Anda di halaman 1dari 16

ISSN: 1979-6684

PENGARUH KETELADANAN KEPALA SEKOLAH, IKLIM KERJA


ORGANISASI, KEPUASAN KERJA TERHADAP LOYALITAS KERJA
GURU SMP KECAMATAN MEDAN AMPLAS

Zufani1 Belferik Manullang2, Abdul Muin Sibuea3


1
Program Studi Administrasi Pendidikan
2
Dosen Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan
Email: Zufani.fani@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh keteladanan kepala sekolah


terhadap kepuasan kerja, pengaruh iklim kerja organisasi terhadap kepuasan kerja,
pengaruh keteladanan kepala sekolah terhadap loyalitas kerja, pengaruh iklim kerja
organisasi terhadap loyalitas kerja, dan pengaruh kepuasan kerja terhadap loyalitas kerja
guru SMP Swasta Kecamatan Medan Amplas. Penelitian ini menggunakan metode
kuantitatif dengan pendekatan analisis jalur (Path Analysis). Populasi penelitian seluruh
guru SMP Swasta di Kecamatan Medan Amplas sebanyak 232 guru, dengan jumlah
sampel sebesar 147 orang. Teknik sampling yang digunakan yaitu proportional random
sampling. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan angket. Hasil dari
penelitian menunjukkan terdapat pengaruh langsung positif keteladanan kepala sekolah
terhadap kepuasan kerja guru, terdapat pengaruh langsung positif iklim kerja organisasi
terhadap kepuasan kerja guru, terdapat pengaruh langsung positif keteladanan kepala
sekolah terhadap loyalitas kerja guru, terdapat pengaruh langsung positif iklim kerja
organisasi terhadap loyalitas kerja guru, dan terdapat pengaruh langsung positif
kepuasan kerja terhadap loyalitas kerja guru

Kata Kunci : Keteladanan Kepala Sekolah, Iklim Kerja Organisasi, Kepuasan Kerja,
Loyalitas Kerja

Abstaract

This study aims to determine the influence of exemplary headmaster on job satisfaction,
the influence of work climate of the organization on job satisfaction, the influence of
exemplary headmaster on work loyalty, organizational climate influence effect on work
loyalty, and job satisfaction influence to loyalty of teacher work SMP Swasta Medan
Amplas . This research uses quantitative method with path analysis approach (Path
Analysis). The population of all junior high school teachers in Medan Amplas sub-
district was 232 teachers, with a total sample of 147 people. The sampling technique
used is proportional random sampling. Data collection techniques were conducted
using a questionnaire. The result of the research shows that there is a direct positive
influence of the Exemplary headmaster to teacher's work satisfaction, there is a positive
direct effect of organizational work climate on teacher work satisfaction, there is a
direct positive influence of the school principal's attitude toward teacher work loyalty,
there is a positive direct effect of organizational work climate on work loyalty teachers,
and there is a direct positive influence of job satisfaction on teacher work loyalty
Keywords: Exemplary headmaster, Working Organizational Climate, Job Satisfaction,
Job Loyalty

Jurnal Manajemen Pendidikan Vol.9 No.2 Nopember 2017 74


ISSN: 1979-6684

A. PENDAHULUAN Di dalam sekolah diharapkan


Pendidikan merupakan salah guru-guru mempunyai sikap loyalitas
satu wahana untuk meningkatkan yang tinggi terhadap organisasi dalam
kualitas sumber daya manusia karena pelaksanaan tugas dan tanggung
keberhasilan dunia pendidikan sebagai jawabnya terhadap sekolah. Loyalitas
faktor penentu tercapainya tujuan merupakan kesediaan guru untuk
pembangunan nasional di bidang melanggengkan hubungan dengan
pendidikan, yaitu mencerdaskan organisasi, dengan mementingkan
kehidupan bangsa.. kepentingan organisasi dari pada
Sebagai salah satu lembaga kepentingan pribadinya, adanya rasa
menyelenggarakan pendidikan secara cinta dan tanggung jawab untuk
formal, yaitu sekolah yang memiliki berusaha memberikan pelayanan dan
peranan yang sangat penting dalam perilaku yang terbaik terhadap
mewujudkan tujuan pendidikan nasional organisasi (sekolah).
melalui proses belajar mengajar. Menurut Poerwopoespito
Sekolah merupakan institusi pendidikan (2004:214) mengatakan bahwa loyalitas
yang di dalamnya terdapat beberapa kepada pekerjaan tercermin pada sikap
komponen yang saling berkaitan. karyawan yang mencurahkan
Adapun komponen-komponen tersebut kemampuan dan keahlian yang dimiliki,
ialah kepala sekolah, guru, siswa, staf melaksanakan tugas dan bertanggung
administrasi, lingkungan, serta jawab, disiplin, serta jujur dalam
kurikulum (materi, metode, dan media). bekerja. Sikap setia kepada perusahaan
Komponen-komponen tersebut haruslah antara lain adalah jujur, mempunyai
terwujud dengan kinerja yang strategis rasa memiliki terhadap perusahaan,
untuk dapat mencapai komitmen tujuan mengerti kesulitan perusahaan, bekerja
sekolah. Tujuan sekolah secara global lebih dari yang diminta perusahaan,
dapat berupa tuntutan untuk menciptakan suasana menyenangkan di
mewujudkan kemampuan akademis perusahaan, menyimpan rapat rahasia
tertentu, keterampilan, sikap, dan perusahaan, menjaga dan meninggikan
mental, serta kepribadian yang harus citra perusahaan, hemat, tidak unjuk
dimiliki peserta didik sebagai output rasa dan tidak apriori terhadap
dari proses pembelajaran. perusahaan.
Dalam rangka proses Menurut Rasimin (2006:178),
peningkatan mutu pendidikan “Loyalitas adalah kesetiaan,
diperlukan guru, baik secara individual pengabdian, dan kepercayaan yang
maupun kolaboratif untuk melakukan diberikan atau ditujukan kepada
sesuatu yang lebih baik agar seseorang atau lembaga, yang
pendidikan dan pembelajaran menjadi didalamnya terdapat rasa cinta dan
berkualitas. Guru sebagai tenaga tanggung jawab untuk berusaha
pendidik merupakan pelaku utama memberikan pelayanan dan perilaku
dalam pelaksanaan pendidikan yang yang terbaik. Sehingga kemauan kerja
selalu berhadapan langsung dengan sama yang berarti kesediaan
peserta didik yang sangat menentukan pengorbanan diri, kesediaan melakukan
terhadap pencapaian keberhasilan pengawasan diri, dan kemauan untuk
pendidikan dalam rangka keberhasilan menonjolkan kepentingan diri sendiri.
sumber daya manusia yang berkualitas. Kesediaan untuk mengorbankan diri ini

Jurnal Manajemen Pendidikan Vol.9 No.2 Nopember 2017 75


ISSN: 1979-6684

melibatkan adanya kesadaran untuk dengan bidang pendidikan yang ia


mengabdikan diri kepada suatu tempuh selama di perguruan tinggi, 3)
organisasi, pengabdian ini akan sarana dan prasarana sekolah belum
menyongkong peran seseorang dalam memadai, 4) guru jarang berpartisipasi
suatu organisasi. dalam semua kegiatan yang
Guru yang memiliki loyalitas diselenggarakan sekolah tempatnya
dalam bekerja dapat terlihat dari sikap bekerja, 5) masih banyak guru
yang ditunjukkan terhadap institusi mengeluh dalam melaksanakan tugas
sekolah berupa sikap senang sebagai tambahan yang diberikan kepala
guru, bangga terhadap sekolah, peduli sekolah di dalam maupun di luar jam
terhadap sekolah, dan bertanggung kerja, dan 6) tanggung jawab kerja guru
jawab dalam tugas mengajar, mampu masih rendah. Selain itu, masih ada
melibatkan diri sepenuhnya kepada guru datang terlambat, sebagian guru
aktivitas-aktivitas sekolah, siap dan tidak membuat rancangan pembelajaran
bersedia mempertahankan nama baik (RPP) melainkan mengkopi dari guru
sekolah. Saydam (1996 : 417) lain, atau mendowload dari internet,
mengemukakan seseorang yang sebagian guru tidak menggunakan
memiliki loyalitas baik memperlihatkan metode dan strategi pembelajaran yang
perilaku : 1) tidak senang melihat bervariasi, guru mengajar dengan cara
perbuatan cenderung merugikan masih menonton, masih ada guru tidak
sekolah, 2) bersedia turun tangan untuk menggunakan media pembelajaran
mencegah hal-hal yang merugikan alasan tidak mampu membuatnya, tidak
sekolah, 3) bersedia mengorbankan ada biaya dan merasa tidak punya waktu
kepentingan pribadinya, waktunya, untuk membuatnya. Kemudian ketidak
tenaganya untuk kemajuan sekolah, 4) kompakan atau kebersamaan di antara
tidak mau berbuat hal-hal yang guru masih kurang. Hal ini terlihat dari
mengarah pada hal yang merusak ketidak pedulian guru terhadap keadaan
sekolah, 5) suka bekerja keras, kreatif, atau situasi yang ada di lingkungan
dan selalu ingin berbuat yang terbaik sekolah.
bagi sekolah, dan 6) merasa bangga atas Hal ini juga ditemukan di
prestasi yang dicapai sekolah. sekolah SMA Negeri 2 Pematang
Namun pada kenyataannya hal Siantar, penelitian yang dilakukan
tersebut jauh dari harapan, berdasarkan Akhyar berdasarkan observasi yang
studi pendahuluan yang dilakukan ditemukan beberapa data
menurut pengamatan peneliti pada mengindentifikasikan rendahnya
bulan di Februari 2016 di SMP Swasta loyalitas kerja guru yaitu : adanya
Kecamatan Medan Amplas, ditemukan kecenderungan guru lebih terobsesi
masalah pada rendahnya loyalitas guru mengejar kesejahteraan materi dari pada
disini juga bermasalah antara lain : 1) pengabdiannya sebagai Pegawai Negeri
guru tidak senang terhadap profesinya, Sipil (PNS), sekitar 26 (86,67%) guru
hal ini menunjukkan bahwa guru lebih terobsesi mengejar kesejahteraan
terkesan bekerja dengan cara terpaksa, dari pada menyisihkan waktu luang
terlihat guru jarang sekali memberikan untuk memberikan bimbingan belajar
penjelasan materi pelajaran kepada kepada siswa. Ini terlihat jika ada guru
peserta didik, 2) posisi guru dalam tidak hadir, guru yang memiliki waktu
mengajar yang tidak sesuai dengan luang tidak masuk untuk memberikan
bidangnya, hal ini menunjukkan bahwa bimbingan kepada siswa dengan alasan
masih ada guru mengajar tidak sesuai bukan tanggung jawabnya. Selain itu

Jurnal Manajemen Pendidikan Vol.9 No.2 Nopember 2017 76


ISSN: 1979-6684

ketika upacara berlangsung masih ada Keteladanan kepala sekolah


guru yang terlambat dan keterlambatan adalah sikap dan tingkah laku
tersebut terlihat oleh siswa. pemimpin, ucapan maupun perbuatan
Seperti juga dikemukakan oleh yang dapat di tiru dan di teladani oleh
Nitisemito (1991:167), “kurangnya bawahannya. Kepala sekolah
loyalitas guru dalam menjalankan memainkan peranan penting dalam
tugasnya dipengaruhi oleh gaji yang upaya peningkatan kualitas kerja guru.
kurang, tidak tercukupinya kebutuhan Wahjosumidjo (2005:83) mengatakan
rohani, suasana kerja, posisi jabatan kepala sekolah merupakan seorang
yang tidak tepat, kesempatan tenaga fungsional guru yang diberi
berprestasi, rasa aman, dan penyediaan tugas untuk memimpin suatu sekolah di
fasilitas yang kurang menyenangkan”. mana diselenggarakan proses belajar
Faktor-faktor tersebut tentu memiliki mengajar, atau tempat dimana terjadi
keterkaitan dengan kepemimpinan interaksi antara guru yang memberi
kepala sekolah, sebab peranan kepala pelajaran dan murid yang menerima
sekolah memiliki kemampuan pelajaran.
membangkitkan semangat kerja guru, Nur Zazin (2011:214)
dan menciptakan suasana yang mengatakan kepala sekolah merupakan
kondusif, serta meningkatkan kepuasan kepemimpinan yang tertinggi di sekolah
kerja guru agar guru loyal dalam yang sangat berpengaruh, bahkan sangat
pekerjaannya di sekolah tersebut. menentukan terhadap mutu pendidikan
Hal yang senada di lakukan di sekolah. Kepemimpinan kepala
Aisyatur Rahma dan Elizabeth Ranu sekolah adalah suatu kemampuan dan
tentang“Peran Budaya dan Iklim Kerja kesiapan kepala sekolah untuk
Terhadap Loyalitas Kerja Pegawai mempengaruhi, membimbing,
Bagian Umum Sekretariat Daerah mengarahkan, dan menggerakkan staf
Kabupaten Lamongan” dalam sekolah agar dapat bekerja secara efektif
observasinya bahwa ada beberapa dalam rangka mencapai tujuan
pegawai yang kurang menaati peraturan pendidikan dan pengajaran yang telah
di kantor, beberapa pegawai masih ditetapkan, atau bisa dikatakan bantuan
kurang memiliki etika dalam yang diberikan oleh kepala sekolah
bekerja yang baik, belum tersedianya terhadap penetapan pencapaian tujuan
sarana dan prasarana yang memadai pendidikan. Menurut Mulyasa
sehingga dalam bekerja kurang optimal, (2009:98) kepala sekolah sedikitnya
adanya komitmen yang masih kurang mempunyai peran dan fungsinya
dalam bekerja, dan masih kurangnya sebagai Edukator, Manajer,
komunikasi antara teman sekerja. Administrator, Supervisor, Leader,
Robbins (2006:448), menyatakan Inovator dan Motivator.
bahwa faktor kepemimpinan, faktor Kepala sekolah sebagai
lingkungan, dan faktor kontingensi pemimpin memberikan petunjuk dan
bawahan dapat mempengaruhi kepuasan pengawasan serta meningkatkan
seseorang dalam bekerja, artinya, bahwa kemauan tenaga pendidik, membuka
puas tidaknya seseorang dapat komunikasi dua arah, dan
dipengaruhi oleh faktor pemimpin, mendelegasikan tugas. Sebagaimana
lingkungan, atau budaya dalam juga dikatakan Wahjosumidjo
organisasinya serta pengaruh perilaku (2013:110) mengemukakan kepala
karyawan. sekolah sebagai pemimpin harus
memiliki karakter khusus mencakup : 1)

Jurnal Manajemen Pendidikan Vol.9 No.2 Nopember 2017 77


ISSN: 1979-6684

kepribadian, 2) keahlian dasar, 3) terhadap seberapa baik pekerjaan akan


pengalaman dan pengetahuan memenuhi harapan mereka. Menurut
profesional, 4) diklat dan keterampilan Robbins dan Judge (2008:107)
profesional, dan 5) pengetahuan mengartikan kepuasan kerja sebagai
administrasi dan pengawasan yang suatu perasaan positif yang timbul
profesional. dalam diri seseorang terhadap
Iklim kerja organisasi juga pekerjaannya yang merupakan hasil dari
mempengaruhi loyalitas kerja guru, evaluasi karakteristik dirinya.
iklim organisasi merupakan lingkungan Wirawan (2013:698)
kerja yang bersifat psikis yang tidak mengartikan kepuasan kerja adalah
terlihat nyata tetapi dapat dirasakan oleh persepsi orang mengenai berbagai aspek
para anggotanya di dalam organisasi dari pekerjaannya. Dimana persepsi ini
tersebut. Hal ini merupakan konsep dapat diartikan berupa perasaan dan
yang menunjukkan isi dan kekuatan dari sikap seseorang terhadap pekerjaan
pengaruh antara nilai, norma, sikap yang sedang digelutinya. Perasaan dan
perilaku dan perasaan dari anggota yang sikap ini bisa menimbulkan dampak
ada dalam organisasi. Iklim organisasi positif dan negatif, sikap positif ini
juga tidak terlepas dari sifat atau ciri dapat diartikan bahwa seseorang merasa
yang terdapat di dalam suatu puas terhadap pekerjaannya sebaliknya
lingkungan kerja dan timbul karena sikap negatif menunjukkan bahwa orang
kegiatan organisasi. Sehingga, iklim tersebut tidak puas dengan
organisasi dapat dianggap sebagai pekerjaannya. Handoko (2001:193)
keperibadian organisasi seperti yang mengatakan kepusasan kerja merupakan
dirasakan oleh para anggotannya keadaan emosional yang menyenangkan
(Steers, 1977:121). atau tidak menyenangkan dengan mana
Faktor-faktor sikap, nilai, para karyawan memandang pekerjaan
perilaku dan motif-motif yang dimiliki mereka. Dari pendapat-pendapat
individu disadari ikut berperan penting tersebut disimpulkan bahwa kepuasan
dalam proses perseptual iklim kerja adalah perasaan seseorang
organisasi tempat individu bekerja. terhadap pekerjaannya yang
Pengaruh iklim terhadap perilaku menimbulkan sikap posistif dan negatif
karena dilandaskan oleh pendapat atau merasa puas atau tidak puas
bahwa pada dasarnya orang cenderung terhadap pekerjaannya.
bertingkah berdasarkan pandangan Berdasarkan kenyataan,
mengenai lingkungan dan tidak selalu pendapat para ahli dan hasil penelitian
berdasarkan keadaan bagaimana yang dipaparkan pada latar belakang
keadaan lingkungan sebenarnya. masalah di atas, maka dapat
Artinya iklim menjadi dasar bagi disintesiskan bahwa melalui
individu-individu untuk menentukan keteladanan kepala sekolah, iklim
sikap dan perilakunya didalam organisasi, dan kepuasan kerja akan
organisasi, semakin banyak kesesuaian mampu menghasilkan loyalitas kerja
yang terjadi, maka akan semakin baik guru yang lebih baik pula.
atau positif menurut individu.
Selain keteledanan kepala TINJAUAN PUSTAKA
sekolah dan iklim organisasi, faktor 1. Loyalitas Kerja
kepuasan kerja juga mempengaruhi Menurut Nitisemito (1991:136)
loyalitas kerja guru. Kepuasan kerja mengatakan bahwa loyalitas adalah
merupakan hasil persepsi seseorang kesetiaan terhadap organisasi tempat

Jurnal Manajemen Pendidikan Vol.9 No.2 Nopember 2017 78


ISSN: 1979-6684

bekerja, seringkali dipakai syarat untuk berusaha menjaga nama baik


promosi. Sebagaimana yang perusahaan.
dikemukakan Sudimin (2003:5) yang
mengatakan bahwa loyalitas berarti 2. Keteladanan Kepala Sekolah
kesediaan karyawan dengan seluruh Keteladan berasal dari kata
kemampuan, keterampilan, pikiran, dan “teladan’ yaitu suatu (perbuatan, barang
waktu untuk ikut serta mencapai tujuan dan sebagainya) yang patut ditiru dan
perusahaan serta tidak melakukan dicontoh. Keteladanan yang dimaksud
tindakan-tindakan yang merugikan disini adalah sikap dan tingkah laku
organisasi selama orang itu masih pemimpin, ucapan maupun perbuatan
berstatus sebagai karyawan. yang dapat di tiru dan di teladani oleh
Selanjutnya, Saydam (1996:485) bawahannya. Keteladanan melakukan
mengemukakan bahwa loyalitas adalah apa yang harus dilakukan dan tidak
tekad dan kesanggupan mentaati, melakukan hal-hal yang tidak boleh
melaksanakan dan mengamalkan dilakukan, baik karena keterikatan
sesuatu yang dipatuhi dengan penuh kepada peraturan undang-undang yang
kesadaran dan tanggung jawab, tekad berlaku maupun karena limitasi yang
dan tingkah laku sehari-hari dalam ditentukan oleh nilai-nilai moral, etika
melaksanakan tugas. Sedangkan dan sosial (Siagian, 2003:105).
menurut Poerwopoespito (2004:214) Sebagaimana yang dikatakan
mengatakan bahwa loyalitas kepada Edward seperti dikutip Wahjosmidjo,
pekerjaan tercermin pada sikap (2001:78)yakni disciplinary activity
karyawan yang mencurahkan includes any action which attempts to
kemampuan dan keahlian yang dimiliki, promote cooperation and abediaence to
melaksanakan tugas dan bertanggung order, rules and regulation”. Disiplin
jawab, disiplin, serta jujur dalam itu meliputi aktivitas, tindakan yang
bekerja. Lebih lanjut Poerwopoespito dilakukan dalam usaha memuaskan
mengatakan sikap karyawan sebagai kerjasama, patuh terhadap ketentuan
bagian perusahaan yang paling utama yang berlaku dan terhadap tugas yang
adalah loyal. Sikap ini diantaranya dibebankan. Keteladanan menghendaki
tercermin dari terciptanya suasana yang konsistensi antara perkataan, sikap,
menyenangkan dan mendukung tempat tingkah laku, dan perbuatan. Seorang
kerja, menjaga citra perusahaan dan kepala sekolah harus mampu
adanya kesediaanya untuk bekerja mensinergikan keseluruhan sikapnya
dalam jangka waktu yang lebih panjang. sesuai dengan norma yang berlaku, baik
Berdasarkan pernyataan di atas yang berkaitan dengan kode etik guru
dapat disimpulkan bahwa loyalitas kerja maupun tata tertib yang di sekolah
adalah sikap kesetiaan, kesanggupan dimana ia mengabdi. Sehingga para
melaksanakan dan mengamalkan guru menjadikannya sebagai teladan,
sesuatu disertai dengan tanggung jawab panutan dan mengikutinya. Setiap orang
dan kesadaran, serta berusaha membela memahami bahwa keteladanan
perusahaan/lembaga/sekolah dari merupakan salah satu karakteristik
tindakan yang merugikan organisasi. penting bagi keberhasilan seorang
Mengacu pada pengertian tersebut maka pemimpin.
loyalitas memiliki unsur antara lain : Dalam teori kepemimpinan
adanya sikap kesetiaan, kesadaran keteladanan, Kouzes dan Posner
melaksanakan, tanggung jawab, serta (1999:32), mengatakan bahwa
pemimpin melaksanakan lima praktek

Jurnal Manajemen Pendidikan Vol.9 No.2 Nopember 2017 79


ISSN: 1979-6684

kepemimpinan teladan yaitu : 1) dapat melaksanakan tugasnya dengan


mencontohkan cara, 2) menginspirasi baik, kepala sekolah hendaknya
visi bersama, 3) menentang proses, 4) memahami, menguasai, dan mampu
memampukan orang lain untuk meloaksanakan kegiatan-kegiatan yang
bertindak, dan 5) mendorong hati. berkenaan dengan fungsinya sebagai
Kepala sekolah selain berfungsi administrator pendidikan (Purwanto
sebagai pemimpin juga berfungsi 2009:106.)
sebagai edukator (pendidik), manajer, Selanjutnya, kepala sekolah
administrator, supervisor, leader, bertindak sebagai supervisor. Supervisi
inovator dan motivator (Mulyasa, merupakan kegiatan membina dan
2009:98). Kepala sekolah sebagai dengan membantu pertumbuhan agar
edukator adalah merupakan tugas utama setiap orang mengalami peningkatan
yang harus dilakukan. Sebagaimana pribadi dan profesinya. Menurut
pendapat tersebut, bahwa kepala Mukhtar (2013:44), supervisi adalah
sekolah adalah guru yang diberikan suatu usaha mengkoordinasi dan
tugas tambahan sebagai kepala sekolah. membimbing secara kontinu
Kegiatan belajar mengajar merupakan pertumbuhan guru-guru di sekolah baik
inti dari proses pendidikan dan guru secara individu maupun kelompok.
pelaksana dan pengembang kurikulum Hakekatnya segenap bantuan yang
di sekolah. Kepala sekolah yang ditujukan pada perbaikan-perbaikan dan
menunjukkan komitmen tinggi dan pembinaan aspek pengajaran. Tugas
fokus terhadap pengembangan kepala sekolah sebagai supervisor
kurikulum dan kegiatan belajar terlihat dari penyusunan program
mengajar di sekolahnya tentu saja akan supervisi kelas, melaksanakan supervisi
sangat memperhatikan tingkat kelas dan kemampuan memanfaatkan
kompetensi yang dimilki gurunya hasil supervisi tersebut untuk
sekaligus juga akan senantiasa berusaha pengembangan sekolah.
menfasilitasi dan mendorong agar para Kepala sekolah sebagai seorang
guru dapat secara terus menerus pemimpin, menurut Wahjosumidjo
meningkatkan kompetensinya, sehingga (2013:83) dalam praktek organisasi,
kegiatan belajar mengajar dapat berjalan kata “memimpin”mengandung konotasi
efektif dan efisien. menggerakkan, mengarahkan,
Kepala sekolah sebagai manajer membimbing, melindungi, membina,
pada hakekatnya adalah seorang memberikan teladan, memberikan
perencana, organisator, pemimpin, dan dorongan, memberikan bantuan, dan
pengendali. Keberadaan manajer pada sebagainya.
suatu organisasi diperlukan, sebab Kepala sebagai inovator harus
sebagai alat untuk mencapai tujuan memiliki strategi yang tepat untuk
memerlukan seorang manajer yang menjalin hubungan yang harmonis
mampu untuk merencanakan, dengan lingkungan, mencari gagasan
mengorganisasikan, memimpin dan baru, mengintegrasikan setiap kegiatan,
mengendalikan agar organisasi dapat memberikan teladan kepada seluruh
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. tenaga kependidikan di sekolah, dan
Sebagai administrator, kepala mengembangkan model-model
sekolah dalam lembaga pendidikan pembelajaran yang inovatif.
bertanggung jawab terhadap kelancaran Sebagai motivator, kepala
pelaksanaan dan pengajaran di sekolah harus memiliki strategi yang
sekolahnya. Oleh karena itu, untuk tepat untuk memberikan motivasi

Jurnal Manajemen Pendidikan Vol.9 No.2 Nopember 2017 80


ISSN: 1979-6684

kepada para tenaga kependidikan dalam iklim organisasi yang berkualitas


melakukan berbagai tugas dan ditandai adanya suasana penuh
fungsinya. Motivasi ini dapat semangat dan adanya daya hidup,
ditumbuhkan melalui pengaturan memberikan kepuasan kepada anggota
lingkungan fisik, pengaturan suasana organisasi. Jadi, iklim organisasi adalah
kerja, disiplin, dorongan, penghargaan rangkaian sifat lingkungan kerja, yang
secara efektif, dan penyediaan berbagai dinilai langsung atau tidak langsung
sumber belajar melalui pengembangan oleh karyawan yang dianggap menjadi
Pusat Sumber Belajar (PSB) (Mulyasa, kekuatan utama dalam mempengaruhi
2009:188-120). perilaku karyawan.
Berdasarkan uraian diatas dapat Iklim organisasi menurut Steers
disimpulkan bahwa kepala sekolah (1997:120) mengatakan bahwa suatu
merupakan seorang pemimpin sifat-sifat atau ciri yang dirasa terdapat
terpandang di lingkungan masyarakat dalam lingkungan kerja dan timbul
sekolah, ia adalah pusat teladan bagi karena kegiatan organisasi, yang
warga sekolah dan warga masyarakat di dilakukan secara sadar atau tidak, yang
sekitar sekolah, karena itu kepala dianggap mempengaruhi tingkah laku
sekolah wajib melaksanakan petunjuk kemudian. Dengan perkataan lain iklim
tentang usaha peningkatan ketahanan dapat dipandang sebagai “kepribadian”
sekolah, dan juga kepala sekolah dari suatu organisasi seperti yang dilihat
memiliki tanggung jawab sebagai oleh para anggotanya. Newstrom dan
pemimpin di bidang pengajaran dan Davis (1996:21) mengatakan bahwa
pengembangan kurikulum, administrasi iklim organisasi adalah lingkungan
personalia staf, hubungan masyarakat, manusia yang di dalamnya para
dan perlengkapan organisasi sekolah. pegawai suatu organisasi melakukan
pekerjaan mereka. Sedangkan menurut
Payne dan Pugh seperti dikutip Ani
Muhammad(2009:82), mendefenisikan
iklim kerja organisasi sebagai suatu
3. Iklim Kerja Organisasi konsep yang merefleksikan isi dan
Istilah iklim organisasi kekuatan dari nilai-nilai umum, norma,
(organizational climate) pertama sikap, tingkah laku dan perasaan
kalinya dipakai oleh Kurt Lewin pada anggota terhadap suatu sistem sosial.
tahun 1930-an, yang menggunakan Selanjutnya menurut Robert
istilah iklim psikologi (psychological Stringer seperti dikutip Wirawan(2007:
climate). 131), mengatakan iklim organisasi
Istilah iklim organisasi dipakai dapat dilukiskan dan diukur terdapat
oleh R. Tagiuri dan G. Litwin enam dimensi yang diperlukan yaitu :
(Wirawan, 2007:121), yang menyatakan (1) struktur, (2) standar-standar, (3)
iklim organisasi merupakan kualitas tanggung Jawab, (4) penghargaan, (5)
lingkungan internal organisasi yang dukungan, dan (6) komitmen.
secara relatif terus berlangsung dialami Steers (1977:122)
oleh anggota organisasi, memengaruhi mengungkapkan ada sepuluh dimensi
perilaku mereka dan dapat dilukiskan iklim organisasi yang dapat diukur yaitu
dalam pengertian satu set karakteristik : (1) struktur tugas, (2) hubungan
atau sifat organisasi. Sedangkan imbalan-hukuman, (3) sentralisasi
menurut Croft seperti dikutip Sagala keputusan, (4) tekanan pada prestasi, (5)
(2008:129) mengemukakan bahwa tekanan pada latihan dan

Jurnal Manajemen Pendidikan Vol.9 No.2 Nopember 2017 81


ISSN: 1979-6684

pengembangan,(6) keamanan versus ditimbulkan dari penghargaan atas


resiko, (7) keterbukaan versus sesuatu pekerjaan yang dilakukannya.
ketertutupan,(8) status dan semangat,(9) Dikatakan lebih lanjut bahwa kepuasan
pengakuan dan umpan balik, dan (10) kerja merupakan hasil dari prestasi
kompetensi dan keluwesan organisasi seseorang terhadap sampai seberapa
secara umum. baik pekerjaannya menyediakan sesuatu
Sementara itu Litwin dan yang berguna baginya.
Stringer seperti dikutip Ani Menurut Robbins dan Judge
Muhammad(2009:83) juga memberikan (2008:107) mengartikan kepuasan kerja
dimensi iklim organisasi yaitu : (1) rasa sebagai suatu perasaan positif yang
tanggung jawab, (2) standar atau timbul dalam diri seseorang terhadap
harapan tentang kualitas pekerjaan, (3) pekerjaannya yang merupakan hasil dari
ganjaran atau reward, (4) rasa evaluasi karakteristik dirinya. Kepuasan
persaudaraan, dan (5) semangat tim. terjadi apabila kebutuhan-kebutuhan
Berdasarkan pernyataan di atas individu sudah terpenuhi dan terkait
dapat disimpulkan bahwa iklim derajat kesukaan dan ketidaksukaan
organisasi adalah persepsi anggota dikaitkan dengan karyawan, merupakan
organisasi dan mereka secara tetap sikap umum yang dimiliki oleh
berhubungan dengan organisasi seperti karyawan yang erat kaitannya dengan
hubungan antar kepala sekolah dan imbalan-imbalan yang mereka yakini
guru, hubungan sesama guru, dan akan mereka terima setelah melakukan
hubungan antar guru dan siswa sebuah pengorbanan. Gibson (2002 :
mengenai apa yang terjadi lingkungan 464 - 465) mengemukakan bahwa
organisasi yang mempengaruhi sikap kepuasan kerja tergantung pada hasil
dan perilaku dan kinerja anggota instrinsik, ekstrinsik, dan persepsi
organisasi. pemegang kerja pada pekerjaannya,
sehingga kepuasan kerja adalah tingkat
di mana seseorang merasa positif atau
negatif tentang berbagai segi dari
4. Kepuasan Kerja pekerjaan,
Menurut Colquitt, LePine dan tempat kerja, dan hubungan dengan
Wesson (2009:64) mengatakan teman kerja.
kepuasan kerja adalah suatu pernyataan Menurut Newstrom (2007:206)
emosi yang menyenangkan yang mengatakan bahwa kepuasan kerja
dihasilkan dari penghargaan terhadap adalah suatu seperangkat perasaan
pekerjaan seseorang dan apa yang anda menyenangkan atau tidak
rasakan tentang pekerjaan anda dan apa menyenangkan dan emosi karyawan
yang anda pikirkan tentang pekerjaan melihat pekerjaan mereka. Sedangkan
anda. menurut Hasibuan (2013:202)
Menurut Kreitner dan Kinicki mengatakan bahwa kepuasan kerja
(2001:271) kepuasan kerja adalah suatu adalah sikap emosional yang
efektivitas atau respons emosional menyenangkan dan mencintai
terhadap berbagai aspek pekerjaan. pekerjaannya. Sikap ini mencerminkan
Menurut Luthans (2005:212) dalam oleh moral kerja, kedisiplinan dan
bukunya Organizational Behavior prestasi kerja. Kepuasan kerja dinikmati
mengutip pendapat Locke bahwa dalam pekerjaan, luar pekerjaan, dan
kepuasan kerja merupakan keadaan kombinasi dalam dan luar pekerjaan
emosional positif dari seseorang yang

Jurnal Manajemen Pendidikan Vol.9 No.2 Nopember 2017 82


ISSN: 1979-6684

Berdasarkan pernyataan diatas keteladanan kepala sekolah terhadap


dapat ditarik kesimpulan bahwa loyalitas kerja, 4) pengaruh iklim kerja
kepuasan kerja merupakan sesuatu yang organisasi terhadap loyalitas, 5)
bersifat individual. Setiap individu pengaruh kepuasan kerja terhadap
memiliki tingkat kepuasan yang loyalitas kerja
berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai Pengujian persyaratan analisis
yang berlaku pada dirinya. Makin tinggi data dalam penelitian ini adalah uji
penilaian terhadap kegiatan dirasakan normalitas, uji linieritas dan keberartian.
sesuai dengan keinginan individu, maka Berdasarkan hasil uji normalitas data untuk
makin tinggi kepuasannya terhadap setiap variabel penelitian didapatkan nilai
kegiatan tersebut. Jadi secara garis besar signifikansi> 0,05, sehingga dapat
kepuasan kerja dapat diartikan sebagai disimpulkan bahwa data Keteladanan
hal yang menyenangkan atau tidak Kepala Sekolah (X1), Iklim Kerja
Organisasi(X2), Kepuasan Kerja (X3),
menyenangkan yang mana pegawai
terhadap Loyalitas Kerja (X4) adalah
memandang pekerjaannya. berdistribusi normal.
Berdasarkan hasil uji linieritas
METODE untuk setiap variabel endogenus atas skor
Pendekatan analisis yang variabel eksogenus didapatkan nilai
digunakan dalam penelitian ini adalah signifikansi > 0,05, sehingga dapat
analisis jalur (path analisis) atau sering disimpulkan bahwa semua bentuk
disebut dengan pola hubungan sebab regresilinier. Berdasarkan hasil uji
akibat. Penelitian ini juga menggunakan keberartian untuk setiap variabel endogenus
kajian korelatif dengan menempatkan atas skor variabel eksogenus didapatkan
variabel. nilai signifikansi < 0,05, sehingga dapat
disimpulkan bahwa semua koefisien arah
Subjek penelitian ini adalah 232
regresi berarti. Selanjutnya, dengan
orang guru di SMP Swasta Kecamatan dilakukan uji korelasi dan uji hipotesis
Medan Amplas. Peneliti mengambil sehingga didapatkan koefisien korelasi dan
jumlah sampel dengan menggunakan koefisien jalur antara variabel
nomogram Harry King dengan peluang eksogenus.Hasil perhitungan koefisien
kekeliruan atau taraf signifikansi α = korelasi antar variabel penelitian dan
0,05 dengan sampel 147 orang. Teknik perhitungan koefisien jalur dilihat pada
pengambilan sampel penelitian tabel 1.
digunakan dengan cara proportional
random sampling. Pengumpulan data Tabel 1.Hasil Koefisien Korelasi
dalam penelitian ini menggunakan (r)dan Perhitungan Koefisien Jalur
kuesioner loyalitas kerja, keteladanan (ρ)
kepala sekolah, iklim kerja dan Koefisien Korelasi Koefisien Jalur
kepuasan kerja yang berbentuk skala r12= 0,172 > 0,162 21 =0,172
Likert. r13 = 0,357 > 0,162 31 = 0,313
r23 = 0,309 > 0,162 32 = 0,255
HASIL PENELITIAN DAN r14 = 0,337 > 0,162 41 = 0,229
PEMBAHASAN r24 = 0,343 > 0,162 42 = 0,247
Dalam uji hipotesis variabel ada r34 = 0,340 > 0,162 43 = 0,182
lima hipotesis yang akan diuji yaitu : 1) Pada hipotesis pertama,
pengaruh keteladanan kepala sekolah
perhitungan pengujian diperoleh hasil
terhadap kepuasan kerja, 2) pengaruh besarnya koefisien jalur ρ31 = 0,31,
iklim kerja organisasi terhadap
selanjutnya dilakukan uji tdiperoleh
kepuasan kerja, 3) pengaruh harga thitung = 4,49. Harga ini

Jurnal Manajemen Pendidikan Vol.9 No.2 Nopember 2017 83


ISSN: 1979-6684

dikonsultasikan dengan ttabel dengan N = Pada hipotesis


147 pada taraf 5% = 1,98.Hal ini keempat,perhitungan pengujian
menunjukkan bahwaHo ditolak dan Ha diperoleh hasil besarnya koefisien jalur
diterima yang artinya koefisien jalur ρ42= 0,25, selanjutnya dilakukan uji
adalah signifikansi. thitung = 3,53. Harga ini dikonsultasikan
Pada hipotesis dengan ttabeldengan N = 147 pada taraf
kedua,perhitungan pengujian diperoleh 5% = 1,98. Hal ini menunjukkan
hasil besarnya koefisien jalur ρ32 = bahwaHo ditolak dan Ha diterima yang
0,26,selanjutnya dilakukan uji thitung = artinya koefisien jalur adalah
3,64. Harga ini dikonsultasikan dengan signifikansi.
ttabel dengan N = 147 pada taraf 5% = Pada hipotesis kelima,
1,98.Hal ini menunjukkan bahwa Ho perhitungan pengujian diperoleh hasil
ditolakdan Ha diterima yang artinya besarnya koefisien jalur ρ43= 0,18,
koefisien jalur adalah signifikansi. selanjutnya dilakukan uji thitung = 2,38.
Pada hipotesis Harga ini dikonsultasikan dengan
ketiga,perhitungan pengujian diperoleh ttabeldengan N = 147 pada taraf 5% =
hasil besarnya koefisien jalur ρ41 = 0,23, 1,98. Hal ini menunjukkan bahwaHo
selanjutnya dilakukan uji thitung = 3,14. ditolak dan Ha diterima yang artinya
Harga ini dikonsultasikan dengan ttabel koefisien jalur adalah signifikansi.
dengan N = 147 pada taraf 5% = 1,98. maka dapat digambarkan
Hal ini menunjukkan bahwaHo ditolak diagram jalur model penelitian seperti
dan Ha diterima yang artinya koefisien pada Gambar 1 sebagai berikut :
jalur adalah signifikansi.

X1 = 0,89

ρ 41 = 0,88
= 0,23

r12 ρ 31 ρ 43= 0,18 X3 X4


= 0,31

ρ 32 ρ 42
= 0,26 = 0,25
X2

Gambar 1. Diagram Koefisien Jalur

Keterangan :
X1 = Keteladanan Kepala Sekolah 31 = Pengaruh X3 dan X1
X2 = Iklim Kerja Organisasi 32 = Pengaruh X3 dan X2
X3 = Kepuasan Kerja 41 = Pengaruh X4 dan X1
X4 = Loyalitas Kerja 42 = Pengaruh X4 dan X2
e1 = Koefesien resedu 1 43 = Pengaruh X4 dan X3
e2 = Koefesien resedu 2

PEMBAHASAN Hasil pengujian pertama


penelitian menunjukkan bahwa variabel

Jurnal Manajemen Pendidikan Vol.9 No.2 Nopember 2017 84


ISSN: 1979-6684

keteladanan kepala sekolah terhadap tinggi pula kepuasan kerja guru. Hal ini
kepuasan kerja guru dimana besarnya mendukung dari hasil penelitian Surya
koefisien jalur ρ31 = 0,31 adalah 0,10. dkk (2013) yaitu iklim kerja
Artinya bahwa kekuatan keteladanan berpengaruh positif terhadap kepuasan
kepala sekolah secara langsung kerja sebesar 11,22%.Hasil penelitian
menentukan perubahan kepuasan kerja Ahim Surachim dan Taufik Firdaus
guru adalah sebesar 10%. Hal ini (2008) mengatakan bahwa iklim kerja
mendukung teori yang yang organisasi mempunyai pengaruh yang
dikemukakan Colquit dkk (2009 : 108) positif terhadap kepuasan kerja sebesar
bahwa keteladanan kepala sekolah 63%.
mempengaruhi secara langsung Kepala sekolah memperhatikan
terhadap kepuasan kerja. Temuan ini iklim yang ada pada organisasi sekolah
membuktikan kepemimpinan kepala merupakan suatu gambaran bahwa
sekolah mempunyai peran penting pencapaian tujuan organisasi sekolah
dalam meningkatkan kepuasan kerja juga akan banyak ditentukan oleh
guru. Lebih lanjut hasil penelitian bagaimana pengelolaan lingkungan
Sonedi (2016) bahwa kepemimpinan sekolah sebagai pembentuk iklim
kepala sekolah memberikan pengaruh organisasi sekolah, mendorong pada
yang signifikan terhadap kepuasan kerja situasi yang kondusif bagi guru dan staf
guru sebesar 22,5%.Kepala sekolah lainnya untuk melaksanakan tugasnya
memiliki tanggung jawab sebagai secara optimal.Persepsi guru akan
pemimpin untuk memperhatikan tingkat kondisi lingkungan kerja di sekolah
kepuasan kerja guru, demi terciptanya jelas akan menggambarkan bagaimana
suasana kerja yang kondusif dalam iklim organisasi sekolah, yang tentunya
mendukung tercapainya tujuan-tujuan berdampak pada perilaku guru yang
organisasi.Kepala sekolah yang terbuka, bersangkutan dalam menjalankan
suka mendengarkan dan bersahabat dan tugasnya. Disamping itu, fasilitas yang
dapat melaksanakan kepemimpinannya baik juga menciptakan iklim yang baik.
dengan baik serta mengayomi Jadi kepala sekolah harus menciptakan
bawahannya, tentunya akan suasana yang aman dan nyaman serta
memberikan perasaan senang dan memahami apa yang menjadi kebutuhan
nyaman bawahannya dalam bekerja mendasar guru sebagai bagian
bahkan bawahan akan mengeluarkan organisasi sekolah. Hal ini guru akan
kualitas kerja maksimal dalam merasa puas terhadap pekerjaannya
menyelesaikan tugas dan kewajibanya. apabila sekolah tersebut memiliki iklim
Perasaan yang dirasakan tersebut yang kondusif.
perasaan puas, dimana akan tercermin Hasil pengujian ketiga penelitian
dari cara guru menyikapi pekerjaannya, menunjukkan bahwa keteladanan kepala
hasil dari kerja berhubungan erat sekolah terhadap loyalitas kerja dimana
dengan sikap guru terhadap koefisien jalur ρ41 = 0,23 sebesar 5,29%,
pekerjaannya, situasi kerja dan kerja artinya semakin baik keteladanan kepala
sama antara pemimpin dan semua guru. sekolah maka semakin meningkat
Hasil pengujian kedua penelitian loyalitas kerja guru. Hal ini mendukung
menunjukkan bahwa iklim kerja dari teori Colquit dkk (2009:108) bahwa
organisasi terhadap kepuasan kerja keteladanan kepala sekolah
dimanakoefisien jalur ρ32 = 0,26sebesar mempengaruhi secara langsung
6,76%, artinya semakin baik iklim terhadap loyalitas kerja guru. Hasil
organisasi suatu sekolah maka semakin penelitian Ahmad Mubarok dan Susetyo

Jurnal Manajemen Pendidikan Vol.9 No.2 Nopember 2017 85


ISSN: 1979-6684

Darmanto (2016) mengatakan bahwa menyenangkan akan tercipta, apabila


kepemimpinan transformasional hubungan antar pegawai berkembang
berpengaruh terhadap komitmen dengan harmonis. Dengan adanya
organisasi sebesar 8,35%. suasana kerja yang nyaman dan tenang
Dalam menjalankan tersebut memungkinkan guru untuk
kepemimpinannya kepala sekolah harus bekerja lebih baik dan loyal terhadap
memiliki sifat teladan. Kepala sekolah organisasi. Kegiatan dan perilaku antar
harus memahami, menghayati, dan guru dan kepala sekolah sangat
melaksanakan perannya sebagai menentukan iklim di suatu lingkungan
manajer, memotivasi para guru untuk kerja. Kepala sekolah harus
bekerja dan berlandaskan visi, mampu memperhatikan iklim kerja organisasi
menciptakan suasana kekeluargaan dan yang kondusif karena sangat
menumbuhkan kreativitas, mempengaruhi tingkah laku guru,
memperhatikan kesejahteraan, pegawai, serta peserta didik.
menciptakan tim work yang kompak Dengan demikian, hendaknya
dan cerdas, memberdayakan sekolah berkembang dinamis mengarah
sekolahnya, dan kepala sekolah juga pada yang lebih baik untuk
harus memiliki sifat percaya diri, kelangsungan dan kemajuan
ramah, kreatif, berwibawa, sabar, pendidikan. Salah satu cara dalam
disiplin, bijakasana dan pengembangan organisasi sekolah
bertanggungjawab. Hal ini jika adalah tercapainya iklim kerja yang
diterapkan oleh kepala sekolah dengan kondusif.
baik maka akan membawa sekolah Hasil pengujian hipotesis kelima
kearah yang lebih baik, sehingga hal ini menunjukkan bahwa kepuasan kerja
dampak yang positif bagi guru, dan berpengaruh positif dan signifikan
guru akan setia (loyal) terhadap sekolah terhadap loyalitas kerja. Temuan
tersebut. penelitian menunjukkan bahwa variabel
Hasil pengujian keempat iklim kerja organisasi sekolah terhadap
penelitian menunjukkan bahwa iklim loyalitas kerja memberikan pengaruh
kerja organisasi terhadap loyalitas kerja koefisien jalur adalah = 0,18. Besar
dimana koefisien jalur ρ42= 0,25, pengaruh iklim kerja organisasi
sebesar 6,25%, artinya semakin baik terhadap loyalitas kerja sebesar 3,24%,
iklim organisasi suatu sekolah maka artinya semakin baik kepuasan kerja
semakin tinggi pula loyalitas kerja guru. guru maka semakin tinggi pula loyalitas
Hal ini mendukung dari penelitian kerja guru. Hal ini mendukung dari
Indah Mustika Dewi (2016) mengatakan penelitian Marseilly (2014) bahwa
iklim kerja berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja berpengaruh terhadap
loyalitas kerja karyawan sebesar 48,9%. loyalitas kerja karyawan sebesar 71,1%.
Iklim yang kondusif bagi Guru yang termotivasi dalam
anggota organisasi mampu memberikan bekerja adalah guru yang memiliki
kenyamanan dalam bekerja, bahkan tingkat kepuasan tinggi dalam
kemungkinan mereka bekerja akan pekerjaannya. Sekolah harus
bertahan dan loyal terhadap organisasi. memperhatikan kepuasan kerja guru
Iklim kerja merupakan suatu kondisi karena hal ini akan mendorong kinerja
atau keadaan suasana kerja yang berada dan loyalitas yang tinggi. Kepuasan
di suatu organisasi sekolah yang dirasa kerja guru akan mencegah kepindahan,
nyaman, tenang, dan terpacu untuk menguatkan motivasi, dan
bekerja lebih baik. Iklim kerja yang meningkatkan konstribusi guru. Pada

Jurnal Manajemen Pendidikan Vol.9 No.2 Nopember 2017 86


ISSN: 1979-6684

akhirnya, guru yang puas akan 3. Terdapat pengaruh langsung positif


menguntungkan sekolah di tempat dia antara keteladanan kepala sekolah
bekerja. terhadap loyalitas kerja dengan ini
Kepuasan kerja guru ditandai = 0,23dengan thitung = 3,14. pada
dengan munculnya rasa puas dan taraf 5% = 1,98. Hal ini
terselesaikannya tugas-tugas yang menunjukkan bahwa peningkatan
menjadi tanggung jawab guru tersebut keteladanan kepala sekolah
tepat waktu. Disamping itu, munculnya mengakibatkan terjadinya
dedikasi, kegairahan, kerajinan, peningkatan loyalitas kerja guru
ketekunan, inisatif dan kreativitas kerja SMP Swasta Kecamatan Medan
yang tinggi dalam bekerja. Kepuasan Amplas.
kerja guru menjadi salah satu faktor 4. Terdapat pengaruh langsung positif
yang harus diperhatikan, apabila guru antara iklim kerja organisasi
merasakan kepuasan dalam bekerja, terhadap loyalitas kerja dengan ini
maka akan tercipta suasana yang penuh = 0,25 dengan thitung = 3,53. pada
kebersamaan, memiliki tanggung jawab taraf 5% = 1,98. Hal ini
yang sama, iklim komunikasi yang baik menunjukkan bahwa peningkatan
dan juga semangat kerja yang tinggi. iklim kerja organisasi
Tetapi sebaliknya apabila guru tidak mengakibatkan terjadinya
merasa puas, maka akan tercipta peningkatan loyalitas kerja guru
suasana yang kaku, membosankan, SMP Swasta Kecamatan Medan
semangat tim yang rendah dan guru Amplas.
akan merasa kurang loyal terhadap 5. Terdapat pengaruh langsung positif
sekolah atau organisasi. antara kepuasan kerja terhadap
loyalitas kerja dengan ini = 0,18
KESIMPULAN dengan thitung = 2,38. pada taraf 5%
1. Terdapat pengaruh langsung positif = 1,98. Hal ini menunjukkan bahwa
antara keteladanan kepala sekolah peningkatan kepuasan kerja
terhadap kepuasan kerja dengan ini mengakibatkan terjadinya
= 0,31dengan thitung = 4,49 pada peningkatan loyalitas kerja guru
taraf 5% = 1,98. Hal ini SMP Swasta Kecamatan Medan
menunjukkan bahwa peningkatan Amplas.
keteladanan kepala sekolah
mengakibatkan terjadinya SARAN
peningkatan kepuasan kerja guru Berdasarkan temuan penelitian,
SMP Swasta Kecamatan Medan maka diajukan beberapa saran berikut
Amplas. untuk meningkatkan loyalitas kerja
2. Terdapat pengaruh langsung positif guru, yaitu:
antara iklim kerja organisasi 1. Kepala sekolah sekolah harus
terhadap kepuasan kerja dengan ini profesional dan memiliki gagasan-
= 0,26dengan thitung = 3,64. pada gagasan inovatif untuk kemajuan
taraf 5% = 1,98. Hal ini sekolah, dan diharapkan mampu
menunjukkan bahwa peningkatan cekatan dalam pengambilan
iklim kerja organisasi keputusan, selalu ceria dan
mengakibatkan terjadinya profesional akan dijadikan contoh
peningkatan kepuasan kerja guru dan membangun kenyamanan
SMP Swasta Kecamatan Medan sekolah. Selanjutnya Kepala sekolah
Amplas. diharapkan memperhatikan struktur

Jurnal Manajemen Pendidikan Vol.9 No.2 Nopember 2017 87


ISSN: 1979-6684

tugas yang jelas, mampu Negeri 2 Pematang Siantar.Tesis.


menjembatani terjalinnya kerja 15 Desember 2011.
sama dan komunikasi yang Colquitt, A. Jason, Jeffery A. Lepine,
harmonis, keterbukaan dan dan Michael J. Wesson, 2009.
membantu guru apabila ada Organizational Behavior:
kesulitan yang sedang dihadapi oleh Improving Performance and
sekolah. Commitment in the Workplace.
2. Guru hendaknya membangun kerja New York: The McGraw-Hill
sama, komunikasi yang terbuka, dan Com., Inc.
hubungan yang harmonis bagi Gibson, R. 2002. Perilaku Organisasi
sesama guru, sehingga apabila salah (Konsep, Kontroversi, dan
seorang guru menghadapi kesulitan Aplikasi). Jakarta : Prenhalindo.
dapat didiskusikan dan diselesaikan Handoko, T. Hani, 2000. Manajemen
secara bersama, selalu berpikir Personalia Dan Manajemen
positif terhadap kritik dan saran Sumber Daya Manusia. Jogjakarta
yang diberikan kepala sekolah dan : BPFE.
rekan guru lainnya, dan menyadari Hasibuan, S.P. Melayu, 2005.
bahwa pencapaian tujuan sekolah Manajemen Sumber Daya
merupakan tanggung jawab Manusia. Jakarta : Bumi Aksara.
bersama. John W. Newstrom, 2007.
3. Dinas pendidikan hendaknya Organizatinal Behavior Human at
mendukung dan memberi Work. Twelfth Edition. New York
kesempatan yang merata bagi guru : McGraw-Hill Companies. Inc.
untuk mengembangkan diri seperti Kinicki Angelo, Robert Kreitner. 2001.
memberi kesempatan bagi guru Organizational Behaviour Key
untuk melanjutkan pendidikan ke Concepts, Skills and Best
jenjang yang lebih tinggi dan Practices. Boston : Mc Graw-Hill
memberikan reward kepada guru Irwin.
yang berprestasi, sebagai motivasi Kouzes, J.M. & Posner, B.Z. 1999. The
bagi guru yang bersangkutan dan Leadership Challenge (Tantangan
bagi guru yang lain. Kepemimpinan. Penerjemah :
4. Bagi peneliti lain, perlu diadakan Anton Adiwiyoto. Batam :
penelitian lebih lanjut tentang Interaksara.
penelitian ini dengan variabel yang Lippo, B. Edwin. 1994. Terjemahan
berbeda yang turut memberikan Moh Mas’ud, Manajemen
pengaruh terhadap loyalitas kerja Personolia. Jakarta : Erlangga
guru, mengingat adanya Luthans, Fred. 2011. Organizatinal
keterbatasan dalam pelaksanaan Behavior. New York : McGraw-
penelitian dan hasil yang diperoleh Hill Companies. Inc.
belum maksimal. Muhammad, Arni, 2009. Komunikasi
Organisasi. Jakarta : Bumi
DAFTAR PUSTAKA Aksara.
Akhyar, 2011. Hubungan Persepsi Mulyasa, E. 2002. Manajemen Berbasis
Tentang Kredibilitas Sekolah. Bandung: Rosdakarya.
Kepemimpinan Kepala Sekolah Nitisemito, A. S. 1991. Manajemen
dan Motivasi Kerja dengan Personalia. Jakarta. Gahalia
loyalitas Kerja Guru di SMA Indonesia.

Jurnal Manajemen Pendidikan Vol.9 No.2 Nopember 2017 88


ISSN: 1979-6684

Rahmah, Aisyatur dan Meylia Elizabeth


Ranu. 2013. “Peran Budaya Kerja
dan Iklim Kerja Terhadap
Loyalitas Pegawai Bagian Umum
Sekretariat Daerah Kabupaten
Lamongan”.Jurnal Administrasi
Perkantoran Volume 1, Nomor 3,
2013.
Rasimin. 2006. Manusia Dalam Industri
dan Organisasi. Makalah.
Yogyakarta. Fakultas Psikologi
UGM.
Simon, A. Herbert, 2004. Administrasi
Behavior (Suatu Studi Proses
Pengambilan Keputusan dalam
Organisasi). Jakarta: Bina
Aksara.(http://core.ac.uk/downloa
d/files/478/12348638.pdf).
Steers, M. Richard, 1977. Terjemahan
Magdalena Jamin, Efektivitas
Organisasi. Jakarta : Erlangga.
Wahjosmidjo, 2013. Kepemimpinan
Kepala Sekolah : Tinjauan
Teoretik dan Permasalahannya.
Jakarta : Rajawali Pers.
Zazin, Nur, 2011. Gerakan Menata
Zazin, Nur, 2011. Gerakan
Menata Mutu Pendidikan : Teori
& Aplikasi. Jogjakarta : Ar-Ruzz
Media.

Jurnal Manajemen Pendidikan Vol.9 No.2 Nopember 2017 89

Anda mungkin juga menyukai