Demokrasi Kerakyatan
Lalu demokrasi seperti apakah yang akan membawa manusia ke dalam kemakmuran
dan kesejahteraan bersama? Seperti apakah demokrasi yang benar-benar manusiawi?
Pertama, demokrasi baru ini haruslah menjadi jawaban atas segala pertentangan-
pertentangan yang ada di dalam masyarakat yang ada. Ia harus menjadi alat keseluruhan
masyarakat untuk memenuhi kepentingan dan kebutuhan masyarakat, bukan hanya
untuk segelintir minoritas masyarakat. Ia harus tidak lagi memisahkan pemenuhan
kebutuhan masyarakat (ekonomi) dengan pengaturan dalam masyarakat itu sendiri
(politik) dan hubungan-hubungan yang terjadi di dalam masyarakat itu sendiri (sosial).
Tidak ada lagi pemisahan antara negara dan masyarakat, artinya tidak ada anggota
masyarakat yang terus menerus kerjanya hanya menjadi aparat negara (tentara dan
birokrat), akan tetapi semua anggota masyarakat dilibatkan dalam proses pengambilan
keputusan negara dan berkesempatan yang sama serta bergiliran dalam menjalankan
fungsi-fungsi aparat negara.
Kedua, demokrasi ini haruslah menjadi perwujudan kehendak sejati mayoritas anggota
masyarakat (secara ekonomi, sosial, dan politik), didasarkan atas kesetaraan posisi dan
kerja tiap anggota masyarakat (tidak ada lagi penghargaan berlebihan terhadap kerja
mental dan kerja manual, tetapi menghargai usaha, kemampuan, dan kebutuhan tiap
individu), dan haruslah melahirkan sebuah hubungan antar manusia yang bekerja sama
saling menguntungkan sebagai satu kesatuan (kolektif).
Ketiga, segala hasil keputusan bersama, hasil dari proses demokrasi itu sendiri, harus
secara disiplin dijalankan oleh semua anggota masyarakat. Minoritas yang tidak sepakat
dengan keputusan tersebut boleh tetap beradu argumen dengan mayoritas lainnya, tetapi
mereka harus dengan disiplin dan tanggung jawab menjalankan keputusan yang mereka
tentang itu. Perbedaan pendapat yang mereka lakukan boleh mereka propagandakan
sebagai bahan pembicaraan dalam proses pengambilan keputusan berikutnya.
Singkat kata, demokrasi jenis baru ini adalah demokrasi yang benar-benar melibatkan
seluruh anggota masyarakat secara utuh dan nyata (tidak hanya di atas proklamasi-
proklamasi yang indah-indah), yang benar-benar proses keseharian dalam hidup seluruh
anggota masyarakat, dan direncanakan sekaligus dijalankan dengan kedisiplinan oleh
seluruh rakyat. Karenanya dapat dikatakan sebagai Demokrasi Kerakyatan.
Partisipasi Semua Individu
Dalam mewujudkan dirinya, demokrasi kerakyatan harus dijalankan dengan prinsip
partisipasi aktif setiap individu. Siapapun yang ingin memastikan terjadinya demokrasi
kerakyatan harus memastikan adanya kesempatan dan kemauan untuk setiap individu
berpartisipasi aktif. Karenanya, negara yang melandaskan dirinya kepada demokrasi
kerakyatan haruslah memiliki ciri sebagai berikut.
Pertama, tidak memisahkan dengan jelas antara kekuasaan eksekutif dan legislatif.
Lembaga-lembaga yang dibutuhkan adalah yang dapat membuat hukum sekaligus
menegakkannya. Singkatnya, masyarakat di setiap tempat kehidupan mereka harus
bergabung dengan organisasi yang merencanakan sekaligus menjalankan kerja politik dan
ekonomi. Ini sangat penting, sebagai jalan terbaik untuk mengurangi sebanyak mungkin
ruang-ruang kosong antara kekuasaan nyata, yang semakin terkonsentrasi pada lembaga
permanen (kepolisian, pemerintahan daerah, dan sebagainya), dengan kekuasaan fiktif
yang tersisa pada dewan-dewan (parlemen). Kekosongan ini adalah ciri dari demokrasi
liberal. Tidak akan cukup hanya mengganti musyawarah semu dengan musyawarah yang
lain, jika tidak satupun yang berubah mengenai kekuasaan kosong ini. Dewan-dewan ini
haruslah memiliki kekuasaan eksekutif
Kedua, jabatan-jabatan publik harus dipilih langsung, sampai tingkat setinggi-tingginya.
Tidak hanya anggota dari dewan yang dipilih. Hakim, pejabat tinggi, perwira milisi,
pengawas pendidikan, manajer pekerjaan umum, harus juga dipilih. Tentu saja akan
sangat mengejutkan untuk negara seperti Indonesia. Tapi pada negara demokrasi liberal
tertentu, AS, Swiss, Kanada, ataupun Australia, telah memakai pemilihan langsung pada
sejumlah peran-peran publik. Di AS, serif dipilih oleh sesama warganya. Dalam
demokrasi kerakyatan, pemilihan pejabat publik harus juga dibarengi dengan hak untuk
menarik kembali pada semua kasus, misalnya menurunkan pejabat yang tidak
memuaskan setiap saat.
Lalu, kendali permanen dan ketat atas penjalanan peran-peran negara harus dilakukan,
dan pemisahan antara yang menjalankan kekuasaan negara dan masyarakat yang
diatasnamakan dalam kekuasaan tersebut, dibuat sekecil mungkin. Itulah sebabnya
diperlukan kepastian pergantian secara konstan dari pejabat terpilih, untuk mencegah
orang memegang jabatan secara permanen. Penjalanan peran negara, dalam skala luas,
harus dilakukan secara bergantian oleh warga secara keseluruhan.
Lenyapnya Diskriminasi dan Penghargaan Atas Kesetaraan Antar Manusia
Untuk menjamin dirinya tak lagi membiarkan penindasan yang kuat terhadap yang
lemah, dalam menjalankan prosesnya demokrasi kerakyatan harus menghapuskan segala
bentuk diskriminasi dan ide-ide diskriminatif yang didasarkan kelamin, suku bangsa,
ataupun cacat tubuh. Untuk itu, sebagai tahap pertama, negara harus melindungi kaum-
kaum yang selama ini didiskriminasi oleh sistem penindasan yang ada. Dan ide-ide rasis,
seksis, dan yang merendahkan orang-orang cacat harus dilarang.
Kedua, kesetaraan juga harus terjadi dalam proses penjalanan fungsi negara. Tidak ada
gaji yang sangat tinggi. Tak satupun pejabat, anggota dewan perwakilan dan legislatif,
individu yang menjalankan sebuah kekuasaan negara, menerima pendapatan yang lebih
tinggi dari pendapatan pekerja terlatih. Inilah satu-satunya cara yang dapat dilakukan
untuk mencegah orang dari mencari jabatan sebagai cara untuk memperkaya diri dan
menghisap dari masyarakat, dan tentunya satu-satunya cara untuk menyingkirkan
pemburu karir dan parasit yang ada pada mesyarakat sebelumnya.
Kesetaraan yang dimaksud di sini bukanlah yang hanya diakui oleh hukum saja, tetapi
didorong oleh fasilitas-fasilitas negara. Untuk menjamin arah kesetaraan ini, negara harus
memprioritaskan kebijakan-kebijakannya kepada penyediaan lapangan pekerjaan bagi
seluruh anggota masyarakat, pemenuhan kebutuhan-kebutuhan konsumsi minimum, dan
penyediaan fasilitas-fasilitas umum seperti sekolah, rumah sakit, dapur bersama,
transportasi massal, binatu swalayan, penitipan bayi, dan tempat-tempat rekreasi di setiap
wilayah tinggal yang dibangun dan kemudian dikelola bersama oleh masyarakat di
wilayah tersebut. Dan yang paling utama adalah pemenuhan kebutuhan pangan dan
pendidikan.
Ketika kebutuhan pangannya terpenuhi, tak seorangpun akan terpaksa menjajakan
tenaganya kepada orang lain dan kesempatan untuk membeli tenaga (mempekerjakan)
orang lain akan relatif kecil. Namun ini juga harus diikuti dengan kewajiban setiap orang
bekerja untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Dengan adanya kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan, maka tiap
individu memiliki kesempatan untuk berkembang sesuai dengan kemampuan dan
kerjanya di dalam masyarakat. Salah satu alat diskriminasi saat ini adalah pendidikan
yang telah diperoleh seseorang. Kesempatan yang sama dalam pendidikan juga akan
membuat ilmu pengetahuan dan teknologi tidak lagi dimonopoli oleh sebagian kecil
masyarakat, tetapi menjadi milik masyarakat dan dipergunakan untuk kepentingan
masyarakat.
Mayoritas Di Atas Minoritas
Hal yang paling prinsip dalam menjalankan Demokrasi Kerakyatan adalah tetap
menjaga demokrasi sebagai alat kepentingan seluruh anggota masyarakat dan untuk
memenuhi kebutuhan seluruh anggota masyarakat. Memang sulit untuk mencapai
kesepakatan untuk semua orang, namun perwujudan yang paling logis dari seluruh
masyarakat adalah bagian mayoritas dari masyarakat tersebut. Inilah alasan kenapa kaum
penguasa selalu menggunakan penipuan-penipuan seperti parlemen dan pemilu, untuk
membuat seolah-olah keputusan yang diambil dalam parlemen adalah kehendak
mayoritas masyarakat. Contohnya, ketika dalam pengaturan upah kita dapat lihat bahwa
dengan mata telanjang kebutuhan mayoritas rakyat (kaum buruh) disetarakan dengan
kerakusan para pemilik modal dalam negosiasi-negosiasi tertutup di dalam gedung
parlemen.
Sifat kerakyatan adalah sifat yang berorientasi kepada mayoritas rakyat. Jadi dalam
demokrasi kerakyatan, keputusan diambil berdasarkan kehendak dan kebutuhan
mayoritas dan ini secara nyata. Bukan sebatas pengambilan suara saja, tetapi proses
diskusi, perdebatan, dan akhirnya penalaran haruslah diadakan di permusyawaratan
rakyat terkecil. Bentuk-bentuk pemilihan umum dan parlemen seperti sekarang (sebatas
pengambilan suara) adalah penghambat dari kekuasaan mayoritas rakyat, karena justru
menjebak mayoritas ke dalam perintah-perintah minoritas.
Namun, demi menjamin kesalahan seperti itu, kebebasan pendapat dan berekspresi
harus dijamin, selama kebebasan tersebut tidak dimanfaatkan untuk menipu dan
menindas mayoritas rakyat ataupun menghancurkan kekuasaan mayoritas. Tentu saja
pelarangan tersebut dan pengadilan terhadap pelanggarannya juga harus melalui
permusyawaratan-permusyawaratan rakyat.
Kesadaran Masyarakat Baru, Kepentingan Bersama Di Atas Kepentingan Pribadi
Setiap anggota masyarakat saat ini bertindak dan berpikir secara individual, hanya
tentang diri mereka sendiri dan sebatas untuk diri mereka sendiri. Ini disebabkan oleh
kerja-kerja mereka dapat dilakukan secara individu dan ketegangan yang sangat tinggi
dari persaingan untuk bertahan hidup. Konflik-konflik sosial yang horisontal selalu terjadi
antara dua kepentingan individual yang berbeda. Tapi harus dipahami juga, bahwa
mayoritas masyarakat masih sebenarnya bekerja dalam sebuah kekolektifan, yang sudah
jauh lebih modern dari kolektivitas “gotong royong”. Di dalam pabrik-pabrik dan
perusahaan-perusahaan telah terbukti bahwa kerja-kerja dalam group (“teamwork”) baik
dalam unit-unit yang kecil maupun unit-unit yang besar mampu mendongkrak
produktivitas. Tetapi mereka masih direpresi dan dikecoh oleh ideologi-ideologi usang
dan kolot seperti demi kepentingan bangsa, kesatuan dan persatuan, kebajikan relijius,
dan beban-beban parasit masyarakat seperti hubungan keluarga tradisional pedesaan.
Namun, inilah landasan berdirinya Demokrasi Kerakyatan: Kolektivisme untuk
menjalankan kehidupan sehari-hari. Dari mulai urusan pembersihan lingkungan sampai
penyediaan taman kanak-kanak, dari kerja-kerja di dalam pabrik-pabrik sampai
berhubungan dengan dunia internasional.
Kolektivisme membuat semua orang menyerahkan segala kemampuan mereka untuk
masyarakat dan mendapatkan segala kebutuhan mereka dari masyarakat. Demi kemajuan
masyarakat, anggota-anggota masyarakat harus menyumbangkan kerja-kerja sukarela
yang diarahkan oleh negara untuk membangun fasilitas-fasilitas umum yang akan mereka
gunakan dan kelola bersama. Kerja-kerja sukarela inilah yang nantinya merubah
masyarakat dan memperdalam kolektivisme tadi, sehingga posisi kepentingan bersama di
atas kepentingan individu bukan sekadar slogan tetapi juga kenyataan dan kesadaran
masyarakat.
***
Dewan Rakyat dan Demokrasi Kerakyatan adalah satu hal yang tak dapat dipisahkan,
seperti tak bisa dipisahkannya teori dan praktek dalam kehidupan sehari-hari kita.
Adalah tugas kaum demokrat radikal untuk mengorganisasikan massa rakyat untuk
membangun dewan rakyat dan sekaligus mewujudkan demokrasi sejati, demokrasi
kerakyatan.