DAN KESETARAAN
Dokumentasi Program
Sensitivitas Jender Hakim Agama di Indonesia
DEMI KEADILAN DAN KESETARAAN
Dokumentasi Program Sensitivitas Jender Hakim Agama di Indonesia
Tim Penulis:
Arskal Salim
Euis Nurlaelawati
Lies Marcoes Natsir
Wahdi Sayuti
Layout:
A. Ilham Aufa
ii
Kata Pengantar
B
uku ini merupakan karya akademis yang memotret cara pandang,
sikap dan prilaku hakim agama dari perspektif keadilan jender di be-
berapa wilayah Indonesia. Terbitnya buku ini dimungkinkan berkat
adanya kerjasama dengan berbagai pihak melalui proses interaksi,
dialog dan tukar pikiran yang cukup memakan waktu, tenaga dan bi-
aya. Untuk itu, tim penulis menghaturkan terimakasih kepada semua pihak yang
turut berperan atas lahirnya buku ini.
Terima kasih serupa kami sampaikan kepada pimpinan dan civitas akademika UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta serta Civitas Akademika UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
dan Lembaga Tinggi Mahkamah Agung terutama Dirjen Badan Peradilan Agama,
Bapak Drs. Wahyu Widiana MA, yang memberikan dukungan penuh iii atas terse-
lenggaranya kegiatan pendokumentasian ini, serta menulis Kata Sambutan yang
menjelaskan di sisi mana manfaat dari buku ini untuk pembelajaran bersama.
iii
Yayasan Putroe Kandee, Banda Aceh, dan Pusat Studi Wanita (PSW) Universitas
Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Yogyakarta adalah dua lembaga mitra the Asia
Foundation yang telah melaksanakan berbagai aktivitas untuk peningkatan sensi-
tivitas jender bagi para hakim dan petugas KUA di beberapa wilayah di Indonesia.
Kedua lembaga tersebut telah memperkenankan kami menggunakan dokumen
dan rekaman hasil kegiatan mereka untuk penulisan buku ini. Untuk itu, kami ber-
terima kasih, terutama rekan-rekan dari PSW UIN Yogyakarta, antara lain: Ema
Marhumah, Ruhaini Dzuhayatin, Waryono Abdul Ghafur, Mohammad Sodik, dan
Muhammad Siswanto. Terimakasih yang sama kami ucapkan pula kepada rekan-
rekan dari Putroe Kandee Aceh: Rosmawardani, Amrina, Muhsina dan Muhammad
Qusai.
Penelitian lapangan yang menghantarkan terbitnya buku ini tidak lepas dari pe-
ran berbagai kawan-kawan baik peneliti dari PUSKUMHAM (Rahmat Baihaky, Andi
Syafrani, Arief Mufraini, dan Mukmin Rauf) maupun sejumlah peneliti lokal di
Aceh (Mujiburrahman, Muslim Zainuddin, Khairizzaman, Fiona, M. Ridha, Sayuthi,
Mahmuddin, dan Dedy). Kepada mereka tim penulis menyampaikan apresiasi
yang setinggi-tingginya atas kesungguhan mereka menghadiri FGD, melakukan
wawancara dan membuat ringkasan hasil pengamatan.
Sejumlah peserta FGD di tiga kota (Banda Aceh, Padang dan Makassar), yang ter-
diri dari para hakim agama baik di tingkat Mahkamah Syar’iyah/Pengadilan Agama
maupun hakim tinggi, telah memberi informasi, dan mengizinkan kami melaku-
iv
kan observasi atas perkara yang mereka periksa. Ini semua merupakan kontribusi
yang tak terhitung nilainya. Karena itu, ucapan terima kasih disampaikan kepada
mereka dengan penuh takzim dan ketulusan yang mendalam. Kepada merekalah,
sebagai korps profesi, buku ini didedikasikan.
Kami menyadari bahwa buku ini masih jauh dari sempurna. Namun kami berharap
buku ini dapat memberikan sumbangan informasi dan analisis tentang hukum dan
perempuan di Indonesia serta manfaatnya untuk perbaikan relasi dan keadilan
jender di lingkungan peradilan agama. Akhirnya, kami berharap semoga segala
kerja keras semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian naskah dokumentasi ini
akan dapat menjadi sebuah titik cahaya terang yang mampu membawa inspirasi
bagi siapapun untuk berupaya mengusir kegelapan dalam lorong-lorong pene-
gakan keadilan jender di tanah air. Amien.
Tim Penulis
v
Sambutan
Representative The Asia Foundation
Indonesia
A
kses terhadap keadilan merupakan satu aspek yang disepakati
semua pihak sebagai hak dasar manusia. Kita semua setuju bah-
wa setiap warga, terlepas dari apapun latar belakangnya berhak
mendapatkan layanan hukum yang adil dan setara. Dan dalam
makna ini penegakan hukum yang sensitif dan responsif pada ke-
beradaan dan kebutuhan kaum perempuan, sebagaimana juga responsif pada ke-
beradaan kelompok yang termarjinalkan, menjadi niscaya.
Peradilan Agama merupakan lembaga yang memiliki peran kunci dalam menge-
lola penyelesaian konflik di tingkat keluarga melalui proses peradilan. Tak sedikit
perempuan yang menghadapi persoalan hukum dan prosesnya harus disele-
saikan melalui lembaga Peradilan Agama. Karenanya mendukung upaya hakim
dalam memperoleh wacana yang relevan untuk dunia kerja mereka diakui sangat
bermanfaat.
Saya menyambut gembira atas terbitnya buku ini. Buku ini mendokumentasikan
penyelenggaraan program yang mendorong terbukanya akses perempuan pada
keadilan dengan menambah wawasan bagi para penegak hukum tentang keadilan
jender. Program itu diselenggarakan lewat kemitraan dengan Pusat Studi Wanita
(PSW) Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta serta Yayasan Putroe
Kandee Aceh.
vi
Buku ini diharapkan dapat memberi hikmah bukan saja disekitar manfaat dari ke-
giatan ini tetapi juga pembelajaran yang dapat dipetik bilamana hendak menye-
lenggarakan kegiatan serupa, baik di lingkungan Peradilan Agama atau di lembaga
penegakan hukum lainnya.
Kepada DANIDA dan Royal Netherlands Embassy yang telah mendukung kegiatan
pelatihan yang diselenggarakan PSW UIN Yogyakarta maupun Putroe Kandee itu
kami sangat berterima kasih. Royal Netherlands Embassy pula yang telah mem-
bantu terlaksananya pendokumentasian ini, dan untuk itu kami berterimakasih.
Kami sampaikan juga penghargaan pada Direktur Badan Peradilan Agama, Bapak
Drs. Wahyu Widiana M.A., yang selama ini sangat mendukung inisiatif rekan-rekan
di berbagai daerah untuk meningkatkan keadilan jender di dunia Peradilan Agama.
Demikian halnya kepada para ketua Pengadilan Agama/ Mahkamah Syar’iyah
tingkat provinsi dan kabupaten yang memungkinkan kegiatan ini terselenggara
kami sangat berterima kasih.
Akhirnya kepada PUSKUMHAM UIN Jakarta yang telah bekerja keras untuk pen-
dokumentasian ini saya sampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih.
Semoga buku ini bermanfaat bagi usaha kita bersama dalam mendorong akses
pada keadilan bagi perempuan di Indonesia.
vii
Sambutan
Direktur Jenderal Badan Peradilan Agama
Mahkamah Agung Republik Indonesia
Bismillahirrahmanirrahiem,
P
Assalamu’alaikum Wr. Wb.,
Selain itu, seluruh hakim agama memiliki kewajiban untuk memahami berbagai
aturan perundang-undangan di Indonesia yang berkaitan dengan kewenangannya.
Di saat yang bersamaan, para hakim juga diharapkan memiliki sensitivitas jender
yang tinggi, sehingga mereka bisa menafsirkan peraturan perundang-undangan
dengan kepekaan berbasis jender. Kepekaan terhadap jender ini diperlukan untuk
menambah cakrawala berpikir dan ketajaman analisis hakim yang berujung pada
terciptanya rasa keadilan masyarakat.
viii
Berkenaan dengan ini, kami berterima kasih kepada the Asia Foundation dan
kedua mitranya, Putroe Kandee dan Pusat Studi Wanita UIN Sunan Kalijaga yang
telah menyelenggarakan program penguatan sensitivitas jender bagi para hakim
agama. Kami juga berterima kasih atas partisipasi aktif para hakim yang telah
mengikuti program tersebut, baik dari Mahkamah Syar’iyah, Aceh maupun dari
Peradilan Agama. Kepada PUSKUMHAM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, kami
sampaikan terima kasih yang setinggi-tingginya atas upaya yang dilakukan dalam
rangka mendokumentasikan pelaksanaan program penguatan sensitivitas jender
yang dilaksanakan Putroe Kandee dan PSW, serta telah menyusun dan menerbit-
kannya dalam bentuk buku ini. Kami menyambut buku ini dengan baik dan rasa
gembira, dan mengharapkan buku ini dapat menjadi bahan pembelajaran (lesson
learned) bagi para hakim agama dan masyarakat luas dalam rangka meningkatkan
kesadaran dan sensitivitas jender para hakim agama yang belum mengikuti pro-
gram ini di wilayah lainnya di Indonesia.
Demikian sambutan kami untuk menghantarkan buku ini, dan atas perhatiannya
kami haturkan terima kasih.
ix
Pengantar
Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
J
ender merupakan isu yang sampai saat ini masih menarik diperbincangkan,
mulai dari persoalan politik, ekonomi, budaya, pendidikan, bahkan sampai
pada kehidupan keluarga pun isu jender ini tidak luput dari pembicaraan.
Hanya saja, seringkali istilah jender masih disalahpahami, bahkan tidak ja-
rang banyak yang memaknai jender sama dengan jenis kelamin (sex), se-
hingga tidak sedikit pemaknaan ini memposisikan perempuan sebagai sub-
human sekaligus permanen, karena jenis kelamin merupakan qadrat yang telah
ditentukan oleh Tuhan, yang tidak dapat ditukar atau diubah.
Secara historis, jender merupakan istilah yang baru dan muncul di Barat pada
sekitar tahun 80-an. Pada saat itu, jender digunakan pertama kali oleh sekelom-
pok ilmuan wanita yang secara khusus membahas peran wanita pada wilayah
publik. Dalam perkembangannya, jender kemudian dimaknai dengan “a basis for
beginning the different contributions that man and woman make to culture and
collective life by distinction which they are as man and woman.” Dengan demikian
maka jender tidak sebatas perbedaan jenis kelamin (sex) antara lelaki dan perem-
puan, tetapi—lebih dari itu—bahwa jender merupakan konstruksi sosial yang di-
gunakan untuk mengidentifikasikan perbedaan lelaki dan perempuan dilihat
dari segi sosial dan budaya.
Oleh karena jender lahir dari konstruksi sosial maka jender berkaitan dengan pro-
ses keyakinan bagaimana seharusnya laki-laki dan perempuan berperan dan ber-
x
tindak sesuai dengan tata nilai yang terstruktur, ketentuan sosial dan budaya se-
tempat, yang secara faktual belum tentu sama antar satu tempat dengan tempat
lainnya, dan pada saat yang bersamaan dapat juga berubah dari waktu ke waktu.
Konsep jender ini mengemuka ketika terjadi ketimpangan peran antar lelaki dan
perempuan, baik pada sektor publik maupun domestik. Ketimpangan ini pada
akhirnya menggiring pada discourse tentang perlunya kesetaraan dan keadilan
jender. Kesetaraan jender dimaksudkan sebagai jawaban dari pentingnya men-
ciptakan ruang yang sama bagi lelaki dan perempuan dalam memperoleh kesem-
patan dan hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi
dalam kegiatan politik, hukum, ekonomi, sosial budaya, dan pendidikan, sekali-
gus kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan. Sementara, keadilan jender
mencakup penghapusan diskriminasi dan ketidakadilan struktural, baik terhadap
lelaki maupun perempuan, sehingga tidak ada lagi subordinasi, marginalisasi, be-
ban ganda, dan kekerasan terhadap perempuan dan lelaki.
***
Dalam konteks Indonesia, kesetaraan dan keadilan jender menjadi agenda yang
sangat penting diwujudkan dan sudah menjadi komitmen bangsa-bangsa di du-
nia. Ikhtiar mewujudkan kesetaraan dan keadilan jender di Indonesia dituangkan
dalam kebijakan nasional sebagaimana ditetapkan dalam Undang-undang Nomor
25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional-PROPENAS 2000-2004,
dan dipertegas dalam Instruksi Presiden No. 9 tahun 2000 tentang Pengarusuta-
maan Gender (PUG) dalam Pembangunan Nasional. Argumentasi atas kebijakan
PUG tersebut didasari oleh kenyataan bahwa keberhasilan pembangunan di Indo-
nesia sangat bergantung kepada partisipasi dan peran aktif lelaki dan perempuan.
Oleh karenanya, menjadi sangat penting diberlakukan kesetaraan dan keadilan
jender dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,
sehingga lelaki dan perempuan memilik peluang dan peran yang sama dalam
mewujudkan keberhasilan pembangunan di Indonesia.
Kebijakan PUG ini diberlakukan kepada semua instansi pemerintah, mulai dari pu-
sat, provinsi sampai kabupaten/kota, terutama berkenaan dengan sensitivitas jen-
der dalam penyusunan program, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, peman-
tauan sampai pada evaluasi, sehingga kesetaraan dan keadilan jender dapat
diimplementasikan dalam semua sektor pembangunan. Namun demikian, pelak-
sanaan sensitivitas jender di lapangan masih membutuhkan keseriusan semua
pihak, baik pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota, karena bias jender
masih mewarnai berbagai instansi pemerintah, sehingga kesetaraan dan keadilan
jender masih berdiri di “persimpangan jalan”
xi
Bias jender juga tampak di tengah lapisan masyarakat dengan berbagai jenis pro-
fesi, termasuk juga hakim dan para penegak hukum lainnya. Bias jender ini dise-
babkan—antara lain—oleh seperangkat asumsi, mitos, stereotype dan penilaian
stigmatis yang menyebar luas tentang pembagian peran seksual (sex roles) antara
lelaki dan perempuan yang kaku dan timpang. Keseluruhan stereotype dan mitos
itu pada umumnya terpusat pada pandangan bahwa perempuan adalah makhluk
lemah dan karenanya mereka menjadi subordinat dari manusia berjenis kelamin
lelaki. Parahnya, interpretasi agama yang konservatif dan seringkali mendapat du-
kungan mainstream justeru mendorong penguatan stereotype dan stigma itu ke
dalam berbagai tingkat kelembagaan informal dan formal, termasuk peradilan.
Proses semacam ini akhirnya melahirkan diskriminasi jender dalam bermacam
bentuknya yang merugikan pihak perempuan.
Bias jender tersebut, secara sederhana dapat dimaknai sebagai sebagai suatu
kecenderungan dalam memperlakukan atau menafsirkan fakta atau kasus de-
ngan hanya mempertimbangkan favoritisme atau preferensi kepada salah satu
jenis kelamin tertentu berdasarkan prasangka dan stereotype. Dalam definisi yang
dibuat oleh Judicial Council Advisory Committee on Gender Bias in the Courts Re-
port (1990), bias jender dipahami sebagai “behaviour or decision making which is
based on or reveals; (1) stereotypical attitudes about the nature and roles of men
and women; (2) perceptions of their relative worth; or (3) myths and misconcep-
tions about the social and economic realities encountered by both sexes.”
Untuk mengurangi bias jender di kalangan hakim ini diperlukan sebuah perubahan
paradigma, cara pandang dan cara membaca posisi perempuan pencari keadilan,
dengan mengedepankan spirit sensitivitas jender dalam setiap proses ajudikasi.
Sensitivitas jender dimaksudkan sebagai kemampuan memahami ketimpangan
jender (gender gap) terutama dalam memproses perkara dan pembuatan kepu-
tusan.
***
Membangun sensitivitas jender di kalangan hakim ini perlu dilakukan oleh semua
pihak, baik pemerintah maupun masyarakat yang secara sinergis mendorong ter-
wujudnya peningkatan sensitivitas jender di kalangan para hakim, terutama hakim
agama dalam setiap proses ajudikasi, seperti halnya kegiatan peningkatan sensiti-
vitas jender yang dilakukan oleh Putroe Kandee Aceh dan Pusat Studi Wanita UIN
Sunan Kalijaga, Yogyakarta yang diperuntukan bagi para hakim agama dan kepala
KUA. Kegiatan tersebut merupakan sebuah kontribusi yang sangat berharga dalam
rangka meningkatkan sensitivitas jender para hakim agama, sehingga kesetaraan
dan keadilan jender dapat terwujud dalam setiap proses peradilan. Kegiatan ini
xii viii
perlu disosialisasikan sebagai bahan pembelajaran (lesson learned) bagi para ha-
kim lainnya dalam upaya meningkatkan sensitivitas jender di dunia peradilan.
Dalam rangka sosialisasi tersebut, apresiasi saya sampaikan kepada Pusat Studi
Konstitusi, Hukum, dan Hak Asasi Manusia (HAM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah melakukan dokumentasi dengan baik terhadap kegiatan-kegiatan pe-
ningkatan sensitivitas jender yang dilakukan oleh Putroe Kandee Aceh, dan PSW
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Saya berharap mudah-mudahan hasil dokumen-
tasi ini dapat bermanfaat dan menjadi insipirasi bagi para hakim agama dalam
rangka meningkatkan kesetaraan dan keadilan jender dalam proses peradilan.
Semoga bermanfaat!
xiii
Daftar Isi
DAFTAR PUSTAKA 97
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN 98
BIODATA PENULIS 102
xvi
Executive Summary
I I
This is the written documentation on the Ini adalah pendokumentasian tertulis ten-
women’s empowerment programs conducted tang program pemberdayaan perempuan
by the Women’s Studies Center (Pusat Studi yang dilaksanakan oleh Pusat Studi Wanita
Wanita, PSW) of Sunan Kalijaga State Islamic (PSW) Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan
University (Universitas Islam Negeri, UIN), Kalijaga Yogyakarta dan Yayasan Putroe Kan-
Yogyakarta and Putroe Kandee Foundation, dee-Aceh dengan dukungan dari Asia Foun-
Aceh, with support from the Asia Founda- dation. Sejak tahun 2006 kedua lembaga ini
tion. Since 2006, these two institutions have secara terpisah bekerja untuk kegiatan yang
been working separately towards the same sama yaitu peningkatan sensitivitas jender
goal: upgrading the gender sensitivity of bagi para hakim dan petugas KUA melalui
judges and Marriage Registrar Officers (em- kegiatan training berjenjang dan penyebaran
ployees of the Religious Affairs Office, Kantor informasi. Peningkatan sensitivitas jender di-
Urusan Agama, KUA) through graded train- maksud adalah menumbuhkembangkan cara
ing activities and dissemination of informa- pandang dan kesadaran peserta atas realitas
tion. This gender sensitivity training involves relasi sosial lelaki dan perempuan yang pada
fostering perspectives and awareness among kenyataannya sangat dinamis, kontekstual,
the participants toward the reality of social dipengaruhi oleh dan berpengaruh kepada
relations between men and women, which aspek sosial, politik, ekonomi, budaya dan
are in fact highly dynamic and contextual, and agama, sejak di tingkat rumah tangga hingga
both influenced by and exerting influence on negara.
social, political, economic, cultural and reli-
gious aspects, from the household level to
the level of the state.
xvii
The purpose of this documentation is to Pendokumentasian ini bertujuan untuk
measure the results and impact of the pro- mengukur sejauhmana hasil dan dampak
grams for empowerment of women, as con- pemberdayaan perempuan yang diseleng-
ducted by both PSW-UIN Yogyakarta and garakan baik oleh PSW-UIN Yogyakarta mau-
Putroe Kandee, on the participants. This do- pun Putroe Kandee itu bagi para pesertanya.
cumentation was created by an independent Pendokumentasian ini dilakukan oleh lem-
research institution, Puskumham (Center for baga penelitian independen, PUSKUMHAM
Constitution, Law and Human Rights Studies, UIN Jakarta dari November 2008 sampai
Pusat Studi Konstitusi Hukum dan HAM) Februari 2009, dan berlanjut sampai Juli
of UIN Jakarta, between November 2008 2009 untuk proses konfirmasi dan publika-
and February 2009, and continuing until si. Informasi dikumpulkan dengan metode
July 2009 for the processes of confirmation penelitian lapangan di mana data diolah
and publication. Information was gathered berdasarkan hasil wawancara mendalam,
through field research methods: data was FGD serta bacaan dokumen.
processed based on the results of in-depth
interviews, Focus Discussion Groups (FGD) Cakupan wilayah pendokumentasian ini
and reading of documents. adalah Provinsi Aceh (Putroe Kandee), Su-
matera Barat dan Sulawesi Selatan (PSW
The geographical scope of this documenta- UIN). Ketiganya merupakan representasi
tion is the provinces of Aceh (Putroe Kan- dari beberapa provinsi yang dipilih sebagai
dee), West Sumatra and South Sulawesi wilayah kerja mereka.
(PSW UIN). These three provinces are repre-
sentative of the several provinces selected Sebagai metodologi dalam ilmu–ilmu sosial,
as the two institutions’ areas of activity. jender digunakan untuk membuka cara pan-
dang baru yang secara khusus digunakan
Using social science methodologies, gender untuk melihat ketimpangan akses dan kon-
is used to open up new perspectives that are trol lelaki dan perempuan terhadap sumber
then employed specifically to examine the daya. Ia bermanfaat untuk menelisik sekali-
inequalities in men’s and women’s access to gus mencari jalan keluar atas ketimpangan
and control of resources. It is useful to ques- relasi itu serta akibat yang ditimbulkannya.
tion and at the same time seek ways out of
these imbalanced relations and the impacts Dalam suatu sistem sosial yang lebih meng-
they create. utamakan peran dan kedudukan lelaki, dina-
mika relasi sosial antar lelaki dan perem-
In a social system that emphasizes the roles puan ini terbukti membuahkan sejumlah
and status of men, the dynamics of social re- ketimpangan. Ketimpangan-ketimpangan itu
lations between men and women have been dapat diukur dari tingginya kekerasan ber-
shown to produce a number of inequalities. basis prasangka jender, termarjinalkannya
These inequalities can be seen in the level peran politik dan ekonomi perempuan,
of violence based on gender prejudice, the bertambahnya beban kerja mereka baik di
political and economic marginalization of dalam maupun di luar rumah tangga, serta
women, the greater workloads for women rendahnya penghargaan kumulatif atas sta-
xviii
both within and outside the home, and the tus mereka.
low cumulative appreciation for their sta-
tus. Ketimpangan-ketimpangan itu dalam bebe-
rapa dekade ini dipersoalkan karena terbukti
Over the past few decades, these unequal memunculkan ketidakadilan yang secara
positions have become an important issue umum bermuara pada tindakan diskrimi-
because they have been shown to create in- nasi berbasis prasangka jender yang sangat
justice, which generally leads to highly detri- merugikan. Di dunia peradilan, manifestasi
mental acts of discrimination based on gen- ketimpangan itu bisa saja mewujud dalam
der prejudices. In the court system, these putusan pengadilan yang dianggap tidak
inequalities may manifest themselves in the adil yang disebabkan oleh cara pandang dan
form of court verdicts seen as unfair, which metode pengambilan keputusan yang bias
are produced by gender-biased perspectives jender.
and decision-making methods.
Karenanya, peningkatan sensitivitas jender
Therefore, upgrading gender sensitivity melalui proses edukasi dimaksudkan untuk
through educational processes is an activity peningkatan kemampuan peserta dalam
intended to raise the participants’ ability to meneropong ketimpangan akses dan kontrol
accurately perceive the imbalance between antar jenis kelamin terhadap sejumlah sum-
the sexes in access to and control of various berdaya yang terkait dengan hukum. Dalam
resources related to the law. In the context konteks kerja kedua mitra Asia Foundation
of the work of these two Asia Foundation itu, fokus pemberdayaan ini diutamakan
partners, the focus of this empowerment is kepada para aparatur yang melayani peme-
mainly on state officials who deal with gen- nuhan keadilan jender baik di KUA maupun
der justice, both in the KUA and the religious di Peradilan Agama/ Mahkamah Syar`iyah.
court system (Peradilan Agama/ Mahkamah
Syar`iyah). Secara umum, di Indonesia upaya untuk
melakukan improvisasi dan legislasi hukum
Generally speaking, continuous efforts have untuk membela kesetaraan status dan hak-
been made in Indonesia for legal improvi- hak perempuan terus menerus dilakukan.
sation and legislation to defend the rights Misalnya, pada tahun 1957 calon mahasiswi
and equal status of women. For example, as diberi kesempatan mengambil studi hukum
early as 1957 female students were granted pada Fakultas Syariah dan mempersiapkan
the opportunity to undertake legal studies mereka menjadi hakim agama Islam setara
in shariah law faculties to prepare them to dengan hakim laki-laki. Begitupun, lahirnya
become Islamic religious court judges on an Undang-undang Perkawinan, No. 1 Tahun
equal level with male judges. Likewise, se- 1974 dan Kompilasi Hukum Islam tahun
veral articles in the Marriage Law (Law No. 1991 di mana berbagai pasalnya berusaha
1 of 1974) and in the Compilation of Islamic memberi perlindungan terhadap perem-
Law (1991) try to provide some protection to puan meskipun belum sepenuhnya dapat
women, though the expectations and inten- memenuhi harapan maksimal. Dengan ala-
tions have not been entirely fulfilled. For this san ini, belakangan produk-produk hukum
xix
reason, demands have recently emerged for tersebut dituntut untuk terus diperbarui
continuing revision and refinement of these agar mampu merespon berbagai perubahan
legal products so that they will respond to sosial yang muncul yang berdampak pada
the many social changes that have occurred perubahan relasi perempuan dan laki-laki,
and have affected the dynamic relations bet- yang pada kenyataannya tak statis.
ween women and men.
Upaya-upaya ini dianggap urgen, khususnya
These efforts are considered urgent, particu- ketika berbagai produk hukum dan kultur
larly so because many of the legal products, hukum di Indonesia dipersoalkan karena
and the legal culture, in Indonesia are seen dianggap tidak selalu mencerminkan relasi
as causing problems because they do not jender yang dibutuhkan untuk menempat-
always reflect the gender relations needed kan perempuan pada posisi yang lebih adil
to place women in a fairer position in con- dalam situasi yang terus berubah. Sembari
tinually changing situations. While awaiting menanti upaya amandemen ataupun judi-
amendment or judicial review of the most cial review terhadap sejumlah peraturan
problematic laws and regulations, changing perundang-undangan yang dipersoalkan,
the perspective of judges through a series perubahan cara pandang hakim melalui se-
of trainings to upgrade gender sensitivity is rangkaian pelatihan peningkatan sensitivitas
seen as both a breakthrough and a highly jender ini dianggap dapat menjadi tero-
strategic choice. bosan dan pilihan strategis.
Through this strategy of education, religious Melalui strategi edukasi ini, hakim agama
court judges gain a broader perspective, mendapatkan wawasan tambahan yang
which, it is hoped, they can use when facing diharapkan dapat digunakan untuk meng-
the gender injustice that arises in nearly all hadapi situasi ketidakadilan jender di ham-
types of legal situations. Armed with this pir segala ranah hukum. Dengan berbekal
new perspective, religious court judges are perspektif semacam itu, hakim agama ter-
legitimized and motivated to employ ijtihad legitimasi dan termotivasi untuk melakukan
in interpreting the texts of laws and regula- ijtihad menafsirkan teks-teks perundang-
tions that contain injustice and bias, or even undangan yang mengandung bias ketidak-
to go further, beyond legal texts, to discover adilan, atau malah pergi lebih jauh ke balik
the essence of justice. teks hukum (beyond legal texts) untuk me-
nemukan inti keadilan di sana.
II
II
The report is divided into five chapters. The
first chapter describes the background to Laporan ini terbagi ke dalam lima bab. Bab
the activities documented herein and the pertama menguraikan tentang latar be-
methodology used, together with extensive lakang kegiatan pendokumentasian ini dan
descriptive information on the actual condi- metodologi yang digunakan serta uraian in-
tions of the Religious Court system in Indo- formasi yang cukup lengkap tentang kondisi
nesia and the background to the expansion faktual Peradilan Agama di Indonesia serta
xx
of jurisdiction of the Religious Courts, par- latar belakang perluasan yurisdiksi Peradilan
ticularly in Aceh. Agama terutama di Aceh.
The second chapter describes the scope Pada bab kedua, dijelaskan cakupan per-
of the issues being documented, while the soalan-persoalan yang didokumentasikan,
third chapter describes the implementa- sementara bab ketiga menguraikan tentang
tion of the activities conducted by the two pelaksaan kegiatan yang diselenggarakan
institutions. Since the background of gen- kedua lembaga tersebut. Mengingat latar
der problems differs between the three re- belakang persoalan jender yang ditemui di
gions, these two chapters describe aspects tiga wilayah itu berbeda, maka dalam kedua
related to the educational process, such as bab ini dijelaskan tentang aspek-aspek yang
curricular scope, methodologies developed, terkait dengan proses edukasi itu seperti
the role of facilitators, support from local or- cakupan kurikulum, metodologi yang dikem-
ganizing committees, and the impact of the bangkan, peran fasilitator, dukungan kepa-
programs’ implementation. These chapters nitiaan lokal serta dampak kemanfaatan
also contain opinions from the informants, program. Dalam bab-bab ini akan dijumpai
gleaned from both the FGD and the in-depth kutipan-kutipan pendapat para informan se-
interviews, on the implementation and the bagaimana terkumpul baik dari FGD maupun
benefits of these activities for them. wawancara mendalam tentang pelaksanaan
dan manfaat kegiatan ini untuk mereka.
The fourth chapter is the core of the report.
It contains nine themes that are the key crite- Bab keempat merupakan inti dari laporan
ria used to measure the gender sensitivity of ini. Di dalamnya dimuat sembilan tema yang
religious court judges in facing these issues. merupakan batu uji sejauhmana sensitivitas
Gender analysis is included so that it can be jender para hakim agama dalam mengha-
used as a benchmark or a guideline to mea- dapi persoalan-persoalan tersebut. Analisis
sure gender sensitivity. The themes selected jender disertakan agar dapat digunakan se-
are ones that are considered most crucial in bagai patokan/panduan untuk mengukur
connection with possible gender bias in the sensitivitas jender dimaksud. Tema-tema
adjudication process in the religious courts yang dipilih ini merupakan tema-tema yang
or mahkamah syar’iyah. These themes are: dianggap paling krusial terkait dengan ke-
(1) Marriage, including the issues of Wali Ni- mungkinan adanya bias jender dalam proses
kah (male relative/guardian for bride), Mar- ajudikasi di pengadilan agama/mahkamah
riage Registration, and Isbat Nikah (marriage syar’iyah. Tema-tema itu adalah: (1) Pernika-
[re]confirmation); (2) Divorce; (3) Domestic han yang meliputi isu Wali Nikah, Pencatatan
Violence and Reasons for Divorce; (4) Mut’ah Pernikahan dan Itsbat Nikah; (2) Perceraian;
(alimony) and Nafkah Iddah (support during (3) KDRT dan Alasan Perceraian; (4) Mut’ah
period immediately following divorce when dan Nafkah ‘Iddah; (5) Pemeliharaan Anak;
ex-wife is not permitted to marry); (5) Child (6) Pembagian Harta Bersama; (7) Poligami;
Rearing; (6) Division of Marital Property; (7) (8) Kewarisan; dan (9) Khalwat, perkara khu-
Polygamy; (8) Inheritance; and (9) Khalwat sus yang menjadi kewenangan Mahkamah
(close proximity between different sexes Syar`iyah di Aceh.
xxi
who have no kin or spousal relationship), a Bab kelima berisi kesimpulan yang menyaji-
case that exclusively falls under the autho- kan analisis dan rekomendasi dari tim penu-
rity of the Mahkamah Syar`iyah in Aceh. lis tentang kelanjutan program penguatan
sensitivitas jender bagi para aparat penegak
The fifth chapter contains conclusions and hukum serta pihak-pihak yang dapat men-
presents the analysis and recommendations dukung kegiatan ini seperti lembaga donor
from the team of writers on further steps for dan pemerintah.
programs to strengthen gender sensitivity in
law enforcement officials and parties that III
could support these activities, such as donor
agencies and governments. Berdasarkan pengalaman Putroe Kandee
dan Pusat Studi Wanita tercatat beberapa
III catatan pembelajaran mulai dari (i) alokasi
waktu; (ii) strategi pendekatan dan rekrut-
The experiences of Putroe Kandee and the men narasumber; (iii) penentuan wilayah
Women’s Studies Center (PSW) have pro- sasaran; hingga (iv) cakupan kurikulum, se-
duced a number of important lessons re- bagai berikut:
garding (1) time allocation; (2) strategies for
approaching and recruiting resource people; 1. Untuk menumbuhkan pemahaman ten-
and (3) determining target regions; and tang jender dibutuhkan waktu, tenaga,
scope of curriculum. The following are some dan usaha yang tidak sedikit. Satu hal
of the specific findings: yang secara signifikan berpengaruh
pada keberhasilan kegiatan ini adalah
1. Fostering a proper understanding of curahan waktu dan intensitas perjumpa-
gender takes time, energy, and no little an pemikiran antara peserta dan fasilita-
effort. One aspect that significantly af- tor/narasumber. Pendokumentasian ini
fects the success of these activities is the mencatat bahwa jarang sekali peserta
great amount of time and the intensity of mampu menyerap seluruh konsep jen-
intellectual interaction between the par- der secara utuh hanya dari satu kali ke-
ticipants and the facilitators. Participants giatan training dengan waktu terbatas
are very rarely able to fully absorb all the 4-5 hari. Oleh karena itu, baik PSW mau-
concepts of gender from a single training pun Putroe Kandee merancang program
program limited to only four or five days. pelatihan ini minimal untuk 2-6 kali per-
Therefore, both PSW and Putroe Kandee temuan meliputi training tingkat dasar,
design their training programs to include training tingkat lanjutan, diskusi-diskusi
at least two to six meetings, including tematik, pertemuan monitoring dan pe-
basic-level training, advanced train- nyebaran informasi melalui media
ing, thematic discussions, monitoring 2. Upaya untuk meningkatkan wacana,
meetings, and dissemination of informa- pemahaman dan kesadaran peserta
tion through the media. tentang sensitivitas jender membutuh-
2. Efforts to build discourse and enhance kan strategi pendekatan dan rekrutmen
participants’ understanding and aware- narasumber yang secara matang diper-
xxii
ness of gender sensitivity require a care- hitungkan agar tak memunculkan resis-
fully thought-out strategy for approach tensi atau penolakan yang tidak perlu.
to and recruitment of resource persons, Kedua lembaga ini mendemonstrasikan
in order to avoid unnecessary resistance strategi pendekatan dan proses pembe-
or rejection. To prevent resistance when lajaran yang diarahkan oleh fasilitator
discussing religious issues that can con- dan narasumber terpilih sesuai dengan
tribute to the construction of gender kebutuhannya. Untuk menghindari re-
roles, the two organizing institutions sistensi dalam pembahasan isu agama
have brought in resource persons with sebagai salah satu unsur yang meng-
strong expertise in their fields. These konstruksikan peran jender, kedua lem-
resource people are then able to explain baga ini menghadirkan narasumber yang
the meaning, definition and functions of sangat handal dalam bidangnya untuk
gender and to relate this to tafsir (the menjelaskan makna pengertian dan
science of textual interpretation) and fungsi jender serta menghubungkannya
usul fikh (principles of Islamic jurispru- dengan ilmu tafsir dan usul fikih. Lebih
dence). Furthermore, the resource per- dari itu, para narasumber dan fasilitator
sons and facilitators also manage the juga mengelola kelas dengan metode
classes using interactive “active learning” pembelajaran aktif-interaktif yang me-
methods that make maximum use of manfaatkan semaksimal mungkin bera-
various media and teaching aids. gam media dan alat bantu belajar.
3. Putroe Kandee was lucky to have a rela- 3. Putroe Kandee diuntungkan oleh pi-
tively homogeneous region whose cul- lihan wilayah yang relatif homogen
ture Putroe Kandee knows extremely yang secara kebudayaan sangat dikenali
well. This certainly made it easier for oleh Putroe Kandee. Bagaimanapun, ini
Putroe Kandee to become involved with memudahkan Putroe Kandee untuk
and approach participants, thereby re- masuk dan mendekati peserta sehinga
ducing unnecessary resistance. PSW, in dapat mengurangi resistensi yang tidak
contrast, worked in many regions, in- perlu. PSW sebaliknya bekerja di ba-
cluding two in West Sumatra and South nyak wilayah, termasuk dua di Suma-
Sulawesi. As “outsiders,” PSW had to tera Barat dan Sulawesi Selatan. Sebagai
work extra hard to gain participants’ ”orang luar”, PSW harus bekerja lebih
trust. Nevertheless, both Putroe Kandee keras untuk membangun kepercayaan
and PSW worked based on mandates peserta. Namun begitu, baik Putroe Kan-
from the Directorate of Religious Courts dee maupun PSW bekerja berdasarkan
under the Supreme Court and from the mandat baik dari Direktorat Peradilan
provincial-level Religious Courts/Mahka- Agama di Mahkamah Agung maupun
mah Syar’iyah, which also took respon- Pengadilan Agama/Mahkamah Syari’yah
sibility for the activities, thereby giving tingkat Provinsi yang juga berperan se-
them strong legitimacy. bagai penanggung jawab dari kegiatan
ini sehingga kegiatan mereka mendapat-
kan legitimasi yang kuat.
xxiii
4. Differences in curriculum content bet- 4. Perbedaan konten kurikulum antara
ween Putroe Kandee and PSW arose Putroe Kandee dan PSW pada umum-
mainly from different identification of nya disebabkan oleh perbedaan identi-
problems as perceived by the two insti- fikasi persoalan yang dilihat oleh kedua
tutions in their respective regions. Pu- lembaga itu di masing-masing daerah.
troe Kandee started from legal problems Putroe Kandee berangkat dari persoa-
and their implications for women in the lan hukum dan implikasinya terhadap
wake of the tsunami and the conflict. In perempuan pasca tsunami dan konflik.
terms of curriculum scope, Putroe Kan- Dari segi cakupan kurikulum Putroe Kan-
dee concentrated on the methodology dee berkonsentrasi pada metodologi
for reading classical texts using a gender pembacaan teks klasik dengan perspek-
perspective and on enabling judges to tif jender dan memampukan hakim un-
undertake legal improvisation on the is- tuk melakukan improvisasi hukum atas
sues of gender inequality that they face persoalan-persoalan ketimpangan jen-
in court every day. Although the scope der yang dihadapi hakim sehari-hari di
of gender issues is very broad, Putroe pengadilan. Walaupun cakupan isu jen-
Kandee did not stray far from these ba- der pada kenyataannya sangatlah luas,
sic issues. As a result, knowledge regard- Putroe Kandee tak melangkah jauh dari
ing other gender issues remains quite isu-isu itu. Akibatnya, pengetahuan lain
limited. Putroe Kandee’s curriculum also terkait isu jender sangat terbatas. Kuri-
did not systematically target issues that kulum Putroe Kandee juga tak menyasar
might require participants to change at- secara sistematis pada isu-isu yang dapat
titudes and behaviors on a personal le- menggugah peserta melakukan peru-
vel, though eventually the effects of the bahan sikap di tingkat pribadi, meskipun
training did have significant implications pada akhirnya cukup banyak efek pela-
in this direction. tihan yang berimplikasi ke arah itu.
PSW, in contrast, introduced gender issues PSW, di lain pihak memperkenalkan isu-isu
more comprehensively, including topics jender secara komprehensif, termasuk hal-
aimed specifically at challenging the partici- hal yang ditujukan untuk menggugah kesa-
pants’ awareness and personal attitudes, for daran dan sikap personal pesertanya, an-
example regarding reproductive health is- tara lain melalui isu kesehatan reproduksi.
sues. Participants were also equipped with Peserta juga dibekali keterampilan teknik
advocacy techniques and skills to struggle advokasi untuk memperjuangkan hak-hak
for women’s rights. At a fundamental level, perempuan. PSW pada dasarnya berangkat
PSW began from the problems of gender in- dari persoalan ketimpangan jender seba-
equality generally identified in both West Su- gaimana teridentifikasi secara umum baik di
matra and South Sulawesi. However, PSW’s Sumatera Barat maupun Sulawesi Selatan.
trainings were also designed to respond to Namun training PSW juga dirancang untuk
local issues when and as they arose, even merespon isu-isu lokal manakala isu-isu itu
if these themes were not specifically for- muncul ke permukaan meskipun tema-tema
mulated in the curriculum, for example by dimaksud tak secara spesifik dirumuskan
xxiv
analyzing themes directly faced by judges dalam kurikulum, seperti membedah tema-
in connection with cases in court. From this tema yang secara langsung dihadapi hakim
perspective, the material offered by PSW terkait dengan isu di pengadilan. Dari sisi ini
was far richer and more varied, while Putroe materi yang ditawarkan PSW jauh lebih kaya
Kandee’s was limited but in-depth. dan beragam, sementara Putro Kandee ter-
batas namun mendalam.
IV
IV
Based on the experiences of these two insti-
tutions, this documentation makes recom- Didasarkan dari pengalaman kedua lembaga
mendations for further action to various in- itu, pendokumentasian ini merekomendasi-
stitutions regarding various different issues, kan kepada lembaga yang berbeda-beda un-
as follows: tuk persoalan yang juga berbeda yang meru-
pakan rekomendasi untuk tindak lanjut:
For the executing institutions (PSW UIN and
Yayasan Putroe Kandee) and other similar Bagi lembaga Penyelenggara (PSW UIN dan
institutions: Yayasan Putroe Kandee) dan Lembaga lain
yang sejenis:
• Activities should be undergo follow-up
monitoring in a more specifically-pro- • Pemantauan secara lebih terprogram
grammed way, so that what has been tindak lanjut kegiatan, sehingga apa
sown, particularly with regard to gender yang sudah disemaikan, terutama yang
sensitivity, can be further cultivated and berkenaan dengan gender sensitivity
implemented in the adjudication pro- dapat terus ditumbuhkan dan diimple-
cess. mentasikan dalam proses ajudikasi.
• These organizations should formulate of • Penyusunan instrumen-instrumen kese-
more practical instruments for gender taraan dan keadilan jender yang lebih
equality and justice that can be used in praktis sehingga dapat digunakan dalam
the adjudication process in the courts. It proses ajudikasi di pengadilan. Cara ini
is hoped that this method will become diharapkan dapat menjadi blueprint
a blueprint that will serve as a refer- yang akan menjadi rujukan bagi lembaga
ence for other institutions in developing sejenis dalam mengembangkan training
similar training on gender sensitivity and gender sensitivity dan training analisis
gender analysis. jender serupa.
For policy-making institutions (central and Bagi Lembaga Pemegang Kebijakan (Peme-
local governments): rintah Pusat dan Daerah):
xxviii
1
Pendahuluan
1
Pendahuluan
B
A. PENGANTAR
Melampaui sangkaan orang yang kerap menganggap bahwa relasi jender itu ter-
batas di lingkup rumah tangga, pada kenyataannya dinamika sosial antar jenis
kelamin itu merambah ke berbagai aspek kehidupan dan dalam tingkatan yang
berbeda-beda mulai pada tingkatan keluarga, masyarakat, negara hingga tatanan
masyarakat global.
Masalahnya, dalam suatu sistem sosial yang lebih mengutamakan peran dan
kedudukan lelaki, dinamika relasi sosial antar lelaki dan perempuan ini terbukti
membuahkan sejumlah ketimpangan. Ketimpangan-ketimpangan itu dapat dike-
nal dan diukur dari tingginya kekerasan berbasis prasangka jender, marjinalnya
peran politik dan ekonomi perempuan, bertambahnya beban kerja di dalam dan
DEMI KEADILAN DAN KESETARAAN
di luar rumah tangga, serta rendahnya peng- Yogyakarta. Untuk Putroe Kandee pendoku-
hargaan kumulatif atas status mereka. Ke- mentasian ini hanya meliputi Aceh karena
timpangan-ketimpangan itu dalam beberapa Putroe Kandee hanya bekerja di wilayah ini.
dekade ini dipersoalkan karena terbukti me- Sementara untuk PSW UIN Yogyakarta, pen-
munculkan ketidakadilan yang secara umum dokumentasian ini secara purposif memilih
disebabkan oleh tindakan diskriminasi ber- Sumatera Barat dan Sulawesi Selatan.
basis prasangka jender.
Meskipun tidak seintensif di Aceh, penga- kat (PKPM). Untuk memastikan kesamaan
matan serupa juga dilakukan PUSKUMHAM pemahaman para penelitinya, PUSKUM-
di wilayah-wilayah lain. Pengamatan ini ter- HAM melakukan workshop kerangka desain
kait dengan semakin meluasnya gagasan operasional penelitian dan teknik penggu-
gender mainstreaming yang diintroduksikan naan perangkat penelitian. Satu aktivitas
oleh Kantor Pemberdayaan Perempuan seb- tambahan dilakukan berupa penyamaan
agai policy pemerintah berdasarkan Inpres persepsi tentang konsep dasar jender serta
Nomor 9 Tahun 2000 tentang PUG (Pengarus kekerasan berbasis jender melalui kegiatan
utamaan Jender). Reaksi para hakim yang inhouse training bagi para peneliti.
pro-kontra atau optimis dan skeptis atas
adanya gagasan gender mainstreaming ini Secara lebih spesifik tujuan pendokumenta-
dianggap penting untuk diamati, dicatat dan sian ini adalah:
didokumentasikan, terutama karena dam-
1. Merekam pengalaman hakim agama
paknya yang sangat langsung kepada keluar-
dalam berbagai proses penguatan sensi-
ga melalui lembaga peradilan. Dalam pelak-
tivitas jender pada sektor penegakan ke-
sanannya, penelitian lapangan ini didukung
adilan dan perlindungan hak-hak perem-
oleh peneliti lokal dari lembaga penelitian
puan di beberapa kota yang berbeda.
setempat. Di Aceh, PUSKUMHAM dibantu
oleh Pusat Kajian Pendidikan dan Masyara- 2. Mengidentifikasi bukan hanya sejauh-
mana sensitivitas jender aparat penegak
Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang hukum telah terbentuk melalui proses
Pengarusutamaan Jender dalam Pembangunan
pelatihan yang telah diselenggarakan,
Nasional dan Keputusan Menteri Dalam Neg-
eri, Nomor 132 Tahun 2003 tentang Pedoman tetapi juga mendeteksi dampak pelati-
Umum Pelaksanaan PUG dalam Pembangunan han dalam setiap proses ajudikasi yang
Daerah. dilakukan oleh mereka.
PENDAHULUAN
3. Menjadi sarana yang mampu membang- kepada lembaga penyelenggara yaitu PSW
kitkan kesadaran dan sensitivitas jender UIN Yogyakarta, Putroe Kandee dan Asia
para hakim agama yang belum mengikuti Foundation untuk penulisan draf akhir.
pelatihan di wilayah lainnya di Indone-
sia.
4. Menjadi referensi bagi masyarakat luas, D. PENGUMPULAN DAN PENYA-
utamanya perempuan, yang mengharap- JIAN DATA
kan keadilan dan perlindungan atas hak-
hak mereka. Dokumentasi ini menjadi 1. Kegiatan FGD, Interview dan Observasi
bukti untuk membangun keyakinan di Data awal dikumpulkan melalui bacaan
kalangan kaum perempuan bahwa ide dokumentasi berupa makalah, transkripsi
kesetaraan jender mendapat dukungan rekaman proses pelatihan yang didokumen-
riel dari sektor peradilan. tasikan dengan baik oleh PSW dan Putroe
Kandee. Selain itu, dilakukan in-depth in-
5. Menjadi acuan atau titik tolak bagi pi-
terview dengan key informants terpilih dan
hak-pihak terkait yang akan melakukan
observasi di lapangan. Untuk mengantarkan
perencanaan program pelatihan pening-
pada pandangan umum peserta, informasi
katan kualitas hakim, khususnya dalam
digali melalui Focus Group Discussion (FGD)
rangka memantapkan kemampuan sen-
yang berlangsung serempak di tiga lokasi
sitivitas jender setiap hakim.
pada 29 November 2009. Sejumlah perta-
nyaan dipersiapkan dan secara konsisten
Untuk mewujudkan tujuan di atas, pendo- diajukan kepada para peserta FGD di tiga
kumentasian ini dilakukan dengan meng- wilayah penelitian terpilih.
gunakan metode penelitian kualitatif. Un-
tuk maksud yang lebih spesifik, digunakan FGD Aceh diikuti sembilan orang hakim
model evaluasi goal oriented untuk melihat Mahkamah Syar’iyah sebagian diantaranya
kesesuaian hasil dan dampak pelaksanaan hakim perempuan. Para hakim ini bertugas
program dengan tujuan yang telah diren- di Mahkamah Syar’iyah Provinsi NAD, Banda
canakan. Untuk mendapatkan informasi Aceh, Jantho, Sigli, Lhokseumawe, Langsa,
tersebut, digunakan pendekatan partisipatif Blang Keujeren dan Tapak Tuan. FGD Suma-
(participatory approach) yang menekankan tera Barat diikuti tujuh orang hakim, yang
pada 2 (dua) aspek, yakni internal actors satu di antaranya perempuan. Mereka ber-
(melibatkan para pelaksana program pelati- tugas di lima Pengadilan Agama Sumatera
han) dan external actors (melibatkan kelom- Barat dan Pengadilan Tinggi Agama Suma-
pok-kelompok lain di luar pelaksana yaitu tera Barat. Sementara di Sulawesi Selatan,
peserta pelatihan/stakeholders). FGD diikuti tujuh hakim agama dua, di an-
taranya perempuan. Mereka berasal dari
Tahapan pendokumentasian dimulai dari pe- Kantor Pengadilan Agama Makassar, Takalar,
rumusan konsep, studi dokumentasi, turun Pinrang, Watampone, Sengkang, Barru, dan
ke lapangan, workshop konsolidasi temuan Sungguminasa.
lapangan, uji ulang hasil temuan lapangan,
hingga cek silang informasi dan konfirmasi Selain menggali informasi tentang penye-
DEMI KEADILAN DAN KESETARAAN
Observasi dilakukan para peneliti dengan
Pertanyaan yang menyaksikan beberapa hakim terpilih ke-
diajukan dalam tika beraksi di persidangan. Sangat disadari
bahwa persidangan pada umumnya meru-
wawancara mendalam
pakan sidang tertutup. Oleh karena itu, ob-
lebih spesifik pada servasi dilakukan setelah majelis meminta
respon personal mereka persetujuan para pihak. Seusai persidangan,
atas program training para peneliti melakukan wawancara ulang
ini serta pengalaman dengan para pihak untuk mengetahui se-
berapa jauh tingkat kepuasan mereka atas
mereka sehari-hari di
hasil sidang. Demikian pula, wawancara di-
pengadilan. lakukan dengan hakim dan anggota mejelis-
nya untuk mengetahui pandangan mereka
lenggaraan training, FGD juga mengum- atas perkara yang sedang mereka tangani
pulkan cerita-cerita anekdotal bagaimana itu. Dalam kerangka observasi ini pula, para
training itu berpengaruh baik secara kognitif peneliti melakukan kajian atas dokumentasi
maupun afektif (sikap). Terkait dengan pe- putusan-putusan hakim. Cek silang temuan
nyelenggaraan training, FGD ini mengum- dari lapangan dilakukan para peneliti den-
pulkan informasi soal cakupan kurikulum, gan pihak penyelenggara yaitu PSW UIN dan
kualitas narasumber fasilitator dari perspek- Putroe Kandee serta Asia Foundation.
tif peserta, serta alur training, pengorga-
nisasian kegiatan dan referensi yang dise- 2. Penyajian Data Dokumentasi
diakan. Buku ini disajikan dengan sistimatika standar.
Berangkat dari pendahuluan yang menjelas-
Setelah FGD, penggalian informasi dilan- kan tentang konteks pendokumentasian ini
jutkan melalui in-depth intervew. Sejumlah serta latar belakangnya, buku ini berakhir di
peserta FGD dihubungi ulang untuk proses catatan refleksi. Pada bagian inti diuraikan
ini. Di Aceh interview dilakukan kepada lima tentang aktivitas sensitivitas jender seba-
orang hakim, dua diantaranya perempuan. gai media pembelajaran hakim. Menyadari
Sementara di Sumatera Barat dan Sulawesi bahwa karena konteks dan pendekatan yang
Selatan wawancara mendalam dilakukan dilakukan kedua lembaga ini berbeda, maka
masing-masing dengan tiga orang hakim pendokumentasian ini disajikan secara ter-
yang salah satu dari mereka perempuan. pisah tanpa upaya membandingkan baik
Pertanyaan yang diajukan dalam wawancara persamaan maupun perbedaannya. Catatan
mendalam lebih spesifik pada respon per- Refleksi di bagian akhir menyimpulkan hasil
sonal mereka atas program training ini serta temuan serta rekomendasi dari PUSKUM-
pengalaman mereka sehari-hari di peng- HAM yang pada intinya menekankan pada
adilan. manfaat lanjutan dari kegiatan serupa. [*]
PENDAHULUAN
10
DEMI KEADILAN DAN KESETARAAN
2
Sensitivitas Jender:
Sebuah Proses Pembelajaran
2
Sensitivitas Jender:
Sebuah Proses
Pembelajaran
P
FOUNDATION
13
sensitivitas jender: SEBUAH PROSES PEMBELAJARAN
Foundation. Dilihat dari segi jumlah dan Islam provinsi. Dari kalangan akademisi, Pu-
kapasitasnya, PSW telah sangat memadai troe Kandee mengundang dosen-dosen dari
untuk menyelenggarakan kegiatan ini secara IAIN Ar –Raniry, sementara dari kalangan
mandiri. PSW juga telah memproduksi mo- Mahkamah Syar’iyah di Aceh, Putroe Kan-
dul sehingga seluruh alur kegiatan pelatihan dee melibatkan Ketua Mahkamah Syar’iyah
senantiasa berpedoman pada modul terse- Provinsi. Dan terkait dengan isu pember-
but. Alur pelatihan PSW yang relatif stabil se- dayaan perempuan, Putroe Kandee kerap
bagaimana tertuang dalam modul itu sangat menghadirkan aktivis lokal seperti MiSPI
membantu fasilitator PSW UIN Yogyakarta (Mitra Sejati Perempuan).
maupun PSW UIN/IAIN lokal untuk bekerja
dalam mekanisme tandem seperti itu. 5. Legitimasi Pusat
Asia Foundation dan para mitranya senantia-
4. Pemanfaatan Sumber Daya sa mengkonsultasikan programnya dengan
Asia Foundation sangat mendorong mi- lembaga terkait dalam struktur yang lebih
tranya untuk memanfaatkan sumberdaya tinggi. Konsultasi ini berlangsung hingga ke
setempat tanpa mengurangi kualitas bidang tingkat pelaksanaan pelatihan. Pelatihan
yang dibutuhkannya. yang diselenggarakan PSW maupun Putroe
Kandee dengan penuh mendapatkan duku-
Pelibatan narasumber lokal dilakukan PSW ngan dari Mahkamah Agung dan Departe-
UIN Yogyakarta dengan mengundang nara- men Agama Pusat. Pelatihan-pelatihan itu
sumber baik dari lingkungan Peradilan umumnya dihadiri oleh Direktur Badan Pera-
Agama maupun dari Departemen Agama dilan Agama, Drs. Wahyu Widiana M.A., atau
tingkat provinsi. Mereka juga mengundang Direktur Bimas Islam Prof. Dr. Nasaruddin
narasumber tingkat nasional yang diang- Umar. Bahkan, Direktur Badilag juga mengi-
gap memiliki relasi dengan konteks lokal. rimkan undangan langsung kepada kepala
Sebagai lembaga akademis, PSW meman- PA untuk hadir dalam kegiatan training yang
faatkan narasumber internal yang sangat diselenggarakan PSW. Beberapa narasumber
handal dalam kajian studi jender. Dan untuk dari Mahkamah Agung yang menjadi langga-
memastikan bahwa upaya sensitivitas jen- nan dalam kegiatan Putroe Kandee adalah
der ini terkait dengan isu–isu yang relevan Drs. Taufik M.A., Drs. Mukhtar Zamzami SH
dengan pemberdayaan perempuan, mereka dan Dr. Supandi SH, M. Hum.
mengundang beberapa aktivis dari Yogya-
karta seperti dari WCC Rifka Annisa dan PKBI
Yogyakarta. B. STRATEGI DAN PENDEKATAN
YAYASAN PUTROE KANDEE
Dalam konteks Aceh, Putroe Kandee senan-
tiasa melibatkan narasumber setempat se- 1. Profil Lembaga
perti dari lingkungan Kanwil Depag Provinsi Yayasan Putroe Kandee yang artinya Perem-
NAD, dan jaringan ulama dayah, termasuk puan Penerang didirikan pada 1990 oleh se-
ketika membahas isu lokal seperti penera- kumpulan anggota majelis taklim di Banda
pan Qanun Nomor 12, 13, dan 14, dengan Aceh yang dipimpin Ibu Rosmawardani SH.
mengundang mantan Ketua Dinas Syariat Pada awalnya mereka merasa sangat priha-
14
DEMI KEADILAN DAN KESETARAAN
tin atas nasib para korban konflik dan beru- korban. Selain dengan Asia Foundation, Pu-
saha membantunya dengan membagikan troe Kandee membina kemitraan dengan
sembako atau pengobatan gratis secara lembaga dana yang bekerja di Aceh seperti
berkala selepas pengajian mingguan. UNIFEM, DFID/ World Bank, Royal Nether-
lands Embassy (RNE), termasuk dengan
Ketika tsunami menerjang Aceh pada 26 De- BRR.
sember 2004, kantor Yayasan Putroe Kandee
yang terletak di Jalan Teungku Daud Beu-
reueh termasuk yang luluh lantak. Sebagai Para hakim yang
pengurus yayasan yang juga hakim agama, selamat melihat
Ibu Rosmawardani (biasa disapa “Ibu Ros”) berbagai persoalan
banyak didatangi keluarga korban untuk hukum yang timbul
konsultasi hukum.
pasca tsunami.
Ibu Ros dan para hakim yang selamat meli- Sebagian besar
hat berbagai persoalan hukum yang timbul persoalan itu sangat
pasca tsunami. Sebagian besar persoalan terkait dengan hak-
itu sangat terkait dengan hak-hak kaum hak kaum perempuan.
perempuan. Di luar isu-isu yang biasa mere-
ka tangani seperti warisan, perwalian anak,
harta bersama, Mahkamah Syar’iyah harus 2. Pendekatan
berhadapan dengan persoalan hukum yang Seperti diketahui Putroe Kandee hanya beker-
jarang mereka jumpai sebelumnya seperti ja di satu wilayah yaitu Provinsi Nanggroe
pergeseran batas tanah, hutang piutang, Aceh Darussalam (NAD). Sampai saat ini keg-
deposito, asuransi, pegadaian dan lain-lain. iatan penguatan para hakim telah dilakukan
Menyadari bahwa dalam kondisi darurat itu secara intensif selama 2 tahun. Dalam pelak-
dibutuhkan lembaga yang lebih responsif sanaannya, Putroe Kandee melakukan ker-
dan fleksibel, maka Ibu Ros dan beberapa jasama dengan institusi penerima manfaat
pengurus Yayasan Putroe Kandee melaku- yaitu Mahkamah Syar’iyah NAD yang meli-
kan kegiatan yang dimaksudkan untuk men- batkan seluruh kantor Mahkamah Syar’iyah
cari jawaban atas berbagai persoalan hukum dari 23 kabupaten/kota. Keterlibatan peserta
yang timbul. Mereka mulai dengan mendata tersebut, berlangsung secara terus menerus
persoalan-persoalan yang dinilai sangat dan bertingkat-tingkat, mulai dari pelatihan
mendesak untuk diselesaikan terkait dengan tingkat dasar, pelatihan tingkat pendalaman,
kepastian hukum bagi perempuan dan anak- kegiatan sosialisasi publik, pertemuan evalu-
anak pasca tsunami. asi dan monitoring berkala, serta kunjungan
lapangan dari Putroe Kandee untuk diskusi
Atas dasar identifikasi itu, Putroe Kandee tematik. Keterlibatan peserta yang sangat in-
15 kemudian lebih memfokuskan perhatiannya tensif ini tidak hanya terjadi pada saat pelak-
pada kegiatan penguatan sensitivitas jender sanaan program tetapi juga dalam program
para hakim baik melalui kegiatan training, lain yang dikembangkan Putroe Kandee de-
penelitian dan kajian serta pendampingan ngan donor lain.
15
sensitivitas jender: SEBUAH PROSES PEMBELAJARAN
Putroe Kandee lebih difokuskan pada kon-
teks dan kebutuhan lokalnya.
23
sensitivitas jender: SEBUAH PROSES PEMBELAJARAN
24
DEMI KEADILAN DAN KESETARAAN
3
Pelaksanaan Training
Sensitivitas Jender bagi Hakim
3
Pelaksanaan
Training
Sensitivitas Jender
bagi Hakim
P
erubahan kesadaran, perilaku, dan sikap peserta training terhadap
isu kesetaraan jender diharapkan terjadi pasca pelatihan. Harapan
ini dicanangkan baik oleh para pelaksana kegiatan maupun pendu-
kung programnya. Pendokumentasian ini mencatat bahwa apa yang
dicanangkan itu membuahkan hasil yang tidak sedikit. Ini bisa dilihat
dari meningkatnya pengetahuan teoritis para hakim, meluasnya perbincangan
tentang tema ini di kalangan mereka, serta-secara relatif-tumbuhnya minat un-
tuk menerapkan kesadaran itu pada tingkat legal praksis dalam kapasitas sebagai
aparat penegak hukum.
A. PELAKSANAAN TRAINING
YAYASAN PUTROE KANDEE
ACEH
Gambar 6
Proses training yang
diselenggarakan oleh
Putroe Kandee, Aceh
34
DEMI KEADILAN DAN KESETARAAN
hadap hak dan martabat manusia, sesuatu Narasumber dan fasilitator juga mengambil
yang dengan nyata pernah mereka lihat atau contoh lokal Indonesia, seperti aturan ten-
mereka alami di masa konflik. tang pembacaan perjanjian perkawinan atau
talik talaq, pembagian harta bersama (gono
Cara lain yang digunakan adalah mengang- gini/ hareuta seharkat) yang tidak dikenali
kat contoh-contoh kasus yang terkait de- dalam fikih klasik serta upaya-upaya lain
ngan metodologi pembacaan teks, seperti dari ulama-ulama Nusantara dalam melaku-
yang dilakukan K.H Husein Muhammad. Ia kan kontekstualisasi atau pribumisasi fikih.
menyajikan sejumlah contoh yang hampir
sama yaitu bagaimana ulama-ulama klasik Hal yang ditekankan dari proses ini adalah
melakukan ijtihad dalam bidang hukum bagaimana inovasi di bidang hukum itu
(fikih). Dan contoh-contoh yang diambil tak dijelaskan dari sisi metodologinya dengan
terbatas pada peristiwa di masa lampau di menggunakan prinsip-prinsip kerja teori
zaman Nabi dan Sahabat tetapi juga di masa ilmu ushul fikih untuk membaca ketidak-
lampau para ulama Nusantara. Misalnya, adilan jender atau membangun pandangan
contoh yang diambil dari konsep waris Prof. yang lebih adil.
Hazairin seorang guru besar hukum Islam
dari Universitas Indonesia yang telah me- Peserta umumnya mengapresiasi cara kerja
letakkan hak anak perempuan dan laki-laki para narasumber dalam mendemonstrasi-
secara seimbang dengan menimbang peran kan bagaimana ilmu ushul fikih (teori hukum
perempuan dalam mengelola atau mengusa- Islam) digunakan untuk mengkritisi hadis-
hakan ekonomi keluarga. hadis dan ketentuan-ketentuan legalistik
yang terdapat di dalam kitab-kitab fikih yang
Contoh yang kerap digunakan adalah ijti- cenderung dipahami secara bias jender.
had yang dilakukan Sayidina Umar yang
membatalkan aturan tentang ucapan talak Narasumber lain dari Aceh seperti Prof. Rusjdi
tiga sebagai talak tiga melainkan sebagai Muhammad dan Dr. Hamid Sarong dari IAIN
talak satu. Keputusan Sayidina Umar ini Ar-Raniry menghadirkan contoh-contoh
pada dasarnya berbeda dengan aturan yang yang dipraktikkan sebagai hukum adat lokal.
telah digariskan Nabi Muhammad SAW yang Satu hal yang menarik dari contoh-contoh
menetapkan hal yang sebaliknya di mana lokal itu adalah bahwa kendatipun hukum
talak yang diucapkan tiga kali dianggap sah adat itu tak senantiasa sejalan dengan hu-
sebagai talak tiga, dan karenanya mengha- kum fikih, tetapi ulama dan masyarakat
langi pasangan yang bercerai itu untuk rujuk telah menerimanya sebagai hukum yang
langsung. Melalui contoh itu peserta diajak dipraktikkan dan dianggap sebagai sesuatu
untuk memahami latar belakang munculnya yang didasarkan pada ajaran agama. Salah
sebuah aturan/hukum fikih. Dan titik tekan satu yang dicontohkan misalnya tentang
dari pengambilan contoh-contoh itu adalah pemberian hareuta peunulang yaitu hibah
untuk memahami maqasid syari’ah atau tu- harta kepada anak perempuan baik berupa
juan hukumnya dan bukan penerapan hasil rumah dan pekarangan seperti dalam adat
akhirnya yang terlepas dari konteksnya. Aceh Besar, termasuk juga di Pidie, atau
sawah dan kerbau dalam adat Lamno dan
35
pelaksanaan training
wilayah pesisir Aceh Barat lainnya. salah satu pihak (marjinalisasi), tidak me-
munculkan kekerasan baik fisik maupun
Melalui contoh-contoh itu narasumber dan non-fisik (kekerasan berbasis jender), tidak
fasilitator mengajak peserta untuk mema- didasarkan pada anggapan bahwa salah satu
hami kontekstualisasi hukum. Lalu contoh- pihak memiliki kedudukan yang lebih rendah
contoh lokal itu oleh fasilitator dinaikkan dihadapan Allah dan di antara sesama ma-
ke tingkat metodologi yang lebih abstrak nusia (subordinasi).
untuk menjelaskan bagaimana reinterpre-
tasi teks dapat dilakukan dengan tujuan ke- 2. Fasilitator, Narasumber dan Panitia
maslahatan. Pengungkapan contoh-contoh Pendukung
itu dimaksudkan untuk memperlihatkan Dalam konteks pelatihan yang diselenggara-
bahwa hukum pada dasarnya senantiasa kan Putroe Kandee di Aceh, peran fasilita-
berkembang secara dinamis sesuai dengan tor dan narasumber adalah sentral. Meski-
konteksnya. pun ada narasumber, fasilitator senantiasa
mendampingi peserta sepanjang pelatihan
Analisis jender dihadirkan dalam konteks ini berlangsung untuk menjaga perkembangan
untuk membantu menganlisa bagaimana proses belajar. Untuk peran itu, kadangkala
perubahan hukum itu hendaknya bertu- fasilitator menempatkan diri dalam posisi
juan untuk kemaslahatan bagi kedua belah peserta dan ikut mengajukan pertanyaan ke-
pihak. Dan analisis jender sangat berguna pada narasumber dengan memformulasikan
untuk dijadikan parameter dengan mengu- pertanyaan yang menjadi pokok perdebatan
kur sejauhmana suatu produk hukum mem- dalam diskusi sebelumnya. Selain fasilitator,
buahkan maslahat. peran yang juga penting adalah panitia pen-
dukung. Peran mereka bukan hanya pada
Parameter jender yang digunakan itu pengaturan logistik semata tetapi lebih se-
adalah bagaimana hukum diputuskan tidak bagai co-fasilitator. Dalam pelatihan di Pu-
didasarkan pada prasangka dan diskriminasi troe Kandee, peran panitia pendukung ini
(stereotype), tidak berakibat memiskinkan sepenuhnya dijalankan oleh staf Putroe Kan-
dee dibantu staf dari Mahkamah Syar’iyah
Parameter jender provinsi.
yang digunakan itu
adalah bagaimana Dalam pelaksanaannya, panitia pendukung
Putroe Kandee berperan sejak perencanaan
hukum diputuskan ...
kegiatan dengan menghubungi kantor Mah-
tidak didasarkan pada kamah Syar`iyah untuk bersama-sama me-
anggapan bahwa salah nyeleksi calon peserta. Berbekal surat dari
satu pihak memiliki Mahkamah Syar`iyah peserta kemudian di-
kedudukan yang lebih hubungi. Pengelompokan peserta umumnya
didasarkan pada klaster geografi. Dari 23 ka-
rendah dihadapan Allah
bupaten/kota itu, Putroe Kandee membagi-
dan di antara sesama nya ke dalam 4 klaster. Agar tak mengganggu
manusia (subordinasi). aktivitas pelayanan publik, kegiatan pelati-
36
DEMI KEADILAN DAN KESETARAAN
Gambar 7
Lies Marcoes ketika
jadi narasumber
dalam in-house
training di Aceh
han dilakukan di ujung akhir pekan dan dari itu mereka juga mengundang narasumber
tiap satu kantor Mahkamah Syar’iyah paling tamu untuk mengisi acara dalam jam-jam ter-
banyak diikuti oleh 4 peserta. Karenanya, se- tentu sesuai perkembangan proses belajar.
lama 2 tahun kegiatan hampir 90% dari se- Para hakim Aceh menilai bahwa narasumber
luruh hakim di Privinsi NAD telah mengikuti dianggap sudah memadai pada aspek kapa-
kegiatan ini. sitas dan kapabilitias. Bahkan narasumber
dan fasilitator utama masih sangat berkesan
Pada hari-hari kegiatan berlangsung peran bagi para hakim seperti KH. Husein Muham-
co-fasilitator bertambah. Sebelum kegiatan mad dan Dr. Moqsith Ghazali.
harian dimulai, mereka menyiapkan format
ruangan yang disesuaikan dengan kebu- ”Kami terus terang mengakui bahwa
tuhan pada hari itu, penyediaan fotokopi pemateri yang sudah dipilih oleh Pu-
referensi yang akan dibagikan, pengecekan troe Kandee ini sangat memuaskan.
peralatan audio visual, sound system, LCD, Tapi yang paling banyak dibicarakan
pendokumentasian rekaman proses dan se- adalah materi yang disampaikan oleh
jenisnya. Setiap harinya mereka hadir satu Dr. Moqsith dan KH Husein.” (Hakim
jam lebih awal dan pulang paling akhir dan Amri).
menjadi time keeper. Kesuksesan fasilitator
dalam memfasilitasi kegiatan di Putroe Kan- Namun respon berbeda mengemuka untuk
dee praktis sangat bergantung kepada peran beberapa narasumber tamu yang didatang-
tenaga pendukung ini. kan dari luar Aceh. Dalam training pertama
yang diselenggarakan Putroe Kandee mi-
Putroe Kandee nampaknya berusaha meng- salnya, narasumber tamu dari sebuah LSM
gunakan fasilitator dan narasumber yang perempuan dinilai sangat mengecewakan.
sama untuk semua pelatihan mereka. Di luar Seorang peserta menyatakan kekesalannya:
37
pelaksanaan training
diterima oleh para peserta meskipun tema
“Kami ini Bapak-bapak yang sudah yang disampaikan tetap sama yaitu bias jen-
makan asam garam rumah tangga. der dalam hukum. Dengan mengambil con-
Menasihati perkawinan itu hal yang bi- toh proses legislasi berbagai Qanun, Direktur
asa, membujuk agar orang tak berce- MiSPI yang memiliki pengalaman luas dalam
rai juga makanan kami sehari hari.Kok isu perempuan di Aceh ini berhasil menjelas-
ini kami diajari anak muda tentang kan di mana letak bias gender dari proses itu,
bagaimana seharusnya kami (berting- sehingga menarik perhatian peserta karena
kah laku) kepada perempuan kepada penggunaan istilah-istilah lokal dan contoh-
isteri,macam kami ini tak tahu adat contoh yang mudah dipahami peserta.
diajar-ajari begitu” (Hakim A. Jalil, Idi).
Dalam konteks narasumber ini para peserta
Narasumber lain dari Jakarta juga mendapat dari Aceh juga mengajukan usulan yang cu-
tanggapan yang kurang lebih sama dalam kup penting. Menurut mereka, Putroe Kan-
training lain dan membuat suasana train- dee dianggap kurang memberi perhatian
ing sempat dibuat keruh. Pasalnya, materi kepada kelompok dan cara pandang ulama
yang disajikan melampaui apa yang diminta dayah. Beberapa hakim mengaku telah me-
Putroe Kandee terkait dengan hukum yang nyarankan agar para ulama dayah ikut di-
berperspektif perempuan. Narasumber ini hadirkan. Dengan cara itu, diharapkan akan
membahas soal kawin beda agama, Undang- terjadi dialog atau saling mendengarkan
undang Kesehatan yang membahas tentang cara pandang yang berbeda dalam melihat
aborsi dan Rancangan Undang-undang Por- teks yang sama khususnya dalam kaitannya
nografi yang ketika itu sedang hangat diba- dengan fikih tentang relasi suami dan isteri.
has. Semula, Putroe Kandee berharap nara-
sumber dapat menjelaskan hukum yang ”Maunya tafsiran fikih yang diberi-
berperspektif perempuan dan implikasinya kan Kyai Husein digandeng dengan
kepada perempuan. Namun contoh-contoh fikih klasik yang dipahami oleh para
yang diangkat narasumber dianggap tak re- Teungku dan Abu-Abu kita di dayah.
levan untuk konteks Aceh. Dalam pelatihan Itu selalu saya sarankan kepada Putroe
yang lain Putroe Kandee mengundang nara- Kandee tapi belum terlaksana juga ru-
sumber yang lebih senior seperti Nursyah- panya. Karena kalau tidak, kita tidak
bani Katjasungkana. Meskipun narasumber akan pernah ketemu. Sementara Kyai
ini berasal dari luar Aceh, kehadirannya tak Husein meroket sampai ke bulan, kami
memunculkan penolakan berarti. tetap di sini, kami tak mau jatuh. Mau-
nya saya, mereka itu digandeng, ayo
Belajar dari pengalaman itu, pelatihan-pela- sama-sama. Kemudian materi fikih
tihan Putroe Kandee berikutnya berusaha perempuan; dulu-dulunya kan fikih
lebih selektif dalam memilih narasumber. perempuan ini tidak dibedakan, tidak
Di luar narasumber dari Mahkamah Agung, ada garis pemisahnya. Fikih ya fikih.
Putroe Kandee lebih banyak mengundang Datang pelatihan ini kami lihat seka-
narasumber lokal, seperti Syarifah Rahma- rang, rupanya begitu dalil-dalil fikih
tillah dari MiSPI. Kehadirannya sangat yang adil jender itu. Nah menurut
38
DEMI KEADILAN DAN KESETARAAN
saya semua pandangan fikih yang me- Perpaduan antara
nyangkut keperempuanan itu harusnya
perspektif jender dengan
menjadi satu”. (Hakim Rafiuddin).
fikih mampu menggugah
Para hakim di Aceh menilai bahwa para cara pandang mereka
fasilitator umumnya dianggap berhasil me- terhadap produk fikih
madukan perspektif baru seperti kesadaran yang semula diyakini
jender, hak-hak perempuan, isu kekerasan
sebagai sesuatu yang
dengan perspektif lama sebagaimana ter-
muat dalam pandangan teologis berbasis baku dan harga mati.
fikih. Perpaduan antara perspektif jender
dengan fikih mampu menggugah cara pan- umum yang berlaku di masyarakat. Kare-
dang mereka terhadap produk fikih yang nanya, pandangan-pandangan Kyai Husein
semula diyakini sebagai sesuatu yang baku atau Moqsith dianggap mengejutkan dan di
dan harga mati. Melalui penyajian fakta- luar kelaziman cara berpikir awam. Mereka
fakta yang menunjukkan terjadinya pe- juga menganggap Kyai Husein sering tidak
rubahan relasi jender yang berimplikasi cukup sabar untuk menjelaskan konsepnya
pada munculnya sejumlah masalah kepada atau tak kunjung menjelaskan apa yang
kaum perempuan, para peserta diajak untuk hendak disampaikan dengan penyajian se-
menggunakan kaidah-kaidah ushul fikih atau jumlah contoh bias jender dalam teks. Atas
penafsiran teks dengan cara pembacaan pengalaman itu, dalam pelatihan berikutnya
baru sehingga mampu digunakan untuk me- Kyai Husein berusaha lebih sistematis dalam
lihat ketimpangan itu dan sekaligus mencari penyampaian presentasinya. Sebagaimana
solusinya. Kepiawaian para fasilitator dan dikemukakan beberapa peserta, Kyai Hu-
narasumber juga ditunjang oleh sensitivitas sein tampaknya telah mengubah alur pre-
mereka dalam menggunakan istilah yang sentasinya dengan terlebih dahulu meng-
mudah dipahami, contoh-contoh lokal, dan kontraskan pandangan yang merendahkan
istilah-istilah yang biasa digunakan dalam perempuan dengan pandangan yang mem-
khazanah klasik serta penggunaan bahasa beri keutamaan pada perempuan di mana
yang tidak provokatif. kedua-duanya termaktub dalam teks klasik.
Setelah tampak kontradiksinya, Kyai Husein
Ini bukan berarti tak terjadi perdebatan yang kemudian memasukkan tawaran pandang-
hangat antara fasilitator atau narasumber an dan cara pembacaan baru atas teks-teks
dengan peserta. Dalam beberapa kali perte- yang dianggap bermasalah dari sisi keadilan
muan di Aceh, Kyai Husein mengaku sering jendernya. Tawaran itu bisa berupa kritik ba-
dibuat gemas karena tak merasa cukup puas hasa, kritik atas kualitas teks, perbandingan
untuk menjelaskan pandangan dan meto- teks dengan teks lain yang lebih tinggi kuali-
dologinya. Sebaliknya, pihak peserta merasa tasnya, dan lain-lain.
bahwa narasumber terkesan memaksakan
pendapat dan memilih hadits atau argumen Metodologi lain yang juga dipakai untuk
yang menunjukan keberpihakannya kepada menawarkan cara baca yang digunakan oleh
perempuan tanpa memperhatikan pendapat Kyai Husein di Aceh adalah menggunakan
39
pelaksanaan training
relevan menurut peserta dari Aceh sangat
Di Aceh dampak yang membantu untuk memahami jender dari
paling nyata adalah referensi klasik yang mereka kenal. Seba-
gian peserta Aceh adalah juga ulama dayah
tumbuhnya keinginan
(pesantren) yang lahir dan tumbuh besar di
untuk membuat buku dayah. Penguasaan mereka akan teks kla-
panduan hakim yang berisi sik menurut Moqsith sangat mengagumkan
parameter-parameter yang dibandingkan dengan yang ia jumpai di luar
terukur tentang sensitivitas Aceh.
jender hakim di ruang
Di Aceh dampak yang paling nyata adalah
pengadilan. tumbuhnya keinginan untuk membuat buku
panduan hakim yang berisi parameter-pa-
kaidah ushul fikih seperti nasikh mansukh rameter yang terukur tentang sensitivitas
(satu ayat menyempurnakan ayat yang lain). jender hakim di ruang pengadilan. Di luar
Bersamaan dengan itu, dikemukakan prin- itu mereka aktif melakukan sosialisasi ten-
sip-prinsip dasar tentang kesetaraan relasi tang hukum yang berperspektif jender dan
antar manusia, antar jender yang merupa- melakukan penerangan hukum di kampung-
kan prinsip universal dan abadi (qath’i) se- kampung. Kegiatan ini dilakukan dalam
perti mu’asyarah bil ma’ruf (saling berinter- kerangka kerjasama dengan LSM lokal teru-
aksi dalam kebaikan), musawah (setara) dan tama untuk isu-isu yang sangat relevan. Di
‘adalah (adil) . antara LSM yang saat ini telah bekerjasama
dengan mereka adalah MiSPI, LBH APIK
Beberapa peserta mengaku sempat dibuat Lhokseumawe dan PPSW.
terkaget-kaget atas pemaparan pandangan-
pandangan narasumber seperti yang diakui 3. Dampak dan Keberlanjutan Program
peserta dari Aceh. Resistensi terhadap Kyai Tak diragukan pelatihan yang diterima hakim
Husein dan atau Moqsith pada mulanya baik di Aceh maupun Sumatera Barat dan
tak jarang terjadi. Meski tak secara lang- Sulawesi Selatan membawa dampak kepada
sung dianggap radikal, beberapa peserta peserta. Dampak itu antara lain munculnya
secara diam-diam mengaku melakukan diskusi dan perbincangan setiap kali pelati-
pengecekan tingkat akurasi referensi yang han selesai digelar.
dikutip oleh narasumber. Di sini terlihat bah-
wa sikap kehati-hatian peserta disalurkan Secara umum peserta yang terlibat dalam
dengan cara yang sangat dewasa dan positif, kegiatan training yang diselenggarakan Pu-
sehingga proses dialog pemikiran berlang- troe Kandee menyatakan penghargaan-
sung dengan sehat dan didasarkan pada nya terhadap narasumber yang dihadirkan.
trust. Training ini mereka nilai telah memberikan
pengayaan pengetahuan sekaligus mendo-
Penguasaan narasumber dan fasilitator pada rong perilaku para hakim (peserta) untuk
isu fikih dan ushul fikih serta ilmu alat seperti bersikap dan bertindak atas dasar keadilan
bahasa Arab dan referensi kitab klasik yang yang kontekstual dan sensitif.
40
DEMI KEADILAN DAN KESETARAAN
“Setelah mengikuti serangkaian ke- banyak oleh kawan-kawan di daerah.”
giatan yang diselenggarakan Putroe (Hakim Amri).
Kandee, saya melakukan pemantauan
langsung keadaan di daerah. Saya pa- Kegairahan sebagian hakim untuk mem-
sang mata dan kuping di mana-mana peroleh pengetahuan tentang isu-isu sepu-
untuk mendengar apa respon dae- tar perempuan dan hukum Islam, dan un-
rah. Bagaimanapun ini menyangkut tuk berbagi ilmu di antara teman sekerja
isu yang cukup sensitif. Oleh karena dan seprofesi tampaknya merupakan salah
itu saya melakukan pemantauan. Me- satu dampak dari pelatihan ini. Hakim Amri
mang nampak ada beda yang nyata menceritakan pengalamannya betapa ia tak
sekarang. ... Dulu, perkara gugat ce- jarang menggandakan bahan-bahan materi
rai itu di mana pihak istri yang meng- yang diperolehnya dari pelatihan itu untuk
gugat dipastikan tak mendapatkan didiskusikan bersama rekan-rekannya di
apa-apa. Sekarang hakim-hakim Mahkamah Syar’iyah Langsa. Lebih dari itu,
yang telah ikut training itu mencoba untuk memperkaya wawasan pengetahuan
melakukan penyelidikan mendalam seputar hukum Islam dan persoalan relasi
dulu sebelum menjatuhkan hukuman. jender, ada di antara hakim peserta training
Padahal selama ini, mereka tak pikir yang berusaha sendiri mencari dan mem-
panjang lagi, si istri yang menggu- beli bahan-bahan bacaan terkait. Salah satu
gat langsung kena hukuman pinalti, buku yang menarik perhatian peserta adalah
tidak mendapatkan harta apa-apa; karya Husein Muhammad yang berjudul
bahkan hak atas peng-asuhan anak Fikih Perempuan: Refleksi Kiai atas Wacana
pun bisa diberikan pada bapak- Agama dan Jender, yang diterbitkan perta-
nya. Sekarang hakim lebih peka.. ma kali pada 2001 oleh Rahima bekerjasama
Saya senang dengan ini semua”. dengan LKiS dan Ford Foundation.
(Soufyan Saleh, mantan Ketua Mahka-
mah Syariyah NAD dan kini Ketua Pe-
ngadilan Tinggi Agama-Banten). B. PELAKSANAAN TRAINING PSW
UIN YOGYAKARTA
Seorang hakim dari Langsa menuturkan;
1. Materi dan Metodologi Pembelajaran
”Pelatihan yang dilaksanakan oleh Pu- PSW
troe Kandee ini rasanya telah membu- Seperti telah diuraikan pada bab sebelum-
ka wawasan, memberi inspirasi kepada nya, PSW merancang program ini sebagai
saya dan hakim-hakim di Langsa. Ham- upaya untuk membangun dan mengubah
pir selalu setiap ada yang mengikuti perspektif para hakim, dan dengan cara itu
pelatihan, besoknya atau lusanya su- diharapkan mereka lebih sensitif pada per-
dah didiskusikan bersama hakim-hakim soalan yang dihadapi perempuan sejak dari
lainnya meskipun sudah sama-sama lingkup pribadi, keluarga, komunitas sampai
mengikuti. Biasanya kawan-kawan me- negara. Untuk tujuan itu, PSW menawarkan
minta apa buku yang dikasih, makalah cara pandang baru tentang bagaimana se-
yang dibagikan, dan biasanya diper- harusnya pola ideal relasi lelaki dan perem-
41
pelaksanaan training
puan itu diaktualisasikan dalam tingkatan Islam yang ramah terhadap perempuan de-
yang berbeda-beda. ngan memperkenalkan metode penafsiran
yang lebih progresif serta dasar-dasar teori
Sebagaimana disampaikan Dr. Ema Marhumah ushul fikih yang dapat digunakan untuk me-
M.Pd., ketua PSW UIN Yogyakarta, PSW mahami perempuan. Selain itu, PSW juga
berpendapat bahwa melalui pemberian melengkapi kurikulumnya dengan melaku-
perspektif jender kepada para hakim, di- kan kunjungan ke PPA Poltabes atau Pol-
harapkan keputusan legal para hakim akan res setempat atau mengunjungi LSM yang
lebih sensitif dan melalui itu hakim akan peduli dengan gerakan anti kekerasan terha-
terus memberdayakan perempuan. Dengan dap perempuan dan anak. PSW sangat me-
demikian, kurikulum cenderung lebih gene- nyadari bahwa dalam cakupan waktu yang
rik menyangkut konsep-konsep dasar jen- sangat terbatas tak memungkinkan semua
der, tetapi itu tidak berarti bahwa kurikulum isu terbahas secara sempurna dan oleh kare-
tidak fleksibel. Ketika isu lokal muncul dalam na itu mereka melakukan kegiatan lanjutan
diskusi, para fasilitator berusaha memba- dengan format FGD yang diikuti para alumni
hasnya secara kontekstual. pelatihan beberapa bulan setelah training
berlangsung.
Muatan kurikulum PSW meliputi dasar-dasar
konsep jender, pengarusutamaan jender, isu Dalam pelaksanaannya, PSW mengolah kuri-
HAM dan Hak Asasi Perempuan, KDRT, hak- kulum itu dengan alur pelatihan yang sangat
hak reproduksi perempuan dan hak anak, dinamik. Agar pelatihan tak menjemukan,
aspek-aspek hak dan kewajiban dalam kelu- kegiatan belajar diatur dengan mengkombi-
arga, prinsip-prinsip Islam tentang keluarga, nasikan antara model ceramah dan diskusi.
dan tantangan keluarga Muslim kontempo- Dalam waktu-waktu tertentu dilakukan per-
rer. Di luar itu, PSW menawarkan konsep mainan atau game untuk penyegaran yang
menunjang proses belajar berjalan secara
kondusif.
44
DEMI KEADILAN DAN KESETARAAN
Para narasumber yang dianggap kapabel dan Dalam kaitannya dengan penjelasan soal
sangat menguasai bidangnya adalah Prof. Dr. konsep jender di Sumatera Barat, terdapat
Hamim Ilyas dan Prof. Amin Abdullah soal perbedaan pandangan di antara peserta se-
kerangka teologis dan filosofis bagaimana bagaimana terungkap dari FGD yang dilaku-
seharusnya Islam dipahami. Kepala KUA, kan oleh PUSKUMHAM. Sebagian peserta
Muhajir, mengatakan: ”menurut pendapat menyatakan sudah mendapatkan penjela-
saya penyampaian narasumber sudah cukup san tentang konsep jender, dan, karenanya
kena, selain itu metode ceramah itu sudah memahami jender adalah konstruksi sosial
kena”. Hakim Basir menambahkan, ”saya yang diciptakan manusia. Sebagian yang
kira dari konteks tersebut [penguasaan ma- lain me-nganggap bahwa penjelasan ten-
teri] kepada beliau kita angkat jempol, te- tang konsep dasar jender serupa itu telah
man-teman merasa bahwa beliau-beliau itu mengabaikan satu wilayah keyakinan yang
memang menguasai bidangnya utamanya mereka anggap tidak mungkin berubah.
dalam mempersentasikan materi...”. Karenanya, kelompok kedua ini menyim-
pulkan bahwa isu jender yang dibawa oleh
Begitu besarnya apresiasi banyak peserta PSW UIN Yogyakarta itu merupakan konsep
terhadap narasumber, terutama Prof. Ha- Barat yang merela-tifkan semua hal terma-
mim Ilyas, mereka meminta agar panitia suk peran sosial lelaki dan perempuan yang
memberi tambahan waktu untuk diskusi dan pada dasarnya telah ditentukan oleh agama
tanya jawab. Di Sulawesi Selatan, kehadiran sebagai ketentuan yang tak dapat berubah.
narasumber tingkat nasional tetapi mempu-
nyai pertalian dengan daerah setempat juga Pembelajaran yang dicatat dalam pendoku-
sangat diapresiasi seperti Prof. Dr. Musdah mentasian ini adalah bahwa isu jender bu-
Mulia atau Prof. Dr. Nasaruddin Umar yang kanlah isu yang cukup mudah untuk dijelas-
keduanya memang berasal dari Sulawesi Se- kan, terutama karena di dalamnya terkait
latan. dengan wilayah agama sebagai salah satu
elemen yang mengkonstruksikannya. Pem-
Sebagaimana di Aceh, perdebatan alot de- bahasan isu agama karenanya sangat fun-
ngan narasumber juga berlangsung dalam damental untuk dibedah mengiringi pem-
pelatihan yang diselenggarakan PSW di bahasan isu jender itu. Dan wilayah yang
Padang dan Makassar. Dari evaluasi inter- seharusnya diurai dengan sangat terbuka
nal, PSW melihat sangatlah penting peserta adalah wilayah kerja fikih.
terlebih dahulu mendapatkan pemahaman
tentang problem-problem yang dihadapi Sejalan dengan situasi itu, beberapa hakim
perempuan yang terkait dengan peran jen- Sumatera Barat dan Sulawesi Selatan meni-
dernya. Karenanya, pada pelatihan berikut- lai bahwa kompetensi sebagian narasumber
nya PSW tak lagi menempatkan narasumber lebih terarah kepada isu jender yang tampak
yang menjelaskan kerangka teoritis pada bersikeras demi penyeimbangan hak-hak le-
sesi awal melainkan di bagian akhir dengan laki dan perempuan. Sebagian narasumber
maksud untuk membingkai konsep Islam oleh beberapa peserta dianggap hanya ber-
yang lebih ramah terhadap perempuan. tahan dalam kerangka pemikiran modern dan
tak mau masuk ke dalam bahasan fikih kla-
45
pelaksanaan training
sik. Padahal menurut mereka isu-isu yang substansi materi isu jender yang disampai-
dibicarakan terkait dengan fikih. Dalam kan sangat maju dalam upayanya memberi-
pandangan mereka, wacana substantif jen- kan nuansa perubahan pemikiran. Namun
der kontemporer terlihat berseberangan de- mereka menganggap materi yang diberikan
ngan isu substantif jender dari fikih klasik. itu kurang memberi ruang atas fikih klasik
atau pemahaman tradisional ulama. Ke-
”... dari segi materi kami nilai sudah nyataan tersebut, dalam catatan pendoku-
sangat bagus. Cuma antara materi mentasian ini cenderung membuka ruang
dengan kemampuan peserta dengan ‘kepanikan’ kepada para hakim. Untuk itu,
pengantar menjadi persoalan. PSW mereka memandang bahwa perlu disusun
ini pada visi dan misi menerapkan ke- muatan kurikulum yang lebih mengako-
setaraan jender berdasarkan isu HAM modir ‘tahapan’ (gradually strengthening)
internasional berdasarkan isu modern. pada setiap pemahaman muatan substantif
Kalau hanya standar pendidikan S1 dari sensitivitas jender.
atau S2 tanpa ilmu hadis dan segala
macamnya maka akan terjadi benturan. Di sini terlihat peserta nampaknya membu-
Sebab kajian klasik yang lama-lama itu tuhkan rasa aman tentang mengapa peru-
tak sejalan dengan HAM internasional bahan itu penting dan mendasar dalam kon-
yang ingin diterapkan sesuai menu- teks keadilan dalam Islam dan sejauhmana
rut visi dan misi PSW. Ini jelas akan proses belajar ini akan berimplikasi kepada
menimbulkan benturan yang sa-ngat implementasinya kelak dalam keseharian
keras sebab kajian klasik itu sangat mereka sebagai hakim, sesuatu yang tak cu-
lama dan kuat dianut masyarakat. kup terjelaskan dalam training ini.
(Hakim Pelmizar).
Sebagaimana terjadi di Aceh, para peserta
Dalam memperkuat penilaiannya itu, peserta di Sumatera Barat juga mengeluhkan soal
tersebut mengajukan contoh salah seorang kesulitan mereka dalam melakukan penge-
narasumber yang mengungkapkan panda- jawantahan materi menjadi sesuatu yang
ngannya tentang hak perempuan menjadi aplikatif-rekonstruktif. Mereka merasa tidak
wali dalam perkawinan. Pandangan itu di- mendapatkan panduan bagaimana sensi-
anggap tidak bijaksana bahkan narasumber tivitas jender dapat diaplikasikan ke dalam
dianggap tak paham latar belakang hikmah putusan-putusan Peradilan Agama, khusus-
dari penunjukkan lelaki sebagai wali. Peserta nya jika dikaitkan dengan hukum materiel
menganggap pandangan itu bertujuan hen- seperti KHI dan Undang-undang Perkawinan
dak mengubah tatanan hukum yang sudah ataupun adat istiadat (budaya lokal).
baku. Dan atas dasar itu, narasumber di-
anggap kurang memiliki kearifan, padahal Keluhan ini dapat dipahami sebab baik kuri-
menurutnya kearifan itu sering menjadi per- kulum yang dibangun PSW UIN Yogyakarta
timbangan para hakim dan tokoh masyara- maupun Putroe Kandee memang tidak me-
kat dalam menyelesaikan perkara. masukkan keterampilan dalam mengaplika-
sikan sensitivitas itu ke dalam materi hukum
Para hakim di Sumatera Barat menilai bahwa atau prosedur peradilan yang telah baku.
46
DEMI KEADILAN DAN KESETARAAN
3. Dampak dan Keberlanjutan Program
Training yang diselenggarakan PSW seba-
gaimana terekam di atas telah menggugah
peserta untuk memikirkan ulang fakta-fakta
ketimpangan jender yang terjadi dalam ma-
syarakat. Beberapa dari mereka mengaku
lebih semangat untuk melakukan analisa ter-
hadap isu-isu hukum yang mereka hadapi. Di
Sulawesi Selatan dampak dari pelatihan ini
adalah tumbuhnya semangat untuk memba-
gi pengalaman ini kepada semua hakim yang
belum mendapatkan kesempatan mengikuti-
nya. Atas insiatif para alumni pelatihan PSW
di Sulawesi, mereka mengumpulkan dana
stimulan (masing-masing lembaga terima
Rp. 2,5 juta) dari PSW untuk kegiatan sejenis
yang diperuntukkan bagi hakim-hakim yang
belum mengikuti training ini.
Seperti halnya usaha yang dilakukan oleh be- B. KESAN DAN REFLEKSI
berapa hakim di Aceh, hakim dari Sumatera
Barat dan Sulawesi Selatan juga melakukan Dari uraian di atas, tercatat sejumlah isu
beberapa upaya untuk memperkaya wa- yang dapat dijadikan refleksi tentang pelak-
wasan pengetahuan seputar hukum Islam sanaan kegiatan training untuk peningkatan
dan persoalan relasi jender melalui refe- kesadaran para penegak hukum. Beberapa
rensi. Ada di antara hakim peserta training catatan pembelajaran itu adalah:
yang berusaha sendiri mencari dan membeli
bahan bacaan terkait. Beberapa literatur 1. Untuk menumbuhkan pemahaman ten-
yang diperoleh dari training PSW dijadikan tang jender dibutuhkan waktu, tenaga,
47
pelaksanaan training
sekali peserta mampu menyerap seluruh
konsep jender dengan utuh hanya dari
satu kali penyelenggaraan kegiatan train-
ing dengan waktu terbatas 4-5 hari. Oleh
karena itu, baik PSW maupun Putroe
Kandee merancang program pelatihan
ini minimal untuk 2 kali pertemuan yai-
tu 1 kali training dan 1 kali pendalaman
atau diskusi tematik. Untuk kasus Aceh,
kegiatan itu dilakukan selama 2 tahun
dan diselenggarakan secara bertahap
dan bertingkat-tingkat sehingga seorang
peserta mengikuti kegiatan antara 2 sam-
pai 6 kali pertemuan.
2. Meskipun isu jender merupakan isu yang
sangat penting dan analisisnya mampu
menyempurnakan alat analisis sosial
yang dapat digunakan untuk menero-
dan usaha yang tidak kecil. Juga dibu-
pong praktik ketidakadilan di ruang pen-
Gambar 11 tuhkan cara dan strategi yang beragam.
gadilan, namun upaya untuk meningkat-
Diskusi metodologi Menggabungkan berbagai pendekatan
pembacaan teks kan wacana, pemahaman dan kesadaran
yang tidak seragam harus selalu dilaku-
yang sensitif jender peserta tentang sensitivitas jender itu tak
dengan K Husein kan. Dua lembaga ini mendemonstrasi-
terlalu mudah. Karenanya dibutuhkan
Muhammad kan cara-cara yang telah mereka tempuh
kurikulum dan pendekatan yang secara
dengan kelebihannya masing-masing.
matang diperhitungkan agar tak memun-
Apalagi untuk mengubah dari tahapan
culkan resistensi atau penolakan yang
wacana/pemahaman ke sikap dan prilaku
tidak perlu. Kedua lembaga ini mende-
yang lebih operasional, seperti di dunia
monstrasikan keragaman isi kurikulum,
pengadilan, membutuhkan strategi yang
pendekatan dan proses pembelajaran
berbeda lagi. Namun satu hal yang secara
yang mereka bangun untuk tujuan terse-
signifikan berpengaruh pada keberhasi-
but. Perbedaan konten kurikulum antara
lan kegiatan ini adalah curahan waktu
Putroe Kandee dan PSW pada umumnya
dan intensitas perjumpaan pemikiran an-
disebabkan oleh perbedaan identifikasi
tara peserta dan fasilitator/narasumber.
persoalan yang dilihat oleh kedua lemba-
Dalam training pendalaman yang dise-
ga itu di masing-masing daerah. Putroe
lenggarakan Putroe Kandee akhir Ma-
Kandee berangkat dari persoalan hukum
ret 2009, peserta umumnya baru dapat
dan implikasinya terhadap perempuan
memahami konsep jender secara lebih
pasca tsunami dan konflik, sementara
jelas setelah mereka mengikuti kegiatan
PSW berangkat dari persoalan ketim-
secara berulang-ulang minimal dua kali
pangan jender di masyarakat sebagaima-
pertemuan. Pada kenyataannya, jarang
na teridentifikasi baik di Sumatera Barat
48
DEMI KEADILAN DAN KESETARAAN
maupun Sulawesi Selatan. lembaga dengan peserta, maka semakin
besar kemungkinan terbangunnya keper-
3. Isu jender adalah isu yang mudah dihing-
cayaan dari pihak peserta kepada pihak
gapi kecurigaan dan membuahkan re-
penyelenggara dan semakin mudah un-
sistensi. Untuk mengelola hal itu, kedua
tuk mendialogkan isu-isu yang selama ini
lembaga tersebut melakukan berbagai
dianggap sulit.
cara dan pendekatan yang sedapat mung-
kin menghindari resistensi itu. Namun be- 5. Letak geografis dan asal penyelenggara
gitu, bukan berarti mereka menghindari berpengaruh cukup signifikan kepada
pembahasan yang secara substantif sulit, keberhasilan program. Putroe Kandee
seperti membahas isu agama sebagai diuntungkan oleh pilihan wilayah yang
salah satu unsur yang mengkonstruksikan relatif homogen, dan yang secara kebu-
peran jender. Untuk itu, kedua lembaga ini dayaan sangat dikenali oleh Putroe Kan-
menghadirkan narasumber yang sangat dee. Bagaimanapun ini memudahkan Pu-
handal dalam bidangnya dan mengelola troe Kandee untuk masuk dan mendekati
kelas dengan metode pembelajaran yang peserta dan ini dapat mengurangi sejak
aktif-interaktif dengan memanfaatkan se- awal resistensi yang tidak perlu. PSW se-
maksimal mungkin beragam media dan baliknya bekerja di banyak wilayah, ter-
alat bantu belajar. masuk dua diantaranya di Sumatera Barat
dan Sulawesi Selatan. Sebagai ”orang
4. Salah satu strategi penting yang dilaku-
luar”, mau tidak mau PSW harus bekerja
kan kedua lembaga itu adalah memban-
lebih keras untuk membangun keperca-
gun kepercayaan peserta. Secara teknis
yaan peserta. Oleh karenanya, kerjasama
upaya itu dilakukan dengan menjelaskan
dengan instansi setempat atau lembaga
visi, misi lembaga dan tujuan program,
lokal yang dipercaya oleh peserta training
mengundang pihak pemberi dana untuk
sangat diutamakan. PSW selalu memulai
menjelaskan visi dan misi pihak lembaga
kegiatannya setelah mendapatkan restu
dana, menyamakan persepsi tentang tu-
baik dari Badilag di Mahkamah Agung
juan program antara peserta dan penye-
maupun dari Ketua Pengadilan Tinggi
lenggara, mengundang narasumber yang
Agama di masing-masing provinsi yang
handal dan menguasai isu, mengelola
juga berperan sebagai penanggung ja-
program secara partisipatif, dan mem-
wab dari kegiatan ini.
bangun komunikasi yang terus menerus
baik ketika training berlangsung maupun 6. Baik PSW maupun Putroe Kandee beker-
setelah kegiatan kelas berakhir. Komuni- ja berdasarkan mandat sepenuhnya
kasi itu dilakukan baik secara formal, se- dari Pengadilan Agama dan Mahkamah
perti melakukan pengiriman newsletter, Syar`iyah Nanggroe Aceh Darussalam.
sampai cara-cara yang sangat informal Sebagai penerima manfaat, Pengadilan
seperti saling mengirim SMS (short mes- Agama di Sulawesi Selatan dan Suma-
sage services) antara fasilitator dengan tera Barat terlibat penuh dalam proses
peserta/alumni. Semakin sering kegiatan pelatihan. Untuk Aceh, Soufyan Saleh,
dilakukan di suatu tempat, dan semakin Ketua Mahkamah Syar`iyah Provinsi
informal relasi yang dibangun antara periode tahun 2000-2008, secara intens
49
pelaksanaan training
ikut terlibat dalam kegiatan pelatihan ternasional secara selektif ditangguhkan
di luar perannya sebagai narasumber. atau bahkan ditinggalkan. Akibatnya,
Dan kebijakan ini terus dilanjutkan oleh muatan materi yang berhubungan den-
Ketua Mahkamah Syar`iyah yang seka- gan isu gerakan perempuan yang diteri-
rang. Keterlibatan Pengadilan Agama dan ma para hakim sangat terbatas.
Mahkamah Syar`iyah berlangsung sejak
9. Terkait dengan hal di atas (No. 8), dari
perumusan kurikulum, penyelenggaraan
segi cakupan kurikulum Putroe Kandee
pelatihan diskusi-diskusi tematik, moni-
lebih berkonsentrasi pada isu-isu seputar
toring dan evaluasi kegiatan sampai pada
persoalan jender yang dihadapi hakim se-
proses sosialisasi publik. Bagi Putroe Kan-
hari-hari di pengadilan. Padahal, cakupan
dee ini sangat membantu karena beban
isu jender pada kenyataannya sangatlah
psikologis dan moral atas kegiatan ini
luas. Akibatnya, pengetahuan lain di luar
ditanggung bersama dengan Mahkamah
isu itu sangat terbatas. Mereka juga tak
Syar’iyah.
digugah untuk melakukan perubahan si-
7. Problem-problem yang dihadapi hakim kap di tingkat pribadi, meskipun secara
agama di Aceh yang terkait dengan per- tak langsung cukup banyak efek pelatihan
soalan budaya, politik dan agama be- yang berimplikasi ke arah itu. Sebaliknya,
rada dalam satu pemahaman yang sama PSW memperkenalkan isu-isu jender se-
dengan pihak penyelenggara. Ini memu- cara komprehensif, termasuk kesehatan
dahkan penyelenggara untuk masuk ke reproduksi dan teknik advokasi untuk
dalam persoalan secara lebih mendetail memperjuangkan hak-hak perempuan.
dalam framework yang sama. Sebaliknya, Dari sisi ini, materi yang ditawarkan PSW
pilihan yang paling strategis untuk PSW jauh lebih kaya dan beragam.
adalah menyentuh isu-isu umum yang
secara pasti dihadapi oleh semua wilayah Inilah sejumlah catatan reflektif dari penye-
dan sesuai perkembangan kelas ketika lenggaraan yang dikelola oleh kedua lembaga
membutuhkan mereka masuk secara le- itu. Pada bab berikutnya disajikan bagaima-
bih mendetail pada isu lokal. na respon peserta terhadap elemen-elemen
8. PSW adalah lembaga yang sudah sangat pelatihan yang dikembangkan kedua lemba-
mapan dan canggih dalam kajian Islam ga. Tak mengejutkan jika kesan peserta atas
dan jender. Bagi mereka, perdebatan kon- pelajaran yang dipetik dari training–training
sep seputar isu-isu ini merupakan menu itu berbeda-beda; di satu daerah muncul
diskusi sehari-hari. Sebaliknya Putroe resistensi, sementara di daerah lain justru
Kandee adalah lembaga yang baru berdiri mendapat apresiasi, untuk satu isu di satu
yang baru belajar isu-isu jender. Karena- wilayah terjadi penolakan, tetapi di daerah
nya Putroe Kandee tak sepenuhnya men- lain tak memunculkan persoalan. Semua ini
guasai isu-isu yang sangat penting dalam adalah proses pembelajaran yang sungguh
gerakan perempuan. Pembahasan isu-isu sangat berharga. [ * ]
penting dalam gerakan perempuan in-
50
DEMI KEADILAN DAN KESETARAAN
Sensitivitas Jender
dalam Sikap dan
Perilaku Hakim: Analisis 4
4
Sensitivitas Jender
dalam Sikap dan
Perilaku Hakim:
Analisis
D
alam bab sebelumnya telah diuraikan bahwa para hakim yang
telah mengikuti training sensitivitas jender ini mengalami pe-
rubahan pola pikir di sana sini tentang jender, kesetaraan jender,
dan keadilan jender. Sebagian dari mereka sudah dalam keadaan
sadar jender, yaitu suatu kesadaran di mana jender dipahami
sebagai sebuah konsep kesetaraan tentang hak dan kewajiban antara lelaki dan
perempuan. Pengetahuan para hakim yang diperoleh selama proses pelatihan
sangat membantu mereka untuk lebih memahami realitas hukum agama dalam
perspektif jender.
Meskipun tidak merata, pelatihan ini telah mengubah pandangan sebagian hakim
baik dari Mahkamah Syar’iyah Aceh, Pengadilan Agama Sumatera Barat, dan Su-
lawesi Selatan, tentang pentingnya memproteksi kepentingan perempuan ketika
berhadapan dengan laki-laki dalam struktur masyarakat yang timpang. Pada tata-
ran aplikasi proses peradilan, secara individual sebagian dari mereka telah meng-
akomodasikan kepentingan perempuan. Sebuah upaya yang tak hanya berangkat
dari perasaan belas kasihan yang berbasis pada pendekatan moral, tetapi berang-
kat dari keyakinan tentang prinsip-prinsip penerapan keadilan yang objektif.
Dalam konteks ini, para hakim umumnya pencatatan pernikahan itu merupakan ke-
bersetuju bahwa perempuan telah meng- harusan yang berhubungan dengan peme-
ambil peran dalam proses pengambilan nuhan administrasi negara.
keputusan terkait dengan penentuan calon
suami anaknya. Sebagian dari mereka me- Kegamangan mereka ini diperkuat oleh ada-
ngatakan hal itu memang telah diatur dalam nya lembaga itsbat nikah (penetapan keab-
agama melalui konsep bermusyawarah se- sahan nikah suatu pasangan oleh pengadilan
cara ma`ruf atau, dengan kata lain, larangan sehingga mendapatkan surat bukti nikah).
pemaksaan perkawinan. Dalam KHI, itsbat nikah yang diatur hanya
berlaku bagi pasangan yang menikah di luar
b. Pencatatan Pernikahan dan Itsbat Nikah KUA yang memenuhi kondisi yang disebut-
kan di dalam KHI, yaitu perkawinan yang
Isu ini diperdebatkan dalam training di Aceh
berlangsung sebelum diberlakukannya Un-
karena terkait dengan konteks lokalnya pasca
dang-undang Perkawinan tahun 1974. Pada
konflik, tapi tidak dibahas di Sumatera Barat
praktiknya, pemberian izin itsbat nikah bisa
dan Sulawesi Selatan. Namun begitu, dalam
dilakukan di luar batasan yang diatur dalam
pendokumentasian ini para hakim agama
KHI. Para hakim berpendapat bahwa atas de-
di Mahkamah Syar`iyah Aceh, Sumatera
sakan masyarakat yang membutuhkan buku
Barat dan Sulawesi Selatan sepakat bahwa
nikah, praktik itsbat nikah mereka lakukan.
pencatatan pernikahan merupakan suatu
Dalam konteks Aceh misalnya, izin memper-
keharusan. Mereka juga bersepakat bahwa
luas persyaratan itsbat nikah di luar keten-
manfaat pencatatan ini untuk memberikan
tuan KHI itu jelas sangat mereka butuhkan.
kepastian hukum bukan hanya kepada istri,
Konflik yang berlangsung lebih dari 30 tahun
terutama bila terjadi perceraian, tetapi juga
dan kemudian tsunami menyebabkan banyak
kepada anak-anak yang dilahirkannya. Na-
pasangan tak memiliki atau kehilangan buku
mun, kenyataan atas banyaknya praktik per-
nikah. Oleh karena, itu lembaga itsbat nikah
nikahan yang tidak tercatat adalah sebuah
benar benar sangat dibutuhkan.
realitas yang berada di hadapan mereka. Di
ketiga wilayah ini, para hakim terlihat am-
Adalah benar perbedaan cara pandang
bigu dalam memposisikan pandangan me-
terhadap praktik ini kerap menimbulkan
reka. Sikap yang paling umum adalah bahwa
57
sensitivitas jender dalam sikap dan perilaku hakim: ANALISIS
pertentangan baik antara hakim yang beru- ting bagi perempuan karena dapat mem-
saha konsisten dengan aturan KHI yang berikan kepastian hukum baik bagi dirinya
membatasi praktik itu dengan mereka yang maupun anak yang dilahirkannya. Dengan
berusaha lebih fleksibel. Namun, beberapa menggunakan analisis jender, seorang
hakim percaya bahwa selama mereka masih hakim dapat melihat apa akibatnya bagi
bisa melihat kejelasan maslahatnya untuk seorang perempuan jika tak memiliki surat
semua pihak, mereka tetap dapat menge- nikah. Antara lain secara sosial perempuan
luarkan putusan pemberian izin itsbat nikah tersebut rentan terhadap tindakan diskrimi-
tersebut. Dalam hal ini, para hakim sering nasi. Demikian pula dengan anaknya. Lebih
mempertimbangkan kemungkinan adanya dari itu, posisi mereka sebagai istri pun ren-
kesulitan dari pihak pejabat pencatat nikah tan terhadap kekerasan. Tanpa surat nikah,
seperti terjadi di Aceh semasa konflik. seorang perempuan akan sangat tergantung
pada suaminya. Dan ketergantungan serupa
Memang terdapat alasan yang berbeda an- itu sangat tidak sehat, karena bila terjadi tin-
tara pihak yang menginginkan itsbat nikah dakan kekerasan oleh suaminya sangat sulit
dipermudah dan pihak yang menghenda- bagi perempuan untuk keluar dari ikatan
kinya untuk dipersulit. Bagi pihak yang mem- perkawinannya.
permudah, itsbat nikah merupakan jalan
keluar atas kesulitan yang dihadapi perem- Jadi dari sudut pandang itu, pencatatan
puan yang tak memiliki surat nikah padahal perkawinan semestinya diletakkan seba-
perkawinannya dianggap sah secara agama. gai hal yang prinsipil. Dan jika dilihat dari
Sementara mereka yang menginginkan its- sisi doktrin agama, pencatatan seharusnya
bat nikah dipersulit atau dibatasi dan bah- mungkin bisa dimasukkan ke dalam rukun
kan dihapuskan, mereka meyakini bahwa perkawinan yang menentukan sah dan tidak-
dengan cara itu pernikahan di bawah tangan nya perkawinan. Analogi yang biasa dike-
dapat diminimalisasi. Mereka yang cenderung mukakan narasumber dengan gagasan ini
untuk mempermudah pelaksanaan itsbat ni- adalah bahwa dalam perjanjian jual beli saja
kah dan mempertahankannya, mempercayai
bahwa lembaga itsbat nikah diatur untuk Tanpa surat nikah,
memberikan solusi bagi pasangan yang pada seorang perempuan
saat menikah berhalangan untuk mencatat- akan sangat tergantung
kan pernikahannya. Sementara pihak yang
pada suaminya. Dan
lainnya menganggap dengan adanya lemba-
ga itsbat nikah, praktik kawin sirri (di bawah
ketergantungan serupa
tangan) akan terus merajalela. itu sangat tidak sehat,
karena bila terjadi
Analisis tindakan kekerasan
Pencatatan pernikahan merupakan aspek oleh suaminya sangat
yang fundamental bagi warga negara In-
sulit bagi perempuan
donesia. Melalui pencatatan itu seseorang
akan memperoleh status hukum pasti. Pen-
untuk keluar dari
catatan perkawinan karenanya sangat pen- ikatan perkawinannya.
58
DEMI KEADILAN DAN KESETARAAN
diperintahkan untuk dilakukan pencatatan ragam. Pertama, perceraian yang diajukan
apalagi dalam perkawinan yang dalam al dan diakui bahwa perceraian tersebut be-
Qur’an disebut sebagai sebuah ”perjanjian lum jatuh karena tak memenuhi syarat dan
yang kuat”. ketentuan yang sah. Kedua, perceraian yang
diakui sudah terjadi dan pasangan atau peng-
Sementara dalam hal itsbat nikah, anali- gugat mendatangi Pengadilan Agama untuk
sis jender dapat digunakan untuk melihat mendapatkan pengesahan secara adminis-
bagaimana sebuah tindakan hukum dapat tratif. Jika pada ragam pertama, pihak yang
memberi manfaat berupa kepastian hukum berperkara sepakat bahwa mereka datang
kepada perempuan. Jadi dalam konsep jen- ke Pengadilan Agama untuk memproses
der, itsbat nikah dapat diartikan sebagai perceraian mereka, pada ragam kedua, para
sebuah tindakan afirmatif yaitu sebuah pihak atau salah satu pihak menganggap
tindakan khusus yang berguna untuk mem- bahwa mereka telah bercerai secara agama
peroleh persamaan hak. Di sisi lain, memang dan datang ke Pengadilan Agama untuk
ada dampak dari diberlakukannya itsbat ni- mengesahkan perceraian mereka secara
kah, yaitu menyuburkan praktik kawin sirri, negara atau administratif dan atau untuk
padahal kawin yang tak dicatatkan akan mendapatkan akte cerai.
sangat merugikan perempuan. Dalam kon-
teks ini, sosialisasi tentang pentingnya pen- Untuk kasus kedua ini, beberapa hakim
catatan nikah harus terus disosialisasikan. Sumatera Barat mengungkapkan bahwa
Dengan cara itu, praktik kawin sirri bisa di- beberapa pasangan datang ke Pengadilan
kurangi semaksimal mungkin. Agama dan memperlihatkan secarik kertas
yang menyatakan atau berisi pernyataan ce-
2). Perceraian rai dari suami terhadap istrinya. Menghada-
Perceraian merupakan perkara yang men- pi kenyataan ragam perceraian yang kedua
dominasi ruang sidang Pengadilan Agama itu, para hakim, meskipun tetap memproses
di Indonesia. Peraturan perundang-undang- perkara dan menyatakan bahwa perceraian
an menyebutkan bahwa perceraian hanya mereka belum terjadi, tidak mampu me-
dapat dilakukan melalui Pengadilan Agama. ngontrol apakah perceraian yang diputus-
Para hakim Mahkamah Syar’iyah Aceh, Pe- nya di Pengadilan dipakai sandaran bagi
ngadilan Agama Sumatera Barat dan Su- dijalaninya efek dari perceraian tersebut
lawesi Selatan nampaknya sepakat dan setu- seperti dalam hal masa ‘iddah istri. Per-
ju dengan aturan tersebut. Namun, ketika nyataan salah seorang hakim patut disimak
aturan perceraian tersebut dikaitkan dengan di bawah ini:
keabsahan perceraian dari sisi agama, mere-
ka merasa sulit untuk memposisikan pema- ”Talak liar di Sumatera Barat banyak.
haman tersebut. Istri sering datang ke PA dengan se-
carik kertas saja yang menyatakan
Perlu dikemukakan bahwa, seperti di wilayah bahwa suaminya telah menceraikan-
Pengadilan Agama lainnya di Indonesia, di nya. Untuk penasihat perkawinan ha-
Aceh, Sumatera Barat dan Sulawesi Selatan, rus memasukkan materi-materi hukum
perkara perceraian memperlihatkan dua dalam nasehatnya, sehinga pasangan
59
sensitivitas jender dalam sikap dan perilaku hakim: ANALISIS
mengetahui hak-hak dan kewajiban- suami yang melakukan hal itu sangat perlu
kewajibannya”. (Hakim Sabri Syukur). untuk diupayakan.
60
DEMI KEADILAN DAN KESETARAAN
memahami bagaimana KDRT merupakan
suatu pola kekerasan yang berbasis jender. Analisis jender juga
membantu hakim
Analisis memahami daur peristiwa
KDRT atau kekerasan dalam rumah tangga kekerasan dalam rumah
merupakan penyebab terbesar dari tuntut-
an perceraian. Namun sebagian besar hakim
tangga yang terjadi
masih menganggapnya sebagai sesuatu yang berulang kali mengikuti
wajar dan menyatakan bahwa itu merupa- siklus kekerasan.
kan bunga-bunga kehidupan atau romantika
rumah tangga. Ini terutama untuk jenis ke-
kerasan non fisik yang tanda-tandanya tak lama kekerasan itu terjadi berulang-ulang,
nampak secara jelas sehingga sangat sulit akan semakin berat dampaknya karena
untuk dibuktikan oleh hakim yang belum frekuensi siksaan atau penyerangan yang
memiliki perspektif jender dalam melihat terus meningkat.
isu KDRT.
Analisis jender juga dapat membantu hakim
Analisis jender dapat membantu hakim un- untuk memahami bahwa kekerasan berbasis
tuk memahami cara kerja KDRT khususnya prasangka jender meliputi berbagai jenis ke-
menganalisis apakah seorang suami mem- kerasan mulai dari yang bersifat fisik sampai
punyai pandangan stereotype yang meng- non fisik. Selama ini, hakim telah sangat me-
anggap istrinya layak mendapat kekerasan mahami kekerasan fisik karena biasanya hal
agar patuh, tunduk, tak cerewet, tak banyak itu bisa dibuktikan oleh visum dokter atau
menuntut dan seterusnya. Analisis jender ditunjukkan bekas-bekasnya di dalam per-
juga membantu hakim memahami daur sidangan. Namun dibutuhkan pemahaman
peristiwa kekerasan dalam rumah tangga lebih untuk mengerti kekerasan non fisik,
yang terjadi berulang kali mengikuti siklus seperti penghinaan, perendahan martabat,
kekerasan. Menurut siklus ini, setelah suatu pengucapan kata-kata kasar, penelantaran,
tindakan kekerasan terjadi lalu biasanya tak diberi nafkah, pembatasan aktivitas di
diikuti oleh masa penyesalan oleh pelaku. luar rumah dan lain-lain yang tak meninggal-
Kemudian, ini dilanjutkan dengan sikap kan jejak nyata secara fisik. Pemahaman ini
pelaku yang sangat baik atau disebut masa perlu untuk menyempurnakan pengetahuan
bulan madu. Situasi ini membuat perem- mereka tentang konsep syiqaq (percekcokan
puan bingung untuk mengajukan tuntutan yang terus menerus). Selama ini, para hakim
perceraian. Namun setelah masa romantis memang mengenali syiqaq ini sebagai ala-
ini hilang, suami kembali lagi melakukan san terjadinya kekerasan, tetapi dalam kon-
tindakan kekerasan berikutnya dengan ber- sep yang dipahaminya itu terkandung mak-
bagai alasan. Demikian seterusnya hingga na bahwa percekcokan itu sebagai kesalahan
kekerasan berlangsung berulang kali mengi- kedua belah pihak. Dengan analisis jender,
kuti daur kekerasan itu. Hal yang paling mem- mereka dapat menelusuri pangkal atau asal
bahayakan dari keadaan ini adalah semakin muasal percekcokan itu.
61
sensitivitas jender dalam sikap dan perilaku hakim: ANALISIS
Hal lain yang juga sangat membantu, anali- kim kini lebih waspada untuk tidak dengan
sis jender dapat digunakan untuk memaha- serta merta mengiyakan dan menganggap
mi bahwa cara kerja kekerasan berbasis jen- persoalan kekerasan itu telah selesai.
der jauh lebih parah efeknya dibandingkan
dengan kekerasan berbasis suku, ras dan Adalah penting bagi hakim untuk memiliki
agama misalnya. Justru, karena kejadiannya pegangan bagaimana mengakhiri tindakan
di dalam rumah tangga yang tak nampak kekerasan, baik dengan meminta rujuk kem-
dari luar dan dianggap tak mungkin terjadi bali dan membatalkan tuntutan ataupun
dibandingkan dengan tiga jenis kekerasan meminta mereka berpisah. Semua pilihan
lainnya itu, kekerasan di dalam rumah tangga itu harus mengarah pada tujuan yang satu
sering terabaikan. Lebih dari itu, kekerasan yaitu mengakhiri tindakan kekerasan dengan
berbasis jender dapat memanipulasikan memberikan perlindungan secara hukum.
pandangan agama yang seolah-olah mem-
benarkan tindakan kekerasan sehingga kor- Perlindungan juga bisa dilakukan dalam pro-
ban pun menerima keadaan tersebut karena ses awal peradilan, misalnya dengan mene-
adanya pembenaran religius semacam itu. rapkan konsep kompetensi relatif. Sudah
sejak lama kompetensi relatif yang memihak
Konsep siklus kekerasan dalam rumah tang- perempuan berlangsung di wilayah jurisdiksi
ga itu benar-benar penting untuk dipahami Mahkamah Syar’iyah Aceh. Bila ketentuan
oleh hakim. Sebab, dengan itulah hakim hukum acara dalam peraturan perundang-
dapat mengerti mengapa seorang perem- undangan mengatur bahwa pengadilan yang
puan tiba-tiba membatalkan tuntutannya berwenang memeriksa suatu perkara adalah
meskipun bukti telah sangat kuat menunjuk- pengadilan yang berada di tempat tinggal
kan terjadinya kekerasan fisik. Tanpa pema- tergugat, hakim agama di Aceh telah men-
haman tentang siklus kekerasan itu, hakim tradisikan bahwa Mahkamah Syar’iyah yang
bisa keliru memahami fenomena ini dengan berwenang memeriksa perkara perceraian
menganggap sang istri itu telah mampu un- adalah Mahkamah Syar’iyah yang berada di
tuk bersikap lebih sabar atau sang suami wilayah tempat tinggal pihak istri sekalipun
telah berubah insyaf. Padahal yang sesung- kedudukannya adalah sebagai penggugat.
guhnya berlangsung adalah si istri sema- Salah satu tujuan di balik praktik hukum ini
kin masuk ke dalam lingkaran setan daur adalah untuk melindungi pihak isteri yang
kekerasan itu. Yang kerap terjadi, gugatan seringkali tidak berdaya secara ekonomi un-
yang dibatalkan sendiri oleh istri itu antara tuk melakukan perjalanan jauh ke wilayah
lain disebabkan oleh suami yang mengan- kabupaten/kota tempat tinggal suami. Kom-
cam dan akan memperlakukan istri lebih bu- petensi relatif seperti ini menjadi terlegiti-
ruk lagi, dengan misalnya memisahkannya masi lebih-lebih apabila kasus perceraian itu
dari anaknya, atau menakuti-nakuti akan mengandung alasan kekerasan dalam rumah
sulitnya hidup dengan menyandang status tangga (KDRT).
janda. Setelah pelatihan, para hakim dapat
memahami bahwa permintaan pembata-
lan itu disebabkan adanya siklus kekerasan.
Dengan pengetahuan tentang siklus itu, ha-
62
DEMI KEADILAN DAN KESETARAAN
Hakim dan Penanganan Kasus Kekerasan
64
DEMI KEADILAN DAN KESETARAAN
4). Mut’ah dan Nafkah ‘Iddah dari ajaran agama, tetapi juga karena dia
Pemberian mut’ah dan nafkah ‘iddah pasca melihat ketauladan orang tuanya. Ia meya-
perceraian sering dijadikan tolak ukur sen- kini nilai-nilai kesetaraan dalam Islam, tetapi
sitivitas jender hakim dalam penyelesaian ia juga menyadari adanya kesenjangan an-
perkara perceraian. Terkait penilaian ini, tara realitas dan idealitas.
seorang hakim Mahkamah Syar’iyah Aceh,
Karim, misalnya, mengungkapkan bahwa Masalah uang mut’ah dan nafkah ‘iddah
menurutnya sensitivitas jender seorang ha- juga menjadi perhatian hakim lain seperti di
kim dalam memeriksa perkara perceraian Padang maupun Makassar. Satu hal menarik
dapat dilihat sejauhmana hakim dapat men- tentang putusan pemberian uang ‘iddah dan
jamin tersedianya uang mut’ah dan nafkah mut’ah bagi istri dalam lingkungan Mahka-
‘iddah bagi istri. Karim berpendapat bahwa mah Syar’iyah Aceh adalah bahwa putusan
dirinya tidak akan segan-segan untuk me- tersebut tidak terbatas hanya untuk kasus
ngabulkan permohonan sita jaminan yang cerai talak saja seperti yang diisyaratkan
diajukan seorang istri atas harta milik sua- dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI), tetapi
minya dalam kasus perkara perceraian. Hal juga untuk perkara cerai gugat. Padahal, ke-
ini dilakukan untuk menggaransi agar uang tentuan yang terdapat dalam KHI pasal 152
mut’ah dan nafkah ‘iddah dapat dibayarkan menyatakan bahwa tidak ada mut’ah dan
oleh suami dengan baik dan tepat waktu ke- nafkah ‘iddah bagi istri yang mengajukan
pada mantan i strinya. Karim memiliki pema- cerai karena dinilai melakukan nusyuz. Seba-
haman bahwa proses berjalannya hukum Is- gian hakim di Aceh tetap mewajibkan suami
lam dari waktu ke waktu senantiasa bersifat memberikan uang ‘iddah dan mut’ah bagi
dinamis dan menyesuaikan diri dengan kon- mantan istrinya. Praktik ini sesungguhnya
teks perubahan zaman. Karim mempunyai telah dilakukan oleh beberapa hakim jauh
latar belakang pendidikan dayah yang luas, sebelum terlibat dalam program sensitivitas
ia tidak kaku dalam memahami masalah- jender ini. Bedanya adalah saat ini hakim
masalah hukum kontemporer yang tidak memiliki argumentasi kuat dan mendasar
memiliki referensi langsung dalam sumber- tentang keputusan itu, yaitu pemenuhan
sumber hukum Islam. Menurutnya, dalam minimal hak-hak istri pasca perceraian.
konteks semacam itulah, terdapat peluang
hakim Mahkamah Syar`iyah untuk melaku- Hakim di Aceh juga mewajibkan suami yang
kan ijtihad, membuat inovási dan improvisa- hendak mengucapkan talak agar membawa
si sesuai dengan adat istiadat dan budaya tunai uang ‘iddah dan mut’ah pada hari
lokal yang menyertainya. pelaksanaan ikrar talak. Dalam FGD ter-
ungkap bahwa jika suami tidak membawa
Pandangan Karim ini tidak mengherankan. uang yang telah ditetapkan dalam putusan
Dalam pengalamannya sebagai hakim ia sebagai uang ‘iddah dan mut’ah, mereka
seringkali melihat kenyataan betapa berat- tidak akan mengizinkan suami melafalkan
nya nasib perempuan pasca perceraian. Pa- ikrar talak. Namun hakim lain menyatakan,
dahal ia sangat meyakini bahwa perempuan aturan ini sangat tergantung pada kondisi
mempunyai kedudukan yang setara dengan pasangan itu, sebab, ada kalanya si suami
laki-laki. Keyakinan itu bukan saja datang memang belum sanggup membayar uang
65
sensitivitas jender dalam sikap dan perilaku hakim: ANALISIS
‘iddah dan mut’ah atau si istri tak mau lagi Sebagaimana di Aceh, problem yang diha-
menunggu lebih lama. Bagi istri, penundaan dapi hakim di Sumatera Barat adalah sulit-
ikrar talak hanya akan memperpanjang pen- nya mengawasi jalannya eksekusi baik dalam
deritaan. Dalam situasi demikian, atas izin putusan provisi maupun putusan pemenuh-
istri, hakim akan meminta suami mengu- an hak-hak istri setelah perceraian. Secara
capkan ikrar talak dan meminta mereka teknis, kesulitan ini biasanya disebabkan
bersepakat soal teknis pembayaran uang keberadaan suami yang tidak jelas dan tidak
‘iddah dan mut’ah. Situasi ini menurut ha- adanya sanksi yang diatur dalam undang-
kim di Aceh jauh lebih baik daripada proses undang atas tindakan suami yang menolak
perceraian terlunta-lunta. menunaikan kewajiban itu.
Dalam perkara cerai gugat, hakim agama di Pembahasan nafkah ‘iddah dan mut’ah
Aceh menuturkan bahwa mereka sulit me- dalam kasus perceraian juga menyita perha-
maksa dan memastikan para suami untuk tian para hakim agama di Sulawesi Selatan.
membayar uang ‘iddah dan mut’ah setelah Mereka menilai bahwa secara normatif, hu-
putusan cerai dikeluarkan oleh majelis ha- kum yang ditegaskan dalam Kompilasi Hu-
kim. Hakim juga tidak dapat mengetahui kum Islam (KHI) tentang mut’ah ini adalah
apakah pada akhirnya suami yang mencerai- sunnah. Artinya, pemberian uang mut’ah
kan istri itu akan membayarkan uang ‘iddah dalam proses perceraian itu tidak dianggap
dan mut’ah di luar persidangan. Menurut wajib untuk dipenuhi, tetapi baik untuk di-
beberapa hakim di Sumatera Barat dan Su- lakukan. Ketentuan normatif ini umumnya
lawesi Selatan, keadaan yang sama juga dipraktikkan para hakim sebelum mereka
terjadi di wilayah mereka. Penyebabnya, mengikuti training sensitivitas jender. Bah-
karena tidak adanya suatu mekanisme yang kan, mereka mengaku tidak berani untuk
dapat menjalankan eksekusi putusan hakim menahan ikrar talak meskipun uang mut’ah
yang memerintahkan suami wajib mem- bagi istri belum tersediakan. Namun setelah
bayar uang ‘iddah dan mut’ah kepada man- mengikuti pelatihan, muncul kesadaran yang
tan istrinya. kuat untuk menjadikan pelaksanaan pem-
bayaran uang mut’ah sebagai jaminan hak
Upaya lain dilakukan oleh hakim di Suma- perempuan yang ditalak.
tera Barat dalam rangka memberikan per-
lindungan kepada calon janda yang masih Sejalan dengan pemahaman baru ini, para
dalam proses perkara yang berkepanjangan hakim memberikan penekanan tingkat sun-
dengan membolehkan istri mengajukan gu- nah menjadi muakkadah dalam memberikan
gatan provisi. Dalam periode interval antara mut’ah dan ‘iddah sebagaimana disebutkan
statusnya yang masih sebagai istri dan sta- dalam KHI tersebut. Artinya, ketentuan pem-
tusnya sebagai janda ini, ia masih berhak berian mut’ah yang dulunya hanya bersifat
mendapatkan nafkah penuh dengan meng- non-imperatif (ghairu muakkadah), diting-
ajukan provisi. Gugatan provisi ini diatur katkan menjadi semi imperatif (muakkadah).
untuk menjamin kesejahteraan istri agar ia Dengan cara itu maka dalam setiap perkara
tidak terkatung-katung dalam masa proses permohonan cerai, suami disyaratkan secara
perceraiannya itu. mutlak untuk membayar uang kompensasi
66
DEMI KEADILAN DAN KESETARAAN
ini kepada pihak istri setelah perceraian ter- Ada beberapa cara untuk menggunakan
jadi. Penegasan tentang adanya upaya untuk analisis jender dalam isu ini. Pertama-tama
mewajibkan pihak suami yang menceraikan soal cerai gugat. Analisis jender dapat mem-
istrinya memberi uang mut’ah ini, diafirma- bantu hakim untuk memahami bahwa cerai
si oleh semua hakim yang mengikuti FGD. yang diajukan istri tidak dengan serta merta
Menurut mereka, dengan menekankan pada dimaknai sebagai sikap nusyuz istri. Logi-
aspek pewajiban pemberian mut’ah ini, ke- kanya adalah hampir tidak mungkin seorang
pentingan perempuan dapat terlindungi. istri mengajukan cerai jika keadaan rumah
Laki-laki akan merasa hak mereka mencerai- tangganya tentram, damai dan tidak ada ke-
kan istrinya tidak semudah yang dibayang- kerasan. Hanya karena situasinya yang be-
kan karena adanya beban untuk memberi- gitu buruk maka jalan yang paling beratpun
kan kepada mantan istri sejumlah dari harta terpaksa mereka tempuh yaitu cerai gugat.
kekayaan ekonomi mereka. Dengan menggunakan cara pandang em-
pati ini, hakim dapat meneliti lebih seksama
Analisis mengapa istri melakukan cerai gugat.
Penggunaan perspektif jender yang paling
nampak di pengadilan terkait dengan hak- Sebagaimana telah dipraktikkan oleh para
hak istri yang diceraikan suaminya adalah hakim di tiga wilayah itu, pemberian mut’ah
dari pemenuhan mut’ah, kiswah dan nafkah. dan uang ‘iddah kepada istri, apapun je-
Akan tetapi, kelemahannya terletak pada nis perceraiannya, merupakan suatu upaya
eksekusi. Namun dengan berbagai cara, ha- yang nyata dalam menerapkan keadilan jen-
kim-hakim di tiga daerah itu telah melakukan der pasca perkawinan.
upaya-upaya inovasi agar kewajiban mantan
suami terhadap mantan istrinya dapat di-
penuhi.
69
sensitivitas jender dalam sikap dan perilaku hakim: ANALISIS
kim Zakian menyatakan bahwa dia bukan tak ingin membela si
Ibu sebagaimana tertera dalam KHI, namun pada kenyataannya
hubungan emosional anak lebih dekat dengan bapaknya.
“Si Istri rela melepaskan anak berusia 2,5 tahun untuk dia-
suh suami, dengan catatan diberi waktu untuk [bertemu
dan] melihat. Di sini saya curiga, kenapa ada kerelaan,
tetapi minta waktu untuk melihat anak. Ternyata setelah
diperiksa secara terpisah saya melihat adanya indikasi
tekanan keras dari keluarga suami. Karena istri merasa
tertekan dan tidak berdaya sehingga melepaskan anaknya
yang masih balita. Di sini kami mengambil kesimpulan bah-
wa tidak ada satupun alasan suami [yang dapat diterima]
bahwa istri tidak berhak merawat anak. Kami [akhirnya]
memutuskan anak...bersama ibu dan biaya [pemelihara-
an] dibebankan kepada ayah si anak.”
70
DEMI KEADILAN DAN KESETARAAN
kan kepada ibunya tanpa harus melihat aturan di KHI. Bukan saja
karena hubungan emosional anak dengan ibunya yang umumnya
selalu lebih erat dibandingkan bapaknya, tetapi karena dalam
tradisi masyarakat Minang yang matrilinial, pengasuhan anak
memang selalu diberikan kepada ibunya atau keluarga garis ibu.
Bahkan jika si ibu meninggal, pengasuhan anak di bawah umur
selalu dberikan kepada keluarga dari pihak ibunya.
Senada dengan para hakim agama di Suma- kemarin, semakin menambah pema-
tera Barat dan Aceh, hakim agama dari Su- haman kita, bahwa yang harus kita li-
lawesi Selatan memandang bahwa dalam hat dalam hal ini adalah kepentingan
memutuskan masalah pemeliharaan anak, anak. Ada contohnya seperti di daerah
yang dijadikan rujukan adalah ketentuan sini waktu itu, saya lihat kondisinya si
hukum yang ada dalam KHI. Semua hakim anak sudah melekat pada bapaknya
menyatakan bahwa proses peradilan yang sejak umur 2 tahun, malah sebelum 2
terkait dengan pemeliharaan anak dikem- tahun. Pada umur 5 tahun (ketika gu-
balikan kepada ketentuan yang ada dalam gatan cerai dilakukan) mamanya sam-
KHI, seperti telah diutarakan di atas. Mereka pai meneteskan air mata meminta hak
mengungkapkan bahwa dalam kasus anak di asuh anak, tapi tidak bisa dibuktikan
bawah umur, orang tua laki-laki hanya akan keterikatan secara lahiriyah dengan si
diberikan hak pengasuhan jika si ibu berbe- anak...” (Muhajir, Kepala KUA)
da agama atau keluar dari Islam, keputusan
ini diambil demi kepentingan masa depan Analisis
anak.
Dalam hal pengasuhan anak, yang pertama-
tama harus diperhatikan adalah kepenting-
Seperti halnya di Aceh dan Sumatera Barat,
an anak. Analisis jender depat membantu
para peserta di Sulawesi Selatan berpendapat
mengeliminasi kemungkinan adanya stereo-
bahwa jika ada benturan antara kepentingan
type jender yang seolah-olah memandang
ibu dengan anaknya, maka yang lebih diuta-
setiap perempuan memiliki kemampuan
makan adalah kepentingan anak.
dan kesanggupan untuk memelihara anak,
atau sebaliknya seolah-olah laki-laki tak me-
“... sebelum pelatihan kami sudah pun-
miliki kemampuan itu. Namun adalah benar
ya dasar-dasar aturan (tentang peme-
karena selama ini secara adat dan sosio-kul-
liharaan anak) yang ditetapkan seperti
tural pengasuhan anak ada dibawah ibunya,
itu, bahwa pengasuhan anak itu tidak
hubungan anak dan ibu umumnya jauh lebih
dibebankan pada kepentingan orang
dekat sebagai kelanjutan dari fungsi biolo-
tuanya, tetapi harus melihat selalu
gisnya yang melahirkan dan menyusuinya.
ke kepentingan anaknya. Dengan ad-
Dalam konteks itu, KHI nampaknya meng-
anya pelatihan dan juga seperti yang
gunakan alasan kebiasaan dan kelaziman
71
sensitivitas jender dalam sikap dan perilaku hakim: ANALISIS
anak berada dalam asuhan ibunya terutama siran yang berbeda. Jika mengacu kepada
dibawah umur 12 tahun. Seorang hakim KHI, perempuan mendapat ½ dari harta
dapat menggunakan analisis jender untuk yang diperoleh selama berumah tangga,
mendudukkan posisi dan kepentingan anak, walaupun ia tidak bekerja di wilayah publik
dengan mengeliminasi stereotype tentang yang menghasilkan uang. Namun, bukan ti-
perempuan dan laki-laki terkait dengan dak mungkin bila ada hakim yang menerap-
kemampuan/ketidakmampuan mengasuh kan pembagian dua banding satu, dengan
anak yang seolah-olah bersifat permanen. asumsi lelaki bekerja lebih banyak sehingga
Jika memang tanpa tekanan seorang ibu me- hasilnya pun lebih banyak. Dengan perhi-
lepaskan hak asuh anak kepada bapak, maka tungan seperti itu, satu bagian bagi istri su-
sangat boleh jadi memang sang bapak me- dah dianggap merupakan penghargaan atas
miliki kemampuan dan kesanggupan untuk jerih payahnya mengelola rumah tangga.
memberikan rasa aman kepada anak yang Anggapan semacam ini tak jarang dicarikan
menjadi korban perceraian. Demikian juga justifikasinya yaitu dengan mengacu kepada
sebaliknya. Meskipun si anak telah berusia konsep pembagian waris sebagaimana dia-
diatas 12 tahun, anak bisa saja masih me- tur dalam Al Qur’an.
miliki hubungan yang sangat erat dengan
ibunya. Dalam hal yang semacam ini, sensi- Terkait hal ini, para hakim Mahkamah
tivitas jender dapat membantu hakim untuk Syar’iyah Aceh nampak mengakomodasi
memupuskan stereoptype tentang peran ibu aturan KHI secara jelas dan kongkrit. Bagi
dan bapak dalam pengasuhan anak. Pegang- mereka, status istri yang bekerja di rumah
an utama hakim adalah bagaimana memberi sebagai ibu rumah tangga sama pentingnya
perlindungan dan kebaikan bagi anak. dengan status suami yang bekerja di luar
rumah tangga. Perannya sebagai ibu rumah
6). Harta Bersama tangga memberi kontribusi penting dalam
Pembagian harta bersama atau gono-gini proses penciptaan harta bersama suami is-
(hareuta sehareukat dalam bahasa Aceh) tri selama masa pernikahan mereka, tanpa
merupakan perkara yang muncul sebagai mempersoalkan atas nama siapa harta ber-
akibat lanjutan dari perceraian. Dalam per- sama itu terdaftar. Oleh karenanya, dalam
soalan ini para hakim pada dasarnya meng- penyelesaian kasus harta bersama para
gunakan ketentuan KHI, di mana harta yang hakim di Aceh memberikan hak seperdua
diperoleh dalam ikatan perkawinan harus bagian kepada istri. Bagi mereka tidak ada
dibagi ketika pernikahan putus, baik kare- unsur apapun yang dapat menghalangi di-
na perceraian maupun karena salah satu penuhinya hak istri terkait harta bersama.
pasangan meninggal dunia. Persoalannya, Kontrak atau perjanjian yang tercermin
seberapa besar bagian untuk kedua belah dalam akad pernikahan sudah cukup dijadi-
pihak yang dianggap adil, hakim tak selalu kan bukti adanya kerjasama suami dan istri
punya pandangan yang sama. Meskipun hu- dalam perolehan harta bersama.
kum materil, seperti KHI sudah memberikan
aturan yang berperspektif kesetaraan hak
dan kewajiban laki-laki dan perempuan,
dalam pelaksanaannya kerap muncul penaf-
72
DEMI KEADILAN DAN KESETARAAN
Hakim dan Upaya Pembagian Harta Bersama Secara Adil
73
sensitivitas jender dalam sikap dan perilaku hakim: ANALISIS
Penerjemahan dari aturan KHI terkadang
Para hakim telah menilai dapat terjadi dalam bentuk lain. Misalnya,
dengan adil bahwa harta bersama tidak dibagikan dengan ala-
pekerjaan perempuan san bahwa harta yang dicari semuanya di-
peruntukkan bagi anak. Terlebih jika rumah
di dalam rumah tangga
dibangun oleh suami dan istri di atas tanah
dalam bentuk mengelola harta pusako tinggi.
rumah tangga sebanding
dengan suami yang Analisis
bekerja di luar rumah. Sekilas terlihat bahwa para hakim telah
sedemikian rupa mengupayakan untuk
memberikan perlindungan kepada perem-
Para hakim di Sumatera Barat pada dasarnya puan pasca perceraian. Bentuk perlindung-
setuju dengan aturan KHI soal harta bersama. an itu diberikan dalam menerapkan konsep
Namun pada praktiknya, mereka cenderung gono-gini yang diatur KHI. Terlihat bahwa
untuk lebih mengutamakan hak-hak perem- analisis jender telah digunakan ketika me-
puan atas dasar untuk melindungi masa de- reka berargumentasi tentang berapa bagian
pan kehidupannya dan anak-anaknya yang yang diberikan kepada istri dan alasannya.
secara pasti berada dalam tanggung jawab- Alasan yang mereka kemukakan dengan jelas
nya, apapun status perkawinannya kelak. menunjukan sensitivitas mereka bahwa se-
cara de facto istri ikut bekerja dengan meng-
Para hakim Sumatera Barat ini menilai bah- urus rumah tangga sehingga harta bisa di-
wa pembagian harta bersama dalam kasus kumpulkan sepanjang usia rumah tangga
tertentu bisa menyimpang dari aturan hu- berlangsung. Para hakim telah menilai de-
kum, di mana aset bersama tidak dibagikan ngan adil bahwa pekerjaan perempuan di
rata. Dalam kasus istri yang mencari nafkah, dalam rumah tangga dalam bentuk menge-
sementara suami sama sekali tidak bekerja, lola rumah tangga sebanding dengan suami
maka rasio pembagian harta bersama bisa yang bekerja di luar rumah. Dalam konteks
tidak satu banding satu. Istri, dalam kondisi itu, adalah sangat adil secara jender bila
seperti itu, bisa mendapat porsi lebih ban- hakim memutuskan perempuan mendapat
yak. Seorang hakim pernah menyelesaikan bagian yang sama dengan lelaki yang ber-
perkara dengan memberikan ¾ dari harta cerai. Demikian halnya ketika hakim mem-
bersama kepada istri. Penafsiran dan sikap beri bagian lebih banyak kepada istri yang
para hakim ini merupakan hasil pembacaan bekerja. Analisis jender membantu mereka
mereka atas kenyataan tentang beratnya untuk memahami bahwa ketika istri bekerja
tanggung jawab istri pasca perceraian. Dan di luar rumah —sangat jarang suami men-
untuk itu mereka tak merasa telah melang- gambil alih pekerjaan rumah tangganya.
kahi KHI, melainkan memanfaatkan peluang Dengan demikian, istri pada dasarnya telah
yang diatur KHI. Dalam KHI, pembagian 1:1 bekerja rangkap melakukan produksi seka-
itu tidak mempermasalahkan siapa yang ligus reproduksi. Atas dasar itulah, menjadi
bekerja di luar, melainkan soal perlindungan sangat layak jika mereka berpisah si istri akan
bagi perempuan pasca perceraian. mendapat ¾ bagian dan suaminya ¼ bagian.
74
DEMI KEADILAN DAN KESETARAAN
Di sini sumbangan suami tetap dinilai dengan bainakum mawaddatan warahmatan..”
wajar dan adil. (mewujudkan kehidupan yang penuh ka-
sih sayang). Menurut mereka, adalah tidak
7). Poligami mungkin tujuan seperti itu akan dapat di-
Hakim Mahkamah Syar’iyah Aceh meman- capai bila laki-laki sudah berkeinginan atau
dang bahwa poligami merupakan perkara melakukan poligami. Dalam diskusi masalah
yang pelik untuk diperbincangkan. Pertama, ini terdapat titik berangkat yang berbeda
karena tidak ada satupun di antara hakim antara hakim lelaki dan perempuan. Dengan
yang berani menetapkan hukum poligami itu mengutip ayat yang sama kedua kubu mem-
terlarang, walaupun dalam praktiknya mere- beri tekanan yang berbeda. Namun, seorang
ka sebagai hakim sangat mengetahui bahwa peserta (laki-laki) dalam FGD di Makassar
perkawinan poligami adalah perkawinan mengungkapkan pendapatnya, sesuatu yang
yang paling bermasalah dan dipandang se- cukup sering dikemukakan oleh mereka yang
bagai amalan yang hanya dapat dilakukan menolak poligami:
karena terpaksa alias darurat. Bukti bahwa
aktivitas poligami merupakan sesuatu yang ”Kaum bapak umumnya hanya me-
bermasalah adalah karena hampir semua nitik beratkan pada penggalan ayat “...
praktik poligami dilakukan dengan meman- fankihu maa thoba lakum minannisaa
faatkan “kadi liar”. Dalam konteks Aceh se- matsnaa wa tsulatsa wa rubaa (kawini-
sungguhnya hakim jarang memproses perka- lah di antara perempuan itu, dua, tiga
ra permohonan izin resmi untuk berpoligami atau empat), karenanya hukum poli-
di pengadilan, meskipun dalam kenyataan- gami adalah boleh. Namun ada peng-
nya banyak sekali praktik poligami di Aceh. galan ayat berikutnya yang jarang
Alih-alih mengantongi izin dari pengadilan, dibaca yaitu, “dan jika tidak dapat
poligami itu pada umumnya dilangsungkan berlaku adil, maka kawinilah satu saja,
secara diam-diam tanpa sepengetahuan is- sungguh, kata Allah kamu tidak akan
tri. Dalam hal ini, praktik poligami sebetul- sanggup berlaku adil meskipun kamu
nya terkait dengan masih banyaknya praktik menginginkannya”. Lebih dari itu, ada
kawin siri dan peran penghulu tidak resmi ayat lain yang juga dianggap sering
atau institusi di luar negara. Kedua, karena terlupakan , yaitu ayat ”wamin ayatihi
perempuan Aceh pada umumnya lebih me- an khalaqa lakum min anfusikum azwa-
milih bercerai daripada hidup dimadu. ja litaskunu ilaiha waja’ala bainakum
mawaddatan warahmah’. Saya ingin
Dalam FGD di Sulawesi Selatan, tema poli- menonjolkan ’mawaddah warahma’
gami dibahas cukup hangat dan memuncul- itu cinta dan kasih sayang. Di ayat lain
kan perdebatan seru. Sebagian besar hakim ada yang mengatakan bahwa Tuhan
(lelaki) menyatakan dasar poligami adalah itu sebenarnya menekankan untuk me-
boleh. Sementara hakim perempuan, meski- ningkatkan rasa kasih sayangmu pada
pun tidak secara tegas menyatakan haram, istrimu”. (Muhajir, Kepala KUA).
memandang poligami sebagai tindakan pe-
nyimpangan dari tujuan perkawinan seb- Di sini terlihat bahwa dalam praktiknya, para
agaimana tersurat dalam ayat “…wa ja`alna hakim laki-laki, meskipun memandang hu-
75
sensitivitas jender dalam sikap dan perilaku hakim: ANALISIS
kum poligami adalah “boleh”, mereka selalu Bagi para hakim Sumatera Barat, perkara-
menganalisis penyebab keinginan laki-laki perkara poligami terekam dalam tiga karak-
tersebut untuk berpoligami. Dengan kata ter dilihat dari sejauhmana istri dilibatkan
lain, keinginan berpoligami seorang laki-laki sebagai parapihak. Pertama, poligami yang
tidak selalu dijawab dan dikabulkan oleh melibatkan istri sepenuhnya dalam proses
para hakim. pengurusannya, dan istri dalam hal ini di-
asumsikan telah memberi izin. Kedua, poli-
Meski demikian, tidak berarti kasus poli- gami yang melibatkan istri dalam penguru-
gami sama sekali tidak masuk dalam dos- sannya, tapi istri tidak sepenuhnya mengiku-
sier perkara mereka. Di Aceh, Padang dan ti keseluruhan prosesi, dan izin dikeluarkan
Makasar kasus poligami biasanya masuk ke dengan setengah hati. Ketiga, poligami yang
pengadilan dalam kaitannya dengan kere- tidak melibatkan istri secara langsung, dalam
takan rumah tangga yang berujung pada arti istri hanya diwakili melalui izin tertulis-
perceraian. nya.
Terkait kasus permohonan izin poligami, Dari tiga kondisi itu, secara garis besar hakim
para hakim Sumatera Barat cenderung pada tak membedakan pemberian izin poligami.
pemikiran bahwa poligami diperbolehkan Alasannya, karena apapun bentuknya, izin
dalam agama Islam dengan bertumpu pada istri secara formal telah diperoleh. Pertim-
nash yang menurut mereka sangat jelas ada bangan lainnya, jikapun dihalang-halangi,
di dalam Al-Qur’an. Namun, ketika mereka misalnya karena kelengkapan syarat-syarat
dihadapkan pada perkara permohonan izin tidak terpenuhi, poligami itu mereka yakini
poligami, mereka cenderung untuk melihat akan tetap dilakukan dan perkawinan poli-
kondisi nyata dari masing-masing kasus dan gami itu tidak akan tercatat. Memang dalam
bukan pada wacana boleh atau tidaknya kasus yang melibatkan istri yang dalam pem-
praktik poligami. Untuk itu umumnya hakim berian izinnya terlihat setengah-setengah,
mengundang istri sebagai parapihak dalam hakim, pada umumnya, akan selalu mem-
persidangan. proses dan menyelidiki dengan lebih seksa-
ma. Namun demikian, akhir dari proses per-
sidangan sering berujung pada pengabulan
Meskipun sudah mulai permohonan.
bergeser, beberapa
hakim nampaknya Meskipun sudah mulai bergeser, beberapa
masih kesulitan menolak hakim nampaknya masih kesulitan menolak
pertimbangan budaya lokal yang mengang-
pertimbangan budaya
gap poligami adalah bagian dari identitas
lokal yang menganggap dan status sosial seseorang. Dalam konteks
poligami adalah bagian semacam ini, tidak heran jika ada beberapa
dari identitas dan status hakim yang cenderung meyakini bahwa ti-
sosial seseorang. dak semua praktik poligami dimaksudkan
untuk melecehkan perempuan.
76
DEMI KEADILAN DAN KESETARAAN
Hakim dan Penanganan Izin Poligami
77
sensitivitas jender dalam sikap dan perilaku hakim: ANALISIS
seorang hakim dituntut untuk sensitif terhadap situasi si istri
yang tidak ada pilihan itu.
78
DEMI KEADILAN DAN KESETARAAN
Analisis Tentu penyelesaian perkara semacam itu,
Perkara izin poligami yang ditangani para seperti diungkapkan oleh hakim Zakian,
hakim di tiga wilayah ini tampaknya selalu amat bergantung pada keberanian istri un-
mempertimbangkan kepentingan istri dan tuk mengungkap fakta yang sebenarnya.
anak yang akan menerima dampak poli- Dan dalam hal ini, kejelian dan kesabaran
gami. Dengan segala daya, para hakim akan hakim untuk mengajak sang istri menyatakan
melakukan yang terbaik untuk menghindari pendapatnya sangat penting. Di sini hakim
terjadinya poligami. Namun jika pun pada harus dapat membuat istri merasa nyaman
akhirnya terjadi, sedapat mungkin mereka untuk menceritakan apa yang ditakutkan-
telah memberikan perlindungan maksimal nya, termasuk ketakutannya bila suaminya
kepada keluarga. berkehendak menceraikannya.
Dalam pelatihan di Aceh, para hakim me- Ada dua hal terkait sensitivitas jender yang
nyepakati bahwa poligami bisa merupa- sepatutnya dimiliki oleh hakim dalam kasus
kan salah satu bentuk kekerasan terhadap permohonan izin poligami. Pertama, sikap
perempuan. Kesimpulan itu mereka ambil kehati-hatian hakim untuk tidak begitu saja
dari pengalaman mereka di persidangan mempercayai pengakuan izin yang diberikan
yang menunjukkan betapa banyaknya ka- istri di depan persidangan. Faktanya, hakim
sus di mana istri dan anak-anak mengalami sampai harus berulang-ulang bertanya ke-
penderitaan lahir batin atas kelakuan suami, pada istri untuk memastikan tidak adanya
atau ayah, yang berpoligami itu. unsur ancaman dalam pemberian izin poli-
gami tersebut. Kedua, sikap empati kepada
Izin poligami menurut beberapa hakim pada istri yang mungkin saja akan dirugikan atau
dasarnya bukan hak, tetapi sebagai jalan terabaikan setelah suaminya menikah lagi.
darurat yang ditempuh karena keterpak- Untuk mengantisipasi hal ini, hakim berini-
saan. Jika tidak ada kondisi darurat, izin itu siatif memasukkan persoalan pembagian
sangat boleh jadi ditutup. Perspektif jender harta bersama dalam amar penetapan izin
membantu hakim untuk memaknai apa arti poligami.
kondisi darurat itu. Sebab, hal itu bisa men-
jadi pasal karet yang bisa ditarik ulur sesuai Hakim juga dapat memberi informasi bahwa
kehendak suami. Analisis jender membantu dengan berpoligami istri bisa sangat rentan
hakim untuk mengeser patokan dari me- terpapar penyakit menular seksual. Apalagi
menuhi keinginan suami ke perlindungan jika pasangan yang dinikahinya itu telah per-
maksimal bagi istri. Hakim juga dapat men- nah kawin dengan pria lain. Meskipun dari
gukur sejauhmana poligami tak memuncul- sisi fiqih perkawinan itu sah namun dari sisi
kan proses pemiskinan (marginalisasi) istri yang lain poligami dapat memunculkan ke-
yang ditinggal poligami seperti istri pertama. mudaratan berupa penularan penyakit sek-
Apa yang dilakukan hakim Zakian dalam ka- sual.
sus di atas, misalnya, menunjukan upaya
minimal hakim agar sang istri tidak terlantar 8). Kewarisan
oleh suaminya yang melakukan perkawinan Persoalan keadilan jender dalam masalah
poligami. kewarisan Islam selalu menjadi isu kontro-
79
sensitivitas jender dalam sikap dan perilaku hakim: ANALISIS
versial. Hal ini disebabkan oleh doktrin yang arkan dari lingkaran kelompok yang berhak
sudah diterima tanpa dipertanyakan lagi atas warisan. Ketentuan ini merupakan salah
(taken for granted) bahwa hak waris anak satu upaya KHI untuk menempatkan keseta-
perempuan setengah dari hak waris anak raan posisi perempuan dengan laki-laki.
laki-laki. Karenanya, setiap upaya penerapan
hukum yang berbeda dari doktrin ini secara Sangatlah menarik bahwa secara normatif
normatif dipandang sebagai langkah yang para hakim di tiga daerah ini selalu berpegang
bertentangan dengan ketentuan hukum Is- pada ketentuan yang digariskan Al Qur’an
lam. dan penafsiran para ulama klasik yang tak
beranjak jauh dari ketentuan Al Qur’an, yaitu
Namun upaya untuk menafsirkan ketentu- 2:1 bagi masing-masing anak lelaki dan anak
an itu tak henti-hentinya dilakukan seperti perempuan. Namun di tingkat pelaksanaan
oleh para pemikir dan ulama kontemporer. selalu ada upaya-upaya parsial yang bertu-
Semuanya itu merupakan ikhtiar mencari juan menerapkan hukum waris secara kon-
solusi bagaimana rasa keadilan dapat dite- tekstual. Para hakim mahkamah Syar’iyah
rapkan. Dan, jika rasa keadilan tidak ter- Aceh, misalnya, dengan tegas menyatakan
penuhi, tak mengherankan bila masyarakat bahwa mereka mengikuti aturan hukum ke-
pergi ke pengadilan untuk meminta peneta- warisan Islam sebagaimana terekam dalam
pan atau putusan yang adil. Fikih Indonesia Al-Qur’an dan kitab-kitab fikih klasik.
sebagaimana tercantum dalam Kompilasi
Hukum Islam (KHI) telah menawarkan kon- Namun, seperti diakui oleh para hakim,
sep kesetaraan kedudukan antara anak laki- pembagian waris yang diatur oleh hukum
laki dan anak perempuan. Keinginan itu ti- adat seperti pemberian hibah kepada anak
dak lantas terjelma dalam kesetaraan porsi perempuan berupa tanah rumah dan pe-
yang harus diperoleh anak laki-laki dan anak karangannya yang dipraktikkan dalam ma-
perempuan dalam warisan, tetapi dapat syarakat Aceh Besar, Pidie dan Lamno mere-
terlihat pada kesamaan kedudukan dalam ka terima sebagai ketentuan yang tidak
menghalangi pihak lain untuk menerima bertentangan dengan aturan agama.
warisan dari orang tua mereka. Meski tidak
mengakomodasi ketentuan satu banding Patut kiranya dicatat bahwa terdapat se-
satu bagi anak laki-laki dan perempuan, KHI buah yurisprudensi di lingkungan Mahka-
menetapkan bahwa anak, tanpa menye- mah Syar’iyah tingkat provinsi yang memu-
butkan jenis kelaminnya, dapat mengha- tuskan untuk menyerahkan seluruh sisa dari
langi saudara pewaris untuk memperoleh harta warisan yang tidak habis dibagi kepada
warisan. Ketentuan kesetaraan kedudukan seorang ahli waris anak perempuan satu-
anak lelaki dan perempuan ini dipahami satunya yang masih hidup. Sesungguhnya
dari aturan KHI yang menetapkan bahwa dalam kasus sejenis, setelah anak perem-
saudara pewaris baru berhak menerima puan itu memperoleh seperdua harta wari-
warisan manakala pewaris tidak mempunyai san, sisanya akan diberikan kepada paman
anak. Aturan ini memberikan pemahaman (wali) yang masih hidup. Akan tetapi, ber-
bahwa jika ada anak, baik laki-laki maupun dasarkan yurisprudensi tersebut, persentase
perempuan, maka saudara pewaris dikelu- perolehan harta warisan anak perempuan
80
DEMI KEADILAN DAN KESETARAAN
digenapkan menjadi penuh seratus persen. tuk memperoleh hak warisan.
Dengan kata lain, seorang anak perempuan
tunggal, walaupun ia masih mempunyai pa- Apa yang dikemukakan para hakim Su-
man, dapat menerima seluruh harta pening- matera Barat ini nampaknya merupakan
galan pewaris. Yurisprudensi ini seolah-olah pemahaman yang secara ketat akan mereka
bertentangan secara diametral dengan bu- terapkan manakala berhadapan dengan ka-
nyi pasal 176 KHI yang menyatakan: anak sus-kasus semisal. Mereka mendasarkan si-
perempuan mendapatkan seperdua bila kapnya karena khawatir melakukan penyim-
seorang diri, dan duapertiga bila mereka pangan dari doktrin fikih. Akan tetapi, pada
jumlahnya berdua atau lebih. Namun dari sisi lain, mereka bisa menerima penyim-
penjelasan hakim yang menangani perkara pangan semacam itu bila anak perempuan
ini yaitu seorang hakim perempuan, Hafidzah, jumlahnya lebih dari satu. Artinya, ahli waris
kita mendapatkan penjelasan yang sangat anak-anak perempuan yang jumlahnya lebih
logis. Sebagai anak tunggal, anak perem- dari satu itu, yang secara muasalnya hanya
puan itu mendapatkan separuh dari haknya. berhak atas dua pertiga atas harta wa-
Tapi, karena tidak ada saudara yang lain, risan, dapat menghalangi hak saudara dari si
dia memperoleh hak atas sisanya sebagai pewaris untuk menerima sisa warisan yang
zawil furud. Ketentuan ini tidak menggu- tinggal sepertiga itu.
nakan aturan-aturan terkait zawil arham,
yang mana saudara dari si pewaris diang- Ini memang masih merupakan wacana pe-
gap berhak karena hanya ada satu-satunya mikiran hukum. Apakah sikap yang diambil
ahli waris anak perempuan yang masih hid- oleh hakim di Sumatera Barat akan mencer-
up. Penafsiran seperti ini merupakan suatu minkan wacana tersebut bila memeriksa dan
terobosan hukum (ijtihad) yang dipandang memberi putusan atas kasus semacam itu,
mampu mengatasi persoalan ketimpangan tentu belum bisa dijelaskan saat ini, mengi-
pembagian porsi harta warisan pada pihak ngat perkara kewarisan sejenis ini teramat ja-
anak perempuan. rang, untuk tidak mengatakan tidak pernah,
masuk ke dosir perkara pengadilan agama di
Para hakim Sumatera Barat nampaknya Sumatera Barat. Lagi-lagi karena sistem ke-
setuju dengan apa yang secara umum dipa- kerabatan yang mereka anut membendung
hami para hakim Mahkamah Syar’iyah Aceh masuknya perkara kewarisan ke penga-
terkait masalah kewarisan. Namun dalam dilan. Berpijak pada sistem kekerabatan yang
aturan yang menentukan anak perempuan dianut, aset rumah tangga yang terkumpul
setara dengan anak laki-laki yang dapat akan diberikan kepada yang ditinggalkan, is-
menghalangi hak saudara dari si pewaris, tri dalam hal ini, untuk kemudian dialihkan
mereka tidak seluruhnya bersepakat. Me- kepada anak perempuan.
reka menyatakan bahwa anak perempuan
hanya dapat menghalangi hak saudara laki- Keengganan para hakim beranjak dari aturan
laki pewaris, manakala ia bukan anak tung- fikih waris dan beberapa aturan kewarisan
gal. Artinya, jika kebetulan anak perempuan yang ditetapkan dalam KHI teramati juga di
itu tunggal, maka ia tidak bisa menghalangi kalangan hakim Sulawesi Selatan. Perlu di-
paman dan bibi (saudara orang tuanya) un- catat bahwa penanganan kasus kewarisan di
81
sensitivitas jender dalam sikap dan perilaku hakim: ANALISIS
Gambar 12
Para Hakim dan
seorang panitera
tengah menjalankan
persidangan di PA
Sungguminasa.
Sulawesi Selatan biasanya dilakukan oleh ke- merata atau paling tidak memperhatikan
luarga atas bantuan ulama setempat dengan aspek kepentingan ekonomi masing-masing
berdasarkan pada ketentuan yang tertera pihak. Hakim Basir, misalnya, menceritakan
dalam Al Qur’an. Dalam hal ini, para hakim bagaimana ia mengajak pihak laki-laki untuk
biasanya menjadi mediator dalam menghi- mengalah dan kemudian mau merelakan ba-
tung pembagian harta warisan di dalam ma- giannya menjadi sama rata dengan saudari
syarakat Sulawesi Selatan. Dalam posisinya perempuannya.
sebagai mediator, para hakim sering mene-
rapkan prinsip perdamaian atau pembagian “Kalau selama ini kita tuangkan masih
harta warisan secara kekeluargaan atau 2:1, tapi biasanya kita mengedepankan
kesepakatan. Sikap ini diambil untuk dapat perdamaian di dalam persidangan, [se-
merealisasikan prinsip pemeliharaan dan hingga] terkadang seimbang. laki-laki
perlindungan terhadap kepentingan perem- di[beri] bagi[an yang] sama dengan
puan, terutama kaitannya dengan rasio dua perempuan sebagai upaya didamai-
banding satu (2:1) untuk anak lak-laki dan kan sehingga dia sepakat untuk dibagi
perempuan. rata...” (Hakim Basir).
Dalam hal perdamaian atau kesepakatan Selain soal akses dan kontrol, analisis jender
tidak dapat diwujudkan, seperti diakui oleh juga dapat digunakan untuk menganalisa
Basir, para hakim selalu mengikuti aturan apakah sebuah aturan hukum memarjinal-
yang tertuang dalam KHI. Maksudnya, rasio kan posisi perempuan atau tidak. Sebab
pembagian dua banding satu untuk masing- sangatlah diyakini bahwa tidak ada satu pun
masing anak laki-laki dan perempuan akan aturan hukum atau agama yang bertujuan
diterapkan. Sikap ini merupakan konsekuen- untuk memiskinkan atau memarjinalkan
si dari sistem hukum Indonesia, termasuk salah satu pihak atau kelompok.
peradilan agama, yang menganut tradisi
civil law dan bukan common law. Para hakim Hal lain yang dapat dilihat melalui analisis
menegaskan bahwa mereka harus mengikuti jender adalah ke arah mana upaya-upaya
aturan yang ada, terutama klausul yang ter- perubahan hukum mesti diarahkan dan di-
tera pada KHI pasal 176, kecuali bila aturan perjuangkan. Pertanyaannya, ke arah mana
tersebut diubah. Selama aturan itu masih ada, perubahan hukum itu bergerak? Pada
mereka harus menjalankannya karena, menu- umumnya, perubahan hukum yang menga-
rut mereka, fungsi hakim adalah menegakkan rah kepada kemaslahatan berpangkal pada
dan menjalankan aturan yang ada. Mereka bu- pandangan yang mendudukkan secara seta-
kan pembuat hukum, tetapi penegak hukum, ra antara anak lelaki dan anak perempuan.
suatu sikap yang agak berbeda dengan si-
kap-sikap mereka pada kasus lain. Bagi para hakim Mahkamah Syar’iyah Aceh,
masalah sensitivitas jender hakim dalam hal
Analisis kewarisan ini tidak dapat diukur semata-
Kewarisan adalah salah satu isu yang paling mata dengan bunyi keputusan majelis hakim
83
sensitivitas jender dalam sikap dan perilaku hakim: ANALISIS
yang berani mendobrak doktrin dua ban- kan (1) faktor perbedaan jenis kelamin, (2)
ding satu dan menetapkan hak waris yang faktor siapa pihak yang pertama-tama ber-
sama jumlah porsi pembagiannya bagi anak inisiatif melakukan khalwat dan (3) faktor di
laki-laki dan anak perempuan. Yang dapat tempat siapa khalwat itu dilangsungkan.
dikedepankan sebagai parameter untuk me-
nilai dengan lebih adil keberadaan sensiti- Walaupun faktor perbedaan jenis kelamin
vitas jender seorang hakim dalam masalah menjadi pegangan, di mana hakim me-
kewarisan, adalah apakah anak perempuan mutuskan jumlah hukuman cambuk lebih
satu-satunya, seperti halnya anak laki-laki, sedikit bagi perempuan pelaku khalwat se-
dapat menghalangi saudara laki-laki dan mentara untuk pelaku laki-laki dikenakan
atau saudara perempuan dari pihak ayah hukuman cambuk yang jumlahnya lebih ba-
anak perempuan tunggal itu. Menurut me- nyak, tampaknya hakim juga memasukkan
reka, hakim bisa dikatakan sensitif jender unsur siapa pihak yang berinisiatif mengajak
jika memiliki pandangan bahwa anak perem- khalwat dan di tempat siapa khalwat itu di-
puan tunggal dapat menerima seluruh harta lakukan sebagai pedoman dalam menentu-
peninggalan kedua orang tuanya walaupun kan besar kecilnya jumlah hukuman cambuk
terdapat pihak laki-laki dari keluarga ayah yang dijatuhkan. Hakim Yuniar menceritakan
dari anak perempuan itu (e.g. saudara laki- sebuah kasus khalwat yang pernah diperik-
laki ayah, anak laki-laki dari saudara laki-laki sanya sebagai berikut:
ayah).
”Kasus ini terjadi sekitar awal atau
9). Khalwat pertengahan tahun 2007 di Banda
Perkara khalwat adalah yurisdiksi khusus Aceh... Kasusnya si A (laki-laki) dan si
dalam lingkungan Mahkamah Syar’iyah Aceh B (perempuan) kedua-duanya maha-
dan tidak ditemukan di pengadilan agama di siswa menyewa rumah kontrakan [yang
luar Aceh. Yurisdiksi khusus ini berlaku sejak terpisah] di Lampeuneurut. Kebetulan
mulai diresmikannya penerapan syariat Is- malam itu malam minggu dalam ke-
lam secara formal di Aceh pada tahun 2002. adaan hujan [sehingga] laki-laki berala-
Menurut Qanun no. 14 tahun 2003, khalwat san tidak bisa mengantar perempuan
didefinisikan sebagai perbuatan bersunyi- ke rumahnya. Lantas laki-laki tersebut
sunyi antara dua orang mukallaf (dewasa) mengajak perempuan itu menginap
atau lebih yang berlainan jenis yang bukan di rumah kosnya. Perbuatan mereka
muhrim atau tanpa ikatan perkawinan. Ke- ini sudah diketahui oleh orang kam-
tentuan sanksi bagi pelanggar Qanun ini pung setempat. Namun dibiarkan saja
adalah cambuk paling banyak sembilan kali [karena] masih beranggapan mungkin
dan paling sedikit tiga kali. Dengan keten- pulang agak larut malam. Ternyata
tuan seperti ini, sensitivitas jender hakim di waktu pagi melintas salah seorang
mungkin dapat diukur melalui beberapa kampung dan menyampaikan bahwa
parameter yang validitasnya masih dapat di rumah kos laki-laki itu ada perem-
diperdebatkan, yaitu apakah seorang hakim puan. Lalu mereka langsung ditangkap
memutuskan jumlah hukuman cambuk bagi di tempat itu juga. Sesampai kasus ini
tiap-tiap pelaku dengan mempertimbang- di pengadilan, laki-laki mengakui apa
84
DEMI KEADILAN DAN KESETARAAN
yang telah dilakukan semuanya ter- dak pusing. Hakim ketua, Rafiuddin, menun-
hadap perempuan tersebut. Demikian da sidang beberapa menit untuk memberi
pula perempuan mengakui [hubung- waktu kepada perempuan tersebut untuk
an suami istri]. Di sini kami [hakim] beristirahat sejenak. Saat sidang dimulai
menetapkan hukuman bagi laki-laki kembali, hakim Rafiuddin memberi sema-
tujuh kali cambuk dan perempuan ngat agar terdakwa perempuan tidak perlu
[mendapat] lima kali cambuk. Pertim- takut dengan persidangan dan memberi-
bangannya adalah mereka sama-sama tahu bahwa tak perlu merasa gusar dengan
kuat keinginannya melakukan perbu- tuntutan jaksa karena majelis hakim akan
atan asusila. Malahan perempuan memutus perkara itu dengan seadil-adilnya.
ketika diajak ke tempat laki-laki juga Pada waktu majelis hakim memutuskan vo-
bersedia [dan] tidak menolak. [Walau- nis bagi pasangan yang berkhalwat itu se-
pun perbuatan tersebut dilakukan atas banyak tujuh kali cambuk dan meminta me-
dasar sama-sama suka], dari perspek- reka untuk menandatangani putusan, hakim
tif jendernya, tidak sama menghukum tidak memaksa terdakwa yang masih mera-
laki-laki maupun perempuan... Sebe- sa pusing itu untuk maju ke meja hakim,
narnya di dalam Qanun tidak diatur melainkan memperkenankannya menanda
harus berapa kali cambuk untuk laki- tangani putusan dalam keadaan duduk di
laki dan perempuan... Ini hanya sema- atas kursinya.
ta-mata pertimbangan hakim. Sebab
dari segi fisiknya, perempuan tetap Analisis
lemah. Pertimbangan kami lebih mem- Isu kasus khalwat merupakan topik yang
pertimbangkan di hati nurani. Rasanya sangat pelik untuk dianalisis dari perspektif
kalau lima kali [untuk perempuan] itu jender. Namun begitu, bukan berarti anali-
pun kalau bisa jangan, melainkan tiga sis jender tidak dapat diterapkan. Pertama-
kali cambuk sudah cukup.” tama, analisis jender dapat digunakan untuk
membantu merumuskan konsep pelanggar-
Sebuah persidangan kasus khalwat di Mah- an itu. Pertanyaannya, apa sesungguhnya
kamah Syar’iyah Jantho pada 4 Desember yang dilanggar dan kemudian diatur dalam
2008, yang sempat disaksikan oleh peneliti, ketentuan Qanun khalwat itu? Apakah me-
mungkin menarik juga untuk didiskusikan di reka melanggar kesusilaan umum atau khal-
sini. Pemeriksaan kasus khalwat tersebut di- wat itu adalah pelanggaran atas integritas
pandang telah berperspektif jender karena perempuan. Ini berarti sejak awal cara pan-
tidak memojokkan posisi perempuan yang dangnya harus berangkat dari asumsi bahwa
seringkali dianggap sebagai pihak yang ber- pada dasarnya telah terjadi ketimpangan
salah menyebabkan timbulnya hasrat laki- pengambilan keputusan antara lelaki dan
laki untuk berkhalwat. Lebih dari itu, hakim perempuan. Ketika khalwat terjadi, maka
memberikan perhatian khusus terhadap jika menggunakan analisis ini, yang pertama
kondisi psikis yang dialami oleh terdakwa tama harus ditanya adalah apakah terjadi
perempuan saat pemeriksaan berlangsung. pemaksaan, intimidasi dan situasi yang me-
Ketika sidang sudah berjalan selama 15 me- nyebabkan pihak perempuan tak ada pili-
nit, terdakwa perempuan mengeluh menda- han. Jika ternyata tidak ada unsur itu maka
85
sensitivitas jender dalam sikap dan perilaku hakim: ANALISIS
hukum khalwat bisa ditegakkan. bahwa apa yang mereka lakukan menyalahi
aturan dan ditentang oleh teman-teman
Perbedaan jumlah cambukan mungkin saja seprofesi. Pelatihan yang diikuti bersama-
dapat dimaknai bahwa hukum khalwat itu sama oleh para hakim membuat mereka
telah menimbang keadaan fisik dan psiko- yang tadinya belum tersadarkan akan pen-
logis perempuan. Namun dampak yang tingnya pemahaman dan pengejawantahan
diterima secara sosial pasti berbeda. Pada prinsip relasi jender menjadi tercerahkan
perempuan stigma yang diterima jauh lebih dan mulai sensitif terhadap isu jender, dan
besar meski hanya dicambuk satu kali pun, membuat mereka yang sudah memiliki ke-
dibandingkan dengan stigma yang dialami cenderungan mendapatkan legitimasi kon-
laki-laki. Hal-hal semacam inilah yang seha- sep, paling tidak, jika bukan legitimasi hu-
rusnya dijadikan pertimbangan untuk pener- kum, dan merasa memiliki sandaran dan
apan hukum khalwat ini. acuan yang lebih jelas.
Gambar 13
Para Hakim sedang
membacakan
hasil keputusan di
Peradilan Agama
di hadapan para
pemohon
87
sensitivitas jender dalam sikap dan perilaku hakim: ANALISIS
Selain itu, dalam kerangka penguatan sen- yang santun dan egaliter dengan mencoba
sitivitas jender, putusan-putusan PA itu ha- mengarahkan para pihak untuk tidak datang
rus didiskusikan dengan pihak-pihak lain. ke meja sidang majelis hakim dan langsung
Hakim perlu masukan dan bantuan dari mempersilahkan mereka keluar tanpa harus
pihak-pihak luar yang terkait. Hakim sering menjabat tangan para hakim. Hal ini dilaku-
menemukan kesulitan untuk menerapkan kan untuk menghilangkan kesan takzim yang
aturan, misalnya dalam masalah perceraian, berlebih-lebihan terhadap majelis hakim
karena ketidakhadiran suami. Hakim tidak oleh para pihak yang berperkara.
bisa melakukan eksekusi terhadap apa yang
telah diputuskan, sedang ketentuan sanksi Kesetaraan perlakuan diperlihatkan oleh
untuk hal tersebut tidak ada. Kondisi lain para hakim dalam beberapa sikap dan
adalah istri terkadang tidak bisa menunjuk- prilaku. Seorang hakim, misalnya, selalu
kan mana harta yang bisa dieksekusi. Ada memberikan waktu kepada masing-masing
yang pernah meminta eksekusi dan menun- pihak litigan untuk dapat mengungkapkan
juk mobil yang akan dieksekusi, tapi kemu- dengan baik mengenai pembelaan, tuntu-
dian diketahui bahwa mobil tersebut atas tan, keterangan, argumentasi dan lain seba-
nama kakak (mantan) suami, maka eksekusi gainya. Secara bersamaan, seperti terlihat
tidak bisa dilakukan. pada kasus perceraian, hakim meminta pi-
hak laki-laki dan perempuan, baik sebagai
Terkait sikap dan perilaku yang meng- penggugat maupun tergugat, untuk fokus
arah pada profesionalisme hakim dan pada jawaban pertanyaan hakim tanpa per-
kewibawaan lembaga peradilan, seorang lu memberikan komentar-komentar tamba-
hakim, misalnya, meminta para litigan untuk han yang tidak perlu. Hakim tampak imbang
berpakaian sopan ketika memasuki ruang dalam memperlakukan pihak laki-laki dan
persidangan. Hakim menegur pihak laki- perempuan, ketika mengajukan pertanyaan
laki untuk tidak menggunakan topi pada dan meminta kejelasan perkara tanpa beru-
saat masuk dalam persidangan. Hakim juga paya mengintervensi dengan kalimat-kalimat
memperhatikan cara dan kerapihan berpa- yang tendensius yang dapat mempengaruhi
kaian dari kedua belah pihak, baik laki-laki salah satu pihak. Hakim juga menanyakan
maupun perempuan. Setelah persidangan dengan serius alasan kenapa pihak laki-laki
selesai, hakim memperlihatkan sikapnya tidak bisa datang dalam persidangan, dan
hanya diwakili oleh penasehat hukum atau
orang yang ditunjuknya.
Sikap yang sangat
jelas memperlihatkan Sikap yang sangat jelas memperlihatkan
bentuk perhatian hakim terhadap kepen-
bentuk perhatian hakim tingan perempuan dapat dilihat dalam ka-
terhadap kepentingan sus penyerahan uang nafkah dan mut`ah.
perempuan dapat dilihat Kepada pihak suami pemohon talak, hakim
dalam kasus penyerahan memintanya untuk menyerahkan sejumlah
uang nafkah dan mut`ah. uang sebagai nafkah pada bulan pertama
dan mut’ah istri sebelum hakim memba-
88
DEMI KEADILAN DAN KESETARAAN
cakan putusan perkaranya dan memperke- perceraian, misalnya, karena pertimbangan
nankan suami mengucapkan ikrar talak. kondisi perekonomian, majelis hakim sering
Ketika suami sudah dapat menunjukkan se- menetapkan jumlah uang nafkah ‘iddah dan
jumlah uang yang ditetapkan di dalam putu- mut’ah yang cenderung lebih tinggi diban-
san dan menitipkannya pada panitera untuk ding jumlah yang ditetapkan sebelum per-
diberikan kepada istri, ikrar talak baru kemu- ekonomian stabil. Contoh lainnya adalah
dian perkenankan untuk diucapkan. pengabulan permohonan itsbat nikah oleh
hakim dengan pertimbangan beberapa ala-
Secara umum, dalam mengambil keputusan, san yang tidak tersebut di dalam aturan hu-
para hakim terlebih dahulu merujuk kepada kum positif.
aspek yuridis, kemudian filosofis dan aspek
sosiologis (kearifan lokal). Ketika mereka ti- Putusan-putusan yang mempunyai relevansi
dak menemukan aturan hukum perkara yang dan pertimbangan sensitivitas jender secara
sedang dihadapi, beberapa hakim mengakui umum dapat diterima oleh para pihak ber-
merujuk pada fikih dan juga menggunakan perkara, meski terkadang belum sepenuhnya
pendapat ulama kontemporer untuk me- mendapat respon yang positif dari masyara-
nentukan keputusan atas sebuah perkara. kat. Para hakim menyadari bahwa setiap pu-
Walaupun demikian, itu tidak berarti mere- tusan yang mereka buat sedikit banyak pasti
ka menutup kemungkinan untuk berijtihad mengundang kritik dan komentar dari ber-
sendiri, misalnya dengan mengembangkan bagai pihak. Namun, para hakim merasa ya-
kepekaan jender dalam sebuah perkara yang kin bahwa selama kemaslahatan yang ingin
mereka periksa. Isu jender dalam suatu per- mereka ciptakan melalui putusan-putusan
masalahan yang terkait tampaknya sudah tersebut dapat terlihat dan terwujud, semua
menjadi elemen penting dalam pertimbang- pihak pada akhirnya akan dapat menerima.
an majelis hakim pada saat mempersiapkan Hukum positif selalu menjadi pijakan yang
amar putusannya. utama, yang diimbangi pula dengan per-
timbangan budaya lokal atau adat tradisi
Seperti telah terlihat dalam paparan pada setempat. Akan tetapi, bunyi aturan hukum
bab ini, meski dalam banyak kasus dan dan semua norma-norma itu pada saat yang
wilayah, isu sensitivitas jender masih berada sama terbingkai pula oleh sensitivitas jender
dalam tataran wacana dan konsep, sensitivi- para hakim yang telah mengikuti training,
tas semacam itu sudah terefleksikan dengan sehingga menjadi referensi yang terus hidup
baik pada tataran aplikasi di beberapa tem- di dalam diri para hakim ketika memeriksa
pat lain. Dalam putusan berkenaan perkara dan dalam proses pengambilan putusan. [*]
89
sensitivitas jender dalam sikap dan perilaku hakim: ANALISIS
90
DEMI KEADILAN DAN KESETARAAN
5
Refleksi dan
Rekomendasi
5
Refleksi dan
Rekomendasi
P
A. CATATAN REFLEKTIF
Pelatihan terkait isu jender yang diberikan kepada para hakim pada saat mereka
telah ”malang-melintang” dalam profesi itu membawa efek dan implikasi tersen-
diri. Betapapun, kesulitan penerimaan dan penerapan akan terasa, mengingat
para hakim sudah sangat terbiasa dengan cara pandang (paradigma) lama. Lebih-
lebih mereka juga adalah bagian dari masyarakat yang tidak terlepas dari budaya
dan tradisi lokal mereka. Meski beberapa hakim dengan sangat terbuka menerima
isu jender, beberapa yang lain cenderung mempertanyakan relevansi dan signifi-
kansinya.
92
DEMI KEADILAN DAN KESETARAAN
Para hakim agama di Aceh, Sumatera Barat ma atau penceramah agama di luar lingkun-
dan Sulawesi Selatan yang telah mendapat- gan kantor, kepiawaian narasumber dalam
kan pengayaan materi dan pembinaan sela- menerangkan konsep dan pemikiran baru,
ma pelatihan, merasakan pengaruh dan efek dan kemudian membandingkannya dengan
yang berbeda-beda dari pelatihan jender pemikiran lama dan ataupun budaya lokal
tersebut. Di antara mereka ada yang meli- merupakan aset penting yang harus diperhi-
hat manfaat besar pelatihan bagi pengem- tungkan agar suatu pelatihan bisa berjalan
bangan pemahaman hukum keluarga Islam sukses dan membawa dampak signifikan
dan penyelesaian perkara yang lebih mem- setelahnya. Kepiawaian semacam ini bahkan
pertimbangkan relasi suami dan istri. Se- dapat menutupi kelemahan minimnya pe-
mentara sebagian peserta merasakan mem- ngetahuan narasumber atas budaya lokal.
peroleh sesuatu yang baru, peserta yang lain
menerima doktrin-doktrin baru di atas dok- Selain itu, pola rekrutmen peserta pelatihan
trin-doktrin yang sudah sangat lekat dalam yang dipergunakan mempunyai cukup pe-
kesadaran hukum mereka. Di atas segalanya, ngaruh dalam membangun suasana pela-
seluruh peserta pelatihan merasakan adanya tihan yang nyaman dan kondusif. Rekrutmen
suatu kesadaran dan pemahaman baru yang peserta yang homogen dari segi jenis latar
muncul terhadap konsep jender. Ini jelas belakang pendidikan dan profesi pekerjaan
suatu pencapaian awal yang sungguh berarti tidak saja memudahkan proses transmisi
terlepas seberapa besar atau kecil hal itu konsep dan gagasan, tetapi juga atmosfer
membawa pengaruh dalam memeriksa dan diskusi dan debat pemikiran yang berlang-
memutuskan perkara. sung lebih hidup dan dinamis. Rekrutmen
peserta dari berbagai kalangan yang ber-
Meskipun pelatihan yang diberikan kepada beda-beda secara profesi dan pendidikan
para hakim diakui sangat bermanfaat dan untuk dilatih meningkatkan sensitivitas jen-
telah memberikan pencerahan terhadap der bukan hanya membuat suasana diskusi
pemahaman jender dan telah mempenga- yang tidak seimbang, tetapi juga cenderung
ruhi banyak sikap dan perilaku para peser- menimbulkan resistensi yang sengit dan ti-
tanya, kunci awal dari kesuksesan itu justru dak perlu. Putroe Kandee tampaknya cukup
terletak pada desain program pelatihan. memperhitungkan dan banyak mempertim-
Desain program pelatihan menjadi krusial bangkan faktor-faktor ini sehingga apa yang
dalam menentukan seberapa besar dampak dilakukannya telah memberikan pembela-
yang mungkin terbentuk dari proses keikut- jaran dan kesan yang lebih baik bagi peserta
sertaan para hakim dalam pelatihan itu. pelatihan.
PUSKUMHAM melihat bahwa kualifikasi dan
keterampilan narasumber untuk menjelas- Sebagai implikasi dari berbagai pelatihan
kan dan melakukan reinterpretasi ajaran tersebut, PUSKUMHAM melihat adanya
hukum Islam merupakan faktor yang sung- pergeseran paradigma dan prilaku para ha-
guh menentukan. Berhadapan dengan para kim, baik di Aceh, Sumatera Barat, maupun
hakim, yang sebagian dari mereka mempun- di Sulawesi Selatan. Secara umum, para ha-
yai latar belakang khusus dan mungkin sekali kim tersebut memiliki kepekaan terhadap
juga memiliki profesi tambahan sebagai ula- isu-isu kesetaraan hak-hak perempuan dan
93
refleksi dan rekomendasi
laki-laki, hanya saja tingkat kepekaan me- jauh ikut mengokohkan pemahaman dan
reka berbeda antara satu dengan yang lain- kesadaran jender yang sudah dimiliki sebe-
nya. Beberapa hakim memang cenderung lumnya oleh sebagian para hakim. Sehingga
memiliki kepekaan jender lebih baik dan tidak heran jika dalam keseharian aktivitas
mengisyaratkan bahwa kepekaan tersebut profesional, para hakim mendapatkan suatu
sudah terbawa dalam diri mereka sejak se- bentuk legitimasi untuk melakukan peruba-
belum mengikuti pelatihan. Sementara un- han sosial pada umumnya dan membela ke-
tuk beberapa yang lain, kecenderungan un- adilan jender pada khususnya.
tuk sangat berhati-hati dalam menyerap dan
menerapkan isu jender begitu jelas tampak B. REKOMENDASI DAN ACTION
terlihat di antara mereka saat pertama kali PLAN
konsep itu diperkenalkan kepada mereka.
Agar penguatan sensitivitas jender ini dapat
Harus diakui, kesadaran dan kepekaan ter- terus terpelihara dan tepat sasaran, serta
hadap kesetaraan hak-hak perempuan dan sesuai dengan situasi dan kondisi masyara-
laki-laki dalam diri beberapa hakim di ketiga kat maka perlu diupayakan langkah-langkah
wilayah tersebut boleh jadi bukanlah teru- strategis sebagai bahan rekomendasi yang
tama dibangun melalui pelatihan, karena dapat ditindaklanjuti oleh pihak-pihak ter-
mungkin sekali itu merupakan sesuatu yang kait. Beberapa rekomendasi dan rencana
sudah bawaan secara alami ataupun karena tindak lanjut yang dapat diusulkan adalah
terbentuk melalui interaksi sosial baik dalam sebagai berikut:
lingkup keluarga maupun relasi pertemanan
mereka sejak kecil. Faktor-faktor eksternal 1. Lembaga Penyelenggara dan Lembaga
semacam ini jelas memberi pengaruh pe- lain yang mempunyai kepedulian terha-
ningkatan kepekaan jender para hakim di dap program penguatan sensitivitas jen-
dalam lingkungan keluarga di mana mereka der
dibesarkan dan dididik, dan juga termasuk
a) Pemantauan secara lebih terprogram tin-
kegemaran mereka untuk menambah wa-
dak lanjut kegiatan, sehingga apa yang
wasan dan pengetahuan terkait. Namun,
sudah disemaikan, terutama yang berke-
pemahaman yang tepat dan kesadaran
naan dengan gender sensitivity dapat te-
penuh untuk merefleksikannya dalam aktivi-
rus ditumbuhkan dan diimplementasikan
tas profesional kesehari-harian mereka ten-
dalam proses ajudikasi.
tunya sedikit banyak dipengaruhi oleh pelati-
han-pelatihan yang dilaksanakan oleh kedua b) Penyusunan instrumen-instrumen kese-
mitra Asia Foundation itu. Pelatihan pening- taraan dan keadilan jender yang lebih
katan sensitivitas jender, terlepas seberapa praktis sehingga dapat digunakan dalam
efektif pengaruhnya dalam diri tiap peserta, proses ajudikasi di pengadilan. Cara ini
telah memberikan sebuah cara pandang diharapkan dapat menjadi blueprint yang
yang lebih sistematis dan lebih berkeadilan akan menjadi rujukan bagi lembaga seje-
dalam melihat persoalan kesetaraan relasi nis dalam mengembangkan training gen-
antara manusia yang berbeda jenis kelamin. der sensitivity dan training analisis jender
Bukan hanya itu, pelatihan tersebut lebih serupa.
94
DEMI KEADILAN DAN KESETARAAN
2. Pemegang Kebijakan (Pemerintah dan a) Pelatihan peningkatan sensitivitas jender
Lembaga Legislasi) sepatutnya tak dirancang sebagai pro-
gram yang berdiri sendiri. Peningkatan
a) Melakukan perubahan pada aspek regu-
sensitivitas jender untuk aparat hukum
lasi yang masih bias jender. Hal ini akan
harus dilakukan sebagai strategi yang di-
membantu hakim untuk mencari tero-
dasarkan pada keyakinan bahwa analisis
bosan hukum, terutama bagi mereka
jender terbukti dapat meningkatkan hasil
yang sangat terikat oleh pandangan legal
guna/kemanfaatan program pembangu-
positivistik dan cenderung pasif dan rigid
nan di sektor apapun. Investasi melalui
dalam merujuk dan menggunakan keten-
proses edukasi merupakan cara yang cu-
tuan dan kepastian hukum tertulis.
kup strategis di mana analisisnya dapat di-
b) Menindaklanjuti hasil pelatihan ini me-
gunakan untuk menumbuhkan pola-pola
lalui cara memberikan sebanyak mung-
hubungan yang adil dan demokratis yang
kin kesempatan para hakim untuk men-
pada gilirannya akan sangat bermanfaat
jadi mediator-mediator berbagai konflik
untuk mengurangi konflik, meningkatkan
yang berakar dari ketimpangan jender
apresiasi terhadap perempuan, penghar-
sejak dari tingkat keluarga hingga komu-
gaan pada eksistensi keduanya (lelaki dan
nitas, dan menyelesaikan persoalan itu
perempuan) di mana pun mereka berkip-
dengan menggunakan ilmu-ilmu yang
rah serta secara langsung mengurangi
mereka dapati dari pelatihan ini.
tingkat penderitaan perempuan akibat
c) Memastikan terbentuknya kebijakan
ketimpangan jender.
publik yang sensitif jender; antara lain
b) Pelatihan serupa ini masih membutuh-
melalui promosi pejabat publik yang
kan dukungan, bukan hanya bagi para
lebih memiliki kesadaran jender; perlu-
hakim melainkan bagi para aparat lain-
asan partisipasi kaum perempuan dalam
nya di lingkungan lembaga penegakan
proses perumusan kebijakan; penyusu-
hukum, misalnya polisi, jaksa dan pe-
nan anggaran daerah dan perancangan
ngacara. Ini penting agar secara efektif
regulasi yang nantinya akan mempenga-
dan sistematis semua jajaran penegak
ruhi tingkat kualitas kehidupan perem-
hukum mendukung terwujudnya keseta-
puan.
raan dan keadilan jender dalam setiap
d) Dalam aspek hukum sangatlah penting
tahap proses hukum.
untuk menjaga agar regulasi yang dilahir-
c) Upaya mendorong kesetaraan jender mu-
kan tidak justru makin jauh dari regulasi
dah memunculkan kesalahpahaman yang
yang sensitif jender, dan karenanya, me-
dapat menimbulkan kemunduran dari
manfaatkan para alumni sebagai nara-
upaya pemberdayaan perempuan. Kare-
sumber dalam penyusunan regulasi yang
nanya, sangat penting bagi donor untuk
diharapkan lebih sensitif jender akan sa-
mengetahui peta persoalan jender yang
ngat berguna.
relevan bagi wilayah tersebut. Agenda
donor untuk mendorong kesetaraan jen-
3. Lembaga Donor (Nasional dan Interna- der harus dibarengi dengan kemampuan
sional) untuk mengukur apa yang mungkin dan
tidak mungkin dilakukan dalam konteks
95
refleksi dan rekomendasi
yang berbeda. Karenanya, bekerja de- membuka dan mengembangkan jejaring
ngan institusi lokal menjadi sangat pen- antar hakim, sehingga terjadi proses ber-
ting. Asia Foundation memperlihatkan bagi informasi dan pengalaman dalam
bagaimana hal ini bisa dilakukan tanpa mewujudkan proses peradilan yang sen-
harus menghindari substansi persoalan. sitif jender di tempat masing-masing.
• Untuk memperluas jangkauan impact
b) Untuk terus menggali metodologi pem-
program sensitivitas jender, kiranya di-
bacaan hukum yang memampukan para
perlukan upaya-upaya untuk memper-
hakim keluar dari cara baca yang kaku
luas keterlibatan mitra kerjasama yang
terhadap teks hukum yang jelas-jelas
mempunyai latar belakang yang berbeda
bias jender. Untuk ini mereka hendaknya
dan fokus sasaran yang beragam. Dalam
dimampukan untuk melanjutkan pemb-
konteks penegakan hukum ini, program
acaan referensi yang menawarkan pema-
pelatihan senstivitas jender bagi para
haman konsep keadilan jender. Dengan
pemangku adat, pimpinan lokal dan bagi
menggunakan gender analysis, seyog-
tokoh agama dan ulama perlu dipertim-
yanya mereka dapat terus melakukan
bangkan untuk diselenggarakan.
kajian dan refleksi atas perkara-perkara
hukum yang mereka tangani sehingga
4. Para Hakim dan Aparat Penegak Hu- proses ajudikasi dan putusan pengadilan
kum lainnya yang bias jender dapat dihindari. [*]
a) Untuk memperluas jangkauan impact
sensitivitas jender, para hakim perlu
96
DEMI KEADILAN DAN KESETARAAN
Daftar Pustaka
Chapanskiy, Karen, Gender Bias in the Courts: Social Change Strategies, George-
town Journal of Legal Ethics, Vol. 4:1, 1991
Departemen Agama, Kompilasi Hukum Islam, UU Perkawinan No. 1/1974, dan UU
Peradilan Agama No. 7/1989. Direktorat Pembinaan Peradilan Agama, Jakarta,
1992
Effendi, Satria, “Analisis Fiqh terhadap Yurisprudensi tentang Perceraian: Hak Ha-
dhanah Akibat Perceraian sebagai Fokus”, Mimbar Hukum, 21:6, 1995
Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Jender dalam
Pembangunan Nasional
Keputusan Menteri Dalam Negeri, Nomor 132 Tahun 2003 tentang Pedoman
Umum Pelaksanaan PUG dalam Pembangunan Daerah.
Nurlaelawati, Euis, Modernization, Tradition and Identity: The Kompilasi Hukum
Islam and Legal Practice of Indonesian Religious Courts, Thesis, Utrecht Univer-
sity, The Netherlands, 2007.
Salim, Arskal, Challenging The Secular State: The Islamization of Law in Modern
Indonesia. Honolulu: Hawai’i University Press, 2008.
______________, Preparing Legal Research and Documentation and Gender Sen-
sitivity in Religious Courts of Indonesia, makalah dipresentasikan pada Diskusi
‘Desain Operasional Program Dokumentasi Training Sensitivitas Gender para
Penegak Hukum’, 23 November, 2008.
______________, Praktik Penyelesaian Formal dan Informal Masalah Pertana-
han, Kewarisan dan Perwalian Pasca Tsunami di Banda Aceh dan Aceh Besar.
Banda Aceh: International Development Law Organization, 2006.
Wahid, Abdurrahman, Dilema Budaya Wanita Islam Indonesia, Wanita Indonesia
dalam Teks dan Konteks, ISIM, the Netherlands, 1993.
97
Daftar Istilah dan Singkatan
100
RPK : Ruang Penanganan Khusus
STAIN : Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
Stereotype : Prasangka atau penilaian negatif (stigma negatif) terha-
dap satu kelompok, suku, atau jender
Sunnah mu’akkad : Tradisi agama yang dikuatkan dan mendekati wajib
Syiqaq : Perselisihan atau percekcokan yang terus menerus an-
tara suami dan istri
Tandem : Pendampingan langsung dari donor di lapangan terha-
dap kegiatan yang dilaksanakan mitra kerja
ToT : Training of Trainers
UNIFEM : United Nations Development Fund for Women
URAIS : Urusan Agama Islam
WCC : Women Crisis Centre
YKF : Yayasan Kesejahteraan Fatayat
101
Biodata Penulis
ARSKAL SALIM adalah lulusan S1 Fakultas Syari`ah IAIN (kini UIN) Syarif Hidayatul-
lah Jakarta sebelum terangkat menjadi dosen tetap pada almamaternya pada ta-
hun 1998. Pada tahun ini pula, ia menyelesaikan program Master dalam bidang
studi Islam di Pascasarjana UIN yang sama. Setahun setelah itu ia berangkat ke
Montreal, Kanada, untuk mengikuti program PhD Sandwich di McGill University
selama dua semester, Fall 1999--Spring 2000. Sepulang dari Kanada, Arskal melan-
jutkan studi doktoral di benua Australia dengan beasiswa dari AusAid/ADS (2002-
-2006). Setelah meraih gelar PhD dari Faculty of Law, University of Melbourne, ia
menjadi postdoctoral fellow di Max Planck Institute for Social Anthropology, Ger-
many, selama tiga tahun (2006-2009) dengan fokus riset: ‘agama, penyelesaian
sengketa dan pluralisme hukum di Aceh pasca tsunami’. Selain aktif melakukan
penelitian dan melatih para peneliti dalam bidang sosial keagamaan, keterlibatan
Arskal dalam bidang hukum dan hak asasi manusia sudah cukup lama ditekun-
inya hingga ia dipercaya menjabat Direktur Pusat Studi Hukum, Konstitusi dan
Hak Asasi Manusia (PUSKUMHAM), UIN Syarif Hidayatullah. Dalam kapasitasnya
sebagai akademisi, Arskal telah menghasilkan beberapa publikasi yang bertalian
dengan Aceh. Antara lain: “Shari’a from Below in Aceh 1930s-1960s: Islamic Iden-
tity and the Right to Self Determination with Comparative Reference to the Moro
Islamic Liberation Front (MILF)”, in Indonesia and Malay World, 32 (March 2004);
Praktek penyelesaian formal dan informal masalah pertanahan, kewarisan dan
perwalian pasca Tsunami di Banda Aceh dan Aceh Besar, (Banda Aceh, Interna-
tional Development Law Organization, 2006); Challenging the Secular State: The
Islamization of Laws in Modern Indonesia, (Honolulu: Hawaii University Press, No-
vember 2008).
102
LIES MARCOES NATSIR adalah Senior Program Officer The Asia Foundation. Beker-
ja di lembaga ini sejak 2001. Lies semula menjadi Program Officer untuk Program
Islam dan Civil Society. Beberapa bulan setelah tsunami menerjang Aceh di tahun
2004 Lies kemudian bergabung dengan unit Aceh di lembaga yang sama untuk
pemberdayaan perempuan korban konflik dan tsunami. Melalui program itu Lies
banyak bekerja dengan lingkungan Mahkamah Syar’iyah Aceh. Lies adalah salah
seorang di antara sedikit ahli yang benar–benar menguasai isu jender terutama
dilihat dari aspek antropologi agama. Pengalamannya baik dalam dunia penelitian
maupun pendidikan serta advokasi dengan menggunakan analisis jender sangat
luas. Lies memperoleh gelar Master dalam bidang Antropologi Kesehatan dari
Universitas Amsterdam (2001). Sebelumnya dia menyelesaikan sarjananya di IAIN
(sekarang UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dan bekerja di sebuah LSM yang mem-
bawanya mengenal dunia pesantren lebih dekat. Bakat penelitiannya berkembang
setelah dia mendapatkan bimbingan intensif dari seorang antropolog ternama
dari Belanda Prof. Dr. Martin van Bruinessen. Pada tahun 1983-1984 ketika Lies
masih kuliah di IAIN mereka melakukan penelitian dan tinggal lebih dari 1 tahun
di daerah kumuh di Bandung Selatan untuk melakukan studi tentang pola per-
pindahan penduduk dan dampaknya secara sosial dan ekonomi. Bersama dengan
itu mengalir pula bakatnya dalam dunia tulis menulis. Beberapa tulisannya kerap
dapat dijumpai di Kompas dan beberapa bukunya yang membedah berbagai isu
terkait dengan persoalan perempuan telah diterbitkan baik di dalam maupun di
luar negeri. Beberapa di antaranya diterbitkan oleh VENA – Leiden, the Nether-
lands, the ANU publication – Canberra, the Archiple Journal – Paris, dan Repro-
ductive Health Matters – London.
EUIS NURLAELAWATI adalah dosen hukum Islam pada Fakultas Syariah dan Hu-
kum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ia memperoleh gelar Master untuk program
Islamic Studies dari Universitas Leiden Belanda pada 1999, setelah ia berhasil me-
nyelesaikan studi s1 nya pada Fakultas Syariah IAIN Syarif Hiayatullah Jakarta pada
1995. Pada 2002 ia memeproleh kesempatan untuk mengikuti program doktor di
Universitas Utrceht, Belanda, dan berhasil menyelesaikannya pada 2007. Selain
mengajar, ia juga menekuni penelitian dan beberapa kali diundang untuk menjadi
pembicara pada seminar-seminar baik nasional maupun internasional tentang
isu perkembangan dan penerapan hukum keluarga Islam di Indonesia dan Asia
Tenggara. Ketertarikannya untuk melakukan penelitian mengenai isu penerapan
hukum Islam terus menguat seiring dengan perkembangan diskursus isu terkait
di Indonesia dan Asia Tenggara. Beberapa tulisannya dimuat di jurnal-jurnal yang
menyajikan kajian-kajian hukum Islam di Indonesia dan Asia Tenggara, seperti,
Studia Islamika, al-Jami’ah, dan Ahkam. Sebuah buku yang berasal dari disertasi
doktornya yang ia pertahankan pada Universitas Utrecht, Belanda, Moderniza-
tion, Tradition and Identity: The Kompilasi Hukum Islam and Legal Practice in the
Indonesian Religious Courts, diterbitkan oleh Amsterdam University Press (Okto-
103
ber 2009). Buku tersebut mengupas dan menganalisa tentang bagaimana sikap
para hakim agama terhadap hukum terapan, Kompilasi Hukum Islam, yang telah
disiapkan untuk dijadikan rujukan dan pedoman ketika menyelesaikan perkara hu-
kum dan bagaimana sikap masyarakat di beberapa daerah terhadap hukum yang
dibuat negara ketika mereka dihadapkan pada masalah-masalah hukum keluarga.
Selain mengajar, saat ini Euis menjabat sebagai koordinator bidang jender dan
kelompok minoritas pada Pusat Studi, Konstitus,i Hukum dan Hak Asasi Manusia
(PUSKUMHAM) dari 2008 hingga sekarang.
WAHDI SAYUTI, adalah dosen Pendidikan Demokrasi, dan Hak Asasi Manusia
pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakar-
ta. Setelah menyelesaikan studi S-1 pada 1999 di Fakultas Tarbiyah IAIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, ia langsung terlibat dalam kegiatan-kegiatan penelitian di
Pusat Penelitian IAIN (sekarang UIN) Jakarta sampai tahun 2002. Aktivitas peneli-
tian ini, telah membentuknya menjadi sosok yang cukup akrab dan piawai dalam
mendesain dan melakukan penelitian. Beberapa penelitian yang pernah dilaku-
kan antara lain ”Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Kewargaan di IAIN dan STAIN
se-Indonesia” (2000), ”Persepsi Demokrasi di Kalangan Mahasiswa UIN Jakarta
(2004)” dan ”Gender Mainstreaming dalam Pelaksanaan Pendidikan Dasar dan
Menengah (2005)”. Selain aktif melakukan penelitian, Wahdi juga terlibat aktif
dalam pengembangan Pendidikan Demokrasi dan HAM untuk Perguruan Tinggi,
kerjasama UIN Jakarta dengan The Asia Foundation pada 2000 - 2005, bahkan ber-
sama-sama dengan Prof. Dr. Dede Rosyada, MA. membidani pembentukan lem-
baga yang secara khusus menangani pengembangan Pendidikan Demokrasi dan
HAM (Pendidikan Kewargaan) di Perguruan Tinggi pada tahun 2002, yakni Indone-
sian Center for Civic Education (ICCE). Sebagai akademisi, Wahdi juga telah mem-
publikasikan beberapa buku ajar, antara lain Pendidikan Kewargaan: Demokrasi,
HAM dan Masyarakat Madani (Prenada Media, 2003) sebagai tim penulis dan ed-
itor, Pendidikan Kewarganegaraan untuk Madrasah Ibtidaiyah (FITK UIN Jakarta,
2008), dan Ilmu Pendidikan: Pengantar dan Dasar-dasar Pelaksanaan Pendidikan
(UIN Jakarta Press, 2006). Selain mengajar, saat ini Wahdi dipercayakan menjadi
associate researcher pada Pusat Studi Konstitusi, Hukum dan HAM (PUSKUM-
HAM) dan Koordinator Penelitian dan Pengembangan pada Center for Research
and Development in Education (CERDEV) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
104