Anda di halaman 1dari 11

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah salah persoalan

kesehatan terbesar diseluruh dunia, baik negara maju ataupun berkembang

termasuk Indonesia. Peristiwa terjadi karena tinggi nya angka morbiditas dan

mortalitas karena ISPA akibat pneumonia atau bronkopneumonia, yang paling

sering terserang yaitu pada usia bayi dan anak balita.[ CITATION Vir20 \l 1033 ].

Bronkopneumonia merupakan infeksi yang terjadi pada paru-paru

yang dapat diakibatkan oleh berbagai agen infeksi seperti virus, jamur dan

bakteri. Hingga kini program dalam pengendalian bronkopneumonia lebih di

prioritaskan pada pencegahan bronkopneumonia balita. Bronkoneumonia pada

balita ditandai dengan tanda kesulitan bernapas yaitu adanya nafas cepat,

kadang disertai tarikan dinding dada bagian bawah kedalam (TDDK), dengan

frekuensi nafas abnormal [ CITATION Kem181 \l 1033 ].

Organisasi kesehatan dunia atau World Health Organization (WHO)

tahun 2018 menyatakan angka mortalitas balita akibat saluran pernapasan di

dunia adalah 19-26%. WHO menuturkan terdapat sekitar 156 juta pertahun
kasus baru pneumonia anak diseluruh dunia, 61 juta kasus terjadi di kawasan

Asia Tenggara dan diperkirakan 3,1 juta pertahun kasus kematian anak

dibawah umur 5 tahun di kawasan Asia Tenggara, 195 diantaranya disebabkan

oleh pneumonia [ CITATION Vir20 \l 1033 ].

Bronkopneumonia merupakan penyebab utama morbiditas dan

mortalitas anak berusia dibawah 5 tahun (balita). Diduga nyaris seperlima

kematian anak diseluruh dunia, pada tahun 2017 kurang lebih 2 juta anak

balita meninggal setiap tahun akibat bronkopneumonia, dan dominan terjadi

di Afrika dan Asia Tenggara. Insiden bronkopneumonia di negara

berkembang yaitu 30-45% per 1000 anak dibawah usia 5 tahun, dan 7-16%

per 1000 anak pada yang lebih tua [ CITATION Ale17 \l 1033 ].

Menurut data laporan Subdit ISPA Tahun 2018, diperoleh insiden (per

1000 balita) di Indonesia sebesar 20,06% nyaris mirip dengan data tahun

sebelumnya 20,56%. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengendalikan

penyakit ini yaitu dengan meningkatkan penemuan bronkopneumonia pada

balita. Perkiraan kasus bronkopneumonia secara nasional di tiap provinsi

sebesar 3,55% Pada tahun 2015 – 2018 terjadi peningkatan cakupan

dikarenakan adanya perubahan angka perkiraan kasus dari 10% menjadi

3,55%, selain itu ada peningkatan dalam kelengkapan pelaporan dari 94,12%

pada tahun 2016 menjadi 97,30% pada tahun 2017, dan 100% pada tahun

2018 [ CITATION Kem181 \l 1033 ].


Pada tahun 2018 terdapat satu provinsi yang cakupan penemuan

bronkopneumonia balita sudah mencapai target yaitu DKI Jakarta 95,53%,

sedang provinsi yang lain masih di bawah target 80%, capaian terendah di

provinsi Kalimantan Tengah 5,35%. Indikator Renstra yang digunakan sejak

tahun 2015 adalah persentase kabupaten/kota yang 50% puskesmasnya

melakukan pemeriksaan dan tatalaksana standar bronkopneumonia baik

melalui pendekatan MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit), maupun

program P2 ISPA. Hasil pada tahun 2015 tercapai 14,62% sedangkan target

sebesar 20%, tahun 2016 tercapai 28,07% dari target 30%, tahun 2017

tercapai 42,6% dari target 40%. Tahun 2018 tercapai sebesar 43% dari target

50%. Pada tahun 2018 tidak mencapai target, namun bila dilihat capaiannya

meningkat dari tahun sebelumnya [ CITATION Kem181 \l 1033 ].

Pada tahun 2018 Angka kematian akibat bronkopneumonia pada balita

sebesar 0,08 %. Angka kematian akibat bronkoneumonia pada kelompok bayi

lebih tinggi yaitu sebesar 0,16 % dibandingkan pada kelompok anak umur 1 –

4 tahun sebesar 0,05%. Cakupan penemuan bronkopneumonia dan

kematiannya menurut provinsi dan kelompok umur pada tahun 2018

[ CITATION Kem181 \l 1033 ].

Prevalensi bronkopneumonia di Jawa Barat dihitung berdasarkan

jumlah kasus ditemukan dan ditangani dibagi perkiraan kasus

bronkopneumonia pada balita. Prevalensi terendah terjadi pada tahun 2011


yaitu sebesar 28.01% dan tertinggi pada tahun 2016 sebesar 78.80%. Terdapat

dua provinsi yang cangkupan penemuan bronkopneumonia balita sudah

mencapai target yaitu Kota Cirebon 95.73% dan 26 kabupaten dan kota yang

lain masih di bawah target 80%, capaian terendah di Kabupaten Bandung

barat yaitu 0.70%. Sedangkan pada tahun 2017 Kota Cimahi menempati

urutan ke-12 dengan cangkupan 2.425 kasus bronkopneumonia (45,80%)

(Badan Pusat Statistik Kota Cimahi, 2019 [ CITATION Din17 \l 1033 ]

Dari data infokes Rumah Sakit TK II 03.05.01 Dustira Cimahi kasus

penyakit bronkopneumonia masih tinggi dan termasuk dalam 10 besar

penyakit, khususnya pada periode bulan Desember 2019 – Februari 2020.

Berikut merupakan kasus penyakit di Ruang Perawatan Anak (Salak).

Table 1.1 Distribusi Frekuensi 10 Penyakit Terbesar di Ruang SalakRumah Sakit TK II


03.05.01 Dustira Cimahi Periode Bulan Desember 2019- Februari 2020

No. Daftar Penyakit Jumlah Presentase


1. Dengue Fever 149 17%
2. Viral infection 134 16%
3. Typhoid Fever 131 16%
4. Diare Acute 114 14%
5. Bacterial Infection 88 11%
6. Bronchopneumonia 87 11%
7. Kejang Demam Sederhana 61 7%
8. Kejang Demam Komplek 33 4%
9. Paratyphoid Fever 18 2%
10. Asthma Bronciale 13 2%
Jumlah 828 100%

(Sumber : Data Infokes Rumah Sakit Dustira, 2020)

Komplikasi yang terjadi pada masalah bronkopneumonia apabila tidak

diberikan terapi dengan baik akan menyebabkan gejala atelektasis, empiema,

abses paru, infeksi sistemik, endokarditis dan meningitis. Untuk menghindari

komplikasi tersebut dibutuhkan tindakan serta peran dari tenaga medis. Peran

sebagai pemberi asuhan keperawatan dimana perawat mampu memenuhi

kebutuhan dasar manusia melalui proses keperawatan. Peran perawat sebagai

edukator pada pasien bronkopneumonia untuk meningkatkan pengetahuan

tentang penyakit bronkopneumonia dimulai dari pengertian, tanda dan gejala,

pengobatan dan pencegahan mengenai penyakit bronkopneumonia [ CITATION

Dew16 \l 1033 ].

Secara klinis, umumnya bronkopneumonia bakteri sulit dibedalan

dengan bronkopneumonia virus. Bronkopneumonia biasanya di awali infeksi

saluran pernafasan bagian atas selama beberapa hari. Anak terlihat gelisah,

dispnea, takikardi, terdapat pernapasan cuping hidung, dan ditemukan sianosis

disekitar hidung dan mulut. Pemberian antibiotik berdasarkan

mikroorganisme penyebab bronkopneumonia diberikan secara empirik sesuai

dengan pola bakteri tersering yaitu Streptococus Pneumonia dan

Haemophilus Influenza. Untuk bayi dibawah 3 bulan diberikan golongan


penisilin dan aminoglikosida. Untuk usia lebih dari 3 bulan dapat diberikan

amoxicillin dipadu dengan kloramfenikol merupakan obat pilihan pertama

[ CITATION Vir20 \l 1033 ].

Berdasarkan data diatas, maka penulis tertarik untuk membuat sebuah

karya tulis ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada By.M Usia

Infant (10 Bulan 5 Hari) Dengan Bronkopneumonia Diruang Salak

Rumah Sakit Dustira Cimahi”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis merumuskan

masalah bagaimana mengekplorasi Asuhan Keperawatan Pada By.M usia

Infant (10 Bulan 5 Hari) Dengan Bronkopneumonia Di ruang Salak

Rumah Sakit Dustira Cimahi.

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Memperoleh pengalaman secara nyata dalam memberikan asuhan

keperawatan secara bio, psiko, sosio dan spiritual pada By.M usia infant

(10 Bulan 5 Hari) dengan Bronkopneumonia di Ruang Salak Rumah Sakit

Dustira Cimahi.

2. Tujuan Khusus

Penulis mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada By.M meliputi 6

tahap yaitu :
a. Mampu melakukan pengkajian dan analisa data pada By.M usia infant

(10 Bulan 5 Hari) dengan Bronkopneumonia di Ruang Salak Rumah

Sakit Dustira Cimahi.

b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas

masalah pada By.M usia infant (10 Bulan 5 Hari) dengan

Bronkopneumonia di Ruang Salak Rumah Sakit Dustira Cimahi.

c. Mampu menentukan rencana asuhan keperawatan yang akan diberikan

kepada By.M usia infant (10 Bulan 5 Hari) dengan Bronkopneumonia

di Ruang Salak Rumah Sakit Dustira Cimahi.

d. Mampu melaksanakan implementasi sesuai dengan rencana asuhan

keperawatan kepada By.M usia infant (10 Bulan 5 Hari) dengan

Bronkopneumonia di Ruang Salak Rumah Sakit Dustira Cimahi.

e. Mampu melakukan evaluasi asuhan keperawatan yang telah diberikan

kepada By.M usia infant (10 Bulan 5 Hari) dengan Bronkopneumonia

di Ruang Salak Rumah Sakit Dustira Cimahi.

f. Mampu mendokumentasikan proses asuhan keperawatan pada By.M

usia infant (10 Bulan 5 Hari) dengan Bronkopneumonia di Ruang

Salak Rumah Sakit Dustira Cimahi.

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi Rumah Sakit


Hasil studi kasus ini diharapkan bermanfaat bagi rumah sakit sebagai

masukan dan bahan pertimbangan dalam memberikan asuhan keperawatan

pada pasien bronkopneumonia.

2. Bagi Perawat

Hasil studi kasus ini diharapakan dapat memberikan informasi serta

menambah wawasan keilmuan bagi perawat dalam memberikan asuhan

keperawatan pada pasien dengan kasus bronkopneumonia.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil studi kasus ini diharapkan memberikan referensi bagi institusi

pendidikan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan tentang asuhan

keperawatan pada pasien dengan kasus bronkopneumonia.

4. Bagi Pasien dan Keluarga

Manfaat karya tulis ini yaitu agar pasien dan keluarga mengetahui secara

umum mengenai penyakit Bronkopneumonia dan cara pencegahan nya

yang tepat.

5. Bagi Pembaca

Manfaat karya tulis ilmiah ini dapat menjadi sarana informasi dan

menambah pengetahuan tentang cara merawat pasien dengan kasus

bronkopneumonia.

6. Bagi Penulis
Mampu mengaplikasikan ilmu yang didapat selama menempuh

pendidikan dengan melakukan asuhan keperawatan pada kasus

bronkopneumonia.

E. Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Dalam penulisan karya tulis imiah ini menggunakan metode deskriptif yang

berbentuk studi kasus dengan pendekatan proses keperawatan, adapun teknik

pengambilan data dilakukan diantara nya :

1. Observasi

Penulis melakukan pengamatan secara langsung mengenai keadaan By.M

untuk mendapatkan informasi secara objektif.

2. Wawancara

Penulis mengumpulkan data By.M melalui anamnesa secara

alloanamnesa yang didapat dari orang tua atau sumber yang lain yang

mengetahui kondisi pasien sebenarnya.

3. Pemeriksaan fisik

Penulis melaksanakan pemeriksaan fisik secara langsung dengan

menggunakan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Data yang

diambil secara pemeriksaan fisik yaitu head to toe.

4. Studi Dokumentasi
Memperoleh data yang didapatkan dari catatan medik dan catatan

dokumentasi keperawatan asuhan keperawatn yang dilakukan di Ruang

Salak Rumah Sakit Dustira Cimahi.

5. Pastisipasi Aktif

Melibatkan kerjasama yang baik antara keluarga pasien, serta perawat di

Ruang Salak Rumah Sakit Dustira Cimahi.

6. Studi Literatur

Mengumpulkan dan mempelajari beberapa buku dan jurnal untuk

mengumpulkan data dan informasi yang berhubungan dengan masalah

kesehatan pasien.

F. Sistematika Penulisan

1. BAB I

Berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah,

tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode dan teknik pengumpulan

data, sistematika penulisan.

2. BAB II

Berisi tentang teori dan konsep dasar asuhan keperawatan pada By.M

meliputi definisi , anatomi dan fisiologi organ terkait, etiologi,

patofisiologi dan pathway, manifestasi klinis, pemeriksaan diagnostik,

penatalaksanaan, therapy, komplikasi dan mengemukakan proses


keperawatan secara teoritis melalui pengkajian, analisa data, perumusan

masalah, perencanaan, implementasi dan evaluasi.

3. BAB III

Berisi tentang pelaksanaan asuhan keperawatan pada By. M melalui

pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, evaluasi

dan catatan perkembangan pada By. M serta pembahasan yang

menjelaskan tentang kesenjangan antara data yang ditemukan di dalam

teori dan kondisi pasien dilapangan.

4. BAB IV

Terdiri atas kesimpulan dari pelaksanan asuhan keperawatan dan

rekomendasi terhadap masalah yang ditemukan.

Anda mungkin juga menyukai