Anda di halaman 1dari 15

INSTRUMEN EVALUASI JENIS NON-TEST

Diposkan pada 29 Mei 2015 oleh kokopriantopembelajar


INSTRUMEN EVALUASI JENIS NON-TEST

OLEH :

KOKO PRIANTO

1. PENGERTIAN
Alat atau instrument merupakan sesuatu yang dapat digunakan untuk mempermudah
seseorang melaksanakan tugas atau mencapai tujuan dengan lebih efektif dan efisien.
Sedangkan istilah evaluasi merupakan suatu proses untuk memperoleh kualitas tertentu
terutama yang berkenaan dengan nilai dan arti, istilah lain yang memiliki maksan yang
hampir sama dengan evaluasi adalah penilaian (assessment) dan pengukuran. Secara
sederhana penilaian dan pengukuran meruapakan komponen yang ada di dalam ruang lingkup
evaluasi, dimana penilaian merupakanproses berkesinambungan untuk mengumpulkan
informasi, sedangkan pengukuran lebih khusus mengumpulkan informasi yang bersifat
kuantitatif atas sesuatu.

Berdasarkan pengertian-pengertian diatas maka instrument evaluasi jenis non-


tes diartikan sebagai sesuatu yang digunakan untuk mempermudah pihak-pihak tertentu
untuk memperoleh kualitas atas suatu objek dengan menggunakan teknik non-tes.
Penilaian non test adalah “penilaian pengamatan perubahan tingkah laku yang berhubungan
dengan apa yang dapat diperbuat atau dikerjakan oleh peserta didik dibandingkan dengan apa
yang diketahui atau dipahaminya”. Dengan kata lain penilaian non test behubungan dengan
penampilan yang dapat diamati dibandingkan dengan pengetahuan dan proses mental lainnya
yang tidak dapat diamati oleh indera.

Adapun menurut Hasyim, ”Penilaian non test adalah penilaian yang mengukur kemampuan
siswa secara langsung dengan tugas-tugas riil dalam proses pembelajaran. Contoh penilaian
non test banyak terdapat pada keterampilan menulis untuk bahasa, percobaan laboratorium
sains, bongkar pasang mesin, teknik dan sebagainya”.

Teknik penilaian nontes berarti melaksanakan penilaian dengan tidak menggunakan tes.
Sedangkan teknik penilaian non tes tulis maksudnya adalah bentuk evaluasi non tes yang
berbentuk tulisan atau non lisan.

Alat atau instrumen merupakan sesuatu yang dapat digunakan untuk mempermudah
seseorang melaksanakan tugas atau mencapai tujuan dengan lebih efektif dan efisien.
Sedangkan istilah evaluasi merupakan suatu proses untuk memperoleh kualitas tertentu
terutama yang berkenaan dengan nilai dan arti, istilah lain yang memiliki maksan yang
hampir sama dengan evaluasi adalah penilaian (assessment) dan pengukuran. Secara
sederhana penilaian dan pengukuran meruapakan komponen yang ada di dalam ruang lingkup
evaluasi, dimana penilaian merupakanproses berkesinambungan untuk mengumpulkan
informasi, sedangkan pengukuran lebih khusus mengumpulkan informasi yang bersifat
kuantitatif atas sesuatu.
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas maka instrument evaluasi jenis non-tes diartikan
sebagai sesuatu yang digunakan untuk mempermudah pihak-pihak tertentu untuk
memperoleh kualitas atas suatu objek dengan menggunakan teknik non-tes.

1. MACAM-MACAM INSTRUMEN EVALUASI NON-TEST


1. Observasi (Observation)
Observasi merupakan suatu proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis,
objektif dan rasional mengenati berbagai fenomena yang bertujuan untuk mengumpulkan
data atau informasi dan mengukur factor-faktor yang diamati khususnya kecakapan social.
Berikut ini beberapa karakteristik dari observasi, yaitu:

1. Mempunyai tujuan
2. Bersifat ilmiah
3. Terdapat aspek yang diamati
4. Praktis
Sedangkan secara lebih lanjut, terdapat tiga jenis observasi, yaitu:

1. Observasi partisipan, dimana pengamat ikut andil dalam kegiatan kelompok yang
sedang diamati.
2. Observasi sistematik merupakan observasi dengan menggunakan kerangka yang
berisi faktor-faktor yang ingin diteliti yang telah dikategorikan terlebih dahulu secara
struktural.
3. Observasi Eksperimental meupakan observasi dimana pengamat tidak berpartisipasi
dalam kelompok yang diamati namun dapat mengendalikanunsur-unsur tertentu
sehingga tercipta tujuan yang sesuai dengan tujuan observasi. Observasi jenis ini
memungkinkan evaluator untuk mengamati sifat-sifat tertentu dengan cermat.
Adapun langkah-langkah penyusunan pedoman observasi adalah:

1. Merumuskan tujuan observasi


2. Membuat kisi-kisi observasi
3. Menyusun pedoman observasi
4. Menyusun aspek-aspek yang ingin diobservasi
5. Melakukan uji coba pedoman observasi
6. Merevisi pedoman observasi berdasarkan hasil uji coba
7. Melaksanakan observasi
8. Mengolah dan menafsirkan hasil observasi
Sama halnya dengan instrument evaluasi yang lain,obsevasi memiliki beberapa kelemahan
dan kelebihan yaitu:

1. Kelemahan:
1).Pelaksanaannya sering terganggu keadaan cuaca atau kesan yang kurang baik dari observer
maupun observi.

2).Masalah yang sifatnya pribadi sulit diamati.

3).Apabila memakan waktu lama, akan menimbulkan kejenuhan.

1. Kelebihan:
1). Observasi cocok dilakukan untuk berbagai macam fenomena.

2). Observasi cocok untuk mengamati perilaku.

3). Banyak aspek yang tidak dapat diukur dengan tes tetapi bisa diukur

dengan observasi.

2. Wawancara (Interview)
Wawancara merupakan salah satu bentuk instrument evaluasi jenis non tes yang dilakukan
melalui percakapan dan tanya jawab baik secara langsung tanpa alat perantara maupun secara
tidak langsung. Wawancara bertujuan untuk memperoleh informasi untukk menjelaskan suatu
kondisi tertentu, melengkapi penyelidikan ilmiah atau untuk mempengaruhi situasi atau orang
tertentu. Wawancara dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:

1. Wawancara Bebas dimana responnden mempunyai kebebasan untuk mengutarakan


pendapatnya tanpa dibatasi oleh patokan-patokan.
2. Wawancara Terpimpin merupakan wawancara yang dilakukan oleh subjek evaluasi
dengan mengajukan pertanyaan yang sudah disusun terlebih  dahulu, sehingga
responden hanya memilih jawaban yang sudah disiapkan oleh penanya.
Berikut ini merupakan langkah-langkah untuk melakukan wawancara:

1. Merumuskan tujuan wawancara


2. Membuat pedoman wawancara
3. Menyususn pertanyaan yang sesuai dengan data yang diperlukan.
4. Melakukan uji coba
5. Melaksanakan wawancara
Sedangkan kelemahan dan kelebihan jenis instrument wawancara adalah sebagai berikut:

1. Kelemahan:
1)      Jika subjek yang ingin diteliti banyak maka akan memakan waktu yang banyak pula.

2)      Terkadang wawancara berlangsung berlarut-larut tanpa arah.

3)      Adanya sikap yang kurang baik dari responden maupun penanya.

1. Kelebihan:
1)      Dapat memperolehinformasi secara langsung sehingga objectivitas dapat diketahui.

2)      Dapat memperbaiki proses dan hasil belajar

3)      Pelaksanaannya lebih fleksibel, dinamis dan personal.

 
3. Skala Sikap (Attitude Scale)
Sikap merupakan suatu kecenderungan tingkah laku untuk berbuat sesuatu dengan cara,
metode, teknik, dan pola tertentu terhadap dunia sekitarnya, baik berupa orang-orang maupun
berupa objek-objek tertentu. Sikap mengacu kepada perbuatan atau perilaku seseorang, tetapi
tidak berarti semua perbuatan identik dengan sikap. Perbuatan seseorang mungkin saja
bertentangan dengan sikapnya. Guru perlu mngetahui norma-norma yang ada pada peserta
didik, bahkan sikap peserta didik terhadap dunia sekitarnya, terutama terhadap mata pelajaran
dan lingkungan sekolah.

Salah satu model untuk mengukur sikap yaitu, dengan menggunakan skala sikap yang
dikembangkan oleh Likert. Dalam skala likert, peserta didik tidak disuruh memilih
pernyataan-pernyataan yang positif saja tetapi memilih juga pernyataan-pernyataan yang
negatif .

Untuk membuat skala Likert dapat mengikuti langkah-langkah berikut :

 Memilih variabel efektif yang akan diukur


 Membuat beberapa pernyataan tenang variabel efektif yang akan diukur
 Mengklasifikasikan pernyataan positif dan negatif
 Menentukan jumlah gradual dan frase atau angka yang dapat menjadi alternative
pilihan
 Menyusun pernyataan dan pilihan jawaban menjadi sebuah alat penilaian
 Melakukan uji coba
 Membuang butir-butir pernyataan yang kurang baik
 Melaksanakan penilaian

Contoh : sikap peserta didik terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia


No Pernyataan SS S TT TS STS

Saya mempersiapkan diri untuk


1 menerima pelajaran bahasa Indonesia

Saya berperan aktif dalam kegiatan


2 pembelajaran bahasa Indonesia

Saya suka menggunakan bahasa


3 indonesia yang baik dan benar

Saya tertarik artikel yang


berhubungan dengan budaya
4 indonesia

Saya memperkaya materi dari guru


bahasa indonesia dan membaca
buku-buku sumber sebagai
5 penunjang
Saya senang mengerjakan tugas
6 pelajaran bahasa indonesia di rumah

7 Dst
Keterangan :

SS        : sangat setuju

S          : setuju

TT        : tidak tahu

TS        : tidak setuju

STS     : sangat tidak setuju

 
4. Daftar Cek (Check List)
Daftar cek adalah suatu daftar yang berisi subjek dan aspek-aspek yang akan diamati, penilai
tnnggal memberikan tanda centang (v) pda tiap-tiap aspek sesuai dengan hasil pengamatan
yang dilakukan.

Contoh :
Nama
No siswa SB B C K SK

Nano
1 waryono √

Elin
2 roslina √

Arie
3 apriadi √

Angga
4 zalindra √

Ardi
5 maulana √
Keterangan :

SB : sangat baik
B   : baik

C   : cukup

K   : kurang

SK : sangat kurang

Daftar cek tentang kebiasaan belajar

Nama               :                                               Kelas               :

Umur               :                                               Sekolah           :

no

1 Kegiatan diskusi

2 Membuat rangkuman

3 Latihan

4 Balajar sendiri dan belajar kelompok

5 Tanya jawab
 
5. Skala Bertingkat (Rating Scale)
Instrumen skala penilaian memberikan solusi atas kekurangan dafatr cek yang hanya mampu
mencatat keberadaan fenomena-fenomena tertentu. Skala penilaian memungkinkan pengamat
untuk mengetahui keberadaan fenomena tertentu sekaligus mengikur intensitas fenomena
tersebut dalam tingkatan-tingkatan yang telah disusun. Namun skala penilaian memiliki
beberapa kelemahan yaitu dengan adanya halo effects, yaitu efek dari kesan atau penilaian
umum,generosity effects yaitu keinginan untuk berbuat baik dengan memberi nilai tinggi, dan
carry over effects yaitu pengamat tidak dapat membedakan antara fenomena satu dengan
fenomena yang lain.

6. Angket (Questioner)
Angket merupakan alat untuk mengumpulkandan mencatat data, informasi, pendapat, dan
paham dalam hubungan kausal. Angket dapat dikelompokan benjadi beberapa kelompok.

Angket berdasarkan bentuknya dibagi menjadi dua jenis,yaitu:

1. Angket berstruktur merupakan angket yang menyediakan beberapa kemungkinan


jawaban. Angket jenis ini terdiri dari tiga bentuk:
1)      Bentuk jawaban tertutup, yaitu angket yang telah menyediakan alternative jawaban

2)      Bentuk jawaban tertutup tetapi alternative terakhir merupakan jawaban terbuka yang
dapat memberikan kesempatan kepada respondenuntuk memberikan jawaban secara bebas.

3)      Bentuk jawaban bergambar, yaitu angket yang memberikan alternative jawaban berupa
gambar.

1. Angket tidak berstruktur merupakan angket yang memberikanjawaban secara terbuka.


Angket ini memberikan gambaran lebih tentang situasi, namun kurang dapat dinilai
secara objektif dan tifak dapat diukur secara statistic sehingga data yang diperoleh
sifatnya umum.
Sedangkan ditinjau dari respondenyang menjawab, maka angket dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu:

1. Angket Langsung
Disebut angket langsung apabila angket dikirimkan dan diisi langsung oleh orang yang akan
dimintai jawaban tentang dirinya.

1. Angket Tidak Langsung


Angket diisi oleh orang yang bukan dimintai keterangan tentang dirinya.

Berikut ini merupakan langkah-langkah menyusun angket.

1)      Menyusun kisi-kisi angket

2)      Menyusun pertaanyaan-pertanyaan dan bentuk jawaban yang diinginkan.

3)      Membuat pedoman cara menjawab.

4)      Melakukan uji coba angket untuk mengetahui kelemahan angket tersebut.

5)      Merevisi angket berdasarkan hasil uji coba

6)      Menggandakan angket sesuai jumlah responden

Sama halnya dengan instrument lain, angket juga memiliki beberapa kelemahan dan
keunggulan, antara lain:

1. Kelemalan:
1)      Ada kemungkinan angker diisi oleh orang yang bukan menjadi target.

2)      Target menjawab berdasarkan altternatif jawaban yang tersedia

1. Keunggulan:
1)      Responden dapat meenjawab dengan bebas tanpa dipengaruhi hubungan dengan
peneliti atau penilai.

2)      Informasi yang terkumpul lebih mudah karena homogen.

3)      Dapat mengumpulkan data dari jumlah responden yang relatif banyak.

 
7. Studi Kasus (Case Study)
Studi kasus adalah mempelajari individu dalam proses tertentu secara terus menerus untuk
melihat perkembangannya. Misalnya peserta didik yang sangat cerdas, sangat lamban, sangat
rajin, sangat nakal, atau kesulitan dalam belajar. Untuk itu guru menjawab tiga percayaan inti
dalam studi kasus, yaitu:

 Mengapa kasus tersebut bisa terjadi?


 Apa yang dilakukan oleh seseorang dalam kasus tersebut?
 Bagaimana pengaruh tingkah laku seseorang terhadap lingkungan?
Studi kasus sering digunakan dalam evaluasi, bimbingan, dan penelitian. Studi       ini
menyangkut integrasi dan penggunaan data yang komprehensif tentang peserta didik sebagai
suatu dasar untuk melakukan diagnosis dan mengartikan tingkah laku peserta didik tersebut.
Dalam melakukan studi kasus, guru harus terlebih dahulu mengumpulkan data dari berbagai
sumber dengan menggunakan berbagai teknik dan alat pengumpul data. Salah satu alat yang
digunakan adalah depth-interview , yaitu melakukan wawancara secara mendalam, jenis data
yang diperlukan antara lain, latar belakang kehidupan, latar belakang keluarga, kesanggupan
dan kebutuhan, perkembangan kesehatan, dan sebagainya.
Namun, seperti halnya alat evaluasi yang lain, studi kasus juga mempunyai kelebihan dan
kelemahan.

Kelebihannya adalah dapat mempelajari seseorang secara mendalam da komprehensif,


sehingga karakternya dapat diketahui selengkap-lengkapnya. Sedangkan

kelemahannya adalah hasil studi kasus tidak dapat digeneralisasikan, melainkan hanya
berlaku untuk peserta didik itu saja.

 
8. Catatan Insidental (Anecdotal Records)
Catatan insidental merupakan catatan-catatan tentang peristiwa sepintas yang dialamipeserta
didik secara peerseorangan. Catatan tersebut belum berarti apa-apa terhadap penilaian
sesorang, namun dapat menjadi petunjuk yang berguna apabila dihubungkaan dengan data-
data.

9. Sosiometri
Sosiometri merupakan suatu prosedur unruk merangkum, menyusun, dan sampai batas
tertentu dappat mengkualifikasi pendapat-pendapat peserta didik tentang penerimaan
terhadap sesama serta hubungan diantara mereka.

Langkah dalam menggunakan sosiometri:


1. Memberikan petunjuk atau pertanyaan. Misal: tuliskan pada selembar kertas nama
temanmu yang paling baik.
2. Mengumpulkan jawab yang sesungguhnya dari peserta didik.
3. Memasukan jawabanke dalam tabel.
4. Gambarkan jawaban dalam sebuah sosiogram.
 
10. Inventori Kepribadian
Inventori kepribadian hampir serupa dengan tes kepribadian, namun pada inventori
kepribadian jawaban peserta didik selalu benar selama menyatakan dengan sesungguhnya.
Walaupun demikian digunakan pula skala-skala tertentu untuk mengkuantifikasi jjawab agar
dapat dibandingkan.

 
11. Teknik Pemberian Penghargaan kepada Peserta Didik
Teknik pemberian penghargaan ini penting karena banyak respon atau tindakan positif
peserta didik yang diakibatkan oleh proses belajar yang kurang diperhatikan guru. Apabila
guru memberikan penghargaan atas tindakan positif yang dilakukan peserta didik dalam
berbagai bentuk, dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

Berikut ini merupakan teknik pemberian penghargaan:

1. Teknik Verbal merupakan pemberian penghargaan melalui pujian, dukungan,


dorongan atau pengakuan.
2. Teknik Non-verbal, melalui:
1)      Mimik dan gerakan tubuh (senyuman, acungan jempol, tepuk tangan)

2)      Cara mendekati (proximity)

3)      Sentuhan (contact)

Pengembangan instrumen evaluasi non tes dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia

1. Tes Perbuatan
Kemampuan Membaca

No. Nama Siswa 1 2 3 4 5

1.           1 Usman

2.           2 Said

3.           3 Sutejo Ade

Dst Dst……………………..
Keterangan :                                                    Skor Tes Perbuatan :
1. = Membaca lancar dan baik = 80 – 90 = A
2. = Membaca lancar kurang baik = 70 – 79 = B
3. = Membaca Terbata-bata = 60 – 69 = C
4. = Membaca Terbata-bata dengan bantuan guru = 50 – 59 =D
5. = Tidak dapat membaca = kurang dari 50 = E
2. Portofolio yakni Tes pengalaman dilakukan dengan menggunakan portofolio dimana
guru mencatat pengalaman berdasarkan antara lain:
–      apa yang dilihat;

–      laporan rekan guru dan pegawai lainnya; dan

–      laporan dari orangtua murid atau siswa

3. Penilaian Afektif
Indikator : Siswa menunjukkan sikap yang terpuji

Jml
Skor Catatan
Aspek Penilaian Nilai

Kerja
Nama Sama Tuntas
No Siswa Disiplin Respon Inisiatif Tugas

01

02

03

04

05

06

07

08

09

10
Catatan :

1. Kriteria perilaku
1 = sangat kurang                                            4 = baik

2 = kurang                                                       5 = amat baik

3 = cukup

1. Nilai merupakan jumlah dari nilai tiap-tiap indikator perilaku


25. Nilai maksimum = 25.
1. Keterangan nilai
23 – 25 = sangat baik

18 – 22 = baik

13 – 17 = cukup

8 – 12 = kurang

0 – 7   = sangat kurang

Sesi 4 (Pengembangan Instrumen Evaluasi Hasil Belajar Afektif)

Hallo salam jumpa mahasiswa UT di sesi 4, semoga Anda masih semangat mengikuti tutorial
ini.
Pada pertemuan ini kita akan membahas
modul 5 tentang pengembangan instrumen evaluasi
hasil belajar afektif. Dimana lebih rincinya kita akan membahas tentang instrumen observasi,
wawancara, dan skala sikap dan teknik nontes dan pemberian penghargaan

Agar Anda dapat lebih memahami materi tersebut, maka bacalah inisiasi dan materi
pengayaan dengan baik, kemudian mari kita pelajari dan diskusikan bersama.

Dalam sesi keempat ini, silakan Anda pelajari BMP mata


kuliah ini dan pelajari pula materi inisiasi 4.

Dengan Anda mempelajari materi ini, diharapkan Anda dapat Menganalisis perbedaan
intrumen observasi, wawancara, dan skala sikap dan dapat mengidentifikasi kebutuhan teknik
nontes dan pemberian penghargaan.

Lebih khususnya setelah Anda mempelajari materi, diharapkan Anda dapat:

Menjelaskan pengertian, tujuan, dan karakteristik observasi;


Mengembangkan instrumen observasi;
Menjelaskan instrumen pencatat mekanis yang digunakan dalam observasi sistematis;
Menjelaskan tujuan wawancara;
Menjelaskan kelebihan wawancara
Menyebutkan tiga komponen sikap;
Sumber berlajar yang dapat digunakan yakni, modul 5
KB 1, dan KB 2

Modeul 5 KB1:
Observasi merupakan salah satu instrumen evaluasi jenis nontes yang dilakukan dengan jalan
pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif, dan rasional mengenai berbagai
fenomena, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk mencapai
tujuan tertentu. Tujuan observasi adalah (1) mengumpulkan data dan informasi mengenai
suatu fenomena, baik yang berupa peristiwa maupun tindakan dalam situasi yang
sesungguhnya, tanpa ada yang dimanipulasi; (2) untuk mengukur perilaku kelas, interaksi
antara peserta didik dan guru serta faktor-faktor yang dapat diamati lainnya, terutama
kecakapan social (social skills). Karakteristik observasi adalah mempunyai arah dan tujuan
yang jelas, bersifat ilmiah, terdapat berbagai aspek-aspek yang akan diobservasi, dan praktis
penggunaannya.

Dilihat dari kerangka kerjanya, observasi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu observasi
berstruktur dan observasi tak berstruktur. Jika dilihat dari teknis pelaksanaannya, observasi
dapat ditempuh melalui tiga cara, yaitu observasi langsung, observasi tak langsung, dan
observasi partisipasi. Adapun langkah-langkah penyusunan observasi adalah merumuskan
tujuan observasi, membuat lay-out atau kisi-kisi observasi,
menyusun pedoman observasi, menyusun aspek-aspek yang akan diobservasi, melakukan uji
coba pedoman observasi, merevisi pedoman observasi berdasarkan hasil uji coba,
melaksanakan observasi, serta mengolah dan menafsirkan hasil observasi.

Wawancara merupakan salah satu bentuk instrumen evaluasi jenis nontes yang dilakukan
melalui percakapan dan Tanya jawab, baik langsung maupun tidak langsung dengan peserta
didik. Tujuan wawancara adalah memperoleh informasi secara langsung guna menjelaskan
suatu situasi dan kondisi tertentu, melengkapi suatu penyelidikan ilmiah, dan memperoleh
data agar dapat memengaruhi situasi atau orang tertentu. Kelebihan wawancara antara lain
guru dapat berkomunikasi secara langsung kepada peserta didik, guru dapat memperbaiki
proses dan hasil belajar, serta pelaksanaan wawancara lebih fleksibel, dinamis, dan personal.
Kelemahan wawancara adalah jika jumlah peserta didik cukup banyak, proses wawancara
banyak menggunakan waktu, tenaga, dan biaya.

Sikap merupakan suatu kecenderungan tingkah laku peserta didik untuk berbuat sesuatu
dengan cara, metode, teknik, dan pola tertentu terhadap dunia sekitarnya, baik berupa orang-
orang maupun berupa objekobjek tertentu. Tiga komponen sikap adalah kognisi, afeksi, dan
konasi.
Adapun model-model skala sikap adalah menggunakan bilangan, menggunakan frekuensi,
menggunakan istilah-istilah yang bersifat kualitatif, menggunakan istilah-istilah yang
menunjukkan status/kedudukan, serta menggunakan kode bilangan atau huruf. Langkah-
langkah menyusun skala Likert, sebagai berikut: memilih variabel afektif yang akan diukur,
membuat beberapa pernyataan tentang variabel afektif yang akan diukur, mengklasifikasikan
pernyataan positif dan negatif, menentukan jumlah secara gradual dan frasa atau angka yang
dapat menjadi alternatif pilihan, menyusun pernyataan dan pilihan jawaban menjadi sebuah
instrumen penilaian, melakukan uji coba, membuang butir-butir pernyataan yang kurang
baik, serta melaksanakan penilaian.

Modul 5 KB2:

Daftar cek adalah suatu daftar yang berisi subjek dan aspek-aspek yang akan diamati dengan
menggunakan tanda centang (√).

Dalam skala penilaian fenomena-fenomena yang akan diobservasi itu disusun dalam
tingkatantingkatan yang telah ditentukan. Skala penilaian tidak hanya mengukur
secara mutlak ada atau tidaknya variabel tertentu, tetapi lebih jauh mengukur bagaimana
intensitas gejala yang ingin diukur. Skala penilaian mempunyai kelemahan, antara lain ada
kemungkinan terjadinya halo effects, generosity effects, dan carry-over effects. Angket
mempunyai kesamaan dengan wawancara, kecuali dalam
implementasinya. Angket dilaksanakan secara tertulis, sedangkan wawancara dilaksanakan
secara lisan. Keuntungan angket antara lain peserta didik dapat menjawab dengan bebas
tanpa dipengaruhi oleh hubungan dengan evaluator; waktu relatif lam, sehingga objektivitas
dapat terjamin; data terkumpul lebih mudah karena item-nya homogen; serta dapat digunakan
untuk mengumpulkan data dari jumlah peserta didik yang
besar. Sementara itu, kelemahan angket adalah ada kemungkinan angket diisi oleh orang lain,
hanya diperuntukkan bagi peserta didik yang dapat melihat saja dan peserta didik hanya
menjawab berdasarkan jawaban yang ada. Angket terdiri atas dua jenis, yaitu (1) bentuk
angket berstruktur dan (2) bentuk angket tak berstruktur. Angket berstruktur terdiri atas tiga
bentuk, yaitu bentuk jawaban tertutup, tetapi pada alternatif jawaban
terakhir diberikan secara terbuka dan bentuk jawaban bergambar.

Studi kasus adalah studi yang mendalam dan komprehensif tentang seseorang yang memiliki
kasus tertentu. Studi kasus menekankan pada diagnosis masalah-masalah seseorang dan
memberikan rekomendasi untuk mengatasinya. Kelebihan studi kasus adalah dapat
mempelajari seseorang secara mendalam dan komprehensif sehingga karakternya dapat
diketahui selengkap-lengkapnya. Sementara itu, kekurangannya adalah hasil studi kasus tidak
dapat digeneralisasikan, hanya berlaku untuk peserta didik itu saja. Catatan insidental ialah
catatan-catatan singkat tentang peristiwa-peristiwa sepintas yang dialami peserta didik secara
perorangan. Sosiometri adalah suatu prosedur untuk merangkum, menyusun, dan sampai
batas tertentu dapat menguantifikasi pendapatpendapat peserta didik tentang penerimaan
teman sebayanya serta hubungan di antara mereka.
Inventori kepribadian hampir sama dengan tes kepribadian. Bedanya, pada inventori, jawaban
peserta didik tidak memakai kriteria benar salah.

Aspek-aspek kepribadian yang biasanya dapat diketahui


melalui inventori ini adalah sikap, minat, sifat-sifat kepemimpinan, dominasi, dan
sebagainya. Salah satu bentuk penilaian proses adalah pemberian penghargaan (reward)
kepada peserta didik. Penghargaan, ganjaran, hadiah, dan imbalan (reward) merupakan
rangsangan (stimulus) yang diberikan kepada peserta didik dalam rangka memperkuat suatu
respons (tingkah laku) tertentu yang dipandang baik, tepat, atau sesuai dengan norma
(kriteria) yang diharapkan. Pemberian penghargaan dari guru merupakan motivasi eksternal
bagi peserta didik. Dalam pemberian penghargaan, ada dua teknik yang dapat digunakan
pendidik, yaitu verbal dan nonverbal.

Anda mungkin juga menyukai