Anda di halaman 1dari 15

Makalah Asuhan Keperawatan Penyakit Glaukoma

Kelompok 2

Mata Kuliah :
Keperawatan medikal Bedah III

Dosen Mata kuliah :


Ns.Joli Ponamon,MSN,RN

Disusun Oleh :
Gladys Sariowan Ivilya Talamuda
Prischeilla.C.Inkiriwang Augie Kiriyoma
Orlando Mangowal Melinda Wenas
Manuella Mait Jesika Kaunang
Timotius Sambow Josua Sambeka
Reisya Wuon Elisabeth Yogobi
Fanycia Laluan Benediktus Pasan

Universitas SariPutra Indonesia Tomohon


Yayasan Dharma Bhakti Indonesia Tomohon
Fakultas Keperawatan
Tahun 2020

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya sehingga tugas
ILMU KEPERAWATAN II dalam bentuk makalah dengan judul Asuhan Keperawatan
Penyakit Glaukoma dapat tersusun dengan baik.
Tidak lupa kami juga mengucapkan terima kasih banyak atas bantuan dari pihak
yang berkontribuksi dan begitu membantu kami.Dan harapan kami semoga makalah ini
dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca serta boleh
bermanfaat bagi kelancaran proses belajar mengajar serta untuk ke depannya.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami,kami yakin masih
banyak kekuranggan dalam makalah ini.Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

2
DAFTAR ISI
Cover........................................................................................................................................ 1
Kata Pengantar......................................................................................................................... 2
Daftar Isi.................................................................................................................................... 3
BAB I : PENDAHULUAN........................................................................................................... 4
A.Latar Belakang....................................................................................................................... 4
B.Rumusan Masalah................................................................................................................. 4
C.Tujuan Masalah..................................................................................................................... 4
BAB II : PEMBAHASAN............................................................................................................5
A.Pengertian............................................................................................................................. 5
B.Etiologi................................................................................................................................... 5
C.Klasifikasi............................................................................................................................... 5
Manifestasi Klinis.................................................................................................................7
Pathway............................................................................................................................... 9
ASUHAN KEPERAWATAN..................................................................................................10
BAB III : PENUTUP...................................................................................................................14
A.Kesimpulan............................................................................................................................ 14
B.Saran..................................................................................................................................... 14
C.Daftar Pustaka....................................................................................................................... 15

3
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang

Glaukoma sebagai salah satu penyebab kebutaan didefinisikan sebagai penyakit


mata kronis progresif yang mengenai saraf mata dengan neuropati (kelainan saraf) optik
disertai kelainan bintik buta (lapang pandang) yang khas. Di Amerika Serikat diperkirakan
terdapat 2 juta pengidap glaukoma. Hampir 80.000 penduduk Amerika Serikat buta akibat
glaukoma. Di Indonesia, glaukoma merupakan penyebab kebutaan nomor dua setelah
katarak.
Mekanisme peningkatan tekanan intraokular pada glaukoma adalah gangguan aliran
keluar humor aqueous akibat kelainan sistem drainase sudut kamera anterior (glaukoma
sudut terbuka) atau gangguan akses humor aquous ke sistem drainase (glaukoma sudut
tertutup). Berdasarkan etiologinya, glaukoma dibagi atas glaukoma primer, glaukoma
kongenital, glaukoma sekunder, dan glaukoma absolut.
Glaukoma sekunder merupakan peningkatan tekanan intraokular yang terjadi
sebagai salah satu manifestasi penyakit mata lainnya. Salah satu penyebabnya adalah
katarak imatur, matur, atau hipermatur, yang lebih dikenal dengan glaukoma fakolitik dan
glaukoma fakomorfik. Peningkatan tekanan intraokular mendadak timbul karena adanya
perubahan bentuk lensa (katarak intumesen) dan degenerasi kapsul lensa sehingga bahan
lensa yang cair keluar dan menyumbat bilik mata depan. Ekstraksi lensa adalah terapi
definitif setelah tekanan intraokular terkontrol secara medis.
Ada beberapa obat-obatan sistemik yang diberikan kepada pasien untuk mengatasi
penyakitnya misal depresi, alergi, atau penyakit Parkinson atau sebagai alat untuk
membantu menegakkan diagnosa, dapat menyebabkan hambatan pupil dan menstimulasi
serangan glaukoma sudut tertutup akut pada pasien yang secara anatomi memiliki sudut
mata yang sempit. Diantaranya adalah obat midriatikum.
Glaukoma yang terkait dengan gangguan lensa, adalah salah satu penyebab
terbanyak glaukoma sekunder, selain diabetes melitus dan proses inflamatorik. Oleh karena
itu, diagnosis dini dan penatalaksanaan yang tepat terhadap glaukoma akut akibat kelainan
lensa, termasuk katarak imatur, matur atau hipermatur, sangatlah penting untuk
menurunkan angka morbiditas kebutaan.

B.     Perumusan Masalah


1.      Apa definisi dari Glaukoma?
2.      Bagaimana klasifikasi dari Glaukoma?
3.      Apa saja etiologi dari Glaukoma?
4.      Bagaimana patofisiologi dari Glaukoma?
5.      Apa saja manifestasi klinis Glaukoma?
6.      Apa saja pemeriksaan penunjang untuk Glaukoma?

C.     Tujuan
Tujuan umum :
Tujuan dari pembuatan makalah Asuhan Keperawatan pada Pasien Glaukoma adalah
supaya perawat dan mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan dengan pasien
glaukoma.
Tujuan Khusus:
1.      Untuk mengetahui definisi dari Glaukoma
2.      Untuk mengetahui klasifikasi dari Glaukoma
3.      Untuk mengetahui etiologi dari Glaukoma
4.      Untuk mengetahui patofisiologi dari Glaukoma
5.      Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Glaukoma
6.      Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari Glaukoma

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Glaukoma adalah suatu penyakit yang memberikan gambaran klinik berupa
peninggian tekanan bola mata, penggaungan papil saraf optik dengan defek lapang
pandangan mata.(Sidarta Ilyas,2000).
Galukoma adalah sekelompok kelainan mata yang ditandai dengan peningkatan
tekanan intraokuler.( Long Barbara, 1996)

B. ETIOLOGI
Penyakit yang ditandai dengan peninggian tekanan intraokuler ini disebabkan oleh :
- Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan ciliary
- Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau di celah
pupil

C. KLASIFIKASI
1. Glaukoma primer
- Glaukoma sudut terbuka
Merupakan sebagian besar dari glaukoma ( 90-95% ) , yang meliputi kedua
mata. Timbulnya kejadian dan kelainan berkembang secara lambat. Disebut
sudut terbuka karena humor aqueousmempunyai pintu terbuka ke jaringan
trabekular. Pengaliran dihambat oleh perubahan degeneratif jaringan rabekular,
saluran schleem, dan saluran yg berdekatan. Perubahan saraf optik juga dapat
terjadi. Gejala awal biasanya tidak ada, kelainan diagnose dengan peningkatan
TIO dan sudut ruang anterior normal. Peningkatan tekanan dapat dihubungkan
dengan nyeri mata yang timbul.
- Glaukoma sudut tertutup(sudut sempit)
Disebut sudut tertutup karena ruang anterior secara anatomis menyempit
sehingga iris terdorong ke depan, menempel ke jaringan trabekular dan
menghambat humor aqueous mengalir ke saluran schlemm. Pergerakan iris ke
depan dapat karena peningkatan tekanan vitreus, penambahan cairan di ruang
posterior atau lensa yang mengeras karena usia tua. Gejala yang timbul dari
penutupan yang tiba- tiba dan meningkatnya TIO, dapat berupa nyeri mata yang
berat, penglihatan yang kabur dan terlihat hal. Penempelan iris menyebabkan

5
dilatasi pupil, bila tidak segera ditangani akan terjadi kebutaan dan nyeri yang
hebat.
2. Glaukoma sekunder
Dapat terjadi dari peradangan mata , perubahan pembuluh darah dan trauma . Dapat
mirip dengan sudut terbuka atau tertutup tergantung pada penyebab.
- Perubahan lensa
- Kelainan uvea
- Trauma
- bedah
3. Glaukoma kongenital
- Primer atau infantil
- Menyertai kelainan kongenital lainnya
4. Glaukoma absolut
Merupakan stadium akhir glaukoma ( sempit/ terbuka) dimana sudah terjadi
kebutaan total akibat tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut .Pada
glaukoma absolut kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, papil atrofi dengan
eksvasi glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa sakit.sering mata
dengan buta ini mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah sehingga
menimbulkan penyulit berupa neovaskulisasi pada iris, keadaan ini memberikan rasa
sakit sekali akibat timbulnya glaukoma hemoragik.
Pengobatan glaukoma absolut dapat dengan memberikan sinar beta pada
badan siliar, alkohol retrobulber atau melakukan pengangkatan bola mata karena
mata telah tidak berfungsi dan memberikan rasa sakit.

Berdasarkan lamanya :
1. GLAUKOMA AKUT
a. Definisi
Glaukoma akut adalah penyakit mata yang disebabkan oleh tekanan intraokuler
yang meningkat mendadak sangat tinggi.
b. Etiologi
Dapat terjadi primer, yaitu timbul pada mata yang memiliki bakat bawaan berupa
sudut bilik mata depan yang sempit pada kedua mata, atau secara sekunder
sebagai akibat penyakit mata lain. Yang paling banyak dijumpai adalah bentuk
primer, menyerang pasien usia 40 tahun atau lebih.

c. Faktor Predisposisi

6
Pada bentuk primer, faktor predisposisinya berupa pemakaian obat-obatan
midriatik, berdiam lama di tempat gelap, dan gangguan emosional. Bentuk
sekunder sering disebabkan hifema, luksasi/subluksasi lensa, katarak intumesen
atau katarak hipermatur, uveitis dengan suklusio/oklusio pupil dan iris bombe,
atau pasca pembedahan intraokuler.

 Manifestasi klinik
1). Mata terasa sangat sakit. Rasa sakit ini mengenai sekitar mata dan daerah
belakang kepala .
2). Akibat rasa sakit yang berat terdapat gejala gastrointestinal berupa mual dan
muntah , kadang-kadang dapat mengaburkan gejala glaukoma akut.
3). Tajam penglihatan sangat menurun.
4). Terdapat halo atau pelangi di sekitar lampu yang dilihat.
5). Konjungtiva bulbi kemotik atau edema dengan injeksi siliar.
6). Edema kornea berat sehingga kornea terlihat keruh.
7). Bilik mata depan sangat dangkal dengan efek tyndal yang positif, akibat
timbulnya reaksi radang uvea.
8). Pupil lebar dengan reaksi terhadap sinar yang lambat.
9). Pemeriksaan funduskopi sukar dilakukan karena terdapat kekeruhan media
penglihatan.
10). Tekanan bola mata sangat tinggi.
11). Tekanan bola mata antara dua serangan dapat sangat normal.

 Pemeriksaan Penunjang
Pengukuran dengan tonometri Schiotz menunjukkan peningkatan tekanan.
Perimetri, Gonioskopi, dan Tonografi dilakukan setelah edema kornea
menghilang.

 Pemeriksaan tekanan mata (tonometri)


Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui tekanan pada mata. Jika mata
bertekanan tinggi berarti kemungkinan besar memang memiliki risiko tinggi
menderita penyakit tersebut.Pada saat menjalani pemeriksaan ini, pasien
memerlukan bius lokal untuk mengurangi rasa tidak nyaman. Pemeriksaan ini
menggunakan alat yang disebut tonometer.

 Pemeriksaan ruang depan mata (gonioskopi)


Selain tonometri, pasien juga akan diminta menjalani pemeriksaan gonioskopi.
Pemeriksaan ini dilakukan pada ruang mata bagian depan, antara kornea dan iris
atau dikenal sebagai bilik anterior. Di bagian inilah cairan mata biasanya keluar.
Pemeriksaan ini pun bertujuan untuk mengetahui apakah area tersebut tertutup
atau tidak, sehingga dokter mata bisa menentukan apakah glaukoma tergolong
sudut terbuka atau tertutup.

7
 Pemeriksaan lapangan pandang (perimetri)
Pemeriksaan ini ditujukan untuk memeriksa area penglihatan yang mungkin
hilang. Pasien akan diminta melihat fokus pada sebuah titik yang ditentukan
dengan lokasi penglihatan tertentu. Kemudian dokter kan melakukan penilaian
seberapa luas lapangan pandang, jika mengalami kesulitan pandangan pada
daerah tepi, maka mungkin saja orang tersebut menderita glaukoma.

 Pemeriksaan saraf optik


Pemeriksaan ini ditujukan untuk memeriksa saraf optik, yaitu saraf yang
menghubungkan antara mata dengan otak. Caranya, mata akan diperiksa
menggunakan cahaya dari alat khusus bernama slit lamp berupa mikroskop yang
memiliki cahaya yang terang.  Mata juga akan diberikan cairan tetes mata untuk
memperbesar pupil. Sehingga mempermudah pemeriksaan.

 Pemeriksaan optical coherence tomography (OCT)


Pemeriksaan ini bertujuan mendeteksi adanya kerusakan pada retina atau saraf
optik akibat glaukoma. Caranya adalah menggunakan cahaya khusus untuk
memindai bagian belakang mata.

 Penatalaksanaan
Penderita dirawat dan dipersiapkan untuk operasi. Dievaluasi tekanan intraokuler
(TIO) dan keadaan mata. Bila TIO tetap tidak turun, lakukan operasi segera.
Sebelumnya berikan infus manitol 20% 300-500 ml, 60 tetes/menit. Jenis
operasi, iridektomi atau filtrasi, ditentukan berdasarkan hasil pemeriksaab
gonoskopi setelah pengobatan medikamentosa.

2. GLAUKOMA KRONIK
a. Definisi
Glaukoma kronik adalah penyakit mata dengan gejala peningkatan tekanan bola
mata sehingga terjadi kerusakan anatomi dan fungsi mata yang permanen.
b. Etiologi
Keturunan dalam keluarga, diabetes melitus, arteriosklerosis, pemakaian
kortikosteroid jangka panjang, miopia tinggi dan progresif.
c. Manifestasi klinik
Gejala-gejala terjadi akibat peningkatan tekanan bola mata. Penyakit berkembang
secara lambat namun pasti. Penampilan bola mata seperti normal dan sebagian
tidak mempunyai keluhan pada stadium dini. Pada stadium lanjut keluhannya berupa
pasien sering menabrak karena pandangan gelap, lebih kabur, lapang pandang
sempit, hingga kebutaan permanen.
d. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan tekanan bola mata dengan palpasi dan tonometri menunjukkan
peningkatan. Nilai dianggap abnormal 21-25 mmHg dan dianggap patologik diatas
25 mmHg.

8
Pada funduskopi ditemukan cekungan papil menjadi lebih lebar dan dalam, dinding
cekungan bergaung, warna memucat, dan terdapat perdarahan papil. Pemeriksaan
lapang pandang menunjukkan lapang pandang menyempit, depresi bagian nasal,
tangga Ronne, atau skotoma busur.
e. Penatalaksanaan
Pasien diminta datang teratur 6 bulan sekali, dinilai tekanan bola mata dan lapang
pandang. Bila lapang pandang semakin memburuk,meskipun hasil pengukuran
tekanan bola mata dalam batas normal, terapi ditingkatkan. Dianjurkan berolahraga
dan minum harus sedikit-sedikit.

D. PATHWAY GLAUKOMA

Usia > 40 th
DM
Kortikosteroid jangka panjang
Miopia
Trauma mata

Obstruksi jaringan peningkatan tekanan


Trabekuler Vitreus

Hambatan pengaliran pergerakan iris kedepan


Cairan humor aqueous

Nyeri TIO meningkat Glaukoma TIO Meningkat

Gangguan saraf optik tindakan operasi

Gangguan Perubahan penglihatan Anxietas Kurang pengetahuan


persepsi sensori Perifer
penglihatan

Kebutaan

9
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1). Pengkajian
a) Aktivitas / Istirahat:
Perubahan aktivitas biasanya / hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan.
b) Makanan / Cairan :
Mual, muntah (glaukoma akut)
c) Neurosensori :
Gangguan penglihatan (kabur/tidak jelas), sinar terang menyebabkan silau
dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja
dengan dekat/merasa di ruang gelap (katarak).
Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi sekitar sinar,
kehilangan penglihatan perifer, fotofobia(glaukoma akut).
Perubahan kacamata/pengobatan tidak memperbaiki penglihatan.
Tanda :
Papil menyempit dan merah/mata keras dengan kornea berawan.
Peningkatan air mata.
d) Nyeri / Kenyamanan :
Ketidaknyamanan ringan/mata berair (glaukoma kronis)
Nyeri tiba-tiba/berat menetap atau tekanan pada dan sekitar mata, sakit kepala
(glaukoma akut).
e) Penyuluhan / Pembelajaran
Riwayat keluarga glaukoma, DM, gangguan sistem vaskuler.
Riwayat stres, alergi, gangguan vasomotor (contoh: peningkatan tekanan vena),
ketidakseimbangan endokrin.
Terpajan pada radiasi, steroid/toksisitas fenotiazin.
2). Pemeriksaan Diagnostik
(1) Kartu mata Snellen/mesin Telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan sentral
penglihatan) : Mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, aquous atau
vitreus humor, kesalahan refraksi, atau penyakit syaraf atau penglihatan ke retina
atau jalan optik.
(2) Lapang penglihatan : Penurunan mungkin disebabkan CSV, massa tumor
pada hipofisis/otak, karotis atau patologis arteri serebral atau glaukoma.
(3) Pengukuran tonografi : Mengkaji intraokuler (TIO) (normal 12-25 mmHg)

10
(4) Pengukuran gonioskopi :Membantu membedakan sudut terbuka dari sudut
tertutup glaukoma.
(5) Tes Provokatif :digunakan dalam menentukan tipe glaukoma jika TIO
normal atau hanya meningkat ringan.
(6) Pemeriksaan oftalmoskopi:Mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi
lempeng optik, papiledema, perdarahan retina, dan mikroaneurisma.
(7) Darah lengkap, LED :Menunjukkan anemia sistemik/infeksi.
(8) EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid: Memastikan aterosklerosisi,PAK.
(9) Tes Toleransi Glukosa :menentukan adanya DM.

A. Diagnosa Keperawatan Dan Intervensi


a. Nyeri b/d peningkatan tekanan intra okuler (TIO) yang ditandai dengan mual
dan muntah.
Tujuan : Nyeri hilang atau berkurang
Kriteria hasil :
-pasien mendemonstrasikan pengetahuan akan penilaian pengontrolan nyeri
-pasien mengatakan nyeri berkurang/hilang
-ekspresi wajah rileks
Intervensi :
-kaji tipe intensitas dan lokasi nyeri
-kaji tingkatan skala nyeri untuk menentukan dosis analgesik
-anjurkan istirahat ditempat tidur dalam ruangan yang tenang
-atur sikap fowler 300 atau dalam posisi nyaman.
-Hindari mual, muntah karena ini akan meningkatkan TIO
-Alihkan perhatian pada hal-hal yang menyenangkan
-Berikan analgesik sesuai anjuran
b. Gangguan persepsi sensori : penglihatan b.d gangguan
penerimaan;gangguan status organ ditandai dengan kehilangan lapang
pandang progresif.
Tujuan : Penggunaan penglihatan yang optimal
Kriteria Hasil:
- Pasien akan berpartisipasi dalam program pengobatan
- Pasien akan mempertahankan lapang ketajaman penglihatan tanpa kehilangan
lebih lanjut.
Intervensi :
-Pastikan derajat/tipe kehilangan penglihatan

11
- Dorong mengekspresikan perasaan tentang kehilangan / kemungkinan
kehilangan penglihatan
-Tunjukkan pemberian tetes mata, contoh menghitung tetesan, menikuti jadwal,
tidak salah dosis
-Lakukan tindakan untuk membantu pasien menanganiketerbatasan penglihatan,
contoh, kurangi kekacauan,atur perabot, ingatkan memutar kepala ke subjek
yang terlihat; perbaiki sinar suram dan masalah penglihatan malam.
-Kolaborasi obat sesuai dengan indikasi
c. Ansitas b. d faktor fisilogis, perubahan status kesehatan, adanya nyeri,
kemungkinan/kenyataan kehilangan penglihatan ditandai dengan ketakutan,
ragu-ragu, menyatakan masalah tentang perubahan kejadian hidup.
Tujuan : Cemas hilang atau berkurang
Kriteria Hasil:
- Pasien tampak rileks dan melaporkan ansitas menurun sampai tingkat dapat
diatasi.
-Pasien menunjukkan ketrampilan pemecahan masalah
-Pasien menggunakan sumber secara efektif
Intervensi :
- Kaji tingkat ansitas, derajat pengalaman nyeri/timbul nya gejala tiba-tiba dan
pengetahuan kondisi saat ini.
- Berikan informasi yang akurat dan jujur. Diskusikan
kemungkinan bahwa pengawasan dan pengobatan mencegah kehilangan
penglihatan tambahan.
-Dorong pasien untuk mengakui masalah dan mengekspresikan perasaan.
-Identifikasi sumber/orang yang menolong.

d. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan


pengobatan b.d kurang terpajan/tak mengenal sumber, kurang mengingat,
salah interpretasi, ditandai dengan ;pertanyaan, pernyataan salah persepsi,
tak akurat mengikuti instruksi, terjadi komplikasi yang dapat dicegah.
Tujuan : Klien mengetahui tentang kondisi,prognosis dan pengobatannya.
Kriteria Hasil:
- pasien menyatakan pemahaman kondisi, prognosis, dan
pengobatan.
- Mengidentifikasi hubungan antar gejala/tanda dengan proses penyakit
- Melakukan prosedur dengan benar dan menjelaskan alasan tindakan.
Intervensi :

12
- Diskusikan perlunya menggunakan identifikasi,
- Tunjukkan tehnik yang benar pemberian tetes mata.
- Izinkan pasien mengulang tindakan.
- Kaji pentingnya mempertahankan jadwal obat, contoh tetes mata. Diskusikan
obat yang harus dihindari, contoh midriatik, kelebihan pemakaian steroid
topikal.
- Identifikasi efek samping/reaksi merugikan dari pengobatan
(penurunan nafsu makan, mual/muntah, kelemahan,
jantung tak teratur dll.
- Dorong pasien membuat perubahan yang perlu untuk pola hidup
- Dorong menghindari aktivitas,seperti mengangkat berat/men
dorong, menggunakan baju ketat dan sempit.
- Diskusikan pertimbangan diet, cairan adekuat dan makanan
berserat.
-Tekankan pemeriksaan rutin.
- Anjurkan anggota keluarga memeriksa secara teratur tanda
glaukoma.

13
BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan

Glaukoma adalah penyakit mata yang ditandai dengan peningkatan tekanan intraokuler dan
adanya neuropati optik glaukomatosa diikuti gangguan pada lapang pandang yang dapat
menyebabkan kerusakan pada nervus optikus dan struktur okuler lain. Glaukoma terjadi
karena adanya ketidakseimbangan antara proses produksi dan ekskresi aliran aquous
humor. Glaukoma dibagi menjadi galuoma primer, sekunder, kongenital dan absolut.
Glaukoma ditandai dengan mual, muntah, rasa nyeri atau pegal di sekitar mata, penurunan
ketajaman penglihatan pada malam hari dan penglihatan kabur. Glaukoma dapat dilakukan
dengan tindakan insisi bedah berupa trabekulektomi dan trabekuloplasti. Bila dibiarkan,
glaukoma dapat menyebabkan kompikasi berupa kebutaan.

B.     Saran
Bagi mahasiswa, sebaiknya memperdalam ilmu dalam perawatan klien dengan glaukoma
agar dapat membantu klien untuk mencapai kesembuhan dan pengobatan. Dan juga untuk
mengerti tentang pengertian, penyebab, faktor risiko, tanda dan gejala serta
penatalaksanaan yang tepat untuk memberikan pendidikan kesehatan terhadap klien.
Bagi institusi pendidikan, diharapkan dapat melengkapi atau menambah buku-buku yang
berkaitan dengan bidang keilmuan keperawatan seperti buku keperawatan medikal bedah,
asuhan keperawatan, kamus kedokteran dan lain-lain sebagai literatur dalam menambah
ilmu bagi mahasiswa.
Bagi masyarakat, diharapkan meningkatkan kesadaran untuk segera memeriksakan diri
atau melaksanakan pemeriksaan kesehatan rutinagar tidak datang ke fasilitas kesehatan
maupun pelayanan kesehatan dengan kondisi yang sudah parah.

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Junadi P. dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius, FK-UI, 1982

2. Sidarta Ilyas, Ilmu Penyakit Mata, FKUI, 2000.

3. Long C Barbara. Medical surgical Nursing. 1992

4. Doungoes, marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk


Perencanaan Dan pendokumentasian perawatan pasien. Ed 3, EGC, Jakarta, 2000

5. Susan Martin Tucker, Standar Perawatan Pasien : Proses Keperawatan, Diagnosisi


dan Evaluasi. Ed 5 Vol3 EGC. Jakarta 1998

6. Brunner & Suddart. Keperawatan Medical Bedah EGC. Jakarta 2002

15

Anda mungkin juga menyukai