Anda di halaman 1dari 27

SMALL GROUP DISCUSSION

KEPERAWATAN JIWA I
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN PERUBAHAN PROSES PIKIR: WAHAM

Disusun oleh:

Kelompok 5/ Kelas A3/ Angkatan 2014

Dwida Rizki P (131411131015)


Ahmad Putro P (131411131024)
Gilang Dwi K (131411131030)
Fitriana Nur A (131411131048)
Yeni Rahayu (131411131066)
Aisyah Kartika (131411131072)
Desy Ratna Sari (131411131096)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2016
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang MahaKuasa atas
segala berkat dan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan “Small Group
Discussion Keperawatan Jiwa I Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Perubahan Proses Pikir : Waham”.

Keberhasilan ini tidak lepas dari bantuan semua pihak yang telah banyak
memberikan dorongan dan bimbingan kepada kami. Pada kesempatan ini dengan
segala kerendahan hati kami menyampaikan terima kasih yang tak terhingga
kepada pihak yang telah memberikan sumbangsih pemikiran, bantuan materi
maupun moril.

Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, kami mengalami banyak kesulitan
maupun  hambatan, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya dapat
diselesaikan tepat pada waktunya. Kami menyadari sepenuhnya bahwa karya tulis
ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami mengharapkan kepada para
pembaca untuk senantiasa memberi masukan, kritik dan saran guna kesempurnaan
makalah  ini.

Akhirnya kami mengharapkan semoga makalah yang sederhana ini dapat


berguna bagi perkembangan dunia pendidikan baik di masa sekarang maupun
yang akan datang.

Surabaya, 30 Maret 2016

1
Daftar Isi

Kata Pengantar.......................................................................................
Daftar Isi..................................................................................................
Bab I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................
1.2 Tujuan……………..........................................................................
1.3 Rumusan Masalah………................................................................
Bab II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Waham………………………..………………………….
2.2 Etiologi Waham………….. .......…….............................................
2.3 Proses Terjadinya Waham…………...............................................
2.4 Klasifikasi Waham…………...........................................................
2.5 Tanda dan Gejala Waham…... ...…………………………………
2.6 Penatalaksanaan Waham………….………………………………
2.7 Pohon Masalah……………………………………………………
Bab III Asuhan Keperawatan Teoritis
3.1 Pengkajian………...........................................................................
3.2 Diagnosis…….................................................................................
3.3 Intervensi Keperawatan…………………………………..………
3.4 Evaluasi…………………………………………………………...
Bab IV Asuhan Keperawatan Kasus
4.1 Kasus………………………………………………………….......
4.2 Pengkajian Kasus…………………………………………………
4.3 Analisa data………………………………………………………
4.4 Diagnosa………………………………………………………….
4.5 Intervensi…………………………………………………………
Bab V Naskah Roleplay………………………………………………..
Daftar Pustaka.........................................................................................

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Waham merupakan salah satu jenis gangguan jiwa. Waham sering
ditemui pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang
spesifik sering ditemukan pada penderita skizofrenia. Semakin akut
psikosis semakin sering ditemui waham disorganisasi dan waham tidak
sistematis. Kebanyakan pasien skizofrenia daya tiliknya berkurang dimana

2
pasien tidak menyadari penyakitnya serta kebutuhannya terhadap
pengobatan, meskipun gangguan pada dirinya dapat dilihat oleh orang lain
(Tomb, 2003 dalam Purba, 2008). Menurut Gail W. Stuart, Waham adalah
keyakinan yang salah dan kuat dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh
orang lain dan bertentangan dengan realitas social.
Waham terjadi karena munculnya perasaan terancam oleh
lingkungan, cemas, merasa sesuatu yang tidak menyenangkan terjadi
sehingga individu mengingkari ancaman dari persepsi diri atau objek
realitas dengan menyalah artikan kesan terhadap kejadian, kemudian
individu memproyeksikan pikiran dan perasaan internal pada lingkungan
sehingga perasaan, pikiran, dan keinginan negatif tidak dapat diterima
menjadi bagian eksternal dan akhirnya individu mencoba memberi
pembenaran personal tentang realita pada diri sendiri atau orang lain
( Purba, 2008 ).
Intensitas kecemasan yang tinggi, perasaan bersalah dan berdosa,
penghukuman diri, rasa tidak mampu, fantasi yang tak terkendali, serta
dambaan-dambaan atau harapan yang tidak kunjung sampai, merupakan
sumber dari waham. Waham dapat berkembang jika terjadi nafsu
kemurkaan yang hebat, hinaan dan sakit yang mendalam (kartono, 1981).
Prevalensi gangguan waham di Amerika Serikat diperkirakan 0,025
sampai 0,03 persen. Usia onset kira-kira 40 tahun, rentang usia untuk onset
dari 18 tahun sampai 90 tahunan, terdapat lebih banyak pada wanita.
Menurut penelitian WHO prevalensi gangguan jiwa dalam masyarakat
berkisar satu sampai tiga permil penduduk. Di Jawa Tengah dengan
penduduk lebih kurang 30 juta, maka akan ada sebanyak 30.000-90.000
penderita psikotik. Bila 10% dari penderita perlu pelayanan perawatan
psikiatrik ada 3.000-9.000 yang harus dirawat. Waham seperti yang
digambarkan di atas terjadi pada 65 % dari suatu sampel besar lintas
negara ( Sartorius & jablonsky, 1974 dalam Davison, 2006).
Dari urain diatas, mengingat betapa banyaknya pendererita yang
mengalami gangguan proses fikir: Waham, kita tidak bisa memandanganya
sebelah mata, serta dengan melihat betapa besar peran perawat dalam

3
memberikan asuhan keperawatan dalam hal ini kami selaku kelompok
mengankat materi tentang gangguan proses fikir: Waham.

1.2 Tujuan
1.1.1. Tujuan Umum
Menjelaskan penerapan asuhan keperawatan jiwa pada klien
dengan gangguan proses fikir: Waham.
1.1.2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan mengenai definisi, faktor predisposisi, faktor
presipitasi, tanda dan gejala, serta proses terjadinya masalah
gangguan proses fikir “Waham”.
b. Menjelaskan asuhan keperawatan jiwa pada klien dengan
gangguan proses fikir: Waham, mulai dari pengkajian, analisis
data, pohon masalah, rencana intervensi, implementasi dan
evaluasi.

1.3 Rumusan Masalah


Bagaimana implementasi Asuhan keperawatan jiwa pada klien dengan
gangguan proses fikir “Waham“ ?

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Waham


Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan
secara kuat atau terus menerus, tapi tidak sesuai dengan kenyataan.
Waham adalah termasuk gangguan isi pikiran. Pasien meyakini bahwa

4
dirinya adalah seperti apa yang ada di dalam isi pikirannya. Waham sering
ditemui pada gangguan jiwa berat dam beberapa bentuk waham yang
spesifik sering ditemukan pada penderita skizofrenia (Yusuf,dkk. 2015,
p112).
Seorang yang mengalami waham berfikir bahwa ia memiliki
banyak kekuatan dan bakat serta tidak merasa terganggu jiwanya atau ia
merasa sangat kuat dan sangat terkenal (Varcarolis, 2006, p397).
Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan
penelitian realitas yang salah, keyakinan yang tidak konsisten dengan
tingkat intelektual dan latar belakang budaya, ketidakmampuan merespons
stimulus internal dan eksternal melalui proses interaksi/informasi secara
akurat (Yosep, 2010, p238).
Waham adalah keyakinan yang salah yang secara kokoh
dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan
dengan realita normal (Stuart dalam Yosep, 2010, p238).
Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan
kenyataan tapi dipertahankan dan tidak dapat dirubah secara logis oleh
orang lain, keyakinan ini berasal dari pemikiran klien dimana sudah
kehilangan control (Dep Kes RI, 1994).

2.2 Etiologi Waham


Etiologi dari waham yang dijelaskan dalam buku Diagnosa
Keperawatan Psikiatri oleh M.C. Townsend etrdapat enpat teori, yakni :
1. Teori Biologis
Penelitian-penelitian telah mengindikasikan bahwa faktor-
faktor genetik yang pasti mungkin terlibat dalam perkembangan
suatu kelainan kejiwaan (Heston,1997; Gottesman, 1978; di dalam
Townsend, 1998). Tampak bahwa individu-individu yang berada
dalam resiko tinggi terhadap kelainan ini adalah mereka yang
mempunyai anggota keluarga dengan kelainan yang sama
(orangtua, saudara kandung, sanak saudara yang lain)
Secara relatif ada pemelitian baru yang mengatakan bahwa
kelainan skizofrenia mungkin pada kenyataanya merupakan suatu

5
kenyataan sejak lahir, terjadi pada bagian hipokampus otak.
Pengamatan mempelihatkan adanya suatu “kekacauan” dari sel-sel
piramidal di dalam otak dari orang-orang yang menderita
skizofrenia, tetapi sel-sel tersebut pada otak orang-orang yang tidak
mengalami skizifrenia tampak tersusun rapi (Scheibel,1991; dalam
Townsend 1998).
2. Teori Psikososial
Digambarkan perkembangan skizofrenia sebagai suatu
perkembangan disfungsi keluarga (Bowen, 1978; dalam Townsend,
1998). Konflik diantara suami istri memengaruhi anak, dan
menghasilkan keluarga yang selalu berfokus pada ansietas. Di masa
anak harus meninggalkan ketergantungan pada orangtua dan masuk
ke masa dewasa, anak tidak akan mampu memenuhi tugas
perkembangan masa dewasanya.
3. Teori Interpersonal
Orang yang mengalami psikosis akan menghasilkan suatu
huhungan orangtua-anak yang penuh ansietas tinggi (Sillivan,
1953, dalam Townsend,1998). Anak menerima pesan-pesan yang
membingungkan dan penuh konflik dari orang tua dan tidak
mampu membentuk rasa percaya diri kepada orang lain. Bila
tingkat ansitas yang tinggi dipertahankan maka konsep diri anak
akan mengalami ambivalen. Suatu kemunduran spikosis
memberika tanda-tanda ansietas dan rasa tidak aman dalam suatu
hubungan yang intim/akrab.

4. Teori Psikodinamik
Hartman (1964) dalam Townsend menegaskan bahwa psikosis
adalah hasil dari suatu ego yang lemah, perkembangan yang
dihambat oleh suatu hubungan saling mempengaruhi antara nak
dan orangtua. Karena ego menjadi lemah, penggunaan mekanisme
pertahanan ego pada waktu ansitas yang ekstrim menjadi suatu

6
yang maladaptif dan perilakunya sering kali merupakan
penampilan segemn “id” dama kepribadian.

2.3 Proses Terjadinya Waham

Proses terjadinya waham yang dijelaskan dalam Buku Ajar


Keperawatan Kesehatan Jiwa oleh Yusuf,dkk, 2015 terjadi dalam enam
fase, yakni:

a. Fase kebutuhan manusia rendah (lack of human need)


Waham diawali dengan terbatasnya berbagai kebutuhan pasien baik
secara fisik maupun psikis. Secara fisik, pasien dengan waham
dapat terjadi pada orang dengan status sosial dan ekonomi yang
sangat terbatas. Biasanya pasien sangat miskin dan menderita.
Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan hudupnya mendorongnya
untuk emlakukan kompensasi yang salah. Hal itu terjadi karena
adanya kesenjangan antara kenyataan (reality), yaitu tidak
memiliki finansial yang cukup dengan ideal diri (self ideal) yang
sangat ingin memiliki berbagai kebutuhan, seperti mobil, rumah,
atau telepon genggam.
b. Fase kepercayaan diri rendah (lack of self esteem)
Kesenjangan antara ideal diri dengan kenyataan serta dorongan
kebutuhan yang tidak terpenuhi menyebabkan pasien megalami
perasaan menderita, malu, dan tidak berharga.
c. Fase pengendalian internal dan eksternal (control internal and
external)
Pada tahapan ini, pasien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang
ia yakini atau apa yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi
kekurangan, dan tidak sesuai dengan kenyataan. Namun,
menghadapi kenyataan bagi pasien adalah suatu yang sangat berat,
karena kebutuhannya untuk diakui, dianggap penting, dan diterima
lingkungan menjadi prioritas dalm hidupnya, sebab kebutuhan
tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan

7
sekitar pasien mencoba memberikan koreksi bahawa sesuatu yang
dikatakan pasien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan
secara adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan
menjadiperasan. Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif tetapi
tidak mau konfrontatif berkepanjangan dengan alasan pengakuan
pasien tidak merugikan orang lain.
d. Fase dukungan lingkungan (environment supprt)
Dukungan lingkungan sekitar yang mempercayai (keyakinan)
pasien dalam lingkungannya menyebabkan pasien merasa
didukung, lama-lama kelamaan pasien menganggap sesuatu yang
dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya
diulang-ulang. Oleh karenanya, mulai terjadi kerusakan kontrol diri
dan tidak berfungsinya norma (superego) yang ditandai dengan
tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong.
e. Fase nyaman (comforting)
Pasien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta
mengangga- bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai
dan mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat
pasien menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya, pasien lebih
sering menyendiri dan menghindari interaksi sosial (isolasi sosial).
f. Fase peningkatan (improvinf)
Apabila tidak adanya konfrontasi dan berbagai upaya koreksi,
keyakinan yang salah pada pasien akan meningkat. Jenis waham
yang sering berkaitan dengan kejadian traumatik masa lalu atau
berbagai kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang).
Waham bersifat menetap dan sulit dikoreksi. Isi waham dapat
menimbulkan ancaman diri an orang lain.

2.4 Klasifikasi Waham

Klasifikasi waham yang dijelaskan dalam Buku Ajar Keperawatan


Kesehatan Jiwa (Yusuf,dkk, 2015, p113) dibagi menjadi lima macam,
yakni:

8
a. Waham kebesaran
Meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus,
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan
Contoh : “saya ini titisan Bung Karno, punya banyak perusahaan,
punya rumah di berbagai Negara dan bisa menyembuhkan
berbagai macam penyakit.”
b. Waham curiga
Meyakini bahwa ada beberapa orang atau kelompok yang berusaha
merugikan / mencederai dirinya, diucapkan berulang kali tetapi
tidak sesuai kenyataan.
Contoh : “banyak polisi mengintai saya, tetangga saya ingin
menghancurkan hidup saya, suster akan mencuri makanan saya”
c. Waham agama
Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan,
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan
Contoh : “Tuhan telah menunjuk saya menjadi wali, saya harus
terus menerus memakai pakaian putih setiap hari agar masuk
surga.”
d. Waham somatic
Meyakini bahwa tubuh klien atau bagian tubuhnya terganggu,
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan
Contoh : “sumsum tulang saya kosong, saya pasti terserang
kanker, dalam tubuh saya banyak kotoran, tubuh saya telah
membusuk, tubuh saya menghilang.”
e. Waham nihilistic
Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/meninggal,
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh : ”saya sudah menghilang dari dunia ini, semua yang ada
disini adalah roh-roh, sebenarnya saya sudah tidak ada di dunia.”

2.5 Tanda dan Gejala Waham

Tanda dan gejala dari perubahan isi pikir waham, yaitu pasien
menyatakan dirinya sebagai seorang besar, mempunyai kekuatan,

9
pendidikan, atau kekayaan luar biasa, serta pasien menyatakan perasaan
dikejar-kejar orang lain atau sekelompok orang. Selain itu, pasien
menyatakan perasaan mengenai penyakt yang ada dalam tubuhnya,
menarik diri dan isolasi, sulit menjalin hubungan interpersonal dengan
orang lain, rasa curiga yang berlebihan, kecemasan yang meningkat, sulit
tidur, tampak apatis, suara memelan, ekspresi wajah datar, kadang tertawa
atau menangis sendiri, rasa tidak percaya kepada orang lain, dan gelisah
(Yusuf, dkk, 2015, p113).

Tanda dan gejala waham dapat juga dikelompokan sebagai berikut:

1. Kognitif
a. Tidak mampu membedakan nyata dengan tidak nyata
b. Individu sangat percaya pada keyakinan
c. Sulit berpikir realita
d. Tidak mampu mengambil keputusan
2. Afektif
a. Situasi tidak sesuai dengan kenyataan
b. Afek tumpul
3. Perilaku danhubungan sosial
a. Hipersensitif
b. Hubungan interpersonal dengan orang lain dangkal
c. Depresi
d. Ragu-ragu
e. Mengancam secara verbal
f. Aktivitas tidak tepat
g. Stereotipe
h. Impulsif
i. Curiga
4. Fisik
a. Kebersihan kurang
b. Muka pucat
c. Sering menguap
d. Berat badan menurun

10
e. Nafsu mkan berkurang dan sulit tidur

2.6 Penatalaksanaan Waham


Perawatan dan pengobatan harus secepat mungkin dilaksanakan
karena, kemungkinan dapat menimbulkan kemunduran mental.
Penatalaksanan klien dengan waham meliputi farmakoterapi, ECT dan
terapi lainnya seperti terapi spikomotor, terapi rekreasi, terapi somatik,
terapi seni, terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi spiritual dan terapi
okupsi yang semuanya bertujuan untuk memperbaiki perilaku klien dengan
waham pada gangguan skizofrenia. Penatalaksaan yang terakhir adalah
rehabilitasi sebagai suatu proses refungsionalisasi dan pengembangan bagi
klien agar mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam
kehiduoan masyarakat.

2.7 Pohon Masalah

Risiko kerusakan komunikasi verbal

Perubahan proses pikir : waham

Gangguan konsep diri:


Harga diri rendah: kronis

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

3.1 Pengkajian

Beberapa hal yang harus dikaji menurut penjelasan dalam buku


Sinopsis Psikiatri, Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis oleh Kaplan
dan Sandock, antara lain sebagai berikut:

11
1. Status mental
a. Pada pemeriksaan status mental, menunjukkan hasil yang sangat
normal, kecuali bila ada sisem waham abnormal yang jelas.
b. Suasana hati (mood) pasien konsisten dengan isi wahamnya.
c. Pada waham curiga didapatkannya perilaku pencuriga.
d. Pada waham kebesaran, ditemukan pembicaraan tentang
peningkatan identitas diri dan mempunyai hubungan khusus dengan
orang yang hebat.
e. Adapun sistem wahamnya, pemeriksa kemungkinan merasakan
adanya kualitas depresi ringan
f. Pasien dengan waham tidak memiliki halusinasi yang
menonjol/menetap kecuali pada pasien dengan waham raba atau
cium. Pada beberapa pasien kemungkinan ditemukan halusinasi
dengar.
2. Sensorium dan kognisi
a. Pada waham, tidak ditemukan kelainan dalam orientasi, kecuali
yang memiliki waham spesifik tentang waktu, tempat, dan situasi.
b. Daya ingat dan proses kogmitif pasien denga utuh (intact).
c. Pasien waham hampir seluruhnya memiliki daya tiliki diri (insign)
yang jelek.
d. Pasien dapat dipercaya informasinya, kecuali jika membahayakan
drinya, keputusan yang terbaik bagi pemeriksa dalam menentukan
kondisi pasien adalah dengan menilai perilaku masa lalu, masa
sekarang, dan yang direncanakan.

3.2 Diagnosis
a. Risiko kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan waham
b. Perubahan proses pikir: waham berhubungan dengan harga diri rendah.

3.3 Intervensi Keperawatan


3.3.1. Tujuan
a. Pasien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap

12
b. Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar
c. Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan.
d. Pasien menggunakan obat dengan prinsip lima benar.
3.3.2. Tindakan
a. Bina hubungan saling percaya
1) Mengucapkan salam terapeutik
2) Berjabat tangan
3) Menjelaskan tujuan interaksi
4) Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali
bertemu pasien.
b. Bantu orientasi realitas
1) Tidak mendukung atau membantah waham pasien.
2) Yakinkan pasien berada dalam keadaan aman.
3) Observasi pengauh waham terhadap aktivitas sehari-hari.
4) Jika pasien terus menerus membicarakan wahamnya,
dengarkan tanpa memberika dukungan atau menyangkal
sampai pasien berhenti membicarakannya.
5) Berika pujian bila penampilan dan orientasi pasien sesuai
dengan realita.
c. Diskusikan kebutuhan psikologis atau emosional yang tidak
terpenuhi sehingga menimbulkan kecemasan, rasa takut dan
marah.
1) Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan
fisik dan emosional pasien.
2) Berdiskusi tentang kemampuan positif yang dimiliki.
3) Bantu melakukan kemampuan yang dimiliki.
4) Berdiskusi tentang obat yang diminum.
5) Melatih minum obat yang benar.

3.4 Evaluasi

Pasien mampu melakukan hal-hal berikut:

a. Mengungkapkan keyakinannya sesuai dengan kenyataan.

13
b. Berkomunikasi sesuai dengan kenyataan.
c. Menggunakan obat dengan benar dan patuh.

BAB IV

ASUHAN KEPERAWATAN KASUS

6.1. Kasus
Mas Putro (20 tahun) masuk RSJ Menur Surabaya tanggal 23 Mei
2016. Klien dibawa ke RSJ oleh ibunya karena sudah mulai berbicara yang
tidak jelas dan tidak sesuai realitas. Mas Putro selalu berbicara “Saya ini

14
titisan Nabi Yusuf. Saya ini adalah orang yang terganteng sejagad raya.
Saya ini direktur perusahaan terbesar di dunia. Saham saya dimana-mana.
Semua wanita didunia ini akan terpukau jika melihat diri saya”. 3 tahun
yang lalu klien pernah datang ke URJ dengan keluhan yang sama. Klien
memiliki sosial-ekonomi yang kurang baik dan terbatasnya kebutuhan-
kebutuhannya. Ibu klien menjelaskan bahwa, karakter klien sebelumnya
adalah seorang anak yang sombong. Dan pada suatu ketika keinginan Mas
Putro untuk mebeli motor tidak bisa dipenuhi oleh ibunya. Itu pula awal
masalah Mas Putro dibawa ke URJ. TTV menunjukan TD 120/80 mmHg,
N 90x/mnt, RR 20x/mnt, S 370C, TB 177 cm, BB 60kg. Keluhan fisik
tidak ada, pasien tampak bersemangat

6.2. Pengkajian

FORMULIR PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

RUANGAN RAWAT : RUANG RINDU, TANGGAL DIRAWAT : 23 Mei 2016

I. IDENTITAS KLIEN

Inisial : Putro (L) Tanggal Pengkajian : 30 Mei 2016


Umur : 20 Tahun RM No. : 008
Informan : Ibu Klien

II. ALASAN MASUK

Klien mulai bicara yang tidak jelas mengenai dirinya. Klien meyakini
bahwa dirinya memiliki kekuasaan khusus.

III. FAKTOR PREDISPOSISI

1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ? Ya Tidak

2. Pengobatan sebelumnya.

Berhasil kurang berhasil tidak berhasil

3. Pelaku/Usia Korban/Usia Saksi/Usia

15
Aniaya fisik

Aniaya seksual

Penolakan 17
Kekerasan dalam keluarga

Tindakan kriminal

Jelaskan No. 1, 2, 3 : Keinginan klien untuk membeli motor tidak


bisa dipenuhi oleh ibunya.

Masalah Keperawatan : -

4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa


Ya Tidak

Masalah Keperawatan : -
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan

3 Tahun yang lalu keinginan klien untuk membeli sepeda motor tidak
dapat dipenuhi oleh ibunya.

Masalah Keperawatan : -

IV. FISIK

1. Tanda vital : TD : 120/80 mmHg N : 90x/mnt S : 370 C P : 20x/mnt

2. Ukur : TB : 177 cm BB : 60 kg

3. Keluhan fisik : Ya Tidak

Jelaskan : Keluhan fisik tidak ada. Klien tampak bersemangat.

Masalah keperawatan :-

V.PSIKOSOSIAL

1. Genogram

16
Jelaskan : Klien sangat dekat dengan ibunya.

Masalah Keperawatan :-

2. Konsep diri
a Gambaran diri : tidak ditemukan masalah

b. Identitas : tidak ditemukan masalah

c. Peran : tidak ditemukan masalah

d. Ideal diri : tidak ditemukan masalah

e. Harga diri : tidak ditemukan masalah

Masalah Keperawatan :-

3. Hubungan Sosial

a. Orang yang berarti : Ibu Klien

b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat : tidak ditemukan masalah

c. Hambatan dalam berbuhungan dengan orang Lain : tidak ada hambatan

Masalah keperawatan: -

4. Spiritual

a. Nilai dan keyakinan : Tidak ditemukan masalah

b. Kegiatan ibadah : Tidak ditemukan masalah

Masalah Keperawatan : -

17
VI. STATUS MENTAL

1. Penampilan

Tidak rapi Penggunaan pakaian Cara berpakaian


tidak sesuai tidak seperti biasanya

Jelaskan : klien lebih suka memakai satu pakaiannya yang dianggap paling
mewah.

Masalah Keperawatan : -

2. Pembicaraan

Cepat Keras Gagap Inkoheren

Apatis Lambat Membisu Tidak mampu memulai

pembicaraan

jelaskan : klien berbicara baik, seperti biasanya.

Masalah Keperawan : -

3. Aktivitas Motorik:

Lesu Tegang Gelisah Agitasi

Tik Grimasen Tremor Kompulsif

Jelaskan : aktifitas motorik baik

Masalah Keperawatan : -

4. Alam perasaaan

Sedih Ketakutan Putus asa Khawatir Gembira berlebih

Jelaskan : Klien marasa sangat bergembira dengan keyakinan yang ia miliki.

Masalah Keperawatan : -

5. Afek

Datar Tumpul Labil Tidak sesuai

Jelaskan : Terkadang klien terlalu bergembira, terkadang klien berdiam diri.

Masalah Keperawatan : risiko kerusakan komunikasi verbal

18
6. lnteraksi selama wawancara

bermusuhan Tidak kooperatif Mudah tersinggung

Kontak mata (-) Defensif Curiga

Jelaskan : Klien mempertahankan keyakinannya bahwa dia orang terkaya,


terganteg, dan merupakan titisan Nabi Sulaiman

Masalah Keperawatan : -

7. Persepsi

Pendengaran Penglihatan Perabaan

Pengecapan Penghidu

Jelaskan : Tidak mengalami masalah

Masalah Keperawatan : -

8. Proses Pikir

sirkumtansial tangensial kehilangan asosiasi


flight of idea blocking persevarasi

Jelaskan : Klien berulang kali mengungkapkan bahwa dia orang terkaya,


terganteg, dan merupakan titisan Nabi Sulaiman

Masalah Keperawatan : Perubahan proses pikir

9. Isi Pikir

Obsesi Fobia Hipokondria

depersonalisasi ide yang terkait pikiran magis

Waham

Agama Somatik Kebesaran Curiga

nihilistic sisip pikir Siar pikir Kontrol pikir

Jelaskan : Klien mengaku bermimpi bertemu dengan Nabi Sulaiman dan diberi
tahu bhawa ia adalah titisannya.

Masalah Keperawatan : Perubahan proses pikir

19
10. Tingkat kesadaran

bingung sedasi stupor

Disorientasi

waktu tempat orang

Jelaskan : Tidak ditemukan

Masalah Keperawatan : -

11. Memori

Gangguan daya ingat jangka panjang gangguan daya ingat jangka

pendek

gangguan daya ingat saat ini konfabulasi

Jelaskan : Klien mengaku memiliki banyak perusahaan dan saham dimana


mana.

Masalah Keperawatan : perubahan proses pikir

12. Tingkat konsentrasi dan berhitung

mudah beralih tidak mampu konsentrasi Tidak mampu

berhitung sederhana

Jelaskan : Tidak ditemukan masalah

Masalah Keperawatan : -

13. Kemampuan penilaian

Gangguan ringan gangguan bermakna

Jelaskan : Tidak ada gangguan

Masalah Keperawatan : -

14. Daya tilik diri

mengingkari penyakit yang diderita menyalahkan hal-hal diluar

dirinya

Jelaskan : Klien merasa tidak sakit dan perlu pertolongan

Masalah Keperawatan : perubahan proses pikir

20
VII. Kebutuhan Persiapan Pulang

1. Makan

Bantuan minimal Bantuan total

2. BAB/BAK

Bantuan minimal Bantual total

Jelaskan : Tidak ada masalah

Masalah Keperawatan : -

3. Mandi

Bantuan minimal Bantuan total

4. Berpakaian/berhias

Bantuan minimal Bantual total

5. Istirahat dan tidur

Tidur siang lama : 13.00 s/d 15.00

Tidur malam lama : 21.00 s/d 02.00

Kegiatan sebelum / sesudah tidur

6. Penggunaan obat

Bantuan minimal Bantual total

7. Pemeliharaan Kesehatan

Perawatan lanjutan Ya tidak

Perawatan pendukung Ya tidak

8. Kegiatan di dalam rumah

Mempersiapkan makanan Ya tidak

Menjaga kerapihan rumah Ya tidak

Mencuci pakaian Ya tidak

Pengaturan keuangan Ya tidak

9. Kegiatan di luar rumah

Belanja Ya tidak

21
Transportasi Ya tidak

Lain-lain Ya tidak

Jelaskan : -

Masalah Keperawatan : -

VIII. Mekanisme Koping

Adaptif Maladaptif

Bicara dengan orang lain Minum alkohol

Mampu menyelesaikan masalah reaksi lambat/berlebih

Teknik relaksasi bekerja berlebihan

Aktivitas konstruktif menghindar

Olahraga mencederai diri

Lainnya _______________ lainnya ________________

Masalah Keperawatan : -

IX. Masalah Psikososial dan Lingkungan:

Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik


________________________________________

__________________________________________________________________
Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik
_____________________________________

__________________________________________________________________
Masalah dengan pendidikan, spesifik
________________________________________________

__________________________________________________________________
Masalah dengan pekerjaan, spesifik
_________________________________________________

__________________________________________________________________
Masalah dengan perumahan, spesifik
________________________________________________

____________________________________________________________________
Masalah ekonomi, spesifik
_________________________________________________________

22
____________________________________________________________________
Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik
______________________________________

__________________________________________________________________
Masalah lainnya, spesifik
__________________________________________________________

____________________________________________________________________

Masalah Keperawatan : -

__________________________________________________________________

X. Pengetahuan Kurang Tentang:

Penyakit jiwa system pendukung

Faktor presipitasi penyakit fisik

Koping obat-obatan

Lainnya : -

Masalah Keperawatan : -

Analisa Data

XI. Aspek Medik

Diagnosa Medik : Skizofrenia

Terapi Medik : Terapi obat obatan antidepresan

Perawat,

(Gilan D.)

23
6.3. Analisa Data

6.4. Diagnosa
a. Risiko kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan waham
b. Perubahan proses pikir: waham berhubungan dengan harga diri rendah.

6.5. Intervensi

24
BAB VI

KESIMPULAN

Gangguan proses pikir waham dapat terjadi disekitar kita. Seseorang


yang mengalami waham berpikir bahwa ia memiliki banyak kekuatan dan
bakat serta tidak terganggu jiwanya atau dia merasa sangat kuat dan sangat
terkenal.
Townsend 1998 mengemukakan faktor preidisposisis yang
mempengaruhi waham yaitu: teori biologis (genetik, biokimia), teori
psikososial (sistem keluarga, interpeersonal, psikodinamik), dan sosial
budaya. Sedangkan untuk faktor prespitasi ada biologis, stres lingkungan,
dan pemicu gejala.

Tanda dan gejala dengan gangguan proses pikir waham dapat


seperti menolak makan, tidak ada perhatian dan perawatan diri, ekspresi
wajah sedih/gembira/ketakutan, gerakan tidak terkontrol, mudah
tersinggung, dll. Gangguan proses pikir waham dapat mengganggu individu
untuk memenuhi kebutuhannya sehingga memerlukan perawatan yang tepat.

25
DAFTAR PUSTAKA

Lynda, Moyet. 2014. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 13. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Yosep, Iyus. 2010. Keperawatan Jiwa Edisi Revisi. Bandung: PT. Refika Aditama

Yusuf, Hanik, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:
Penerbit Salemba Medika.

Varcarolis. 2006. Fundamental of Psikitric Nursing 5 Edition. St. Louis: Elsevier.

Kaplan dan Sandock. 1997. Sinopsis Psikiatri, Ilmu Pengetahuan Perilaku


Psikiatri Klinis Jilid Edisi 7. Jakarta: Penerbit Binarupa Aksara.

Keliat, Budi Anna. 2006. Kumpulan Proses Keperawatan Masalah Jiwa. Jakarta;
Penerbit FIK, Universitas Indonesia.

Townsend M.C. 1998. Diagnosis Keperawatan pada Kepearawatan Psikiatri


Pedoman untuk membuat rencana keperawatan. Jakarta; Penerbit Buku
Kedokteran EGC

26

Anda mungkin juga menyukai