Bahan Baku: Limbah cair industri kosmetik dari pembersihan jalur produksi kosmetik. Karena limbah cair pasti mengandung ingredients yang terdapat dalam kosmetik, maka memiliki nilai TSS dan komponen organik yang tinggi. Metode: Limbah cair industri kosmetik yang digunakan telah mengalami proses pretreat dengan koagulasi berbasis aluminium sebagai koagulan menggunakan proses DAF Menggunakan metode Fenton/Photofenton
Abidemi et al., 2018 [2]
Limbah cair industri kosmetik mengandung nilai Chemical Oxygen Demand (COD) yang tinggi yaitu > 100.000 mg/l , konsentrasi ekstrak petroleum ether yang tinggi, lemak dan minyak, deterjen, suspended solid, nitrogen organik, fosforus organik, karbon level organik,
STUDI REAKSI FENTON
Zhang et al., 2019 [6] Metode fenton digunakan untuk pengolahan limbah organik (organic compounds sludge removal) Metode fenton ada 2 yaitu Single Fenton Optimization Processes yang terdiri dari Heterogeneous fenton, Photo-Fenton Process, dan Electro-Fenton Process. Sedangkan untuk Coupled Fenton Optimization Proces yaitu Photoelectro- Fenton Process, Heterogeneous electro-Fenton Process, Hetereogeneous photo- electro-Fenton process, dan Three-dimensional electro-Fenton process
Parameter operasi proses fenton yang dapat dioptimasi
Temperatur limbah cair industri kosmetik memiliki efek yang signifikan pada efisiensi pengolahan air limbahnya. Temperature yang digunakan antara 25°C - 30°C. Pada limbah cair tekstil biasanya mencapai 50°C. Efisiensi yang didapatkan seperti dapat menurunkan dosis katalis. Meskipun peningkatan suhu limbah cair memiliki banyak benefit, tetapi penelitian menggunakan suhu diatas 40°C harus dilakukan secara teliti dan rinci, agar didapatkan hasil yang sesuai dengan teori (akurat).
Beberapa penelitian mengatakan bahwa pH 3 merupakan nilai yang
optimum untuk melakukan proses fenton, tetapi ada beberapa studi yang mengilustrasikan bahwa komponen organik dapat didegradasi secara efektif pada pH netral maupun pada range alkali.
Penggunaan katalis homogen lebih mudah digunakan daripada
penggunaan katalis yang heterogen. Hal ini disebabkan senyawa anorganik yang digunakan secara langsung sebagai katalis dalam sistem homogen.