ter- terus terpelihara dan tepat sasaran, serta
hadap kesetaraan hak-hak perempuan dan sesuai dengan situasi dan kondisi masyara-
laki-laki dalam diri beberapa hakim di ketiga kat maka perlu diupayakan langkah-langkah
wilayah tersebut boleh jadi bukanlah teru- strategis sebagai bahan rekomendasi yang
tama dibangun melalui pelatihan, karena dapat ditindaklanjuti oleh pihak-pihak ter-
mungkin sekali itu merupakan sesuatu yang kait. Beberapa rekomendasi dan rencana
sudah bawaan secara alami ataupun karena tindak lanjut yang dapat diusulkan adalah
terbentuk melalui interaksi sosial baik dalam sebagai berikut:
lingkup keluarga maupun relasi pertemanan
mereka sejak kecil. Faktor-faktor eksternal 1. Lembaga Penyelenggara dan Lembaga
semacam ini jelas memberi pengaruh pe- lain yang mempunyai kepedulian terha-
ningkatan kepekaan jender para hakim di dap program penguatan sensitivitas jen-
dalam lingkungan keluarga di mana mereka der
dibesarkan dan dididik, dan juga termasuk
a) Pemantauan secara lebih terprogram tin-
kegemaran mereka untuk menambah wa-
dak lanjut kegiatan, sehingga apa yang
wasan dan pengetahuan terkait. Namun,
sudah disemaikan, terutama yang berke-
pemahaman yang tepat dan kesadaran
naan dengan gender sensitivity dapat te-
penuh untuk merefleksikannya dalam aktivi-
rus ditumbuhkan dan diimplementasikan
tas profesional kesehari-harian mereka ten-
dalam proses ajudikasi.
tunya sedikit banyak dipengaruhi oleh pelati-
han-pelatihan yang dilaksanakan oleh kedua b) Penyusunan instrumen-instrumen kese-
mitra Asia Foundation itu. Pelatihan pening- taraan dan keadilan jender yang lebih
katan sensitivitas jender, terlepas seberapa praktis sehingga dapat digunakan dalam
efektif pengaruhnya dalam diri tiap peserta, proses ajudikasi di pengadilan. Cara ini
telah memberikan sebuah cara pandang diharapkan dapat menjadi blueprint yang
yang lebih sistematis dan lebih berkeadilan akan menjadi rujukan bagi lembaga seje-
dalam melihat persoalan kesetaraan relasi nis dalam mengembangkan training gen-
antara manusia yang berbeda jenis kelamin. der sensitivity dan training analisis jender
Bukan hanya itu, pelatihan tersebut lebih serupa.
94
DEMI KEADILAN DAN KESETARAAN
2. Pemegang Kebijakan (Pemerintah dan a) Pelatihan peningkatan sensitivitas jender
Lembaga Legislasi) sepatutnya tak dirancang sebagai pro-
gram yang berdiri sendiri. Peningkatan
a) Melakukan perubahan pada aspek regu-
sensitivitas jender untuk aparat hukum
lasi yang masih bias jender. Hal ini akan
harus dilakukan sebagai strategi yang di-
membantu hakim untuk mencari tero-
dasarkan pada keyakinan bahwa analisis
bosan hukum, terutama bagi mereka
jender terbukti dapat meningkatkan hasil
yang sangat terikat oleh pandangan legal
guna/kemanfaatan program pembangu-
positivistik dan cenderung pasif dan rigid
nan di sektor apapun. Investasi melalui
dalam merujuk dan menggunakan keten-
proses edukasi merupakan cara yang cu-
tuan dan kepastian hukum tertulis.
kup strategis di mana analisisnya dapat di-
b) Menindaklanjuti hasil pelatihan ini me-
gunakan untuk menumbuhkan pola-pola
lalui cara memberikan sebanyak mung-
hubungan yang adil dan demokratis yang
kin kesempatan para hakim untuk men-
pada gilirannya akan sangat bermanfaat
jadi mediator-mediator berbagai konflik
untuk mengurangi konflik, meningkatkan
yang berakar dari ketimpangan jender
apresiasi terhadap perempuan, penghar-
sejak dari tingkat keluarga hingga komu-
gaan pada eksistensi keduanya (lelaki dan
nitas, dan menyelesaikan persoalan itu
perempuan) di mana pun mereka berkip-
dengan menggunakan ilmu-ilmu yang
rah serta secara langsung mengurangi
mereka dapati dari pelatihan ini.
tingkat penderitaan perempuan akibat
c) Memastikan terbentuknya kebijakan
ketimpangan jender.
publik yang sensitif jender; antara lain
b) Pelatihan serupa ini masih membutuh-
melalui promosi pejabat publik yang
kan dukungan, bukan hanya bagi para
lebih memiliki kesadaran jender; perlu-
hakim melainkan bagi para aparat lain-
asan partisipasi kaum perempuan dalam
nya di lingkungan lembaga penegakan
proses perumusan kebijakan; penyusu-
hukum, misalnya polisi, jaksa dan pe-
nan anggaran daerah dan perancangan
ngacara. Ini penting agar secara efektif
regulasi yang nantinya akan mempenga-
dan sistematis semua jajaran penegak
ruhi tingkat kualitas kehidupan perem-
hukum mendukung terwujudnya keseta-
puan.
raan dan keadilan jender dalam setiap
d) Dalam aspek hukum sangatlah penting
tahap proses hukum.
untuk menjaga agar regulasi yang dilahir-
c) Upaya mendorong kesetaraan jender mu-
kan tidak justru makin jauh dari regulasi
dah memunculkan kesalahpahaman yang
yang sensitif jender, dan karenanya, me-
dapat menimbulkan kemunduran dari
manfaatkan para alumni sebagai nara-
upaya pemberdayaan perempuan. Kare-
sumber dalam penyusunan regulasi yang
nanya, sangat penting bagi donor untuk
diharapkan lebih sensitif jender akan sa-
mengetahui peta persoalan jender yang
ngat berguna.
relevan bagi wilayah tersebut. Agenda
donor untuk mendorong kesetaraan jen-
3. Lembaga Donor (Nasional dan Interna- der harus dibarengi dengan kemampuan
sional) untuk mengukur apa yang mungkin dan
tidak mungkin dilakukan dalam konteks
95
refleksi dan rekomendasi
yang berbeda. Karenanya, bekerja de- membuka dan mengembangkan jejaring
ngan institusi lokal menjadi sangat pen- antar hakim, sehingga terjadi proses ber-
ting. Asia Foundation memperlihatkan bagi informasi dan pengalaman dalam
bagaimana hal ini bisa dilakukan tanpa mewujudkan proses peradilan yang sen-
harus menghindari substansi persoalan. sitif jender di tempat masing-masing.
• Untuk memperluas jangkauan impact
b) Untuk terus menggali metodologi pem-
program sensitivitas jender, kiranya di-
bacaan hukum yang memampukan para
perlukan upaya-upaya untuk memper-
hakim keluar dari cara baca yang kaku
luas keterlibatan mitra kerjasama yang
terhadap teks hukum yang jelas-jelas
mempunyai latar belakang yang berbeda
bias jender. Untuk ini mereka hendaknya
dan fokus sasaran yang beragam. Dalam
dimampukan untuk melanjutkan pemb-
konteks penegakan hukum ini, program
acaan referensi yang menawarkan pema-
pelatihan senstivitas jender bagi para
haman konsep keadilan jender. Dengan
pemangku adat, pimpinan lokal dan bagi
menggunakan gender analysis, seyog-
tokoh agama dan ulama perlu dipertim-
yanya mereka dapat terus melakukan
bangkan untuk diselenggarakan.
kajian dan refleksi atas perkara-perkara
hukum yang mereka tangani sehingga
4. Para Hakim dan Aparat Penegak Hu- proses ajudikasi dan putusan pengadilan
kum lainnya yang bias jender dapat dihindari. [*]
a) Untuk memperluas jangkauan impact
sensitivitas jender, para hakim perlu

96
DEMI KEADILAN DAN KESETARAAN
Daftar Pustaka

Chapanskiy, Karen, Gender Bias in the Courts: Social Change Strategies, George-
town Journal of Legal Ethics, Vol. 4:1, 1991
Departemen Agama, Kompilasi Hukum Islam, UU Perkawinan No. 1/1974, dan UU
Peradilan Agama No. 7/1989. Direktorat Pembinaan Peradilan Agama, Jakarta,
1992
Effendi, Satria, “Analisis Fiqh terhadap Yurisprudensi tentang Perceraian: Hak Ha-
dhanah Akibat Perceraian sebagai Fokus”, Mimbar Hukum, 21:6, 1995
Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Jender dalam
Pembangunan Nasional
Keputusan Menteri Dalam Negeri, Nomor 132 Tahun 2003 tentang Pedoman
Umum Pelaksanaan PUG dalam Pembangunan Daerah.
Nurlaelawati, Euis, Modernization, Tradition and Identity: The Kompilasi Hukum
Islam and Legal Practice of Indonesian Religious Courts, Thesis, Utrecht Univer-
sity, The Netherlands, 2007.
Salim, Arskal, Challenging The Secular State: The Islamization of Law in Modern
Indonesia. Honolulu: Hawai’i University Press, 2008.
______________, Preparing Legal Research and Documentation and Gender Sen-
sitivity in Religious Courts of Indonesia, makalah dipresentasikan pada Diskusi
‘Desain Operasional Program Dokumentasi Training Sensitivitas Gender para
Penegak Hukum’, 23 November, 2008.
______________, Praktik Penyelesaian Formal dan Informal Masalah Pertana-
han, Kewarisan dan Perwalian Pasca Tsunami di Banda Aceh dan Aceh Besar.
Banda Aceh: International Development Law Organization, 2006.
Wahid, Abdurrahman, Dilema Budaya Wanita Islam Indonesia, Wanita Indonesia
dalam Teks dan Konteks, ISIM, the Netherlands, 1993.

97
Daftar Istilah dan Singkatan

BP4 : Badan Penasihat Perkawinan, Perselisihan, dan Per-


ceraian
BRR : Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi
CEDAW : Convention on Elimination of Discrimination Against
Women
Civil Law : Sistem hukum yang mengharuskan hakim tunduk atau
merujuk kepada peraturan perundang-undangan yang
ada (hakim sebagai penegak hukum)
Common Law : Sistem hukum yang memungkinkan hakim untuk terus
menemukan keadilan berdasarkan berbagai pertimban-
gan (hakim sebagai pembuat hukum)
DANIDA : Danish International Development Assistance
DFID : Department for International Development
Ditbinbapera : Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama
Ditjen Badilag : Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama
DOM : Daerah Operasi Militer
Dzawil Arham : Sekelompok anggota keluarga yang memilki hubungan
kekerabatan dengan pewaris, tetapi bagian warisannya
tidak ditetapkan dalam al-Quran
Dzawil Furud : Sekelompok ahli waris yang bagian warisannya sudah
ditetapkan dalam al-Qur’an
Ex Aequo et Bono : Prinsip yang memberikan ruang bagi hakim untuk tidak
terikat hanya pada tuntutan yang diajukan pihak ber-
perkara dan membolehkan hakim untuk mengabaikan
sumber hukum yang ada dengan memutuskan berdasar-
kan pada rasa keadilan secara pantas berdasarkan hati
nurani para hakim
98
Ghairu Mumayyiz : Anak yang belum sampai pada masa usia mumayyiz
Hadlanah : Pengasuhan anak (biasanya ditekankan pada pasca per-
ceraian)
Hareuta Peneulang : Harta hibah menurut tradisi Aceh yang diberikan khusus-
nya kepada anak perempuan berupa tanah, rumah dan
pekarangannya
Hareuta Seharkat : Istilah Aceh untuk harta pencaharian bersama
Harta Gono-gini : Harta bersama (harta pencaharian bersama yang di-
peroleh dalam ikatan pernikahan)
IAIN : Institut Agama Islam Negeri
Iddah : Masa tunggu bagi perempuan akibat dari putusnya
perkawinan baik karena perceraian maupun kematian
suami
IDLO : International Development Law Organization
Ijtihad : Usaha interpretasi atas hukum
In-Service Training : Pendidikan atau pelatihan yang diperoleh hakim dalam
masa tugasnya sebagai hakim
Itsbat Nikah : Usaha pengesahan nikah yang tidak tercatat oleh Penga-
dilan Agama setelah dimohonkan oleh pihak-pihak ter-
kait
Iwadl : Harta penebus yang diberikan oleh istri kepada suami un-
tuk memperoleh perceraian
Judicial Review : Hak uji material yang dimiliki oleh Mahkamah Agung un-
tuk menentukan apakah suatu peraturan perundang-un-
dangan bertentangan dengan konstitusi atau peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi.
Kawin Sirri : Kawin yang dilakukan di luar kantor Urusan Agama dan
tidak terdaftar, tetapi telah memenuhi syarat dan rukun
seperti ditetapkan dalam fiqh
KDRT : Kekerasan dalam Rumah Tangga
Khalwat : Perbuatan sepasang insan berbeda jenis (perempuan
dan laki-laki) yang bersunyi-sunyi atau berada di sebuah
lokasi yang jauh dari ruang publik untuk tujuan bermes-
raan.
Khulu’ : Permohonan cerai oleh istri dengan keharusan istri mem-
bayar uang tebusan (iwadl) kepada suami
99
KUA : Kantor Urusan Agama
Kulliyat al-Banat : Salah satu fakultas pada departemen di Universitas al-
Azhar, Mesir, yang diperuntukkan untuk mahasiswi.
LSPPA : Lembaga Studi Pengembangan Perempuan dan Anak
Maqasid Syar’iyyah : Tujuan-tujuan diberlakukan atau dibuatnya hukum Islam
MiSPI : Mitra Sejati Perempuan Indonesia; sebuah LSM di Aceh
Mu’akkad : Tradisi agama yang kurang dikuatkan
Mu’asyarah bil Ma’ruf : Sikap saling berinteraksi satu sama lain dengan kebaikan
Mumayyiz : Anak yang sudah sampai pada masa dapat membeda-
kan baik dan buruk. Di dalam KHI, batasannya ditetapkan
pada usia 12 tahun
Musawah : Kesetaraan
Mut’ah : Harta pemberian dari suami yang menceraikan istrinya
untuk menyenangkan hati atau perasaan si istri (kompen-
sasi)
NAD : Nanggroe Aceh Darussalam
Nusyuz : Sikap membangkang dari pihak istri atas suaminya dalam
ikatan perkawinan.
P2TP2A : Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan
Anak
Patriarkal : Sistem hubungan sosial yang memihak kepada jenis kela-
min laki-laki
PKBI : Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia
PKPM : Pusat Kajian Pendidikan dan Masyarakat
Pre-service training : Pendidikan atau pelatihan yang diikuti oleh calon hakim
sebelum melaksanakan tugasnya sebagai hakim
PSW : Pusat Studi Wanita
PTIQ : Perguruan Tinggi Ilmu al-Quran
Putroe Kandee : Lembaga independen yang didirikan di Banda Aceh oleh
beberapa Ibu-Ibu yang punya kepedulian dalam bidang
pengembangan hukum Islam dan pendampingan terha-
dap para pencari keadilan
RNE : Royal Netherlands Embassy

100
RPK : Ruang Penanganan Khusus
STAIN : Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
Stereotype : Prasangka atau penilaian negatif (stigma negatif) terha-
dap satu kelompok, suku, atau jender
Sunnah mu’akkad : Tradisi agama yang dikuatkan dan mendekati wajib
Syiqaq : Perselisihan atau percekcokan yang terus menerus an-
tara suami dan istri
Tandem : Pendampingan langsung dari donor di lapangan terha-
dap kegiatan yang dilaksanakan mitra kerja
ToT : Training of Trainers
UNIFEM : United Nations Development Fund for Women
URAIS : Urusan Agama Islam
WCC : Women Crisis Centre
YKF : Yayasan Kesejahteraan Fatayat

101
Biodata Penulis

ARSKAL SALIM adalah lulusan S1 Fakultas Syari`ah IAIN (kini UIN) Syarif Hidayatul-
lah Jakarta sebelum terangkat menjadi dosen tetap pada almamaternya pada ta-
hun 1998. Pada tahun ini pula, ia menyelesaikan program Master dalam bidang
studi Islam di Pascasarjana UIN yang sama. Setahun setelah itu ia berangkat ke
Montreal, Kanada, untuk mengikuti program PhD Sandwich di McGill University
selama dua semester, Fall 1999--Spring 2000. Sepulang dari Kanada, Arskal melan-
jutkan studi doktoral di benua Australia dengan beasiswa dari AusAid/ADS (2002-
-2006). Setelah meraih gelar PhD dari Faculty of Law, University of Melbourne, ia
menjadi postdoctoral fellow di Max Planck Institute for Social Anthropology, Ger-
many, selama tiga tahun (2006-2009) dengan fokus riset: ‘agama, penyelesaian
sengketa dan pluralisme hukum di Aceh pasca tsunami’. Selain aktif melakukan
penelitian dan melatih para peneliti dalam bidang sosial keagamaan, keterlibatan
Arskal dalam bidang hukum dan hak asasi manusia sudah cukup lama ditekun-
inya hingga ia dipercaya menjabat Direktur Pusat Studi Hukum, Konstitusi dan
Hak Asasi Manusia (PUSKUMHAM), UIN Syarif Hidayatullah. Dalam kapasitasnya
sebagai akademisi, Arskal telah menghasilkan beberapa publikasi yang bertalian
dengan Aceh. Antara lain: “Shari’a from Below in Aceh 1930s-1960s: Islamic Iden-
tity and the Right to Self Determination with Comparative Reference to the Moro
Islamic Liberation Front (MILF)”, in Indonesia and Malay World, 32 (March 2004);
Praktek penyelesaian formal dan informal masalah pertanahan, kewarisan dan
perwalian pasca Tsunami di Banda Aceh dan Aceh Besar, (Banda Aceh, Interna-
tional Development Law Organization, 2006); Challenging the Secular State: The
Islamization of Laws in Modern Indonesia, (Honolulu: Hawaii University Press, No-
vember 2008).
102
LIES MARCOES NATSIR adalah Senior Program Officer The Asia Foundation. Beker-
ja di lembaga ini sejak 2001. Lies semula menjadi Program Officer untuk Program
Islam dan Civil Society. Beberapa bulan setelah tsunami menerjang Aceh di tahun
2004 Lies kemudian bergabung dengan unit Aceh di lembaga yang sama untuk
pemberdayaan perempuan korban konflik dan tsunami. Melalui program itu Lies
banyak bekerja dengan lingkungan Mahkamah Syar’iyah Aceh. Lies adalah salah
seorang di antara sedikit ahli yang benar–benar menguasai isu jender terutama
dilihat dari aspek antropologi agama. Pengalamannya baik dalam dunia penelitian
maupun pendidikan serta advokasi dengan menggunakan analisis jender sangat
luas. Lies memperoleh gelar Master dalam bidang Antropologi Kesehatan dari
Universitas Amsterdam (2001). Sebelumnya dia menyelesaikan sarjananya di IAIN
(sekarang UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dan bekerja di sebuah LSM yang mem-
bawanya mengenal dunia pesantren lebih dekat. Bakat penelitiannya berkembang
setelah dia mendapatkan bimbingan intensif dari seorang antropolog ternama
dari Belanda Prof. Dr. Martin van Bruinessen. Pada tahun 1983-1984 ketika Lies
masih kuliah di IAIN mereka melakukan penelitian dan tinggal lebih dari 1 tahun
di daerah kumuh di Bandung Selatan untuk melakukan studi tentang pola per-
pindahan penduduk dan dampaknya secara sosial dan ekonomi. Bersama dengan
itu mengalir pula bakatnya dalam dunia tulis menulis. Beberapa tulisannya kerap
dapat dijumpai di Kompas dan beberapa bukunya yang membedah berbagai isu
terkait dengan persoalan perempuan telah diterbitkan baik di dalam maupun di
luar negeri. Beberapa di antaranya diterbitkan oleh VENA – Leiden, the Nether-
lands, the ANU publication – Canberra, the Archiple Journal – Paris, dan Repro-
ductive Health Matters – London.

EUIS NURLAELAWATI adalah dosen hukum Islam pada Fakultas Syariah dan Hu-
kum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ia memperoleh gelar Master untuk program
Islamic Studies dari Universitas Leiden Belanda pada 1999, setelah ia berhasil me-
nyelesaikan studi s1 nya pada Fakultas Syariah IAIN Syarif Hiayatullah Jakarta pada
1995. Pada 2002 ia memeproleh kesempatan untuk mengikuti program doktor di
Universitas Utrceht, Belanda, dan berhasil menyelesaikannya pada 2007. Selain
mengajar, ia juga menekuni penelitian dan beberapa kali diundang untuk menjadi
pembicara pada seminar-seminar baik nasional maupun internasional tentang
isu perkembangan dan penerapan hukum keluarga Islam di Indonesia dan Asia
Tenggara. Ketertarikannya untuk melakukan penelitian mengenai isu penerapan
hukum Islam terus menguat seiring dengan perkembangan diskursus isu terkait
di Indonesia dan Asia Tenggara. Beberapa tulisannya dimuat di jurnal-jurnal yang
menyajikan kajian-kajian hukum Islam di Indonesia dan Asia Tenggara, seperti,
Studia Islamika, al-Jami’ah, dan Ahkam. Sebuah buku yang berasal dari disertasi
doktornya yang ia pertahankan pada Universitas Utrecht, Belanda, Moderniza-
tion, Tradition and Identity: The Kompilasi Hukum Islam and Legal Practice in the
Indonesian Religious Courts, diterbitkan oleh Amsterdam University Press (Okto-
103
ber 2009). Buku tersebut mengupas dan menganalisa tentang bagaimana sikap
para hakim agama terhadap hukum terapan, Kompilasi Hukum Islam, yang telah
disiapkan untuk dijadikan rujukan dan pedoman ketika menyelesaikan perkara hu-
kum dan bagaimana sikap masyarakat di beberapa daerah terhadap hukum yang
dibuat negara ketika mereka dihadapkan pada masalah-masalah hukum keluarga.
Selain mengajar, saat ini Euis menjabat sebagai koordinator bidang jender dan
kelompok minoritas pada Pusat Studi, Konstitus,i Hukum dan Hak Asasi Manusia
(PUSKUMHAM) dari 2008 hingga sekarang.

WAHDI SAYUTI, adalah dosen Pendidikan Demokrasi, dan Hak Asasi Manusia
pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakar-
ta. Setelah menyelesaikan studi S-1 pada 1999 di Fakultas Tarbiyah IAIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, ia langsung terlibat dalam kegiatan-kegiatan penelitian di
Pusat Penelitian IAIN (sekarang UIN) Jakarta sampai tahun 2002. Aktivitas peneli-
tian ini, telah membentuknya menjadi sosok yang cukup akrab dan piawai dalam
mendesain dan melakukan penelitian. Beberapa penelitian yang pernah dilaku-
kan antara lain ”Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Kewargaan di IAIN dan STAIN
se-Indonesia” (2000), ”Persepsi Demokrasi di Kalangan Mahasiswa UIN Jakarta
(2004)” dan ”Gender Mainstreaming dalam Pelaksanaan Pendidikan Dasar dan
Menengah (2005)”. Selain aktif melakukan penelitian, Wahdi juga terlibat aktif
dalam pengembangan Pendidikan Demokrasi dan HAM untuk Perguruan Tinggi,
kerjasama UIN Jakarta dengan The Asia Foundation pada 2000 - 2005, bahkan ber-
sama-sama dengan Prof. Dr. Dede Rosyada, MA. membidani pembentukan lem-
baga yang secara khusus menangani pengembangan Pendidikan Demokrasi dan
HAM (Pendidikan Kewargaan) di Perguruan Tinggi pada tahun 2002, yakni Indone-
sian Center for Civic Education (ICCE). Sebagai akademisi, Wahdi juga telah mem-
publikasikan beberapa buku ajar, antara lain Pendidikan Kewargaan: Demokrasi,
HAM dan Masyarakat Madani (Prenada Media, 2003) sebagai tim penulis dan ed-
itor, Pendidikan Kewarganegaraan untuk Madrasah Ibtidaiyah (FITK UIN Jakarta,
2008), dan Ilmu Pendidikan: Pengantar dan Dasar-dasar Pelaksanaan Pendidikan
(UIN Jakarta Press, 2006). Selain mengajar, saat ini Wahdi dipercayakan menjadi
associate researcher pada Pusat Studi Konstitusi, Hukum dan HAM (PUSKUM-
HAM) dan Koordinator Penelitian dan Pengembangan pada Center for Research
and Development in Education (CERDEV) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

104

Anda mungkin juga menyukai