Anda di halaman 1dari 1

Seorang engineer tahu bahwa tanah dalam proyek yang akan dikerjakan perlu dilakukan proses

stabilisasi tanah berdasarkan dari hasil-hasil pengujian tanah dalam proses perencanaan. Dalam uji
tanah terdapat dua metode yaitu pengujian langsung di lapangan (Sondir,SPT,Booring,dll) dan pengujian
di labolatorium (Grainsize,Hydrometer, Specific Gravity, Water Content, LL-PL,dll). Engineer perlu
melihat kondisi lapangan untuk menentukan pengujian tanah dan perilaku tanah yang tepat.

Dari hasil pengujian tanah yang didapat maka enginner perlu menganalisis karakteristik dari tanah
tersebut dan harus tepat sasaran sesuai dengan kondisi lapangan apakah tanah perlu dilakukan
stabilisasi atau proyek bisa dikerjakan secara langsung. Apabila diperlukan proses stabilisasi tanah maka
jenis stabilisasi tanah harus tepat sesuai dengan data dan kondisi lapangan. Sebagai contoh apabila
tanah memiliki nilai LL>40 dan PI>15 termasuk lapisan lempung mengembang maka perlu dilakukan
proses stabilasi dengan cara dicampur dengan kapur 2%-3%, dipadatkan pada keadaan yang lebih basah
dari optimum 3%-4%, dan mengontrol perubahan air dari nilai referensinya.

Metode stabilisasi tanah sangat beragam maka diperlukan kecermatan dan ketepatan seorang engineer
dalam menganalisis metode mana yang diperlukan untuk perlakuan stabilisasi tanah sesuai dengan
karakteristik tanah dan kondisi lapangannya.

Anda mungkin juga menyukai