Anda di halaman 1dari 8

1.

1 Traveller’s Cheques Dalam Valuta Rupiah


Travellers Cheques atau Cek perjalanan adalah sumber dana yang paling murah atau tidak
berbunga dan memiliki unsur promosi yang tinggi. Travelle’rs cheques lazimnya diterbitkan
dalam valuta asing yang dapat dipergunakan diseluruh dunia dalam lalu lintas pembayaran,
namun di Indonesia juga diterbitkan traveller’s cheques dalam valuta rupiah.Traveller’s
cheques merupakan warkat berharga atas nama yang diterbitkan oleh suatu bank yang
pencairannya dapat dilakukan kapan saja, dimana saja, dan hanya oleh orang yang memiliki
dan namanya tercantum diatas TC tersebut.

a) Akuntansi Untuk TC
Akuntansi untuk mencatat transaksi yang timbul dari traveller’s cheques meliputi :
penjualan dan pencairan TC, yang mana keduanya dapat dilakukan baik di bank cabang
penerbit, agen penjual, maupun di kantor cabang penerbit. Unsur pengamanan TC adalah
nomer seri yang tercetak pada setiap lembar TC (preprinted numbers)

b) Penerbitan TC
Dalam penerbitan, setiap TC yang telah diterbitkan akan dipelihara oleh bank yang
menerbitkannya. Rekening ini akan tetap outstanding dalam neraca selama TC belum
dicairkan. TC yang telah diterbitkan tidak memiliki jatuh waktu atau kadarluarsa.
Sebagai contoh Ny. Sita nasabah Bank Omega - Jakarta hendak membeli TC atas beban
rekening gironya jumlah TC yang di beli terdiri dari pecahan sebagai berikut : 80 lembar @
Rp. 10.000; 50 lembar @Rp. 100.000; 5 lembar @ Rp.1.000.000 Pada saat penjualan TC oleh
Bank Omega – Jakarta akan dicatat dengan ayat jurnal sebagai berikut.
Giro - Rekening Ny .Sita Rp. 10.800.000
TC - Rupiah Rp. 10.800.000
c) Pencairan TC Dibukan Cabang Penerbit Dilakukan Oleh Sipemilik
Pencairan TC yang dilakukan bukan pada bank bukan cabang penerbit, akan tercipta
adanya hubungan rekening Koran, yang lazimnya dibukukan kedalam rekening antar kantor
(RAK), rekening ini sifatnya reciprical.
Sebagai contoh apabila Ny. Sita mencairkan TC pada Bank Omega Cab.Surabaya sebanyak 3
lembar @Rp. 100.000 secara tunai. Oleh Bank Omega-Cab.Surabaya akan dibukukan dengan
ayat jurnal sebagai berikut :
RAK-Cab.Surabaya Rp. 300.000
Kas Rp. 300.0000
Bank Omega Cab.Surabaya setelah melakukan pembayaran kepada Ny. Sita akan segera
mengirimkan warkat TC tersebut kepada penerbitnya yaitu cabang Jakarta. Oleh Bank
Omega Cab.Jakarta, setelah menerima warkat TC tersebut, akan dibukukan dengan ayat
jurnal sebagai berikut
TC - Rupiah Rp. 300.000
Rak - Cab.Surabaya Rp. 300.000

d) Pencairan TC Pada Bukan Cabang Penerbit Yang Dilakukan Oleh Pihak Ketiga (Bukan
Si pemilik)
Pada prinsipnya seluruh TC dapat langsung dicairkan. Pencairan yang langsung ini hanya
dapat dilakukan apabila TC langsung dicairkan oleh pemilik. Apabila TC dicairkan bukan
oleh sipemilik, maka kepada cabang pembayar tidak dapat langsung melakukan pembayaran,
tetapi harus terlebih dahulu melakukan inkaso atau penagihan kepada cabang penerbit setelah
diteliti keabsahannya. Sebagai contoh apabila Bank Omega - Cab.Bandung menerima setoran
untuk keuntungan rekening Toko Anda, nasabah giro, berupa warkat TC atas nama Ny. Sita
yang telah diserahkan dan ditandatangani olehnya atas pembelian sejumlah barang. Besarnya
TC sebanyak 30 lembar @Rp. 10.000 dan 1 lembar @Rp. 1.000.000 oleh Bank Omega -
Cab.Bandung warkat TC tersebut terlebih dahulu harus diinkasokan ke cabang Jakarta yang
akan dibukukan dengan ayat jurnal sebagai berikut :
K : Rekening Administratif Rupiah –
Warkat TC Yang Di Inkaso Rp. 1.300.000
Setelah hasil inkaso kepada cabang Jakarta dinyatakan berhasil, oleh Bank Omega –
Cab.Bandung akan dibebankan komisi inkaso sebesar Rp. 25.000 yang akan dibebankan
kepada Toko Anda dan akan dibukukan dengan ayat jurnal sebagai berikut :
D: Rekening Administrative Rupiah –
Warkat Tc Yang Di Inkaso Rp. 1.300.000

Rak- Cab.Jakarta Rp. 1.300.000


Pendapatan Komisi Rp.25.000
Giro-Rekening Toko Anda Rp. 1.275.000
e) Penerbitan TC Yang Diserahkan Kepada Agen Penjual Tc Yang Telah Ditunjuk
TC dalam valuta rupiah yang diterbitkan oleh suatu bank dapat dijual dan dicairkan pada
agen-agen penjual dan pembeli yang telah ditunjuk resmi oleh bank penerbit TC tersebut.
Sebagai contoh Bank Omega – Jakarta mengirim 20 lembar TC rupiah @Rp. 100.000
kepada agennya PT. Indowang dengan memperhitungkan beban formulir berharga senilai
@Rp. 1.300 per lembar. Oleh Bank Omega – Jakarta akan dibukukan dengan ayat jurnal
sebgai berikut :
Biaya Formulir Berharga Rp. 26.000
Persediaan Formulir Berharga Rp. 26.000
Penyerahan warkat ini juga akan dicatat oleh Bank Omega - Jakarta dalam rekening
administratif sebagai suatu kontijensi penjualan TC, dengan ayat jurnal sebagai berikut:
K : Rekening Administrative Rupiah –
TC Yang Diserahkan Kepada Agen Rp. 2000.000

f) Penjualan TC Oleh Agen Penjual


Penjualan TC yang dilakukan oleh agen akan dilaporkan oleh agen yang bersangkutan
setelah menerima hasil penjualan TC tersebut. Berdasarkan laporan penjualan ini, oleh bank
penerbit akan mengadminstrasikan seri TC yang telah terjual tersebut. Sebesar nominal TC
yang terjual itu yang akan dibukukan sebagai hasil penjualan.
Sebagai cotoh apabila PT. Indowang berhasil menjual sebanyak 20 lembar TC @Rp.
100.000 kepada tuan waskito secara tunai. Hasil penjualan ini segera dilaporkan kepada Bank
Omega – Jakarta melalui suatu memo.apabila kepada agen diberikan komisi penjualan
sebesar 1% dari hasil penjualan, oleh Bank Omega – Jakarta dibukukan dengan terlebih
dahulu menghapus rekening kontijensi yang telah dilakukan sebelumnya sebagai berikut.
D: Rekening administrative rupiah –
TC yang diserahkan kepada agen Rp. 2000.000
Kemudian hasil penjualan TC akan dibukukan sebagai tagihan kepada agen penjual dan akan
timbul beban komisi kepada agen tersebut serta munculnya rekening TC pada hutang jangka
pendek. Ayat jurnal untuk mencatat transaksi ini sebagai berikut :
Tagihan kepada agen penjual TC –
PT.indowang Rp. 1.980.000
Biaya Komisi penjualan TC Rp. 20.000
TC-Rupiah Rp. 2000.000
g) TC Yang Hilang
Dalam kasus tertentu, kadangkala nasabah yang telah membeli TC datang melapor bahwa
TC yang dibelinya hilang. Untuk memperolehnya kembali perlu diterbitkan oleh bank
penerbit bukan oleh agen penjual.
Sebelum melakukan penerbitan kembali, bank penerbit TC terlebih dahulu harus
mengumumkan berita stop payment kepada seluruh cabang dan agen pembayar, agar tidak
mengambil alih TC yang telah dinyatakan hilang tersebut.

h) Penerbitan Ulang TC Di Cabang Penerbit


Apabila penerbitan ulang TC yang hilang tersebut dilakukan pada cabang penerbitnya,
prosedur penerbitan kembali lebih mudah karena administratif TC yang terlah diterbitkan
masih dipelihara oleh cabang penerbit. Sebagai contoh apabila Ny. Sita melapor ke Bank
Omega - Jakarta melapor kehilangan TC serta meminta untuk menerbitkan kembali TC yang
baru oleh cab.Jakarta. Penerbitan akan dibebankan komisi sebesar Rp. 5000 oleh Bank
Omega cab.Jakarta akan dibukukan sebagai berikut.
TC –Rupiah (Lama) Rp. 1.000.000
TC – Rupiah (Baru) Rp. 1.000.000
Kas Rp. 5.000
Pendapatan Komisi
Peneritan TC Rupiah Rp. 5.000
Pada cabang Jakarta tidak terjadi penambahan atau pengurangan dana TC rupiah. Yang
terjadi hanyalah menghapuskan TC yang lama dan mencatat TC yang baru.
1.2 Dana Pembayaran Rekening Titipan (Paymen Point)
Rekening Titipan (payment point) adalah salah satu jasa perbankan untuk melayani
masyarakat yang akan melakukan pembayaran-pembayaran yang relatif rutin dan nilainya
relatif kecil. Contoh : pembayaran rekening listrik, telepon dan air. Payment Point disebut
juga rekening titipan dan diartikan sebagai rekening bersyarat. Sifatnya tidak mengikat bank
untuk melakukan kewajiban kepada individu atau lembaga tertentu yang memberi amanat.
Manfaat bagi bank yang menyediakan fasilitas rekening titipan antara lain adalah sebagai
sumber dana dan sekaligus sebagai alat promosi bagi bank yang bersangkutan.

a. Akuntansi Untuk Pembayaran Rekening Titipan

Akuntansi untuk rekening titipan meliputi :


 Saat penerimaan warkat rekening nasabah
 Saat penerimaan setoran pembayaran rekening
 Pemindahbukuan ke rekening perusahaan penitip rekening

b. Akuntansi Saat Menerima Warkat Rekening Titipan


Penerimaan warkat-warkat dari pemilik rekening lazimnya dilakukan sekaligus dalam
periode tertentu, bulanan atau enam bulanan, dan lainnya. Pada saat menerima warkat
pembayaran titipan ini, belum ada kewajiban atau hak yang timbul. Kewajiban baru akan
timbul setelah adanya penerimaan pembayaran dari nasabah. Dengan demikian, karena
kewajiban yang akan timbul akan bergantung dari ada tidaknya pembayaran dari nasabah,
penerimaan warkat-warkat ini harus dicatat oleh bank dalam suatu rekening kontijensi, yang
dikenal dengan rekening administratif.
Selama rekening administratif masih outstanding, maka masih ada warkat
pembayaran titipan yang belum diterima pembayarannya oleh bank. Dengan perkataan lain,
melalui pencatatan dalam rekening administratif ini merupakan sarana kontrol bagi besarnya
pembayaran yang telah diterima oleh bank yang berasal dari pelunasan warkat tersebut.
Hubungan tersebut dapat dijabarkan dalam gambar berikut ini :

Besarnya Pembayaran Yang


Nilai Warkat Sisa Nilai Diterima
Yang Warkat Yang
Diterima Dimiliki

Dicatat dalam Rek. Administratif Rek. Efektif


Kontrol terhadap penerimaan pembayaran rekening titipan ini dapat dolakukan setiap
hari, mingguan, ataupun bulanan. Yang jelas untuk meningkatkan internal control dalam
bank, sebaiknya dilakukan secara harian.
Sebagai contoh apabila Bank Omega – Jakarta menerima sebundel rekening tagihan
listrik PLN bernilai Rp 32.000.000,00 untuk tagihan pelanggan periode Agustus 201X, pada
saat penerimaan bunde rekening titipan ini, Bank Omega akan membukukan :

K : Rekening Administrasi Rupiah


Warkat Rekening PLN yang Diterima.... Rp 32.000.000,00

c. Pembayaran Rekening Titipan


Penerimaan dari pembayaran titipan harus diadministrasikan dengan kontrol yang
ketat. Tujuannya adalah untuk mengetahui dengan pasti berapa jumlah uang atau pembayaran
yang telah diterima oleh bank.
Misalnya pada akhir hari, jumlah pembayaran pelanggan PLN yang diterima
mencapai jumlah sebesar Rp 5.750.000,00 semuanya diterima tunai oleh Bank Omega-
Jakarta. Oleh Bank Omega-Jakarta akan dibukukan seluruh penerimaan uang dari
pembayaran rekening tersebut dengan ayat jurnal sebagai berikut :

D : Kas Rp 5.750.000,00
K : Giro – Rekening PLN Rp 5.750.000,00

Untuk mencatat posisi warkat yang masih outstanding atau belum dibayar oleh para
pelanggan, harus dibukukan dengan jumlah nilai yang sama dengan diatas dan langsung
mengurangi rekening administratif yang masih outstanding.

D : Rekening Administrasi Rupiah


Warkat Rekening PLN yang Diterima...... Rp 5.750.000,00

Dengan dibukukannya ayat jurnal di atas, maka sisa warkat yang belum dibayar oleh
pelanggan listrik menjadi Rp 26.250.000,00 (selisih antara Rp 32.000.000,00 warkat yang
telah diterima dari PLN dengan jumlah pembayaran pelanggan Rp 5.750.000,00).
1.3 Dana Setoran Naik Haji
Salah satu dana bank yang harganya relatif murah atau sangat murah adalah dana yang
diperoleh dari masyarakat untuk tujuan naik haji. Dana ini mulai banyak dipromosikan oleh
bank semenjak tahun 1980an sebagai upaya menyerap dana murah. Setoran ongkos naik haji
adalah dana dari nasabah yang ditujukan untuk kepentingan khusus naik haji yang diterima
oleh bank yang kemudian diteruskan kepada pihak yang berhak.
Keuntungan bagi bank selain mendapatkan sumber dana murah juga membuka
kesempatan untuk menciptakan keuntungan melalui pendayagunaan dana tersebut dan
promosi bank tersebut.
1. Penerimaan Setoran Dana Naik Haji
Untuk setiap kali penerimaan dari setoran dana naik haji akan dibukukan sebagai
sumber dana bank, atau berada pada posisi sebelah kredit. Sebagai contoh, apabila seseorang
datang kepada Bank Omega cabang Jakarta untuk menyetorkan dana ongkos naik haji sebesar
Rp 15.000.000 tunai. Setoran tersebut ditujukan untuk keuntungan rekening giro C.V. Arafat
sebagai pengelola nai haji. Pada saat penerimaan setoran naik haji ini, oleh Bank Omega
Jakarta dibukukan sebagai berikut :

D : KAS Rp 15.000.000
K : DANA SETORAN NAIK HAJI Rp 15.000.000

Secara berkala jumlah setoran ini dipindahbukukan kedalam rekening C.V. Arafat dengan
jurnal :

D : DANA SETORAN NAIK HAJI Rp 15.000.000


K : GIRO-C.V. ARAFAT Rp 15.000.000

Dana untuk naik haji ini diharapkan mengen dap lama pada bank sehingga bank dapat
mengelola dana yang diterima ini untuk dapat disalurkan menjadi aktiva yang
menguntungkan bank.
2. Tabungan Dana Naik Haji
Selain dana setoran haji yang disetorkan langsung oleh yang bersangkutan secara
penuh, juga ada dua jenis dana setoran haji lain yang sifatnya seperti tabungan. Dana ini
dikenal dengan Tabungan Naik Haji yang memberi kesempatan kepada masyarakat untuk
menabung, menyimpan dan mengumpulkan dana naik haji.
Tabungan naik haji ini juga merupakan dana yang relatif murah bagi bank untuk
dikelola. Tabungan naik haji ini merupakan hutang bank kepada masyarakat yang jangka
waktunya terbuka, artinya dapat disimpan terus dalam bank hingga jumlahnya mencukui
untuk naik haji.
3. Penyetoran Tabungan Naik Haji
Pada waktu penyetoran tabungan naik haji, rekening nasabah yang bersangkutan akan
dikredit dan dibiarkan outstanding hingga pencairan dilakukan oleh nasabah yang
bersangkutan.
Sabagai contoh, bila Tuan Surya datang hendak membuka rekening tabungan naik
haji di Bank Omega cabang Jakarta sebesar Rp 300.000 tunai, oleh Bank Omega cabang
Jakarta akan dibukukan dengan ayat jurnal sebagai berikut :

D : KAS Rp 300.000
K : TABUNGAN NAIK HAJI-SURYA Rp 300.000

Setiap kali penyetoran akan dtampung dalam rekening nasabah yang bersangkutan.
Rekening ini lazimnya sedikit mengalami mutasi penarikan karena sifatnya untuk menumuk
dana guna naik haji.
4. Pencairan Tabungan Naik Haji
Apabila Tuan Surya yang telah memiliki tabungan naik haji sebesar Rp 12.000.000
datang hendak mencairkannya dan menyetor dana tersebut kepada C.V. Arafat, pengelola
naik haji, oleh Bank Omega cabang Jakarta akan dibukukan dengan ayat jurnal sebagai
berikut:

D : TABUNGAN NAIK HAJI-SURYA Rp 12.000.000


K : GIRO-C.V. ARAFAT Rp12. 000.000

Dengan demikian hanya terjadi pemindahan dana dari tabungan kedalam rekening giro yang
semuanya merupakan dana murah bagi bank.

Anda mungkin juga menyukai