Sejarah Masyarakat
dewasa, tiap spesies terus melahirkan variasi-variasi yang dialami Manusia sajalah yang mampu
baru. Di antara perubahan-perubahan yang terjadi di melahirkan kemampuan untuk berpikir secara sadar.
tengah mahluk-mahluk hidup, ada perubahan yang Kemampuan berpikir dan menemukan pemecahan
menguntungkan, yang membuat mahluk tersebut masalah ada pada tiap mahluk – dalam berbagai
lebih sesuai untuk bertahan hidup di tengah kondisi bentuk yang tidak harus sama dengan bentuk
tertentu. Misalnya, hewan-hewan yang kulitnya tebal “berpikir” ala manusia. Semut, misalnya, sekalipun
kemudian dapat bertahan hidup lebih baik di daerah secara individu tidak sanggup menemukan solusi
dingin. Namun ada juga perubahan lebih drastis, yang apapun atas masalah pribadinya, namun secara koloni
memungkinkan perubahan dalam pola hidup. mampu melakukan hal-hal yang menakjubkan.
Misalnya saja, ketika beberapa spesies kadal raksasa Mereka mampu membuat keputusan untuk bergerak
(yang kita kenal sebagai dinosaurus) berubah sisiknya secara berbareng, menentukan tempat baru untuk
menjadi bulu – perubahan yang memungkinkan bersarang, bertarung dengan predator secara kolektif,
beberapa spesies kadal ini dapat terbang. Untuk dan lain-lain. Baru-baru ini ditemukan bahwa lebah
diketahui: bulu burung, rambut dan kuku manusia melakukan semacam “diskusi” sebelum menentukan
dan sisik kadal terbuat dari bahan baku yang sama, ke mana mereka akan memindah sarang. Namun,
yakni keratin. Perubahan sisik menjadi bulu ini baru Manusia yang mampu melakukan proses
sesungguhnya awalnya hanya perubahan bentuk saja. berpikir ini secara sadar. Bahkan, baru Manusia juga
Namun setelah berabad-abad, perubahan bentuk ini spesies yang menggunakan kemampuan berpikir ini
dapat dimanfaatkan sebagai perubahan fungsi. sebagai senjata utamanya untuk bertahan hidup.
Setelah bulu ini mengalami perubahan fungsi, Dengan demikian, telaah kita atas Sejarah
perkembangan bentuknya sampai sekarang didorong Masyarakat berkaitan erat dengan proses timbal-balik
terutama oleh fungsi baru ini. Hal mana bersesuaian antara kebutuhan Manusia untuk bertahan hidup,
dengan prinsip dialektika: pertarungan saling perubahan dalam lingkungan hidupnya, dan
menggantikan antara bentuk dan isi, antara wujud kemampuan Manusia itu untuk berpikir dan
dan hakikat. mengatasi tantangan. Uraian di bawah ini adalah apa
Dari semua perubahan yang dialami oleh yang telah disingkap oleh ilmu pengetahuan modern
berbagai mahluk hidup di atas dunia, baru perubahan tentang perkembangan termaksud.
baru. Perkembangan teknologi fisik maupun sosial bertahan hidup. Inilah strategi bertahan hidup spesies
inilah yang akan menentukan bagaimana Manusia yang kita kenal sebagai Manusia.
karena tingkatanya masih sangat rudimenter jenis biji-bijian. Tentu dengan mudah teramati bahwa
(pemula), hukum Sebab-Akibat ini tidaklah di lokasi pembuangan sampah, di mana sisa buah-
melahirkan metode ilmiah ataupun ilmu pengetahuan, buahan makanan mereka dibuang, mulai muncul
melainkan sihir. pohon buah tersebut. Selama ratusan, mungkin
Sihir adalah upaya paling awal Manusia untuk ribuan tahun, Manusia mulai menguasai teknik
menemukan hukum-hukum yang mengatur bercocok tanam. Pada masa itu, teknik ini belumlah
bekerjanya alam. Dengan naif (lugu), nenek-moyang digunakan secara luas. Namun, kelak teknik inilah
Manusia berpendapat bahwa merekalah yang yang akan merajai bumi dan menggusur pola
mengatur hukum-hukum itu, dengan sihir mereka. kehidupan berburu-mengumpul. Inilah perwujudan
Karena Sihir berbeda dengan Doa. Sihir menyaratkan dari hukum dialektika bahwa “yang baru” tumbuh di
dilakukannya gerakan dan ucapan tertentu, dengan dalam rahim “yang lama”, yang baru akan
hitungan waktu yang tertentu pula. Ada aturan yang menggantikan yang lama sambil tetap membawa
jelas agar dapat melancarkan sihir. Doa, sebaliknya, warisannya. Dan, dengan menetap, banyak kebutuhan
memohon pada satu kekuatan Adikuasa yang mampu baru yang sebelumnya tidak ada – misalnya
membengkokkan hukum-hukum alam. Dalam bagaimana menjaga kebersihan, bagaimana
masyarakat-masyarakat berburu-mengumpul yang memperbaiki tempat tinggal yang rusak, dan lain-lain.
masih bertahan sampai jaman modern ini, ditemukan Adanya tambahan kerja ini memaksa masyarakat
bahwa sihir merupakan salah satu fitur yang niscaya membagi sumberdayanya yang memang terbatas itu.
ada dan dihormati. Bahkan, dalam masyarakat Karena itulah susunan masyarakat semakin hari
modern pun sihir (baik dalam bentuk mantera semakin kompleks dan rumit – justru karena mereka
maupun tabu) ini masih merupakan kekuatan yang hidup menetap.
ditakuti. Dengan semakin kompleksnya susunan
Di samping itu, adanya api memungkinkan masyarakat, semakin tergantung pula masyarakat
(tepatnya: memaksa) Manusia untuk mulai hidup pada sihir ini. Di jaman di mana para pemimpin tidak
menetap. Pada awalnya, api sangat sulit dibuat, mungkin kuliah Hukum, atau Ilmu Pemerintahan,
sehingga sekali api berhasil dipijarkan, Manusia sangat penting bagi mereka untuk menguasai sihir –
berusaha menjaganya agar tidak padam. Hal inilah alat pembentuk hukum. Lama-kelamaan, masyarakat
yang kurang-lebih memaksa Manusia untuk menetap. memandang perlu untuk menyisihkan orang khusus
Dengan hidup menetap, banyak hal yang kemudian untuk dapat berfungsi sebagai tukang sihir yang
terjadi. Manusia mulai memperhatikan bahwa mereka melayani kebutuhan seluruh masyarakat. Tukang Sihir
yang mati tubuhnya dingin dan kaku, sedangkan yang (dalam bentuk Dukun, Shaman, atau Tetua Adat)
masih hidup tubuhnya hangat. Mereka kemudian adalah kerja profesional pertama dalam sejarah dunia.
berharap bahwa dengan adanya api, tubuh-tubuh Tidak jarang para tukang sihir ini digelari “Raja” –
yang dingin dan kaku ini akan dapat hidup kembali. sekalipun belum dalam makna modern seperti yang
Kadangkala, memang orang yang sudah setengah kita kenal.
mati karena kedinginan dapat “hidup kembali” Ditemukannya cara membuat api
setelah dibawa ke dekat perapian. Inilah dasar memungkinkan Manusia untuk melompat jauh ke
keyakinan yang sampai sekarang terus dipertahankan depan dalam persoalan teknologi, namun juga
dalam berbagai bentuk, keyakinan akan adanya membawa dampak yang bersifat mengunci arah
kehidupan sesudah kematian. Hal penting lainnya perkembangan itu sampai berabad-abad sesudahnya.
adalah dimulainya pengamatan terhadap berbagai
2. Masyarakat Bertani
Seiring dengan perjalanan perkembangan masyarakat buaya dan lumpur hisap merupakan beberapa bahaya
Manusia, alam terus berubah. Pada satu titik dalam yang menghadang. Namun, perluasan padang pasir
perjalanan ini, Manusia kembali dipaksa untuk yang agresif melahap wilayah padang rumput itu
menyesuaikan diri dengan perubahan itu. Kira-kira 12 akhirnya memaksa Manusia untuk kembali membuat
ribu tahun lalu, kekeringan yang melanda Afrika pilihan: apakah ia akan mengambil resiko melintasi
bagian utara dan Semenanjung Arabia memaksa padang pasir atau membangun pemukiman di tengah
kelompok-kelompok pemburu di sana mengambil daerah muara sungai itu. Pilihan yang pertama berarti
keputusan yang drastis. Kekeringan ini mengubah bertahan dengan pola hidupnya, namun resikonya
padang rumput subur yang tadinya menghiasi wilayah sangat besar karena kemungkinan tewas hampir-
itu menjadi padang pasir. Hewan-hewan buruan yang hampir 100%. Sedangkan pilihan yang kedua lebih
secara rutin datang ke sana untuk mencari makan kini menjamin kemungkinan hidup, hanya saja pola hidup
menghindari wilayah itu. Untuk terus mendapatkan haruslah berubah. Mereka harus sepenuhnya hidup
air, Manusia dan hewan buruan masuk ke daerah menetap, dan tidak lagi mengandalkan perburuan
muara-muara sungai, sungai Nil di Afrika bagian sebagai sumber utama perolehan makanan. Di
utara; dan sungai Efrat-Tigris di semenanjung Arabia. berbagai belahan dunia, banyak komunitas yang
Medan berat menanti mereka di sana – nyamuk, berhasil bertahan tanpa perlu berubah menjadi
masyarakat bertani. Namun, masyarakat bertani inilah menyaratkan adanya Ilmu Bangunan
yang kelak melepaskan tenaga peradaban yang (arsitektur).
tersimpan dalam masyarakat Manusia itu. 8. Berkembangnya ilmu pengetahuan secara
Ada beberapa ciri masyarakat bertani yang umum mendorong terjadinya spesialisasi
memaksa masyarakat ini melahirkan berbagai hal (pengkhususan) di mana beberapa orang
baru: yang berbakat melayani masyarakat lewat
1. Kerja besar yang harus dilakukannya untuk ketrampilan khusus yang dimilikinya –
menaklukkan alam menyaratkan adanya misalnya teknik pembuatan logam.
kepemimpinan yang sentralis;
2. Hasil kerja mereka (produk pertanian) yang Para pendeta dan tentara, merupakan satu
tidak dapat diambil sewaktu-waktu kesatuan kelas-kelas yang berkuasa atas masyarakat.
memaksa mereka membangun lumbung Mereka mengatur masyarakat, sekalipun awalnya atas
demi persediaan pangan di musim paceklik. mandat masyarakat. Dengan demikian, dapat
3. Untuk menjaga lumbung, diperlukan dikatakan bahwa kelas-kelas ini mengangkat dirinya
penjaga-penjaga yang sifatnya purna-waktu mengatasi masyarakat, sekalipun dilahirkan oleh
(full-timer) terutama karena adanya masyarakat. Mereka menjadi kelas berkuasa. Dan
ancaman dari komunitas lain yang ingin dengan lahirnya kelas berkuasa ini, lahir pulalah
menjarah lumbung, atau justru dari Masyarakat Berkelas.
komunitas sendiri yang kelaparan ketika Dan tidak butuh waktu lama sebelum kelas-
paceklik. kelas berkuasa ini menyadari bahwa status istimewa
4. Keharusan menjaga lumbung ini mereka harus dipertahankan. Dalam waktu hanya
menghasilkan pembagian kerja baru dalam beberapa ratus tahun setelah bangkitnya masyarakat
masyarakat: pendeta dan tentara – kedua berkelas, Undang-undang pertama di dunia telah
kelas ini dibebaskan dari keharusan bekerja diperkenalkan – oleh Raja Hammurabi dari Babilonia,
kasar demi menjaga lumbung. salah satu peradaban pertama di dunia. Dengan
5. Waktu luang yang tersedia bagi anggota lahirnya UU ini, alat-alat kekuasaan dari kelas
kelas-kelas pendeta ini menyebabkan berkuasa telah lengkap: kendali ideologis (melalui
mereka mampu mengamati lebih teliti gejala mistik dan agama), kendali kekerasan (lewat tentara)
alam di sekitarnya, dan melahirkan ilmu dan kendali kelembagaan (lewat hukum dan
perbintangan. perundang-undangan). Ketiga tiang inilah yang
6. Untuk keperluan pencatatan di lumbung, menyusun Negara.
dan untuk menjaga kerahasiaan Di bawah masyarakat bertanilah sistem
“pengetahuan suci” dari para dewa, para masyarakat seperti yang kita kenal sekarang
pendeta menciptakan Matematika dan diletakkan dasar-dasarnya. Era yang menyusul
Tulisan. kemudian merupakan pengembangan, dan
7. Untuk keperluan berjaga dari penjarahan, penyempurnaan sistem masyarakat berkelas – dan
diciptakanlah Ilmu Perbentengan, yang penguatan Negara sebagai alat pengaman keberadaan
masyarakat berkelas tersebut.
Semakin lama, masyarakat semakin dikendalikan oleh mengumpul, anak adalah milik masyarakat, sehingga
laki-laki. Bangkitlah Patriarki. tidak terlalu penting siapa ayah si anak. Yang penting,
Pada gilirannya, kebangkitan Patriarki ini ibunya adalah anggota suku tersebut. Konsepsi ini
mengubah banyak sekali hal. Perubahan itu berakar tidak akan bermanfaat dalam konsepsi kepemilikan
dari perubahan dalam struktur reproduksi manusia. pribadi atas anak. Untuk dapat memastikan si anu
Ketika aktivitas seksual dijadikan sebuah aktivitas adalah anak siapa, diperlukan pengaturan monogamis
ekonomi, harus ada yang ditugaskan untuk merawat (satu istri untuk satu suami).
“mesin-mesin reproduksi” ini agar usia pakainya Namun, karena perkawinan monogamis ini
panjang. Perkembangan ini berlangsung sejalan merupakan dampak sampingan dari munculnya
dengan perkembangan di sektor produksi, di mana konsep tentang kepemilikan pribadi, hubungan antara
telah terjadi spesialisasi kerja. Kombinasi dari kedua suami dan istri bukanlah hubungan setara. Istri,
faktor ini melahirkan dua hal: perkawinan monogami karena tugasnya melahirkan sebanyak-banyaknya
(dengan satu istri) dan kepemilikan pribadi. anak, menjadi tergantung secara ekonomi pada
Adanya spesialisasi mendorong Manusia untuk suami. Ketergantungan inilah yang kemudian
mulai berpikir tentang kerja pribadi – yang memunculkan pemikiran lebih lanjut bahwa seluruh
pasangannya adalah hasil kerja milik pribadi. kekayaan rumah tangga adalah milik suami. Dengan
Pemikiran ini juga berkembang sejalan dengan dibagi- demikian, suamilah yang menjadi pemimpin,
baginya tanah untuk digarap oleh individu. sedangkan istri menjadi bawahan. Konsepsi ini
Pembukaan lahan dan panen memang tidak dapat berkembang lebih lanjut menjadi konsepsi tentang
dilakukan sendiri. Namun, setelah benih disebar, para Warisan (di mana kepemilikan pribadi si ayah
petani tinggal menunggu dan merawat tanamannya. diwariskan pada anak-anaknya – terutama anak laki-
Ini tidak membutuhkan kerja kolektif. Bahkan, satu laki) dan Mahar (di mana anak perempuan dapat
orang dapat melakukan kerja ini untuk lahan dengan diserahkan pada keluarga lain – dengan bayaran
luas tertentu. Tidak akan mengherankan jika di jaman tertentu).
terdahulu, tiap orang ditugaskan untuk merawat Munculnya konsep Waris dan Mahar ini
tanah dengan luas tertentu – dan tugas ini lama- merupakan kunci yang mengabadikan dominasi Laki-
kelamaan berkembang menjadi kepemilikan pribadi laki atas Perempuan. Dan, begitu lembaga Keluarga
atas lahan. diabadikan, muncullah basis bagi berkembangnya
Ketika konsepsi ini diterapkan dalam proses Perbudakan. Karena Keluarga itu sendiri merupakan
reproduksi, maka anak-anak yang dihasilkan haruslah bagian paling dasar dari sebuah Perbudakan. [Familia
menjadi milik dari pasangan yang menghasilkannya. (jamak) atau famulus (tunggal) = budak milik seorang
Dalam konsepsi keluarga masyarakat berburu- pria.]
2.2
2.2. Perbudakan
Dengan lahirnya Masyarakat Berkelas dan Negara, untuk membangun monumen atau sarana publik
ketimpangan sosial mulai merupakan satu ciri yang merupakan satu norma. Menghindari kerja paksa
muncul dalam masyarakat. Ketimpangan ini jelas dapat berbuah kematian yang menyakitkan. Di tengah
melahirkan pertentangan-pertentangan. Baik secara orang Yahudi, budak dapat dibebaskan jika menganut
internal maupun eksternal, sebuah masyarakat agama Yahudi. Namun, sebagai pola produksi utama
berkelas terus berhadapan dengan konflik dan di dunia, Perbudakan hanya berlangsung sampai kira-
perang. Baik dalam bentuk pemberontakan maupun kira abad ke-10 – ketika kekaisaran Romawi runtuh.
penjarahan, perang terus berlangsung. Pihak yang Jika dipandang dari sudut ekonomi, keberadaan
kalah dalam perang-perang ini lantas harus menerima budak merupakan salah satu prasyarat akumulasi
nasib yang sangat buruk. Pada awalnya, para kekayaan masyarakat di jaman itu. Tanpa perbudakan,
pecundang ini menjadi santapan pihak yang menang mustahil bagi kelas-kelas istimewa untuk bertahan
perang. Penyantapan ini perlu untuk mengusir dengan keistimewaannya. Masyarakat belum memiliki
kemungkinan roh-roh para pecundang ini membalas teknologi yang cukup untuk menghasilkan kelebihan
dendam. Musuh yang bertarung dengan gagah berani hasil yang terlalu berlimpah – sehingga cukup banyak
juga mendapat “kehormatan” untuk dimakan. yang dapat disimpan sendiri oleh para penguasa.
Namun, seiring dengan semakin bergantungnya Budaklah yang menyediakan kelebihan hasil itu –
masyarakat pada pertanian, ditemukanlah kegunaan tenaga mereka dikerahkan ke daerah-daerah paling
baru untuk para pecundang ini. Kalau dimakan, berbahaya untuk membuka hutan dan menguras rawa
mereka hanya berguna sekali saja. Namun, kalau demi terciptanya tanah-tanah pertanian baru. Mereka
dipekerjakan di pertanian, mereka akan menghasilkan juga yang akan dikorbankan dalam berbagai upacara
makanan berkali-kali lipat. Dimulailah Jaman kesuburan – satu hal yang sangat penting bagi
Perbudakan. masyarakat waktu itu. Merekalah yang disebut
Berbagai bentuk perbudakan (slavery) terjadi proletarii (kaum tak berpunya) dalam masyarakat
selama ribuan tahun – sampai hari ini. Di Mesir, Romawi.
misalnya, tidak ada anggota masyarakat yang secara Demikian vitalnya posisi budak sebagai
resmi dinyatakan sebagai budak, namun kerja paksa penghasil surplus (kelebihan hasil) dalam masyarakat
terlihat paling jelas dalam masyarakat Yunani Kuno, Apalagi budak hanya bekerja di bawah ancaman
satu masyarakat yang menghasilkan sekian banyak cemeti dan tiang gantungan (di bawah Imperium
filsuf dan ilmu pengetahuan. Kenyataannya, para Romawi, budak yang berontak akan disalib). Sama
filsuf dan ilmuwan ini merupakan lapisan elit yang sekali tidak akan muncul dorongan bagi mereka
hidup dari kelimpahan hasil yang diciptakan oleh untuk secara sukarela meningkatkan produktivitas.
kerja para budak. Sparta, salah satu negara-kota Yang penting masih bisa bertahan hidup, tidak
terkuat di masa kejayaan Yunani Kuno, dicambuki, itu saja prioritas bagi seorang budak.
mengandalkan budak untuk kerja-kerja rumah tangga Di samping itu, kemewahan yang dinikmati
agar si ibu dapat menghabiskan waktu mengasuh dan oleh kelas-kelas dengan waktu luang (leisure class) –
membesarkan anaknya untuk berjiwa militan, yakni kelas berkuasa dan antek-anteknya, membuat
sementara si ayah dapat menghabiskan waktu berlatih mereka malas mengembangkan teknologi. Teknologi
kemiliteran. diciptakan, terutama, sebagai alat bantu kerja
Masyarakat Romawi juga bersandar pada manusia. Kini kelas berkuasa menggenggam “alat”
keberadaan budak. Jika tidak demikian, bagaimana yang dapat disuruhnya bekerja apa saja, diperlakukan
sebuah kota kecil di tepi sungai Tiber di Italia Tengah apa saja – yakni para budak. Maka, waktu luang yang
dapat tumbuh menjadi kekuatan yang kekuasaan dimiliki kelas berkuasa semakin lama semakin tidak
membentang di seluruh Mediterania? Bahkan dalam lagi digunakan untuk menciptakan terobosan
legenda pendiriannya pun, Roma telah menyandarkan teknologi baru. Romawi, misalnya, mencatatkan
diri pada slave-raid – aktivitas penjarahan yang berbagai bangunan megah di seantero wilayah
bertujuan mencari budak. Al kisah, Romulus (yang kekuasaannya. Namun teknologinya dipinjam dari
menurut legenda adalah pendiri Roma), menculik kebudayaan Yunani. Hampir tidak ada inovasi
perempuan-perempuan dari desa Sabine untuk teknologi yang disumbangkan Romawi pada dunia –
dijadikan istri bagi penduduk Roma yang kekurangan kecuali “teknik” pemerintahan. Mesir, satu contoh
perempuan. Episode “Perkosaan atas Perempuan lain, menyumbangkan begitu banyak teknologi pada
Sabine” merupakan salah satu kunci perkembangan dunia. Kecuali di saat-saat di mana perbudakan
Romawi. mencapai puncaknya di negeri itu. Pada masa-masa
Namun, sesuai hukum Dialektika – negasi atas ini, piramida-piramida berdiri dengan megah, namun
negasi – perbudakan yang tadinya merupakan dasar petani hampir tidak mampu membeli alat-alat baru.
perkembangan peradaban ini akhirnya justru berbalik Jangankan untuk menciptakan jenis alat baru,
menjadi pangkal kehancuran masyarakat-masyarakat mengganti alat usang dengan yang masih mengilap
yang menyandarkan diri pada perbudakan. Jumlah saja mereka tidak mampu.
budak yang semakin lama semakin banyak Terlebih lagi, adanya perbudakan memicu
merupakan ancaman nyata bagi masyarakat. Di timbulnya pemikiran di kalangan kelas-kelas pemilik
Romawi (sekitar abad 1 SM) terdapat lebih dari dua budak bahwa kerja kasar adalah hal yang hina. Ini
juta orang budak, sementara jumlah warga negaranya terlihat jelas dalam Satir tentang Kerja yang ditulis di
hanya 3,5 juta. Kondisi kerja yang keras memicu jaman Mesir Kuno, atau pada anggapan Xenophon
berbagai pemberontakan budak. Yang paling terkenal (seorang filsuf Yunani) yang mencela Kerja Kasar
adalah Pemberontakan Spartacus (± 73 SM) yang secara terang-terangan. Kerja kasar adalah prasyarat
berhasil mengumpulkan lebih dari 100 ribu budak munculnya inovasi teknologi – karena teknologi, pada
untuk berontak dan nyaris saja meruntuhkan hakikatnya, adalah alat untuk meringankan kerja kasar
Republik Romawi. Untuk mencegah pemberontakan manusia. Adanya anggapan bahwa “kerja kasar adalah
budak, diperlukan tentara yang semakin lama semakin hina” memberi sumbangan penting pada terjadinya
besar jumlahnya. Untuk membiayai tentara ini, kemandegan parah pada perkembangan teknologi
dibutuhkan lebih banyak perang dan penjarahan. dunia masa itu.
Dalam perang dan penjarahan terkumpul lebih Tidak heran bahwa di “masa krisis global
banyak budak. Lingkaran setan yang semakin lama pertama” (sekitar abad ke-5 Masehi), Romawi-lah
semakin mencekik kondisi ekonomi dan sosial yang terpukul paling hebat. Pada saat yang bersamaan
masyarakat. India dan Tiongkok (dua peradaban budak lain yang
Pada satu titik, biaya itu tidak akan lagi dapat cukup besar) juga mengalami krisis. Namun, karena
ditanggung oleh para budak. Biar bagaimana pun, kelas berkuasa Romawi yang paling kurang peduli
mereka adalah manusia yang terdiri dari darah dan pada pengembangan teknologi, dan menghabiskan
daging, ada batas alamiah terhadap kemampuan hasil-lebih masyarakat pada pesta-pesta dan
mereka menanggung penindasan. Oleh karena itu, kesenangan banal lainnya, merekalah yang tertimpa
untuk melindungi “investasi” (baca: agar budak tidak krisis paling hebat.
mati percuma), kelebihan biaya ini kemudian Namun krisis-krisis ini tidaklah melahirkan
dibebankan pada kelas-kelas miskin lain dalam gejolak yang revolusioner. Kelas-kelas tertindas,
masyarakat. Kalau tadinya kehadiran budak membuat budak terutama, berada dalam keadaan yang begitu
masyarakat secara umum teringankan beban kerjanya, subsisten (hasil kerjanya hanya cukup pas untuk
kini justru kehadiran budak-budak itu merupakan mengisi perut). Walhasil, mereka tidak menggenggam
ancaman serius bagi kesejarahteraan semua orang – pengetahuan apapun, hanya berbekal kemarahan
kecuali para penguasa. karena ketidakadilan yang mereka alami. Bahkan,
seperti yang dialami Spartacus: pasukannya sudah
berhasil menghancurkan tiga legiun Romawi dan (seperti halnya di Tiongkok, di akhir dinasti Tang)
sudah sampai ke pinggir kota Roma. Namun, karena tidaklah menghasilkan sistem baru – melainkan hanya
satu-satunya hal yang ada di pikiran mereka adalah mengganti penguasa. Di sinilah kita lihat hubungan
bagaimana melarikan diri (sebagaimana aspirasi asali timbal-balik antara krisis dalam bangunan produksi
mereka sebagai budak), mereka tidak lantas menyerbu (yakni bagaimana manusia mengusahakan kebutuhan
Roma melainkan berusaha mencapai tepi laut agar hidupnya) dan bangunan pikiran (bagaimana manusia
dapat menumpang kapal melarikan diri. Keputusan mengatur proses produksi). Ketika Bangunan Pikiran
ini memberi kesempatan pada tentara Romawi untuk tidak diubah, krisis yang lahir dari persoalan ekonomi
regrouping dan melancarkan serangan balik. Jika saja tidaklah sanggup mengakibatkan perubahan yang luas
mereka punya bayangan adanya masyarakat tanpa dalam sistem masyarakat secara keseluruhan.
budak, barangkali lain jalannya sejarah. Tapi Dalam keadaan di mana proletariat-internal
demikianlah watak perlawanan spontan rakyat tidak mampu mengubah sistem yang sedang krisis,
tertindas: mereka hanya ingin memperjuangkan perubahan itu akan datang sebagai akibat invasi dari
kepentingan sendiri, bukan kepentingan masyarakat luar. Sebelum munculnya “Jaman Keemasan
secara luas; mereka juga tidak ingin mengubah sistem Tiongkok” di bawah dinasti Sung, invasi “orang-
kemasyarakatan, melainkan hanya mengubah orang barbar” dari Utara membawa banyak teknologi
nasibnya sendiri. dan inovasi untuk menggairahkan kembali
Di samping itu, kelas-kelas berkuasa semakin perekonomian Tiongkok yang porak-poranda.
hari semakin cerdik dalam membuat penyaluran bagi Hampir sama dengan apa yang terjadi di Mesir, di
kemarahan massa rakyat tertindas. Di Byzantium mana jaman Dinasti-dinasti Mesir tidak mencatat
(Romawi Timur), misalnya, Kekaisaran secara resmi kemajuan teknologi yang berarti kecuali ketika
mengorganisir kelompok Hijau dan kelompok Biru mereka diserang dan diduduki oleh bangsa-bangsa
dalam pertandingan-pertandingan di Hippodrome pengembara dari seberang perbatasan. Dalam
(semacam stadion di jaman itu). Kelompok- pengertian yang lebih negatif, serbuan suku-suku
kelompok ini beranggotakan anak-anak muda dari Jerman ke Romawi membantu proses pembusukan
keluarga miskin, dan disokong dana oleh keluarga- Kekaisaran itu sampai runtuh sepenuhnya. Namun,
keluarga kaya. Secara rutin mereka mengadakan di samping meruntuhkan Kekaisaran, orang-orang
kerusuhan antar supporter setelah pertandingan Jermania ini juga membawa sistem pertaniannya,
selesai digelar. yang setelah “dikawinkan” dengan sistem latifundia a
Kegagalan para pemberontak untuk mengemas la Romawi kemudian menghasilkan sistem feudal
tujuan yang lebih strategis dan mendasar dalam Eropa yang mengandalkan perhambaan (serfdom).
pemberontakan mereka membuat kelas berkuasa Perlahan tapi pasti, perbudakan (yang tidak lagi
terdesak untuk memberi konsesi, tapi sistemnya dapat menyokong perekonomian parasit kelas
aman. Bahkan ketika krisis berkepanjangan muncul, berkuasa) digantikan oleh feudalisme.
pemberontakan demi pemberontakan yang muncul
2.3
2.3. Feudalisme
Sama halnya dengan Perbudakan, Feudalisme juga ketika dibutuhkan. Sebagai gantinya, ia berhak
mencatat berbagai bentuk dalam perkembangan dan memungut pajak di wilayahnya sendiri. Sistem yang
penerapannya. Namun, kita masih dapat menarik banyak berlaku di Asia lebih sentralis, di mana hanya
sejumlah benang merah untuk dapat menggolongkan Raja yang berhak memungut pajak, namun para tuan
sebuah sistem kemasyarakatan sebagai “feudal”. tanah dan bangsawan lokal diberi hak untuk
Beberapa ciri berikut ini membedakan feudalisme mengolah tanah anugerah Raja. Sistem “tanah
secara tegas dari sistem-sistem ekonomi-politik bengkok” di Jawa, misalnya, adalah salah satu contoh
lainnya. Yang pertama adalah penarikan hasil lebih sistem yang melandasi berkembangnya Feudalisme
dari tanah-tanah pertanian dalam bentuk kerja paksa ala Asia.
atau pajak natura. Yang kedua adalah sistem Sama halnya dengan awal berkembangnya
kekuasaan bertingkat, di mana kekuasaan lokal Perbudakan (yang sanggup melepaskan enerji besar di
membayar upeti (baik dalam bentuk barang maupun tengah masyarakat), Feudalisme muda merupakan
tentara) pada tuan-tuan mereka. Kekuasaan lokal ini lompatan panjang dalam perkembangan kekuatan
memiliki hak (penuh maupun terbatas) untuk produktif Manusia. Feudalisme yang diterapkan
menetapkan hukum dan peradilan di wilayah masing- dalam Kesultanan-kesultanan Arabia, misalnya,
masing. mampu mengembangkan kekuatan produktif
Berbagai masyarakat menerapkan aturan pertanian sehingga mampu menyokong
sederhana ini dengan caranya sendiri-sendiri. perkembangan kelas-kelas lain dalam masyarakat –
Peradaban Eropa, misalnya, umumnya menyandarkan terutama kelas pedangan. Padahal, pertanian di
diri pada sistem fiefdom – di mana para pangeran, wilayah itu tergolong pertanian yang sulit dan tidak
baron atau tuan tanah mengangkat sumpah setia pada produktif. Feudalisme di Eropa juga pada awalnya
raja, membayar upeti dan memberi bantuan militer merupakan satu pendorong maju perkembangan
teknologi pertanian. Para tuan tanah, yang menjadi inspirasi perkembangan teknologi dan
pertambahan kekayaannya tergantung dari peradaban lantas mengalami kemunduran tajam dan
pertambahan hasil pertanian, menyokong terjadinya jatuh kembali ke dalam mistisme, irasionalitas, tidak
perkembangan teknologi pertanian. Para biarawan sanggup lagi menghasilkan ilmuwan-ilmuwan besar
(satu-satunya golongan masyarakat Eropa yang bisa dan teknologi pembaharu peradaban seperti di masa
baca-tulis masa itu) berdiri di barisan terdepan dalam itu.
memperkenalkan teknologi baru bagi masyarakat. Hal yang serupa terjadi juga di Tiongkok, di
Sekalipun kekejaman-kekejaman, hukuman yang masa dinasti Sung, di mana perkembangan
sewenang-wenang, dan berbagai jenis perampasan produktivitas pertanian sanggup mendukung
hak berlangsung secara membabi-buta, Kelas munculnya sebuah lapisan kelas baru dalam
Penguasa Feudal berminat pada pengembangan masyarakat – kelas pedagang. Kelas pedagang di
teknologi. Tiongkok tumbuh begitu perkasa sampai-sampai
Jika Perbudakan merupakan cara untuk mereka dapat menembus birokrasi Kekaisaran dan
mengerahkan sebanyak mungkin tenaga manusia agar menjadi pejabat. Hal yang mustahil terjadi apabila
produktivitas bertambah, Feudalisme adalah cara daya tekan mereka sebagai kelompok belum terlalu
untuk mengembangkan teknologi pertanian. kuat. Begitu kuatnya kelas pedagang ini sehingga di
Demikianlah kita lihat bagaimana di masa sana-sini mulai terjadi ketegangan antara kekuatan
kejayaan Peradaban Islam, kita temui Kisah Seribu kekaisaran dengan para pedagang.
Satu Malam – yang mengisahkan bagaimana Namun, ketergantungan para pedagang ini pada
sejahteranya masyarakat Kekhalifahan Abbasiah. proyek-proyek kekaisaran menyebabkan mereka tidak
Atau masa Dinasti Sung, sering disebut “Jaman memiliki tekad yang cukup kuat untuk mengupayakan
Keemasan Tiongkok”, yang mencatat bagaimana terjadinya perubahan dalam sistem. Demikian
buku tercetak sudah diperjualbelikan jauh sebelum tergantungnya mereka pada sistem kekaisaran
Guttenberg mencetak bukunya yang pertama. sehingga mereka begitu menahan diri berhadapan
Sayangnya, sebagaimana Perbudakan, dengan semakin mencekiknya pajak yang dikenakan
Feudalisme meningkatkan kemampuan produktivitas atas kegiatan dagang mereka.
masyarakat bukan untuk kepentingan masyarakat itu Ketegangan yang sesungguhnya justru
sendiri, melainkan untuk kepentingan para tuan tanah berlangsung antara kelas-kelas berkuasa dengan kaum
dan penguasa feudal. Dan, sama halnya dengan tani. Baik para bangsawan, pedagang maupun tuan
sistem feudal, lama-kelamaan timbunan harta tanah sama-sama memeras petani, sehingga kondisi
kekayaan yang tersimpan di gudang-gudang para hidup mereka benar-benar seperti budak.
bangsawan ini menjadi satu insentif negatif terhadap Produktivitas lahan memang meningkat, tapi petani
perkembangan teknologi. tidak ikut menikmati hasilnya. Masa kejayaan dinasti
Kisah Seribu Satu Malam di Bagdad, Sung sekaligus merupakan masa-masa paling pahit
sesungguhnya merupakan satu gambaran bagaimana bagi kaum tani Tiongkok.
sebuah kelas parasit muncul begitu cepat di tengah Oleh karena itulah, ketika gelombang serbuan
perkembangan kekuatan masyarakat. Kemewahan dari Mongol tiba, kaum tani ini lebih memilih
yang dinikmati para bangsawan begitu kontras melarikan diri daripada harus ikut angkat senjata
dengan kemiskinan yang dialami para petani. Masa membela kaisar. Lenyapnya dukungan kaum tani
kejayaan Kekhalifahan Abbasiah itu sekaligus inilah yang menyebabkan kekaisaran Sung tidak
merupakan masa di mana ketegangan antara tuntutan mampu bertahan. Sekalipun mereka memiliki
kebutuhan kelas parasit akan kemewahan duniawi angkatan perang yang tangguh, tapi karena sokongan
dengan kemampuan masyarakat untuk menanggung ekonomi di masa perang tidak mencukupi, kekaisaran
beban itu. Daya dukung tanah telah mencapai Sung mengalami kesulitan besar mempertahankan
batasnya – namun kerakusan para penguasa tidak kekuasaannya.
mengenal batas. Ketika terjadi ketidakseimbangan Tidak jauh berbeda dari ini adalah contoh dari
semacam ini, kerakusan para penguasa membuat Imperium Aztec, di Amerika Tengah. Imperium ini
mereka lebih rela mengorbankan kekuatan produktif dibangun berdasarkan terobosan teknologi pertanian
masyarakat demi terjaganya tingkat kemewahan yang yang memungkinkannya menghasilkan surplus
mereka nikmati. Dengan begitu, hanya berselang satu pangan dari lahan yang tidak terlalu subur. Bahkan,
abad setelah masa Seribu Satu Malam itu, telah orang-orang Aztec berhasil membuat pulau buatan di
banyak desa yang kosong karena ditinggalkan para danau-danau besar yang menghiasi dataran mereka.
petani. Represi keras dan kerusakan tanah Namun, seiring dengan adanya surplus itu, penguasa
menyebabkan para petani tidak betah lagi menggarap feudal yang tumbuh dengan memangsa kelebihan
tanah. Kekhalifahan runtuh dan kerajaan-kerajaan hasil itu, semakin menjadi parasit. Bukan saja mereka
Islam yang tersisa di Mesir, Spanyol dan tempat- menindas rakyatnya sendiri, namun kelebihan hasil
tempat lain hanyalah bayangan gelap dari kejayaan itu digunakan juga untuk membiayai perang
yang pernah ada. Dihancurkannya Mesir oleh penaklukan. Pada gilirannya perang ini memberikan
kekuatan Perang Salib merupakan bukti betapa suntikan tenaga pertanian baru – selain budak-budak
runtuhnya peradaban Islam masa itu. Ini merupakan untuk dikorbankan pada para dewa. Imperium Aztec
pengulangan dari jatuhnya Romawi di tangan suku- merupakan satu contoh di mana peradaban
suku Barbar dari Jerman. Islam, yang selama itu telah Perbudakan dan Feudalisme hidup saling
Persoalannya terletak pada perbedaan tujuan Jogjakarta (di mana pedagang tidak pernah mendapat
produksi ini. Tujuan produksi yang berbeda tempat terhormat dalam masyarakatnya). Namun,
membutuhkan susunan masyarakat yang berbeda agar hanya di Eropa kelas pedagang ini mampu
dapat berkembang. Perbudakan harus berubah mewujudkan aspirasi kelasnya secara penuh. Dengan
menjadi Feudalisme karena Perbudakan sudah tidak kata lain, hanya di Eropa benturan antara Kelas
mampu lagi menanggung kerakusan kelas Pedagang-Industrialis dan Kelas Feudal pecah secara
berkuasanya, dan Feudalisme menyediakan sistem keras dan terbuka.
yang lebih produktif. Namun di bawah Feudalisme Perbedaan mendasar antara kelas pedagang dan
tumbuh satu sistem yang sama sekali baru. Pedagang industrialis Eropa dengan rekan sejawat mereka di
sudah ada sejak jaman perbudakan. Demikian pula belahan dunia lain adalah kurang tergantungnya
pekerja upahan. Namun sistem di mana perdagangan, mereka pada proyek-proyek kekaisaran. Lokasi
industri dan kerja upahan menjadi sesuatu yang geografis Eropa yang relatif sempit menyebabkan
penting – untuk tujuan perdagangan, bukan para pedagang dan industrialis ini melayani begitu
konsumsi langsung – baru muncul di jaman banyak permintaan dari berbagai baron, raja dan
Feudalisme ini. bangsawan lain – termasuk kebutuhan mereka sendiri
Sistem yang dikembangkan para pedagang dan sebagai kelas yang baru memperoleh kekayaan dan
industrialis ini membutuhkan “daya serap pasar” yang martabat. Ada begitu banyak pelanggan, sehingga
tinggi. Di bawah sistem Feudal, satu-satunya lapisan tidak mungkin satu pelanggan memaksakan
yang memiliki daya serap tinggi hanyalah kalangan keinginannya.
bangsawan. Sementara daya serap para bangsawan
ditentukan oleh produktivitas kelas pekerjanya – tani Ketegangan sosial antara kelas-kelas pedagang
dan hamba. Pada masa kejayaannya, kelas Feudal ini dan industrialis dengan kelas feudal (bangsawan dan
sudah tidak lagi memiliki insentif (dorongan) untuk Gereja Katolik) di Eropa semakin hari semakin tajam.
meningkatkan produktivitas sistem ekonominya. Ini Kelas-kelas Feudal melakukan pengekangan dengan
jelas bertentangan dengan kepentingan kelas cara-cara memerintah yang lebih keras. Kerajaan
pedagang dan industrialis. Spanyol muncul sebagai garda depan (vanguard)
Di samping itu, perdagangan mengasumsikan reaksi feudalisme atas menguatnya perdagangan ini.
adanya kebebasan, yakni kebebasan bertransaksi. Dan seiring dengan kekerasan tanpa kekang ini, kelas
Setiap pembeli berhak memilih penjual dan setiap petani-hamba yang paling menderita karena
penjual bebas mendagangkan barangnya pada siapa peningkatan pajak dan perampasan hasil bumi demi
saja. Ini jelas bertentangan dengan doktrin membiayai represi atas diri mereka.
feudalisme, di mana satu keluarga (yakni para Lagi-lagi perlawanan terhadap penindasan ini
bangsawan) memiliki hak untuk menguasai dan muncul dalam bentuk relijius – dalam wujud
mengatur hidup dan matinya orang lain. Protestantisme yang dikumandangkan oleh Martin
Terlebih lagi, kelas pedagang dan industrialis ini Luther di tahun 1517. Protestantisme merupakan
sangat tergantung pada pekerja upahan untuk perlawanan terhadap kekuasaan Gereja Katolik, salah
melakukan kerja-kerjanya. Mereka dapat saja satu pilar penting dalam struktur politik Feudalisme
mempekerjakan budak-budak, tapi karena watak Eropa. Sekalipun Luther adalah seorang yang
industrinya yang berupa gilda (empu), tidak mungkin membela sistem feudal, seorang rasis yang keras hati
perbudakan diterapkan secara efektif. Kelas dan memandang hina pada orang miskin; panji
industrialis yang baru tumbuh membutuhkan kerja Protestantisme yang diusungnya diambil banyak
upahan – sesuatu yang tidak akan pernah diserahkan orang (terutama orang miskin) sebagai dasar
oleh kelas Feudal. pembenar untuk melawan Feudalisme.
Namun, sekalipun tabrakan kepentingan ini Tidak berapa lama setelah Protestantisme
terjadi di seantero dunia feudal, tidak di semua dikibarkan, berkobarlah pemberontakan petani di
tempat terjadi pertarungan untuk mempertahankan Jerman (1524-25) berpanjikan Protestantisme.
kepentingan ini. Sama seperti peradaban budak yang Pemberontakan ini adalah salah satu pemberontakan
masih bertahan (sekalipun tidak lagi dominan) di petani terbesar di dunia, dan khususnya di Eropa.
tengah peradaban Feudal, Perdagangan dapat hidup Kekuatan-kekuatan feudal Jerman gagal mengatasi
berdampingan dengan Feudalisme selama belum ada pemberontakan ini sampai-sampai mereka meminta
tekanan untuk melancarkan pertarungan terbuka. Luther turun tangan menenangkan massa. Setelah
Kita lihat di tengah peradaban Islam paham bahwa massa petani memiliki kepentingan
perdagangan menjadi satu hal yang diistimewakan. yang berbeda dengan kepentingannya, Luther
Bahkan peradaban Islam mencitrakan dirinya dalam menulis traktat ‘Against the Murdering, Thieving Hordes of
wujud “pedagang yang jujur”. Demikian pula the Peasants’ yang mendesak
perluasan Feudalisme Eropa mengambil bentuk “Mereka (pemberontak) harus di hancurkan
Merkantilisme, dan disusul Kolonialisme – yang berkeping-keping, dicekik dan ditusuk, terbuka
bermakna perluasan perdagangan. Kerajaan Malaka, ataupun sembunyi-sembunyi, oleh semua pihak
Sriwijaya, atau Majapahit juga mengembangkan yang mampu melakukannya, sebagaimana
perdagangan dengan perlindungan persenjataan dari seseorang membinasakan seekor anjing
tentara Kerajaan. Begitu juga di tengah peradaban- liar…Lebih baik para petani yang mati daripada
peradaban Feudal lain, kecuali mungkin Mataram- para pangeran”
Tuntutan para petani ini sesungguhnya aneh yang memporak-porandakan struktur ekonomi-
reformis: politik di seluruh Eropa. Aliansi-aliansi bubar tidak
1. Hak untuk menunjuk pastur sendiri; lama setelah terbentuk, saling membokong adalah
2. Hak untuk menangkap ikan dan berburu di norma yang dijalani bersama.
hutan raja; Tidak lama setelah perang ini berakhir, pecahlah
3. Penghapusan berbagai jenis pajak Perang Saudara di Inggris, di mana upaya Kerajaan
4. Jaminan perlakuan adil di hadapan untuk membungkam aspirasi kelas pedagang dan
pengadilan industrialis berhujung pada perlawanan keras
Namun, di antara tuntutan mereka, terselip satu berkepanjangan. Raja Charles I sempat menjadi
tuntutan yang sangat membahayakan struktur korban, dipenggal kepalanya oleh pasukan Oliver
masyarakat feudal: Penghapusan Sistem Tani-Hamba. Crommwell, seorang aristokrat pendukung kelas
Tuntutan inilah yang menyebabkan Kelas Feudal pedagang yang menjadi pemimpin umum
Eropa dan Gereja Katolik bergandeng tangan dengan pemberontakan.
para pendeta Protestan untuk menghancurkan Perang kacau-balau ini melahirkan dua hasil
pemberontakan itu. Terutama setelah salah satu yang bertentangan: semakin kokohnya sistem
pimpinan pemberontakan itu, Tomas Münzer perdagangan dan industri di beberapa negara,
berhasil menjatuhkan kekuasaan feudal di sekaligus penguatan cengkraman kekuasaan feudal di
Frankenhausen, dan mendirikan sebuah masyarakat negeri lainnya. Tapi, Perang ini juga memberi hasil
egaliter (dengan hak setara) di kota itu selama yang “dinikmati” semua negeri secara bersama-sama:
beberapa bulan – sebelum dihancurkan oleh tentara meningkatnya jumlah orang yang terpaksa bekerja
gabungan dari Pangeran Hesse (yang Protestan) dan upahan – karena tanah pertanian porak-poranda
Duke Saxony (yang Katolik). dilanda peperangan.
Kekalahan gerakan petani ini bukan saja Jika ditimbang, Perang ini memberi ruang lebih
disebabkan oleh kurangnya pengetahuan mereka besar pada kelas pedagang dan industrialis, terlebih
tentang kondisi masyarakat, atau dengan kata lain: karena terusirnya banyak tenaga dari pertanian
ketidakmatangan ideologis. Kekalahan ini juga menyediakan bahan baku paling penting bagi
disebabkan oleh watak produksi pertanian itu sendiri. berkembangnya sebuah sistem ekonomi baru:
Karena produksi pertanian ditujukan terutama untuk kapitalisme.
konsumsi langsung, maka hampir seluruh kebutuhan Perkembangan ini semakin dimungkinkan
pangan petani dipenuhi sendiri dari hasil dengan adanya dua negeri di mana kelas pedagang
pertaniannya. Jika mereka pergi berperang, sawah dan dan industrialis mencapai kemenangan politik
ladang akan terlantar, dan mereka tidak akan memiliki penting, yakni Inggris dan Belanda. Kerajaan Belanda
cukup pangan untuk bertahan hidup. Perang tani kemudian terjun dalam perebutan wilayah-wilayah
yang berkepanjangan akan menghancurkan moral perdagangan – dengan VOC sebagai ujung
gerakan – karena kelaparan. Baru di abad ke-20 tombaknya. Sementara Kerajaan Inggris melangkah
gerakan tani menemukan cara untuk mengatasi lebih jauh: dengan dekrit Kerajaan, proses
kelemahan ini (sekalipun dengan syarat-syarat yang pembangunan kapitalisme dijalankan dengan keras
berat), dengan doktrin Perang Berkepanjangan yang dan kejam.
dikembangkan oleh Mao Tse Tung. Jadi, sebelum kelas pedagang dan industrialis
Setelah bergandeng tangan menghancurkan beralih rupa sepenuhnya menjadi kapitalis, kelas
perlawanan rakyat pekerja, kelas-kelas berkuasa (para pekerja upahan (yang kelak sepenuhnya berkembang
pangeran Protestan dan raja-raja Katolik) kembali menjadi buruh, yakni proletariat modern), telah
mulai berperang. Kelas pedagang di Belanda mengalami penindasan dan penghisapan dengan
mengangkat Protestantisme sebagai panji perlawanan dahsyat. Inilah yang kelak menimbulkan komplikasi
terhadap kerajaan Spanyol. dalam proses peralihan kekuasaan dari tangan kelas
Perang antara Spanyol dan Belanda merupakan feudal ke tangan kelas kapitalis.
pemanasan untuk Perang Tiga Puluh Tahun – perang
3. Masyarakat Industri
Perkembangan teknologi menyebabkan, mau sendiri (sekalipun terbatas dan tidak mencukupi) kini
tidak mau, masyarakat pertanian mulai bergeser ke sama sekali kehilangan modal penghidupannya dan
arah masyarakat industri. Ciri masyarakat industri, hanya memiliki tenaga untuk diasong pada mereka
yang menyandarkan sistemnya pada uang dan barang yang memiliki modal.
dagangan, perlahan-lahan mulai menggeser pola Seiring penguatan kelas pedagang (yang meraup
pertanian yang lebih ditujukan untuk konsumsi keuntungan berlimpah dari perkembangan ini), kelas
langsung. Titik berat penghidupan juga bergeser dari petani sesungguhnya mengalami kesesakan berganda.
desa ke kota. Para petani bebas dan petani hamba di Mereka masih mengalami penghisapan dari tuan
desa-desa mulai berubah menjadi pekerja upahan. tanah dan kaum bangsawan. Jika tanah mereka
Mereka yang di desanya memiliki alat produksi dirampas, atau terlibat hutang dalam jumlah besar,
atau persoalan apapun, mereka akan terusir ke kota- Protestantisme bukan diusung pertama kali sebagai
kota dan jatuh ke pelukan kaum pedagang dan panji pemberontakan oleh kelas pedagang dan
industrialis. Ini sama saja keluar dari mulut singa, industrialis (yang mulai melebur menjadi kelas
masuk ke mulut buaya. Oleh karena itulah Kapitalis), melainkan oleh para petani.
sudah jadi”), ada juga semangat persaingan seperti yang dikenal sebagai cultuure stelsel (Tanam Paksa).
yang menjadi dasar ideologi kapitalisme. Uang hasil usaha monopoli inilah yang digunakan
Di samping itu, kemandegan yang dialami untuk perluasan tanah jajahan di akhir abad ke-19
peradaban-peradaban lain menyebabkan mereka tidak untuk menyiapkan panggung bagi masuknya
sanggup mengejar teknologi persenjataan Eropa. Dari kapitalisme secara terbuka – dalam bentuk “Politik
sisi lain, kemandegan ekonomi akan menyebabkan Etis.”
memuncaknya korupsi dan kerusakan moral di Tiongkok ditaklukkan dengan cara yang lebih
tengah kelas berkuasa – sejalan dengan semakin langsung. Karena kohesi (kerekatan) dalam sistem
senjangnya prikehidupan antara lapisan elit dengan imperial Tiongkok lebih solid daripada di negeri lain,
lapisan miskin-papa. maka serbuan militer menjadi pilihan terbaik.
Terlebih lagi, dalam upaya penaklukan ini, Sebelum serbuan ini, rakyat Tiongkok perlu
kekuatan-kekuatan kapitalis Eropa menggunakan dilemahkan, dan EIC mengusahakan agar rakyat
taktik yang pertama kali diperkenalkan oleh Tiongkok mengkonsumsi opium (madat). Inilah
Imperium Romawi: devide et impera – pecah-belah dan pertama kalinya candu diproduksi secara industrial,
kuasai. Rujukan yang diambil dari imperium kuno itu demi sebuah kepentingan dagang dan politik – secara
menunjukkan semangat imperialis yang bangkit di resmi pula. Ketika Kerajaan Tiongkok menerapkan
tengah kelas kapitalis Eropa. Dengan taktik ini, UU yang melarang orang memakai opium, EIC
kekuatan-kekuatan kapitalis Eropa menciptakan dan mengirim kapal-kapal perangnya ke Nanking dan
mempertajam konflik-konflik horisontal (mendatar) memicu Perang Candu (1839). Tentara Tiongkok
dalam masyarakat. Konflik agama, ras, suku (yang sampai seratus tahun sebelumnya masih
diciptakan dan diasuh oleh Perusahaan Dagang India merupakan tentara terkuat di Asia Timur) takluk
Timur (East India Company), Perusahaan Dagang dalam beberapa bulan. Dan kekalahan ini memaksa
Hindia Timur (Veerenidge Oost-Indische Compagnie), dll. Kerajaan Tiongkok memberi konsesi dagang dalam
Mereka juga mengadu-domba antar raja dan porsi besar pada Inggris.
bangsawan, antar kelas kapitalis lokal, dsb. Mesir mengalami nasib lebih mengenaskan.
Pendeknya, perusahaan-perusahaan dagang ini Setelah ditaklukkan oleh Napoleon, Mesir dikuasai
memelihara semua bentuk konflik yang tidak akan oleh pemimpin boneka, seorang keturunan Albania
menjurus pada perlawanan buruh dan tani terhadap bernama Mehmed Ali Pasha. Namun, sekalipun
kekuasaan kelas pedagang. hanya pemimpin boneka, Pasha berambisi besar. Ia
Karena persoalan inilah, satu-persatu, mendatangkan teknologi dari Eropa, mengajar
peradaban-peradaban besar yang pernah menghiasi rakyatnya menggunakan teknologi itu, dan
jalannya sejarah umat manusia jatuh ke tangan menyediakan modal untuk membangun pabrik-
kapitalisme. pabrik. Para penguasa Eropa yang ketakutan melihat
Di Asia Barat, tidak dibutuhkan waktu lama tumbuhnya kekuatan kapitalis di luar Eropa,
untuk menundukkan India. Awalnya, EIC (milik menghasut Turki (yang waktu itu bernama Ottoman)
Inggris) menggunakan pedagang dan bangsawan untuk menyerang Mesir. Dengan bantuan senjata dari
setempat sebagai kaki-tangan mereka dalam Eropa, Turki menghancurkan seluruh tulang-
melakukan penghisapan dan eksploitasi. Namun, punggung industri Mesir. Lama baru Mesir dapat
seiring dengan perkembangan teknologi di Inggris bangkit lagi dari kehancuran industrial ini.
sendiri, EIC mulai mengimpor mesin-mesin ke India. Kisah yang serupa dapat kita temui di berbagai
Teknologi ini menghancurkan industri setempat yang belahan dunia. Pendeknya, Kapitalisme Eropa telah
tidak sanggup ketika dipaksa bersaing. mengepakkan sayapnya. Dan cakarnya telah
Di Asia Tenggara, sebuah wilayah besar yang mencengkeram dan merobek-robek perikehidupan
kelak dikenal sebagai Indonesia, VOC merajalela peradaban lain di seluruh dunia. Kapitalisme tengah
dengan mempermainkan para maharaja. Satu-persatu membentuk dunia sesuai citranya sendiri. Dengan
kerajaan-kerajaan di Jawa dihasut untuk saling diplomasi, perdagangan, budaya ataupun senjata,
bertarung, dan VOC keluar sebagai pemenang. Satu- kapitalisme berkembang, menghancurkan yang
satunya perlawanan yang cukup masif untuk menentang dan mengasuh yang tunduk; menciptakan
mengubah kebijakan kolonial adalah Perang panggung penghisapan dalam skala dunia, yang
Diponegoro. Sesungguhnya perang ini hanyalah sekarang kita kenal sebagai “globalisasi”.
perang untuk mempertahankan hak istimewa sang Tapi, di masa itu, Kapitalisme baru saja belajar
Pangeran yang dirampas oleh Belanda. Namun, panji bahwa dirinya mengandung berbagai kelemahan dan
perang ini kemudian disambut rakyat jelata yang lelah penyakit yang serius.
ditindas. Setelah 200.000 lebih korban tewas dari
kedua belah pihak, dan kerugian finansial yang begitu
besar di pihaknya, pemerintah Belanda memutuskan
bahwa Jawa pasca Diponegoro tidak akan diserahkan
pada para pedagang untuk beberapa waktu.
Pemerintah Kolonial menerapkan sistem monopoli,
buruh. Kelas kapitalis merindukan jaman di mana 1920-an” ini karena campur-tangannya di Amerika
Manusia dapat dicambuk agar bekerja keras –namun Tengah dan Selatan telah membuahkan banyak negeri
tidak dapat melakukannya karena produktivitas kerja setengah kolonial – dengan rejim-rejim boneka yang
semacam itu tidaklah dapat memenuhi tuntutan mengabdi pada kepentingan ekonomi AS.
sistem ekonomi modern. Namun, dinamika yang belum terpecahkan,
Apalagi setelah kemenangan kelas buruh di yang telah memicu Perang Dunia I, kembali bekerja
Rusia (1917). Terciptalah sebuah tekanan ideologis di akhir Dasawarsa Emas ini. Dipicu oleh runtuhnya
bagi kelas kapitalis di Eropa untuk membuktikan pasar uang AS di tahun 1929, kemandegan ekonomi
bahwa kapitalisme lebih baik daripada ideologi yang menular ke semua negeri kapitalis terkemuka. Semua
diusung di Rusia. Tekanan ideologis ini berhujung negara kapitalis memalingkan muka dari
pada keharusan kelas kapitalis untuk melunakkan “perdagangan bebas” dan dengan panik berlomba
tekanannya pada kelas buruh di negara-negara Eropa. menutup dan memproteksi pasar dan industri dalam
Ini berarti semakin sedikit porsi keuntungan yang negerinya. Dengan demikian, stagnasi (kemandegan)
dapat diperasnya dari kelas buruh. ekonomi berubah menjadi resesi (kemunduran)
Bagi negara-negara pemenang perang, biaya ini ekonomi. Terciptalah sebuah depresi – surutnya
diambil dari pemerasan terhadap kelas kapitalis volume perekonomian secara keseluruhan.
Jerman, dalam bentuk pampasan perang. Perjanjian Perang Dunia II pecah hanya duapuluh tahun
Versailles, yang menandai menyerahnya Jerman, setelah usainya perang yang pertama. Dan, bagi
mengatur pampasan perang yang begitu hebat. Tentu banyak negara terutama AS, Perang Dunia II inilah
saja kelas kapitalis Jerman tidak senang karenanya. yang menyelamatkan mereka dari Depresi Besar yang
Namun, mereka dengan mudah memindahkan beban tidak kunjung reda.
itu ke pundak kelas buruh Jerman. Dengan mudah, Dari semua dampak perang dunia ini, yang
kelas kapitalis Jerman membujuk kelas buruh Jerman terpenting adalah kehancuran sebagian besar tulang
untuk ikut menyalahkan perjanjian Versailles. Karena punggung industri kapitalis Eropa, kecuali Inggris.
itulah, tidak lama setelah PD I berakhir, benih mulai Diperkirakan 55 juta orang tewas akibat perang ini,
disemai untuk perang dunia berikutnya. sebagian besar di antaranya adalah kelas pekerja –
Untuk sementara, benih-benih ini masih dalam tentu saja. Praktis Eropa kehilangan kemampuannya
keadaan dorman (tidur panjang) karena negeri-negeri untuk menjadi pemimpin dalam panggung kapitalis
kapitalis utama di Eropa menikmati kemakmuran dunia. Perang Dunia II menyisakan dua kekuatan
yang relatif tinggi – kemakmuran yang dibiayai oleh ekonomi besar yang kemudian mendominasi separuh
pemerasan besar-besaran atas tanah jajahan di Afrika abad ke-20: Uni Sovyet dan Amerika Serikat.
dan Asia. AS dapat ikut dalam “Dasawarsa Emas
pasar di negeri-negeri eks-jajahan (untuk impor Keruntuhan Uni Sovyet di pertengahan 1980-an
barang, jasa dan modal investasi) akan terbuka secara menambah tebal keyakinan ini. Sampai-sampai salah
luas, sembari tetap melindungi pasar dan industri satu penasehat Presiden Reagan, Francis Fukuyama,
domestik di negeri kapitalis besar. Hal ini terutama menulis buku terkenal “The End of History” – akhir
dilakukan melalui WTO. dari sejarah. Begitu yakinnya mereka bahwa
Dengan terjadinya ketiga hal ini, kapitalisme AS kapitalisme akan bertahan sampai akhir jaman.
dan Eropa mengalami kemakmuran yang luar biasa. Namun, belum usai kelas kapitalis bertepuk
Negara-negara di Asia yang menjadi negara setengah- tangan, masa-masa krisis baru mulai menyingsing.
protektorat (yakni Jepang dan Korea Selatan) juga Dimulai dari Brazil, Argentina dan Meksiko, krisis
memperoleh imbas positif dari kemakmuran yang hutang melanda seluruh Amerika Latin di akhir 1980-
dialami negeri-negeri kapitalis utama. Jepang, an. Krisis ini disusul oleh krisis keuangan yang
khususnya, berhasil mengejar ketertinggalan melanda hampir seluruh negeri Asia di pertengahan
teknologinya (terutama setelah pusat-pusat industri 1990-an. Belum selesai krisis keuangan ini teratasi
utamanya dihancurkan oleh bom atom) dan sepenuhnya, akhir abad ke-20 ditandai dengan
mengubah dirinya menjadi salah satu kekuatan merebaknya krisis minyak dan enerji.
kapitalis utama dunia. Kini, di abad ke-21, kita tengah menyongsong
Kemakmuran yang dialami kapitalisme ini masa-masa kekacauan yang baru. Masa-masa di mana
membuat banyak orang, yang tadinya menganut keresahan massa rakyat pekerja diimbangi oleh politik
ideologi yang berpihak pada kelas buruh (yakni yang semakin represif oleh kelas berkuasa. Masa-
sosialisme), berubah pikiran. Dasawarsa 1970-an masa di mana penghisapan terhadap kelas-kelas
mencatat kegemilangan yang menyaingi Dasawarsa pekerja dilipatgandakan untuk menjaga agar kelas
Emas 1920-an. Dan hampir semua orang (termasuk berkuasa tetap dapat hidup dalam kemewahan. Dan
para pemimpin Uni Sovyet) berpikir bahwa konflik antar kelas berkuasa dari berbagai negeri
Kapitalisme telah selamat dan akan tetap bugar tengah merayap naik tingkat ketegangannya.
sepanjang masa. Berbagai kekuatan tengah bersiap diri
menghadapi masa-masa konflik yang baru.
Penutup
Uraian singkat ini menyadarkan kita bahwa Masyarakat Berkelas (seperti yang sekarang kita kenal) merupakan
bagian dari perkembangan sejarah, perkembangan kekuatan produktif Manusia. Oleh karena pilihan-pilihan Manusia,
Masyarakat Berkelas hadir di dunia. Namun, baru sekaranglah, di bawah kapitalisme, kita mendapatkan kembali
kemungkinan untuk menghapuskan Masyarakat Berkelas ini. Perkembangan teknologi yang masif, global, dan
kesalingterkaitan antar bangsa merupakan syarat-syarat cukup bagi tercapainya sebuah masyarakat yang baru – tanpa
penghisapan satu manusia atas manusia yang lain.
Namun, sebagaimana kita pelajari dari sejarah, pemberontakan saja tidaklah cukup. Pemahaman yang jelas akan
tujuan perlawanan, ketepatan strategi-taktik, dan kepemimpinan yang kuat adalah syarat perlu bagi berhasilnya
perlawanan tersebut. Kita telah lihat satu-persatu perlawanan terhadap kekuatan penindas dipatahkan karena
kurang/tiadanya salah satu faktor.
Di sinilah pemahaman akan sejarah akan membantu kita mengenali faktor-faktor apa saja yang penting
dipertimbangkan dalam menyusun perlawanan. Uraian di atas masih sangat singkat. Masih jauh dari jelas. Masih
terlalu melompat-lompat dan hanya berisi garis-garis besar belaka. Uraian ini hanya dimaksudkan untuk menarik
minat sidang pembaca agar mau mempelajari sendiri jalannya sejarah secara lebih mendalam. Semoga maksud ini
dapat tercapai.
***
Bahan bacaan utama:
1. Charlotte Perkins Gilman. Women and Economics. Berkeley: University of California Press. 1998.
http://ark.cdlib.org/ark:/13030/ft896nb5rd/
2. Chris Harman. A People's History of the World. London: Bookmarks. http://www.istendency.net/node/view/7/
3. Edwin Seligman. The Economic Interpretation of History. Ontario: Batoche Books. 1999.
4. Frederick Engels. The Origin Of The Family,Private Property And The State. Peking: Foreign Languages Press. 1978.
http://www.marx2mao.com/M&E/OFPS84.html
5. J.W. Smith. Economic Democracy, the political struggle of the twenty-first century. 4th Edition Expanded and Updated. Institute
for Economic Democracy Press. 2005. http://www.ied.info/
6. Mick Brooks. “Historical Materialism” dalam Inqaba ya basebenzi. November 1983.
http://www.marxist.com/History/historicalmaterialism.htm
7. Peter N. Stearns. The Encyclopedia of World History. New York: Bartleby.Com, 2002.
http://www.bartleby.com/reference/67/
8. Encarta Encyclopedia
9. The Web Chronology Project. http://www.thenagain.info/WebChron/index.html