Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

HAKIKAT PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR


Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kapita Selekta Sekolah
Dasar
Dosen Pengampu Hamidaturrohmah, S.Psi., M.Pd.
Kelas 7PGSDA2
Oleh
Kelompok 4
No Nama NIM
1. Risma Nurhandayani 171330000058
2. Ella Duwi Puspita 171330000068
3. Nindita Wahyuningrum 171330000072
4. Andi Misbakhul Huda 171330000073
5. Putri Dwi Damayanti 171330000092
6. Nur Anggelia 171330000093

PROGAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA JEPARA
2020

1
A. Pengertian Guru dan Sekolah Dasar
1. Pengertian Guru
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, sebagaimana dijelaskan
Mujtahid dalam bukunya yang berjudul “Pengembangan Profesi Guru”,
definisi guru adalah orang yang pekerjaan, mata pencaharian, atau profesinya
mengajar. Kemudian, Sri Minarti mengutip pendapat ahli bahasa Belanda,
J.E.C. Gericke dan T. Roorda, yang menerangkan bahwa guru berasal dari
bahasa Sansekerta yang artinya berat, besar, penting, baik sekali, terhormat,
dan pengajar. Sementara dalam bahasa Inggris dijumpai beberapa kata yang
berarti guru, misalnya teacher yang berarti guru atau pengajar, educator yang
berarti pendidik atau ahli mendidik, dan tutor yang berarti guru pribadi, guru
yang mengajar di rumah, atau guru yang memberi les.
Dalam pengertian yang sederhana, guru adalah orang yang memberikan
ilmu pengetahuan kepada anak didik. Kemudian guru dalam pandangan
masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat
tertentu, tidak harus di lembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga di masjid,
di surau atau mushola, di rumah dan sebagainya. Sementara Supardi dalam
bukunya yang berjudul “Kinerja Guru” menjelaskan pengertian guru menurut
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen, bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah jalur pendidikan formal.
Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, yang
disebut guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan
dasar, dan pendidikan menengah.
Menurut Hamzah B.Uno (2008: 15) guru adalah orang dewasa yang
secara sadar bertanggungjawab dalam mendidik, mengajar, dan membimbing

2
peserta didik. Orang yang disebut guru adalah orang yang memiliki
kemampuan merancang program pembelajaran serta mampu menata dan
mengelola kelas agar sebagai dapat mencapai tingkat kedewasaan sebagai
tujuan akhir dari proses pendidikan.
2. Pengertian Sekolah Dasar
Hasbullah dalam bukunya yang berjudul dasar-dasar ilmu pendidikan
menjelaskan bahwa pendidikan sekolah merupakan pendidikan yang
diperoleh seseorang di sekolah secara teratur, sistematis, bertingkat, dan
dengan mengikuti syarat-syarat yang jelas dan ketat, mulai dari taman kanak-
kanak sampai perguruan tinggi. Salah satu tingkat pendidikan sekolah adalah
Sekolah Dasar.
Menurut Ahmadi, sekolah dasar adalah jenjang paling dasar pada
pendidikan formal di Indonesia, ditempuh dalam waktu enam tahun, mulai
dari kelas satu sampai kelas enam dan merupakan suatu lembaga dengan
organisasi yang tersusun rapi dan segala aktivitasnya direncanakan dengan
sengaja yang disebut kurikulum.
Pendapat lainnya dikemukakan oleh Purwoko tentang lembaga
pendidikan formal yaitu sekolah yang lahir dan berkembang secara efektif
dan efisien dari dan oleh serta untuk masyarakat merupakan perangkat yang
berkewajiban memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam mendidik
warga Negara. Sekolah dikelola secara formal, hierarkis dan kronologis yang
berhaluan pada falsafah dan tujuan pendidikan nasional.
B. Permasalahan di Sekolah Dasar
Keberhasilan dalam pencapaian tujuan pengajaran tergantung pada mutu
masing-masing masukan dan cara memprosesnya dalam kegiatan belajar-
mengajar. Dalam kegiatan pembelajaran terdapat permasalahan yang
menghambat proses pembelajaran. Berikut permasalahan yang ada di Sekola
Dasar.
1. Permasalahan ditinjau dari pendidik/guru di SD
a) Guru tidak menekuni profesinya secara utuh, hal tersebut dapat terlihat
dari rendahnya profesionalisme guru. Masalah yang timbul adalah

3
seorang gur tidak bida mendidik anak didiknya dengan baik, misalnya
malah melakukan tindak kekerasan atau pelecehan seksual yang terjadi
pada muri sekolah dasar JIS.
b) Guru yang belum memiliki kompetensi yang cukup untuk mengajar,
dengan pemilikan kompetensi, guru dapat dilihat kemampuannya dalam
melaksanakan tugas-tugas dan tanggungjawabnya. Minimal untuk
mengajar di jenjang SD/MImadalah guru dengan lulusan pendidikan
minimal S1 agar berkompeten dalammmengajar peserta didiknya.
c) Guru yang menggunakan pola mengajar konvensional dari pada
berdasarkannkompetensi, sehingga bisa dipastikan siswa tidak dapat
berkembang sesuai dengannkompetensi yang dimilikinya.
d) Beban kerja guru tinggi, sehingga akan berdampak pada kualitas materi
yangmdisampaikan guru kepada peserta didik. Karena terkadang para
guru memikirkan akan banyak tugas yang dijalaninya, akan dijadikan
suat beban, sehingga dalam proses pembelajaran anak SD/MI yang
butuh kesabaran lebih dalam mengajar tidak akan terealisasikan.
e) Masih ada guru yang mengabaikan aspek-aspek mengenai dasar-dasar
mengajar, sehingga siswa banyak yang dijadikan patung/bersifat pasif.
Biasanya permasalahannya berhubungan dengan caa mengajar yang
tidak tepat, misalnya metode pembelajarannya sehingga membuat anak
didik tidak berkembang.
2. Permasalahan ditinjau dari peserta didik di SD
Secara rinci permasalahan yang dihadapi peserta didik SD
dikemukaakan oleh Kowitz (Furqon, 2005: 45) sebagai berikut.
a) Masalah pribadi
Permasalahan pribadi peserta didik usia sekolah dasar terutama
berkenaan dengan kemampuan intelektual, kondisi fisik, kesehatan dan
kebiasaan-kebiasaannya.
b) Masalah penyesuaian sosial
Mengembangkan kemampuan penyesuaian sosial, baik dengan
temanteman maupun dengan guru. Peserta didik banyak mengalami

4
permasalahan misalnya perasaan rendah diri ketergantungan pada
kawan, iri hati, cemburu, curiga, persaingan, perkelahian, permusuhan,
terbentuknya klik dan sebagainya. Merupakan permasalahan
penyesuaian dengan teman-teman. Sedangkan permasalahan
penyesuaian sosial peserta didik dengan guru misalnya, peserta didik
tidak menyenangi guru, tergantung pada guru tidak ada gairah belajar
atau masalah lain yang berhubungan dengan kedisiplinan.
c) Masalah belajar
Masalah belajar dapat ditemui oleh hampir setiap siswa dalam
setiap kelas dan setiap mata pelajaran atau bidang studi. Permasalahan
belajar bisa berupa tidak dikuasainya kemampuan atau materi yang
ditargetkan sebagai tujuan pengajaran.
3. Permasalahan ditinjau dari materi pembelajaran di SD
a) Guru kurang menguasai materi pembelajaran
Guru yang kurang menguasi materi akan membuat siswa sulit
untuk memahami ap ayang telah diajarkan karena pemahaman setiap
siswa berbeda-beda. Biasanya konsep yang diajarkan akan melenceng
dari konsep yang seharusnya.
b) Guru kurang kreatif dan inovarif dalam mengajar
Guru hanya menggunakan metode ceramah dan siswa hanya
sebagai pendengar sehingga pelajaran terasa kurang menarik dan siswa
menjadi jenuh.
4. Permasalahan ditinjau dari media pembelajaran di SD
Dalam hubungannya dengan pentingnya penggunaan media, maka
dapat disimpulkan bahwa pentingnya pemilihan media yakni sebagai
berikut.
a) Perhatian siswa terhadap pengajar sudah berkurang akibat kebosanan
mendengarkan guru.
b) Bahan pengajaran siswa yang dijelaskan guru kurang dipahami siswa.
c) Guru tidak bergairah untuk menjelaskan bahan pengajaran melalui
penuturan kata kata akibat kelelahan dalam mengajar.

5
d) Alat untuk memperjelas bahan pengajaran pada saat guru
menyampaikan pelajaran.
e) Alat untuk mengangkat atau menimbulkan persoalan untuk dikaji
lebih lanjut dan dipecahkan oleh siswa dalam proses pelajaranya.
f) Sumber belajar bagi siswa sehingga banyak membantu siswa dalam
menyelesaikan tugas dan belajar.
5. Permasalahan ditinjau dari lingkungan pendidikan di SD
Dilihat dari segi anak didik, tampak bahwa anak didik secara tetap
hidup di dalam lingkungan masyarakat tertentu tempat ia mengalami
pendidikan. Lingkungan meliputi lingkungan keluarga, lingkungan
sekolahan lingkungan masyarakat.
a) Keluarga
Keluarga merupakan lembaga pendidikan tertua, bersifat informal,
yang pertama dan utama dialamai oleh anak serta lembaga pendidikan
yang bersifat kodrati orang tua bertanggung jawab memelihara,
merawat, melindungi, dan mendidik anak agar tumbuh dan
berkembang dengan baik.
Tugas utama dari keluarga bagi pendidikan anak ialah, merupakan
peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup
keagamaan. Sifat dan tabiat anak sebagian besar diambil dari kedua
orang tuanya dan dari anggota keluarga yang lain. Mengenai
penanaman pandangan hidup keagamaan, masa kanak-kanak adalah
masa yang paling baik. Masa kanak-kanak adalah masa yang paling
baik untuk meresapkan dasar-dasar hidup beragama. Dalam hal ini
biasakanlah anak anak untuk pergi ke gereja/masjid untuk bersama-
sama menjalankan ibadah, mendengarkan khutbah-khutbah atau
ceramah-ceramah agama. Jangan hendaknya penanaman dasar-dasar
hidup beragama ini ditunda-tunda, dinanti sampai anak mencapai
kedewasaan, dan dibiarkan memilih agama mana yang disukai.

6
b) Sekolah
Tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua
dalam keluarga, terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan berbagai
macam keterampilan. Oleh karena itu dikirimkan anak ke sekolah. Di
sekolah, anak bercampur dan bergaul dengan anak-anak lain, yang
tidak ada hubungan kodrati. Bercampur dan bergaul dengan anak-
anak lain, yang bermacam-macam sifat dan perangainya. Bercampur
dan bergaul dengan anak-anak lain, yang mempunyai hak-hak yang
sama dengan dirinya. Di sekolah anak tidak mempunyai “hak-hak
istimewa” seperti halnya dalam keluarga di rumah. Semua anak
mempunyai hak yang sama. Semua anak mempunyai kewajiban yang
sama. Semua anak diperlakukan yang sama. Di sinilah anak
diperkenalkan dengan prinsip-prinsip kehidupan demokratis. Anak-
anak dilatih untuk belajar hidup secara demokratis.
Di sekolah, di bawah asuhan guru-guru, anak-anak memperoleh
pengajaran dan pendidikan. Anak-anak belajar berbagai macam
pengetahuan dan ketrampilan, yang akan dijadikan bekal untuk
kehidupannya nanti di masyarakat. Memberikan bekal ilmu
pengetahuan dan ketrampilan kepada anak untuk kehidupannya
nanti. Inilah sebenarnya tugas utama dari sekolah. Sekolah
bertanggung jawab atas pendidikan anak-anak selama mereka
diserahkan kepadanya.
c) Masyarakat
Dalam konteks pendidikan, masyarakat merupakan lingkungan
lingkungan keluarga dan sekolah. Pendidikan yang dialami dalam
masyarakat ini, telah mulai ketika anak-anak untuk beberapa waktu
setelah lepas dari asuhan keluarga dan berada di luar dari pendidikan
sekolah. Dengan demikian, berarti pengaruh pendidikan tersebut
tampaknya lebih luas. Corak dan ragam pendidikan yang dialami
seseorang dalam masyarakat banyak sekali, ini meliputi segala
bidang, baik pembentukan kebiasaan-kebiasaan, pembentukan

7
pengertia-pengertian (pengetahuan), sikap dan minat, maupun
pembentukan kesusilaan dan keagamaan.
Pengaruh-pengaruh dari masyarakat ini ada yang bersifat positif
terhadap pendidikan anak, tetapi sebaliknya banyak pula yang
bersifat negative yang dimaksud dengan pengaruh yang bersifat
positif di sini ialah, segala sesuatu yang membawa pengaruh baik
terhadap pendidikan dan perkembangan anak yaitu pengaruh-
pengaruh yang menuju kepada hal-hal yang baik dan berguna bagi
anak itu sendiri, maupun baik dan berguna bagi kehidupan bersama.
C. Guru Ideal
1. Pengertian Guru Ideal
Menurut Isjoni profil guru ideal adalah sosok yang mengabadikan
diri berdasarkan panggilan jiwa, panggilan hati nurani, bukan karena
tuntutan uang semata. Guru yang ideal selalu ingin bersama anak didik di
dalam maupun diluar sekolah. Apabila melihat anak didiknya
menunjukkan sikap bersedih, murung, suka berkelahi, malas belajar,
jarang masuk sekolah, sakit dan sebagainya, guru merasa prihatin, dan
tidak jarang pada waktu tertentu guru harus menghabiskan waktunya untuk
memikirkan bagaimana perkembangan anak didiknya. Itulah sikap guru
ideal yang tepat sebagai sosok pribadi yang mulia dan ideal. Guru ideal
harusnya tidak lepas dari tiga hal yang menjadi inti dan roh dari seorang
guru yaitu rasa asah, asih, dan asuh terhadap anak didiknya.
Secara konseptual guru yang diharapkan adalah sosok guru ideal
yang diidamkan oleh setiap pihak yang terkait diantaranya sebagai
berikut:
a) Sudut pandang siswa Guru ideal adalah guru yang memiliki
penampilan sedemikian rupa sebagai sosok sumber motivasi belajar
yang menyenangkan.
b) Sudut pandang orang tua murid
Guru yang ideal adalah sosok yang dapat menjadi mitra pendidikan
bagi anak-anak yang dititipkan untuk dididik.

8
c) Sudut pandang masyarakat luas
Pada hakikatnya guru adalah wakil masyarakat di lembaga
pendidikan dan wakil lembaga pendidikan di masyarakat yang
diharapkan mampu mempersiapkan anggota masyarakat yang
sebaik-baiknya.
d) Sudut pandang budaya
Guru merupakan subyek yang berperan dalam proses pewarisan
budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya dalam pelestarian
nilai-nilai budaya.
Demikian kehadiran sosok guru ideal itu merupakan harapan semua
pihak. Secara ideal guru yang diharapkan adalah guru yang memiliki
keberdayaan untuk mewujudkan kinerja yang dapat mewujudkan tersebut
terutama tercermin melalui keunggulannya dalam mengajar, hubungan
dengan siswa. hubungan dengan sesama guru, hubungan dengan pihak
lain, serta sikap dan keterampilan profesionalnya.
2. Aspek Kepribadian Guru Ideal
Ada 3 aspek kepribadian guru ideal yaitu sebagai berikut.
a) Berjiwa pendidik dan bertindak sesuai dengan norma yang berlaku
Sebagai seorang pendidik guru memiliki tanggung jawab
pribadi, sosial, intelektual, moral, dan spiritual. Tanggung jawab
mandiri yang mampu memahami dirinya, mengelola dirinya,
mengendalikan dirinya, dan menghargai serta mengembangkan
dirinya. Tanggung jawab sosial diwujudkan melalui kompetensi guru
dalam memahami dirinya sebagai bagian yang tak terpisahkan dari
lingkungan sosial serta memiliki kemampuan interaktif yang efektif.
Tanggung jawab interaktif diwujudkan melalui penguasaan berbagai
perangkat pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk
menunjang tugas-tugasnya. Tanggung jawab spiritual dan moral
diwujudkan melalui penampilan guru sebagai makhluk beragama
senantiasa tidak menyimpang dari norma-norma agama dan moral.
Seorang guru harus memiliki jiwa mendidik serta dapat menjadi

9
panutan dan suri tauladan yang baik untuk siswa. Guru juga harus
bertindak dan berperilaku sesuai dengan norma-norma yang berlaku.
b) Kepribadian yang mantap, stabil, dan dewasa
Seorang guru agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik,
profesional dan dapat dipertanggung jawabkan, guru harus memiliki
kepribadian yang mantap, stabil, dan dewasa. Hal ini sangat penting,
karena banyak masalah pendidikan disebabkan oleh faktor
kepribadian guru yang kurang mantap, kurang stabil, dan kurang
dewasa. Kondisi kepribadian yang sering membuat guru melakukan
tindakan-tindakan yang tidak profesional, tidak terpuji, bahkan
melakukan tindakan-tindakan tidak senonoh dapat merusak citra dan
martabat guru.
Ujian berat bagi guru dalam hal kepribadian adalah rangsangan
yang sering memancing emosinya. Kestabilan emosi sangat
diperlukan, namun tidak semua orang mampu menahan emosi
terhadap rangsangan yang menyingung perasaan dan memang diakui
bahwa setiap orang mempunyai tempramen yang berbeda dengan
orang lainnya. Untuk keperluan tersebut upaya dalam bentuk latihan
mental akan sangat berguna. Guru yang mudah marah akan membuat
peserta didik takut, dan ketakutan mengakibatkan kurang minat
untuk mengikuti pembelajaran serta rendahnya konsentrasi karena
ketakutan menimbulkan kekhawatiran untuk dimarahi dan hal ini
membelokkan konsentrasi peserta didik.
c) Disiplin, arif, dan berwibawa
Dalam mendisiplinkan peserta didik harus dimulai dengan
pribadi guru yang disiplin, arif, dan berwibawa. Guru harus
membantu peserta didik menemukan diri, mengatasi, mencegah
timbulnya masalah disiplin, dan berusaha menciptakan situasi yang
menyenangkan bagi kegiatan pembelajaran sehingga mereka menaati
segala peraturan yang telah ditetapkan.

10
3. Karakteristik Guru Ideal
Ada beberapa karakteristik guru ideal yaitu sebagai berikut:
a) Memahami dan menghormati murid
Guru harus mampu memahami murid yang memiliki potensi,
bukan sebagai botol yang kosong. Guru harus bersikap demokratis
dan tidak otoriter.
b) Menguasai bahan pelajaran yang diberikan
Seorang guru haruslah menguasai bahan pelajaran tidak sebatas
aspek kognitif tetapi juga nilai dan penerapannya bagi kehidupan
manusia.
c) Menyesuaikan bahan pelajaran dengan kesanggupan individu murid
Guru haruslah menyesuaikan bahan pelajaran dengan rata-rata
kesanggupan siswa, ada murid yang cepat, sedang, dan lambat dalam
belajarnya. Seorang guru harus memperhatikan perbedaan individu
murid termasuk bakat dan kemampuannya.
d) Mengaktifkan murid dalam belajar
Seorang guru haruslah menghindari cara mengajar D4 (datang,
duduk, dengar, dan diam). Guru harus memberikan kesempatan
kepada murid untuk aktif di dalam kelas.
e) Memberi pengertian dan bukan hanya dengan kata-kata belaka
Memberikan pemahaman langsung dengan mengenalkan
bendanya, baru pengertiannya, dan kemudian anak dapat
merumuskan pengertian itu dengan kata-katanya sendiri,
menggunakan alat peraga dalam proses pembelajaran, guru
hendaknya menghindari terjadinya verbalisme atau mengenal kata-
kata tetapi tidak mengenal artinya.
f) Menghubungkan pelajaran dengan kebutuhan murid
Menjelaskan atau menunjukkan manfaat yang terkandung
dalam bahan pelajaran yang diajarkan, mengajarkan bahan pelajaran
yang dibutuhkan atau dirasakan manfaatnya bagi murid.

11
g) Mempunyai tujuan tertentu dengan bahan pelajaran yang diberikan
Memahami berbagai tingkat tujuan pendidikan, mulai dari
tujuan pendidikan nasional, institusional, kurikuler sampai pada
tujuan instruksional. Menunjukkan tujuan yang dicapai dalam proses
pembelajaran.
h) Tidak hanya mengajar dalam arti menyampaikan pengetahuan tetapi
senantiasa mengembangkan pribadi anak
Seorang guru tidak hanya mengedepankan pencapaian
kecerdasan intelektual tetapi juga kecerdasan emosional dan
kecerdasan lainnya, mencakup aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik.
i) Mempunyai keterampilan manajemen kelas yang baik
Seorang guru yang baik memiliki keterampilan manajemen
kelas yang baik dan dapat memastikan perilaku siswa yang baik, saat
siswa belajar dan bekerja sama secara efektif, membiasakan
menanamkan rasa hormat kepada seluruh komponen yang ada di
dalam kelas.
j) Bisa berkomunikasi baik dengan orang tua
Seorang guru yang baik harus bisa menjaga komunikasi
terbuka dengan orang tua dan membuat mereka selalu update
informasi tentang apa yang sedang terjadi di dalam kelas dalam hal
kurikulum, disiplin, dan isu lainnya. Mereka membuat diri mereka
selalu bersedia memenuhi panggilan telepon, rapat, email, dan
twitter.
4. Cara Agar Menjadi Guru Ideal
Cara agar menjadi guru yang baik bagi siswa, terutama ketika
pembelajaran di kelas antara lain sebagai berikut:
a) Tampil prima di depan siswa
b) Berlaku bijaksana
c) Selalu ceria
d) Kendalikan emosi

12
e) Menjawab setiap pertanyaan siswa
f) Tidak sombong
g) Berlaku adil
h) Bertutur kata santun
i) Mampu menghidupkan kelas 10). Memiliki rasa malu dan takut
Sedangkan menurut Jamal Ma’mur Asmani, ada beberapa cara agar
dapat menjadi guru ideal yang diidamkan siswa yaitu sebagai berikut:
a) Menguasai materi pelajaran secara mendalam
b) Mempunyai wawasan ilmu pengetahuan yang luas
c) Komunikatif
d) Menggabungkan teori dan praktik
e) Bertahap
f) Mempunyai variasi pendekatan
g) Tidak memalingkan materi pelajaran
h) Tidak terlalu menekan dan memaksa
i) Dialogis
j) Humoris tetapi serius

13
DAFTAR PUSTAKA

Agung, Purwoko. 2001. Panduan Penelitian PTK. Semarang: Unnes Press.

Ahmadi. 2011. Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu. Jakarta: Prestasi Pustaka


Publisher.

Asmani, Jamal Ma’mur. Great Teacher!. Yogyakarta: Diva Press, 2016.

B.Uno, Hamzah. 2008.Teori Motivasi Belajar dan Pengukurannya. Jakarta : Bumi


Aksara.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2010. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif:
Suatu Pendekatan Teoretis Psikologis. Jakarta: Rineka Cipta.

Furqon. 2005. Konsep dan Aplikasi Bimbingan Konseling Sekolah Dasar.


Bandung : Pustaka Bani Quraisya.

Hasbullah. 2005. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan (edisi revisi). Jakarta: PT Raja


Grafindo Persada.

Minarti, Sri. 2013. Ilmu Pendidikan Islam: Fakta Teoritis-Filosofis dan Aplikatif-
Normatif. Jakarta: Amzah.

Mujtahid. 2001. Pengembangan Profesi Guru. Malang: UIN Maliki Press.

Supardi. 2014. Kinerja Guru. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

14

Anda mungkin juga menyukai