Anda di halaman 1dari 50

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep dasar penyakit

1. Definisi

Bronkopneumonia adalah peradangan yang terjadi pada paru paru

dengan penyebaran secara langsung melewati saluran pernafasan atau

melalui hematogen sampai ke bronkus[ CITATION Suj13 \l 1033 ].

Bronkopneumonia adalah mukus yang tersebar pada kedua belahan paru.

Dimulai pada bronkiolus terminalis yang tersumbat oleh eksudat

mukopurulen [ CITATION HNa17 \l 1033 ].

Bronkopneumonia merupakan klasifikasi pneumonia dengan pola

penyebaran berbecak, teratur pada satu area atau lebih yang berada dalam

bronki dan meluas ke jaringan paru lain nya yang berdekatan disekitarnya.

Bronkopneumonia disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda asing

dengan gejala yang muncul seperti demam tinggi, gelisah, kesulitan bernafas,

pernafasan cepat dan dangkal, muntah, diare, serta batuk kering dan

produktif [ CITATION Dew16 \l 1033 ].

Berdasarkan ketiga pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

bronkopneumonia adalah peradangan yang terjadi pada paru yang

mempunyai pola berbecak dan teratur dalam satu area atau lebih dan

memiliki penyebaran secara langsung melalui saluran pernafasan dan melalui

hematogen lain nya yang disebabkan oleh agen infeksius berupa bakteri,

virus, jamur dan benda asing.

2. Anatomi dan Fisiologi

a. Anatomi saluran pernapasan terdiri dari :


1) Nares anterior

Merupakan saluran yang terdapat di dalam lubang hidung. Saluran

tersebut berkumpul ke dalam bagian yang di sebut vestibulum

(rongga) hidung. Lapisan nares anterior mengandung kelenjar

sabaseus yang di selimuti bulu kasar.

2) Rongga hidung

Rongga hidung di bungkus oleh selaput lendir yang banyak

mengandung pembuluh darah, rongga hidung berhubungan dengan

lapisan faring dan selaput lendir semua sinus yang mempunyai lubang

termasuk ke dalam rongga hidung. Sewaktu menghirup udara, udara

disaring terlebih dahulu oleh bulu bulu yang terdapat pada rongga

hidung. Akibat kontak dengan permukaan lendir yang dilaluinya,

udara menjadi hangat, dank arena terjadi penguapan air dari

permukaan selaput lendir, udara menjadi lembap.

Gambar 2. 1 Irisan wajah dan leher memperlihatkan saluran pernapasan atas

Sumber : Pearce (2019)


3) Faring

Faring adalah saluran yang berbentuk cerobong yang terdapat dari

dasar tengkorak sampai dengan persimpangan esophagus pada

ketinggian tulang rawan krikoid. Berdasarkan letaknya faring dibagi

menjadi tiga yaitu di belakang hidung, belakang mulut, dan belakang

laring.

4) Laring

Laring atau biasa disebut dengan tenggorok terletak di anterior tulang

belakang ke –4 dan ke -6. Laring berperan sebagai pembentukan

suara, pelindung jalan napas bawah dari benda asing dan mekanisme

terjadinya batuk. Laring terdiri atas epiglotis, glottis, kartiligo tiroid,

kartiligo krikoid, kartiligo aritenoid, pita suara.

5) Trakea

Trakea adalah sambungan dari laring yang bercabang menjadi dua

bronkus. Trakea terdiri atas enam belas sampai dua puluh lingkaran

tak lengkap berupa cincin tulang rawan yang dibalut bersama jaringan

fibrosa yang melengkapi di sebelah belakang trakea dan juga meliputi

beberapa jaringan otot. Trakea di bungkus oleh selaput lendir yang

terdiri atas epithelium bersilia dan sel cangkir. Tulang rawan

berfungsi mempertahankan agar trakea tetap terbuka.


Gambar 2. 2 Laring, trakea, dan bronki beserta cabang cabang nya

Sumber : Pearce (2019)

6) Paru paru

Merupakan alat pernapasan utama dan mengisi rongga dada. Paru

paru berlokasi disebelah kanan dan kiri dan dipisahkan oleh jantung

dan pembuluh darah besar yang berada di jantung. Paru paru dibagi

menjadi dua bagian. Paru paru sebelah kanan mempunyai tiga lobus

dan paru paru kiri dua lobus. Di dalam setiap lobus tersusun atas

lobula. Jaringan paru paru bersifat elastic, berpori dan berbentuk

seperti spons. Di dalam air, paru paru mengapung karena terdapat

udara di dalam nya.


Gambar 2. 3 Kedudukan paru paru di dalam toraks.

Sumber : Pearce (2019)

7) Bronkus

Bagian bronkus kanan lebih pendek, lebih lebar dan cenderung lebih

vertical daripada cabang yang kiri. Hal tersebut memudahkan benda

asing lebih mudah masuk ke dalam cabang sebelah kanan daripada

cabang sebelah kiri. Bronkus di susun oleh jaringan kartiligo. Tidak

adanya kartiligo menyebabkan bronkhiolus mampu menangkap

udara, dan dapat menyebakan kolaps. Agar tidak mengempis, alveoli

dilengkapi dengan lubang kecil yang terletak antar alveoli yang

berfungsi untuk mencegah kolaps alveoli.

8) Alveolus

Alveolus yaitu pundi pundi udara yang berukuran sangat mini dan

ujung dari bronkhiolus respiratorius sehingga memungkinkan


pertukaran O2 dan CO2. Fungsi vital dari alveolus adalah pertukaran

O2 dan CO2 diantara kapiler pulmoner dan alveoli. Diduga terdapat 24

juta alveoli pada bayi yang baru lahir. Seiring bertambahnya usia,

jumlah yang sama dengan orang dewasa pada usia 8 tahun, yaitu 300

juta alveoli.

Gambar 2. 4 Diagram dari akhiran sebuah bronkiolus di dalam alveoli

Sumber : Pearce (2019)

b. Fisiologi pernapasan

Tahap pernapasan meliputi dua tahap, yaitu menghirup udara atau

inspirasi serta mengeluarkan atau ekspirasi. Pada saat inspirasi, otot

diafragma berkontraksi, dari posisi melengkung ke atas menjadi lurus.

Bersamaan dengan itu, otot-otot tulang rusuk pun berkontraksi dan

menyebabkan mengembangnya rongga dada sehingga tekanan dalam

rongga dada berkurang dan udara masuk. Saat mengeluarkan napas, otot

diafragma dan otot-otot tulang rusuk melemas dan menyebabkan rongga

dada mengecil dan tekanan udara di dalam paru naik sehingga udara
keluar. Jadi, udara mengalir dari tempat yang bertekanan besar ke tempat

yang bertekanan lebih kecil [ CITATION Eve19 \l 1033 ].

3. Etiologi

Penyebab terbanyak bronkopneumonia pada anak adalah bakteri

pneumokokus dan virus. Sedangkan pada bayi dan anak kecil sering

ditemukan staphylococcus aureus sebagai penyebab terberat, paling serius

dan sangat progresif dengan angka kematian yang tinggi [ CITATION Suj13 \l

1033 ].

Proses terjadinya bronkopneumonia didahului oleh terjadinya peradangan

pada jaringan paru atau alveoli yang biasanya diawali oleh infeksi saluran

pernapasan bagian atas selama beberapa hari [ CITATION HNa17 \l 1033 ].

Menurut Wulandari (2016) bronkopneumonia disebabkan oleh beberapa

faktor, diantaranya adalah :

a. Bakteri (Pneumokokus, Streptokokus, Staphylococcus, H. Influenza,

Klebsiela mycoplasma pneumonia).

b. Virus (virus adena, virus parainfluenza, virus influenza).

c. Jamur (Histoplasma, Capsulatum, Koksidiodes).

d. Protozoa (Pneumokistis karinti).

4. Klasifikasi

Pneumonia dikelompokan berdasarkan gejala klinis dan tanda radiologis,

sebagai berikut :

a. Pneumonia tipikal, ditandai dengan pneumonia lobaris dengan opasitas

lobus.

b. Pneumonia atipikal, dengan gejala gangguan respirasi yang meningkat

lambat dengan infiltrat paru bilateral yang difus.


c. Pneumonia aspirasi, sering dijumpai pada bayi dan anak (Riyadi 2001)

dalam [ CITATION Dew16 \l 1033 ].

Pengelompokan pneumonia berdasarkan kuman adalah sebagai berikut :

a. Pneumonia bakteralis, bisa terjadi pada semua golongan usia.

b. Pneumonia atipikal, kerap menyerang anak dan orang dewasa muda dan

disebabkan oleh Mycoplasma dan Clamidia.

c. Pneumonia karena virus, kerap kali terjadi pada bayi dan anak.

d. Pneumonia karena jamur, disertai infeksi dan lebih sering mengenai

orang dengan daya tahan tubuh yang rendah (Riyadi 2001) dalam

[ CITATION Dew16 \l 1033 ].

Pengelompokan pneumonia berdasarkan infeksi adalah sebagai

berikut :

a. Pneumonia lobaris, diakibatkan oleh obstruksi bronkus, misalnya

aspirasi, benda asing, proses keganasan.

b. Bronkopneumonia, ditandai oleh bercak bercak mukus pada paru yang

disebabkan oleh bakteri atau virus (Riyadi 2001) dalam [ CITATION

Dew16 \l 1033 ].

5. Patofisiologi

Kuman masuk ke dalam jaringan paru paru melalui saluran pernapasan

atas. Kelainan yang disebabkan berupa bercak bercak yang tersebar pada

kedua paru paru. Bronkopneumonia terjadi akibat dampak dari inhalasi

mikroba yang ada di udara, aspirasi orgaisme atau penyebaran hematogen

dari fokus infeksi yang jauh. Bakteri yang masuk ke paru mengakibatkan

peradangan dan menimbulkan cairan edema yang mengandung banyak


protein dalam alveoli dan jaringan intertestinal. Alveoli akhirnya menjadi

penuh dengan cairan yang mengandung eritrosit dan fibrin serta relatif sedikit

leukosit sehingga kapiler alveoli menjadi melebar. Paru menjadi hampa

udara, elastis dan kemerahan. Pada tahapan berikutnya, suplai darah

berkurang, alveoli padat dengan leukosit dan sedikit eritrosit. Kuman

pneumokokus di ditekan oleh leukosit dan makrofag masuk ke dalam alveoli

dan menelan leukosit bersama kuman pneumokokus di dalamnya.

Selanjutnya paru paru akan terlihat berwarna abu-abu kekuningan. Dengan

perlahan sel darah merah yang mati dikeluarkan oleh fibrin dibuang dari

alveoli. Akhirnya paru paru menjadi kembali normal tanpa kehilangan

kemampuan dalam pertukaran gas.

Akan tetapi jika konsolidasi tidak berjalan dengan baik akan mengalami

gangguan proses difusi osmosis oksigen pada alveolus. Perubahan tersebut

akan mengakibatkan penurunan jumlah oksigen yang dibawa aliran darah

dan menyebabkan gejala klinis seperti pucat sampai sianosis. Ditemukan nya

mukus pada alveolus juga dapat mengakibatkan peningkatan tekanan pada

paru dan tampung paru meningkat. Penderita melawan tekanan tersebut

menggunakan otot bantu pernapasan yang berdampak peningkatan retraksi

dada.

Terjadinya radang pada bronkus dan paru akan menyebabkan produksi

mukus berlebih dan peningkatan gerakan silia pada lumen bronkus sehingga

terjadinya flek batuk berlebih [ CITATION Suj13 \l 1033 ].


6. Pathway

Bagan 2. 1 Pathway Bronkopneumonia

Penyebab
( Virus, Bakteri, Jamur)

Kuman berlebih di Infeksi saluran pernapasan


bronkus atas
Infeksi saluran pernapasan
Proses peradangan bawah
Kuman terbawa ke saluran
cerna
Akumulasi sekret di Dilatasi pembuluh Peradangan
bronkus Infeksi Saluran Cerna darah

Eksudat masuk Peningkatan suhu


Mobilisai yang kurang Mukus di bronkus Peningkatan flora normal tubuh
alveoli
meningkat di usus

Batuk tidak efektif Gangguan difusi Hipertermia


Anoreksia gas
Peristaltik usus meningkat

Ketidakefektifan
Intake menurun Analisa gas darah Hipoksia
bersihan jalan nafas Malabsorpsi abnormal

Fatigue
Berat badan menurun Diare Hambatan
Kurang terpaparnya pertukaran gas
informasi
Intoleransi
Resiko
aktifitas
Ketidakseimbangan ketidakseimbangan
Defisien pengetahuan nutrisi kurang dari volume cairan
kebutuhan tubuh

Sumber : Ngemba (2015)


7. Manifestasi klinis

Manifestasi klinis yang sering terlihat pada anak yang menderita penyakit

bronkopneumonia adalah sebagai berikut :

a. Demam yang tinggi (39°C-40°C) terkadang disertai kejang.

b. Anak tampak gelisah dan terdapat nyeri dada ditandai dengan

kesulitan bernapas dan batuk.

c. Takipnea dan pernapasan dangkal disertai pernapasan cuping hidung.

d. Terkadang di sertai muntah dan diare.

e. Terdapat suara napas tambahan seperti ronchi dan wheezing.

f. Keletihan akibat proses peradangan dan hipoksia.

g. Ventilasi berkurang akibat penimbunan mukus (Wijayaningsih, 2013)

dalam[ CITATION Dew16 \l 1033 ].

8. Pemeriksaan diagnostik

Pemeriksaan diagnostik penyakit brokopneumonia adalah sebagai berikut :

a. Foto thoraks

Ditemukan penyebaran bercak infiltrat pada satu satu atau beberapa

lobus.

b. Laboratorium

Kadar Leukositosis mencapai 15.000-40.000 mm3 dengan pergeseran

ke kiri.
c. GDA : kemungkinan tidak normal, tergantung luas paru yang terlibat

dan penyakit paru yang ada.

d. Analisa gas darah arteri menunjukkan asidosis metabolik dengan atau

tidak ada retensi CO2.

e. LED meningkat.

f. WBC (white blood cell) biasanya kurang dari 20.000 cells mm3.

g. Elektrolit natrium dan klorida mungkin rendah.

h. Bilirubin kemungkinan meningkat.

i. Aspirasi perkutan/biopsi jaringan paru terbuka : menunjukkan

intranuklear tipikal dan keterlibatan sistoplasmik. (Padilla, 2013)

dalam [ CITATION Dew16 \l 1033 ].

9. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan yang bisa diberikan pada anak dengan bronkopneumonia

diantaranya :

a. Pemberian antibiotik penisilin, bisa juga di berikan tambahan

menggunakan kloramfenikol atau diberikan antibiotik yang

mempunyai spektrum luas seperti ampisilin. Pemberian obat gabungan

diberikan sebagai penghilang penyebab infeksi dan menghindari

resistensi antibiotik.

b. Perbaikan gangguan asam basa dengan pemberian oksigen dan cairan

intravena.
c. Rata rata pasien dengan bronkopneumonia mengalami asidosis

peningkatan keasaman darah yang disebabkan kurang intake makan

dan hipoksia, dapat diberikan koreksi sesuai dengan hasil analisis gas

darah arteri.

d. Pemberian nutrisi enteral secara perlahan melalui selang nasogastrik

pada pasien yang mengalami perbaikan sesak nafas.

e. Terapi inhalasi dapat diberikan jika sekresi lender sudah berlebihan,

seperti terapi nebulizer dengan flexotid dan ventolin. Selain bertujuan

mempermudah penegeluaran dahak dapat juga melemaskan otot

saluran pernapasan [ CITATION Suj13 \l 1033 ].

10. Komplikasi

Komplikasi dari bronkopneumonia adalah sebagai berikut :

a. Atelektasis

Merupakan suatu kondisi dimana paru paru gagal atau tidak dapat

mengembang secara sempurna yang disebabkan karena mobilisasi

reflek batuk berkurang.

b. Empiema

Adalah suatu kondisi terkumpulnya nanah dalam rongga pleura

akibat infeksi dari bakteri bronkopneumonia.

c. Abses paru
Adalah infeksi bakteri yang dapat menimbulkan penumpukan pus

di dalam paru paru yang meradang.

d. Infeksi sistemik

e. Endokarditis

Merupakan infeksi yang terjadi pada lapisan bagian dalam jantung

(endokardium) yang disebabkan oleh masuk nya kuman ke dalam

aliran darah.

f. Meningitis

Adalah peradangan pada selaput otak dan sumsum tulang belakang

yang diakibatkan oleh infeksi bakteri (Ngastiyah, 2012) dalam

[ CITATION Dew16 \l 1033 ].


B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian Keperawatan merupakan awal dari proses keperawatan dengan

mengumpulkan data yang akurat dari pasien untuk mengetahui masalah

kesehatan yang terjadi. Fase pengkajian merupakan fase yang krusial

dalam seluruh proses keperawatan. Apabila terdapat data yang tidak

akurat, maka capaian keberhasilan dari proses keperawatan tidak akan

maksimal [ CITATION Tri17 \l 1033 ].

Pengkajian yang dapat dilakukan terhadap pasien bronkopneumonia

meliputi :

a. Identitas

Berisi data pribadi pasien serta penanggung jawab pasien meliputi

nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, status perkawinan,

alamat dan tanggal masuk rumah sakit [ CITATION Har20 \l 1033 ].

b. Riwayat Kesehatan

1) Keluhan Utama

Pada umumnya keluhan utama yang dirasakan pasien dengan

bronkopneumonia adalah sesak napas [ CITATION Har20 \l 1033 ].


2) Riwayat kesehatan sekarang

a) Alasan Masuk Rumah Sakit

Merupakan alasan dari perkembangan kondisi awal sampai

perkembangan saat ini. Terdiri dari empat komponen yaitu

rincian awitan, riwayat interval yang lengkap, alasan mencari

bantuan saat ini [ CITATION Suj13 \l 1033 ].

b) Keluhan Saat di Kaji

Bronkopneumonia awali oleh infeksi saluran pernapasan

selama beberapa hari. Suhu tubuh mendadak naik kisaran 39-

40 °C terkadang disertai kejang. Anak tampak gelisah, dispnea,

pernapasan cepat dan dangkal, terdapat pernapasan cuping

hidung, terdapat retraksi diniding dada, terdapat sianosis

sekitar hidung dan mulut. Batuk biasanya tidak terjadi pada

awal terinfeksi penyakit, tetapi setelah beberapa hari menjadi

produktif dan kering. Pada pemeriksaan perkusi tidak terdapat

kesenjangan dan pada saat auskultasi kemungkinan terdengar

bunyi ronchi basah nyaring halus atau sedang[ CITATION Suj13 \l

1033 ].

c. Riwayat kesehatan lalu

Riwayat kesehatan dahulu terdiri dari informasi yang berhubungan

dengan status kesehatan anak yang telah ada sebelumnya untuk


memperoleh data penyakit anak, cedera atau pembedahan sebelum

nya[ CITATION Oda12 \l 1033 ]

d. Riwayat kesehatan keluarga

a) Struktur Internal

Mengidentifikasi adanya faktor genetika atau penyakit yang

memiliki kecenderungan terjadi dalam keluarga dan untuk

mengkaji riwayat penyakit menular antar anggota keluarga

[ CITATION Oda12 \l 1033 ].

(1) Komposisi dan Struktur Keluarga

Merupakan susunan anggota keluarga langsung dari tuan

rumah (nama, usia dan hubungan).

(2) Pola Komunikasi

Merupakan sebuah komunikasi berkaitan dengan kejelasan

dan kelangsungan pola komunikasi, pemgkajian lebih

lanjut termasuk dan bertahap meliputi anggota keluarga,

mereka memahami dan mengulangi pesan yang

disampaikan.

(3) Peran Anggota Keluarga

Perhatian utama merupakan besarnya keintiman dan

kedekatan diantara anggota, terutama pasangan. Peran


merupakan perilaku seseorang ketika memperoleh status

atau posisi yang berbeda.

b) Struktur Eksternal

Terdiri dari pengkajian budaya, agama, status kelas sosial dan

mobilitas, keluarga besar, perkembangan keluarga, lingkungan

mencangkup keadaan rumah, lingkungan luar, rekreasi.

e. Riwayat Kehamilan

Riwayat kehamilan mencangkup semua data yang berhubungan

dengan kesehatan ibu selama kehamilan, proses persalinan, kelahiran

dan kondisi bayi segera setelah lahir [ CITATION Dew16 \l 1033 ].

f. Pola pemeriksaan Gordon

1) Pola persepsi sehat-penatalaksanaan sehat

Persepsi yang sering diungkapkan oleh orang tua yang

beranggapan walaupun anaknya batuk masih menganggap belum

terjadi masalah serius, biasanya orang tua baru menganggap

anaknya terkena masalah serius ketika disertai sesak napas

[ CITATION Suj13 \l 1033 ].

2) Pola metabolik nutrisi

Anak dengan masalah bronkopneumonia rentan mengalami

penurunan nafsu makan, anoreksia, mual dan muntah akibat dari

peningkatan agen toksik [ CITATION Suj13 \l 1033 ].


3) Pola eliminasi

Anak dengan bronkopneumonia rentan mengalami defisiensi

volume urin karena perpindahan cairan karena evaporasi akibat

demam [ CITATION Suj13 \l 1033 ].

4) Pola istirahat tidur

Anak dengan bronkopneumonia mengalami gangguan tidur akibat

sesak napas. Keadaan umum anak tampak lemah, kerap kali

menguap, mata tampak merah dan sering gelisah pada malam hari

[ CITATION Suj13 \l 1033 ].

5) Pola aktivitas latihan

Anak dengan bronkopneumonia mengalami penurunan aktifitas

akibat kelemahan fisik, anak lebih sering digendong orang tua nya

dan bedrest [ CITATION Suj13 \l 1033 ].

6) Pola kognitif-persepsi

Anak dengan masalah bronkopneumonia mengalami penurunan

fungsi kognitif karena penurunan intake nutrisi dan oksigen ke

otak [ CITATION Suj13 \l 1033 ].

7) Pola persepsi diri-konsep diri

Anak dengan bronkopneumonia mengalami ansietas terhadap

kehadiran orang lain, anak tampak kurang bersahabat dengan

lingkungan sekitar dan enggan bermain [ CITATION Suj13 \l 1033 ].


8) Pola peran hubungan

Anak dengan masalah bronkopneumonia akan lebih sering berdiam

diri, enggan bersosialisasi dan lebih banyak berinteraksi dengan

orang tua nya [ CITATION Suj13 \l 1033 ].

9) Pola seksualitas-reproduksi

Pada kondisi sedang mengalami masalah kesehatan dan sedang

sakit masih sulit terkaji [ CITATION Suj13 \l 1033 ].

10) Pola toleransi stress-koping

Anak dengan bronkopneumonia dalam mengalami stress akan

lebih sering menangis serta gelisah [ CITATION Suj13 \l 1033 ].

11) Pola nilai keyakinan

Nilai keyakinan meningkat setelah anak sembuh dan mendapatkan

sumber kesehatan dari Allah SWT [ CITATION Suj13 \l 1033 ].

g. Pertumbuhan dan perkembangan

1) Pertumbuhan

a) Berat badan

Berat badan anak usia 10 bulan yang berada diantara batas

normal bawah dan normal atas pada anak laki laki yaitu antara

7,3 sampai dengan 9,5 kg dan termasuk ke dalam berat badan

normal seusianya (Marni & Rahardjo, 2018).

b) Panjang badan
Tinggi badan anak usia 10 bulan yang berada diatas batas

normal bawah dan atas pad anak laki laki yaitu diantara 67,2

sampai dengan 73,2 cm dan termasuk ke dalam berat badan

nomal di usia nya (Marni & Rahardjo, 2018).

2) Perkembangan

a) Perkembangan motorik halus

Anak usia 10 bulan pada perkembangan motorik halus sudah

dapat memindahkan mainan atau kue kering dari satu tangan ke

tangan lainnya, mencari sesuatu yang disembunyikan dan

berusaha menggapai benda yang jauh, memungut benda benda

kecil seperti kacang kacangan dan biscuit [ CITATION Kem16 \l

1033 ].

b) Perkembangan motorik kasar

Anak usia 10 bulan pada perkembangan motorik kasar mampu

mempertahankan lehernya secara kaku pada saat posisi bayi

terlentang, menyangga sebagian berat badan dengan kedua

kaki nya, duduk sendiri tanpa disangga oleh bantal, kursi atau

dinding [ CITATION Kem16 \l 1033 ].

c) Perkembangan bahasa
Anak usia 10 bulan pada perkembangan bahasa nya sudah

dapat dapat mengetahui dan merasakan kehadiran orang lain

disekitarnya [ CITATION Kem16 \l 1033 ].

d) Perkembangan emosi dan hubungan sosial

Anak usia 10 bulan pada perkembangan emosi dan hubungan

sosial sudah mampu dapat mencoba menggapai sesuatu diluar

jangkauan nya dengan cara mengulurkan lengan atau badan

nya, dan dapat makan kue kering sendiri [ CITATION Kem16 \l

1033 ].

h. Riwayat imunisasi

Imunisasi merupakan suatu proses untuk membuat sistem pertahanan

tubuh kebal terhadap invasi bakteri dan virus yang mengakibatkan

infeksi sebelum bakteri dan virus tersebut mempunyai kesempatan

menyerang tubuh kita. Melalui imunisasi, tubuh kita akan terlindungi

dari infeksi bakteri dan virus begitu pun orang lain tidak akan tertular

dari kita. Anak dengan usia 10 bulan sudah mendapatkan imunisasi

dasar secara lengkap (Marni & Rahardjo, 2018).

i. Data psikososial

Suasana keluarga yang harmonis dan mampu berinteraksi dengan

orang lain dapat mencerminkan keluarga dengan pola asuh baik

terhadap anak nya [ CITATION Dew16 \l 1033 ].


j. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan umum

Anak dengan bronkopneumonia tampak sesak [ CITATION Suj13 \l

1033 ].

2) Tingkat kesadaran

Kesadaran normal, letargi,strupor, koma, apatis tergantung

keparahan penyakit[ CITATION Suj13 \l 1033 ].

3) Tanda tanda vital

a) Frekuensi nadi dan tekanan darah :Takikardi dan hipertensi.

b) Frekuensi pernapasan : takipnea, dispnea, pernapasan dangkal,

pengunaan otot bantu pernapasan dan pelebaran nasal.

c) Suhu tubuh : hipertermi akibat reaksi toksik mikroorganisme

[ CITATION Suj13 \l 1033 ].

4) Berat badan.

Cenderung mengalami penurunan berat badan [ CITATION Suj13 \l

1033 ].

5) Kepala

Perhatikan bentuk dan kesimetrisan, palpasi tengkorak periksa

adanya nodus tau pembengkakan, perhatikan kebersihan kulit

kepala, lesi, kerontokan dan perubahan warna Anak dengan


masalah bronkopneumonia tidak mengalami masalah pada organ

tersebut [ CITATION Suj13 \l 1033 ].

6) Wajah

Pemeriksaan wajah yang dilakukan dapat dilihat adanya asimetris

atau tidak, kemudian menilai adanya pembengkakan daerah wajah.

Anak dengan masalah bronkopneumonia tidak mengalami masalah

pada organ tersebut [ CITATION Suj13 \l 1033 ].

7) Mata

Kaji bentuk mata dan kesimetrisan mata, pemeriksaan pada

konjungtiva dan sklera, reflek pupil terhadap cahaya, pengeluaran

air mata, struktur kelopak mata, tidak ada keluhan pada mata.

Anak dengan masalah bronkopneumonia tidak mengalami masalah

pada organ tersebut [ CITATION Suj13 \l 1033 ].

8) Telinga

Kaji bentuk telinga, letak pina, kebersihan, fungsi pendengaran,

lesi ataupun edema. Anak dengan masalah bronkopneumonia tidak

mengalami masalah pada organ tersebut [ CITATION Suj13 \l 1033 ]

9) Hidung

Pemeriksaan hidung untuk menilai adanya kelainan bentuk,

kebersihan, distribusi bulu hidung, pernafasan cuping hidung, ada


tidaknya epitaksis. Anak dengan masalah bronkopneumonia

ditemukan pernafasan cuping hidung [ CITATION Dew16 \l 1033 ].

10) Leher

Kaji bentuk leher, letak trakhea. peningkatan Jugularis Vena

Pressure (JVP), pembesaran kelenjar getah bening, reflek

menelan. Anak dengan masalah bronkopneumonia tidak

mengalami masalah pada organ tersebut [ CITATION Suj13 \l 1033 ]

11) Mulut dan Kerongkongan

Kaji bentuk bibir, warna, mukosa bibir, warna bibir, ada tidaknya

labiopalatoskizis, kebersihan mulut, keadaan lidah, pembengkakan

tonsil, lesi. Anak dengan masalah bronkopneumonia tidak

mengalami masalah pada organ tersebut [ CITATION Suj13 \l 1033 ]

12) Dada

a) Inspeksi

Frekuensi napas, kedalaman dan kesulitan bernapas meliputi

takipnea, dispnea, pernapasan dangkal, pektus ekskavatum

(dada corong), paktus karinatum (dada burung), barrel chest

[ CITATION Suj13 \l 1033 ].

b) Palpasi

Adanya nyeri tekan, massa, vocal premitus [ CITATION Suj13 \l

1033 ].
c) Perkusi

Pekak akibat penumpukan cairan, normal nya timpani (terisi

udara) resonansi [ CITATION Suj13 \l 1033 ].

d) Auskultasi

Ditemukan suara pernapasan tambahan ronchi pernapasan pada

sepertiga akhir inspirasi[ CITATION Suj13 \l 1033 ].

13) Perut

Kaji bentuk perut, warna, struktur dan tekstur perut, ada tidak nya

hernia umbilicalis, pengeluaran cairan, frekuensi bising usus,

massa, pembesaran hati dan ginjal, nyeri tekan. Anak dengan

masalah bronkopneumonia tidak mengalami masalah pada organ

tersebut [ CITATION Suj13 \l 1033 ].

14) Punggung

Kaji bentuk punggung, lesi, kelainan pada tulang punggung. Anak

dengan masalah bronkopneumonia tidak mengalami masalah pada

organ tersebut [ CITATION Suj13 \l 1033 ].

15) Genetalia

Pemeriksaan ukuran penis, testis, letak uretra, ada atau tidak nya

lesi dan inflamasi. Anak dengan masalah bronkopneumonia tidak

mengalami masalah pada organ tersebut [ CITATION Suj13 \l 1033 ].

16) Anus
Kaji lubang anus, ada tidak nya benjolan, kondisi kulit perianal,

lesi. Anak dengan masalah bronkopneumonia tidak mengalami

masalah pada organ tersebut [ CITATION Suj13 \l 1033 ].

17) Ektremitas

Anak dengan masalah bronkopneumonia tidak mengalami masalah

pada ekstremitas [ CITATION Suj13 \l 1033 ].

18) Kuku dan Kulit

Kulit tampak sianosis, teraba panas dan turgor menurun akibat

dehidrasi [ CITATION Suj13 \l 1033 ].

19) Reaksi Hospitalisasi

Anak usia 10 bulan menunjukkan reaksi hospitalisasi sering takut

dengan kehadiran orang asing dan tidak sepenuhnya memahami

mengapa mereka berada di rumah sakit [ CITATION NiK19 \l 1033 ].

20) Pengetahuan

Kurangnya informasi mengenai suatu terapi perawatan dapat

menunjukkan bahwa seseorang kurang mengetahui program

pengobatan atau kesehatan. Pemberian pendidikan kesehatan dapat

meningkatkan pengetahuan dan mengubah perilaku seseorang

untuk melakukan tindakan dengan baik dan benar [ CITATION

Soe12 \l 1033 ].

21) Riwayat Spiritual


Pada usia infant riwayat spiritual kurang efektif untuk dilakukan

pengkajian karena belum bisa melakukan kegiatan spiritual seperti

hal nya pada orang dewasa.

22) Penatalaksanaan terapi

Penatalaksanaan terapi yang dapat dilakukan pada anak dengan

bronkopneumonia yang dirawat di rumah sakit meliputi :

a) Terapi Antibiotik

Pemberian antibiotik penisilin, bisa juga di berikan tambahan

menggunakan kloramfenikol atau diberikan antibiotik yang

mempunyai spektrum luas seperti ampisilin. Pemberian obat

gabungan diberikan sebagai penghilang penyebab infeksi dan

menghindari resistensi antibiotik [ CITATION Suj13 \l 1033 ].

b) Fisioterapi dada

Fisioterapi dada sangat efektif bagi penderita penyakit

respirasi. Dengan teknik postural drainage, perkusi dada dan

vibrasi pada permukaan dinding dada akan mengirimkan

gelombang amplitude sehingga dapat mengubah konsistensi

dan lokasi sekret [ CITATION Tit19 \l 1033 ].

c) Terapi inhalasi

Terapi inhalasi efektif diberikan pada anak dengan

bronkopneumonia karena dapat melebarkan lumen bronkus,


mengencerkan dahak, mempermudah pengeluaran dahak,

menurunkan hiperaktifitas bronkus serta mencegah infeksi.

Alat nebulizer sangat tepat digunakan bagi semua kalanganan

usia dimulai anak anak hingga lansia yang mengalami

gangguan pernapasan terutama dikarenakan oleh adanya

mukus berlebih, batuk ataupun sesak napas. Pengobatan

nebulizer lebih efektif dari obat obatan yang diminum secara

langsung karna di hirup langsung ke paru paru [ CITATION

Wah19 \l 1033 ]

23) Pemeriksaan penunjang

a) Pada pemeriksaan darah menunjukkan leukositosis dapat

ditemukan leukopenia dan ditemukan anemia ringan atau

sedang.

b) Pemeriksaan radiologis memberikan gambaran beragam,

bercak konsolidasi yang merata pada bronkopneumonia, satu

lobus pada pneumonia lobaris, difus atau infiltrat pada

pneumonia stafilokokus.

c) Pemeriksaan mikrobiologi dari specimen usap tenggorok,

sekresi nasofaring, bilasan bronkus atau sputum darah, fungsi

pleura/aspirasi paru dan aspirasi trakea [ CITATION Suj13 \l

1033 ].

2. Analisa Data
Analisa data adalah suatu usaha untuk memberikan validasi data yang

telah terhimpun dengan melakukan perpaduan data subjektif dan objektif

yang telah di peroleh dari berbagai sumber hasil daripada pengkajian

[ CITATION Har20 \l 1033 ].

Tabel 2. 1 Analisa Data

Data Etiologi Masalah


Keperawatan
 Suara napas tambahan Penyebab Ketidakefektifan
 Perubahan pola napas (virus, bakteri, bersihan jalan nafas
 Perubahan frekuensi pernapsan jamur) [ CITATION Hea18
 Sianosis  \l 1033 ]
 Kesulitan verbalisasi Infeksi saluran
 Tidak ada batuk pernafasan atas
 Penurunan bunyi napas 
 Dispnea Kuman berlebih di
 Sputum dalam jumlah berlebih bronkus
 Batuk tidak efektif 
Proses peradangan
 Gelisah

 Mata terbuka lebar Akumulasi sekret
di bronkus

Mobilisasi sekret
yang kurang

Batuk tidak efektif

Ketidakefektifan
bersihan jalan
nafan

[ CITATION Haj15
\l 1033 ]

 Gas arteri darah abnormal Penyebab Hambatan


 pH arteri abnormal (virus, bakteri, pertukaran gas
 Pola pernapasan abnormal jamur) [ CITATION Hea18
 Warna kulit abnormal  \l 1033 ]
 Konfusi Infeksi saluran
 Dispnea pernafasan atas
 Hipoksia 
 Napas cuping hidung Infeksi saluran
 Gelisah pernapasan bawah
 Somnolen 
 Takikardi Dilatasi pembuluh
 Gangguan penglihatan darah

Eksudat masuk
alveoli

Gangguan difusi
gas

Analisa gas darah
abnormal

Hambatan
pertukaran gas

[ CITATION Haj15
\l 1033 ]
 Respon tekanan darah abnormal Penyebab Intoleransi aktivitas
terhadap aktivitas (virus, bakteri, [ CITATION Hea18
 Respon frekuensi jantung abnormal jamur) \l 1033 ]
terhadap aktivitas 
 Ketidaknyamanan setelah Infeksi saluran
beraktivitas pernafasan atas
 Dispnea setelah beraktivitas 
 Keletihan Infeksi saluran
 Kelemahan umum pernapasan bawah

Dilatasi pembuluh
darah

Eksudat masuk
alveoli

Gangguan difusi
gas

Hipoksia

Fatigue

Intoleransi
aktifitas

[ CITATION Haj15
\l 1033 ]
 Kram abdomen Penyebab Ketidakseimbangan
 Nyeri abdomen (virus, bakteri, nutrisi kurang dari
 Gangguan sensasi rasa jamur) kebutuhan tubuh
 Penurunan berat badan 20% atau  [ CITATION Hea18
lebih bawah dari berat badan ideal Infeksi saluran \l 1033 ]
 Enggan makan pernafasan atas
 Kurang minat pada makanan 
 Membran mukosa pucat Kuman berlebih di
 Kesalahan informasi bronkus
 Kelemahan otot pengunyah 
 Ketidakmampuan memakan Proses peradangan
makanan 
 Kelemahan otot pengunyah Akumulasi sekret
 Kelemahan otot untuk menelan di bronkus
 Cepat kenyang setelah makan 
Mukus di bronkus
meningkat

Anoreksia

Intake menurun

Berat badan
menurun

Ketidakseimbangn
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

[ CITATION Haj15
\l 1033 ]

 Berkeringat Penyebab Resiko


 Asites (virus, bakteri, ketidakseimbangan
 Luka bakar jamur) volume cairan
 Obstruksi intestinal  [ CITATION Hea18
 Pankreatitis Infeksi saluran \l 1033 ]
 Trauma pernafasan atas
 Program pengobatan 
Kuman terbawa ke
saluran cerna

Peningkatan flora
normal di usus

Peristaltik usus
meningkat

Malabsorpsi

Diare

Resiko
ketidakseimbangan
volume cairan

[ CITATION Haj15
\l 1033 ]
 Postur abnormal Penyebab Hipertemia
 Apnea (virus, bakteri, [ CITATION Hea18
 Koma jamur) \l 1033 ]
 Kulit kemerahan 
 Hipotensi Infeksi saluran
 Gelisah pernafasan atas
 Bayi tidak dapat mempertahankan 
menyusu Infeksi saluran
 Gelisah pernapasan bawah
 Letargi 
 Kejang Peradangan
 Kulit teraba hangat 
Peningkatan suhu
 Kejang
tubuh
 Stupor

 Takikardia
Hipertermia
 Vasodilatasi
[ CITATION Haj15
\l 1033 ]

 Ketidakakuratan mengikuti Penyebab Defisien


perintah (virus, bakteri, pengetahuan
 Ketidakakuratan mengikuti tes jamur) [ CITATION Hea18
 Perilaku tidak tepat  \l 1033 ]
 Kurang pengetahuan Infeksi saluran
pernafasan atas

Kuman berlebih di
bronkus

Proses peradangan

Kurang
terpaparnya
informasi

Defisien
pengetahuan

[ CITATION Haj15
\l 1033 ]
3. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah sebuah keputusan klinis tentang individu

sebagai sebab dari masalah kesehatan. Diagnosa keperawatan dapat dilihat

dari perkembangan status kesehatan pasien diagnosa dapat di kategorikan

menjadi actual, potensial, resiko dan kemungkinan. Aktual adalah

diagnosa keperawatan yang mengutamakan penilaian klinik yang harus di

identifikasi karena terdapat batasan karakteristik mayor. Potensial

merupakan diagnosa keperawatan yang menggambarkan keadaan pasien

ke arah kekuatan pasien. Risiko merupakan diagnosa keperawatan yang

mengemukakan keadaan klinis pasien yang memerlukan data tambahan

sebagai penunjang yang akurat ( Hidayat, 2008) dalam [ CITATION Har20 \l

1033 ].

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada anak dengan masalah

bronkopneumonia menurut [ CITATION Haj15 \l 1033 ] diantaranya :

a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mukus

berlebih.

b. Hambatan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan

ventilasi perfusi.

c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara

suplai dan kebutuhan oksigen.


d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan kurang asupan makanan.

e. Resiko ketidakseimbangan volume cairan.

f. Hipertemia berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme.

g. Defisien pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi.

4. Perencanaan Keperawatan

Perencanaan keperawatan merupakan langkah dari seluruh proses

keperawatan yang telah di rumuskan dalam sebuah asuhan keperawatan.

Perencanaan keperawatan merupakan tahap ke empat dari sebuah proses

keperawatan. Bermacam tahapan dalam langkah ini telah disusun dan

direncanakan agar dapat membantu pasien mencegah, megurangi,

menghilangkan dampak dan respon yang diakibatkan oleh masalah

kesehatan. Perencanaan keperawatan ini bertujuan sebagai berbagi

informasi dan komunikasi untuk anggota tim perawat, menjadi dasar

pertimbangan evaluasi tindakan keperawatan, sebagai sumber

pengetahuan dalam pendidikan keperawatan, dan sebagai pengembangan

keperawatan [ CITATION Tri17 \l 1033 ].


Tabel 2. 2 Intervensi Keperawatan

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mukus berlebih


Definisi : Ketidakmampuan membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran nafas untuk mempertahankan bersihan jalan nafas
Domain 12 : Keamanan / perlindungan
Kelas 1 : Cedera Fisik
[ CITATION Hea18 \l 1033 ]
No Diagnosa Kriteria Hasil / Tujuan Intervensi Rasional
1. Ketidakefektifan Status Pernafasan Manajeman Jalan Nafas
bersihan jalan Setelah dilakukan tindakan 1. Posisikan pasien untuk 1. Menurunkan ketidaknyamanan dada
nafas keperawatan selama … x 24 jam memaksimalkan ventilasi dan meningkatkan kemudahan untuk
berhubungan diharapkan ketidakefektifan bernafas [ CITATION Dew16 \l
dengan mukus bersihan jalan nafas teratasi , 2. Auskultasi suara nafas, catat 1033 ].
berlebih dengan kiteria hasil : area yang ventilasi nya menurun 2. Bersihan jalan nafas yang tidak efektif
atau tidak ada dan adanya suara dapat dimanifestasikan dengan adanya
Indikator Awal Target nafas tambahan
bunyi napas adventisius[ CITATION
Frekuensi Keterangan :
1 = Deviasi berat dari 3. Monitor kecepatan irama, Dew16 \l 1033 ].
pernafasan
Retraksi kisaran kedalaman dan kesulitan
normal bernafas. 3. Manifestasi distress pernapasan
dinding tergantung pada derajat keterlibatan
dada 2 = Deviasi cukup berat dari
kisaran normal paru dan status kesehatan paru
Suara nafas
3 = Deviasi sedang dari 4. Lakukan fisioterapi dada [ CITATION Dew16 \l 1033 ].
tambahan
Batuk kisaran sebagaimana mestinya.
normal 4. Memudahkan upaya pernafasan dan
4 = Deviasi ringan dari kisaran meningkatkan drainase sekret dari
normal 5. Kelola nebulizer, sebagaimana segmen paru ke dalam bronkus
5 = Tidak ada deviasi dari mestinya [ CITATION Dew16 \l 1033 ].
kisaran nromal 5. Memberikan kelembaban pada
membran mukosa dan membantu
6. Kolaborasi dalam pemberian pengenceran sekret [ CITATION
[ CITATION Sue16 \l 1033 ] obat pengencer dahak Dew16 \l 1033 ].
6. Untuk merelaksasikan otot polos
Kontrol Infeksi bronchial [ CITATION Mar16 \l
7. Berikan terapi antibiotik yang
sesuai. 1033 ].

7. Antibiotik dapat disarankan untuk


[ CITATION Glo16 \l 1033 ] melawan infeksi [ CITATION
Mar16 \l 1033 ].
Hambatan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
Definisi : Kelebihan atau defisit pada oksigenasi atau eliminasi karbon dioksida membrane alveolar-kapiler
Domain 3 : Eliminasi dan pertukaran
Kelas 4 : Fungsi respirasi
[ CITATION Hea18 \l 1033 ]
No Diagnosa Kriteria Hasil / Tujuan Intervensi Rasional
2. Hambatan Status Pernafasan : Pertukaran Manajeman Jalan Nafas
pertukaran gas Gas 1. Monitor kecepatan irama, 1. Manifestasi distress pernapasan
berhubungan Setelah dilakukan tindakan kedalaman dan kesulitan tergantung pada derajat keterlibatan
dengan keperawatan selama … x 24 jam bernafas. paru dan status kesehatan paru
ketidakseimbanga diharapkan hambatan pertukaran [ CITATION Dew16 \l 1033 ].
n ventilasi-perfusi gas teratasi , dengan kiteria hasil : 2. Observasi warna kulit, 2. Sianosis menunjukkan respon tubuh
membrane mukosa dan kuku. terhadap hipoksemia [ CITATION
Indikator Awal Target Catat adanya sianosis.
Dew16 \l 1033 ].
Saturasi Keterangan : 3. Kaji status mental.
3. Gelisah, mudah terangsang, bingung
oksigen 1 = Deviasi berat dari
dapat menunjukkan hipoksemia
Hasil rontgen kisaran
normal 4. Monitor frekuensi [ CITATION Dew16 \l 1033 ].
dada 4. Takikardi biasanya ada akibat adanya
Keseimbanga 2 = Deviasi cukup berat dari jantung/irama.
kisaran normal demam/dehidrasi [ CITATION
n ventilasi dan
perfusi 3 = Deviasi sedang dari 5. Kolaborasi pemberian oksigen Dew16 \l 1033 ]
kisaran dengan benar sesuai dengan 5. Mempertahankan PaO2 diatas 60
normal indikasi. mmHg
4 = Deviasi ringan dari kisaran
normal
5 = Tidak ada deviasi dari
kisaran nromal

[ CITATION Sue16 \l 1033 ]


[ CITATION Glo16 \l 1033 ]
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
Definisi : Ketidakcukupan energi psikologis atau fisiologis untuk mempertahankan atau menyelesaikan aktivitaskehidupan sehari hari yang akan
dilakukan.
Domain 4 : Keamanan / perlindungan
Kelas 4 : Respon kardiovaskular/ pulmonal
[ CITATION Hea18 \l 1033 ]
No Diagnosa Kriteria Hasil / Tujuan Intervensi Rasional
3. Intoleransi Status Jantung Paru Manajeman Energi
aktivitas Setelah dilakukan tindakan 1. Indentifikasi faktor yang 1. Faktor penyebab sangat penting
berhubungan keperawatan selama … x 24 jam menyebabkan intoleransi diketahui sehingga intervensi akan
dengan diharapkan intoleransi aktivitas aktivitas. lebih fokus [ CITATION Tar15 \l
ketidakseimbanga teratasi , dengan kiteria hasil : 1033 ].
n antara suplai dan 2. Kaji kemampuan aktivitas 2. Kemampuan aktivitas awal diketahui
Indikatorkebutuhan
Awal Target pasien. untuk perencanaan dan evaluasi
Saturasioksigen. Keterangan :
[ CITATION Tar15 \l 1033 ].
oksigen 1 = Deviasi berat dari 3. Catat keluhan yang dialami
3. Masalah yang sering dirasakan pasien
Kedalaman kisaran pasien selama dan sesudah
adalah cepat lelah, sesak napas selama
inspirasi normal aktivitas.
aktivitas, jantung berdebar, batuk dan
Pergerakan 2 = Deviasi cukup berat dari
kisaran normal berkeringat dingin [ CITATION
sputum dari
3 = Deviasi sedang dari 4. Bantu pasien dalam melakukan Tar15 \l 1033 ].
saluran
kisaran aktivitas sesuai kemampuan 4. Pasien mungkin membutuhkan
nafas
normal pasien. bantuan karena adanya keterbatasan
4 = Deviasi ringan dari kisaran 5. Kolaborasi dengan ahli gizi [ CITATION Tar15 \l 1033 ].
normal untuk menentukan diet yang 5. Aktifitas membutuhkan energy dan
5 = Tidak ada deviasi dari sesuai. keterbatasan mobilitas juga dapat
kisaran nromal disebabkan karena kondisi anemia
[ CITATION Tar15 \l 1033 ].

[ CITATION Sue16 \l 1033 ]


[ CITATION Glo16 \l 1033 ]
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan
Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik
Domain 12 : Nutrisi
Kelas 1 : Makan
[ CITATION Hea18 \l 1033 ]
No Diagnosa Kriteria Hasil / Tujuan Intervensi Rasional
4. Ketidakseimbangan Status Nutrisi Bayi Manajemen Nutrisi
nutrisi kurang dari Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi adanya alergi 1. Menentukan data dasar kondisi pasien
kebutuhan tubuh keperawatan selama …x 24 jam makanan yang dimiliki pasien dan memandu intervensi keperawatan
berhubungan diharapkan ketidakseimbangan [ CITATION Mar16 \l 1033 ].
dengan kurang nutrisi teratasi , dengan kriteria 2. Pastikan makanan disajikan 2. Makanan dalam keadaan hangat dapat
asupan makanan hasil : pada suhu yang cocok untuk menambah nafsu makan anak
konsumsi secara optimal. [ CITATION Mar16 \l 1033 ].
Indikator Awal Target 3. Ciptakan lingkungan yang 3. Kondisi lingkungan yang bersihdan
Intake Status Nutrisi optimal saat mengkonsumsi optimal dapat meningkatkan selera
Indikator
nutrisi Awal Target makanan
makan pada anak [ CITATION
Energi
Intake Keterangan :
Tar15 \l 1033 ].
cairan
lewat mulut 1 = Tidak adekuat Terapi Nutrisi
2 = Sedikit adekuat 4. Berikan nutrisi enteral sesuai
3 = Cukup adekuat kebutuhan. 4. Untuk memenuhi nutrisi yang adekuat
4 = Sebagian adekuat pada pasien [ CITATION Mar16 \l
5 = Sepenuhnya adekuat 5. Berikan nutrisi yang dibutuhkan 1033 ].
sesuai batas diet yang
[ CITATION Sue16 \l 1033 ] dianjurkan. 5. Membatu pemenuhan kebutuhan
nutrisi sesuai diet yang dianjurkan..
6. Monitor intake makanan [ CITATION Mar16 \l 1033 ].

6. Mengetahui perkembangan tingkat


asupan makanan yang diberikan
[ CITATION Mar16 \l 1033 ].

[ CITATION Glo16 \l 1033 ]


Resiko ketidakseimbangan volume cairan
Definisi : Rentan terhadap penurunan, peningkatan atau pergeseran cepat cairan intravaskular, intertestinal dan intraselular lain yang dapat
mengganggu kesehatan
Domain 2 : Nutrisi
Kelas 5 : Hidrasi
[ CITATION Hea18 \l 1033 ]
No Diagnosa Kriteria Hasil / Tujuan Intervensi Rasional
5. Resiko Keseimbangan cairan Manajeman Cairan
ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi kemungkinan faktor 1. Penanganan kekurangan cairan
volume cairan keperawatan selama …x 24 jam penyebab kekurangan volume tergantung dari faktor penyebab nya
diharapkan ketidakseimbangan cairan. [ CITATION Tar15 \l 1033 ].
volume cairan teratasi , dengan 2. Monitor intake output cairan, 2. Menentukan keseimbangan cairan
kriteria hasil : catat jumlah, jenis cairan yang tubuh [ CITATION Tar15 \l 1033 ].
diberikan.
Indikator Awal Target 3. Batasi pemberian cairan sesuai 3. Pencapaian keseimbangan negative,
Turgor Keterangan : kondisi pasien. dimana`output cairan lebih banyak
kulit dari intake[ CITATION Tar15 \l 1033
Membran 1= Sangat terganggu
2= Banyak terganggu 4. Timbang berat badan pasien ].
mukosa 4. Penurunan berat badan
Berat 3= Cukup terganggu setiap hari atau sesuai kondisi.
4= Sedikit terganggu mengindikasikan pengeluaran cairan
badan
5= Tidak terganggu berlebihan [ CITATION Tar15 \l
stabil
1033 ].
5. Kolaborasi dalam pemberian
[ CITATION Sue16 \l 1033 ] cairan intravena. 5. Memenuhi kebutuhan cairan tubuh
[ CITATION Tar15 \l 1033 ].

[ CITATION Glo16 \l 1033 ]


Hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme
Definisi : Suhu inti tubuh di atas kisaran normal diurnal karena kegagalan termoregulasi
Domain 11 : Keamanan/perlindungan
Kelas 6 : Termoregulasi
[ CITATION Hea18 \l 1033 ]
No Diagnosa Kriteria Hasil / Tujuan Intervensi Rasional
6. Hipertermia Termoregulasi Perawatan Demam
berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau suhu tubuh dan nadi. 1. Peningkatan denyut nadi dan suhu
dengan keperawatan selama …x 24 jam tubuh yang dingin menandakan
peningkatan laju diharapkan hipetermia teratasi , hipovolemia yang mengarah
metabolisme dengan kriteria hasil : penurunan perfusi jaringan
[ CITATION Mar16 \l 1033 ]
Indikator Awal Target 2. Dorong konsumsi cairan. 2. Mencegah tanda tanda dehidrasi
Peningkatan Keterangan : [ CITATION Mar16 \l 1033 ].
suhu kulit 3. Kaji ketidaknyamanan pasien. 3. Mendeteksi tanda awal bahaya pada
Hipertermia 1 = Berat
pasien [ CITATION Mar16 \l 1033 ].
Perubahan 2 = Cukup berat 4. Kenakan pakaian yang longgar,
4. Meningkatkan kenyamanan dan
warna kulit 3 = Sedang tipis, dan menyerap keringat.
4 = Ringan menurunkan suhu tubuh [ CITATION
5 = Tidak ada 5. Kolaborasi pemberian Mar16 \l 1033 ].
antipiretik dan antibiotik sesuai 5. Pemberian obat antipiretik
[ CITATION Sue16 \l 1033 ] dengan ketentuan. mengurangi demam secara efektif
[ CITATION Mar16 \l 1033 ].

[ CITATION Glo16 \l 1033 ]


Defisien pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
Definisi : Defisien informasi kognitif yang berkaitan dengan topic tertentu atau kemahiran
Domain 12 : Persepsi / Kognitif
Kelas 4 : Kognitif
[ CITATION Hea18 \l 1033 ]
No Diagnosa Kriteria Hasil / Tujuan Intervensi Rasional
7. Defisien Pengetahuan : Manajemen Pengajaran : Posisi penyakit
pengetahuan penyakit akut 1. Jelaskan secara umum tanda 1. Dengan bertambahnya pengetahuan,
berhubungan Setelah dilakukan tindakan dan gejala dari penyakit yang maka orang tua mampu merawat dan
dengan mukus keperawatan selama 1 x 30 menit sesuai mencari pengobatan [ CITATION
kurang informasi. diharapkan defisien pengetahuan 2. Jelaskan posisi perjalanan Mar16 \l 1033 ].
teratasi, dengan kriteria hasil : penyakit yang sesuai 2. Menambah informasi pasien tentang
proses perjalanan penyakit serta cara
Indikator Awal Target 3. Ajarkan strategi yang dapat
pencegahan nya [ CITATION
Tanda dan 2 5 digunakan untuk menolak
Keterangan : perilaku yang tidak sehat atau Mar16 \l 1033 ].
gejala 3. Dengan bertambahnya informasi
penyakit 1 = tidak ada pengetahuan mengubah perilaku
2 = pengetahuan terbatas tentang penyakit, maka dapat
Strategi untuk 2 5 meminimalkan proses terjadinya
meminimalkan 3 = pengetahuan sedang 4. Hindari penggunaan teknik
4 = pengetahuan banyak menakut nakuti sebagai strategi penyakit dan proses penyembuhan
penyakit
5 = pengetahuan sangat untuk memotivasi mengubah [ CITATION Mar16 \l 1033 ].
banya perilaku. 4. Membina hubungan saling percaya,
5. Berikan bahan bacaan dan menurunkan ansietas, dan
[ CITATION Sue16 \l 1033 ] materi lainnya yang akan meningkatkan motivasi dalam
membantu dalam proses merubah perilaku [ CITATION
pendidikan kesehatan. Mar16 \l 1033 ].
5. Sebagai sarana dalam mempermudah
penyampaian informasi,
memperjelas informasi, menghindari
[ CITATION Glo16 \l 1033 ] kesalahan persepsi dan
memperlancar komunikasi
[ CITATION Soe12 \l 1033 ]
5. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah langkah aplikasi dari berbagai skema

yang telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan. Adapun

jenis pelaksanaan tindakan yang dapat dilakukan yaitu tindakan jenis

mandiri dan kolaborasi [ CITATION Har20 \l 1033 ].

6. Evaluasi Keperawatan dan Catatan Perkembangan

Evaluasi keperawatan merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan

dengan cara melakukan evaluasi sejauh mana tujuan dari rencana

keperawatan yang telah dicapai. Dengan tahapan evaluasi memudahkan

perawat untuk mengetahui proses yang terjadi selama tahap pengkajian,

analisa, perencanaan dan pelaksanaan tindakan. Pada langkah ini ada dua

jenis evaluasi yang dapat dilakukan, yaitu :

a. Evaluasi formatif

Mengetahui hasil pelaksanaan implementasi sesuai dengan kegiatan

yang dilakukan sesuai kontra pelaksanaan.

b. Evaluasi sumatif

Mengevaluasi keseluruhan target pencapaian diagnosa, apakah rencana

diteruskan, diteruskan dengan perubahan intervensi atau dihentikan

[ CITATION Har20 \l 1033 ].

Catatan perkembangan adalah catatan yang didasarkan di setiap


masalah pada pasien. Kriteria masalah yang termasuk kategori catatan

perkembangan diantaranya :

a. Masalah yang teratasi

b. Masalah yang teratasi sebagian

c. Masalah yang belum teratasi dengan criteria jangka panjang

d. Apabila muncul masalah baru

Menurut [ CITATION Oda12 \l 1033 ] catatan perkembangan dapat

digunakan dalam bentuk SOAPIER meliputi :

S : Data subjektif

Perkembangan kondisi yang didapatkan pada apa yang dirasakan,

dikeluhkan, dan ditemukan pasien.

O : Data objektif

Perkembangan yang diamati dan diukur secara langsung.

A : Analisa

Dari data subjektif dan objektif di analisis, dan diuraikan apakah

masalah tersebut dapat diatasi atau terdapat masalah baru dan

menimbulkan diagnosa baru.

P : Perencanaan

Didasarkan atas hasil daripada hasil analisis yang telah di tentukan

utkan rencana sebelumnya apabila kondisi masalah belum teratasi

dengan kriteria jangka panjang.

I : Implementasi
Tindakan yang akan dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah

ditentukan.

E : Evaluasi

Meliputi perkembangan dari hasil evaluasi yang telah dilakukan.

R : Pengkajian ulang

Jika hasil evaluasi menyatakan masalah belum teratasi pengkajian

perlu di ulang kembali melalui pengumpulan data perkembangan

pasien.

7. Discharge Planning

Merupakan proses persiapan pasien yang sudah dilakukan perawatan di

rumah sakit supaya mampu melakukan perawatan secara mandiri pasca

perawatan. Berikut merupakan discharge planning yang dapat dilakukan

terhadap pasien bronkopneumonia :

a. Evaluasi persiapan pulang. Faktor yang dikaji meliputi :

1) Status pernapasan yang stabil

2) Status nutrisi dan pertumbuhan yang adekuat

3) Kestabilan obat yang di butuhkan

4) Rencana pengobatan medis untuk di rumah

b. Beri instruksi pemulangan kepada orang tua meliputi :

1) Penjelasan tentang penyakit

2) Cara memantau status pernapasan

3) Kebutuhan makanan individu


4) Kebutuhan bayi sehat

5) Kapan harus berobat ke dokter

6) Bagaimana melakukan resusitasi jantung paru

7) Bagaimana memantau efek pengobatan

8) Penanganan infeksi

9) Pentingnya lingkungan bebas rokok

10) Aktivitas terhadap perkembangan yang tepat

c. Melakukan program untuk memantau kebutuhan pernapasan, nutrisi,

perkembangan, dan kebutuhan khusus lainnya yang bersifat terus

menerus [ CITATION HNa17 \l 1033 ].

8. Dokumentasi Keperawatan

Dokumentasi keperawatan merupakan hasil pelaporan yang dimiliki

Tenaga kesehatan. Dokumentasi keperawatan berfungsi sebagai

kepentingan pasien, para tenaga medis memberikan pelayanan kesehatan

kepada satu orang pasien. Catatan di susun atas dasar komunikasi yang

akurat dari pasien dan tenaga kesehatan. Catatan tersebut disusun secara

lengkap dan tertulis, tenaga kesehatan tersebut yang menjadi penanggung

jawab dalam proses dokumentasi [ CITATION Tar15 \l 1033 ].

Anda mungkin juga menyukai