Anda di halaman 1dari 23

PROPOSAL

IN HOUSE TRAINING

BANTUAN HIDUP DASAR

PROPOSAL IN HOUSE TRAINING BHD

TIM REAKSI CEPAT


RSUD ANDI MAKKASAU KOTA PAREPARE
2020

DIKLAT RSUD ANDI MAKKASAU


BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Penyakit jantung dan pembuluh darah sampai saat ini masih merupakan

penyebab kematian nomor satu di dunia. Manifestasi komplikasi penyakit

jantung dan pembuluh darah yang paling sering diketahui dan bersifat fatal

adalah kejadian henti jantung mendadak.

Untuk mempertahankan kelangsungan hidup, terutama jika henti

jantung mendadak tersebut disaksikan, harus secepatnya dilakukan tindakan

bantuan hidup dasar. Berdasarkan penelitian, bantuan hidup jantung dasar

akan memberikan hasil yang paling baik jika dilakukan dalam waktu 5 menit,

makaTRAINING
PROPOSAL IN HOUSE untuk mempertahankan
BHD angka keberhasilan yang tinggi, tindakan

bantuan hidup dasar bergantung terhadap pelatihan umum bantuan hidup

dasar terhadap kaum awam serta ketersediaan alat Automated External

Defibrilator sebagai fasilitas umum.

Tindakan bantuan hidup jantung dasar secara definisi merupakan

layanan kesehatan dasar yang dilakukan terhadap pasien yang menderita

penyakit yang mengancam jiwa sampai pasien tersebut mendapat pelayanan

kesehatan secara paripurna. Tindakan bantuan hidup jantung dasar umumnya

dilakukan oleh tenaga kesehatan yang berkompeten, namun dinegara-negara

maju dapat dilakukan oleh kaum awam yang telah mendapatkan pelatihan

sebelumnya. Tindakan bantuan hidup jantung dasar secara garis besar

dikondisikan untuk keadaan dilingkungan sekitar rumah sakit sebelum

mendapat perawatan lebih lanjut, sehingga tindakan bantuan hidup jantung

DIKLAT RSUD ANDI MAKKASAU


dasar dapat dilakukan di luar maupun sekitar lingkungan rumah sakit tanpa

menggunakan alat medis.

Tindakan bantuan hidup jantung dasar bukan merupakan satu jenis

keterampilan tindakan tunggal semata, melainkan suatu kesinambungan tidak

terputusnya antara pengamatan serta intervensi yang dilakukan dalam

pertolongan. Keberhasilan pertolongan yang dilakukan, ditentukan oleh

kecepatan dalam memberikan tindakan awal bantuan hidup jantung dasar,

membuat para ahli berpikir bagaimana cara untuk melakukan suatu tindakan

bantuan hidup jantung dasar yang efektif serta melatih sebanyak mungkin

orang awam dan paramedis yang dapat melakukan tindakan tersebut secara

baik dan benar.

PROPOSAL IN HOUSE TRAINING BHD pelayanan kesehatan, rumah sakit dituntut untuk
Sebagai penyelenggara

memberikan pelayanan yang bermutu dan berorientasi pada kebutuhan klien.

Begitu pula dengan RSUD Parepare sebagai satu-satunya rumah sakit umum

daerah di Kota Parepare dituntut untuk meningkatkan mutu pelayanannya.

Untuk mewujudkan hal tersebut RSUD Parepare memiliki visi yaitu :

“Terwujudnya pelayanan prima RSUD Parepare yang Efektif, Maju, Agamis,

dan Sejahtera (EMAS) tahun 2018 , dengan misinya adalah

menyelenggarakan pelayanan prima dengan menyempurnakan manajemen

pengelolaan BLUD, meningkatkan kualitas, kapasitas dan profesionalisme

pegawai yang berbasis keimanan dan ketakwaan.

Untuk mewujudkan Visi dan Misi tersebut, RSUD Parepare dalam

upaya meningkatkan mutu pelayanannya harus mengutamakan keamanan

DIKLAT RSUD ANDI MAKKASAU


pasien, sehingga perlu dilakukan upaya-upaya standarisasi pelayanan, salah

satunya adalah dengan penerapan program quality dan safety.

Mengingat pentingnya bantuan jantung hidup dasar dalam

memperbaiki kelangsungan hidup manusia, perlunya diadakan pelatihan

bantuan hidup dasar pada setiap komponen masyarakat awam yang berada

dilingkungan RSUD Parepare serta menjaga mutu para pelaksana bantuan,

baik dari kaum awam ataupun dari paramedik, sudah pasti diperlukan bantuan

hidup jantung dasar yang terintegrasi serta komprehensif sehingga program

quality dan safety mendapatkan hasil yang baik dengan menggunakan metode

yang standar.

PROPOSAL IN HOUSE TRAINING


B. TUJUAN BHD
KEGIATAN

1. Terselenggaranya pelatihan bantuan jantung hidup dasar pada orang

awam yang berada dilingkungan RSUD Parepare.

2. Diketahuinya peran utama petugas kesehatan dalam masyarakat awam

dalam menangani kasus-kasus kegawatdaruratan jantung serta

pentingnya rantai kelangsungan hidup (chain of survival)

3. Diketahuinya cara mempelajari pertolongan pertama pada anak dan

dewasa dalam kondisi-kondisi khusus

4. Diketahuinya keamanan bagi penderita dan penolong saat pertolongan

dilakukan

DIKLAT RSUD ANDI MAKKASAU


C. MANFAAT

1. Diharapkan menjadi suatu sistem pelayanan kegawatdaruratan yang

merupakan satu sistem yang digunakan untuk pengenalan tanda-tanda

serangan jantung dan stroke serta bagaimana mengaktifkan sistem

layanan gawat darurat, mencegah komplikasi, dan resusitasi jantung paru

sesegera mungkin.

2. Diharapkan memberikan wawasan pada masyarakat awan mengenai

bantuan hidup jantung dasar pada berbagai situasi kinis memegang

peranan yang penting dalam perkembangan sistem pelayanan

kegawatdaruratan jantung.

PROPOSAL IN HOUSE TRAINING BHD

DIKLAT RSUD ANDI MAKKASAU


BAB II
BANTUAN HIDUP DASAR

A. PELAYANAN KEGAWAT DARURATAN

Dalam pelayanan terhadap penyakit kardiovaskuler dan serebrovaskuler,

sistem pelayanan kegawatdaruratan kardiovaskuler merupakan satu sistem

yang digunakan untuk pengenalan tanda-tanda terkena serangan jantung dan

stroke, bagaimana mengaktifkan sistem layanan gawat darurat, mencegah

komplikasi, resusitasi jantung paru sesegera mungkin, serta penggunaan

automatic eksternal defibrilator pada penderita henti jantung, setelah

penderita menjadi stabil, sesegera mungkin ditransfer ke rumah sakit dengan


PROPOSAL IN HOUSE TRAINING
fasilitas BHD
pelayanan kardiovaskuler yang lebih lengkap.

Terminologi pelayanan kardiovaskuler yang dimaksud dalam pelayanan

kegawatdaruratan kardiovaskuler juga mencakup kasus-kasus mengancam

jiwa, seperti obstruksi benda asing, tenggelam, tersengat listrik, trauma dan

hipotermia. Pertolongan juga mencakup neonatus dan pediatrik. Namun

kebanyakan pada pediatrik atau neonatus, penyakit primer bukan terletak

pada jantung maupun otak.

Tarnsportasi kegawatdaruratan tanpa usaha mempertahankan kehidupan

tidak termasuk pelayanan kegawatdaruratan kardiovaskuler (emergency

cardiovaskuler care), walau kita sudah mengetahui bahwa transportasi

merupakan faktor yang penting bagi pelayanan kegawatdaruratan.

DIKLAT RSUD ANDI MAKKASAU


B. BANTUAN HIDUP DASAR

Dalam melakukan pelayanan kegawatdaruratan, kita memperhatikan dua

komponen utama, yaitu komponen bantuan hidup jantung dasar serta

komponen bantuan hidup jantung lanjut sebagai pelengkap jika bantuan hidup

jantung dasar berhasil dilakukan.

Bantuan jantung hidup dasar umumnya tidak menggunakan obat-obatan

dan dapat dilakukan dengan baik setelah melalui pelatihan singkat. Seiring

dengan perkembangan pengetahuan dibidang kedokteran, maka pedoman

bantuan jantung hidup dasar yang sekarang dilaksanakan telah mengalami

perbaikan dibandingkan dengan yang sebelumnya. Dalam bantuan hidup

dasar ini, terdapat beberapa perubahan sangat mendasar dan berbeda dengan

PROPOSAL IN HOUSE TRAINING


panduan hidup dasarBHD
yang telah dikenal sebelumnya seperti :

1. Pengenalan kondisi henti jantung mendadak segera berdasarkan penillaian

respons pasien dan tidak adanya nafas.

2. Perintah “look, listen and feel” dihilingkan dari lagoritma bantuan hidup

dasar

3. Penekanan bantuan kompresi dada yang kontinu dalam melakukan

resusitasi jantung paru oleh tenaga yang tidak terlatih

4. Perubahan urutan pertolongan bantuan hidup dasar dengan mendahulukan

kompresi sebelum melakukan pertolongan bantuan nafas (CAB

dibandingkan dengan ABC)

5. Resusitasi jantung paru (RJP) yang efektif dilakukan sampai didapatkan

kembalinya sirkulasi spontan atau penghentian upaya resusitasi

DIKLAT RSUD ANDI MAKKASAU


6. Peningkatan fokus metode untuk meningkatkan kualitas RJP yang baik

7. Penyederhanaan algoritme bantuan hidup dasar

Komponen yang harus dikuasai sebelum melakukan bantuan hidup jantung

dasar adalah pengetahuan untuk menillai keadaan pasien, teknik penilaian

pernafasan yang baik serta pemberian ventilasi bantuan yang baik dan benar,

dilanjutkan dengan teknik kompresi dada yang baik serta frekuensi yang

adekuat, serta penggunaan automated eksternal defibrilator jika memang

tersedia. Selain komponen pengetahuan serta tekhnik yang telah disebutkan

diatas, para penolong pertama yang melakukan bantuan hidup jantung dasar,

juga harus menguasai teknik mengeluarkan obstruksi jalan nafas karena

sumbatan benda asing.


PROPOSAL IN HOUSE TRAINING BHD
Apabila kita dapat melakukan bantuan hidup jantung dasar dengan baik

dan tepat, maka kit dapat mengharapkan bahwa :

1. Henti jantung dapat dicegah dan transport dapat cepat dilaksanakan

2. Fungsi jantung paru dapat diperbaiki dengan menggunakan AED dan

kompresi

3. Otak dapat dijaga dengan baik karena suplai darah ke otak dapat

terpelihara selama dilakukan bantuan sampai bantuan lanjutan tiba.

Dalam pelatihan ini, akan diajarkan bantuan hidup dasar menggunakan

rekomendasi yang dikeluarkan oleh American Heart Association tahun 2010

yang dikenal dengan mengambil 3 rantai pertama dari 5 rantai kelangsungan

hidup.

DIKLAT RSUD ANDI MAKKASAU


C. RANTAI KELANGSUNGAN HIDUP

Berdasarkan pedoman terbaru yang direkomendasikan oleh AHA, rantai

kelangsungan hidup memiliki lima komponen utama yaitu :

1. Pengenalan kejadian henti jantung dan aktivasi sistem gawat darurat

segera (early access)

2. Resusitasi jantung paru segera (Early CPR)

3. Defibrilasi segera (Early Defibrilation)

4. Perawatan kardiovaskuler lanjutan yang efektif (Effective ACLS)

5. Penanganan pasca henti jantung yang terintegrasi (Integrated post

cardiac arrest care)

Penelitian secara klinis dan epidemologis, membuktikan bahwa ketika


PROPOSAL IN HOUSE TRAINING BHD
rantai kelangsungan hidup dilaksanakan secara efektif, maka peluang

penderita yang mengalami fibrilasi ventrikel yang disaksikan diluar rumah

sakit untuk terselamatkan bisa sampai 50%. Namun pelaksanaan sistem

pelayanan gawat darurat segera pasien tidak sadarkan diri baik diluar maupun

di dalam rumah sakit sangat bergantung kepada kecepatan pelaksanaan rantai

kelangsungan hiudp yang saling terkait satu dengan lainnya secara benar. Bila

salah satu komponen tidak dilakukan secara benar, maka peluang

keberhasilan untuk menyelamatkan pasien mengalami penurunan.

DIKLAT RSUD ANDI MAKKASAU


 Rantai pertama pengenalan kejadian henti jantung dan aktivasi

sistem gawat darurat segera

Pengenalan tanda-tanda kegawatan secara dini, seperti keluhan

nyeri dada atau kesulitan bernafas yang menyebabkan penderita mencari

pertolongan atau penolong menghubungi layanan gawat darurat

memegang peranan awal yang penting dalam rantai ini.

Apabila ditemukan kejadian henti jantung, maka lakukan hal

sebagai berikut ;

1. Identifikasi kondisi penderita dan lakukan kontak ke sistem gawat

darurat

2. Informasikan segera kondisi penderita sebelum melakukan RJP pada

PROPOSAL IN HOUSE TRAINING BHD atau sekitar satu menit setelah memberikan
orang dewasa

pertolongan RJP pada bayi dan anak.

3. Penillaian cepat tanda-tanda potensial henti jantung

4. Identifikasi tanda henti jantung atau henti nafas

 Rantai kedua resusitasi jantung paru segera

Kompresi dada dilakukan segera jika penderita mengalami keadaan

henti jantung dan atau henti nafas. Kompresi dada sendiri dilakukan

dengan melakukan tekanan dengan kekuatan penuh serta berirama di

setengah bagian bawah dari tulang dada. Tekanan ini dilakukan untuk

mengalirkan darah serta menghantarkan oksigen ke otak serta

miokardium.

DIKLAT RSUD ANDI MAKKASAU


Pernafasan bantuan dilakukan setelah melakukan kompresi dada

dengan cara memberikan nafas dalam waktu satu detik serta mencukupi

volume tidal dan diberikan 2 kali setelah dilakukan 30 kompresi.

Untuk kasus trauma, tenggelam dan overdosis pada dewasa atau

anak, sebaiknya penolong melakukan bantuan RJP selama satu menit

sebelum menghubungi sistem gawat darurat.

 Rantai ketiga defibrilasi segera

Defibrilasi sangat penting dalam memperbaiki angka kelangsungan

hidup pada penderita. Alat Automated external defibrilator (AED) jika

digunakan oleh orang yang terlatih dapat memperbaiki angka

kelangsungan hidup di luar rumah sakit. Waktu antara penderita kolaps


PROPOSAL IN HOUSEdan
TRAINING BHD
dilaksanakan merupakan saat kritis. Angka keberhasilan menurun

sebanyak 7-10% dalam setiap menit keterlambatan penggunaan

defibrilator.

 Rantai keempat perawatan kardiovaskuler lanjutan yang efektif

Pertolongan lebih lanjut oleh paramedis ditempat kejadian

merupakan rantai penting untuk keberhasilan manajemen henti jantung.

Petugas ACLS membawa alat-alat untuk membantu ventilasi, obat untuk

mengkontrol aritmia dan stabilisasi penderita untuk dirujuk kerumah

sakit. ACLS memiliki 3 tujuan dalam penyelamatan henti jantung :

1. Mencegah terjadinya henti jantung dengan memaksimalkan

manajemen lanjut jalan nafas, dan pemberian nafas dan pemberian

obat-obatan.

DIKLAT RSUD ANDI MAKKASAU


2. Terapi pada penderita yang tidak berhasil dengan defibrilasi

3. Memberikan defibrilasi jika terjadi VF, mencegah fibrilasi berulang,

dan menstabilkan penderita setelah resusitasi

 Rantai kelima penanganan pasca henti jantung yang terintegrasi

Dalam pedoman RJP yang dikeluarkan oleh AHA tahun 2010 mulai

memperkenalkan kepentingan pelayanan sistematis dan penatalaksanaan

multispesialistik bagi pasien setelah mengalami kembalinya sirkulasi

secara spontan (ROSC).

D. Interaksi sistem respirasi, jantung dan otak

Tujuan utama pertolongan gawat darurat kardiovaskuler untuk

mempertahankan serta memelihara, kalau mungkin mengebalikan pasokan


PROPOSAL IN HOUSE TRAINING
oksigen BHD
secara normal ke organ tubuh yang sangat membutuhkan oksigen

seperti sel saraf, jantung, paru serta otak yang saling berkaitan dan

ketergantungan.

Jaringan paru yang merupakan tempat pertukaran oksigen dan

karbondioksida menyediakan suplai oksigen kepada tubuh yang diangkut

dengan menggunakan sel-sel darah yang dipompakan ke seluruh tubuh oleh

jantung. Henti jantung serta henti nafas akan menyebabkan aliran oksigen ke

otak terputus.

E. Tinjauan Survei Bantuan Hidup Dasar

Survei bantuan hidup dasar berkembang seiring dengan kemajuan ilmu

ilmu dan teknologi kedokteran. Bantuan hidup dasar lebih menitikberatkan

pelaksanaan RJP dengan memompa secara cepat dan kuat sesegera baik oleh

DIKLAT RSUD ANDI MAKKASAU


seorang penolong atau lebih dan dilanjutkan dengan pemberian bantuan nafas

dasar dan defibrilasi segera.

Tujuan survei bantuan hidup dasar adalah berusaha memberikan bantuan

sirkulasi sistematik, beserta ventilasi dan oksigenasi tubuh secara efektif dan

optimal sampai didapatkan kembali sirkulasi sistematik secara spontan atau

telah tiba bantuan dengan peralatan yang lebih lengkap untuk melaksanakan

tindakan bantuan hidup jantung lanjutan. Pelaksanaan survei bantuan hidup

dasar sesegera dan seefektif mungkin memperbesar peluang keberhasilan

untuk selamat serta mengurangi gangguan neurologis yang terjadi.

Survei bantuan ihdup dasar primer dilakukan baik untuk penderita yang

mengalami henti jantung mendadak atau tidak sadarkan diri yang kita

PROPOSAL IN HOUSE TRAINING


saksikan atau datangBHD
kerumah sakit sudah tidak sadarkan diri. Pertama-tama

yang harus kita lakukan adalah memerikasa respons penderita dengan

memanggil penderita sambil menepuk-nepuk pundak atau sambil

menggoyangkan badan pasien yang bertujuan untuk mengetahui respons

kesadaran penderita (check responsiveness). Setelah kita yakin bahwa

penderita dalam keadaan tidak sadarkan diri, maka kita meminta bantuan

orang lain untuk menghubungi ambulans atau sistem gawat darurat atau

rumah sakit terdekat untuk meminta pertolongan bantuan datang dengan

tambahan tenaga serta peralatan medis yang lebih lengkap (call for help).

Jikalau saat melakukan pertolongan kita hanya seorang diri, setelah

melakukan pemeriksaan respon kesadaran, penolong segera menghubungi

rumah sakit terdekat atau ambulans dan melakukan pertolongan awal

DIKLAT RSUD ANDI MAKKASAU


kompresi dada dengan cepat dan kuat dengan frekuensi 30 kali dan diselingi

dengan pemberian nafas bantuan 2 kai dalam satu detik setiap nafas bantuan

per 30 kali kompresi sampai bantuan datang.

Sebelum melakukan survei bantuan hidup dasar, kita harus memastikan

bahwa lingkungan sekitar penderita aman untuk melakukan pertolongan,

dilanjutkan dengan memeriksa kemampuan respon penderita, sambil meminta

pertolongan untuk mengaktifkan sistem gawat darurat dan menyediakan

AED.

Sistematika survei bantuan hidup dasar primer saat ini sekarang lebih

dipermudah, yang memungkinkan orang yang tidak terlatih dapat melakukan

bantuan hidup dasar pertama secara baik. Urutan sistematis yang digunakan

PROPOSAL IN HOUSE TRAINING


saat ini BHDPerlu kita ingat, sebelum kita melakukan bantuan
adalah C-A-B.

hidup dasar, kita harus memastikan bahwa langkah yang kita kerjakan adalah

langkah yang tepat dengan melakukan pemeriksaan terlebih dahulu. Setelah

dilakukan pemeriksaan (kesadaran, sirkulasi, pernafasan, perlu tidaknya

defibrilasi), kita harus menganalisis secara cepat dan tepat sebelum

melakukan tindakan yang diperlukan. Setiap langkah yang akan dilakukan

dimulai dati pemerikasaan, diikuti dengan tindakan.

F. PELAKSANAAN TINDAKAN RESUSITASI JANTUNG PARU

Tujuan utama pelaksanaan RJP adalah untuk mempertahankan kehidupan,

memperbaiki kesehatan, mengurangi penderitaan dan membatasi disabilitas

tanpa melupakan hak dan keputusan pribadi.

DIKLAT RSUD ANDI MAKKASAU


Dalam pelaksanaannya, keputusan untuk melakukan tindakan RJP

seringkali hanya diambil dalam hitungan detik oleh penolong yang mungkin

tidak mengenal penderita yang mengalami henti jantung atau tidak mengerti

ada permintaan lebih lanjut. Ketika akan melakukan pertolongan, penolong

harus mengetahui dan memahami hak penderita serta beberapa keadaan yang

mengakibatkan RJP tidak perlu dilaksanakan, seperti :

1. Henti jantung terjadi dalam sarana atau fasilitas kesehatan

Pertolongan dapat tidak dilakukan bila :

a. Ada permintaan dari pasien atau keluarga inti yang berhak secara sah

dan ditandatangani oleh pasien atau keluarga pasien

b. Henti jantung terjadi pada penyakit dengan stadium akhir yang telah

PROPOSAL IN HOUSE TRAINING BHD secara optimal


mendapat pengobatan

c. Pada neonatus atau bayi dengan kelainan yang memiliki angka

mortalitas dini tinggi sebagai contoh bayi sangat prematur, anensefali

atau kelainan kromosom seperti trisomi 13.

2. Henti jantung yang terjadi diluar sarana atau fasilitas kesehatan

a. Tanda-tanda klinis kematian yang irreversible seperti kaku mayat,

lebam mayat atau tanda-tanda pembusukan.

b. Upaya RJP dengan resiko membahayakan penolong

c. Penderita dengan trauma yang tidak bisa diselamatkan seperti hangus

terbakar

DIKLAT RSUD ANDI MAKKASAU


3. Kapan menghentikan RJP

Ada beberapa alasan kuat bagi penolong untuk menghentikan RJP

antara lain :

a. Penolong sudah melakukan bantuan hidup dasar dan lanjut secara

optimal, antara lain : RJP, membuka jalan nafas, ventilasi dan

oksigenasi menggunakan bantuan jalan nafas tingkat lanjut serta

sudah melakukan semua pengobatan sesuai pedoman yang ada.

b. Penolong sudah mempertimbangkan apakah penderita terpapar

bahan beracun atau mengalami overdosis obat yang akan

menghambat susunan sistem saraf pusat

c. Kejadian henti jantung tidak disaksikan oleh penolong

PROPOSAL IN HOUSEd.TRAINING BHD merekam melalui monitor adanya asistole yang


Penolong sudah

menetap selama 10 menit atau lebih

G. Teknik pelaksanaan survei primer bantuan hidup dasar

Tahapan pelaksanaan survei primer bantuan hidup dasar yang terbaru

makin disederhanakan dengan mengutamakan sirkulasi daripada pemberian

bantuan nafas, langkah-langkahnya terdiri dari CAB, yaitu :

a. Circulation (penillaian denyut nadi)

Penelitian yang telah dilakukan mengenai resusiyasi menunjukan

bahwa baik penolong awan maupun tenaga kesehatan kadang kala

mengalami kesulitan dalam melakukan pengecekan pulsasi arteri karotis.

Kadang kala tenaga kesehatan juga memerlukan waktu lama untuk

DIKLAT RSUD ANDI MAKKASAU


memastikan adanya pulsasi pada pasien tidak sadarkan diri. Sehingga

untuk hal tertentu pengecekan pulsasi tidak diperlukan seperti :

a. Penolong tidak perlu untuk memeriksa nadi dan langsung

mengasumsikan pasien menderita henti jantung jika penderita

mengalami pingsan mendadak atau penderita yang tidak berespon

dan tidak bernafas atau bernafas tidak normal.

b. Penillain pulsasi sebaiknya dilakukan tidak lebih dari 10 detik, jika

dalam waktu 10 detik atau lebih, penolong belum bisa meraba

pulsasi arteri, maka kompresi dada sudah harus dilakukan.

Kompresi dada terdiri dari pemberian tekanan secara kuat dan berirama

pada setengah bawah dinding sternum. Penekanan ini menciptakan aliran


PROPOSAL IN HOUSE TRAINING BHD
darah yang akan melalui peningkatan tekanan intratorakal serta

penekanan langsung pada dinding jantung. Komponen yang perlu

diperhatikan saat melakukan kompresi dada :

a. Berikan kompresi dada dengan frekuensi yang mencukupi (minimal

100 x/ menit)

b. Untuk dewasa, berikan kompresi dengan kedalaman minimal 2 inchi

(5 cm)

c. Bayi dan anak, kompresi dengan kedalaman minimal sepertiga

diameter dinding anterior posterior dada atau bayi 4 cm (1,5 inchi)

dan pada anak sekitar 5 cm (2 inchi)

d. Berikan kesempatan untuk dada mengembang kembali secara

sempurna setelah setiap kompresi.

DIKLAT RSUD ANDI MAKKASAU


e. Usahakan seminimal mungkin melakukan interupsi terhadap

kompresi

H.

PROPOSAL IN HOUSE TRAINING BHD

DIKLAT RSUD ANDI MAKKASAU


BAB III
DESKRIPSI KEGIATAN

3.1 Nama Kegiatan

Nama kegiatan ini adalah “IN HOUSE TRAINING BANTUAN

HIDUP DASAR PADA ORANG AWAM”

3.2 Sasaran Kegiatan dan Kegiatan Umum

3.2.1 Sasaran Kegiatan

Sasaran kegiatan ini adalah petugas administrasi, pembantu

orang sakit (POS), cleaning service serta petugas keamanan.

3.2.2 Kegiatan Umum

Kegiatan ini merupakan salah satu program Tim TRC yang

PROPOSAL IN HOUSE TRAINING


disusun BHD
dan diajukan untuk RSUD Parepare, berupa In House

Training selama ...........hari. Pelatihan dilaksanakan dalam..........

hari dengan Nama kegiatan ini adalah “IN HOUSE TRAINING

BANTUAN HIDUP DASAR PADA ORANG AWAM”. Kegiatan ini

dapat membantu meningkatkan wawasan akan proses bantuan

hidup dasar pada kasus kegawatdaruratan.

3.3 Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan ini dilaksanakan pada :

Hari/tanggal : Menyesuaikan

Tempat : RSUD Parepare (menyesuaikan)

Pukul : 08.00-14.00 WIB

DIKLAT RSUD ANDI MAKKASAU


3.4 Pembicara

Materi akan disampaikan dalam .......sesi (bagian) oleh pembicara yaitu:

3.5 Susunan Kepanitiaan

Untuk pelaksanaan kegiatan, susunan panitia dibentuk oleh instansi

yang menyelenggarakan.

3.6 Anggaran Dana

Tergantung dari institusi penyelenggara.

3.7 Susunan Acara

Terlampir

PROPOSAL IN HOUSE TRAINING BHD

DIKLAT RSUD ANDI MAKKASAU


BAB IV
PENUTUP

Demikian proposal kegiatan ini disusun untuk memberikan gambaran

kegiatan yang akan dilaksanakan, sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan

kegiatan In House Training Bantuan Hidup Dasar Lingkup RSUD Andi Makkasau

Kota Parepare.

Kami selaku pelaksana mengucapkan terima kasih atas perhatian dan kerja

sama semua pihak dalam menyukseskan kegiatan ini.

Kasubbid Diklat

PROPOSAL IN HOUSE TRAINING BHD

Hj. Sitti Salawiah Bsc


NIP : 196412311990022010

Lampiran 1

DIKLAT RSUD ANDI MAKKASAU


Berikut adalah rincian untuk pengadaan keperluan yang berhubungan dengan

kegiatan In House Training. Keperluan tersebut disediakan oleh pelaksana

kegiatan.

1. Pengadaan modul pelatihan Bantuan Hidup Dasar photo copy. Jumlah

modul disesuaikan dengan jumlah peserta In House Training.

2. ATK untuk kegiatan In House Training BHD dengan jumlah disesuaikan

dengan jumlah perserta In House Training

PROPOSAL IN HOUSE TRAINING BHD

Lampiran 2

DIKLAT RSUD ANDI MAKKASAU


SUSUNAN ACARA In House Training Bantuan Hidup Dasar

PUKUL (WIB) KEGIATAN


07.00-08.00 Registrasi Peserta
08.00-09.00 Pembukaan dan sambutan In House Training:

Sambutan Direktur RSUD Parepare


09.00-10.00 Coffee Break, Presentasi
10.00-11.15 Materi I : Teori
11.15-12.00 Materi II: Praktek
12.00-13.00 Ishoma
13.00-13.45 Materi III : Teori
13.45-15.00 Materi IV : Praktek
15.00-15.30 Penutupan

PROPOSAL IN HOUSE TRAINING BHD

DIKLAT RSUD ANDI MAKKASAU

Anda mungkin juga menyukai