SGD WAHAM Tanpa Askep Kasus
SGD WAHAM Tanpa Askep Kasus
KEPERAWATAN JIWA I
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN PERUBAHAN PROSES PIKIR: WAHAM
Disusun oleh:
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang MahaKuasa atas
segala berkat dan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan “Small Group
Discussion Keperawatan Jiwa I Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Perubahan Proses Pikir : Waham”.
Keberhasilan ini tidak lepas dari bantuan semua pihak yang telah banyak
memberikan dorongan dan bimbingan kepada kami. Pada kesempatan ini dengan
segala kerendahan hati kami menyampaikan terima kasih yang tak terhingga
kepada pihak yang telah memberikan sumbangsih pemikiran, bantuan materi
maupun moril.
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, kami mengalami banyak kesulitan
maupun hambatan, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya dapat
diselesaikan tepat pada waktunya. Kami menyadari sepenuhnya bahwa karya tulis
ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami mengharapkan kepada para
pembaca untuk senantiasa memberi masukan, kritik dan saran guna kesempurnaan
makalah ini.
1
Daftar Isi
Kata Pengantar.......................................................................................
Daftar Isi..................................................................................................
Bab I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................
1.2 Tujuan……………..........................................................................
1.3 Rumusan Masalah………................................................................
Bab II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Waham………………………..………………………….
2.2 Etiologi Waham………….. .......…….............................................
2.3 Proses Terjadinya Waham…………...............................................
2.4 Klasifikasi Waham…………...........................................................
2.5 Tanda dan Gejala Waham…... ...…………………………………
2.6 Penatalaksanaan Waham………….………………………………
2.7 Pohon Masalah……………………………………………………
Bab III Asuhan Keperawatan Teoritis
3.1 Pengkajian………...........................................................................
3.2 Diagnosis…….................................................................................
3.3 Intervensi Keperawatan…………………………………..………
3.4 Evaluasi…………………………………………………………...
Bab IV Asuhan Keperawatan Kasus
4.1 Kasus………………………………………………………….......
4.2 Pengkajian Kasus…………………………………………………
4.3 Analisa data………………………………………………………
4.4 Diagnosa………………………………………………………….
4.5 Intervensi…………………………………………………………
Bab V Naskah Roleplay………………………………………………..
Daftar Pustaka.........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
2
pasien tidak menyadari penyakitnya serta kebutuhannya terhadap
pengobatan, meskipun gangguan pada dirinya dapat dilihat oleh orang lain
(Tomb, 2003 dalam Purba, 2008). Menurut Gail W. Stuart, Waham adalah
keyakinan yang salah dan kuat dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh
orang lain dan bertentangan dengan realitas social.
Waham terjadi karena munculnya perasaan terancam oleh
lingkungan, cemas, merasa sesuatu yang tidak menyenangkan terjadi
sehingga individu mengingkari ancaman dari persepsi diri atau objek
realitas dengan menyalah artikan kesan terhadap kejadian, kemudian
individu memproyeksikan pikiran dan perasaan internal pada lingkungan
sehingga perasaan, pikiran, dan keinginan negatif tidak dapat diterima
menjadi bagian eksternal dan akhirnya individu mencoba memberi
pembenaran personal tentang realita pada diri sendiri atau orang lain
( Purba, 2008 ).
Intensitas kecemasan yang tinggi, perasaan bersalah dan berdosa,
penghukuman diri, rasa tidak mampu, fantasi yang tak terkendali, serta
dambaan-dambaan atau harapan yang tidak kunjung sampai, merupakan
sumber dari waham. Waham dapat berkembang jika terjadi nafsu
kemurkaan yang hebat, hinaan dan sakit yang mendalam (kartono, 1981).
Prevalensi gangguan waham di Amerika Serikat diperkirakan 0,025
sampai 0,03 persen. Usia onset kira-kira 40 tahun, rentang usia untuk onset
dari 18 tahun sampai 90 tahunan, terdapat lebih banyak pada wanita.
Menurut penelitian WHO prevalensi gangguan jiwa dalam masyarakat
berkisar satu sampai tiga permil penduduk. Di Jawa Tengah dengan
penduduk lebih kurang 30 juta, maka akan ada sebanyak 30.000-90.000
penderita psikotik. Bila 10% dari penderita perlu pelayanan perawatan
psikiatrik ada 3.000-9.000 yang harus dirawat. Waham seperti yang
digambarkan di atas terjadi pada 65 % dari suatu sampel besar lintas
negara ( Sartorius & jablonsky, 1974 dalam Davison, 2006).
Dari urain diatas, mengingat betapa banyaknya pendererita yang
mengalami gangguan proses fikir: Waham, kita tidak bisa memandanganya
sebelah mata, serta dengan melihat betapa besar peran perawat dalam
3
memberikan asuhan keperawatan dalam hal ini kami selaku kelompok
mengankat materi tentang gangguan proses fikir: Waham.
1.2 Tujuan
1.1.1. Tujuan Umum
Menjelaskan penerapan asuhan keperawatan jiwa pada klien
dengan gangguan proses fikir: Waham.
1.1.2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan mengenai definisi, faktor predisposisi, faktor
presipitasi, tanda dan gejala, serta proses terjadinya masalah
gangguan proses fikir “Waham”.
b. Menjelaskan asuhan keperawatan jiwa pada klien dengan
gangguan proses fikir: Waham, mulai dari pengkajian, analisis
data, pohon masalah, rencana intervensi, implementasi dan
evaluasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
dirinya adalah seperti apa yang ada di dalam isi pikirannya. Waham sering
ditemui pada gangguan jiwa berat dam beberapa bentuk waham yang
spesifik sering ditemukan pada penderita skizofrenia (Yusuf,dkk. 2015,
p112).
Seorang yang mengalami waham berfikir bahwa ia memiliki
banyak kekuatan dan bakat serta tidak merasa terganggu jiwanya atau ia
merasa sangat kuat dan sangat terkenal (Varcarolis, 2006, p397).
Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan
penelitian realitas yang salah, keyakinan yang tidak konsisten dengan
tingkat intelektual dan latar belakang budaya, ketidakmampuan merespons
stimulus internal dan eksternal melalui proses interaksi/informasi secara
akurat (Yosep, 2010, p238).
Waham adalah keyakinan yang salah yang secara kokoh
dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan
dengan realita normal (Stuart dalam Yosep, 2010, p238).
Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan
kenyataan tapi dipertahankan dan tidak dapat dirubah secara logis oleh
orang lain, keyakinan ini berasal dari pemikiran klien dimana sudah
kehilangan control (Dep Kes RI, 1994).
5
kenyataan sejak lahir, terjadi pada bagian hipokampus otak.
Pengamatan mempelihatkan adanya suatu “kekacauan” dari sel-sel
piramidal di dalam otak dari orang-orang yang menderita
skizofrenia, tetapi sel-sel tersebut pada otak orang-orang yang tidak
mengalami skizifrenia tampak tersusun rapi (Scheibel,1991; dalam
Townsend 1998).
2. Teori Psikososial
Digambarkan perkembangan skizofrenia sebagai suatu
perkembangan disfungsi keluarga (Bowen, 1978; dalam Townsend,
1998). Konflik diantara suami istri memengaruhi anak, dan
menghasilkan keluarga yang selalu berfokus pada ansietas. Di masa
anak harus meninggalkan ketergantungan pada orangtua dan masuk
ke masa dewasa, anak tidak akan mampu memenuhi tugas
perkembangan masa dewasanya.
3. Teori Interpersonal
Orang yang mengalami psikosis akan menghasilkan suatu
huhungan orangtua-anak yang penuh ansietas tinggi (Sillivan,
1953, dalam Townsend,1998). Anak menerima pesan-pesan yang
membingungkan dan penuh konflik dari orang tua dan tidak
mampu membentuk rasa percaya diri kepada orang lain. Bila
tingkat ansitas yang tinggi dipertahankan maka konsep diri anak
akan mengalami ambivalen. Suatu kemunduran spikosis
memberika tanda-tanda ansietas dan rasa tidak aman dalam suatu
hubungan yang intim/akrab.
4. Teori Psikodinamik
Hartman (1964) dalam Townsend menegaskan bahwa psikosis
adalah hasil dari suatu ego yang lemah, perkembangan yang
dihambat oleh suatu hubungan saling mempengaruhi antara nak
dan orangtua. Karena ego menjadi lemah, penggunaan mekanisme
pertahanan ego pada waktu ansitas yang ekstrim menjadi suatu
6
yang maladaptif dan perilakunya sering kali merupakan
penampilan segemn “id” dama kepribadian.
7
sekitar pasien mencoba memberikan koreksi bahawa sesuatu yang
dikatakan pasien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan
secara adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan
menjadiperasan. Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif tetapi
tidak mau konfrontatif berkepanjangan dengan alasan pengakuan
pasien tidak merugikan orang lain.
d. Fase dukungan lingkungan (environment supprt)
Dukungan lingkungan sekitar yang mempercayai (keyakinan)
pasien dalam lingkungannya menyebabkan pasien merasa
didukung, lama-lama kelamaan pasien menganggap sesuatu yang
dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya
diulang-ulang. Oleh karenanya, mulai terjadi kerusakan kontrol diri
dan tidak berfungsinya norma (superego) yang ditandai dengan
tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong.
e. Fase nyaman (comforting)
Pasien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta
mengangga- bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai
dan mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat
pasien menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya, pasien lebih
sering menyendiri dan menghindari interaksi sosial (isolasi sosial).
f. Fase peningkatan (improvinf)
Apabila tidak adanya konfrontasi dan berbagai upaya koreksi,
keyakinan yang salah pada pasien akan meningkat. Jenis waham
yang sering berkaitan dengan kejadian traumatik masa lalu atau
berbagai kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang).
Waham bersifat menetap dan sulit dikoreksi. Isi waham dapat
menimbulkan ancaman diri an orang lain.
8
a. Waham kebesaran
Meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus,
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan
Contoh : “saya ini titisan Bung Karno, punya banyak perusahaan,
punya rumah di berbagai Negara dan bisa menyembuhkan
berbagai macam penyakit.”
b. Waham curiga
Meyakini bahwa ada beberapa orang atau kelompok yang berusaha
merugikan / mencederai dirinya, diucapkan berulang kali tetapi
tidak sesuai kenyataan.
Contoh : “banyak polisi mengintai saya, tetangga saya ingin
menghancurkan hidup saya, suster akan mencuri makanan saya”
c. Waham agama
Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan,
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan
Contoh : “Tuhan telah menunjuk saya menjadi wali, saya harus
terus menerus memakai pakaian putih setiap hari agar masuk
surga.”
d. Waham somatic
Meyakini bahwa tubuh klien atau bagian tubuhnya terganggu,
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan
Contoh : “sumsum tulang saya kosong, saya pasti terserang
kanker, dalam tubuh saya banyak kotoran, tubuh saya telah
membusuk, tubuh saya menghilang.”
e. Waham nihilistic
Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/meninggal,
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh : ”saya sudah menghilang dari dunia ini, semua yang ada
disini adalah roh-roh, sebenarnya saya sudah tidak ada di dunia.”
Tanda dan gejala dari perubahan isi pikir waham, yaitu pasien
menyatakan dirinya sebagai seorang besar, mempunyai kekuatan,
9
pendidikan, atau kekayaan luar biasa, serta pasien menyatakan perasaan
dikejar-kejar orang lain atau sekelompok orang. Selain itu, pasien
menyatakan perasaan mengenai penyakt yang ada dalam tubuhnya,
menarik diri dan isolasi, sulit menjalin hubungan interpersonal dengan
orang lain, rasa curiga yang berlebihan, kecemasan yang meningkat, sulit
tidur, tampak apatis, suara memelan, ekspresi wajah datar, kadang tertawa
atau menangis sendiri, rasa tidak percaya kepada orang lain, dan gelisah
(Yusuf, dkk, 2015, p113).
1. Kognitif
a. Tidak mampu membedakan nyata dengan tidak nyata
b. Individu sangat percaya pada keyakinan
c. Sulit berpikir realita
d. Tidak mampu mengambil keputusan
2. Afektif
a. Situasi tidak sesuai dengan kenyataan
b. Afek tumpul
3. Perilaku danhubungan sosial
a. Hipersensitif
b. Hubungan interpersonal dengan orang lain dangkal
c. Depresi
d. Ragu-ragu
e. Mengancam secara verbal
f. Aktivitas tidak tepat
g. Stereotipe
h. Impulsif
i. Curiga
4. Fisik
a. Kebersihan kurang
b. Muka pucat
c. Sering menguap
d. Berat badan menurun
10
e. Nafsu mkan berkurang dan sulit tidur
BAB III
3.1 Pengkajian
11
1. Status mental
a. Pada pemeriksaan status mental, menunjukkan hasil yang sangat
normal, kecuali bila ada sisem waham abnormal yang jelas.
b. Suasana hati (mood) pasien konsisten dengan isi wahamnya.
c. Pada waham curiga didapatkannya perilaku pencuriga.
d. Pada waham kebesaran, ditemukan pembicaraan tentang
peningkatan identitas diri dan mempunyai hubungan khusus dengan
orang yang hebat.
e. Adapun sistem wahamnya, pemeriksa kemungkinan merasakan
adanya kualitas depresi ringan
f. Pasien dengan waham tidak memiliki halusinasi yang
menonjol/menetap kecuali pada pasien dengan waham raba atau
cium. Pada beberapa pasien kemungkinan ditemukan halusinasi
dengar.
2. Sensorium dan kognisi
a. Pada waham, tidak ditemukan kelainan dalam orientasi, kecuali
yang memiliki waham spesifik tentang waktu, tempat, dan situasi.
b. Daya ingat dan proses kogmitif pasien denga utuh (intact).
c. Pasien waham hampir seluruhnya memiliki daya tiliki diri (insign)
yang jelek.
d. Pasien dapat dipercaya informasinya, kecuali jika membahayakan
drinya, keputusan yang terbaik bagi pemeriksa dalam menentukan
kondisi pasien adalah dengan menilai perilaku masa lalu, masa
sekarang, dan yang direncanakan.
3.2 Diagnosis
a. Risiko kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan waham
b. Perubahan proses pikir: waham berhubungan dengan harga diri rendah.
12
b. Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar
c. Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan.
d. Pasien menggunakan obat dengan prinsip lima benar.
3.3.2. Tindakan
a. Bina hubungan saling percaya
1) Mengucapkan salam terapeutik
2) Berjabat tangan
3) Menjelaskan tujuan interaksi
4) Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali
bertemu pasien.
b. Bantu orientasi realitas
1) Tidak mendukung atau membantah waham pasien.
2) Yakinkan pasien berada dalam keadaan aman.
3) Observasi pengauh waham terhadap aktivitas sehari-hari.
4) Jika pasien terus menerus membicarakan wahamnya,
dengarkan tanpa memberika dukungan atau menyangkal
sampai pasien berhenti membicarakannya.
5) Berika pujian bila penampilan dan orientasi pasien sesuai
dengan realita.
c. Diskusikan kebutuhan psikologis atau emosional yang tidak
terpenuhi sehingga menimbulkan kecemasan, rasa takut dan
marah.
1) Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan
fisik dan emosional pasien.
2) Berdiskusi tentang kemampuan positif yang dimiliki.
3) Bantu melakukan kemampuan yang dimiliki.
4) Berdiskusi tentang obat yang diminum.
5) Melatih minum obat yang benar.
3.4 Evaluasi
13
b. Berkomunikasi sesuai dengan kenyataan.
c. Menggunakan obat dengan benar dan patuh.
BAB IV
6.1. Kasus
Mas Putro (20 tahun) masuk RSJ Menur Surabaya tanggal 23 Mei
2016. Klien dibawa ke RSJ oleh ibunya karena sudah mulai berbicara yang
tidak jelas dan tidak sesuai realitas. Mas Putro selalu berbicara “Saya ini
14
titisan Nabi Yusuf. Saya ini adalah orang yang terganteng sejagad raya.
Saya ini direktur perusahaan terbesar di dunia. Saham saya dimana-mana.
Semua wanita didunia ini akan terpukau jika melihat diri saya”. 3 tahun
yang lalu klien pernah datang ke URJ dengan keluhan yang sama. Klien
memiliki sosial-ekonomi yang kurang baik dan terbatasnya kebutuhan-
kebutuhannya. Ibu klien menjelaskan bahwa, karakter klien sebelumnya
adalah seorang anak yang sombong. Dan pada suatu ketika keinginan Mas
Putro untuk mebeli motor tidak bisa dipenuhi oleh ibunya. Itu pula awal
masalah Mas Putro dibawa ke URJ. TTV menunjukan TD 120/80 mmHg,
N 90x/mnt, RR 20x/mnt, S 370C, TB 177 cm, BB 60kg. Keluhan fisik
tidak ada, pasien tampak bersemangat
6.2. Pengkajian
I. IDENTITAS KLIEN
Klien mulai bicara yang tidak jelas mengenai dirinya. Klien meyakini
bahwa dirinya memiliki kekuasaan khusus.
2. Pengobatan sebelumnya.
15
Aniaya fisik
Aniaya seksual
Penolakan 17
Kekerasan dalam keluarga
Tindakan kriminal
Masalah Keperawatan : -
Masalah Keperawatan : -
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
3 Tahun yang lalu keinginan klien untuk membeli sepeda motor tidak
dapat dipenuhi oleh ibunya.
Masalah Keperawatan : -
IV. FISIK
2. Ukur : TB : 177 cm BB : 60 kg
Masalah keperawatan :-
V.PSIKOSOSIAL
1. Genogram
16
Jelaskan : Klien sangat dekat dengan ibunya.
Masalah Keperawatan :-
2. Konsep diri
a Gambaran diri : tidak ditemukan masalah
Masalah Keperawatan :-
3. Hubungan Sosial
Masalah keperawatan: -
4. Spiritual
Masalah Keperawatan : -
17
VI. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Jelaskan : klien lebih suka memakai satu pakaiannya yang dianggap paling
mewah.
Masalah Keperawatan : -
2. Pembicaraan
pembicaraan
Masalah Keperawan : -
3. Aktivitas Motorik:
Masalah Keperawatan : -
4. Alam perasaaan
Masalah Keperawatan : -
5. Afek
18
6. lnteraksi selama wawancara
Masalah Keperawatan : -
7. Persepsi
Pengecapan Penghidu
Masalah Keperawatan : -
8. Proses Pikir
9. Isi Pikir
Waham
Jelaskan : Klien mengaku bermimpi bertemu dengan Nabi Sulaiman dan diberi
tahu bhawa ia adalah titisannya.
19
10. Tingkat kesadaran
Disorientasi
Masalah Keperawatan : -
11. Memori
pendek
berhitung sederhana
Masalah Keperawatan : -
Masalah Keperawatan : -
dirinya
20
VII. Kebutuhan Persiapan Pulang
1. Makan
2. BAB/BAK
Masalah Keperawatan : -
3. Mandi
4. Berpakaian/berhias
6. Penggunaan obat
7. Pemeliharaan Kesehatan
Belanja Ya tidak
21
Transportasi Ya tidak
Lain-lain Ya tidak
Jelaskan : -
Masalah Keperawatan : -
Adaptif Maladaptif
Masalah Keperawatan : -
__________________________________________________________________
Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik
_____________________________________
__________________________________________________________________
Masalah dengan pendidikan, spesifik
________________________________________________
__________________________________________________________________
Masalah dengan pekerjaan, spesifik
_________________________________________________
__________________________________________________________________
Masalah dengan perumahan, spesifik
________________________________________________
____________________________________________________________________
Masalah ekonomi, spesifik
_________________________________________________________
22
____________________________________________________________________
Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik
______________________________________
__________________________________________________________________
Masalah lainnya, spesifik
__________________________________________________________
____________________________________________________________________
Masalah Keperawatan : -
__________________________________________________________________
Koping obat-obatan
Lainnya : -
Masalah Keperawatan : -
Analisa Data
Perawat,
(Gilan D.)
23
6.3. Analisa Data
6.4. Diagnosa
a. Risiko kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan waham
b. Perubahan proses pikir: waham berhubungan dengan harga diri rendah.
6.5. Intervensi
24
BAB VI
KESIMPULAN
25
DAFTAR PUSTAKA
Lynda, Moyet. 2014. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 13. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Yosep, Iyus. 2010. Keperawatan Jiwa Edisi Revisi. Bandung: PT. Refika Aditama
Yusuf, Hanik, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:
Penerbit Salemba Medika.
Keliat, Budi Anna. 2006. Kumpulan Proses Keperawatan Masalah Jiwa. Jakarta;
Penerbit FIK, Universitas Indonesia.
26