PENDAHULUAN
Pendidikan mempunyai arti sangat penting dalam kehidupan manusia, sangat mutlak
pendidikan diperlukan dalam kehidupan seseorng, dalam keluarga, bertetangga, dan dalam
kehidupan bernegara. Dalam Undang-undang Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional bab 1 pasal 1 ayat 1 dijelaskan bahwa:
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara”. (UUD Depdiknas, 2003) h 1
Pendidikan sebelum memasuki usia sekolah sangatlah penting, karena dapat
merangsang perkembangan kepribadian, bahasa, kognitif, motorik dan sosial. Dalam anak
usia dini pendidikan sangat diperlukan untuk merangsang tumbuh kembang anak sehingga
anak mendapatkan bimbingan, latihan-latihan, dan pengalaman melalui bergaul dengan
lingkungannya, khususnya dengan lingkungan pendidikan. (Dadan Suryana, Simulasi Dan
Aspek Perkembangan Anak :2013). Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk
penyelengaraan pendidikan yang menitik beratkan pada peletakan dasar kearah pertumbuhan
dan perkembangan fisik, kecerdasan, sosial emosional, bahasa dan komunikasi sesuai dengan
tahap perkembangan anak. Menurut Suryana (2014) h 67 pada pasal 28 tentang Pendidikan
Anak Usia Dini dinyatakan bahwa "(1) Pendidikan Anak usia dini diselenggarakan sebelum
jenjang pendidikan dasar, (2) Pendidkan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur
pendidkan formal, non fornlal, atau informal, (3) Pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
formal: TK, RA, atau bentuk lain yang sederajat, (4) Pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan non formal: KB, TPA, atau bentuk lain yang sederajat, (5) Pendidikan usia dini
jalur pendidikan informal: pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh
lingkungan. Pendidikan yang berhasil adalah pendidikan yang sanggup menghantarkankan
subjek menjadi seperti dirinya sendiri selaku anggota masyarakat. (Suryana, Dadan Stimulasi
Dan Aspek Perkembangan Anak. 2016)
Tujuan dari pendidikan anak usia dini adalah untuk membantu dalam mengembangkan
potensi-potensi yang ada pada diri anak. Dalam pendidikan anak usia dini terdapat aspek-
aspek yang harus dikembangkan dan ditanamkan dalam diri anak, diantaranya aspek kognitif,
bahasa, nilai agama dan moral serta sosial. Pembelajaran dalam pendidikan pada taman
kanak-kanak harus menyenagkan dan menarik menurut Suryana, Pengetahuan tentang
Strategi Pembelajaran hal 196). Pembelajaran yang bermakna bagi anak usia dini harus
dilihat dari beberapa prinsip, yaitu anak harus memiliki kesiapan secara umur, kemampuan
fisik, kematangan mental dan emosional, dikemas dalam bentuk bermain dan permainan;
banyak melibatkan anak, menyenangkan, dan ditunjang oleh lingkungan pembelajaran yang
banyak memberikan pengalaman serta wawasan yang berkesan. Salahsatu startegi
pembelajaran yang menyenangkan adalah pembelajaran kooperatif. Siberman (2006:168)
mengatakan bahwa, strategi pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:
“Strategi pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang bersifat
kerja sama antara satu siswa dengan yang lain. Pendapat lain menyebutkan bahwa
strategi pembelajaran kooperatif merupakan rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan
oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang telah dirumuskan. Jika jumlah siswa cukup banyak, buatlah empat atau enam
kelompok belajar”.
Salah satu keterampilan yang harus dikembangkan ialah keterampilan sosial. Mengapa
keterampilan sosial anak perlu dikembangkan, karena pada dasarnya setiap anak akan
memerlukan bantuan orang lain dan akan hidup menjadi manusia sosial, namun dalam
kenyataannya masih banyak anak yang tidak dapat bersosialisasi dengan orang lain. Oleh
karena itu anak harus memiliki keterampilan sosial pada dirinya.
2. Pengertian Sosial
Hurlock (dalam Masitoh, 2007:16) mengatakan bahwa, “Mulai usia 2-6 tahun
anak melakukan hubungan sosial dan bergaul dengan orang-orang dilingkungan
rumah, terutama dengan anak-anak yang umurnya sebaya. Mereka belajar
menyesuaikan diri bekerjasama dalam kegiatan bermain”.
Menurut Soekanto, kontak sosial dan komunikasi merupakan syarat terjadinya
interaksi sosial. Kata kontak berasal dari bahasa Latin con atau cum (yang artinya
bersama-sama) dan tango (yang artinya menyentuh). Secara harfiah kontak artinya
bersama-sama menyentuh, namun sentuhan yang dimaksud bukan berarti secara fisik
saja. Seseorang dapat melakukan komunikasi yang melibatkan aksi dan reaksi dengan
berbicara tanpa menyentuh fisik pihak lain. Proses interaksi sosial akan lebih mudah
diamati secara jelas ketika terjadi benturan kepentingan pribadi dengan kelompok
A. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian kuantitatif dengan
menggunakan metode eksperimen. Sugiyono mengungkapkan “Metode eksperimen adalah
metode penelitian yang digunakan untuk mencari perngaruh perlakuan terhadap yang lain
dalam kondisi yang terkendali (2013:72). penelitian eksperimen adalah “model penelitian
dimana peneliti memanipulasi suatu stimulasi atau kondisi, kemudian mengobservasi
akibat dari perubahan stimulasi atau kondisi tersebut pada objek yang di kenai stimuli
atau kondisi tersebut (Moh Kasiram, 2010: 211).
Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa dalam penelitian ini peneliti
mencari pengaruh satu variabel terhadap variabel berikutnya. Dimana yang mempengaruhi
adalah strategi pembelajaran kooperatif tipe mencari pasangan dan variabel yang
dipengaruhi adalah keterampilan sosial anak usia 4-5 tahun.
Metode eksperimen merupakan penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh
perlakuan dan menguji secara benar hipotesis menyangkut hubungan sebab akibat dalam
kondisi yang terkendali. Berdasarkan hal di atas, peneliti memilih menggunakan pre-
eksperimental yaitu dengan tipe One Group Pretest-Postest Design.
B. Tempat dan Waktu penelitian
Penelitiaan ini akan dilakukan di RA 78 Bangun Rejo Kabupaten Pasaman Barat
Berkisar dari bulan Januari – Desember 2020.
C. Populasi dan sampel
Suatu penelitian tentu diperlukannya adanya subjek yang akan dijadikan sebagai
sasaran penelitian, yang sering disebut dengan subjek penelitian. Oleh karena itu, sebelum
penelitian dilaksanakan maka penulis perlu untuk menetapkan terlebih dahulu subjek
penelitiaanya disebut dengan istilah populasi dan sampel.
1. Populasi
Suatu penelitian yang membutuhkan objek penelitiaan, oleh karena itu sebelum
melakukan penelitian terlebih dahulu penulis menetapkan objek penelitiannya atau
disebut juga dengan populasi. Menurut Kasiram (2010:257) ”Populasi merupakan
keseluruhan sasaran yang akan di teliti karakteristik atau cirinya”. Menurut Sugiono
(2013:80) ”Populasi adalah wilayah generalisasi yanag terdiri dari: objek/subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik. Berdasarkan pendapat tersebut dapat dipahami
bahwa, populasi merupakan keseluruhan objek penelitian yang akan diteliti.
Adapun yang akan menjadi objek dalam penelitian ini adalah seluruh anak
kelompok B di RA 78 Bangun Rejo Kabupaten Pasaman Barat, yang terdiri atas
beberapa jumlah anak seluruhnya 8 orang. Adapun peneliti mengambil populasi di RA
78 Bangun Rejo Kabupaten Pasaman Barat karena masih rendahnya keterampilan
sosial anak-anak berdasarkan hasil observasi peneliti dengan subjek penelitian. Untuk
lebih jelasnya jumlah populasi dapat dilihat dalam tabel di bawah ini :
Tabel: III.1
Jumlah anak usia 5-6 tahun di RA 78 Bangun Rejo Kabupaten Pasaman Barat
sebagai Populasi penelitian
No Jenis kelamin Jumlah anak
1. Laki-laki 5
2. Perempuan 3
Jumlah 8
Sumber: Kepala Sekolah RA 78 Bangun Rejo
2. Sampel
Menurut Sugiyono ( 2013:81), ”sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Menurut Kasiram (2010, :258), ”
sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti secara mendalam”. Berdasarkan
beberapa pendapat tersebut dapat dipahami bahwa sampel merupakan wakil dari
populasi yang akan di teliti, dengan kata lain sampel adalah sebagian sumber data dan
dapat mewakili keseluruhan populasi.
Adapun teknik pengambilan sampel yang dipakai oleh peneliti adalah teknik
total sampling, yang disebut dengan total sampling adalah teknik pengambilan sampel
dimana semua individu dalm populasi, baik secara individual atau semua individu
dalam populasi, baik secara individual atau berkelompok diberi kesempatan yang sama
untuk dipilih menjadi anggota sampel.
Adapun peneliti menetapkan sampel pada kelas kelompok bermain usia 4-5 tahun
yang berjumlah 8 orang yang terdiri dari 5 orang laki-laki dan 3 orang perempuan.
Berikut ini yang menjadi sampel dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data sangat penting dilakukan dalam penelitian, diolah dan
dianalisa agar hasilnya dapat dipergunakan dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan serta
memecahkan masalah dalam penelitian. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah observasi.
Sutrisno hadi dalam Sugiono menyatakan bahwa “observasi merupakan suatu
proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai peoses biologis dan
psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.
(2013:145)
Sugiyono mengatakan “observasi adalah Teknik pengumpulan data dengan observasi
digunakan bila, penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala
alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar. (2013:145)
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa observasi adalah
penelitian yang dilakukan melalui pengamatan objek secara lansung maupun tidak
lansung. Suatu kegiatan pengamatan baru dikategorikan sebagai kegiatan pengumpulan
data penelitian apabila memiliki kriteria sebagai berikut, Pengamatan digunakan dalam
penelitian dan telah direncanakan secara sistematis, Pengamatan harus berkaitan dengan
tujuan penelitian yang telah ditetapkan, Pengamatan tersebut dicatat secara sistematik dan
dihubungkan dengan proporsi umum bukan dipaparkan sebagai sesuatu yang hanya
menarik perhatian, Pengamatan dapat dicek dan dikontrol mengenai validitas dan
rehabilitasnya.
E. Pengembangan instrumen
Sugiono (2013:102) mengatakan” Instrumen penelitian adalah suatu alat yang
digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati secara spesifik semua
fenomena ini disebut dengan variabel penelitian”. Untuk memudahkan penyusuanan
instrumen maka perlu digunakan kisi-kisi instrumen untuk bisa menetapkan indikator-
indikator dari setiap variabel yang diteliti maka diperlukan wawasan yang luas dan
mendalam tentang variabel yang akan diteliti.
Pada penelitian ini peneliti akan menggunakan teknik penggumpulan data observasi
yang akan menggunkan bentuk instrument checklist dengan kategori keterampilan sosial,
dalam penelitian ini memberikan rentang skor 1-4 dengan kategori penilaian
tidak mampu, kurang mampu, mampu, dan sangat mampu dengan keterangan
sebagai berikut :
TM = Tidak Mampu
KM = Kurang Mampu
M = Mampu
SM = Sangat Mampu
F. Validitas instrumen
Menurut Arikunto (2010:211) “Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan
tingkat-tingkat kevalidan atau keaslian suatu instrument. Valid berarti alat ukur yang
digunakan untuk mendapatkan data tersebut dapat diukur atau tepat.
Pada penelitian ini validitas yang digunakan adalah validitas isi yang mengacu
pada kisi-kisi instrument suatu teori, yaitu yang mejadi dasar penyusunan instrument.
Untuk itu perlu adanya pembahasan mengenai teori tentang variable yang diteliti.
Berdasarkan teori tentang variable tersebut kemudian dirumuskan defenisi konseptual dan
defenisi operasional dan selanjutnya ditentukan indikator yang akan diukur. Indikator
tersebut dijabarkan menjadi butir-butir instrument baik dalam bentuk pernyataan ataupun
pertanyaan.
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa validitas isi merupakan
pengujian yang bertujuan untuk melihat kesesuaian antara isi dari instrument dengan apa
yang diukur oleh peneliti tersebut. Pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan meminta
pertimbangan ahli. Pada penelitian ini yang menjadi validator ialah Yawinda. M. Pd. Pada
penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data pedoman observasi yang
akan menggunakan bentuk penilaian jawaban dengan checklist.
G. Desain eksperimen
Tabel: III. 3
Keterangan:
O1 : Melaksanakan pretest untuk mengukur kondisi awal responden sebelum diberi
perlakuan
X : Memberikan perlakuan
O2 : Melakukan posttest untuk mngetahui keadaan variable terkait sesudah diberikan
perlakuan
G. Teknik Analisis Data
1. Teknik Pengelola Data
Sebelum data diolah maka masing-masing item jawaban dari instrument di beri
bobot atau skor terlebih dahulu, baik untuk pernyataan positif maupun pernyataan negatif
seperti yang terdapat dalam tabel berikut:
Tabel: III.4
Skor dengan alternatif jawaban
R = H=L
Keterangan :
R : Rentang
H : Skor
L : Skor yang terendah
Menurut Nana Sudjana “dalam menentukan rentang skor yaitu skor terbesar
dikurang skor terkecil” dalam penelitian ini memiliki rentang skor 1-4 dengan
kategori, tidak mampu, mulai mampu, mampu dan sangat mampu. Jumlah item
sebanyak 10 item sehingga interval kriteria tersebut dapat ditentukan dengan cara
sebagai berikut:
1. Skor maksimum 4 x 10 = 40
5
Keterangan skor maksimum nilai tertingginya adalah 4, jadi 4 dikalikan
dengan jumlah sub indikator keseluruhan berjumlah 10 dan hasilnya 40.
Skor minimum 1 x 10 = 10
Keterangan skor minimum nilai tertingginya adalah 1, jadi dikalikan dengan jumlah sub
indikator keseluruhan yang berjumlah 10 dan hasilnya 10.
Rentang 40 – 10 = 30
Keterangan rentang diperoleh dari jumlah skor maksimum dikurangi jumlah sub indikator.
Banyak kriteria adalah 4 tingkatan (Tidak Mampu, Mulai Mampu, Mampu dan Sangat
Mampu)
Keterangan panjang interval diperoleh dari hasil rentang dibagi dengan banyak kriteria.
Adapun klasifikasi skor meningkat di PAUD Taam Qurrata A’yun adalah sebagai berikut :
Tabel: III. 5
Klasikasi skor keterampilan sosial anak usia 4-5 tahun
Ket:
MD= Mean of Difference
SDD= Mean Deviasi Standar dari Difference
SEMD= Standar Error kedua dari Difference
Sebelum itu perlu diketahui dahulu perbandingan hasil pre-test dan post-test
terhadap kelompok secara keseluruhan, selanjutnya diketahui bahwa hasil pre-test dan
post-test untuk kelompok eksperimen, maka untuk melihat signifikan atau tidaknya
keterampilan sosial anak melalui strategi pembelajaran kooperatif tipe mencari
pasangan dilakukan dengan uji-t dalam statistik. Adapun langkah-langkahnya adalah
sebagai berikut:
a. Mencari Mean dari Difference dengan rumus:
M d =N∑ D
D=
√ ∑ D2 − ∑ D
N ( )
N
c. Mencari standar eror dari Mean of Difference dengan rumus:
SE
SDD
MD=
√ N −1
d. dF=N −1
Ket :
MD= Mean of Difference nilai rata-rata hitung dari beda selisih antara skor Variabel 1
dan skor Variabel 11.
∑D: Jumlah beda selisih antara skor variabel I (variabel X) dan skor Variabel II
(Variabel Y).
53
N: Number of cases = jumlah subjek yang kita teliti
SEMD: Standar Eror (standar kesesatan) dari Mean of Difference
SDD: Devisi standar dari perbedaan antara skor variabel I dan skor variabel II.
Selanjutnya harga t hitung dibandingkan dengan harga kritik t pada table taraf
signifikansinya sebagai berikut:
a. Jika t hitung (to) besar nilainya dari ttabel (tt), maka hipotesis nihil (Ho) ditolak dan
hipotesis alternatif (Ha) diterima, artinya strategi pembelajaran kooperatif tipe
mencari pasangan dapat berpengaruh signifikan terhadap keterampilan sosial
anak.
b. Jika harga t hitung (t0) kecil dari harga ttabel (tt) maka hipotesis nihil (Ho) diterima
dan hipotesis alternatif (Ha) ditolak. Artinya strategi pembelajaran kooperatif tipe
mencari pasangan tidak dapat berpengaruh signifikan terhadap keterampilan
sosial anak.
Tabel: III. 6
Kisi-Kisi Instrument Variebel Perkembangan Anak Usia 4-5 Tahun