Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PRAKTIK KERJA PELAKSANAAN PROGRAM

KESEHATAN LINGKUNGAN DI PUSKESMAS PEKUNCEN


TAHUN 2021

DISUSUN OLEH :
ANIFATUS ZAHRO FIELOOR
NIM. P1337433217027

Disusun sebagai persyaratan untuk menempuh mata kuliah Praktik Penyuluhan Kesehatan
Masyarakat

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN PURWOKERTO
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN SANITASI LINGKUNGAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan “Laporan Praktik Kerja Puskesmas Dan Penyuluhan

Kesehatan Masyarakat Puskesmas Pekuncen Tahun 2020”.

Dalam menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Puskesmas ini, penyusun mendapatkan

bantuan dari berbagai pihak baik materil maupun moril, penyusun mengucapkan terima

kasih kepada :

1. Bapak Dr. Marsum, BE, S.Pd, MHP selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kementerian Kesehatan Semarang.

2. Bapak Asep Tata Gunawan, SKM, M.Kes selaku Ketua Jurusan Kesehatan

Lingkungan Purwokerto.

3. Bapak Suparmin, S.ST, M.Kes selaku Ketua Program Studi Diploma III Jurusan

Kesehatan Lingkungan Purwokerto.

4. Bapak Lagiono, SKM., M.Kes., selaku Pembimbing Institusi Praktik Kerja Puskesmas

5. Bapak Khomsatun, S.Pd., M.Kes selaku Pembimbing Penyuluhan Kesehatan

Masyarakat.

6. Ibu dr. Dhini Puspitasari, selaku Kepala Puskesmas Pekuncen

7. Ibu Suprapti, S.Tr.KL, sela ku Pembimbing Lapangan 1

8. Ibu Yusiani, A.Md.KL, selaku Pembimbing Lapangan 2

9. Ibu Ana Nurchasanah A.Md.KL selaku Pembimbing Lapangan 3

10. Seluruh karyawan Puskesmas Pekuncen dan semua pihak yang telah membantu

menyelesaikan kegiatan dan laporan ini.

Akhir kata, saya berharap semoga Allah SWT berkenan membalas semua

kebaikan pihak- pihak yang telah membantu. Semoga laporan ini dapat bermanfaat

bagi kita semua guna pengembangan ilmu.

Banyumas, 6 Maret 2020

i
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................................. ii
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................................................ 1
B. Tujuan......................................................................................................................... 2
C. Manfaat....................................................................................................................... 3
BAB II METODE PELAKSANAAN...........................................................................................4
A. Waktu dan Tempat......................................................................................................4
B. Organisasi................................................................................................................... 4
C. Kegiatan...................................................................................................................... 5
D. Pendanaan.................................................................................................................. 8
E. Tata Tertib................................................................................................................... 8
F. Pelaporan.................................................................................................................... 9
BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH.................................................................................10
A. Keadaan Geografis....................................................................................................10
B. Keadaan Demografis.................................................................................................10
C. Derajat Kesehatan.....................................................................................................11
D. Sarana Prasarana Kesehatan....................................................................................21
E. Sarana Pelayanan Lingkungan..................................................................................22
BAB IV HASIL KEGIATAN....................................................................................................24
A. Alur Kegiatan Klinik Sanitasi......................................................................................24
B. Gambaran Kegiatan Penyuluhan...............................................................................24
C. Hasil Penyuluhan Individu.........................................................................................25
D. Hasil Penyuluhan Kelompok Kecil.............................................................................26
E. Hasil Penyuluhan Kelompok Besar............................................................................27
BAB V SIMPULAN DAN SARAN...........................................................................................28
A. Simpulan................................................................................................................... 28
B. Saran......................................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................. 29

ii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
2.1 Kriteria Penilaian Mahasiswa Praktik.....................................................................7
4.1 Penyuluhan Individu.............................................................................................25
4.2 Penyuluhan Kelompok Kecil.................................................................................26
4.3 Penyuluhan Kelompok Besar...............................................................................26

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut H.L Blum (1974) derajat kesehatan dipengaruhi oleh faktor yaitu

lingkungan, perilaku pelayanan kesehatan dan keturunan. Pengaruh yang sangat

besar adalah keadaan lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan dan

perilaku masyarakat yang merugikan kesehatan, baik masyarakat di pedesaan

maupun di perkotaan yang disebabkan kurangnya pengetahuan dan kemampuan

masyarakat di idang kesehatan, ekonomi maupun teknologi.

Masalah kesehatan yang berbasis lingkungan disebabkan oleh kondisi

lingkungan yang tidak memadai, baik kualitas maupun kuantitas serta perilaku hidup

bersih dan sehat yang masih rendah mengakibatkan timuknya penyakit diare,

malaria, DBD, penyakit kulit, kecacingan, TBC, ISPA, keracunan makanan,

cikungunya, filariasis dan penyakit berbasis lingkungan lainnya.

Dalam mengatasi masalah penyakit tersebut upaya pengobatan dan

pengingkatan kualitas lingkungan harus diutamakan. Petugas medis atau paramedic

melaksanakan upaya penyembuhan atau pengobatan tanpa memperdulikan dan

mengetahui masalah sebenarnya kondisi rumah atau pemukiman pasien. Disisi lain

petugas kesehatan lingkungan melakukan upaya peningkatan kualitas lingkungan

agar lebih baik, untuk mempermudah upaya tersebut dilaksanakannya Klinik Sanitasi.

Klinik sanitasi merupakan salah satu pelayanan kesehatan di puskesmas yang

mengintegritaskan upaya kuratif, promotif, dan preventif yang mempunyai peran dan

sebagai pusat informasi, pusat rujukan fasilitator dibidang kesehatan lingkungan dan

penyakit berbasis lingkungan. Klinik Sanitasi dilaksanakan oleh petugas sanitarian di

puskesmas secara pasif dan aktif didalam maupun di luar puskesmas. Klinik sanitasi

diharapkan dapat memperkuat tugas dan fungsi puskesmas dalam melaksanakan

1
2

pelayanan pencegahan dan pemberantasan penyakit berbasis lingkungan guna

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Klinik Sanitasi bukan sebagai kegiatan pokok yang berdiri sendiri, tetapi

sebagian integral dari kegiatan puskesmas yang dilaksanakan secara lintas program

dan lintas sektor di wilayah kerja puskesmas. Dalam pelaksanaan kegiatan Klinik

Sanitasi difasilitasi oleh petugas puskesmas.

Dengan demikian mahasiswa Program Studi Sarjana Terapan Sanitasi

Lingkungan semester VI yang telah dibekali dengan teori berkaitan dengan faktor

risiko lingkungan dan upaya pemecahannya dalam kesehatan di masyarakat perlu

melakukan praktik kerja puskesmas dan penyuluhan kesehatan masyarakat agar

mengetahui kenyataan di lapangan kerja.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa dapat bertanggung jawab pada pekerjaan yang menjadi tugasnya

sendiri dibidang Kesehatan Lingkungan serta diberi tanggung jawab atas

pencapaian hasil kerja kelompok orang dengan memperhatikan keselamatan dan

kesehatan kerja dan menyusun laporan tertulis secara komperehensife.

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu bekerjasama dengan para medis dan tenaga medis untuk

menangani penyakit – penyakit yang berbasis lingkungan dan mampu

melakukan intervensi terhadap permasalahn yang ditemukan.

b. Mahasiswa mampu menganalisis faktor risiko yang berkaitan dengan penyakit

yang diderita pasien di puskesmas.

c. Mahasiswa mampu melakukan kegiatan pemicuan.

d. Mahasiswa mampu menganalisis faktor risiko lingkungan rumah yang

berhubungan dengan penyakit pasien di puskesmas.

e. Mahasiswa mampu menjadi fasilitator terhadap

permasalahan kesehatan lingkungan yang dihadapi oleh masyarakat.


3

f. Mahasiswa mampu melakukan konseling terhadap pasien penyakit berbasis

lingkungan.

g. Mahasiswa mampu melakukan kegiatan kesehatan lingkungan ( pengambilan

sampel, inspeksi sanitasi).

h. Mahasiswa mampu menyusun laporan kegiatan praktik kerja puskesmas.

C. Manfaat

1. Bagi Masyarakat

Bagi masyarakat yaitu klinik sanitasi dapat digunakan sebagai layanan

kesehatan penyakit berbasis lingkungan dan mampu memberikan solusi dan

masukan guna untuk pemecahan masalah kesehatan.

2. Bagi Puskesmas

Membantu melaksanakan program berkaitan dengan kesehatan lingkungan

dan berdiskusi mengatasi masalah pelayanan kesehatan lingkungan.

3. Bagi Dinas Kesehatan

Mendukung kegiatan klinik sanitasi, inspeksi sanitasi, dan intervensi

kesehatan lingkungan di puskesmas dan sebagai bahan evaluasi kegiatan

pelayanan kesehatan lingkungan puskesmas.

4. Bagi Institusi

Menambah bahan pustaka dalam bidang kesehatan lingkungan khususnya.

5. Bagi Mahasiswa

Menambah pengetahuan dan pengalaman bagi mahasiswa tentang

pelayanan kesehatan di Puskesmas.


BAB II
METODE PELAKSANAAN
A. Waktu dan Tempat

1. Waktu pelaksanaan mulai 2 Januari – 1 Februari 2020 dengan pembagian

waktu sebagai berikut :

a. Tanggal : 30 - 31 Desember 2019 Pembekalan Praktik Kerja

Puskesmas.

b. Tanggal : 2 Januari – 1 Februari 2020 pelaksanaan praktik kerja

puskesmas, bimbingan dan supervisi, penyusunan laporan.

2. Tempat

Jumlah mahasiswa sebanyak 108 orang terbagi menjadi 35

puskesmas klinik sanitasi di Wilayah Kabupaten Banyumas. Anggota

kelompok pada lokasi/kelompok praktek kerja puskesmas ditempatkan 3-4

orang mahasiswa pada setiap puskesmas.

B. Organisasi

Untuk kelancaran kegiatan praktik kerja puskesmas sejak dari pembekalan

sampai evaluasi maka disusun satuan tugas dengan susunan sebagai berikut :

Pelindung : Ketua Jurusan Kesehatan Lingkungan

(Asep Tata Gunawan, SKM., M.Kes)


Penanggung Jawab : Ketua Program Studi Sarjana Terapan Sanitasi

Lingkungan

(Hari Rudijanto IW, ST., M.Kes)


Ketua : Lagiono, SKM., M.Kes
Sekretaris : Bayu Chondro Purnomo, SST.

Nur’aini, S. Tr. KL

Susiyanti, SKM
Bendahara : Retno Kusmaningrum, SST.
Anggota : Semua Dosen Jurusan Kesehatan Lingkungan
C. Kegiatan

1. Persiapan

4
5

a. Rapat-rapat

b. Penyusunan buku pedoman

c. Surat menyurat

d. Pertemuan koordinasi

2. Pelaksanaan

a. Pembelajaran

b. Pelaksanaan praktik kerja puskesmas

c. Bimbingan dan supervise

3. Evaluasi dan Pelaporan

Rincian kegiatan:

a. Rapat-rapat

1) Rapat penentuan waktu, kelompok, kegiatan, dll.

2) Pematangan rencana kegiatan.

b. Penyusunan buku

Buku pedoman sebagai pegangan mahasiswa dalam melakukan

kegiatan praktik kerja puskesmas.

c. Surat menyurat

Surat menyurat baik ke Dinas Kesehatan maupun ke instansi terkait.

d. Pertemuan koordinasi

1) Pertemuan koordinasi dengan Dinas Kesehatan

2) Pertemuan koordinasi dengan petugas sanitasi

3) Pertemuan koordinasi dengan Kepala Puskesmas yang akan menjadi

lokasi praktik.

e. Pembekalan

1) Pembekalan materi tentang program pelayanan Kesehatan

Lingkungan

2) Pemberian materi tentang pemicuan


6

3) Pemberian materi tentang inspeksi sanitasi perumahan dan

lingkungan.

4) Pemberian materi tentang pengambilan sampel

5) Pemberian materi tentang penyakit yang akan dijadikan sasaran

praktik.

6) Praktik interview

7) Pelaporan.

f. Lapangan

1) Kegiatan di puskesmas (dalam gedung) meliputi kegiatan sebagai

berikut:

a) Melakukan interview/wawancara terhadap pasien dengan kasus

penyakit berbasis lingkungan yang ditunjuk oleh dokter/paramedis

puskesmas. Adapun jenis penyakit yang menjadi sasaran dalam

praktik kerja puskesmas adalah Diare, TBC, ISPA, Malaria, DBD,

Kecacingan, dan penyakit kulit/ Scabies.

b) Mengambil kesimpulan perlu tidaknya dilakukan kunjungan rumah

untuk inspeksi sanitasi terhadap lingkungan rumah penderita.

c) Melakukan konseling terhadap pasien dan kesepakatan waktu

untuk kunjungan rumah.

2) Kegiatan dilapangan (luar gedung) meeliputi kegiatan sebagai berikut:

a) Menilai faktor resiko lingkungan rumah yang berkaitn dengan

penyakit yang diderita.

b) Menilai kondisi lingkungan secara kseluruhan.

c) Mencari adanya kemungkinan penderita lain disekitar.

d) Menarik kesimpulan tentang faktor lingkungan yang berhubungan

dengan penyakit yang diderita.

e) Mengambil kesimpulan tentang intervensi yang perlu dilakukan.

f) Melakukan promosi kelompok/keluarga.


7

3) Intervensi

Melakukanintervensi sesuai dengan analisi faktor risiko

yang diketemukan (jenis intervensi yang dilakukan tiap tiap penyakit

terlampir)

4) Supervisi

Dilakukan oleh pembimbing atau petugas seksi kesehatan

lingkungan Dinas Kesehatan sebanyak 2 kali yakni:

a) Pada awal kegiatan sekaligus penyerahan mahasiswa

kepala puskesmas.

b) Akhir kegiatan dengan tujuan mengevaluasi dan sekaligus pamit

kepala puskesmas.

5) Evaluasi

Penilaian dilakukan oleh pembimbing lapangan berdasarkan

hasil pengamatan di lapangan, presensi, laporan mahasiswa, kriteria

penilaian sebagai berikut:

Tabel 2.1 Kriteria Penilaian Mahasiswa Praktik

No KATEGORI PEILAIAN NILAI


1. Nilai A > 80
2. Nilai AB 74 – 79
3. Nilai B 69 – 73
4. Nilai BC 64 – 68
5. Nilai C 56 – 63
6. Nilai D 51 – 55
7. Nilai E < 50

D. Pendanaan

1. Institusi

Biaya yang menjadi tanggungan institusi meliputi biaya praktik kerja

puskesmas yang meliputi:

a. Administrasi

b. Koordinasi
8

c. Penggandaan buku pedoman

d. Pembekalan

e. Honor dosen tamu

f. Honor pembimbing institusi

g. Transportasi supervisor

h. Honor koreksi lapangan

2. Mahasiswa

Biaya yang menjadi tanggungan mahasiswa dalam praktik

kerja puskesmas adalah :

a. Akomodasi dan transportasi

b. Living Kost

E. Tata Tertib

a. Mentaati peraturan yang ditetapkan di lokasi praktek

b. Datang tepat waktu sesuai jam kerja yang telah di tentukan lokasi praktek

c. Menggunakan jas almamater selama melaksanakan praktek

d. Bersikap sopan, responsive, dan menjaga nama baik almamater

e. Kehadiran di lahan praktik atau puskesmas minimal sebesar 100%

f. Apabila absen harus memberitahu pembimbing lapangan

g. Setiap melakukan kegiatan di puskesmas harus menggunakan jaket

almamater

h. Selama praktik di puskesmas mengikuti tata tertib yang berlaku di puskesmas

F. Pelaporan

Pada akhir kegiatan (maksimal seminggu setelah selesai praktik lapangan)

mahasiswa sudah harus menyerahkan laporan.


9
BAB III
GAMBARAN WILAYAH UMUM

Puskesmas Pekuncen adalah salah satu Puskesmas di Kabupaten Banyumas yang

terletak di jalur barat utara dan masuk dalam kategori Puskesmas Pedesaan. Puskesmas

Pekuncen merupakan Puskesmas Rawat inap yang wilayah kerjanya berbatasan dengan

Kabupaten Brebes, sehingga Pasien datang tidak hanya dari dalam wilayah tetapi juga ada

yang dari luar wilayah. Melihat potensi yang ada Puskesmas Pekuncen berusaha untuk

meningkatkan kualitas pelayanan secara terus menerus sehingga akan memberikan

kepuasan kepada pelanggannya.

A. Keadaan Geografi

Kecamatan Pekuncen merupakan salah satu kecamatan yang berbatasan langsung

dengan wilayah kabupaten lain yaitu Kabupaten Brebes. Kecamatan Pekuncen memiliki

luas wilayah kurang lebih 9.27 Km2. Kecamatan Pekuncen terdiri dari 16 desa yaitu:

Desa Pekuncen, Desa Kranggan, Desa Karangkemiri, Desa Banjaranyar, Desa

Cikawung, Desa Krajan, Desa Glempang, Desa Pasiraman Lor, Desa Pasiraman Kidul,

Desa Karangklesem, Desa Candinegara, Desa Cikembulan, Desa Cibangkong, Desa

Semedo dan Desa Petahunan.

Dari 16 desa yang ada di Kecamatan Pekuncen tersebut, desa yang mempunyai

wilayah terluas adalah Desa Krajan yaitu sekitar 24,6 Km2 sedangkan Desa Pasiraman

Kidul merupakan desa yang mempunyai wilayah paling sempit yaitu sekitar 0,8 Km2.

Adapun batas-batas wilayah Kecamatan Pekuncen adalah:

- Sebelah Utara : Kecamatan Paguyangan Kabupaten Brebes

- Sebelah Selatan : Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas

- Sebelah Barat : Kecamatan Gumelar Kabupaten Banyumas

- Sebelah Timur : Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas

B. Keadaan Demografi

1. Pertumbuhan Penduduk
10
11

Berdasarkan data Desa, tahun 2018 jumlah penduduk Kecamatan

Pekuncen adalah 81. 394 jiwa, yang terdiri dari 40.828 jiwa laki-laki (50.85%)

dan 40. 566 jiwa perempuan (49.14 %). Terdiri dari 23.956 rumah tangga/KK

dengan rata-rata jiwa/rumah tangga adalah 4 orang.

Jumlah penduduk Kecamatan Pekuncen tahun 2018 yang

tertinggi/terbanyak adalah di desa Pekuncen yaitu sebanyak 7793 jiwa dan

paling sedikit adalah Desa Pasiraman Kidul sebanyak 2.290 jiwa.

2. Kepadatan Penduduk

Kepadatan penduduk Kecamatan Pekuncen Tahun 2018 sebesar 881

jiwa/km2, dengan tingkat kepadatan tertinggi yaitu di desa Cikembulan

sebesar 3005,08 jiwa/km2, sedangkan tingkat kepadatan terendah yaitu di

desa Krajan sebesar 236,08 jiwa/km2.

3. Jumlah Penduduk Menurut Golongan Umur

Berdasarkan data statistik kecamatan, dapat diketahui bahwa proporsi

penduduk menurut umur di Kecamatan Pekuncen adalah kelompok umur

terbesar pada umur 35-39 tahun yaitu sebanyak 6.665 jiwa, sedangkan

kelompok umur terkecil yaitu pada kelompok umur 70-74 tahun sebanyak

2.388 jiwa.

C. Derajat Kesehatan

Gambaran situasi derajat kesehatan suatu daerah dapat diketahui dari

indikator kesehatan seperti angka kesakitan/morbiditasnya, angka

kematian/mortalitas penduduk, dan status gizi masyarakat.

1. Angka Kesakitan

a. Penyakit Diare

Berdasarkan data dari programer P2 Diare Puskesmas Pekuncen,

jumlah target penemuan kasus diare di tahun 2018 yaitu sebanyak 2208

kasus atau sebesar 20% dari jumlah penduduk. Berdasarkan analisis


12

pelaporan kasus dapat diketahui bahwa kejadian diare tahun 2018

sebanyak 896 kasus sudah tertangani 100%.

b. Malaria

Kasus penyakit Malaria Klinis tahun 2018 sebanyak 0 kasus atau

sebesar 0,00 per 1.000 penduduk, karena bukan termasuk wilayah

endemik penyakit malaria. Kasus Malaria di Puskesmas Pekuncen

biasanya merupakan kasus import dari luar jawa. Meski demikian ini perlu

diwaspadai oleh petugas kesehatan.

c. TB Paru

Jumlah kasus TB Paru Positif pada tahun 2018 sebanyak 28 kasus

atau CDR (Case Detection Rate) BTA positif sebesar 34,40 %. Pada

tahun 2018 jumlah pasien TB Paru yang diobati sebanyak 24 kasus dan

yang sembuh sebanyak 27 kasus dari total 29 penderita TB yang ada,

pasien TB yang belum sembuh karena masih menjalani pengobatan,

dengan pengobatan lengkap.

d. Demam Berdarah Dengue (DBD)

Pada tahun 2018 tidak ditemukan kasus DBD di Kecamatan

Pekuncen. Hal ini karena pencegahan Demam Berdarah dengan PSN

(pemberantasan Sarang Nyamuk) di desa-desa rutin dilaksanakan baik

tingkat RW, RT, Dasa wisma.

e. HIV

Jumlah kasus HIV-AIDS di kecamatan Pekuncen pata tahun 2018

adalah 4 kasus, dan sudah menjalani pengobatan rutin. Kasus HIV-AIDS

merupakan fenomena gunung es sehingga kemungkinan adanya kasus

HIV-AIDS yang tidak terdeteksi atau tidak terdata. Dan belum adanya

kerjasama tentang laporan data penyakit HIV AIDS dari rumah sakit.

f. Acute Flaccid Paralysis (AFP)


13

Jumlah penemuan kasus AFP di kecamatan Pekuncen pada tahun

2018 sebanyak 0 kasus.

g. Pneumonia Balita

Jumlah kasus pneumonia pada balita ditemukan/ditangani di

kecamatan Pekuncen adalah sebanyak 11 kasus dari jumlah perkiraan

penemuan kasus pneumonia balita sebanyak 172 atau sebesar 6,4%.

Penemuan kasus Pnemonia belum bias maksimal karena hanya

bersumber dari data pasien yang berobat di puskesmas, untuk

kedepannya aka nada kerja sama jejaring dan jaringan agar pnemuan

kasus pneumonia dapat lebih maksimal.

2. Angka Kematian

Derajat kesehatan suatu masyarakat dapat dilihat dari kejadian

kematian dalam masyarakat. Disamping itu angka kematian juga dapat

digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan

kesehatan dan program pembangunan kesehatan lainnya. Berikut ini akan

diuraikan perkembangan tingkat kematian pada periode tahun 2018 yaitu

sebagai berikut:

a. Angka Kematian Bayi

Berdasarkan tabel 4, lampiran Profil Kesehatan Puskesmas

Pekuncen dapat diketahui bahwa, pada tahun 2018 terdapat 1033

kelahiran hidup dimana jumlah lahir mati sebanyak 4 bayi. Angka

kematian bayi (AKB) di kecamatan Pekuncen pada tahun 2018

adalah sebesar 3,9 per 1000 kelahiran hidup.

b. Angka Kematian Ibu

Berdasarkan hasil laporan dari petugas KIA Puskesmas

Pekuncen diketahui tidak ada kematian ibu di tahun 2018, jumlah

kematian ibu bersalin sebanyak 0 orang, dan jumlah kematian ibu


14

nifas juga sebanyak 0 orang. Sehingga Angka Kematian Ibu (AKI)

di Kecamatan Pekuncen sebesar 0 per 100.000 kelahiran hidup.

c. Angka Kematian Balita

Berdasarkan tabel 5, maka dapat diketahui bahwa jumlah

kematian Balita sebanyak 3 balita.

3. Status Gizi Masyarakat

Tujuan umum upaya perbaikan gizi puskesmas adalah meningkatkan

kesadaran, kemauan dan kemampuan setiap keluarga di wilayah Puskesmas

untuk mencapai Keluarga Sadar Gizi agar terwujud derajat kesehatan yang

setinggi-tingginya. Sedangkan tujuan khususnya adalah:

1. Meningkatkan cakupan dan kualitas pemberdayaan Keluarga menuju

Keluarga Sadar Gizi.

2. Meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan gizi (Pelayanan gizi

masyarakat dan pelayanan gizi perorangan).

Berdasarkan pemantauan status gizi Balita pada tahun 2018 dengan

jumlah balita yang ditimbang 4.084 balita dari 4.761 balita semua,

menunjukan bahwa d/s atau tingkat partisipasi masyarakat sebanyak 85,8

%. Jumlah balita dibawah garis merah (BGM) di wilayah Puskesmas

Pekuncen adalah 4 balita dan Gizi Buruk sebanyak 2 anak dan dari jumlah

tersebut semuanya mendapat perawatan. SPM untuk balita gizi kurang

maupun gizi buruk mendapatkan perawatan adalah sebesar 100%.

Sehingga cakupan gizi kurang dan gizi buruk mendapat perawatan di

Kecamatan Pekuncen dibanding dengan SPM sudah memenuhi target.

4. Upaya Kesehatan

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/

kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di

suatu wilayah kerja. Puskesmas sebagai pusat pembangunan kesehatan

memegang peranan yang penting karena fungsi dari puskesmas adalah


15

mengembangkan dan membina kesehatan masyarakat serta

menyelenggarakan pelayanan kesehatan terdepan dan terdekat dengan

masyarakat dalam bentuk kegiatan pokok yang menyeluruh dan terpadu di

wilayah kerjanya.

Prinsip penyelenggaraan, Puskesmas menurut Permenkes 75 Tahun

2014 meliputi, paradigma sehat, pertanggungjawaban wilayah, kemandirian

masyarakat, pemerataan, teknologi tepat guna dan keterpaduan dan

kesinambungan. Puskesmas sendiri mempunyai tugas melaksanakan

kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di

wilayah kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat.

Dalam menyelenggarakan tugas Puskesmas tersebut Puskesmas

menyelenggarakan fungsi, Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah

kerjanya, dan penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya.

Puskesmas mneyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama

dan upaya kesehatan perorangan tingkat pertama secara terintegrasi dan

berkesinambungan.

Upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama sebagaimana dimaksud

diatas adalah meliputi upaya kesehatan masyarakat esensial dan upaya

kesehatan masyarakat pengembangan. Upaya masyarakat esensial meliputi:

a. Pelayanan promosi kesehatan

b. Pelayanan kesehatan lingkungan

c. Pelayanan kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana

d. Pelayanan gizi dan

e. Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit.

Upaya kesehatan esensial tersebut diatas telah diselenggarakan di

Puskesmas Pekuncen dan digunakan untuk mendukung pencapaian standar

pelayanan minimal (SPM) Kabupaten/kota dalam bidang kesehatan. Untuk


16

kesehatan masyarakat pengembangan, yang memerlukan upaya yang

sifatnya inovatif dan/atau bersifat ekstensifikasi dan intensifikasi pelayanan,

menyesuikan potensi yang ada di Puskesmas, dalam hal ini Puskesmas

Pekuncen melaksanakan Posbindu dan Pos lansia sebagai upaya kesehatan

masyarakat pengembangan.

5. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular

a. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit TB Paru

Berdasarkan data dari programer TB Paru Puskesmas dapat diketahui

bahwa pada tahun 2018 terdapat 28 kasus baru BTA positif , angka

pengobatan lengkap sebesar 27 kasus, dan kasus pasien TBC yang sembuh

sebanyak 29 atau sebesar 93,1%. Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk

kesembuhan penderita TBC BTA positif adalah > 85%. Sehingga jika

dibandingkan dengan SPM maka kesembuhan penderita TBC BTA positif

sudah memenuhi target.

b. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit DBD

Pada tahun 2018 berdasarkan data petugas P2 DBD Puskesmas

Pekuncen diketahui bahwa tidak ada kasus penyakit DBD. Upaya

pemberantasan demam berdarah terdiri dari 3 hal yaitu: Peningkatan

kegiatan surveilance penyakit dan vektor; Diagnosis dini dan pengobatan

dini; serta Peningkatan upaya pemberantasan vektor penular DBD/PSN.

Selain PSN dengan 3M, salah satu wujud kegiatan PSN yang juga

dilakukan di kecamatan Pekuncen adalah dengan kegiatan Pemeriksaan

Jentik Berkala (PJB) yang dilakukan oleh kader kesehatan dibantu oleh

lintas sector/ormas/LSM.

c. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit ISPA dan Pneumonia

Pada tahun 2018 berdasarkan data petugas P2 ISPA Puskesmas

Pekuncen, dapat diketahui bahwa kasus pneumonia balita sebanyak 11


17

kasus, yang ditangani sebanyak 11 kasus (100%). Perkiraan kasus

pneumonia balita adalah sebanyak 172 kasus, penderita pneumonia balita

yang ditemukan/ ditangani sebesar 6,4% dan belum memenuhi target.

Sedangkan jika dibandingkan dengan SPM untuk balita dengan

pneumonia yang ditangani sebesar 100% maka Puskesmas Pekuncen

sudah memenuhi standar SPM.

d. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Kusta

Berdasarkan data petugas P2 Kusta Puskesmas Pekuncen, pada

tahun 2018 tidak ada kasus Kusta. Upaya pencegahan dan

pemberantasan penyakit kusta dilakukan dengan melakukan penemuan

dini kasus kusta dan pengawasan terhadap penderita, keluarga penderita

dan orang-orang yang melakukan kontak dengan penderita.

e. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit HIV-AIDS dan IMS

Berdasarkan data Puskesmas, jumlah kasus penyakit HIV-AIDS dan

IMS pada tahun 2018 sebanyak 4 kasus. Angka ini bisa merupakan

keadaan sebenarnya dan bisa juga bukan. Hal ini karena kasus penyakit

HIV-AIDS dan IMS merupakan fenomena gunung es, sehingga bisa saja

di kecamatan Pekuncen ada penderita HIV-AIDS dan IMS tapi tidak

terdata karena penderita sulit terdeteksi.

6. Pembinaan Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi Dasar

a. Pendataan Rumah Sehat

Salah satu usaha guna pembinaan kesehatan lingkungan adalah

dengan dilakukannya pendataan rumah sehat. Berdasarkan hasil pendataan

yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa dari sebanyak 17.991 rumah

yang ada. Didapatkan bahwa sebanyak 11.909 rumah termasuk dalam rumah

sehat yaitu sebesar 66,19 %.


18

b. Akses Rumah Tangga Terhadap Air Bersih

Akses rumah tangga terhadap air bersih dapat dilihat dalam tabel 59

lampiran profil kesehatan puskesmas pekuncen. Dari 81.394 jumlah

penduduk, didapatkan bahwa sebanyak 12.396 jumlah penduduk atau

sebesar 15,23 % jumlah penduduk memiliki akses berkelanjutan terhadap air

minum yang layak. Jumlah Pendataan akses air bersih berdasarkan definisi

operasional sarana air bersih terbaru, sehingga cakupan akses rumah tangga

terhadap air bersih menurun.

c. Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar

1) Persediaan Air Bersih

Dari jumlah penduduk sebanyak 81.394 didapatkan bahwa sebanyak

12.396 jumlah penduduk atau 15,23 % memiliki persediaan air bersih

layak.

2) Kepemilikan Jamban

Dari 81.914 jumlah penduduk terdapat 46.204 penduduk dengan

akses sanitasi layak ( jamban sehat ). dari jumlah tersebut, jumlah jamban

yang sehat sebanyak 56,4%.

7. Promosi Kesehatan

Promosi kesehatan merupakan bagian integral dari Pembangunan Kesehatan

Nasional. Hal ini dapat dilihat bahwa Promosi kesehatan merupakan salah satu

pilar dalam pembangunan kesehatan melalui peningkatan kesadaran, kemauan

dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

masyarakat setinggi-tingginya melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan

Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku

hidup bersih dan sehat serta dalam lingkungan yang sehat, memiliki kemampuan

untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata,
19

serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah

Republik Indonesia.

Guna mewujudkan visi tersebut, program-program yang dilakukan oleh

Puskesmas Pekuncen khususnya dalam bidang Promosi Kesehatan adalah

melalui kegiatan-kegiatan berikut:

a. Penyuluhan Kesehatan

Penyuluhan kesehatan bisa dilakukan secara langsung maupun tidak

langsung. Penyuluhan tidak langsung bisa berupa pembagian leafleat,

poster, pemutaran film maupun melalui media-media lainnya. Kegiatan

penyuluhan kelompok juga sebagai kegiatan intervensi PIS PK. Kegiatan

tersebut dilakukan pada sebagian desa yang sudah dilakukan pendataan

PIS PK. Intervensi yang dilakukan antara lain melalui kunjungan rumah

yang melibatkan lintas program, ataupun penyuluhan pada masyarakat

umum seperti peserta posbindu, pusling, posyandu,kelas ibu hamil, kelas

balita dll.

b. Stratifikasi PHBS Tatanan Rumah Tangga

Berdasarkan hasil pendataan PHBS tatanan rumah tangga di wilayah

Kecamatan Pekuncen dapat diketahui, dari 21.221 rumah tangga yang

ada terdapat sebanyak 9.327 atau sebesar 44% rumah tangga yang di

pantau. Dan dari seluruh rumah yang dipantau sebesar 9.326 rumah atau

sebesar 99,9 % masuk dalam kategori rumah tangga sehat.

c. Posyandu

Program promosi kesehatan juga melakukan upaya-upaya guna

mengembangkan pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan.

Salah satu bentuknya adalah pembinaan Posyandu. Guna meningkatkan

kualitas Posyandu, salah satunya adalah dengan dilakukan stratifikasi

Posyandu. Jumlah posyandu di wilayah puskesmas Pekuncen sebanyak


20

126 Posyandu. Hasil stratifikasi posyandu tahun 2018, didapatkan hasil

sebagai berikut:

1. Posyandu dengan strata Pratama sebanyak 5 posyandu atau

sebesar 4,7 %.

2. Posyandu dengan strata Madya sebanyak 76 posyandu atau

sebesar 60,3 %.

3. Posyandu dengan strata Purnama sebanyak 29 posyandu atau

sebesar 23 %.

4. Posyandu dengan strata Mandiri sebanyak 15 posyandu atau

sebesar 12 %.

Standar Pelayanan Minimal 2018 untuk prosentase posyandu dengan

strata purnama adalah sebesar 39 % dan strata mandiri sebesar >2%.

Sehingga pencapaian strata Posyandu purnama belum mencapai target

dan posyandu mandiri di Kecamatan Pekuncen sudah mencapai target.

Sedangkan tingkat partsipasi masyarakat di posyandu (D/S) adalah

sebesar 87 %, tingkat keberhasilan program posyandu (N/D) sebesar

85.5%, data tersebut menunjukkan cakupan partisipasi masyarakat yang

memiliki balita ke posyandu sudah memenuhi target.

d. Pelayanan Kesehatan Dasar

Salah satu upaya kesehatan wajib yang ditetapkan berdasarkan

komitmen nasional, regional dan global serta yg mempunyai daya ungkit

tinggi untuk meningkatkan derajat kesehatan masyrakat. Upaya ini harus

diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di Indonesia. Salah

satu upaya kesehatan wajib adalah upaya kesehatan dasar, upaya-upaya

kesehatan dasar yang dilakukan oleh Puskesmas Pekuncen diantaranya

adalah:

1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir

2. Pelayanan Kesehatan Bayi dan Anak Pra Sekolah


21

3. Pelayanan Kesehatan Anak Usia Sekolah dan Remaja

4. Pelayanan Kesehatan Usia Subur

5. Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut

6. Pelayanan Imunisasi

7. Pelayanan Kesehatan Jiwa Masyarakat

8. Pelayanan Pengobatan / Perawatan

D. Sarana Prasarana Kesehatan

1. Puskesmas Pembantu (Pustu)

Dalam melaksanakan tugasnya dan dalam rangka mendekatkan pelayanan

kepada masyarakat Puskesmas Pekuncen mempunyai jaringan yang bekerja di

wilayah puskesmas yaitu puskesmas pembantu (Pustu). Pustu di wilayah

puskesmas Pekuncen sebanyak 2 Pustu yaitu Pustu Legok di desa Pekuncen

dan Pustu Karangklesem di desa Karang klesem

2. Pelayanan Gawat Darurat

Puskesmas Pekuncen termasuk salah satu Puskesmas yang memiliki

kemampuan dalam memberikan pelayanan kegawat daruratan yang dapat

dijangkau masyarakat.

3. Rawat Inap

Puskesmas Pekuncen juga merupakan salah satu puskesmas yang

memberikan pelayanan rawat inap bagi pasien. Adapun jumlah tempat tidur yang

ada yaitu sebanyak 12 tempat tidur. Pada tahun 2018 jumlah pasien yang keluar

(hidup dan mati) sebanyak 732 orang. Sebagai indikator mutu pelayanan

berdasarkan tabel 56, dapat diketahui bahwa angka BOR yaitu sebesar 54,5 %

ALOS sebesar 3 %.

4. Tenaga Kesehatan

Dalam melaksanakan fungsinya Puskesmas Pekuncen tahun 2018 memiliki

sumber daya manusia sebagai pelaksana kegiatan dan program- program yang

ada. Adapun sumber daya manusia tersebut terdiri dari tenaga medis sebanyak 4
22

orang (3 orang dokter umum, 2 orang dokter gigi), tenaga perawat 11 orang,

perawat gigi 1 orang, bidan 23 orang, tenaga gizi 1 orang, tenaga kesehatan

masyarakat 1 orang, sanitarian 2 orang, tenaga staf administrasi sebanyak 12

orang, tenaga farmasi 2 orang, tenaga analis 1 orang,Rekam medis 1orang, staf

kebersihan dan lain-lain sejumlah 5 orang.

E. Sarana Pelayanan Lingkungan

1. Posyandu

Tujuan penyelenggaraan Posyandu adalah untuk:

a. Menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Ibu ( Ibu

Hamil, melahirkan dan nifas)

b. Membudayakan NKKBS.

c. Meningkatkan peran serta dan kemampuan masyarakat untuk

mengembangkan kegiatan kesehatan dan KB Berta kegiatan lainnya yang

menunjang untuk tercapainya masyarakat sehat sejahtera.

d. Berfungsi sebagai Wahana Gerakan Reproduksi Keluarga Sejahtera,

Gerakan Ketahanan Keluarga dan Gerakan Ekonomi Keluarga Sejahtera

Posyandu di wilayah Puskesmas Pekuncen sebanyak 126 Posyandu, dari

jumlah tersebut sebagian besarnya adalah berstrata Madya yaitu 60,32 %

atau 76 posyandu.

2. Desa Siaga

Kegiatan promosi kesehatan yang masuk dalam Target SPM (Standar

Pelayanan Minimal) adalah kegiatan Desa Siaga. Pada tahun 2018 telah

dilakukan upaya pengembangan Desa Siaga di wilayah Puskesmas Pekuncen,

kegiatan ini berupa pembinaaan Desa Siaga, refreshing kader, kegiatan SMD dan

MMD di beberapa Desa, kegiatan pelatihan dan pendataan PHBS rumah tangga.

Beberapa kegiatan tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan strata Desa

siaga menjadi mandiri.


23

Jumlah desa siaga di Kecamatan Pekuncen sebanyak 16 desa atau 100%

sudah merupakan desa siaga. Akan tetapi dalam perkembangannya mengalami

kemandegan atau perlu adanya upaya pengaktifan kembali agar program desa

siaga bisa berjalan sebagaimana mestinya. Sehingga program desa siaga

sebagai salah satu pionir guna menuju Indonesia Sehat bisa tercapai. Karena

walaupun sudah masuk dalam kategori Desa siaga namun dari 16 Desa tersebut

12 desa masih dalam strata madya dan 4 Desa yang lainnya masuk dalam strata

Purnama. Kendala utama yang membuat Desa tersebut belum masuk dalam

strata Desa Siaga mandiri diantaranya adalah dukungan desa, berupa Peraturan

Desa tentang Desa siaga yang belum berjalan sebagai mana mestinya. Serta

keterbatasan dari petugas dalam mengembangkan upaya peningkatan Desa

Siaga.

3. FKD

Forum Kesehatan Desa (FKD) sebagai wadah perwakilan seluruh masyarakat

desa khususnya dalam memecahkan dan membahas masalah-masalah

kesehatan. Tugas FKD diantaranya adalah:

a. Menyusun kebijakan dan penghubung berbagai kepentingan

b. Mengumpulkan informasi dan menggali potensi dengan Survai Mawas Diri

(SMD).

c. Memadukan potensi yang ada dengan kegiatan di Desa

d. Menyusun rencana pemecahan masalah dan kesepakatan bersama

dalam Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)

e. Sebagai penggerak, pembina dan pengembang kegiatan

f. Monitoring dan evaluasi kegiatan kesehatan desa

Forum Kesehatan Desa (FKD) merupakan bagian dari desa siaga, dan

semua desa telah melakukan Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) guna


24

membentuk FKD, sehingga jumlah FKD yang ada di wilayah Puskesmas

Pekuncen sebanyak 16 FKD.

4. Poskesdes

Poskesdes (PKD) adalah Polindes yang telah dikembangkan. Poskesdes di

wilayah Puskesmas Pekuncen sebanyak 19 poskesdes.


BAB IV
HASIL KEGIATAN

A. Alur Kegiatan Klinik Sanitasi

1. Puskesmas

Penderita , klien/masyarakat umum  Loket  Poliklinik  Apotik, Klinik Sanitasi

 Pulang

2. Penderita , klien/masyarakat umum  Loket  Poliklinik  klinik sanitasi  Lok

mini  kunjungan rumah, TTU, TK  Rekomndasi  Pemantauan.

B. Gambaran Kegiatan Penyuluhan

1. Individu

Kegiatan penyuluhan individu merupan kegiatan pemberian informasi kepada

masyarakat mengenai kesehatan yang biasanya dilakukan oleh satu pasien atau

klien dengan seorang Konselor. Dalam kegiatan ini masyarakat di bimbing melalui

perbincangan yang bersifat pivasi untuk membuat rasa nyaman bagi pasien

ataupun klien sehingga tercipta keterbukaan antara pasien atau klien dengan

konselor. Dalam penyuluhan individu ini kerahasaiaan pasien atau klien akan di

jaga. Contoh kegiatan penyuluhan individu yang kami lakukan di Puskesmas

Pekuncenadalah melakukan klinik sanitasi serta konseling kepada pasien

penderita diare, scabies maupun ISPA.

2. Kelompok Kecil

Kegiatan penyuluhan dalam kelompok kecil meliputi 2-3 orang yang

membahas mengenai penyakit berbasis lingkungan seperti diare, scabies

maupun ISPA serta memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai sumber

penyakit dan cara penanganan yang tepat terhadap penyakit tersebut. Kegiatan

penyuluhan dalam kelompok kecil membahas mengenai hal yang lebih umum

serta di jadikan sebagai ajang diskusi untuk konselor dan pasien ataupun klien.

Kegiatan penyuluhan dalam kelompok kecil yang kami lakukan di Puskesmas


25
26

Pekuncen selama satu bulan meliputi penyuluhan di dalam klinik sanitasi, PISPK,

penyuluhan di dalam Inspeksi sanitasi di Home Industri, dan masih banyak lagi

kegiatan penyuluhan dalam kelompok kecil yang kami lakukan.

3. Kelompok Besar

Kegiatan penyuluhan dalam kelompok besar biasanya terdiri lebih dari lima

orang. Dalam kegiatan ini biasanya para klien akan menyampaikan masalah baik

masalah yang berada di lingkungannya maupun masalah penyakit berbasis

lingkungan. Dalam kegiatan ini akan diberikan solusi dan edukasi kepada

masyarakat tentang masalah yang sedang dihadapinya dan melakukan

pengkajian ulang terhadap kebijakan yang telah dilakukan sebelumnya. Kegiatan

penyuluhan dalam kelompok besar yang kami lakukan di Puskesmas Pekuncen

selama satu bulan meliputi penyuluhan dalam kegiatan Survei Mawas Diri (SMD),

Posyandu, Kelas Ibu dan anak, dan masih banyak lagi kegiatan penyuluhan

kelompok besar yang kami lakukan.

C. Hasil Penyuluhan Individu

Berikut ini merupakan kegiatan penyuluhan individu yang telah kami lakukan

di Puskesmas Pekuncen selama satu bulan :

Tabel 4.1 Penyuluhan Individu

No Tanggal Kegiatan Tema Sasaran


1. 4/1/2020 Klinik Sanitasi dengan pasien Scabies Pasien
penderita Scabies bernama penderita
M. Hafis scabies
bernama M.
Hafis
2. 4/1/2020 Klinik Sanitasi dengan Scabies Pasien
pasienpenderita Scabies penderita
bernama M. Naufal scabies
bernama M.
Naufal

Dalam melakukan penyuluhan individu, kami mengkaji beberapa kebiasaan

ataupun cara hidup masyarakat yang dapat menjadi faktor penyebab terjadinya
27

penyakit. Dari beberapa pasien yang kami beri konseling terdapat beberapa pasien

yang mengalami penyakit kulit yang disebabkan oleh kutu Sarcoptes Scabiei yang

berasal dari kutu hewan. Penyakit kulit ini biasa disebut dengan Kudis atau Scabies.

Scabies pada anak dapat menyebabkan rasa gatal dikulit dan luka akibat digaruk.

Penyakit ini mudah sekalu menular dan perlu segera diobati.

Gejala yang paling umum adalah rasa gatal yang amat sangat di area tungau

bersarang, bentol-bentol atau lepuhan pada kulit tempat kutu bersembunyi, kulit

kemerahan dan ruam. Gejala tersebut biasanya baru akan muncul 4 – 6 minggu

setelah kutu penyebab scabies menyerang kulit. Cara penyebaran penyakit ini sangat

mudah, yaitu dengan cara melalui kontak kulit (jabat tangan atau pelukan).

Berdasrkan pengertian diatas maka kami memberikan beberapa masukan kepada

masyarakat mengenai kebiasaan buruk tersebut agar tidak terus berkelanjut.

D. Hasil Penyuluhan Kelompok Kecil

Tabel 4.2 Penyuluhan Kelompok Kecil

No Tanggal Kegiatan Tema Sasaran


1. 7/1/2020 PISPK di Desa Karangkemiri PHBS Warga Desa
Karangkemiri
2. 10/1/2020 Kunjungan rumah PHBS Masyarakat
penderita penyakit
berbasis Lingkungan
3. 14/1/2020 Kunjungan rumah PHBS Masyarakat
penderita penyakit
berbasis Lingkungan
4. 16/1/2020 PISPK di Desa Karangkemiri PHBS Warga Desa
Karangkemiri

Dalam penyuluhan kelompok kecil kami mencari tahu masalah apa yang

sedang dihadapi oleh masyarakat sekitar dan selanjutnya kami memberikan arahan

mengenai pemecahan masalah yang ada tersebut. Dengan mensosialisasikan

pengetahuan mengenai kesehatan di masyarakat diharapkan masyarakat lebih

memperhatikan PHBS dan juga kebersihan lingkungan sekitar agar dapat

mencegah penyakit menular lainnya.


28

E. Hasil Penyuluhan Kelompok Besar

Tabel 4.3 Penyuluhan Kelompok Besar

No Tanggal Kegiatan Tema Sasaran


1. 7/1/2020 Penjaringan di CTPS Siswa dan siswi MTS
MTS Maarif NU Maarif NU 1
1 Pekuncen Pekuncen
2. 6/1/2020 Penyuluhan Lansia Diare Lansia
3. 8/1/2020 Penjaringan di SMP CTPS Siswa dan siswi di
Maarif Karangkemiri. SMP Maarif
Karangkemiri
4. 11/1/202 PSN Serentak di DBD Masyarakat Desa
0 Karangkemiri Karagkemiri
5. 14/1/202 Survei Mawas Diri DBD Kader Desa
0 (SMD) di Desa Banjaranyar.
Banjaranyar
6. 20/1/202 Survei Mawas Diri DBD Kader Desa
0 (SMD) di Desa Cibangkong
Cibangkong
7. 23/1/202 Survei Mawas Diri DBD Kader Desa
0 (SMD) di Desa Kranggan
Kranggan
8. 29/1/202 Roll Playing CTPS Warga Desa
0 Banjaranyar
9. 31/1/202 Pamerandi Puskesmas Tenaga kesehatan Pengunjung
0 Pekuncen lingkungan di Puskesmas
Puskesmas dan Pekuncen
sanitarian KIT

Di dalam penyuluhan kelompok besar kami mencaritahu pokok permasalahan

yang terdapat di masyarakat dengan cangkupan yang lebih luas. Pokok

permasalahan tersebut kemudian akan kami tampung dan akan dicarikan bersama –

sama pemecahan masalah yang tepat untuk permasalahan yang sedang marak di

kalangan masyarakat tersebut.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan

Berdasarkan Praktik Kesehatan Masyarakat (PKM) yang telah kami lakukan di

Puskesmas Pekuncen pada tanggal 2 Januari – 1 Februari 2020 kami melakukan

kegiatan penyuluhan dalam kegiatan Survei Mawas Diri, Prolanis, PSN, serta dalam

kegiatan Klinik Sanitasi. Dalam kegiatan PKM selama sebulan di puskesmas terdapat

satu target yang belum tercapai yaitu kegiatan pemicuan. Hal tersebut dikarenakan

terdapat kendala dalam masalah administrasi yang menyebabkan tidak tercapainya

target kami dalam melakukan pemicuan.

B. Saran

Saran yang dapat saya berikan untuk kegiatan Praktik Kesehatan Masyarakat

adalah untuk pihak institusi sebaiknya lebih mematangkan kembali rencana kegiatan

PKM sehingga tidak lagi terdengar informasi mendadak dari pihak kampus dan

pengurangan target kegiatan sebaiknya dikurangi agar mahsiswa lebih fokus dalam

mengerjakan suatu target. Selain itu untuk pemilihan waktu juga perlu

dipertimbangkan kembali karena waktu PKM terasa kurang pas dengan adanya

kegiatan lain yang juga akan dilakukan.

29
DAFTAR PUSTAKA

Pekuncen, Puskesmas. 2019. Profil Puskesmas Pekuncen. Banyumas.


Semarang, Poltekkes. 2020. Pedoman Praktik Penyuluhan Kesehatan Masyarakat.
Purwokerto.

30

Anda mungkin juga menyukai