Anda di halaman 1dari 107

Kisah Sang  Tikus

Seekor tikus mengintip di balik celah di tembok untuk mengamati sang petani dan
istrinya, saat membuka sebuah bungkusan. Ada mainan pikirnya. Tapi dia terkejut sekali,
ternyata bungkusan itu berisi perangkap tikus. Lari kembali ke ladang pertanian itu, tikus
itu menjerit memberi peringatan, “Awas ada perangkap tikus di dalam rumah, hati-hati
ada perangkap tikus di dalam rumah!”

Sang ayam dengan tenang berkokok dan sambil tetap menggaruki tanah, mengangkat
kepalanya dan berkata. ‘Ya, maafkan aku Pak Tikus. Aku tahu memang ini masalah besar
bagi kamu, tapi buat aku secara pribadi tidak ada masalah. Jadi jangan buat aku sakit
kepala lah.”

Tikus berbalik dan pergi menuju sang kambing. Katanya, “Ada perangkap tikus di dalam
rumah, sebuah perangkap tikus di dalam rumah!”

‘Wah aku menyesal dengan kabar ini.” Si kambing menghibur dengan penuh simpati.
“Tetapi tidak ada sesuatu pun yang bisa kulakukan kecuali berdo’a. Yakinlah, kamu
senantiasa ada dalam do’a-do’aku!”

Tikus kemudian berbelok menuju si lembu.


‘Oh! Sebuah perangkap tikus?” jadi saya dalam bahaya besar ya?” kata lembu sambil
ketawa, berteleran air liur.

Jadi tikus itu kembalilah ke rumah dengan kepala tertunduk dan merasa begitu patah hati,
kesal dan sedih, terpaksa menghadapi perangkap tikus itu sendirian. Ia merasa sungguh-
sungguh sendiri.

Malam tiba, dan terdengar suara bergema di seluruh rumah, seperti bunyi perangkap tikus
yang berjaya menagkap mangsa. Istri petani berlari melihat apa saja yang terperangkap.
Di dalam kegelapan itu dia tak bisa melihat bahwa yang terjebak itu adalah seekor ular
berbisa. Ular itu sempat mematok tangan istri petani itu. Petani iktu bergegas
membawanya ke rumah sakit.

Si istri kembali ke rumah dengan tubuh mungil, demam. Dan sudah menjadi kebiasaan,
setiap orang sakit demam, obat pertama adalah memberikan sup ayam segar yang hangat.
Petani itupun mengasah pisaunya, dan pergi ke kandang, ,mencari ayam untuk bahan
supnya.

Tapi, bisa itu sungguh jahat, si istri tak kunjung sembuh. Banyak tetangg yang datang
membesuk dan tamupun tumpah ruah ke rumahnya. Iapun harus menyiapkan makanan,
dan terpaksa kambing di kandang itu dijadikan gulai. Tapi itu tidak cukup, bisa itu tak
dapat taklukan. Si istri mati, dan berpulh orang datang untuk mengurus pemakaman, juga
selamatan. Tak ada cara lain, lembu di kandang itupun dijadikan panganan untuk puluhan
rakyat dan peserta selamatan,

Kawan, apabila kamu dengar ada seseorang yang menghadapi masalah dan kamu pikir itu
masalah itu tidak ada kaitannya dengan kamu, ingatlah bahwa apabila ada “perangkap
tikus” di dalam rumah, seluruh “ladang pertanian” ikut menanggung resikonya. Sikap
mementingkan diri sendiri lebih banyak keburukan daripada kebaikanya.

DISALIP AVANZA

Liburan lebaran tahun lalu, saya, adik ipar dan tetangga dengan masing-masing keluarga,
dengan 3 mobil kami menuju liburan ke Bandung. Karena dianggap saya lebih tahu jalan
ke Bandung, mobil saya yg memimpin di depan. Kami convoy dari Serpong melewati
JORR Simatupang lanjut ke tol Cikampek. Saya membawa Toyota Harrier, adik ipar saya
dengan Honda Accord dan tetangga kami dengan new Honda CRV. Selama perjalanan
kecepatan kami tidak terlalu cepat sekitar 100-110 km perjam. Setelah selesai istrirahat di
KM 57 dan mulai memasuki tol Padalenyi, kami mulai memacu kendaraan sekitar 120
km perjam.  Kami memacu dijalur tangah, tiba-tiba dari lajur cepat mengejar dan
melewati kami sebuah Toyota Avanza. Tiba-tiba istri saya nyeletuk, “koq avanza bisa
lewati kita?” Saat itu juga emosi saya tersentak, dan merasa koq mobil dengan CC kecil
bisa lewati mobil saya? Dari ukuran cc Avanza hanya 1.300 cc, sedangkan saya pake
Harrier dengan cc 2.400. Dari struktur body mobil, mobil saya lebih stabil dalam memacu
kecepatan. Saya juga pernah membawa avanza, kalo dalam kecepatan tinggi di atas 120
km per jam, dia akan melayang dan kurang stabil. Seharusnya saya bisa melewati dia dan
saya bisa jauh di depan Avanza.

Karena merasa tersinggung, saya memacu mobil saya melewati Avanza, bebrapa menit
kemudian sudah mengejar dan meninggalkan Avanza tersebut. Kecepatan maksimal dari
Harrier adalah 180 km per jam, dan saya memacu dengan kecepatan antara 150,
kemudian masuk 160 dan mendekat  kecepatan 170 km per jam dan saya mencoba
menambah lagi kecepatan, walau biasa saya tidak pernah membawa mobil saya diatas
kecepatan itu. Sepanjang tol Padalenyi saya kebut dengan kecepatan antara 160- 175 km
per jam. Saya tidak terlalu memperhatikan mobil rombongan saya lagi. Tapi saya
mencoba konsentrasi ke depan dan mengambil jalan kosong dengan kecepatan tinggi.
Sekilas saya melihat ke kaca spion, rombongan saya juga dengan kecepatan yang sama
mengikuti saya dari belakang.  Akhirnya kami sampe ke Bandung dengan selamat,
setelah kami berhenti dan istirahat, rombongan kami ngumpul dan adik ipar saya dan
tetangga saya mengomel kepaa saya. “gile lu ya, lu bawa sampe kita-kita kebut-kebutan”

Kejadian peristiwa ini membuat saya merenungkan mengenai diri saya sendiri. Suatu
malam saya mencoba bertanya dan instropeksi sendiri. “bukankah saya dari kecil selalu
bercita-cita ingin jadi pengusaha?” Kenapa saya sampai saat ini masih jadi karyawan? 
Ditempat kerja saya dalam usaha bidang logistik dan freight forwarding kami sering
menggunakan armada truk dari orang lain karena aramda truk sendiri tidak mencukupi.
Salah satu rekanan kami (biasa kami sebut Sub cont Truking) yg sering kami pakai, sebut
saja pa Rae. Dia adalah mantan supir truk, dia pernah bekerja sebagai supir truk container
di perusahaan kami, tapi sekarang dia sudah menjadi owner truk. Saat ini dia sudah
memiliki belasan aramada truk.  Saya bertanya kepada diri sendiri.  Dia seorang supir
truk saja bisa menjadi pengusaha truk.  Kenapa saya yang seorang manager dan
berpendidikan tinggi hanya menjadi karyawan? Kalo diibaratkan dalam cerita di atas,
kalo dia saja bisa jadi pengusaha, apalagi saya. Dengan ibarat mobil tersebut selama ini
saya tidak pernah mengoptimalkan kemampuan maksimal dari mobil saya, dan begitu
saya pacu saya buktikan saya bisa. Ahhk saya juga harus bisa. Tapi bagaimana?

Malam itu saya membuat tekat, saya harus memulai merintis, langkah apa saja yang
harus saya lakukan. Besok saya harus ketemu dan bicara sama rekanan saya pa Rae.
Begitu kesokan pagi, dengan semagat saya masuk ke kantor, setelah selesai mengecek
beberapa aktivitas kerja, saya menelpon  dan mengajak makan siang rekanan saya. Ketika
kami makan siang, saya gunakan kesempatan itu utk bertanya bagaimana dia yang
seorang supir truk bisa menjadi pengusaha truk. Dia bercerita bahwa pada suatu saaat dia
merasa tidak ada kemajuan sebagai supir truk dan berencana utk berusaha, akhirnya dia
ketemu teman-teman yang bersedia membantu dan mulailah dia menjadi supplier ban
truk.  Berjalan beberapa lama dan sampaai suatu saat  ada customer yang tidak mampu
membayar hutang ban dan menyerahkan truknya utnuk membayar hutangnya. Mulai dia
menjalankan sendiri truk itu dari menjadi supir sendiri. Kemudian dia berfikir, kalau dia
sendiri jadi supir dia hanya mengandalakan 1 truk saja, akhirnya dia mulai mengambil
truk dan mempekerjakan temen-temannya sebagai supir.  Setelah bercerita panjang lebar,
saya memberanikan diri bertanya kepada dia. “Bang, bagaimana kalo saya juga mau
mulai usaha sendiri nih?” dia menjawab: “Oh Abang pasti bisalah, saya yang seorang
supir truk bisa, apalagi Abang yang sudah manager. Abang pegang marketing sendiri lagi
dan ketemu customer langsung, padahal saya sendiri tidak ketemu customer langsung.”
“saya hanya terima sub cont aja, tapi memang bos saya juga sangat membantu”. 
Kemudian saya bertanya lagi: Abang bisa bantu ngak nih, kalo saya usaha sendiri?” “oh
tenang ajalah, pasti kita bantu” begitu jawabnya.

Pertemuan tersebut makin menambah semangat saya, saya mulai merintis dan mencari
informasi dan  mulai mengadakan pendekatan dengan beberapa customer yang selama ini
dekat dengan saya.  Mulailah saya mempersiapkan dokumen pendirian perusahaan. 
Benturan dan halangan rasanya selalu ada jalan keluar yang selalu terbuka, begitu
menghadapi suatu kendala, mulailah saya berfikir bagaimana solusi. Ya puji Tuhan,
rasanya Tuhan saya selalu membuka jalan dan pikiran saya. Akhirnya menjelang akhir
tahun 2009, SIUP, Akta pendirian perusahaan dan dokumen lainpun jadi dan kantorpun
sudah tersewa.  Setelah semua dokumen dan persyaratan sudah selesai, saya mengajukan
pengunduran diri di Perusahaan tempat saya bekerja. Beberpa teman menganjurkan jalan
pararel saja, sambil kerja juga buka usaha sendiri. Tetapi saya berprinsip selama saya
kerja saya ingin selalu jujur dan tidak ingin korupsi. Memang banyak teman juga sering
melempar order kepada perusahaan sendiri, tapi saya bilang: “saya tidak mau kalo
karyawan saya melempar order kepada orang lain, maka saya juga tidak akan melempar
order, saya harus jujur. Saya harus keluar dari perusahaan dulu, baru saya masuk ke
perusahaan sendiri.

Saat ini perusahaan saya sudah berjalan sekitar 8 bulan, dan saya selalu optimis bahwa
saya pasti bisa mengembang perusahaan saya.

Serpong, 2 September 2010.

CONFUSIUS

Yan Hui adalah murid kesayangan Confusius yang suka belajar, sifatnya baik. Pada suatu hari
ketika Yan Hui sedang bertugas, dia melihat satu toko kain sedang dikerumunin banyak orang.

Dia mendekat dan mendapati pembeli dan penjual kain sedang berdebat.    

Pembeli berteriak: "3x8 = 23, kenapa kamu bilang 24?" 

Yan Hui mendekati pembeli kain dan berkata: "Sobat, 3x8 = 24, tidak usah diperdebatkan lagi." 

Pembeli kain tidak senang lalu menunjuk


hidung Yan Hui dan berkata: "Siapa minta pendapatmu?

Kalaupun mau minta pendapat mesti minta ke Confusius. Benar atau salah Confusius yang
berhak mengatakan." 

Yan Hui: "Baik, jika Confusius bilang kamu salah, bagaimana?"    

Pembeli kain: "Kalau Confusius bilang saya salah, kepalaku aku potong untukmu. Kalau kamu
yang salah, bagaimana?"    

Yan Hui: "Kalau saya yang salah, jabatanku untukmu."  Keduanya sepakat untuk bertaruh, lalu
pergi mencari Confusius.

Setelah Confusius tau duduk persoalannya, Confusius berkata kepada Yan Hui sambil tertawa:
"3x8 = 23. Yan Hui, kamu kalah. Kasihkan jabatanmu kepada dia." 

Selamanya Yan Hui tidak akan berdebat dengan gurunya. Ketika mendengar Confusius bilang dia
salah, diturunkannya topinya lalu dia berikan kepada pembeli kain. Orang itu mengambil topi Yan
Hui dan berlalu dengan puas. 

Walaupun Yan Hui menerima penilaian Confusius tapi hatinya tidak sependapat.

Dia merasa Confusius sudah tua dan pikun sehingga dia tidak mau lagi belajar darinya. Yan Hui
minta cuti dengan alasan urusan keluarga.

Confusius tahu isi hati Yan Hui dan memberi cuti padanya.

Sebelum berangkat, Yan Hui pamitan dan Confusius memintanya cepat kembali setelah
urusannya selesai, dan memberi Yan Hui dua nasehat : "Bila hujan lebat, janganlah berteduh di
bawah pohon. Dan jangan membunuh." Yan Hui bilang baiklah lalu berangkat pulang.    

Di dalam perjalanan tiba2 angin kencang disertai petir, kelihatannya sudah mau turun hujan lebat.
Yan Hui ingin berlindung di bawah pohon tapi tiba2 ingat nasehat Confusius dan dalam hati
berpikir untuk menuruti kata gurunya sekali lagi. Dia meninggalkan pohon itu. Belum lama dia
pergi, petir menyambar dan pohon itu hancur.

Yan Hui terkejut, nasehat gurunya yang pertama sudah terbukti. Apakah saya akan membunuh
orang?    

Yan Hui tiba dirumahnya sudah larut malam dan tidak ingin mengganggu tidur istrinya. Dia
menggunakan pedangnya untuk membuka kamarnya. Sesampai di depan ranjang, dia meraba dan
mendapati ada seorang di sisi kiri ranjang dan seorang lagi di sisi kanan.

Dia sangat marah, dan mau menghunus pedangnya. Pada saat mau menghujamkan pedangnya,
dia ingat lagi nasehat Confusius, jangan membunuh. Dia lalu menyalakan lilin dan ternyata yang
tidur disamping istrinya adalah adik istrinya. 

Pada keesokan harinya, Yan Hui kembali ke Confusius, berlutut dan berkata: "Guru, bagaimana
guru tahu apa yang akan terjadi?"    

Confusius berkata: "Kemarin hari sangatlah panas, diperkirakan akan turun hujan petir, makanya
guru mengingatkanmu untuk tidak berlindung dibawah pohon. Kamu kemarin pergi dengan
amarah dan membawa pedang, maka guru mengingatkanmu agar jangan membunuh". 

Yan Hui berkata: "Guru, perkiraanmu hebat sekali, murid sangatlah kagum." 

Confusius bilang: "Aku tahu kamu minta cuti bukanlah karena urusan keluarga. Kamu tidak ingin
belajar lagi dariku. Cobalah kamu pikir. Kemarin guru bilang 3x8=23 adalah benar, kamu kalah
dan kehilangan jabatanmu.

Tapi jikalau guru bilang 3x8=24 adalah benar, si pembeli kainlah yang kalah dan itu berarti
kepalanya ditebas  akan hilang 1 nyawa.

Menurutmu, lebih penting mana, jabatanmu atau kehilangan1 nyawa ?" 

Yan Hui sadar akan kesalahannya dan berkata : "Guru mementingkan yang lebih utama, murid
malah berpikir guru sudah tua dan pikun. Murid benar2 malu."

>> Rekan2 IYE!

Sebagai pebisnis, kehidupan kita terkadang menjadi satu dengan bisnis kita, demikian juga bisnis
kita menyatu dengan kehidupan kita. Oleh sebab itu bijaksanalah dalam berbisnis, sama seperti
bijaksanalah dalam kehidupan kita. Bijaksanalah dalam mengambil keputusan bisnis, seperti
bijaksanalah dalam mengambil keputusan hidup.
Reach Your Dream

Seorang pemuda berusia dua puluh tahunan bermimpi suatu hari nanti ia menjadi seorang
jutawan. Ia sepenuh sadar bahwa impian adalah sesuatu yang mampu membangkitkan
motivasi dan memberikan arah bagi kehidupan setiap insan. Impian ini kemudian
disampaikannya kepada sang kekasih.
Beberapa waktu kemudian mereka menikah.

Sayangnya tidak lama kemudian terjadi krisis ekonomi yang parah. Masa depresi besar
tiba! Pasangan ini kemudian mengalami berbagai peristiwa menyedihkan dalam
kehidupan mereka. Mulai dari kehilangan pekerjaan dan mobil, rumah yang digadaikan
hingga tabungan yang kian menipis dari hari ke hari. Sang pemuda ini mengalami
frustrasi luar biasa. Ia kerap duduk termenung seorang diri. Ia bahkan menyarankan agar
istrinya meninggalkan dia. Ia merasa tidak mampu lagi menjadi suami yang baik. Ia
merasa telah gagal dalam hidupnya.

Siapa menduga sang istri justru tidak kehilangan harapannya sedikit pun? Sang istri yang
penuh kasih sayang ini selalu dekat dan menguatkannya. Dengan tidak bosan-bosannya ia
meyakinkan sang suami
bahwa impian untuk menjadi jutawan itu belum mati dan mereka pasti bisa mencapainya
bersama-sama suatu hari kelak. “Suamiku, kita harus tetap melakukan sesuatu agar
impian kita itu tetap hidup,” katanya berulang kali kepada sang suami. “Tetap hidup?”
jawab sang suami, “Impian kita telah mati! Kita telah gagal!”

Sang istri tetap tidak mau percaya bahwa impian itu telah mati. Ia bahkan sama sekali
tidak bersedia untuk mengubur impian tersebut! Untuk tetap menjaga kehidupan impian
tersebut ia mengajak sang suami untuk merancang apa yang akan mereka lakukan jika
suatu saat nanti mereka menjadi jutawan. Keduanya lalu mulai melakukan hal ini setiap
kali selesai makan malam.

Waktu terus berlalu dan mereka masih saja melakukan kegiatan yang sama hingga suatu
hari sang suami mendapatkan sebuah ide brilian:
menciptakan permainan uang. Yakni barang-barang apa saja yang akan dibeli jika
seseorang memiliki “uang”, misalnya tanah, rumah, gedung, dsb. Gagasan ini terus
mereka matangkan. Mereka menambahkan papan permainan, dadu, kartu, rumah-rumah
kecil, hotel-hotel kecil, dsb.
Bisakah Anda menebak permainan apakah ini? Ya, tepat! Permainan itu bernama
monopoli. Ya, begitulah cerita bagaimana Charles Darrow dan istrinya, Esther
menciptakan permainan tersebut. Permainan ini kemudian dijual kepada seorang
pengusaha dengan harga satu juta dolar dan impian jadi jutawan pun terwujud!

Cerita ini sungguh menggugah hati saya. Betapa tidak, dalam hidup ini tidak banyak
orang yang bisa dengan teguh memegang impian mereka. Terkadang impian itu menjadi
“layu sebelum berkembang”. Kasihan sekali! Banyak orang yang tahu bahwa impian
kerap menjadi awal perjuangan untuk menwujudkan hari esok yang lebih baik namun
sayangnya banyak juga yang belum berani bermimpi. Padahal bermimpi
itu gratis. Bermimpi itu hak setiap manusia. Lagipula, bermimpi bukanlah tindakan
kriminal.

Ada juga kelompok orang yang berani bermimpi namun enggan berkorban untuk
mewujudkan impiannya tersebut. Dalam berbagai seminar atau training saya sering
mengatakan, “Jika Anda tidak bersedia berkorban maka lupakan saja impian Anda.
Semakin besar impian Anda maka semakin besar pula pengorbanan yang harus Anda
lakukan.”

Pertanyaannya sekarang, bagaimana caranya agar impian kita dapat menjadi kenyataan?
Berdasarkan pengalaman pribadi dan dari apa yang saya pelajari ada sejumlah tahap
penting yang diperlukan agar sebuah impian dapat menjadi kenyataan. Pertama, perjelas
impian Anda. Buatlah impian Anda menjadi sebuah target dan tuliskan. Anda harus bisa
membayangkan dalam pikiran Anda impian Anda tersebut. Orang sering mengatakan
jadikan target Anda itu memiliki unsur S.M.A.R.T.
S=specific (buatlah sespesifik mungkin), M=measurable (dapat diukur atau ada
angkanya. Misalnya pengen punya uang berapa rupiah atau mobil dengan harga berapa),
A=achievable (dapat diraih. Buktinya sudah ada orang yang meraihnya saat ini),
R=realistic (realistis, artinya sesuai dengan sumber daya yang saat ini Anda miliki atau
masih dalam kendali Anda, bukan orang lain) dan T=time bound (ada batas waktunya,
artinya kapan Anda ingin itu terwujud).

Kedua, coba tuliskan manfaat yang bisa didapatkan jika impian itu terwujud. Sebaiknya
manfaat itu bukan hanya bagi diri Anda sendiri melainkan juga bagi orang yang paling
Anda cintai, orang-orang di sekitar Anda dan sesama lainnya. Semakin besar manfaat
yang bisa Anda peroleh maka Anda akan semakin bersemangat dalam menggapainya.
Apalagi jika kita sadar nama Tuhan akan semakin dimuliakan jika impian itu terwujud.

Ketiga, doakan impian Anda tersebut. Mintalah bantuan Tuhan sebab bagaimana pun
kerasnya kita bekerja akan sia-sia jika Sang Sumber Segala Rahmat tidak
memberkatinya. Terkadang impian kita tidak kunjung terwujud karena bertentangan
dengan kehendak-Nya atau memang belum waktunya. Untuk itu, usahakan Anda
meluangkan waktu yang cukup sehingga dapat berkomunikasi dengan-Nya mengenai
impian Anda ini.
Keempat, identifikasi semua masalah atau hambatan yang kiranya akan Anda hadapi
dalam rangka mewujudkan impian tersebut. Kelima, identifikasi orang, kelompok orang
atau organisasi yang kiranya dapat membantu Anda mewujudkan impian tersebut.
Barangkali Anda akan mendapatkan ada orang, kelompok atau organisasi yang dapat
bersinergi
dengan Anda bahkan bisa jadi mereka memiliki impian yang sama sehingga Anda bisa
bekerja sama dengan mereka.

Keenam, identifikasi pengetahuan dan ketrampilan apa saja yang sangat Anda perlukan
dalam upaya untuk meraih impian tersebut. Barangkali Anda harus membaca buku-buku
tertentu, mengikuti kursus, seminar atau training. Jangan ragu untuk terus belajar dan
memperbaiki diri. Les Brown pernah berkata, “To achieve something you have never
achieved before, you must become someone you have never been before.” Ya, untuk
mencapai sesuatu yang belum pernah Anda capai Anda harus menjadi orang yang
berbeda dari sebelumnya.

Ketujuh, buatlah plan of action yakni langkah-langkah yang akan Anda tempuh.
Kedelapan: action. Tanpa action, Anda hanya akan menjadi anggota organisasi terlarang
bagi orang-orang yang ingin sukses yakni NADO (no action dream only). Kesembilan,
jaga sikap mental Anda. Tetaplah berpikir positif dan beranilah bangkit dari kegagalan.
Ingatlah bahwa sikap positif akan menarik sukses semakin dkat kepada diri Anda!
Kesepuluh, evaluasi secara kontinyu langkah Anda.
Sekiranya diperlukan perubahan, jangan ragu untuk melakukannya. Jangan kaku!
Bersikaplah fleksibel dalam soal cara atau metode.

Perkenankanlah saya menutup jumpa kita kali ini dengan sebuah nasihat yang sangat
berharga dari Dr. Benjamin Mays, “Perlu sekali menumbuhkan dalam pikiran kita
pendapat bahwa berbagai tragedi dalam kehidupan tidak boleh menjadi alasan tidak
tercapainya impian kita. Tragedi apapun jangan sampai menjadi alasan impian kita
tidak tercapai. Mati dengan impian yang tidak tercapai bukanlah suatu bencana, namun
tidak mempunyai impian sama sekali adalah sebuah malapetaka. Tidak bisa menggapai
bintang bukanlah sesuatu yang
memalukan namun tidak mempunyai keinginan menggapai bintang sangatlah
memalukan. Kegagalan itu biasa tapi tidak punya kemauan itu kekeliruan besar!”
Selamat bermimpi! ***

Sumber: Reach Your Dream oleh P. Winarto, trainer, penulis buku-buku First Step to be
An Entrepreneur, Top Secrets of Success dan Reach Your Maximum Potential

Tempayan Retak
Seorang tukang air memiliki dua tempayan besar, masing-masing bergantung pada kedua
ujung sebuah pikulan yang dibawa menyilang pada bahunya. Satu dari tempayan itu
retak, sedangkan tempayan satunya lagi tidak. Tempayan yang utuh selalu dapat
membawa air penuh, walaupun melewati perjalanan yang panjang dari mata air ke rumah
majikannya. Tempayan retak itu hanya dapat membawa air setengah penuh.

Hal ini terjadi setiap hari selama dua tahun. Si tukang air hanya dapat membawa
satu setengah tempayan air ke rumah majikannya. Tentu saja si tempayan utuh
merasa bangga akan prestasinya karena dapat menunaikan tugas dengan sempurna. Di
pihak lain, si tempayan retak merasa malu sekali akan ketidaksempurnaanya dan merasa
sedih sebab ia hanya dapat memberikan setengah dari porsi yang seharusnya ia dapat
berikan.

Setiap Orang Memiliki kekurangan

Setelah dua tahun tertekan oleh kegagalan pahit ini, tempayan retak berkata
kepada si tukang air, “Saya sungguh malu kepada diri saya sendiri dan saya mohon maaf
yang sebesar-besarnya” “mengapa?” tanya si tukang air,”mengapa kamu merasa
malu ?””Saya hanya mampu, selama dua tahun ini, membawa setengah porsi air dari
yang seharusnya dapat saya bawa. Adanya retakan pada sisi saya telah membuat air yang
saya bawa bocor sepanjang jalan menuju rumah majikan kita. Karena cacatku itu, saya
telah membuat mu rugi.”

Si tukang air merasa kasihan kepada si tempayan retak, dan dalam belas
kasihannya, ia menjawab,” Jika kita kembali ke rumah majikan besok, aku ingin kamu
memperhatikan bunga-bunga indah di sepanjang jalan.” Tuhan sanggup memakai
kelemahan kita untuk maksud yang indah.

Benar, ketika mereka naik ke bukit, si tempayan retak memperhatikan dan baru
menyadari bahwa ada bunga-bunga indah di sepanjang sisi jalan dan itu membuatnya
sedikit terhibur. Namun pada akhir perjalanan, ia kembali merasa sedih karena separuh
air yang dibawanya telah bocor dan kembali tempayan retak itu meminta maaf kepada si
tukang air atas kegagalannya. Si tukang air berkata kepada tempayan itu, “Apakah kamu
tidak memperhatikan adanya bunga-bunga di sepanjang jalan di sisimu ? tapi tidak ada
bunga di sepanjang jalan di sisi tempayan lain yang tidak retak itu ?” Itu karena aku
selalu menyadari akan cacatmu dan aku memanfaatkannya. Aku telah menanam benih-
benih bunga di sepanjang jalan di sisimu dan setiap hari jika kita berjalan pulang dari
mata air, kamu mengairi benih-benih itu. Selama dua tahun ini, aku telah dapat memetik
bunga-bunga indah itu untuk dapat menghias meja majikan kita. Tanpa adanya kamu ,
majikan kita tidak akan dapat menghias rumahnya seindah sekarang.”

Setiap orang memiliki cacat dan kelemahan sendiri. Kita semua adalah tempayan
retak, namun jika kita mau, Tuhan akan menggunakan kekurangan kita untuk maksud
tertentu. Dimata Tuhan yang bijaksana, tak ada yang terbuang percuma, Jangan takut
akan kekuranganmu. Kenalilah kelemahanmu dan kamu dapat menjadi sarana keindahan
Tuhan. Ketahuilah dalam kelemahan kita, kita menemukan kekuatan kita.
Cerita Menyentuh dari India
Istriku berkata kepada aku yang sedang baca koran. Berapa lama lagi kamu baca koran
itu? Tolong kamu ke sini dan bantu anak perempuanmu tersayang untuk makan. Aku
taruh koran dan melihat anak perempuanku satu2nya, namanya Sindu tampak ketakutan,
air matanya banjir di depannya ada semangkuk nasi berisi nasi susu asam/yogurt (nasi
khas India /curd rice). Sindu anak yang manis dan termasuk pintar dalam usianya yang
baru 8 tahun. Dia sangat tidak suka makan curd rice ini. Ibu dan istriku masih kuno,
mereka percaya sekali kalau makan curd rice ada “cooling effect”.

Aku mengambil mangkok dan berkata Sindu sayang, demi ayah, maukah kamu
makan beberapa sendok curd rice ini? Kalau tidak, nanti ibumu akan teriak2 sama ayah.

Aku bisa merasakan istriku cemberut di belakang punggungku. Tangis Sindu


mereda dan ia menghapus air mata dengan tangannya, dan berkata “boleh ayah akan saya
makan curd rice ini tidak hanya beberapa sendok tapi semuanya akan saya habiskan, tapi
saya akan minta” agak ragu2 sejenak “akan minta sesuatu sama ayah bila habis semua
nasinya. Apakah ayah mau berjanji memenuhi permintaan saya?”

Aku menjawab “oh pasti, sayang.”

Sindu tanya sekali lagi, “betul nih ayah ?”

“Yah pasti sambil menggenggam tangan anakku yang kemerah mudaan dan lembut
sebagai tanda setuju.”

Sindu juga mendesak ibunya untuk janji hal yang sama, istriku menepuk tangan
Sindu yang merengek sambil berkata tanpa emosi, janji kata istriku. Aku sedikit khawatir
dan berkata: “Sindu jangan minta komputer atau barang2 lain yang mahal yah, karena
ayah saat ini tidak punya uang.”

Sindu menjawab : jangan khawatir, Sindu tidak minta barang2 mahal kok.
Kemudian Sindu dengan perlahan-lahan dan kelihatannya sangat menderita, dia bertekad
menghabiskan semua nasi susu asam itu. Dalam hatiku aku marah sama istri dan ibuku
yang memaksa Sindu untuk makan sesuatu yang tidak disukainya.

Setelah Sindu melewati penderitaannya, dia mendekatiku dengan mata penuh harap,
dan semua perhatian (aku, istriku dan juga ibuku) tertuju kepadanya. Ternyata Sindu mau
kepalanya digundulin/dibotakin pada hari Minggu. Istriku spontan berkata permintaan
gila, anak perempuan dibotakin, tidak mungkin. Juga ibuku menggerutu jangan terjadi
dalam keluarga kita, dia terlalu banyak nonton TV dan program2 TV itu sudah merusak
kebudayaan kita.

Aku coba membujuk: Sindu kenapa kamu tidak minta hal yang lain kami semua
akan sedih melihatmu botak. Tapi Sindu tetap dengan pilihannya, tidak ada yah, tak ada
keinginan lain, kata Sindu. Aku coba memohon kepada Sindu : tolonglah kenapa kamu
tidak mencoba untuk mengerti perasaan kami.

Sindu dengan menangis berkata : ayah sudah melihat bagaimana menderitanya saya
menghabiskan nasi susu asam itu dan ayah sudah berjanji untuk memenuhi permintaan
saya. Kenapa ayah sekarang mau menarik/menjilat ludah sendiri? Bukankah Ayah sudah
mengajarkan pelajaran moral, bahwa kita harus memenuhi janji kita terhadap seseorang
apapun yang terjadi seperti Raja Harishchandra (raja India jaman dahulu kala) untuk
memenuhi janjinya rela memberikan tahta, harta/kekuasaannya, bahkan nyawa anaknya
sendiri.

Sekarang aku memutuskan untuk memenuhi permintaan anakku : janji kita harus
ditepati. Secara serentak istri dan ibuku berkata : apakah aku sudah gila? Tidak, jawabku,
kalau kita menjilat ludah sendiri, dia tidak akan pernah belajar bagaimana menghargai
dirinya sendiri. Sindu, permintaanmu akan kami penuhi. Dengan kepala botak, wajah
Sindu nampak bundar dan matanya besar dan bagus.

Hari Senin, aku mengantarnya ke sekolah, sekilas aku melihat Sindu botak berjalan
ke kelasnya dan melambaikan tangan kepadaku. Sambil tersenyum aku membalas
lambaian tangannya.

Tiba2 seorang anak laki2 keluar dari mobil sambil berteriak : Sindu tolong tunggu
saya. Yang mengejutkanku ternyata, kepala anak laki2 itu botak.

Aku berpikir mungkin”botak” model jaman sekarang. Tanpa memperkenalkan


dirinya seorang wanita keluar dari mobil dan berkata: “anak anda, Sindu benar2 hebat.
Anak laki2 yang jalan bersama-sama dia sekarang, Harish adalah anak saya, dia
menderita kanker leukemia.” Wanita itu berhenti sejenak, nangis tersedu-sedu, “bulan
lalu Harish tidak masuk sekolah, karena pengobatan chemo therapy kepalanya menjadi
botak jadi dia tidak mau pergi ke sekolah takut diejek/dihina oleh teman2 sekelasnya.
Nah Minggu lalu Sindu datang ke rumah dan berjanji kepada anak saya untuk mengatasi
ejekan yang mungkin terjadi. Hanya saya betul2 tidak menyangka kalau Sindu mau
mengorbankan rambutnya yang indah untuk anakku Harish. Tuan dan istri tuan sungguh
diberkati Tuhan mempunyai anak perempuan yang berhati mulia.”

Aku berdiri terpaku dan aku menangis, malaikat kecilku, tolong ajarkanku tentang
kasih.

Winner VS Looser
The Winner says,”It may be difficult but it is possible”
The Loser says ,”It may be possible but it is too difficult”
When a Winner make a mistake, he says ,”I was wrong”
When a Loser make a mistake, he says ,”It wasn’t my fault”

The Winner is always part of the answer


The Loser is always part of the problem

Winner chooses what they say


Loser say what they chooses

The Winner sees an answer for every problem


The Loser sees a problem for every answer

Winner sees the gain


Loser sees the pain

The Winner says ,”Let me do it for you”


The Loser says ,”That’s not my job”

Winners believe in win win


Loser believe win for them and someone has to lose

A winner makes commitments


A Loser makes promises

Winner sees the potential


Loser sees the past

Winner makes it happen


Loser wait it happen

A winner creates vision


A Loser creates imagination

A winner says “I am doing it”


A Loser says “I’ll do it”

Which are you ?

3 Hari Dalam Hidup Ini


Hari pertama : Hari kemarin.
Kita tak bisa mengubah apa pun yang telah terjadi.
Kita tak bisa menarik perkataan yang telah terucapkan.
Kita tak mungkin lagi menghapus kesalahan dan mengulangi kegembiraan yang Kita
rasakan kemarin.
Biarkan hari kemarin lewat dan beristirahat dengan tenang;
lepaskan saja…

Hari kedua : hari esok.


Hingga mentari esok hari terbit,
Kita tak tahu apa yang akan terjadi.
Kita tak bisa melakukan apa-apa esok hari.
Kita tak mungkin sedih atau ceria di esok hari.
Esok hari belum tiba; toh belum tentu esok hari Kita merengkuhnya
biarkan saja…

Yang tersisa kini hanyalah hari ini.


Pintu masa lalu telah tertutup,
Pintu masa depan pun belum tiba.
Pusatkan saja diri Kita untuk hari ini.
Kita dapat mengerjakan lebih banyak hal hari ini bila Kita mampu memaafkan hari
kemarin dan melepaskan ketakutan akan esok hari.
Hiduplah hari ini. Karena, masa lalu dan masa depan hanyalah permainan pikiran yang
rumit.
Hiduplah apa adanya. Karena yang ada hanyalah hari ini, hari ini yang abadi.
Perlakukan setiap orang dengan kebaikan hati dan rasa hormat, meski mereka berlaku
buruk pada Kita.
Cintailah seseorang sepenuh hati hari ini, karena mungkin besok cerita sudah berganti.
Ingatlah bahwa Kita menunjukkan penghargaan pada orang lain bukan karena siapa
mereka, tetapi karena siapakah diri Kita sendiri

Jadi, jangan biarkan masa lalu mengekangmu atau masa depan membuatmu
bingung, lakukan yang terbaik HARI INI dan lakukan sekarang juga

Sumber: Unknown (Tidak Diketahui)

Pematung Raja
Suatu ketika, hiduplah seorang pematung. Pematung ini, bekerja pada seorang raja
yang masyhur dengan tanah kekuasaannya. Wilayah pemerintahannya sangatlah luas.
Hal itu membuat siapapun yang mengenalnya, menaruh hormat pada raja ini.

Sang pematung, sudah lama sekali bekerja pada raja ini. Tugasnya adalah membuat
patung-patung yang diletakkan menghiasi taman-taman istana. Pahatannya indah,
karena itulah, ia menjadi kepercayaan raja itu sejak lama. Ada banyak raja-raja
sahabat yang mengagumi keindahan pahatannya saat mengunjungi taman istana.

Suatu hari, sang raja mempunyai rencana besar. Baginda ingin membuat patung dari
seluruh keluarga dan pembantu-pembantu terbaiknya. Jumlahnya cukup banyak, ada
100 buah. Patung-patung keluarga raja akan di letakkan di tengah taman istana,
sementara patung prajurit dan pembantunya akan di letakkan di sekeliling taman.
Baginda ingin, patung prajurit itu tampak sedang melindungi dirinya.

Sang pematung pun mulai bekerja keras, siang dan malam. Beberapa bulan kemudian,
tugas itu hampir selesai. Sang Raja kemudian datang memeriksa tugas yang di
perintahkannya. “Bagus. Bagus sekali, ujar sang Raja. “Sebelum aku lupa, buatlah
juga patung dirimu sendiri, untuk melengkapi monumen ini.”

Mendengar perintah itu, pematung ini pun mulai bekerja kembali. Setelah beberapa
lama, ia pun selesai membuat patung dirinya sendiri. Namun sayang, pahatannya
tak halus. Sisi-sisinya pun kasar tampak tak dipoles dengan rapi. Ia berpikir,
untuk apa membuat patung yang bagus, kalau hanya untuk di letakkan di luar
taman. “Patung itu akan lebih sering terkena hujan dan panas,” ucapnya dalam
hati, pasti, akan cepat rusak.”

Waktu yang dimintapun telah usai. Sang raja kembali datang, untuk melihat
pekerjaan pematung. Ia pun puas. Namun, ada satu hal kecil yang menarik
perhatiannya. “Mengapa patung dirimu tak sehalus patung diriku? Padahal, aku
ingin sekali meletakkan patung dirimu di dekat patungku. Kalau ini yang terjadi,
tentu aku akan membatalkannya, dan menempatkan mu bersama patung prajurit yang
lain di depan sana.”

Menyesal dengan perrbuatannya, sang pematung hanya bisa pasrah. Patung dirinya,
hanya bisa hadir di depan, terkena panas dan hujan, seperti harapan yang
dimilikinya.

***

Teman, seperti apakah kita menghargai diri sendiri? Seperti apakah kita
bercermin pada diri kita? Bagaimanakah kita menempatkan kebanggaan atas diri
kita? Ada kalanya memang, ada orang-orang yang selalu pesimis dengan dirinya
sendiri. Mereka, kerap memandang rendah kemuliaan yang mereka miliki.

Namun, apakah kita mau dimasukkan ke dalam bagian itu. Saya percaya, tak banyak
orang yang menghendaki dirinya mau dimasukkan sebagai orang yang pesimis. Kita
akan lebih suka menjadi orang yang bernilai lebih. Sebab, Allah pun menciptakan
kita tak dengan cara yang main-main. Allah menciptakan kita dengan kemuliaan
mahluk yang sempurna.
Dan teman, sesungguhnya, kita sedang memahat patung diri kita saat ini. Tapi
patung seperti apakah yang sedang kita buat? Patung yang kasar, yang tak halus
pahatannya, ataukah patung yang indah, yang memancarkan kemuliaan-Nya? Patung
yang bernilai mahal, yang menjadi hiasan terindah, atau patung yang berharga
murah yang tak layak diletakkan di tempat utama?

Memang, tak ada yang tahu akan ditempatkan dimana patung-patung diri kita kelak.
Karena hanya Allah lah Maha Tahu. Karenanya, bentuklah patung-patung itu dengan
indah. Pahatlah dengan halus, agar kita bisa ditempatkan di tempat yang terbaik,
di sisi-Nya. Poleslah setiap sisinya dengan kearifan budi, dan kebijakan hati,
agar memancarkan keindahan. Susuri setiap lekuknya dengan kesabaran, dan
keikhlasan.

Pahatan yang kita torehkan saat ini, akan menentukan tempat kita di akhirat
kelak. Bentuklah “patung” diri Anda dengan indah!

Perangkap Monyet
Sahabat, saya pernah membaca suatu hal yang menarik tentang perangkap. Suatu sistem yang unik, telah
dipakai di hutan-hutan Afrika untuk menangkap monyet yang ada disana. Sistem itu memungkinkan untuk
menangkap monyet dalam keadaan hidup, tak cedera, agar bisa dijadikan hewan percobaan atau binatang
sirkus di Amerika.

Caranya sangat manusiawi (*umm…atau mungkin hewani kali ye..hehehe*). Sang


pemburu monyet, akan menggunakan sebuah toples berleher panjang dan sempit, dan
menanamnya di tanah. Toples kaca yang berat itu berisi kacang, ditambah dengan aroma
yang kuat dari bahan-bahan yang disukai monyet-monyet Afrika. Mereka meletakkannya
di sore hari, dan mengikat/menanam toples itu erat-erat ke dalam tanah. Keesokan
harinya, mereka akan menemukan beberapa monyet yang terperangkap, dengan tangan
yang terjulur, dalam setiap botol yang dijadikan jebakan.

Tentu, kita tahu mengapa ini terjadi. Monyet-monyet itu tak melepaskan tangannya sebelum mendapatkan
kacang-kacang yang menjadi jebakan. Mereka tertarik pada aroma yang keluar dari setiap toples, lalu
mengamati, menjulurkan tangan, dan terjebak. Monyet itu, tak akan dapat terlepas dari toples, sebelum ia
melepaskan kacang yang di gengamnya. Selama ia tetap mempertahankan kacang-kacang itu, selama itu
pula ia terjebak. Toples itu terlalu berat untuk diangkat, sebab tertanam di tanah. Monyet tak akan dapat
pergi kemana-mana.

Sahabat, kita mungkin tertawa dengan tingkah monyet itu. Kita bisa jadi terbahak saat
melihat kebodohan monyet yang terperangkap dalam toples. Tapi, mungkin,
sesungguhnya, kita sedang menertawakan diri kita sendiri. Betapa sering, kita
mengengam setiap permasalahan yang kita miliki, layaknya monyet yang mengenggam
kacang. Kita sering mendendam, tak mudah memberikan maaf, tak mudah melepaskan
maaf, memendam setiap amarah dalam dada, seakan tak mau melepaskan selamanya.
Seringkali, kita, yang bodoh ini, membawa “toples-toples” itu kemana pun kita pergi.
Dengan beban yang berat, kita berusaha untuk terus berjalan. Tanpa sadar, kita
sebenarnya sedang terperangkap dengan persoalan pribadi yang kita alami.

Sahabat, bukankah lebih mudah jika kita melepaskan setiap masalah yang lalu, dan
menatap hari esok dengan lebih cerah? Bukankah lebih menyenangkan, untuk
memberikan maaf bagi setiap orang yang pernah berbuat salah kepada kita? Karena, kita
pun bisa jadi juga bisa berbuat kesalahan yang sama. Bukankah lebih terasa nyaman, saat
kita membagikan setiap masalah kepada orang lain, kepada sahabat, agar di cari
penyelesaiannya, daripada terus dipendam?

Paku dan Kemarahan


Suatu ketika, ada seorang anak laki-laki yang bersifat pemarah. Untuk mengurangi
kebiasaan marah sang anak, ayahnya memberikan sekantong paku dan mengatakan pada
anak itu untuk memakukan sebuah paku di pagar belakang setiap kali dia marah …

Hari pertama anak itu telah memakukan 48 paku ke pagar setiap kali dia marah … Lalu
secara bertahap jumlah itu berkurang. Dia mendapati bahwa ternyata lebih mudah
menahan amarahnya daripada memakukan paku ke pagar.

Akhirnya tibalah hari dimana anak tersebut merasa sama sekali bisa mengendalikan
amarahnya dan tidak cepat kehilangan kesabarannya. Dia memberitahukan hal ini kepada
ayahnya, yang kemudian mengusulkan agar dia mencabut satu paku untuk setiap hari
dimana dia tidak marah.

Hari-hari berlalu dan anak laki-laki itu akhirnya memberitahu ayahnya bahwa semua
paku telah tercabut olehnya. Lalu sang ayah menuntun anaknya ke pagar. “Hmm, kamu
telah berhasil dengan baik anakku, tapi, lihatlah lubang-lubang di pagar ini. Pagar ini
tidak akan pernah bisa sama seperti sebelumnya. “Ketika kamu mengatakan sesuatu
dalam kemarahan. Kata-katamu meninggalkan bekas seperti lubang ini … di hati orang
lain.

Kamu dapat menusukkan pisau pada seseorang, lalu mencabut pisau itu … Tetapi tidak
peduli beberapa kali kamu minta maaf, luka itu akan tetap ada … DAN luka karena kata-
kata adalah sama buruknya dengan luka fisik …”

~Author Unknown

***

Sahabat Resensi.net, Situs cerita motivasi


memang, sebuah permintaan maaf bisa mengobati banyak hal. Namun, agaknya kita juga
harus mengingat, bahwa semua itu tak akan ada artinya, saat kita mengulangi kesalahan
itu kembali.

Cerita ini, adalah sebuah tamsil, sebuah amsal, sebuah ibarat dan sebuah wira-kisah.
Tentang, berbuat kesalahan memang wajar, namun, ia juga mengajarkan, menghindarinya
adalah hal lain yang bisa kita lakukan.

Ahli Batu
Cerita tukang batu Hiduplah seorang ahli batu yang sangat
terkenal di China. Hasil karyanya tersohor di segenap penjuru negeri.
Batu-batu permata dan intan yang berkilauan itu, dipajang menjadi
perhiasan jemari dan kaki para raja. Hampir semua batu indah
di dunia ini, pernah diolah tangannya. Giok, rubi, dan
safir, terpajang di segenap sudut-sudut rumahnya.

Namun, sang ahli sudah sangat tua. Kini, ia berusaha


mencari pengganti dan penerus karya-karyanya. Belasan orang berusaha
berguru. Tapi, tak ada yang cocok buat pekerjaan itu.
Hingga akhirnya ia menemukan seorang pemuda yang tampak bersemangat,
dan bersedia menjalani ujian.

"Anak muda, ujian pertama ini tidak sulit," ucap sang ahli membuka
pembicaraan.
"Mudah saja. Begini, jika kamu mampu mengambil batu dalam genggamanku,
maka kamu
layak mewarisi semua ilmuku. Namun, jika tanganku yang lebih cepat
menutup, maka
kamu harus mengulang ujian itu besok." Anak muda itu mendengarkan dengan
seksama. Ia mengangguk pelan, "Baiklah, itu pekerjaan mudah."

Ujian itu pun dimulai. Sang ahli, meletakkan sebuah batu di atas
genggaman.
Disodorkannya ke arah muka si anak muda. "Ayo, ambil". Hap. Tampak kedua
tangan
yang beradu cepat. Sang pemuda berusaha meraih batu dalam gengaman itu.
Ah, dia
kalah sigap. Tangan sang ahli telah lebih dulu menutup. "Kamu belum
berhasil
anak muda. Cobalah besok." Sang pemuda tampak kecewa.

Keesokan harinya, anak muda itu kembali mencoba. Ujian pun berulang.
Lagi-lagi,
dia gagal. Gerakannya masih terlalu lambat. Ia pun harus kembali
mengulang ujian
itu. Dua, tiga hari dilaluinya, tak juga berhasil. Sembilan hari telah
terlewati, tapi batu itu masih belum berpindah tangan. Pemuda itu mulai
tampak
putus asa, dan dia berjanji, kalau besok masih belum berhasil, dia akan
berhenti
dan tak mau menjadi ahli permata.
Hari penantian itu pun tiba. Keduanya telah duduk berhadapan. Sang ahli
bertanya, "Kamu sudah siap?" Sang ahli meletakkan sebongkah batu di atas
gengamannya. Namun, tiba-tiba anak muda itu berteriak, "Hei, tunggu
dulu. Itu
bukan batu yang biasa kita gunakan!" Alih-alih meraih batu itu, sang
anak muda
malah menanyakan tentang batu. Wajah keheranan itu dibalas dengan
senyuman dari
sang ahli batu. "Anak muda, kamu lulus ujian pertama dariku. Selamat!"

***

Hidup di dunia, kadangkala seperti pertunjukan sulap. Apa yang ada di


depan
mata, seringkali bukan apa yang kita dapatkan. Harapan yang kita
inginkan,
acapkali meleset. Banyak yang tertipu, banyak pula yang salah duga dan
salah
kira. Sebab, di sana memang penuh kepalsuan.

Teman, sering kita mendengar istilah, siapa cepat dia dapat. Kita pun
terpacu
untuk sepakat dengan perkataan itu. Kemudian, segalanya berubah menjadi
begitu
bergegas. Adu cepat dan adu sigap. Namun, adakah yang tercepat selalu
yang jadi
pemenang? Kadangkala jawabannya tidak semudah itu. Saya percaya, tak
selamanya
kita memaknai hidup ini dengan cara-cara seperti itu. Ada kalanya kita
perlu
bertanya kepada hati tentang makna hidup yang sebenarnya. Setidaknya,
kali ini
saya percaya, mereka yang cermatlah yang akan memenangkan pertarungan
hidup.
Mereka-mereka yang belajar tentang ketelitianlah yang lulus dari ujian
kehidupan. Tak selamanya, si cepat adalah si juara.

Jadilah Magnet Atas Suksesmu


What you see in your mind, you’re going to hold it in your hand” (Bob Proctor)

Sekarang ini, di mana-mana begitu ramai dibicarakan The Secret, buku yang ditulis oleh
penulis kelahiran Australia Rhonda Byrne. Buku yang menggemparkan ini telah
memopulerkan nama Rhonda Byrne dan menobatkan dirinya menjadi salah satu
perempuan berpengaruh di dunia saat ini. Apakah yang menarik dari buku The Secret ini?

Intisari The Secret adalah The Law of Attraction atau hukum daya tarik. Inti dari hukum
daya tarik ini adalah like attract like. Artinya, sesuatu akan menarik sesuatu yang mirip
dengannya. Jadi, saat kita memikirkan sesuatu, dikatakan bahwa kita sedang menarik
sesuatu itu ke arah diri kita.
Bayangkanlah seorang ibu yang seringkali mengalami kecopetan. Masalahnya, setiap kali
ke pasar, ia selalu membayangkan dan dihantui bayangan para pencopet. Setiap kali
mengalami kecopetan, ia semakin ketakutan dan semakin membayangkan hal itu terjadi
lagi berulang kali. Pikiran si ibu itu menjadi magnet bagi para pencopet untuk
mendekatinya.

Di sisi lain, ada seorang mahasiswa teologi yang mengatakan saat dirinya melancong ke
luar negeri, ia tidak memiliki tabungan cukup dan tidak kenal siapa pun. Modalnya hanya
berdoa dan membayangkan jalan mulus membentang di hadapannya. Anehnya, banyak
kemudahan dan jalan ‘bantuan’ datang menghampirinya saat ia membutuhkan.

Dalam hukum daya tarik ini, pikiran kita bereksistensi ibarat magnet. Pikiran kita
memiliki getaran frekuensi yang kita pancarkan ke sekeliling kita. Akibatnya, getaran ini
mulai memengaruhi lingkungan sekitar kita dan mulai menarik alam semesta (universe)
terkait
berbagai hal kembali kepada diri kita.

Jadi, kalau getaran frekuensi yang kita pancarkan merupakan getaran kesuksesan dan
kebahagiaan, alam semesta akan mengatur kesuksesan dan kebahagiaan itu sesuai dengan
apa yang kita pikirkan. Sebaliknya, bila yang kita pikirkan adalah marabahaya, maka
kemungkinan besar hal-hal yang tidak kita inginkan itulah yang bakalan menghampiri
kita.

Mendukung mimpi

Seperti dikatakan DR.Joe Vitale, salah seorang pembicara dan penulis yang turut
memberikan kontribusi dalam buku The Secret, “Alam semesta akan mulai mengatur
dirinya, untuk membuat apa pun yang terpikirkan olehmu, mulai termanifestasikan bagi
dirimu”.

Persis seperti pesan Sang Alkemis, novel spiritual Paulo Coelho. Di sana, dikisahkan
tentang Santiago, seorang bocah penggembala domba dari Padang Andalusia, yang
mengelana mewujudkan mimpi-mimpinya. Pesan utamanya, “Orang yang meyakini
seluruh mimpi-mimpinya, maka seluruh alam semesta akan membantunya dalam
mewujudkan mimpi-mimpi itu menjadi kenyataan.”

Bayangkan dengan mereka yang phobia dengan cecak dan takut kalau- kalau ada cecak.
Akibatnya, jutsru mereka ‘menarik’ cecak di mana-mana. Demikian pula yang takut
kegagalan, justru mereka menarik energi kegagalan dalam diri mereka. Sebaliknya, kalau
kita menarik kekayaan, kesuksesan, uluran tangan, dan kebahagiaan, maka itulah
yang akan tertarik ke arah dirimu.

James Ray, salah satu pemikir terkenal dan kontributor buku ini memakai metafora
menarik. Bayangkanlah dunia ini seperti kisah lampu Aladin dalam dongeng 1001
Malam. Bayangkan, saat dirimu membutuhkan sesuatu dirimu tinggal menggosok
lampunya, maka akan muncul jin ajaib dan berkata pada Anda, “Your wish is my
command” (harapan Anda adalah perintah untuk saya). Bayangkanlah alam semesta
mengatakan hal tersebut kepada diri Anda.

3 Langkah

Ada tiga langkah dalam proses the Law of Attraction ini. Ketiga langkah tersebut
mencakup keberanian meminta (ask), keyakinan akan menerima (believe), dan
kemampuan dan perasaan telah menerima (receive). Kalau dicermati prosesnya kembali,
maka dikatakan, segala sesuatu dimulai dari keinginan dan kemauan kita untuk meminta
dan
mengharapkan hal yang positif terjadi dalam hidup kita.

Seperti dikatakan Jack Canfield dalam bukunya The Aladdin Factor, “Jika kamu tidak
pernah meminta, maka kamu tidak akan pernah menerimanya” . Setelah meminta, maka
dibutuhkan keyakinan bahwa kita bisa menerimanya.

Banyak orang meminta sesuatu, tetapi kemudian menjadi ragu-ragu sehingga apa yang
ada tidak betul-betul termanifestasikan. Tanpa sadar terjadi energi ‘penolakan’ akibat
keragu-raguannya.

Langkah terakhir adalah kemampuan kita untuk menerima atau, kalaupun belum
terasakan sekarang, tetapi merasa telah mulai dalam proses menerima apa yang
diharapkan. Masalahnya, banyak orang tidak sabar dan berhenti saat apa yang diharapkan
tidak langsung terjadi. Otak membutuhkan penyesuaian dan alam semesta membutuhkan
waktu
mewujudkannya, tetapi kita sendiri harus meyakininya.

Lagi pula, penting pula kita untuk mendoakan dan mengharapkan bantuan tangan dan
izin Tuhan sehingga apa yang kita pikirkan terwujud. Sebab, bagaimanapun hukum ini
kita imani berjalan sesuai dengan kehendak-Nya. Karena itu, doa dan keyakinan atas
berlakunya the law of attraction ini tetaplah menjadi hal penting.

Akhirnya, the law of attraction ini mengingatkan kita satu hal penting. Marilah kita selalu
sadar dengan apa yang kita pikirkan. Hal ini akan menjadi sebuah medan magnet yang
luar biasa.

Bayangkan, melalui pikiran itulah kita sedang membuat lukisan kehidupan kita sendiri.
Kesimpulannya, kita, adalah apa yang kita bayangkan setiap hari.

Sumber: Jadilah Magnet Atas Suksesmu oleh Anthony Dio Martin, Director HR
Excellency

Teknik Karet Gelang Merah


Teknik sederhana ini saya pelajari dari Robert G. Allen, milyuner dari New York dan
pengarang buku best seller “Road to Wealth”. Allen mengatakan, bahwa dalam setiap
tindakan kita, selalu ada pikiran positif dan negatif. Bahkan jika kita berdiam diri pun
juga ada kedua pikiran tersebut, misalnya pikiran positif akan berkata “Ayo,kita mulai
bekerja”.

Sedangkan pikiran negatif berkata “Ah, nanti saja. Sedang enak nih duduk-2nya”. Kedua
pikiran ini sama kekuatannya. Jadi terkadang positif yang menang, saat lain negatif yang
menang. Lalu, jika memang kekuatannya 50 : 50, bagaimana caranya agar positif bisa
lebih dominan ?

Jika memang kekuatannya sama, maka harus ada perangsang dari luar yang bisa
mencegah, ketika pikiran negatif keluar. Allen menggunakan karet gelang merah di
pergelangan tangan kirinya. Setiap saat ada pikiran negatif sekecil apapun yang melintas
di pikirannya, dia langsung menjepret tangannya dengan karet gelang tersebut. Sepintas
memang tampak lucu. Tapi pengaruhnya ke alam bawah sadar (ABS) anda luar biasa
besar. Apabila anda konsisten dengan menjepretkan kareng gelang setiap kali anda
berpikir negatif, maka ABS anda akan merekamnya menjadi suatu kebiasaan yang harus
dihindari.

Saya sendiri telah menggunakannya selama 2 bulan. Pada awalnya memang tangan kiri
saya banyak garis-2 merah karena sering dijepret. Namun semakin lama semakin
berkurang. Saya juga memvariasikan teknik ini, dengan memberitahukan Rekan-2
Resensinet sekitar saya, tentang apa yang saya lakukan. Sehingga mungkin suatu saat
ketika anda sedang tidak sadar berbicara negatif, dan teman anda mengetahuinya, dia bisa
mengingatkan anda dengan menjepretkan karet di tangan anda.

Ada satu pertanyaan yang mengelitik, yaitu mengapa mesti karet yang berwarna merah ..
Bukankah karet gelang ada beragam warna ? Atau mungkin juga pertanyaan mengapa
mesti ditangan kiri, bukan di kanan, atau di kaki ?

Robert G. Allen mengatakan, hal-2 ini kelihatannya remeh, tapi mengandung makna yang
besar. Banyak orang yang mengatakan ingin berubah menjadi lebih baik .. Tapi begitu
diberikan satu petunjuk, biasanya petunjuk ini lalu DITAWAR. Ini masalah komitmen.
Apabila anda mau BERUSAHA mencari karet yang berwarna merah, dan memasangnya
di tangan kiri, itu sudah membuktikan anda mempunyai komitmen yang tinggi untuk
berubah. Apabila untuk hal kecil ini saja sudah anda tawar, mungkin komitmen anda
untuk berubah baru di tahap coba-coba saja.

Hal lain yang sering menjadi pertanyaan disini adalah, sebenarnya apakah yang disebut
pikiran negatif itu ? Karena banyak orang tidak sadar bahwa dia melakukan atau
memikirkan hal negatif. Nah, dibawah ini ada daftar hal negatif yang harus anda `jepret’
ketika anda mengalaminya

Menunda, malas, marah, lesu, curiga, malu, ragu-2, rendah diri, sombong, egois, minder,
kuatir, berkata-kata kotor, cemburu, patah hati, takut, berpikir jorok, dengki, iri, sirik,
dendam, sinis, cemberut, pesimis, takut gagal, resah, takut memulai, cuek, acuh, pasif,
cemas, menipu, merajuk, murka, fitnah, menang sendiri, bergosip ria, merasa tak pernah
salah, berbohong, berprasangka buruk, meremehkan, dan lain sebagainya. Anda bisa
tambahkan disini tindakan-2 anda sendiri yang menurut anda negatif, dan perlu `dijepret’.
Selamat mencoba !

Kisah 1000 Kelereng


Makin tua, aku makin menikmati Sabtu pagi. Mungkin karena adanya keheningan sunyi
senyap sebab aku yang pertama bangun pagi, atau mungkin juga karena tak terkira
gembiraku sebab tak  usah masuk kerja. Apapun alasannya, beberapa jam pertama Sabtu
pagi amat menyenangkan.

Beberapa minggu yang lalu, aku agak memaksa diriku ke dapur dengan membawa
secangkir kopi hangat di satu tangan dan koran pagi itu di tangan lainnya. Apa yang biasa
saya lakukan di Sabtu pagi, berubah menjadi saat yang  tak terlupakan dalam hidup ini.
Begini kisahnya.

Aku keraskan suara radioku untuk mendengarkan suatu acara  Bincang-bincang Sabtu
Pagi. Aku dengar seseorang agak tua dengan suara emasnya. Ia sedang berbicara
mengenai seribu kelereng kepada seseorang di telpon yang dipanggil “Tom”. Aku
tergelitik dan duduk ingin mendengarkan apa  obrolannya.

“Dengar Tom, kedengarannya kau memang sibuk dengan pekerjamu. Aku yakin mereka
menggajimu cukup banyak, tapi kan sangat sayang sekali kau harus meninggalkan rumah
dan keluargamu terlalu sering. Sulit kupercaya kok  ada anak muda yang harus bekerja 60
atau 70 jam seminggunya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Untuk menonton
pertunjukan tarian putrimu pun  kau tak sempat”.

Ia melanjutkan : “Biar kuceritakan ini, Tom, sesuatu yang membantuku mengatur dan
menjaga prioritas apa yang yang harus kulakukan dalam hidupku”.

Lalu mulailah ia menerangkan teori “seribu kelereng” nya.” Begini Tom, suatu hari aku
duduk-duduk dan mulai menghiitung-hitung. Kan umumnya orang rata-rata hidup 75
tahun. Ya aku tahu, ada yang lebih dan ada yang kurang, tapi secara rata-rata umumnya
kan sekitar 75 tahun. Lalu, aku kalikan 75 ini dengan 52 dan mendapatkan angka 3900
yang merupakan jumlah semua hari Sabtu yang rata-rata dimiliki seseorang  selama
hidupnya.  Sekarang perhatikan benar-benar Tom, aku mau beranjak ke hal  yang lebih
penting”.

“Tahu tidak, setelah aku berumur 55 tahun baru terpikir olehku semua detail ini”,
sambungnya, “dan pada saat itu aku kan sudah melewatkan 2800 hari Sabtu. Aku terbiasa
memikirkan, andaikata aku bisa hidup sampai 75 tahun, maka buatku cuma tersisa sekitar
1000 hari Sabtu yang masih bisa kunikmati”.

“Lalu aku pergi ketoko mainan dan membeli tiap butir kelereng yang ada. Aku butuh
mengunjungi tiga toko, baru bisa mendapatkan 1000 kelereng  itu. Kubawa pulang,
kumasukkan dalam sebuah kotak plastik bening besar yang kuletakkan di tempat kerjaku,
di samping radio. Setiap Sabtu sejak itu, aku selalu ambil sebutir kelereng dan
membuangnya”.

“Aku alami, bahwa dengan mengawasi kelereng-kelereng itu menghilang, aku lebih
memfokuskan diri pada hal-hal yang betul-betul penting dalam hidupku. Sungguh, tak
ada yang lebih berharga daripada mengamati  waktumu di dunia ini menghilang dan
berkurang, untuk menolongmu membenahi dan meluruskan segala prioritas hidupmu”.

“Sekarang aku ingin memberikan pesan terakhir sebelum kuputuskan teleponmu dan
mengajak keluar istriku tersayang untuk sarapan pagi. Pagi ini, kelereng terakhirku telah
kuambil, kukeluarkan dari kotaknya. Aku  berfikir, kalau aku sampai bertahan hingga
Sabtu yang akan datang, maka Allah  telah meberi aku dengan sedikit waktu tambahan
ekstra untuk kuhabiskan dengan orang-orang yang kusayangi”.

“Senang sekali bisa berbicara denganmu, Tom. Aku harap kau bisa melewatkan lebih
banyak waktu dengan orang-orang yang kau kasihi, dan aku berharap suatu saat bisa
berjumpa denganmu. Selamat pagi!”

Saat dia berhenti, begitu sunyi hening, jatuhnya satu jarumpun bisa terdengar ! Untuk
sejenak, bahkan moderator acara itupun membisu. Mungkin  ia mau memberi para
pendengarnya, kesempatan untuk memikirkan  segalanya. Sebenarnya aku sudah
merencanakan mau bekerja pagi itu, tetapi aku  ganti acara, aku naik ke atas dan
membangunkan istriku dengan sebuah kecupan.

“Ayo sayang, kuajak kau dan anak-anak ke luar, pergi sarapan”. “Lho, ada apa ini…?”,
tanyanya tersenyum.  “Ah, tidak ada apa-apa, tidak ada yang spesial”, jawabku, “Kan
sudah  cukup lama kita tidak melewatkan hari Sabtu dengan anak-anak ? Oh ya,  nanti
kita berhenti juga di toko mainan ya? Aku butuh beli kelereng.”

Sumber: Unknown (Tidak Diketahui)


Dikutip dari Indonesian groups

Dari setiap satu kelereng yang telah terbuang, apakah yang telah anda dapatkan ?

Apakah ……..
kesedihan
keraguan
kebosanan
rasa marah
putus asa
hambatan
permusuhan
pesimis
kegagalan ?

ataukah …….
kebahagiaan
kepercayaan
antusias
cinta kasih
motivasi
peluang
persahabatan
optimis
kesuksesan ?

Waktu akan berlalu dengan cepat. Tidak banyak kelereng yang tersisa dalam kantong
anda saat ini. Gunakan secara bijak untuk memberikan kebahagiaan yang lebih baik bagi
anda sendiri, keluarga, dan lingkungan anda.

Sukses untuk anda !

Harimau dan Serigala


Di sebuah hutan, tinggallah seekor serigala pincang. Hewan itu hidup bersama seekor
harimau yang besar berbadan coklat keemasan. Luka yang di derita serigala, terjadi
ketika ia berusaha menolong harimau yang di kejar pemburu. Sang serigala berusaha
menyelamatkan kawannya. Namun sayang, sebuah panah yang telah di bidik malah
mengenai kaki belakangnya. Kini, hewan bermata liar itu tak bisa berburu lagi bersama
harimau, dan tinggal di sebuah gua, jauh dari perkampungan penduduk.

Sang harimau pun tahu bagaimana membalas budi. Setiap selesai berburu, di mulutnya
selalu tersisa sepotong daging untuk dibawa pulang. Walaupun sedikit, sang serigala
selalu mendapat bagian daging hewan buruan. Sang harimau paham, bahwa tanpa
bantuan sang kawan, ia pasti sudah mati terpanah si pemburu. Sebagai balasannya, sang
serigala selalu berusaha menjaga keluarga sang harimau dari gangguan hewan-hewan
lainnya. Lolongan serigala selalu tampak mengerikan bagi siapapun yang mendengar.
Walaupun sebenarnya ia tak bisa berjalan dan hanya duduk teronggok di pojok gua.
Rupanya, peristiwa itu telah sampai pula ke telinga seorang pertapa. Sang pertapa,
tergerak hatinya untuk datang, bersama beberapa orang muridnya. Ia ingin memberikan
pelajaran tentang berbagi dan persahabatan, kepada anak didiknya. Ia juga ingin menguji
keberanian mereka, sebelum mereka dapat lulus dari semua pelajaran yang diberikan
olehnya. Pada awalnya banyak yang takut, namun setelah di tantang, mereka semua mau
untuk ikut.

Di pagi hari, berangkatlah mereka semua. Semuanya tampak beriringan, dipandu sang
pertapa yang berjalan di depan rombongan. Setelah seharian berjalan, sampailah mereka
di mulut gua, tempat sang harimau dan serigala itu menetap. Kebetulan, sang harimau
baru saja pulang dari berburu, dan sedang memberikan sebongkah daging kepada
serigala. Melihat kejadian itu, sang pertapa bertanya bertanya kepada murid-muridnya,
“Pelajaran apa yang dapat kalian lihat dari sana..?”.

Seorang murid tampak angkat bicara, “Guru, aku melihat kekuasaan dan kebaikan Tuhan.
Tuhan pasti akan memenuhi kebutuhan setiap hamba-Nya. Karena itu, lebih baik aku
berdiam saja, karena toh Tuhan akan selalu memberikan rezekinya kepada ku lewat
berbagai cara.” Sang pertapa tampak tersenyum. Sang murid melanjutkan ucapannya,
“Lihatlah serigala itu. Tanpa bersusah payah, dia bisa tetap hidup, dan mendapat
makanan.” Selesai bicara, murid itu kini memandang sang guru. Ia menanti jawaban
darinya. “Ya, kamu tidak salah. Kamu memang memperhatikan, tapi sesungguhnya kamu
buta. Walaupun mata lahirmu bisa melihat, tapi mata batinmu lumpuh. Berhentilah
berharap menjadi serigala, dan mulailah berlaku seperti harimau.”

**

Adalah benar bahwa Tuhan ciptakan ikan kepada umat manusia. Adalah benar pula,
Tuhan menghamparkan gandum di tanah-tanah petani. Tapi apakah Tuhan ciptakan ikan-
ikan itu dalam kaleng-kaleng sardin? Atau, adakah Dia berikan kepada kita gandum-
gandum itu hadir dalam bentuk seplastik roti manis? Saya percaya, ikan-ikan itu
dihadirkan kepada kita lewat peluh dan kerja keras dari nelayan. Saya juga pun percaya,
bahwa gandum-gandum terhidang di meja makan kita, lewat usaha dari para petani, dan
kepandaian mereka mengolah alat panggang roti.

Begitulah, acapkali memang dalam kehidupan kita, ada fragmen tentang serigala yang
lumpuh dan harimau yang ingin membalas budi. Memang tak salah jika disana kita akan
dapat menyaksikan kebesaran dan kasih sayang dari Tuhan. Dari sana pula kita akan
mendapatkan pelajaran tentang persahabatan dan kerjasama. Namun, ada satu hal kecil
yang patut diingat disana, bahwa: berbagi, menolong, membantu sudah selayaknya
menjadi prioritas dalam kehidupan kita. Bukan karena hal itu adalah suatu keterpaksaan,
bukan pula karena di dorong rasa kasihan dan ingin membalas budi.

Berbagi dan menolong, memang sepatutnya mengalir dalam darah kita. Disana akan
ditemukan nilai-nilai dan percikan cahaya Tuhan. Sebab disana, akan terpantul bahwa
kebesaran Tuhan hadir dalam tindak dan perilaku yang kita lakukan. Di dalam berbagi
akan bersemayan keluhuran budi, keindahan hati dan keagungan kalbu. Teman, jika kita
bisa memilih, berhentilah berharap menjadi serigala lumpuh, dan mulailah meniru teladan
harimau.

Motivational Quotes
I believe life is constanly testing us for our level of commitment,
and life’s greatest rewards are reserved for those who
demonstrate a never ending commitment to act until they achieve.
This level of resolve can move mountains,
but it must be constant & consistent.
As simplistic as this may sound, it is still the common detonator
separating those who live their dreams from those who live in regret
- Anthony Robbins –

Anda akan dikritik orang ketika melakukan sesuatu. Anda juga akan
dikritik ketika tidak melakukan sesuatu. Jadi, lakukan saja apa yang
menurut anda benar.
- Eleanor Roosevelt –

All successful people, men & women, are big dreamers. They imagine
what their future could be, ideal in every respect, and than they
work everyday toward their vision, purpose & goal.
- Brian Tracy -

Orang sukses akan melakukan sesuatu yang berbeda, yang tidak


dilakukan oleh orang rata-2 ….. untuk mendapatkan hasil yang
berbeda pula
- Sonny V. Sutedjo -

There are many people who have big plans but their big plans never
come true. The reason is, too many people have big plans but fail to
keep their small agreements
- Robert Kiyosaki -

The future belongs to those who believe in the beauty of their dreams
- Eleanor Roosevelt -

What ever the mind of man can conceive & believe, it can achieve !
- Napoleon Hill -
Most of the important things in the world have been accomplished by
people who have kept on trying when there seemed to be no hope at all
- Dale Carnegie -

I can not give you the formula for success, but I can give you the
formula for failure, which are try, try and try
- Herbert Bayard Swope -

You see, in life, lots of people know what to do, but few people
actually do what they know. Knowing is not enough. You must take
action !
- Anthony Robbins -

Only those who can see the invisible, can accomplish the imposibble
- Patrick Snow -

Effective People are not problem-minded ;they’re opportunity


minded.
They feed opportunities and starve problems
- Stephen Covey -

Do the thing you fear to do and keep on doing it … That is the


quickest & surest way ever yet discovered to conquer fear
- Dale Carnegie -

There are only two tragedies in life : one is not getting what you
wants, and the other is getting it
- Oscar Wilde -

If you don’t throw the dice, you will never land a six
- Old Chinese proverb -

Happiness cannot be travelled to, owned, earned, worn or consumed.


Happiness is the spiritual experience of living every minute with
love, grace, and gratitude.”
- Denis Waitley -

Success doesn’t come to you… you go to it


- Marva Collins -

It’s not the will to win, but the will to prepare to win that makes
the difference
- Paul “Bear” Bryant -
Motivation is the art of getting people to do what you want them to
do because they want to do it.”
- Dwight D. Eisenhower -

ABC About Friend


A Friend…

(A) = Accepts you as you are


(B) = Believes in “you”
(C) = Calls you just to say “Hi”
(D) = Doesn’t give up on you
(E) = Envisions the whole of you
(F) = Forgives your mistakes
(G) = Gives unconditionally
(H) = Helps you
(I) = Invites you over
(J) = Just “be” with you
(K) = Keeps you close at heart
(L) = oves you for who you are
(M) = Makes a difference in your life
(N) = Never Judges
(O) = Offers support
(P) = Picks you up
(Q) = Quiets your fears
(R) = Raises your spirits
(S) = Says nice things about you
(T) = Tells you the truth when you need hear it
(U) = Understands you
(V) = Values you
(W) = Walks beside you
(X)- Xplain things you don’t understand
(Y) = Yells when you won’t listen
(Z) = Zaps you back to reality

Dikutip dari Friendster


Kiriman dari Wati Nur Aini – Batam
Batu dan Bisikan
Suatu ketika, tersebutlah seorang pengusaha muda dan kaya. Ia baru saja membeli
mobil mewah, sebuah Jaguar yang mengkilap. Kini, sang pengusaha, sedang
menikmati perjalanannya dengan mobil baru itu. Dengan kecepatan penuh, dipacunya
kendaraan itu mengelilingi jalanan tetangga sekitar.

Di pinggir jalan, tampak beberapa anak yang sedang bermain sambil melempar
sesuatu. Namun, karena berjalan terlalu kencang, tak terlalu diperhatikannya
anak-anak itu. Tiba-tiba, dia melihat sesuatu yang melintas dari arah
mobil-mobil yang di parkir di jalan. Tapi, bukan anak-anak itu yang tampak
melintas. Aah…, ternyata, ada sebuah batu yang menimpa Jaguar itu. Sisi pintu
mobil itupun koyak, tergores batu yang dilontarkan seseorang.

Cittt….ditekannya rem mobil kuat-kuat. Dengan geram, di mundurkannya mobil itu


menuju tempat arah batu itu di lemparkan. Jaguar yang tergores, bukanlah perkara
sepele. Apalagi, kecelakaan itu dilakukan oleh orang lain, begitu pikir sang
pengusaha dalam hati. Amarahnya memuncak. Dia pun keluar mobil dengan
tergesa-gesa. Di tariknya seorang anak yang paling dekat, dan di pojokkannya
anak itu pada sebuah mobil yang diparkir.

“Apa yang telah kau lakukan!!! Lihat perbuatanmu pada mobil kesayanganku!!”
Lihat goresan itu”, teriaknya sambil menunjuk goresan di sisi pintu. “Kamu tentu
paham, mobil baru semacam itu akan butuh banyak ongkos di bengkel kalau sampai
tergores.” Ujarnya lagi dengan geram, tampak ingin memukul anak itu.

Sang anak tampak ketakutan, dan berusaha meminta maaf. “Maaf Pak, Maaf. Saya
benar-benar minta maaf. Sebab, saya tidak tahu lagi harus melakukan apa.” Air
mukanya tampak ngeri, dan tangannya bermohon ampun. “Maaf Pak, aku melemparkan
batu itu, karena tak ada seorang pun yang mau berhenti….”

Dengan air mata yang mulai berjatuhan di pipi dan leher, anak tadi menunjuk ke
suatu arah, di dekat mobil-mobil parkir tadi. “Itu disana ada kakakku. Dia
tergelincir, dan terjatuh dari kursi roda. Aku tak kuat mengangkatnya, dia
terlalu berat. Badannya tak mampu kupapah, dan sekarang dia sedang kesakitan..”

Kini, ia mulai terisak. Dipandanginya pengusaha tadi. Matanya berharap pada


wajah yang mulai tercenung itu. “Maukah Bapak membantuku mengangkatnya ke kursi
roda? Tolonglah, kakakku terluka, tapi dia terlalu berat untukku.”

Tak mampu berkata-kata lagi, pengusaha muda itu terdiam. Kerongkongannya


tercekat. Ia hanya mampu menelan ludah. Segera, di angkatnya anak yang cacat
itu menuju kursi rodanya. Kemudian, diambilnya sapu tangan mahal miliknya, untuk
mengusap luka di lutut anak itu. Memar dan tergores, sama seperti sisi pintu
Jaguar kesayangannya.

Setelah beberapa saat, kedua anak itu pun berterima kasih, dan mengatakan bahwa
mereka akan baik-baik saja. “Terima kasih, dan semoga Tuhan akan membalas
perbuatanmu.” Keduanya berjalan beriringan, meninggalkan pengusaha yang masih
nanar menatap kepergian mereka. Matanya terus mengikuti langkah sang anak yang
mendorong kursi roda itu, melintasi sisi jalan menuju rumah mereka.

Berbalik arah, pengusaha tadi berjalan sangat perlahan menuju Jaguar miliknya.
Disusurinya jalan itu dengan lambat, sambil merenungkan kejadian yang baru saja
di lewatinya. Kerusakan yang dialaminya bisa jadi bukanlah hal sepele. Namun, ia
memilih untuk tak menghapus goresan itu. Ia memilih untuk membiarkan goresan
itu, agar tetap mengingatkannya pada hikmah ini. Ia menginginkan agar pesan itu
tetap nyata terlihat

“Janganlah melaju dalam hidupmu terlalu cepat, karena, seseorang akan


melemparkan batu untuk menarik perhatianmu.”

***

Teman, sama halnya dengan kendaraan, hidup kita akan selalu berputar, dan dipacu
untuk tetap berjalan. Di setiap sisinya, hidup itu juga akan melintasi berbagai
macam hal dan kenyataan. Namun, adakah kita memacu hidup kita dengan cepat,
sehingga tak pernah ada masa buat kita untuk menyelaraskannya untuk melihat
sekitar?

Tuhan, akan selalu berbisik dalam jiwa, dan berkata lewat kalbu kita. Kadang,
kita memang tak punya waktu untuk mendengar, menyimak, dan menyadari setiap
ujaran-Nya. Kita kadang memang terlalu sibuk dengan bermacam urusan, memacu
hidup dengan penuh nafsu, hingga terlupa pada banyak hal yang melintas.

Teman, kadang memang, ada yang akan “melemparkan batu” buat kita agar kita mau
dan bisa berhenti sejenak. Semuanya terserah pada kita. Mendengar
bisikan-bisikan dan kata-kata-Nya, atau menunggu ada yang melemparkan batu-batu
itu buat kita.

Terima kasih telah membaca.


Hope you are well and please do take care
Ketelitian
Di sebuah ruang kuliah, seorang profesor kedokteran memberikan kuliah perdananya.
Para mahasiswa baru itu tampak serius. Mata mereka terpaku menatap profesor, seraya
tangan sibuk mencatat.

“Menjadi dokter, butuh keberanian dan ketelitian,” terdengar suara sang profesor. “Dan
saya harap kalian dapat membuktikannya.” Bapak itu beranjak ke samping. “Saya punya
setoples cairan limpa manusia yang telah direndam selama 3 bulan.” Profesor itu
mencelupkan jari ke dalam toples, dan memasukkan jari itu ke mulutnya. Terdengar
teriak-teriak kecil dari mahasiswa itu. Mereka terlihat jijik. “Itulah yang kusebut dengan
keberanian dan ketelitian,” ucap profesor lebih meyakinkan.

“Saya butuh satu orang yang bisa berbuat seperti saya. Buktikan bahwa kalian ingin
menjadi dokter.” Suasana aula mendadak senyap. Mereka bingung: antara jijik dan
tantangan sebagai calon dokter. Tak ada yang mengangkat tangan. Sang profesor berkata
lagi, “Tak adakah yang bisa membuktikan kepada saya? Mana keberanian dan ketelitian
kalian?”

Tiba-tiba, seorang anak muda mengangkat tangan. “Ah, akhirnya ada juga yang berani.
Tunjukkan pada teman-temanmu bahwa kau punya keberanian dan ketelitian.” Anak
muda itu menuruni tangga, menuju mimbar tempat sang professor berada. Dihampirinya
stoples itu dengan ragu-ragu. Wajahnya tegang, dan perasaan jijik terlihat dari air
mukanya.

Ia mulai memasukkan jarinya ke dalam toples. Kepala menoleh ke samping dengan mata
yang menutup. Teriakan kecil rasa jijik kembali terdengar. Perlahan, dimasukkannya jari
yang telah tercelup lendir itu ke mulutnya. Banyak orang yang menutup mata, banyak
pula yang berlari menuju kamar kecil. Sang professor tersenyum. Anak muda itu
tersenyum kecut, sambil meludah-ludah ke samping.

“Aha, kamu telah membuktikan satu hal, anak muda. Seorang calon dokter memang
harus berani. Tapi sayang, dokter juga butuh ketelitian.” Profesor itu menepuk punggung
si mahasiswa. “Tidakkah kau lihat, aku tadi memasukkan telunjuk ke toples, tapi jari
tengah yang masuk ke mulut. Seorang dokter memang butuh keberanian, tapi lebih butuh
lagi ketelitian.”

***

Tantangan hidup, kadangkala bukan untuk menghadapi kematian. Tapi, justru bagaimana
menjalani kehidupan. Banyak orang yang takut mati. Tapi, tidak sedikit yang memilih
mati ketimbang hidup. Banyak yang menghabisi hidup pada jalan-jalan tercela. Banyak
pula yang enggan hidup hanya karena beratnya beban kehidupan.
Ujaran profesor itu memang benar. Tantangan menjadi seorang dokter-dan
sesungguhnya, menjadi manusia-adalah dibutuhkannya keberanian dan ketelitian.
Bahkan, tantangan itu lebih dari sekadar mencicipi rasa cairan limpa di toples. Lebih
berat. Jauh lebih berat. Dalam kehidupan, apa yang kita alami kadang lebih pahit dan
menegangkan. Namun, bagi yang teliti, semua bisa jadi manis, menjadi tantangan yang
mengasyikkan. Di sanalah ditemukan semua rasa, rupa dan suasana yang mendidik. Dan
mereka dapat dengan teliti memilah dan memilih.

Teman, hati-hatilah. Hidup memang butuh keberanian. Tapi, akan lebih butuh ketelitian.
Cermati langkahmu, waspadai tindakanmu. Hati-hati saat “mencelupkan jari” dalam
toples kehidupan. Kalau tidak, “rasa pahit” yang akan kita temukan.

Terima kasih telah membaca. Hope you are well and please do take care
Wassalamualaikum wr wb

Cara Menjadi Kaya


Pertanyaan pertama :
siapa yang MAU menjadi kaya ?
Semua orang pasti akan angkat tangan.

Pertanyaan kedua :
siapa yang BERUSAHA untuk menjadi kaya ?
Hanya sebagian saja yang angkat tangan

Pertanyaan ketiga :
Siapa yang SUDAH kaya ?
Jumlah yang angkat tangan lebih sedikit lagi.

Apa yang salah disini ?

Pada pertanyaan pertama, orang hanya ditawari saja suatu keadaan.


Tidak sulit, karena mereka tinggal bilang mau atau tidak. Pada
pertanyaan kedua, sudah menjurus ke tindakan yang akan anda lakukan
untuk mencapai pertanyaan pertama tersebut. Disini orang yang
menjawab positif tidak sebanyak di pertanyaan pertama. Bermacam-macam
penyebabnya. Mengapa ? Orang mau kaya secara cepat, kalau bisa secara
instan tanpa perlu bekerja keras. Alasan kedua, mereka mau bekerja
keras, tapi `not in the right track' sehingga kerja keras
mereka tidak membuahkan hasil sesuai yang mereka harapkan.
Alasan ketiga, mereka tidak tahu, harus mulai darimana. alasan
terakhir, mereka merasa cukup hidup yang biasa-biasa saja, tidak
perlu terlalu ambisius. "Ora usah ngoyo", begitu kata orang
Jawa. Pada pertanyaan ketiga adalah pada hasil, apakah hasil kerja
anda di pertanyaan kedua membuahkan hasil yang memuaskan. Hanya orang
yang sudah berhasil di pertanyaan kedua yang bisa ikut angkat tangan
disini. Sebenarnya, gimana sih cara untuk menjadi kaya, terutama
secara mudah kalau bisa ?

Ada beberapa cara lain untuk kaya secara mudah. Yang pertama adalah
lahir sebagai anak orang kaya. Jadi berbahagialah anda yang lahir
dengan nama belakang Onassis, Walton, atau Rockeffeler. Karena begitu
lahir anda cukup angkat tangan untuk menjawab pertanyaan ketiga saja.
Bahkan Robert Kiyosaki, dalam salah satu seminarnya pernah
mengatakan, pada waktu kecil dia berharap nama keluarganya bukan
Kiyosaki, namun Kawasaki. Yang kedua adalah kawin dengan anak orang
kaya. Namun apabila anda sudah menikah dan tidak
mendapatkan `kesempatan' ini, anda bisa dengan cara ketiga,
yaitu mempunyai menantu orang kaya. Masih ada beberapa cara lagi,
namun yang berikut ini lebih mengandalkan dewi fortuna, misalnya anda
menang undian, atau dapat warisan mendadak dari keluarga anda. Kalau
dari semua cara instan tersebut anda tidak berhasil, berarti anda
memang harus menggapainya melalui jalur kerja keras.

Di dalam buku pemasaran klasik "Horse Sense" karya Jack Trout


dan Al Ries, dikatakan disana ada 3 cara untuk menjadi kaya secara
instan, yaitu (1) marry a rich person, (2) steal in nice, legal way;
or (3) get to know the right people.

Cara ketiga ini yang menarik. Bertemu dengan orang yang tepat. Kerja
keras (hard work) saja tidak menjamin orang menjadi kaya. Perlu juga
diimbangi dengan kerja cerdas (smart work). Robert Kiyosaki termasuk
beruntung bertemu dengan orang yang tepat, yaitu `Rich
Dad'nya. Orang yang tepat adalah orang yang bersedia menjadi
mentor kita, serta mau membimbing kita. Tentunya dia sendiri juga
sudah kaya, jadi bimbingan yang diberikan bukan cuma teori doang,
tapi pengalaman. Pengalaman itu mahal harganya, karena dengan belajar
dari pengalaman orang lain anda akan terhindar dari `lubang
jebakan' kegagalan. Dengan adanya mentor, proses anda akan lebih
cepat daripada jalan sendiri.

Nah, dalam kehidupan kita sehari-hari, seperti apa sih orang yang
tepat itu ? Tidak mudah memang menemukan orang yang tepat. Kalaupun
misalnya anda sudah ketemu dengan orangnya, belum tentu juga dia mau
membimbing anda. `Orang' yang tepat tidaklah selalu
membimbing anda secara langsung, bisa juga teknik, system, prinsip,
kisah sukses orang lain, tokoh idola, maupun suatu kebijaksanaan
(wisdom). Tidak usah berpikir terlalu rumit, mulailah dari sekitar
anda saja. Adakah suatu kebijakan atau seseorang yang sudah sukses
yang bisa anda contoh ? Kalau ada, cobalah untuk mengamati bagaimana
proses yang dia lakukan selama ini.

Lalu bagaimana mengetahui bahwa prinsip atau mentor yang akan kita
contoh itu tepat ? Just Do It, seperti kata Nike. Lakukan saja.
Lakukan ini semua secara fleksibel, artinya jika satu mentor tidak
sesuai dengan anda cobalah cari mentor lain. Jangan pula takut gagal,
karena kita akan lebih banyak belajar dari kegagalan daripada
keberhasilan. Tidak ada pula aturan yang melarang anda mempunyai
beberapa mentor / prinsip sekaligus. Mungkin dengan merangkum
kebijakan-2 tersebut, anda bisa menciptakan suatu prinsip baru yang
sesuai dengan anda.

Sukses untuk anda !

- Sonny V. Sutedjo -
(Artikel pernah dimuat di Majalah Pengusaha Sep 2003)
Menjadi Majikan Bagi Nasib Diri Sendiri
“Miskin dan kaya adalah nasib ” ini adalah mitos yang berlaku di dalam masyarakat,
khususnya di negara berkembang. Tak terkecuali di negara kita, Indonesia.

Kita sering mendengar, bahkan mungkin termasuk di antara kita pernah berucap; miskin
sudah merupakan nasib kita. Bagaimanapun kita bekerja keras, tidak mungkin berubah,
karena ini sudah suratan takdir. Sebaliknya, kalau nasib kita sudah ditentukan kaya dari
“sononya”, maka usaha apa pun, bahkan kerja “seenaknya” bisa menjadikan kita sukses
dan kaya.

Mitos seperti ini, sadar atau tidak, sudah diterima secara dogmatis di dalam masyarakat
kita. Ditambah dengan mitos-mitos modern yang destruktif, seperti; bila kita
berpendidikan rendah (hanya lulusan SMA/SMP/bahkan SD) maka spontan yang timbul
di benak kita; kita sulit maju, sulit sukses dan kaya.

Dengan persepsi seperti ini, jelas kita telah terkena penyakit mitos yang menyesatkan.
Hal ini akan mempengaruhi sikap mental dalam praktek di kehidupan nyata, sehingga
menghasilkan kualitas hidup “ala kadarnya” atau sekedar hidup. Jika mitos ini dimiliki
oleh mayoritas masyarakat kita, bagaimana mungkin kita bisa mengentaskan kemiskinan
untuk menuju pada cita cita bangsa , yaitu; masyarakat adil-makmur dan sejahtera.

Kemiskinan sering kali merupakan penyakit dari pikiran dan hasil dari ketidaktahuan kita
tentang prinsip hukum kesuksesan yang berlaku. Bila kita mampu berpikir bahwa kita
bisa sukses dan mau belajar, serta menjalankan prinsip-pinsip hukum kesuksesan, mau
membina karakteristik positif, yaitu; punya tujuan yang jelas, mau kerja keras, ulet, siap
belajar, dan berjuang, maka akan terbuka kemungkinan-kemungkinan atau aktifitas-
aktifitas produktif yang dapat merubah nasib gagal menjadi sukses. Miskin menjadi kaya!
Seperti pepatah dalam bahasa Inggris “character is destiny”, kharakter adalah nasib.

Tidak peduli bagaimana Anda hari ini, dari keturunan siapa, berwarna kulit apa, atau apa
latar belakang pendidikan Anda. Ingat, Anda punya hak untuk sukses!!!

Seperti kata-kata mutiara yang saya tulis; Kesuksesan bukan milik orang-orang tertentu.
Sukses milik Anda, milik saya, dan milik siapa saja yang benar-benar menyadari,
menginginkan, dan memperjuangkan dengan sepenuh hati.

Hancurkan mitos “miskin adalah nasib saya!”

Bangun karakter dan mental sukses!!!

Karena kita adalah penentu masa depan kita sendiri!


Majikan bagi nasib kita sendiri!

Sekali lagi, coh che chi ming yuin tek cu ren. Jadilah majikan bagi nasib diri sendiri.

Demikian dari saya Andrie Wongso


Action & Wisdom Motivation Training
Success is my right
Salam sukses luar biasa!!

Mendefinisikan Ulang Kesuksesan


Hal apa yang paling diinginkan semua manusia? Jawaban hanya satu: sukses. Kesuksesan
telah menjadi kebutuhan setiap insan manusia di muka bumi ini. Itulah sebabnya orang
menempuh berbagai cara untuk memperoleh. Salah satunya dengan jalan pendidikan
formal. Sayangnya sukses bukanlah hal yang bisa dengan mudah bisa diraih setiap orang.
Orang bijak selalu berkata, tidak ada kesuksesan tanpa pengorbanan. There is no success
without sacrifice!

Meski sukses telah menjadi kebutuhan mutlak setiap manusia toh tidak semua orang
memiliki pandangan yang sama tentang arti kesuksesan. Ada yang menganggapnya
sebagai kekayaan. Kelompok ini umumnya mencurahkan hidupnya untuk menumpuk
harta. Mereka melihat uang sebagai simbol kesuksesan. Itulah sebabnya mereka menjadi
serakah dan amat mendewakan uang. Uang menjadi oksigen yang mutlak diperlukan bagi
kehidupan mereka.

Sayangnya orang-orang seperti ini hidupnya hampa. Mereka umumnya cepat curiga
terhadap orang lain. Amat sulit bagi mereka untuk berpikir positif terhadap orang lain.
Kalau ada yang mencoba dekat, mereka lantas berpikir, “Jangan-jangan orang ini mau
mengambil harta saya.” Seorang Mahaguru kebijaksanaan pernah berkata orang yang
menomorsatukan harta tidak akan menemukan arti hidup yang sejati. “Sebab di mana
hartanya berada, di situlah pula hatinya berada,” demikian nasihat Sang Mahaguru.

Saya tidak memungkiri bahwa kekayaan -khususnya uang- penting bagi hidup. Siapa sih
yang tidak butuh uang? Sebuah lembaga keagamaan dan lembaga sosial pun butuh uang
untuk kegiatan operasionalnya. Mana bisa kita mendirikan tempat ibadah tanpa uang
yang merupakan
sumbangan dari orang lain? Uang memang penting tapi uang bukan segalanya. Uang
adalah sarana untuk membuat hidup kita makin berarti. Baik bagi diri sendiri maupun
orang lain.

Selain kekayaan, ada juga orang yang mengidentikkan kesuksesan dengan ketenangan
hidup. Kelompok ini tidak suka macam-macam. Sebagian bahkan cenderung pasif dan
menjauhkan diri dari kehidupan masyarakat. Sikap seperti ini juga merupakan sebuah
pilihan dan kita tidak bisa
mengatakan itu keliru.

Ada juga orang yang mengidentikkan kesuksesan dengan ketenaran. Mereka rela
menempuh jalan panjang yang menanjak demi popularitas. Terkadang perjalanan panjang
ini sangat melelahkan sehingga beberapa memilih jalan pintas dengan mempraktekkan
cara-cara kurang terpuji, seperti (maaf) menjual diri. Sudah bukan rahasia lagi kalau tidak
sedikit penyanyi atau bintang film yang pernah tidur dengan produsernya. Tidak semua
dari mereka yang mengambil jalan ini. Saya sendiri kenal dengan banyak artis yang tetap
mempertahankan kehormatannya daripada ditukar dengan popularitas.

Paham bahwa kesuksesan identik dengan ketenaran biasanya hanya terbukti


kebenarannya pada tahap awal. Lambat-laun, seiring makin meningkat popularitas,
banyak hal-hal tertentu terjadi yang pada akhirnya membuat seorang tokoh publik (public
figure) terpaksa menolak paham ini. Misalnya dengan hilangnya privacy yang
bersangkutan karena setiap gerak-geriknya senantiasa diawasi masyarakat lewat pers.
Terkadang saya sendiri amat iba melihat bagaimana kehidupan seorang artis “diobok-
obok” secara berlebihan oleh media massa. Pihak media selalu mengatakan bahwa apa
yang disajikannya adalah untuk memuaskan rasa ingin tahu pembaca atau penonton.
Mungkin ada benarnya juga. Yang pasti, jelaslah sudah bahwa kesuksesan tidak identik
dengan ketenaran.

Selanjutnya ada juga yang mendefiniskan kesuksesan dengan kesehatan yang prima.
Terhadap definisi ini terkadang saya mengajukan pertanyaan reflektif, bukankah ada
begitu banyak orang dengan kesehatan yang amat prima namun hidupnya kosong?
Mereka sama sekali tidak berkarya dan berusaha menjadikan hidupnya lebih berarti.

Jadi, apa sih definisi sukses yang tepat? Saya tidak berpretensi menyebut diri sebagai
pakar kesuksesan karena saya pun masih terus belajar dan mencari apa arti sebuah sukses
sejati. Yang pasti, saya pernah membaca satu definisi tentang sukses yang tampaknya
cukup menarik untuk kita simak bersama. Menurut motivator terkenal, Zig Ziglar, sukses
sejati mencakup delapan bidang kehidupan, yakni: kebahagiaan, kesehatan, keuangan
(kemakmuran), keamanan, kualitas persahabatan (mempunyai banyak sahabat), hubungan
keluarga yang baik, pengharapan akan masa depan, dan kedamaian pikiran. Itulah
sebabnya kita sering mendengar orang berkata bahwa orang kaya belum tentu sukses,
namun orang yang sukses pasti kaya secara material dan spiritual.

Meski demikian, sukses bukanlah sebuah tujuan akhir; sukses adalah sebuah perjalanan.
Success is not a destination; success is a journey! Ya, sukses adalah sebuah perjalanan!
Jika kita telah berhasil meraih sebuah impian, kita toh tetap harus meneruskan perjalanan.
Akhir dari perjalanan itu adalah ketika kita menutup mata dan kembali ke hadirat-Nya.
Motivator dan pakar kepemimpinan, Dr. John C. Maxwell selalu menegaskan agar dalam
perjalanan sukses itu kita senantiasa melakukan apa yang harus kita lakukan. Intinya,
tempuhlah perjalanan sukses dengan benar dan hargailah prosesnya bukan hasil akhir.
Bagaimana menurut Anda?
Sumber: Mendefinisikan Ulang Kesuksesan oleh Paulus Winarto, pendiri LEAF (training
center yang mengkhususkan diri pada upaya meningkatkan motivasi dan
mengembangkan potensi
kepemimpinan).

Siapa yang Tak Mati?


Suatu ketika ada seorang janda yang sangat berduka karena anak satu-satunya mati.
Sembari membawa jenasah anaknya, wanita ini menghadap Sang Guru untuk meminta
mantra atau ramuan sakti yang bisa menghidupkan kembali anaknya.

Sang Guru mengamati bahwa wanita di hadapannya ini tengah tenggelam dalam
kesedihan yang sangat mendalam, bahkan sesekali ia meratap histeris. Alih-alih
memberinya kata-kata penghiburan atau penjelasan yang dirasa masuk akal, Sang Guru
berujar:

“Aku akan menghidupkan kembali anakmu, tapi aku membutuhkan sebutir biji lada.”

“Itu saja syaratnya?” tanya wanita itu dengan keheranan.

“Oh, ya, biji lada itu harus berasal dari rumah yang anggota penghuninya belum pernah
ada yang mati.”

Dengan “semangat 45″, wanita itu langsung beranjak dari tempat itu, hatinya sangat
entusias, “Guru ini memang sakti dan baik sekali, dia akan menghidupkan anakku!”

Dia mendatangi sebuah rumah, mengetuk pintunya, dan bertanya: “Tolonglah saya. Saya
sangat membutuhkan satu butir biji lada. Maukah Anda memberikannya?” “Oh, boleh
saja,” jawab tuan rumah. “Anda baik sekali Tuan, tapi maaf, apakah anggota rumah ini
belum pernah ada yang mati?” “Oh, ada, paman kami meninggal tahun lalu.” Wanita itu
segera berpamitan karena dia tahu bahwa ini bukan rumah yang tepat untuk meminta biji
lada yang dibutuhkannya.

Ia mengetuk rumah-rumah berikutnya, semua penghuni rumah dengan senang hati


bersedia memberikan biji lada untuknya, tetapi ternyata tak satu pun rumah yang
terhindar dari peristiwa kematian sanak saudaranya. “Ayah kami barusan wafat…,”
“Kakek kami sudah meninggal…,” “Ipar kami tewas dalam kecelakaan minggu lalu…,”
dan sebagainya.

Ke mana pun dia pergi, dari gubuk sampai istana, tak satu tempat pun yang memenuhi
syarat tidak pernah kehilangan anggotanya. Dia malah terlibat dalam mendengarkan
cerita duka orang lain. Berangsur-angsur dia menyadari bahwa dia tidak sendirian dalam
penderitaan ini; tak seorang pun yang terlepas dari penderitaan.

Pada penghujung hari, wanita ini kembali menghadap Sang Guru dalam keadaan batin
yang sangat berbeda dengan sebelumnya. Dia mengucap lirih, “Guru, saya akan
menguburkan anak saya.” Sang Guru hanya mengangguk seraya tersenyum lembut.

Mungkin saja Sang Guru bisa mengerahkan kesaktian dan menghidupkan kembali anak
yang telah mati itu, tetapi kalau pun bisa demikian, apa hikmahnya?

Bukankah anak tersebut suatu hari akan mati lagi juga? Alih-alih berbuat demikian Sang
Guru membuat wanita yang tengah berduka itu mengalami pembelajaran langsung dan
menyadari suatu kenyataan hidup yang tak terelakkan bagi siapa pun: siapa yang tak
mati?

Penghiburan sementara belaka bukanlah solusi sejati terhadap peristiwa dukacita


mendalam seperti dalam cerita di atas.

Penderitaan hanya benar-benar bisa diatasi dengan pengertian yang benar akan dua hal:
(1) kenyataan hidup sebagaimana adanya, bukan sebagaimana maunya kita, dan
(2) bahwasanya pada dasarnya penderitaan dan kebahagiaan adalah sesuatu yang
bersumber dari dalam diri kita sendiri.

Sumber: Unknown (Tidak Diketahui)

Mengerahkan Segenap Kekuatan


Menjadi yang Terbaik
Di dalam proses kehidupan kita sebagai manusia, lebih-lebih bagi kita yang hidup di
masyarakat luas dan yang sedang berjuang keras dalam menciptakan kualitas kehidupan
yang lebih baik, sering kali dalam berhubungan dengan orang lain,kita menemui baik
atau buruk dari perlakuan orang lain terhadap diri kita,sebaliknya kita terhadap orang
lain, atau kita terhadap diri kita sendiri dan mereka terhadap mereka sendiri. Sikap-sikap
demikian adalah hal yang sangat wajar dan alamiah sekali yang dapat terjadi pada
hubungan antar munusia bagi siapa saja, kapan dan dimanapun kita berada.

Namun bila kita sadar sebagai manusia yang mempunyai pikiran sehat, yang dapat
membedakan sikap mana yang baik dan buruk , mana yang positif dan negatif, mana
yang konstruktif, dan destruktif, sikap mana yang bisa menyinggung , menyakiti dan
sikap mana yang bisa menyenangkan orang lain,mana yang perlu dipertahankan,
dipelihara dan dikembangkan terus menerus.

Sebagai manusia yang dapat mengerti, menyadari dan dapat berpikir jernih,jelas kita
harus bisa memilih dan berani menentukan sikap, dengan segenap tenaga, waktu dan
pikiran untuk tetap mengembangkan diri semaksimal yang dapat dilakukan dalam garis
prinsip yang lebih baik dan positif.

Sepantasnya pula setiap saat untuk menyadari dan mengingatkan kita agar tetap tegar,
berani, sabar dan ulet dalam menghadapi setiap problem, rintangan, kesulitan yang
muncul, baik yang datang dari luar diri kita (external) , lebih-lebih yang datang dari
dalam diri kita sendiri (internal). Kita harus mempunyai prinsip yang kuat dan
mempunyai ketegasan terhadap diri sendiri.

Memang ini bukan hal yang mudah dilakukan, hanya lewat proses latihan demi latihan,
belajar dan belajar yang ada dalam praktek kehidupan yang nyata. Lama kelamaan
tentunya kita akan terbiasa untuk Tetap tegar menghadapi setiap kondisi yang menantang
dan berupaya keras tetap Menjadi Yang Terbaik dalam situasi apapun.

Dengan demikian tidak hanya kita semakin dewasa dalam mengarungi kehidupan ini,
yang pasti kualitas kehidupan kita akan semakin baik ,semakin sukses…sekaligus akan
berpengaruh dan bermanfaat pula bagi orang lain.

Sekali lagi. Dengan segenap kekuatan . untuk menjadi yang terbaik

Sumber: Mengerahkan Segenap Kekuatan Menjadi yang Terbaik oleh Andrie Wongso

Membangun Motivasi dalam Diri


Cita-cita atau tujuan hidup ini hanya bisa diraih jika Anda memiliki motivasi yang kuat
dalam diri Anda. Tanpa motivasi apa pun, sulit sekali Anda menggapai apa yang Anda
cita-citakan. Tapi tak dapat dipungkiri, memang cukup sulit membangun motivasi di
dalam diri sendiri. Bahkan, mungkin Anda tidak tahu pasti bagaimana cara membangun
motivasi di dalam diri sendiri. Padahal, sesungguhnya banyak hal yang dapat dilakukan
untuk menumbuhkan motivasi tersebut. Caranya…? coba simak kiat berikut ini:

Ciptakan Sensasi
Ciptakan sesuatu yang dapat “membangunkan” dan membangkitkan gairah Anda saat
pagi menjelang. Misalnya, Anda berpikir esok hari harus mendapatkan keuntungan 1
milyar rupiah. Walau kedengarannya mustahil, tapi sensasi ini kadang memang semangat
Anda untuk berkarya lebih baik lagi melebihi apa yang sudah Anda lakukan kemarin.
Kembangkan Terus Tujuan Anda
Jangan pernah terpaku pada satu tujuan yang sederhana. Tujuan hidup yang terlalu
sederhana membuat Anda tidak memiliki kekuatan lebih. Padahal, guna meraih sesuatu
Anda memerlukan tantangan yang lebih besar untuk mengerahkan kekuatan Anda yang
sebenarnya. Tujuan hidup yang besar akan membangkitkan motivasi dan kekuatan
tersendiri dalam hidup Anda.

Tetapkan Saat Kematian


Anda perlu memikirkan saat kematian meskipun gejala ke arah itu tidak dapat
diprediksikan. Membayangkan saat-saat terakhir dalam hidup ini sesungguhnya
merupakan saat-saat yang sangat sensasional. Anda dapat membayangkan ‘flash back’
dalam kehidupan Anda. Sejak Anda menjalani masa kanak-kanak, remaja, hingga tampil
sebagai pribadi yang dewasa dan mandiri. Jika Anda membayangkan ‘ajal’ Anda sudah
dekat, maka akan memotivasi Anda untuk berbuat lebih banyak lagi selama hidup Anda.

Tinggalkan Teman yang Tidak Perlu


Jangan ragu untuk meninggalkan teman-teman yang tidak dapat mendorong Anda
mencapai tujuan. Sebab, siapa pun teman Anda, seharusnya mampu membawa Anda
pada perubahan yang lebih baik. Ketahuilah, bergaul dengan orang-orang yang optimis
akan membuat Anda berpikir optimis pula. Bersama mereka, hidup ini terasa lebih
menyenangkan dan penuh motivasi.

Hampiri Bayangan Ketakutan


Saat Anda dibayang-bayangi kecemasan dan ketakutan, jangan melarikan diri dari
bayangan tersebut. Misalnya, selama ini Anda takut akan menghadapi masa depan yang
buruk. Datang dan nikmati rasa takut Anda dengan mencoba mengatasinya. Saat Anda
berhasil mengatasi rasa takut, saat itu Anda telah berhasil meningkatkan keyakinan diri
bahwa Anda mampu mencapai hidup yang lebih baik.

Ucapkan “Selamat Datang” pada Setiap Masalah


Jalan untuk mencapai tujuan tidak selamanya semulus jalan tol. Suatu saat, Anda akan
menghadapi jalan terjal, menanjak, dan penuh bebatuan. Jangan memutar arah untuk
mengambil jalan pintas. Hadapi terus jalan tersebut dan pikirkan cara terbaik untuk bisa
melewatinya. Jika Anda memandang masalah sebagai sesuatu yang mengerikan, Anda
akan semakin sulit termotivasi. Sebaliknya, bila Anda selalu siap menghadapi setiap
masalah, maka Anda seakan memiliki energi dan semangat berlebih untuk mencapai
tujuan Anda.

Mulailah dengan Rasa Senang


Jangan pernah merasa terbebani dengan tujuan hidup Anda. Coba nikmati hidup dan jalan
yang Anda tempuh. Jika sejak awal Anda sudah merasa ‘tidak suka’, maka rasanya,
motivasi hidup tidak akan pernah Anda miliki.

Berlatih dengan Keras


Tidak bisa tidak, Anda harus berlatih terus bila ingin mendapatkan hasil terbaik. Pada
dasarnya, tidak ada yang tidak dapat Anda raih jika Anda terus berusaha keras. Semakin
giat berlatih, semakin mudah pula mengatasi setiap
kesulitan.

Kesimpulan: motivasi adalah ’sesuatu’ yang dapat menumbuhkan semangat Anda dalam
rangka mencapai tujuan. Dengan motivasi yang kuat di dalam diri sendiri, Anda akan
memiliki apresiasi dan penghargaan yang tinggi terhadap diri dan hidup ini. Sehingga
Andapun tidak ragu lagi melangkah mencapai tujuan dan cita-cita hidup Anda..!

Sumber: Unknown (Tidak Diketahui)

Jangan Bernapas dalam Lumpur


Setiap orang tentu memiliki rencana tertentu di tahun baru nanti. Entah itu terkait dengan
target-target tertentu dalam pencapaian prestasi, atau yang hanya ingin menerapkan
perilaku lebih baik daripada sebelumnya. Apapun, kalau kita merencanakan dengan baik,
kita akan mendapatkan sesuatu dengan konkret.

Yang ingin saya tekankan di sini adalah bagaimana para pebisnis kita di tahun mendatang
memiliki rencana untuk memperkokoh bisnis di negara kita dengan dilandasi etika bisnis.
Mumpung pemerintahan masih baru, mari kita menggelorakan semangat untuk berbisnis
dengan bersih. Jangan sampai berbisnis dengan tamak sehingga membuat orang lain tidak
nyaman.

Hal-hal tidak bersih itu dapat kita lihat di sekeliling kita setiap hari. Misalnya saja,
bagaimana orang dijebloskan di penjara karena hanya mampu ‘membayar’ sedikit.
Sedangkan orang yang membayar banyak bisa lolos.

Di bidang pajak, kasus-kasus suap tak bisa dihitung lagi. Padahal, kasus-kasus demikian
diciptakan oleh orang bisnis sendiri. Para pebisnis maunya serba cepat. Apapun ditempuh
agar urusan bisnisnya cepat selesai. Perilaku ini menular bagai virus. Maka, di tahun
mendatang saya berharap jalur bisnis ditata satu per satu sehingga praktik bisnis bisa
berlangsung secara bersih.

Saya mengumpamakan orang-orang yang berbisnis dengan tidak benar seperti orang yang
bernapas dalam lumpur. Kenapa? Karena ada celah-celah yang membuat mereka
mempraktikkan bisnis kotor. Kalau kemudian kita bertanya, ‘Mengapa orang-orang
seperti itu masih exist?’ Karena, mereka lihai bagai belut.
Namun, tidak berarti saya mengecap semua pebisnis demikian. Ada orang-orang yang
berani melawan arus. Mereka tidak mau ikut-ikutan mencari-cari celah sehingga
berpraktikk bisnis dengan kotor. Saya menyebut orang-orang seperti ini seperti ‘bernapas
di udara segar.’ Mari bantu mereka agar tidak ikut-ikutan ‘bernapas dalam lumpur.’Agar
berani melawan arus yang tidak benar dalam bisnis orang harus berbekal etika bisnis.

Pengertian etika berbedar dengan etiket. Etiket berasal dari bahasa Prancis etiquette yang
berarti tata cara pergaulan yang baik antara sesama menusia. Sementara itu etika, berasal
dari bahasa Latin, berarti falsafah moral dan merupakan cara hidup yang benar dilihat
dari sudut budaya, susila, dan agama.

Mempraktikkan bisnis dengan etiket berarti mempraktikkan tata cara bisnis yang sopan
dan santun sehingga kehidupan bisnis menyenangkan karena saling menghormati. Etiket
berbisnis diterapkan pada sikap kehidupan berkantor, sikap menghadapi rekan-rekan
bisnis, dan sikap di mana kita tergabung dalam organisasi. Itu berupa senyum — sebagai
apresiasi yang tulus dan terima kasih, tidak menyalah gunakan kedudukan, kekayaan,
tidak lekas tersinggung, kontrol diri, toleran, dan tidak memotong pembicaraan orang
lain.

Dengan kata lain, etiket bisnis itu memelihara suasana yang menyenangkan,
menimbulkan rasa saling menghargai, meningkatkan efisiensi kerja, dan meningkatkan
citra pribadi dan perusahaan. Berbisnis dengan etika bisnis adalah menerapkan aturan-
aturan umum mengenai etika pada perilaku bisnis. Etika bisnis menyangkut moral,
kontak sosial, hak-hak dan kewajiban, prinsip-prinsip dan aturan-aturan.

Jika aturan secara umum mengenai etika mengatakan bahwa berlaku tidak jujur adalah
tidak bermoral dan beretika, maka setiap insan bisnis yang tidak berlaku jujur dengan
pegawainya, pelanggan, kreditur, pemegang usaha maupun pesaing dan masyarakat,
maka ia dikatakan tidak etis dan tidak bermoral.

Intinya adalah bagaimana kita mengontrol diri kita sendiri untuk dapat menjalani bisnis
dengan baik dengan cara peka dan toleransi. Dengan kata lain, etika bisnis untuk
mengontrol bisnis agar tidak tamak. Bahwa itu bukan bagianku. Perlakukan orang lain
sebagaimana kita ingin diperlakukan. Selamat menyongsong Tahun Baru 2005.

Sumber: Jangan Bernapas dalam Lumpur oleh Mien R Uno, Lembaga


Pendidikan DUTA BANGSA Empower Yourself

Ketidakpastian dan Peluang


Hampir semua dari kita pasti lebih suka terhadap hal yang pasti-pasti karena dengan
demikian kita akan merasa lebih aman. Perasaan “aman” itu sendiri merupakan
kebutuhan dasar kedua.

Menurut ahli motivasi Maslow kebutuhan dasar pertama atau kebutuhan paling mendasar
adalah kebutuhan bukan hanya untuk hidup, tetapi juga kebutuhan untuk bisa survive:
makan, air, udara, dan seks. Seks merupakan kebutuhan untuk meneruskan kehidupan,
bukan melulu penyaluran nafsu badaniah! Jadi, keinginan untuk mendapatkan hal-hal
yang pasti-pasti juga merupakan sesuatu yang menjadi kebutuhan utama manusia dalam
kehidupan.

Dengan mempunyai keinginan tersebut sebetulnya kita berhadapan dengan paradoks


karena kehidupan kita sehari-hari sendiri sudah penuh ketidak-pastian. Setiap kali bangun
pagi, kita sudah menghadapi dunia yang penuh ketidak-pastian. Kita memang sudah
membuat berbagai perencanaan, tetapi dapatkah (atau: beranikah) kita memastikan bahwa
apa yang sudah terencana tersebut pasti 100 peren terlaksana sesuai dengan rencana yang
sudah dibuat?

Mungkin komputer kita tiba-tiba disusupi virus. Atau anak kita yang segar-bugar
ketahuan menderita sakit. Cek yang kita terima ternyata dananya kosong. Harga saham
yang diperkirakan naik, eh, kok ya malah jadi turun. Rasa optimisme yang sudah kita
bangun karena kita sudah demikian teliti menyiapkan langkah-langkah yang diperlukan,
mungkin saja tiba-tiba menjadi berantakan karena ada hal di luar dugaan yang
menghantamnya. Apakah ketidak-pastian semacam itu membuat kita menjadi takut
menghadapi masa depan?

Sebaiknya hal yang dapat menimbulkan pesimisme semacam itu dilihat dari sudut
pandang lain: adanya ketidak-pastian semacam itu sebetulnya malah merupakan
kemungkinan terjadinya berbagai hal lain. Bila ada kepastian, berarti hanya ada satu
kemungkinan saja yang pasti terjadi dan pasti tidak akan ada kemungkinan lain yang
akan terjadi. Sedang kalau tidak jelas (atau tidak pasti) apa yang akan terjadi, berarti yang
mungkin akan terjadi ada banyak hal. Betul, kan?

Peluang
Memang, untuk mereka yang jeli dan dapat mengendalikan keadaan, kondisi
ketidakpastian malah akan menimbulkan kemungkinan-kemungkinan lain yang mungkin
tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Dari kondisi ketidakpastian itu akan dapat dicari
berbagai peluang untuk diwujudkan menjadi hal-hal yang memuaskan.

Banyak orang yang beranggapan bahwa peluang yang baik hanyalah dimiliki oleh
mereka yang berada “di depan” atau yang pertama kali mengenal peluang tersebut. Kita
cenderung percaya bahwa mereka yang sudah melakukan suatu hal lebih dulu akan lebih
beruntung disbanding dengan yang “datang belakangan” dan melakukan hal sama.
Harus diingat bahwa Stephen Covey, pakar yang mengemukakan tentang tujuh kebiasaan
manusia yang amat efektif, memperkenalkan kita kepada “ciptaan pertama” dan “ciptaan
kedua”.

Ciptaan pertama adalah bentuk ketika suatu hal diciptakan atau dibentuk pertama kali,
sedangkan ciptaan kedua adalah ketika hal itu dibentuk untuk waktu berikutnya. Jelas
yang terakhir merupakan perbaikan disbanding dengan ciptaan pertama karena pasti
sudah ada perbaikan sebagai hasil pengamatan pada kelemahan ciptaan pertama ditambah
hal-hal yang diperkirakan merupakan perbaikan dari bentuk sebelumnya.

Contoh yang jelas adalah perkembangan bentuk dan fitur peralatan (TV, komputer, HP
dan semacamnya), setiap kali selalu lebih baik disbanding dengan sebelumnya.

Mengapa bisa demikian, tentunya model-model terakhir dibuat setelah memperhatikan


kelemahan tipe sebelumnya dan berdasarkan pengalaman memakai produk tipe tersebut
kemudian didapatkan hal-hal yang harus diperbaiki, yang diterapkan pada tipe atau model
keluaran belakangan.

Jadi, kita tidak perlu berkecil hati bila menjadi orang kesekian yang memasuki suatu
bidang. Walaupun ada pepatah: “Burung pertama akan mudah mendapat cacing” (the
ealy bird cathes the worm), tetapi ada suatu lembaga pendidikan yang pernah
mengiklankan diri sebagai “We are not the first, but the best !”

Peluang adalah suatu “situasi”. Setiap kali suatu situasi akan dapat berubah. Suatu hal
yang yang pada satu hari muncul sebagai peluang, di hari berikutnya mungkin sudah
bukan merupakan peluang lagi. Di dunia yang mempunyai banyak perubahan dan banyak
kemungkinan ini, ada berbagai macam peluang yang muncul. Kita memang harus jeli
untuk melihatnya, kemudian menangkap dan memprosesnya.

Yang menjadi masalah memang bagaimana kita dapat “melihat” dan menangkap peluang
yang “lewat” tersebut. Hal itu membutuhkan proses belajar, sampai kita dapat
“mengendus” peluang mana yang sesuai dengan kemampuan kita untuk dapat memproses
selanjutnya, sehingga peluang tersebut menjadi berdaya-guna. Layaknya semua proses
belajar, pasti ada tahapan-tahapan ketika kita jatuh-bangun dulu sebelum akhirnya
menjadi mahir. Seperti pernah disinggung di rubrik ini, proses belajar yang baik adalah
seperti proses anak belajar berjalan.

Walaupun awalnya selalu jatuh (samakanlah dengan pengalaman hidup ketika berkali-
kali mengalami kegagalan), tetapi si anak tetap saja “ngotot” untuk bangkit lagi sampai
akhirnya dapat berjalan di atas kakinya sendiri.

Hal lain yang perlu diperhatikan kalau kita menghadapi suatu peluang adalah melihat
semua hal di sekeliling peluang tersebut secara menyeluruh. Banyak orang yang main
tubruk saja ketika melihat suatu peluang di depannya, tanpa memperhatikan hal-hal yang
mungkin menyebabkan sebaiknya kita tidak usah mengambil peluang tersebut.
Setelah satu peluang kita “tangkap”, sebelum membuahkan suatu hasil, masih saja kita
harus menerapkan kedisiplinan, kejelasan arah, ketekunan dan strategi-strategi tertentu.
Tidak ada peluang yang langsung membuahkan hasil begitu kita tangkap. Masih harus
ada proses panjang untuk sampai ke tahapan itu.

No Where atau Now Here


Yang menarik adalah membandingkan pandangan orang yang pesimis dan yang optimis.
Yang pesimis mengatakan OPPORTUNITY IS NO WHERE – tidak ada peluang di mana
pun. Sedang orang optimis selalu mengatakan OPPORTUNITY IS NOW HERE, peluang
itu saat ini ada di sini. No where (tidak ada di mana pun) dan now here (sekarang ada di
sini) jumlah dan urutan hurufnya sama persis. Hanya saja letak huruf “w” yang menyatu
dengan kata yang di depan atau yang menyatu dengan kata yang di belakanglah yang
membedakan artinya.

Itu jelas berarti bahwa sudut pandang seseorang lah yang memastikan bahwa peluang,
atau kesempatan, itu tidak ada di mana-mana, atau memang ada di sini. Toh bentuk
peluangnya sama, tempat dan situasi yang dihadapi juga sama – hanya yang cukup jeli
dan punya pengharapan (= optimis) dapat mengenalinya sebagai peluang yang harus
ditangkap dan digarap, sedang yang lain tidak melihatnya sama sekali.

Begitu peluang sudah berada di dalam dekapan kita, kita tetap saja harus berusaha. Di
atas sudah disinggung mengenai kedisiplinan, kejelasan arah, ketekunan dan strategi-
strategi untuk mengolahnya menjadi suatu hasil yang berdaya-guna. Untuk
membicarakan hal itu ada cerita yang menarik. Di suatu kerajaan, seorang raja berpikir:
“Aku ini ‘kan raja. Masa iya sih, tak dapat mengusahakan cara yang paling mudah untuk
mendapatkan hasil dengan segera?”

Dikumpulkannya semua kaum cerdik-pandai dari seluruh pelosok negeri untuk


menemukan cara seperti yang dipikirkannya. Setelah tenggat waktu yang ditentukan,
mereka menghadap dengan membawa buku setebal 100 halaman, berisi jawaban atas
kemauan baginda. Raja menerima buku tersebut, tetapi tidak puas. “Gila apa, masa yang
namanya cara yang paling mudah harus dicapai dengan membaca dan menghapal isi buku
setebal ini? Itu namanya menyengsarakan diri! Cari cara yang lebih baik!”

Mereka berkumpul kembali, bermalam-malam membahas keinginan baginda. Akhirnya


mereka mengumumkan bahwa jawabannya sudah ditemukan. Singkat, sesuai keinginan
sang raja. Pada puncak acara satu pertemuan akbar yang diliput seluruh media massa dan
stasiun TV (eh, emang sudah ada, ya?), diserahkanlah satu lembar kertas yang segera
dibuka baginda dan dibacanya keras-keras. Isinya: “Tidak pernah ada makan siang
gratis!” (diterjemahkan dari: There is no FREE lunch).

Apakah Anda setuju dengan “penemuan” para cerdik-pandai di kerajaan itu? Apakah
Anda berpikir bahwa semua orang yang kita kenal: Aburizal Bakrie, Ciputra, SBY, JK,
Hasyim Muzadi, Gus Dur, Rizal dan Andi Mallarangeng dengan mudah dan dengan
begitu saja meraih nama besar mereka? Pernahkah Anda berpikir bahwa mereka ini selalu
bersusah-payah mengalahkan diri-sendiri ketika datang godaan untuk tidak bertekun,
tidak berkonsentrasi terhadap sasaran yang mereka kejar?

Pernahkah Anda berpikir bahwa mereka sering menghabiskan waktu 14 jam sehari untuk
mencari jawab atas persoalan yang harus mereka pecahkan? Menghasilkan satu
keberhasilan setelah bertubi-tubi didera kegagalan?

Untuk orang-orang seperti mereka satu kegagalan bukanlah akhir segalanya. Orang yang
berhasil sealu akrab dengan kegagalan. Untuk mereka kegagalan, seperti pepatah, adalah
“keberhasilan yang tertunda”. Mereka menghayati dan memahami hal itu. Satu kegagalan
akan dipelajari untuk didapatkan manfaatnya sehingga dapat menjadi pelajaran untuk
langkah-langkah selanjutnya.

Seorang motivator memberi perumpamaan menarik. Orang seperti mereka tidak pernah
hanya duduk-duduk saja dan tidak berbuat apa-apa ketika ditimpa suatu masalah. Tuhan
sudah menentukan bahwa satu-satunya jenis makhluk yang boleh duduk-duduk saja dan
mendapatkan hasil maksimal hanya ada satu di dunia ini: unggas – termasuk ayam yang
amat kita kenal itu (yang mengerami telur-telurnya)!

Sumber: Ketidakpastian dan Peluang oleh Widyarto Adi Ps, Psi, MM Psikolog, Trainer

Percaya Diri adalah Penting


Temanku Whit adalah seorang pesulap profesional, dan ia disewa sebuah restoran di Los
Angeles untuk bermain sulap tiap sore untuk menghibur pengunjung restoran sementara
mereka makan. Suatu sore ia menghampiri sebuah keluarga, dan setelah memperkenalkan
diri, ia mengeluarkan setumpuk kartu dan mulai beraksi. Ketika berhadapan dengan
seorang gadis kecil yang duduk di meja tersebut, ia diberitahu bahwa Wendy, anak
tersebut, adalah seorang gadis buta. Whit menyahut,”Tak apa-apa. Kalau dia mau, saya
ingin mencoba suatu tipuan sulap.” Sambil berbalik pada si anak, Whit berkata, “Wendy,
kamu mau membantu saya melakukan tipuan ini?”

Sambil malu-malu, Wendy mengangkat bahu dan berkata,”Mau”. Whit duduk di kursi di
seberang Wendy, lalu berkata, “Saya akan menunjukkan sebuah kartu, Wendy, dan
kartunya bisa berwarna merah dan hitam. Saya ingin kamu menggunakan kekuatan
batinmu dan mengatakan apa warna kartu itu, merah atau hitam. Mengerti kan?” Wendy
mengangguk. Whit menunjukkan kartu raja keriting dan berkata,”Wendy, ini kartu merah
atau kartu hitam?”
Sesaat kemudiaan, si anak buta menyahut,”Hitam”. Keluarga itu tersenyum. Whit
mengangkat kartu tujuh hati dan berkata,”Ini kartu merah atau kartu hitam?” Wendy
berkata,”merah” Lalu Whit mengangkat kartu ketiga, tiga wajik dan berkata,”merah atau
hitam ?” Tanpa ragu-ragu, Wendy berkata,”merah !”. Keluarganya tertawa dengan
gugup. Whit mengangkat tiga kartu lagi dan Wendy menebak ketiganya dengan benar !
Keluarganya hampir tak percaya betapa jitu tebakannya.

Pada kartu ketujuh, Whit mengangkat lima hati dan berkata,”Wendy, saya ingin kamu
menebak nilai dan jenis kartu ini. apakah hati, wajik, keriting atau daun.” Sejenak
kemudian, Wendy menyahut dengan yakin, “kartunya lima hati” Keluarganya
menghembuskan napas yang tertahan.

Mereka tercengang ! Ayahnya menanyakan pada Whit apakah dia menggunakan tipuan
atau sulap sungguhan. Whit menyahut, “Bapak harus tanya sendiri pada Wendy” Si ayah
berkata,”Wendy, bagaimana caranya?” Wendy tersenyum dan berkata. “Sulap!”. Whit
berjabatan tangan dengan seluruh keluarga, memeluk Wendy, meninggalkan kartu
namanya, lalu mengucapkan salam perpisahan. Jelas ia telah menciptakan saat gaib yang
tak kan pernah terlupakan oleh keluarga itu. Pertanyaannya, tentu, bagaimana Wendy
tahu warna kartu itu ? karena Whit belum pernah bertemu Wendy sebelum peristiwa di
restoran itu, ia tentu tak bisa memberi tahu sebelumnya kapan ia akan mengeluarkan
kartu merah atau kartu hitam. dan karena Wendy buta, tak mungkin ia bisa melihat warna
atau nilai kartu saat Whit menunjukkannya. jadi bagaimana caranya?

Whit mampu menciptakan mukjijat sekali seumur hidup ini dengan menggunakan kode
rahasia dan berpikir cepat. Pada awal kariernya, Whit menciptakan kode kaki untuk
menyampaikan informasi kepada orang lain tanpa kata2. Ia belum sempat menggunakan
kode itu sampai peristiwa di restoran itu. Saat Whit duduk di seberang Wendy dan
berkata,” Saya akan menunjukkan sebuah kartu, Wendy, dan kartunya bisa merah atau
hitam,” ia mengetuk kaki Wendy (di bawah kaki meja) sekali saat ia berkata “merah” dan
dua kali saat ia mengatakan “hitam”

Untuk meyakinkan bahwa Wendy mengerti, ia mengulang tanda rahasia itu dengan
berkata, “Saya ingin kamu menggunakan kekuatan batinmu dan katakan, apa warna kartu
itu, merah (tuk) atau hitam (tuk tuk). Kamu mengerti?” Waktu Wendy mengangguk, ia
tahu bahwa Wendy sudah mengerti kodenya dan mau ikut bermain. Keluarganya
menganggap waktu Whit bertanya apakah Wendy “mengerti,” dia merujuk perintah
lisannya. Bagaimana ia memberitahu kartu lima hati pada Wendy ? Sederhana. Ia
mengetuk kaki Wendy lima kali untuk memberitahu bahwa kartunya bernilai lima. Waktu
ia menanyakan apakah kartunya hati, daun, keriting atau wajik, ia memberitahu jenisnya
dengan mengetuk kaki Wendy pada saat ia mengatakan “hati”

Sulap atau keajaiban sesungguhnya dari cerita ini adalah efeknya pada Wendy.
PERISTIWA ITU BUKAN HANYA MEMBERINYA KESEMPATAN UNTUK
BERSINAR SEJENAK DAN MERASA ISTIMEWA DI DEPAN KELUARGANYA,
TAPI JUGA MEMBUATNYA MENJADI SEORANG BINTANG DI RUMAH. DIA
YANG SELAMA INI MERASA MENJADI BEBAN DALAM KELUARGANYA,
KINI MERASA SEJAJAR DENGAN MEREKA KARENA PERISTIWA ITU.

Beberapa bulan setelah kejadian itu, Whit menerima sebuah paket dari Wendy. Isinya
satu set kartu Braille, bersama sepucuk surat. Di dalam surat itu, Wendy berterima kasih
karena Whit telah membuatnya merasa istimewa, dan menolongnya “melihat” untuk
beberapa saat. WALAUPUN HINGGA SAAT ITU WENDY TETAP TIDAK BISA
MELIHAT, NAMUN SULAP WHIT TELAH MENUMBUHKAN KEPERCAYAN
DIRINYA YANG SELAMA INI HILANG. Wendy menutup isi suratnya dengan berkata
bahwa ia ingin Whit menerima kartu braille tersebut supaya ia bisa memikirkan sulap lain
untuk orang buta.

Sumber: Disadur dari Chicken Soup for The Soul by Michael Jeffreys

Kalau Bisa Dipersulit Mengapa


Dipermudah?
Siapa tidak kenal ungkapan paling populer ini? Simak bagaimana penerapannya secara
positif bagi pengembangan diri.

Jika Anda pernah berurusan dengan birokrasi swasta maupun pemerintah di Republik ini,
Anda pasti tidak asing dengan ungkapan i atas. Itulah ungkapan yang menggambarkan
buruknya sikap mental para birokrat yang seharusnya punya kredo melayani publik,
namun sebaliknya justru mereka yang akhirnya harus dilayani publik. Tak heran jika kita
mengurus perizinan atau proses tertentu, maka dengan segala kelihaiannya para birokrat
itu akan mempersulitnya. Akibatnya urusan jadi bertele-tele dan benar-benar menyita
waktu. Jika kita takluk, maka mau tidak mau harus merelakan sejumlah uang untuk
mempercepat urusan tersebut. Kebiasaan ini pula yang melestarikan mental korupsi di
masyarakat kita. Jadi, ungkapan kalau bisa dipersulit mengapa dipermudah benar-benar
menjadi penyakit mental yang luar biasa mengesalkan dan merugikan.

Kalau demikian adanya, bagaimana mungkin ungkapan tentang penyakit mental itu bisa
diaplikasikan secara positif? Bukankah jika semakin banyak orang melakukannya, maka
akan semakin runyam pula situasi yang kita hadapi?

Mari sejenak membayangkan, misalnya saja Anda yang cenderung mudah sekali
kehilangan kepercayaan diri. Akibatnya, segala hal yang Anda lakukan jadi buruk
hasilnya. Nah, seandainya saja ada formula yang membuat Anda bisa ‘mempersulit’
munculnya rasa kurang percaya diri tersebut, kira-kira akankah pekerjaan yang Anda
lakukan bisa memberi hasil lebih baik? Kemungkinan besar kinerja Anda akan lebih
bagus hasilnya jika Anda bisa melakukannya dengan penuh percaya diri. Jadi titik
perhatiannya adalah mempersulit munculnya rasa kurang percaya diri.

Ya, sesederhana itulah prinsipnya. Persulit munculnya hal-hal atau kebiasaan negatif.
Dengan strategi itu, kemungkinan Anda bisa lebih matang dan efektif sebagai pribadi.
Nah, hal atau kebiasaan negatif apa saja yang harus dipersulit atau tidak boleh
dipermudah kemunculannya? Berikut uraian ringkasnya:

1. Negative Thinking
Pola pikir negatif adalah pola pikir yang dipenuhi oleh sikap apriori, prasangka,
ketidakpercayaan, kecurigaan, dan kesangsian yang umumnya tanpa nalar maupun tanpa
dasar sama sekali. Umumnya pola pikir negatif adalah cara-cara memandang suatu
persoalan dengan mengabaikan rasionalitas, logika, fakta, atau informasi yang relevan.
Sungguh pun begitu, rasionalitas pun bisa terjerumus dalam kerangka berpikir negatif.
Artinya, seseorang bisa memanfaatkan rasionalitasnya untuk memandang secara negatif.
Ini justru lebih berbahaya lagi karena negativisme ini justru banyak muncul di kalangan
terdidik yang belum tercerahkan dan matang sikap mentalnya. Dampak buruk dari
mudahnya kita berpikir negatif adalah sulitnya kita menerima pendapat orang lain, sulit
menerima hal baru, sulit bersosialisasi, dan sering muncul sebagai pribadi yang kurang
menarik
untuk diajak kerjasama. Jika Anda merasa mudah berpikir negatif, maka persulitlah
kemunculannya.

2. Rasa Malas
Rasa malas diartikan sebagai keengganan seseorang untuk melakukan sesuatu yang
seharusnya atau sebaiknya dia lakukan. Rasa malas menggambarkan hilangnya motivasi
seseorang untuk melakukan pekerjaan atau apa yang sesungguhnya dia inginkan. Masuk
dalam keluarga besar rasa malas adalah rasa sungkan, suka menunda sesuatu,
mengalihkan diri dari kewajiban, menolak tugas, tidak disiplin, tidak tekun, dll. Jika
keluarga besar dari rasa malas ini mudah sekali muncul dalam aktivitas sehari-hari kita,
maka dijamin kinerja kita akan jauh menurun. Bahkan bisa jadi kita tidak pernah bisa
mencapai sesuatu yang lebih baik sebagaimana yang kita inginkan. Sekalipun seseorang
memiliki cita-cita atau impian yang besar, jika kemalasannya mudah muncul, maka cita-
cita atau impian besar itu akan tetap tinggal di alam impian. Jadi, jika Anda ingin maju,
persulit kemunculan kemalasan itu.

3. Kemarahan
Kemarahan adalah tumpahan perasaan atau luapan emosi yang biasanya diikuti dengan
egoisme, perasaan jengkel, benci, gusar, kecewa, dan menyalahkan pihak lain. Sejalan
dengan rasa marah ini, maka seseorang yang mengalaminya akan mudah sekali
kehilangan akal sehat dan kontrol diri. Seorang berkepribadian reaktif, impulsif, dan
berpola pikir negatif akan cenderung mudah kehilangan kendali atas perasaannya.
Akibatnya bila bentuk perasaan itu adalah kemarahan, maka yang bersangkutan bisa
nampak seperti orang yang kehilangan kepribadian.
Kemarahan selalu berdampak negatif bagi siapa pun di sekitar orang itu. Apalagi jika
perwujudannya mengarah ke pelampiasan secara fisik. Bad temper bisa menjadi penyakit
kejiwaan yang kronis dan berbhaya. Dampak negatif dari mudahnya rasa marah muncul
ke permukaan adalah buruknya relasi orang bersangkutan. Beberapa orang dengan
kematangan pribadinya mampu mengelola rasa marah secara positif. Namun kebanyakan
orang sulit mengendalikan rasa marahnya. Oleh sebab itu, jika ingin sukses dalam relasi
pribadi dan sosial, persulitlah munculnya rasa marah berlebihan.

4. Kecerobohan
Kecerobohan sma artinya dengan kekurangwaspadaan atau kelalaian. Kecerobohan
adalah simbol ketidakmatangan pribadi. Ini merupakan sikap atau perilaku yang
berbahaya sekali. Terutama jika seseorang berada di titik-titik kritis dan sangat
menentukan dalam perjalanan hidupnya, dan pada saat yang sama dirinya harus
mengambil keputusan atau menentukan pilihan. Kecerobohan mudah muncul jika
seseorang malas belajar dari pengalaman, enggan mendengar nasihat orang yang
kompeten, dan mudah muncul pula karena seseorang memiliki perasaan sombong atau
egoisme. Pribadi yang efektif akan berusaha semaksimal mungkin menghindari sikap
lalai atau ceroboh. Salah satu caranya adalah dengan mengembangkan kebiasaan
menimbang atau memperhitungkan segala aspek dengan cermat, teliti, fokus, dan
terkonsentrasi. Jika ingin memperkecil kegagalan atau penyesalan, maka persulitlah
munculnya sikap ceroboh.

5. Rasa Takut
Rasa takut adalah penyakit kronis yang juga sangat merugikan. Rasa takut biasanya
muncul jika seseorang kurang memahami suatu persoalan, kurang mendapat informasi,
tidak terbiasa bersikap praktis, atau memang karena penyakit-penyakit psikologis seperti
trauma masa lalu. Rasa takut yang disebabkan oleh kurangnya pemahaman, informasi,
atau kurangnya kebiasaan bertindak relatif mudah diatasi. Tetapi rasa takut akibat trauma
memang tidak mudah dihilangkan. Walau begitu, menghilangkan rasa takut benar-benar
bisa dilatih. Orang bisa karena terbiasa. Demikian juga orang bisa berani karena terbiasa.
Jika ingin menjadi pribadi yang penuh percaya diri dan berani, persulitlah munculnya
rasa takut.

Nah, Anda bisa memperpanjang sendiri daftar hal-hal atau kebiasaan negatif yang
memang harus dipersulit kemunculannya dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan bukan
sekedar dipersulit. Jika memungkinkan, enyahkanlah hal-hal negatif tersebut. Kehidupan
yang lebih efektif dan bermanfaat sudah pasti bisa dinikmati. Selamat mempersulit hal-
hal yang tidak perlu dipermudah!

Sumber: Kalau Bisa Dipersulit Mengapa Dipermudah? oleh Edy Zaqeus

Be The Best
Di dalam masyarakat terutama di negara berkembang, banyak sekali masyarakatnya yang
terjangkit penyakit mitos-mitos yang menyesatkan. Di antara mitos itu adalah: mitos
pendidikan, ’saya tidak bisa sukses karena pendidikan saya rendah’. Mitos nasib, ‘biar
berjuang bagaimanapun, saya tidak mungkin sukses karena nasib saya memang sudah
begini dari sononya’. Mitos kesehatan, merasa diri tidak kuat secara fisik. Mitos usia, ‘ini
pekerjaan untuk anak muda, saya terlalu tua untuk pekerjaan ini’. Mitos gender, ‘jelas aja
bisa, dia kan perempuan sayakan pria’ atau sebaliknya. Mitos shio, ‘dia shio macan
memang bisa sukses, saya kan shio babi’ dan lain sebagainya. Dan penyakit mitos-mitos
lainnya.

Jika mitos-mitos itu telah dijadikan pedoman hidup, maka nasib kita akan sulit berubah.
Sikap mental negatif seperti di atas, jelas merupakan pengertian yang salah. Apalagi jika
sudah masuk ke alam bawah sadar kita, maka akan membawa dampak sangat negatif
dalam kehidupan kita secara menyeluruh. Membuat kita kalah dan gagal sebelum
berjuang!!!

Dalam memasuki dunia bisnis, ada dua mitos yang berpengaruh paling besar, yaitu
masalah modal dan pendidikan. Saya justru tidak memiliki keduanya saat memulai usaha
dulu. Yang saya miliki hanyalah ide membuat kartu kata-kata mutiara dan keberanian
untuk mencoba. Saya memiliki kemampuan kungfu, dan potensi diri itulah yang saya
manfaatkan. Saya mengajar kungfu secara privat untuk mendapatkan modal awal.

Jadi saya berangkat tanpa modal, tanpa uang, tanpa pendidikan formal yang memadai,
tapi mana yang mendahului usaha saya? Ide! Dan keyakinan bahwa saya bisa sukses,
saya berhak untuk sukses! Dengan pemahaman itu, muncul keberanian untuk mencoba.

Dari penolakan-penolakan dan melalui proses perjuangan yang luar biasa ulet, ulet, dan
ulet, usaha itu baru bisa berkembang baik. Kegagalan dan penolakan adalah konsekuensi
dari setiap keputusan yang kita ambil. Kita hanya punya dua pilihan, berhasil atau gagal.
Kuncinya dalah action dan mental yang positif. Sebab kedua pilihan itu bisa jadi ‘benar’
karena di balik setiap kegagalan terdapat proses pendidikan, sebuah pelajaran untuk kita
berbuat dan bertindak lebih bijak di kemudian hari.

Seperti kata-kata mutiara yang sering saya ucapkan: “Harga sebuah kegagalan dan
kesuksesan bukan dinilai dari hasil akhir, tetapi dari proses perjuangannya”. Jika itu
disadari oleh semua orang, maka tidak ada lagi yang namanya larut dalam frustasi,
kecewa, depresi, apatis, kehilangan motivasi, apalagi putus asa.

TETAP MENJADI YANG TERBAIK. Memang bukan suatu hal yang mudah untuk
dilakukan. Perlu motivasi yang kuat, komitmen pada tujuan, serta melewati proses latihan
dalam praktek kehidupan yang nyata. Sebagai manusia yang mengerti, menyadari, dan
dapat berpikir jernih, maka kita harus bisa dan berani menentukan sikap dengan segenap
tenaga, waktu, dan pikiran untuk tetap mengembangkan diri semaksimal mungkin.

Ilmu untuk memelihara motivasi diri bisa dipelajari oleh siapa pun. Salah satu latihan
yang paling mudah untuk menguatkan diri sendiri adalah melakukan self talk. Kita gali
potensi-potensi positif dalam diri kita dengan melakkukan dialog dengan diri kita sendiri.
Yakinkan bahwa diri kita memiliki kemapuan untuk sukses. Jika orang lain bisa sukses,
kita pun mempunyai hak untuk sukses sama seperti mereka.

Keyakinan kepada Tuhan, serta doa dan praktek dalam kehidupan ini merupakan upaya
yang mampu memberikan kekuatan motivasi diri yang luar biasa.

Sikap mental lain yan perlu kita pelihara adalah menyadari bahwa sukses yang kita raih
bukan hanya sekedar mengandalkan diri sendiri, selalu ada andil orang lain di dalamnya.
Rendah hati adalah kata kuncinya, tetapi sebaliknya, tidak rendah diri pada saat
mengalami kegagalan.

Dengan demikian tidak hanya semakin dewasa dalam mengarungi kehidupan ini, yang
pasti kualitas kehidupan kita akan semakin baik, semakin
sukses, yang pada akhirnya akan bermanfaat pula bagi orang lain. PASTIKAN menjadi
yang terbaik !!! BE THE BEST!!!!

Success is my right – sukses adalah hak saya


Salam sukses luar biasa
Andrie Wongso

BUDAYA MEMBERI

Seorang pejabat keluar dari sebuah hotel mewah. Ia baru saja menyelenggarakan seminar
dan malam amal untuk mencari dana bagi anak-anak miskin yang berkeliaran di jalan.
Ketika akan masuk ke mobil mewahnya, seorang anak jalanan mendekatinya dan
merengek, ”Pak, minta uang sekadarnya. Sudah dua hari saya tidak makan.” Pejabat itu
terkejut dan melompat menjauhi anak itu. ”Dasar anak keparat yang tak tahu diri!”
teriaknya. ”Tak tahukah kamu bahwa sepanjang hari saya sudah bekerja sangat keras
untukmu?

Pembaca yang budiman, kalau Anda ingin melakukan renungan di penghujung tahun ini,
saya anjurkan Anda untuk merenungkan satu hal saja: ”Seberapa besar tingkat kepedulian
Anda kepada sesama?” Dari skala 1 (sangat buruk) sampai dengan 5 (sangat baik),
dimanakah posisi Anda? Jawabannya tak perlu Anda kemukakan, tapi cukup disimpan
untuk diri Anda sendiri.

Mengapa saya menganjurkan Anda melakukan hal ini? Ini tak lain untuk kepentingan diri
Anda sendiri. Selama Anda masih berkutat dengan diri sendiri, selama itu pula jiwa Anda
tak akan pernah tumbuh. Kita hanya akan mengalami transformasi yang luar biasa begitu
kita mulai memikirkan orang lain. Seorang pengarang, Joseph Campbell, mengatakan,
”Pada saat kita berhenti berpikir tentang diri kita sendiri, kita sebenarnya tengah
mengalami perubahan hati nurani yang sungguh heroik.”
Hal ini mudah diucapkan tetapi amat sulit dilakukan. Para politisi kita amat royal
melontarkan kata-kata ”demi kepentingan rakyat.” Seorang pejabat yang mengaku paling
dekat dengan wong cilik kenyataannya malah menyakiti hati rakyat dengan tanpa malu-
malu menghadiahkan dirinya sendiri rumah senilai 20 miliar. Para politisi lain juga tanpa
malu -malu berlomba-lomba meluncurkan buku biografi politik yang dipenuhi kata-kata
”demi kepentingan rakyat.” Buku-buku biografi semacam ini sebenarnya merupakan
”pelecehan intelektual” belaka. Kenyataannya, amat sulit bagi kita menemukan
kontribusi mereka bagi orang banyak.

Memikirkan orang lain memang sangat sulit dilakukan, apalagi di zaman sekarang. Setiap
hari kita disibukkan dengan pekerjaan yang tak habis-habisnya. Namun sekadar
memperhatikan diri Anda sendiri akan menghasilkan kesulitan yang cukup serius dalam
jangka panjang. Anda akan mengalami hambatan dalam pertumbuhan spiritual Anda.
Banyak orang yang beranggapan bahwa hal ini adalah kewajiban. Mereka salah besar!
Memperhatikan orang lain adalah kebutuhan Anda untuk menikmati hidup yang penuh
makna. Memperhatikan orang lain adalah cara terbaik untuk mencapai hakikat
kemanusiaan yang sejati.

Seorang filsuf terkemuka pernah mengatakan, ”Manusia dilahirkan dalam kondisi


telanjang, dan ketika meninggal ia dibungkus kain kafan. Apakah hanya itu keuntungan
yang ia dapatkan sepanjang hidupnya?” Sayangnya dunia kita sekarang telah begitu
materialistisnya, sehingga banyak orang beranggapan bahwa perhatian tersebut bisa
digantikan dengan uang. Padahal walaupun uang memang penting, ia tak akan pernah
dapat menggantikan perhatian, pengertian, kehadiran dan kasih sayang.

Betapa banyak contoh yang bisa kita ambil dari kehidupan kita sehari-hari. Banyak anak
yang tumbuh tanpa perhatian yang semestinya dari orang tua mereka. Banyak orang tua
yang berdalih bahwa quality time jauh lebih penting ketimbang quantity time. Padahal,
kasih sayang dan pengertian hanya akan terbina melalui proses yang perlahan-lahan dan
membutuhkan banyak waktu. Betapa banyak para profesional yang cukup puas dengan
memberikan sejumlah uang kepada orang tua mereka tanpa pernah mau tahu mengenai
keadaan mereka yang sesungguhnya. Orang-orang seperti ini telah salah kaprah dalam
memahami hidup seolah-olah segala sesuatunya bisa dibeli dengan uang.

Kahlil Gibran pernah mengatakan, ”Bila engkau memberi dari hartamu, tiada banyaklah
pemberian itu. Bila engkau memberi dari dirimu itulah pemberian yang penuh arti.”
Memberi tidak harus bernuansa materi. Bahkan memberikan perhatian sebenarnya jauh
lebih berarti ketimbang memberikan materi yang sifatnya amat terbatas.

Cara menunjukkan kepedulian kita adalah dengan mendengarkan. Seorang anak pernah
mengungkapkannya dengan sangat baik, ”Di masa pertumbuhanku, ayahku selalu
menghentikan apa yang sedang dia kerjakan dan mendengarkanku saat aku begitu
bersemangat menceritakan apa yang telah aku alami seharian.” Mendengarkan dengan
benar adalah melupakan diri sendiri dan memberikan perhatian lahir dan batin yang tulus.
Dengan mendengarkan kita dapat menangkap bukan hanya apa yang dikatakan tetapi
juga apa yang dirasakan.
Mendengarkan amat penting untuk bisa memberikan sesuatu yang benar-benar
dibutuhkan orang lain, bahkan sekalipun mereka tidak mengatakannya. Kahlil Gibran
pernah mengatakan, ”Adalah baik untuk memberi ketika diminta, tapi jauh lebih baik lagi
jika memberi tanpa harus diminta.”

Susunan Kehidupan
Suatu sore, Zahra sedang duduk bersama ayahnya di ruang keluarga. Keduanya sibuk
dengan pekerjaannya masing-masing. Zahra, gadis kecil berumur 5 tahun itu sedang
bermain dengan buku gambarnya. Sedang sang ayah, tampak tekun membaca majalah.

Sesaat kemudian, Zahra mendekati ayahnya. Ia lalu bertanya, “Ayah, ini gambar apa?
Belum selesai ayahnya menjawab, Zahra kembali bertanya, “Kok, hewan ini ada
buntutnya? Sang Ayah, dengan sabar menjelaskan semuanya. Disisihkannya majalah di
tangannya dan dipeluknya Zahra.

Beberapa lama berselang, Ayah lalu berkata, “Baik, kalau sudah selesai, ayo teruskan
saja sendiri ya, sayang. Ayah sibuk. Zahra pun kembali ke tempatnya semula.

Namun, belum lima menit usai, Zahra kembali datang dan bertanya banyak hal. Dia
mengoceh tentang hewan, hingga hal-hal yang diluar khayalan. Ayah pun mulai tampak
segan dengan semua pertanyaan itu. Sebab, ia ingin sekali menyelesaikan bacaannya.
“Ah, kalau saja aku bisa menyibukkan anak ini dengan pekerjaan lain, ” gumam Ayah,”
tentu, ia tak akan membuatku repot. Begitu pikirnya dalam hati.

Aha, Ayah pun menemukan ide. Diambilnya gambar rumah dari sebuah majalah lama.
Dan diguntingnya gambar itu menjadi beberapa bagian. Ia ingin membuat puzzle!. Tentu,
anak umur 5 tahun, akan sulit sekali menyusun puzzle yang bergambar rumah. Ia lalu
berkata pada Zahra yang sejak tadi memperhatikannya.

” Zahra, sekarang Ayah punya permainan. Ayo, coba susun kembali kertas ini jadi
gambar rumah. Nanti, kalau sudah selesai, baru kamu boleh kembali ke sini. (–
Hmm..tenanglah aku sekarang. Aku akan bisa menyelesaikan bacaanku, dan ia pasti akan
sibuk sekali dengan pekerjaan ini, begitu gumam ayah.–)

Tiba-tiba. “Aku sudah selesai!” Belum 5 menit berlalu, kini, Zahra sudah kembali dengan
susunan gambar rumah itu. Ayah pun bingung, bagaimana bisa ia menyelesaikan tugas
yang sulit itu? Ayah lalu bertanya, “Bagaimana caranya kamu menyusun gambar rumah
ini? Pasti kamu minta tolong Bunda deh.”
Mata bulat gadis itu berbinar, “Nggak kok. Aku membuatnya sendiri. Sebab, dibalik
gambar ini, ada gambar boneka kesukaanku. Jadi, aku menyusun gambar itu saja. Ini,
gambar bonekaku, aku senang sekali dengannya.

Sang Ayah pun terdiam. Ia kalah, dan harus siap kembali menerima semua ocehan gadis
kecilnya ini.
***
Sahabat, seringkali, kita menganggap anak-anak dengan naif. Kita kerap meremehkan
pola pikir yang mereka miliki. Kita, yang sok dewasa, sering berpendapat, anak kecil,
bukanlah guru yang terbaik buat kehidupan. Mereka semua hanyalah penganggu, dan
sesuatu yang selalu mengusik setiap ketenangan.

Namun sayang, kita kerap salah. Dan Zahra, bisa jadi membuktikannya. Kita, seringkali
menganggap dunia ini sebagai sesuatu yang sulit. Dunia, dalam pikiran kita, adalah
potongan gambar-gambar yang tak runut. Potongan-potongan itu pulalah yang kita susun
dengan perasaan takut. Dunia, bagi kita, adalah tempat segala masalah bersatu. Dan kita
merangkainya dengan hati penuh pilu.

Dengan kata lain, dunia, bagi kita, adalah layaknya benang kusut, yang penuh dengan
keruwetan, ketakteraturan, dan kesumpekan. Dunia, bagi kita yang mengaku dewasa,
adalah amarah, angkara, dengki, dan dendam, iri dan maki serta tangis dan nestapa.

Padahal, kalau kita mau menjenguk sisi lain dunia, ada banyak keindahan yang hadir
disana. Ada banyak kenyamanan dan kesenangan yang mampu diwujudkannya. Ya,
asalkan kita mau menjenguknya, melihat dengan lebih tekun dan jeli. Mencermati setiap
bagian dari dunia yang kita sukai.

Jalin-jemalin kenyamanan yang dapat dirangkai dalam dunia, adalah sesuatu yang indah.
Disana akan kita temukan kesejukan, ketenangan, kesunyian, keteraturan, keterpaduan
dan segalanya, asalkan kita mau menjenguknya.

Jadi, mana potongan gambar dunia mana yang akan Anda susun? Dunia yang penuh
angkara, atau dunia yang penuh cinta? Dunia yang penuh duri, atau dunia yang penuh
peduli? Anda sendirilah yang akan menyusun potongan-potongan gambar itu. Susunan
yang Anda pilih, akan membentuk kehidupan Anda.
Selamat menyusun potongan hidup Anda!!

Harapan
“Harapan adalah sarapan yang baik, Tetapi makan malam yang buruk.”
– Francis Bacon

Kita harus hidup dengan harapan, tetapi kita tidak bisa hidup menggantung semata pada
harapan.  Adalah baik untuk berharap yang terbaik.  Tetapi hal itu tidak cukup.  Kita
tidak bisa hanya berharap – kita harus bertindak.

Sangat menyedihkan, bahwa banyak hal digantung berlebihan pada harapan – demi
perbaikan nasib.  Berharap yang terbaik belum menghasilkan apa-apa.  Bekerja dan
bertindak – disertai dengan
harapan di dalam hati – adalah hal yang membawa hasil.  Kombinasi yang sempurna. 
Harapan tidak akan mengecewakan – selama hal itu disertai dengan tindakan dan
komitmen.
Harapan tidak bisa mengganti tindakan.  Kerjakan apa yang harus dikerjakan – ada atau
tidak ada harapan.  Harapkan yang terbaik dan kerjakan apa saja yang memungkinkan
harapan itu terwujud.

Mulai hari baru anda dengan harapan, dan sambung dengan kerja dan karya.  Biarkan
harapan menginspirasikan anda, ketimbang membuai anda.  Harapkan yang terbaik, dan
bayar setiap ongkosnya.  Harapan bergantung pada ANDA.

Apa yang Memotivasi Para Bilyuner..?


Pernahkah terpikir oleh anda, apa yang memotivasi para bilyuner? Bahkan jauh hari
sebelum menjadi bilyuner – kekayaan yang mereka kumpulkan telah mencukupi untuk
hidup mereka, anak mereka, cucu mereka, atau bahkan generasi selanjutnya.

Kebanyakan bilyuner adalah pekerja keras.  Bangun pagi-pagi – lalu pergi bekerja hingga
larut malam.  Mereka melakukan itu – tentu bukan lagi karena sekedar mengejar uang.
Lalu apa yang mereka kejar?   Apakah itu keserakahan? atau kekuasaan?  Mungkin. 
Tetapi secara umum, orang-orang pelit / serakah – jarang beroleh sukses – karena mereka
tidak memberi nilai lebih pada orang lain. Kebanyakan bilyuner modern masa kini, tidak
menjadi bilyuner karena kikir.

Para bilyuner termotivasi oleh cita-cita mereka.  Cita-cita untuk membuat perbedaan,
sehingga dunia menjadi berbeda karena mereka ADA. Motivasi ini yang memampukan
mereka untuk menjadi bilyuner.  Dan karena hal itu pula mereka tetap bisa bekerja keras
– sekalipun telah menjadi bilyuner.

Apakah anda ingin hidup seperti seorang bilyuner?  Mudah sekali. Berhentilah bekerja
hanya untuk sekedar hidup – dan buat perbedaan. Sekalipun di hari terburuk

Hidup adalah kemewahan, hidup adalah kegembiraan – sekalipun di hari terburuk.


Kenyataan bahwa anda saat ini hidup sehingga bisa membuat keputusan, bisa
melaksanakannya, dan mampu membuat perbedaan – jauh lebih berharga ketimbang
segala kesulitan dan kekecewaan yang mungkin menghadang.
Saat dunia gelap – hidup adalah alasan mengapa anda harus menjadi cahaya.

Kualitas hidup anda tidak tergantung pada apa yang anda temui, tetapi pada seperti apa
anda setelah melewati segala tantangan. Hari ini adalah hari istimewa – karena anda
diperbolehkan masuk ke hari ini.  Ada kesempatan untuk tumbuh – dan mencapai cita-
cita anda ke segala arah.  Bila orang di sekitar anda pencemooh dan pendengki – anda
punya kesempatan untuk membuat – bahwa KARENA ANDA – lingkungan anda bisa
berubah ke arah lebih baik.  Tantangan kesulitan yang ada di depan anda
menyembunyikan harta karun nyata yang menunggu untuk digali.

Hati kecil anda sudah mengerti hal ini.  Hidup adalah indah – bila anda menerima hidup
sebagai kesempatan.  Di mana pun anda, apapun yang anda hadapi, ambil keputusan
untuk menikmati keindahan itu setiap hari.  Dan saat anda mengambil pilihan ini – dunia
di sekeliling anda pun akan menjadi lebih baik.

Lampu Merah dan Kesedihan


Dari kejauhan, lampu lalu-lintas di perempatan itu masih menyala hijau. Jack
segera menekan pedal gas kendaraannya. Ia tak mau terlambat. Apalagi ia tahu
perempatan di situ cukup padat sehingga lampu merah biasanya menyala cukup
lama. Kebetulan jalan di depannya agak lenggang. Lampu berganti kuning. Hati
Jack berdebar berharap semoga ia bisa melewatinya segera. Tiga meter
menjelang garis jalan, lampu merah menyala. Jack bimbang, haruskah ia
berhenti atau terus saja. “Ah, aku tak punya kesempatan untuk menginjak rem
mendadak,” pikirnya sambil terus melaju.

Prit! Di seberang jalan seorang polisi melambaikan tangan memintanya


berhenti. Jack menepikan kendaraan agak menjauh sambil mengumpat dalam hati.
Dari kaca spion ia melihat siapa polisi itu. Wajahnya tak terlalu asing.
Hey, itu khan Bob, teman mainnya semasa SMA dulu. Hati Jack agak lega. Ia
melompat keluar sambil membuka kedua lengannya.

“Hai, Bob. Senang sekali ketemu kamu lagi!”

“Hai, Jack.” Tanpa senyum.

“Duh, sepertinya saya kena tilang nih? Saya memang agak buru-buru. Istri
saya sedang menunggu di rumah.”
“Oh ya?” Tampaknya Bob agak ragu.

Nah, bagus kalau begitu. “Bob, hari ini istriku ulang tahun. Ia dan
anak-anak sudah menyiapkan segala sesuatunya. Tentu aku tidak boleh
terlambat, dong.”

“Saya mengerti. Tapi, sebenarnya kami sering memperhatikanmu melintasi lampu


merah di persimpangan ini.”

O-o, sepertinya tidak sesuai dengan harapan. Jack harus ganti strategi.
“Jadi, kamu hendak menilangku? Sungguh, tadi aku tidak melewati lampu merah.
Sewaktu aku lewat lampu kuning masih menyala.” Aha, terkadang berdusta
sedikit bisa memperlancar keadaan.

“Ayo dong Jack. Kami melihatnya dengan jelas. Tolong keluarkan SIMmu.”

Dengan ketus Jack menyerahkan SIM lalu masuk ke dalam kendaraan dan menutup
kaca jendelanya. Sementara Bob menulis sesuatu di buku tilangnya. Beberapa
saat kemudian Bob mengetuk kaca jendela. Jack memandangi wajah Bob dengan
penuh kecewa. Dibukanya kaca jendela itu sedikit. Ah, lima centi sudah cukup
untuk memasukkan surat tilang. Tanpa berkata-kata Bob kembali ke posnya.

Jack mengambil surat tilang yang diselipkan Bob di sela-sela kaca jendela.
Tapi, hei apa ini. Ternyata SIMnya dikembalikan bersama sebuah nota. Kenapa
ia tidak menilangku. Lalu nota ini apa? Semacam guyonan atau apa? Buru-buru
Jack membuka dan membaca nota yang berisi tulisan tangan Bob.

“Halo Jack,
Tahukah kamu Jack, aku dulu mempunyai seorang anak perempuan. Sayang, Ia
sudah meninggal tertabrak pengemudi yang ngebut menerobos lampu merah.
Pengemudi itu dihukum penjara selama 3 bulan. Begitu bebas ia bisa bertemu
dan memeluk ketiga anaknya lagi. Sedangkan anak kami satu-satunya sudah
tiada. Kami masih terus berusaha dan berharap agar Tuhan  berkenan
mengkaruniai seorang anak agar dapat kami peluk.
Ribuan kali kami mencoba memaafkan pengemudi itu. Betapa sulitnya. Begitu
juga kali ini. Maafkan aku Jack. Doakan agar permohonan kami terkabulkan.
Berhati-hatilah.
Bob”

Jack terhenyak. Ia segera keluar dari kendaraan mencari Bob. Namun, Bob
sudah meninggalkan pos jaganya entah kemana. Sepanjang jalan pulang ia
mengemudi perlahan dengan hati tak tentu sambil berharap kesalahannya
dimaafkan.

Tak selamanya pengertian kita harus sama dengan pengertian orang lain. Bisa
jadi suka kita tak lebih dari duka rekan kita. Hidup ini sangat berharga,
jalanilah dengan penuh hati-hati. – Penulis tanpa nama. (Posting dari
seorang rekan yang tak mau disebut namanya.)

Sukses Yang Terkucilkan


Kehidupan manusia dikelilingi oleh dinamika kehidupan yang beraneka ragam
bentuknya. Hidup manusia senantiasa diselimuti oleh bermacam-macam pengaruh, baik
pengaruh positif maupun pengaruh negatif. Pengaruh positif berkaitan erat dengan apa
yang disebut dengan “petunjuk”. Sedangkan pengaruh negatif berhubungan erat dengan
“godaan”. Kedua jenis pengaruh ini tidak hanya menghinggapi satu atau dua orang tetapi
ke semua orang.

Dalam sebuah hadis Nabi dikatakan bahwa kemiskinan itu dekat dengan kekufuran.
Bunyi hadis tersebut nampaknya logis yaitu tatkala hidup seseorang berada dalam level
miskin atau serba kekurangan maka ketahanan jiwanya akan rapuh dalam menghadapi
cobaan hidup. Disini dibutuhkan sebuah prinsip yang kuat dengan menggigitkan gigi-gigi
gerahamnya pada norma-norma agama. Dengan demikian maka prinsip tersebut akan
mampu menangkis segala bentuk godaan.

Tentunya tidak sedikit juga manusia yang tetap tegar dan mampu berpegang pada prisip
kebenaran. Mereka tidak rapuh walau diterjang badai. Mereka tidak gentar menghadapi
cobaan hidup walaupun mereka dalam kondisi serba kekurangan. Mereka tetap menghiasi
dunia dengan cahaya dzikir kepada Sang Pencipta. Mereka senantiasa meramaikan dunia
dengan amalan-amalan ibadahnya kepada Sang Khalik. Bagi mereka kemiskinan hanya
merupakan bagian dari liku kehidupan. Kemiskinan akan berubah menjadi kaya ketika
hati manusia tidak mempermasalahkannya. Kemiskinan bisa berubah menjadi kesuksesan
hidup. Semua ini tergantung kepada kemauan dan kemampuan manusia dalam
merubahnya.

Amalan agama sering dijadikan tumpuan oleh kebanyakan orang untuk mencapai
kesuksesan hidupnya. Amalan agama sering mereka gunakan sebagai andalan untuk
mendapatkan tujuan hidup sukses. Mereka percaya bahwa kekuatan dari Tuhan adalah
segala-galanya. Konsep sukses yang demikian yang akan mengantarkan hidup mereka
bahagia.

Konsep sukses bahagia yang datang atas ridlo dari Tuhannya juga yang akan
membimbing mereka menjadi orang yang idealis, memiliki prinsip hidup, dan rendah hati
(tawadu’). Tidak heran apabila kita sering menjumpai orang-orang sukses tetapi mereka
tetap menunjukkan sikap-sikap ramah, familier, rendah hati, bijaksana, dermawan, dan
menyejukkan hati.

Tipe orang sukses sebagaimana yang disebutkan diatas mencerminkan bahwa apa yang
telah diraihnya adalah merupakan pemberian dari Tuhan serta luasnya wawasan ilmu
yang mereka miliki. Benar, mereka adalah orang-orang yang berilmu. Semakin banyak
ilmu yang dimiliki seseorang maka akan semakin jauh mereka dari kesombongan. Orang
yang sombong adalah orang yang sedikit ilmu.

Perjalanan hidup orang yang sukses tidak akan lepas dari berbagai cobaan dan godaan.
Suatu saat Tuhan akan menguji kesuksesannya dengan godaan. Apabila mereka kuat
mengatasi godaan-godaan yang dihadapinya maka mereka akan menjadi manusia yang
sukses mulia. Tapi sebaliknya, apabila mereka rapuh pertahanan keimanannya maka
konsekuensinya mereka akan menjadi orang sukses yang hina.

Orang yang sukses mulia akan semakin langgeng karena keberadaannya lebih banyak
memberi manfaat bagi orang lain dan keluarganya. Kesuksesannya akan mudah dinikmati
dan dilanjutkan oleh anak cucunya. Hal ini disinyalir oleh sabda Nabi yang berbunyi,
“Sebaik-baik manusia adalah mereka yang lebih bermanfaat bagi orang lain, sejelek-
jelek manusia adalah yang keberadaannya didunia seperti tidak ada. (HR. Bukhori)”.

Manifestasi dari orang-orang yang sukses mulia adalah adanya support dan doa dari
banyak orang agar mereka senantiasa eksis. Orang yang sukses mulia memperoleh apa
yang diinginkannya tanpa merugikan pihak lain. Orang yang sukses mulia mencari apa
yang diinginkannya melalui koridor agama yang tepat. Sebagai imbasnya mereka akan
merasakan hidup nyaman, makan enak, dan tidur nyenyak, lantaran segala yang telah
didapatkannya mendapat rekomendasi dari Tuhan. Manakala apa yang telah
didapatkannya tadi yang berupa harta, rejeki, atau ilmu dinikmati oleh anak istri maka
akan mengandung berkah dari Tuhan. Dan darah yang mengalir di dalam tubuh anak dan
isterinya adalah darah yang penuh berkah. Hal ini sekaligus juga merupakan cerminan
perjuangan dan bentuk kasih sayang yang sempurna kepada keluarga.

Di sisi lain, tidak bisa disangkal, betapa berat pilihan yang dihadapi oleh seseorang
tatkala dia dihadapkan pada sebuah iming-iming yang begitu menggiurkan. Bisa
dibayangkan betapa bergolaknya hati seseorang ketika idealisme yang dimiliki selama ini
dirayu oleh gemerlapnya uang. Sulit dibayangkan seandainya saya dan Anda dihadapkan
pada sebuah kesempatan yang begitu terbuka untuk mendapatkan tamsil (tambahan
penghasilan) dengan cara mudah tapi tidak halal.

Antara keinginan untuk memanfaatkan situasi dengan bisikan kesucian hati akan
bertempur dengan sengit. Apabila bisikan setan yang menang maka yang terjadi mereka
akan tergelincir ke dalam jurang kenistaan. Makna hidup yang sesungguhnya akan sirna.
Mereka akan jauh dari cahaya kehidupan yang dirahmati oleh Tuhan. Mereka akan
terperangkap ke dalam keadaan yang sangat mengerikan.
Berkaitan dengan kondisi yang seperti tersebut di atas, Nabi Muhammad Saw telah
memperingatkan kepada kita sebagai bentuk kecintaannya kepada kita, melalui
sabdanya : “Ada dua dosa yang Allah Swt tidak akan menangguhkan azabnya di dunia,
yaitu durhaka kepada kedua orang tua dan berbuat dzolim kepada sesama. (HR. Bukhori
– Muslim).

Apabila kita cermati hadis diatas maka ada satu sisi yang begitu mengerikan yang perlu
kita hindari yaitu bahwa apabila seseorang melakukan dua hal sebagaimana yang
disebutkan diatas maka azab Allah akan dibayarkan tunai di dunia. Mengambil sesuatu
yang bukan haknya adalah merupakan bentuk kedzoliman terhadap sesama. Sebagai
konsukuensinya maka azab dari Allah segera ditimpakan kepadanya atau keluarganya.
Musibah akan segera datang silih berganti, baik yang menimpa dirinya maupun anggota
keluarganya.

Untuk mengantisipasi hal itu dibutuhkan sebuah ketahanan iman yang kokoh, sebuah
kecerdasan spiritual yang sempurna, dan sebuah kesadaran jiwa yang luar biasa.
Dukungan moral dari keluarga sangat diperlukan untuk memperkokoh benteng keimanan.
Peran istri sangat besar dalam mengarahkan suami dalam menentukan pilihan. Istri yang
baik akan cenderung mengarahkan suami ke hal-hal yang baik. Istri yang baik akan
berperan penting dalam penegakan keluarga dan bahkan kondisi negara yang baik.
Almar’atu ‘imadul bilad, idza sholuhat sholatul bilad (Wanita adalah pilar negara,
apabila wanitanya baik maka baiklah negara, apabila wanitanya jelek maka akan
jelek pula suatu negara).

Kondisi di lapangan memang tidak sesederhana teori saja. Siapapun akan merasa berat
ketika harus berhadapan dengan situasi yang penuh dengan pilihan. Terlebih jika
kebobrokan itu sudah berada dalam sebuah sistem. Seandainya tidak ikut ambil bagian
dalam memanfaatkan kesempatan yang ada maka akan dikucilkan. Sebaliknya bila turut
serta dalam lingkaran setan maka hukuman dari Allah segera menimpanya langsung di
dunia.

Langkah terbaik yang perlu diambil ketika seseorang berada dalam lingkaran setan
adalah menanamkan sebuah prinsip yang kuat pada dirinya. Sebuah prinsip yang
bijaksana dalam menentukan pilihan, lebih baik dikucilkan oleh manusia daripada
dikucilkan oleh Tuhan. Orang baik akan dikucilkan oleh sistem yang jelek. Orang jelek
akan dikucilkan oleh sistem yang baik. Itulah dinamika kehidupan. Sebagai manusia yang
penting adalah bagaimana berbuat baik kepada sesama manusia dan kepada Tuhannya.
Semoga Tuhan selalu menunjukkan jalan yang terbaik kepada kita. Amin.

Impian Sejati
Suatu hari, ada seorang muda yang bertemu dengan seorang tua yang bijaksana. Si anak
muda bertanya, “Pak, sebagai seorang yang sudah kenyang dengan pengalaman tentunya
anda bisa menjawab semua pertanyaan saya”.

“Apa yang ingin kau ketahui anak muda ?” tanya si orang tua. “Saya ingin tahu, apa
sebenarnya yang dinamakan impian sejati di dunia ini”. Jawab si anak muda.

Orang tua itu tidak menjawab pertanyaan si anak, tapi mengajaknya berjalan-jalan di tepi
pantai. Sampai di suatu sisi, kemudian mereka berjalan menuju ke tengah laut. Setelah
sampai agak ke tengah di tempat yang lumayan dalam, orang tua itu dengan tiba-tiba
mendorong kepada si anak muda ke dalam air.

Anak muda itu meronta-2, tapi orang tua itu tidak melepaskan pegangannya. Sampai
kemudian anak muda itu dengan sekuat tenaga mendorong keatas, dan bisa lepas dari
cekalan orang tua tersebut.

“Hai, apa yang barusan bapak lakukan, bapak bisa membunuh saya” tegur si anak muda
kepada orang bijak tersebut. Orang tua tersebut tidak menjawab pertanyaan si anak,
malah balik bertanya ,”Apa yang paling kau inginkan saat kamu berada di dalam air
tadi ?”. “Udara, yang paling saya inginkan adalah udara”. Jawab si anak muda.

“Hmmm, bagaimana kalo saya tawarkan hal yang lain sebagai pengganti udara, misalnya
emas, permata, kekayaaan, atau umur panjang ?”tanya si orang tua itu lagi.

“Tidak ….. tidak …… tidak ada yang bisa menggantikan udara. Walaupun seisi dunia ini
diberikan kepada saya, tidak ada yang bisa menggantikan udara ketika saya berada di
dalam air” jelas si anak muda.

“Nah, kamu sudah menjawab pertanyaanmu sendiri kalau begitu. KALAU KAMU
MENGINGINKAN SESUATU SEBESAR KEINGINANMU AKAN UDARA KETIKA
KAMU BERADA DI DALAM AIR, ITULAH IMPIAN SEJATI” kata si orang tua
dengan bijak.

Sahabat situs motivasi, Resensi.net, apakah anda saat ini mempunyai impian sejati ?
Banyak orang yang mengatakan impian mereka ini, atau itu, tapi sebagian besar yang
mereka sebutkan adalah keinginan belaka, bukan impian. Keinginan sifatnya tidak
mendesak. Kalo bisa dapat syukur, nggak dapat juga tidak apa-apa. Kalo bisa mobil
BMW, kalo nggak, Kijang juga gak apa-2.

Ada pula orang yang mempersepsikan impian dengan harapan. Keduanya mirip namun
berbeda. Harapan lebih kepada sesuatu di masa depan yang terjadi dengan sendirinya
atau atas hasil kerja orang lain. Campur tangan kita kecil sekali, atau bahkan tidak ada.
Impian tidak seperti itu. Apapun yang terjadi, mau tidak mau, dengan perjuangan sekeras
apapun impian itu HARUS tercapai.
Impian terbaik seorang manusia adalah ketika dia berusia dibawah lima tahun. “Saya mau
jadi dokter, mau jadi pilot, mau jadi pengusaha, dll ……” bukankah itu yang kerap
dikatakan oleh anak-anak anda ?

Sayangnya, begitu mereka menginjakkan kaki di bangku sekolah, mereka `diharamkan’


membuat kesalahan. Selain itu, mereka juga mulai diajarkan melihat realitas dunia – dari
sisi yang negatif.

Menurut sebuah penelitian yang dilakukan di Amerika, seorang remaja hingga dia berusia
20 tahun, rata-rata akan menerima 20.000 macam kata “NO”. “Jangan nakal, jangan main
air, jangan kesana,jangan malas, jangan pergi, dan ribuan kata jangan yang lain. Memang
tujuannya baik karena mengajarkan kepada kita agar dapat hidup dengan baik. Tapi
karena terlampau seringnya kata “NO’ itu diterima, akan mempengaruhi pula alam bawah
sadar manusia. Sehingga setiap kali kita memikirkan sesuatu yang baru, misalnya impian,
yang pertama kali terlintas di benak kita adalah kata “NO”.

Banyak juga orang saat ini apabila ditanya apa impiannya, mereka menjawab tidak tahu.
Sungguh malang nasib orang tersebut, karena orang yang tidak mempunyai impian
sebetulnya secara mental mereka sudah `mati’. Mungkin orang-2 tersebut menganggap
hidup adalah suatu nasib, sehingga sekeras apapun mereka bekerja
atau setinggi apapun impian mereka, namun apabila nasib tidak menghendaki mereka
sukses, mereka tidak akan sukses.

Atau ada pula type orang yang terjebak di dalam `comfort zone’, dimana kehidupan
mereka saat ini sudah nyaman, atau setidaknya berkecukupan. Mereka merasa tidak perlu
membuat suatu impian yang lebih besar. Mereka mungkin akan berkata “Ah, buat apa
rumah besar-besar …. Bisa ngontrak aja sudah bagus ……”.

Type ketiga, ada orang yang SENGAJA tidak mau membuat impian, karena ……. malu
jika ditertawakan orang lain, dianggap norak, nggak tau diri, atau bahkan gila. Nah,
sebenarnya bukan anda yang norak, tapi karena hidup kita sudah terlalu penuh dikelilingi
oleh orang-orang dengan pikiran negatif, dimana mereka akan merasa `tidak suka’ jika
ada seseorang yang tadinya setingkat dengan mereka, lalu mau pergi ke tingkat yang
lebih tinggi. Mereka akan berusaha dengan ejekan, sindiran dan usaha-usaha lain agar
anda tetap `selevel’ dengan mereka. Kalau anda ingin membuktikan, coba besok pagi di
kantor, katakan kepada rekan-2 anda , “Saya punya impian untuk jadi orang sukses. Saya
akan berusaha keras mencapainya, untuk membawa saya dan keluarga saya ke tingkat
yang lebih baik”. Lalu coba lihat ….. berapa banyak yang mentertawakan anda ….. Dan
coba lihat pula berapa orang yang mendukung anda. Mungkin hampir tidak ada yang
mendukung anda. Masih maukah anda meraih impian tersebut ….. setelah anda
ditertawakan ….?

Sahabat situs motivasi resensi.net sekalian, saya yakin kita saat ini masih mampu
menciptakan impian-2 kita, asalkan kita mau menghilangkan segala penghalang di dalam
benak kita. Cobalah untuk berpikir bebas, seperti anak berusia 5 tahun. Jangan hiraukan
apa yang dikatakan orang tentang impian anda, tapi berusahalah agar impian itu tercapai.
Memang benar, kita tidak akan bisa mencapai semua impian kita. Tapi tanpa punya
impian, anda tidak akan meraih apa-apa. Ciptakan impian, lakukan kerjanya, dan raih
hasilnya !

Qu Kangen Ayah
Seperti biasa Rudi, Kepala Cabang di sebuah perusahaan swasta terkemuka di Jakarta,
tiba di rumahnya pada pukul 9 malam. Tidak seperti biasanya, Imron, putra pertamanya
yang baru duduk di kelas dua SD yang membukakan pintu. Ia nampaknya sudah
menunggu cukup lama.

“Kok, belum tidur?” sapa Rudi sambil mencium anaknya. Biasanya, Imron memang
sudah lelap ketika ia pulang dan baru terjaga ketika ia akan berangkat ke kantor pagi hari.
Sambil membuntuti sang ayah menuju ruang keluarga, Imron menjawab, “Aku nunggu
Ayah pulang. Sebab aku mau tanya berapa sih gaji Ayah?”

“Lho, tumben, kok nanya gaji Ayah? Mau minta uang lagi, ya?”

“Ah, enggak. Pengen tahu aja.”

“Oke. Kamu boleh hitung sendiri. Setiap hari Ayah bekerja sekitar 10 jam dan dibayar Rp
400.000,-. Dan setiap bulan rata-rata dihitung 25 hari kerja. Jadi, gaji Ayah dalam satu
bulan berapa, hayo?”

Imron berlari mengambil kertas dan pensilnya dari meja belajar, sementara ayahnya
melepas sepatu dan menyalakan televisi. Ketika Rudi beranjak menuju kamar untuk
berganti pakaian, Imron berlari mengikutinya.

“Kalau satu hari ayah dibayar Rp 400.000,- untuk 10 jam, berarti satu jam ayah digaji Rp
40.000,- dong,” katanya.

“Wah, pinter kamu. Sudah, sekarang cuci kaki, bobok,” perintah Rudi. Tetapi Imron tak
beranjak. Sambil menyaksikan ayahnya berganti pakaian, Imron kembali bertanya,
“Ayah, aku boleh pinjam uang Rp 5.000,- nggak?” “Sudah, nggak usah macam-macam
lagi. Buat apa minta uang malam-malam begini?
Ayah capek. Dan mau mandi dulu. Tidurlah.”

“Tapi, Ayah…” Kesabaran Rudi habis.


“Ayah bilang tidur!” hardiknya mengejutkan Imron. Anak kecil itu pun berbalik menuju
kamarnya. Usai mandi, Rudi nampak menyesali hardikannya. Ia pun menengok Imron di
kamar tidurnya. Anak kesayangannya itu belum tidur. Imron didapatinya sedang terisak-
isak pelan sambil memegang uang Rp 15.000,- di tangannya.

Sambil berbaring dan mengelus kepala bocah kecil itu, Rudi berkata, “Maafkan Ayah,
Nak. Ayah sayang sama Imron. Buat apa sih minta uang malam-malam begini? Kalau
mau beli mainan, besok’ kan bisa. Jangankan Rp 5.000,- lebih dari itu pun ayah kasih.”

“Ayah, aku nggak minta uang. Aku pinjam. Nanti aku kembalikan kalau sudah menabung
lagi dari uang jajan selama minggu ini.”

“Iya,iya, tapi buat apa?” tanya Rudi lembut.

“Aku menunggu Ayah dari jam 8. Aku mau ajak Ayah main ular tangga. Tiga puluh
menit saja. Ibu sering bilang kalau waktu Ayah itu sangat berharga. Jadi, aku mau beli
waktu ayah. Aku buka tabunganku, ada Rp 15.000,-. Tapi karena Ayah bilang satu jam
Ayah dibayar Rp 40.000,-, maka setengah jam harus Rp 20.000,-. Duit tabunganku
kurang Rp 5.000,-. Makanya aku mau pinjam dari Ayah,” kata Imron polos.

Rudi terdiam. Ia kehilangan kata-kata. Dipeluknya bocah kecil itu erat-erat.

Peta Impian

mpian akan mengarahkan kita kemana akan melangkah, bagaimana akan berbuat dan
bersikap. Dengan impian kita akan tau dimana titik akhir dari perjuangan. Dan segera
setelah mencapai impian itu, kita dapat menggantikannya dengan impian lain yang belum
tercapai.

Sahabat, dalam meraih impian, kita perlu strategi dan peta. Sehingga saat berjalan dan
bertemu dengan hambatan, kita dapat memilih untuk melompatinya ataukah memutarinya
dan mengambil jalan lain. Tanpa mengubah impian, hanya mengubah arah jalan saja.

Bayangkan anda berada di tengah samudera di atas sebuah speedboat.


Lima puluh kilometer di depan anda adalah sebuah pulau, dan di
pulau itu terdapat semua yang anda inginkan dan cita-citakan.
Semua impian anda. Dan satu-satunya cara untuk mendapatkan itu
semua adalah sampai ke pulau tersebut. Pulau itu ada di belakang
cakrawala. Tapi cakrawala yang mana…?

Masalahnya adalah anda tidak punya kompas, peta, radio, telepon,


dan anda tidak tahu mana arah ke pulau tersebut. Arah yang salah
akan membuat anda melenceng jauh sekali dari pulau impian,
sementara di sekeliling anda yang terlihat cuma laut dan langit.

Dalam dua jam, anda bisa saja telah sampai di pulau impian.
Tetapi bila anda salah arah – anda bisa kehabisan bahan bakar
sebelum bisa mencapai pulau impian.

Hidup tanpa tujuan yang jelas, tanpa mengetahui dan mengerti


kegunaan hidup anda – adalah sama dengan dilema pulau impian.
Semua impian anda sebenarnya bisa tercapai, namun untuk mencapainya
anda harus mengetahui peta impian. Yaitu apa, di mana, dan bagaimana mencapainya.
Anda mutlak mengetahui arah untuk mencapainya. Tentukan peta anda sekarang – untuk
dapat mencapai impian anda. Buat seteliti dan seakurat mungkin – dan selanjutnya anda
tinggal mengarahkan speedboat anda ke pulau impian… Untuk selanjutnya, Anda
meraihnya, merengkuhnya, dan tersenyum dengan bangga, “Inilah impianku, dan aku
telah mendapatkannya.”
==========
Sahabat, berhentilah sejenak dan mari kita saling mendoakan,doa untuk sahabat kita,
orang tua kita, orang yang kita cintai, serta tak lupa admin web ini . Semoga  peta
menuju impian hidup yang kita rancang, diridhoi Allah SWT. Kita sadari tubuh kita,
nyawa kita dan nafas kita, sepenuhnya adalah miliknya. Tiada satupun peristiwa yang
terjadi dalam kehidupan kita, tanpa ridhoNya.  Selamat berjuang sahabat… Impian itu,
sudah rindu untuk kita rengkuh, dan kita peluk.

Gratis Sepanjang Masa


Suatu sore, seorang anak menghampiri ibunya di dapur. Ia menyerahkan selembar kertas
yang telah ditulisinya. Setelah sang ibu mengeringkan tangannya dengan celemek. Ia pun
membaca tulisan itu dan inilah isinya:

Untuk memotong rumput Rp. 5000


Untuk membersihkan kamar tidur minggu ini Rp. 5000
Untuk pergi ke toko disuruh ibu Rp. 3000
Untuk menjaga adik waktu ibu belanja Rp. 5000
Untuk membuang sampah Rp. 1000
Untuk nilai yang bagus Rp. 3000
Untuk membersihkan dan menyapu halaman Rp. 3000
Jadi jumlah utang ibu adalah Rp. 25000

Sang ibu memandangi anaknya dengan penuh harap. Berbagai kenangan terlintas dalam
benak sang ibu. Lalu ia mengambil pulpen, membalikkan kertasnya. Dan inilah yang ia
tuliskan:

Untuk sembilan bulan ibu mengandung kamu, gratis


Untuk semua malam ibu menemani kamu, gratis
Untuk membawamu ke dokter dan mengobati saat kamu sakit, serta mendoakan kamu,
gratis
Untuk semua saat susah dan air mata dalam mengurus kamu, gratis
Kalau dijumlahkan semua, harga cinta ibu adalah gratis
Untuk semua mainan, makanan, dan baju, gratis
Anakku… dan kalau kamu menjumlahkan semuanya,
Akan kau dapati bahwa harga cinta ibu adalah GRATIS

Seusai membaca apa yang ditulis ibunya, sang anak pun berlinang air mata dan menatap
wajah ibunya, dan berkata: “Bu, aku sayang sekali sama ibu” ia kemudian mendekap
ibunya. Sang ibu tersenyum sambil mencium rambut buah hatinya.”Ibupun sayang kamu
nak” kata sang ibu.

Kemudian sang anak mengambil pulpen dan menulis sebuah kata dengan huruf-huruf
besar sambil diperhatikan sang ibu: “LUNAS”

======
sahabat, seberapapun jasa yang tlah kita berikan kepada ibu, seberapapun uang yang kita
dapatkan dan kita berikan kepada ibu, atau seberapapun liter keringat kerja yang kita
kumpulkan untuk ibu, tidak akan dapat mengganti kasih sayang seorang ibu.Kasih ibu
sepanjang masa. dapatkah kita menukar kasih sayang ibu itu dengan materi? menukar
dengan bilangan angka?atau menukar dengan rangkaian kata terima kasih  sepanjang
Salatiga – Roma? Tidak sahabat, sama sekali tidak bisa. Oleh karenanya sahabatqu,
Berbuat baiklah kepadanya, sayangilah beliau, cintailah beliau, dan doakanlah beliau….

Sahabat, kita beruntung masih diberi kesempatan untuk mencium tangannya, mencium
pipinya, memijit kakinya, membuatkan minuman untuknya dan menunjukkan sayang kita
kepadanya.  semoga kita dapat terus melayani beliau, di dunia ini, maupun di surga
nanti. amin…
Hidup, Semangat dan Perjuangan

Ketika dalam perjalanan pulang setelah mengikuti kegiatan rutin, di samping kiri aku
melihat seorang bapak mengendarai sepeda motor dengan gerobak disampingnya.
Nampaknya dia sudah selesai berjualan dan hendak pulang.

Awalnya, aku tidak peduli….sampai aku melihat sesuatu yang menurutku ganjil.

Oh Tuhan…Kakinya tidak menapak pada “pancatan” (aku ga tahu apa namanya) sepeda
motor. Kakinya hanya menggantung kecil ….kira2 hanya berjarak 40cm dr pangkal
pahanya. Diujung kaki itu, dikenakan sebuah sepatu yg bagus..bersih…dan arah sepatu
itu terbalik…ujung jari yg seharusnya ke depan…ini justru ke belakang.

Sejenak aku merasa miris. Aku kagum dengan semangat bapak itu. Walau keadaannya
seperti itu, dia tetap semangat bekerja. Dia tidak meminta-minta. Dia tidak berpakaian
kusut supaya dikasihani, tp justru berpakaian rapi dan bersepatu. Dan dia bekerja sampai
semalam ini (pkl 21.30)

Aku terus menatap bapak itu sampai hilang dr pandanganku….

Aku merenung. Adakah aku lebih semangat dr bapak itu? Aku lebih sempurna secara
fisik. Lebih banyak hal yg bisa aku lakukan. Tapi sampai seberapa mampu aku mengolah
segala yang aku miliki. Sering kali aku memoles diri supaya dikasihani…menempatkan
diri sebagai sosok yang menderita..memiliki persoalan hidup terberat…memasang muka
masam…dan putus asa untuk berusaha.

Tapi…seorang bapak yang tidak kukenal …malam ini telah mengajar aku … bahwa
apapun keadaan diri kita, jgn kita berputus asa. Semua ada jalan…asal kita mau berusaha.
Teruslah bersemangat.. Tampilah sebagai orang yang pantas dihargai..bukan dikasihani.

Hidup Untuk Memberi


Disuatu sore hari pada saat aku pulang kantor dengan mengendarai sepeda motor, aku
disuguhkan suatu drama kecil yang sangat menarik, seorang anak kecil berumur lebih
kurang sepuluh tahun dengan sangat sigapnya menyalip disela-sela kepadatan kendaraan
disebuah lampu merah perempatan jalan di Jakarta .

Dengan membawa bungkusan yang cukup banyak diayunkannya sepeda berwarna biru
muda, sambil membagikan bungkusan tersebut ,ia menyapa akrab setiap orang, dari
Tukang koran , Penyapu jalan, Tuna wisma sampai Pak polisi.

Pemandangan ini membuatku tertarik, pikiran ku langsung melayang membayangkan apa


yang diberikan si anak kecil tersebut dengan bungkusannya, apakah dia berjualan ?
“kalau dia berjualan apa mungkin seorang tuna wisma menjadi langganan tetapnya
atau…??, untuk membunuh rasa penasaran ku, aku pun membuntuti si anak kecil tersebut
sampai disebrang jalan , setelah itu aku langsung menyapa anak tersebut untuk aku ajak
berbincang-bincang. De, “boleh kakak bertanya” ? silahkan kak, kalau boleh tahu yang
barusan adik bagikan ketukang koran, tukang sapu, peminta-minta bahkan pak polisi, itu
apa ?, oh… itu bungkusan nasi dan sedikit lauk kak, memang kenapa kak!, dengan sedikit
heran , sambil ia balik bertanya. Oh.. tidak! , kakak Cuma tertarik cara kamu
membagikan bungkusan itu, kelihatan kamu sudah terbiasa dan cukup akrab dengan
mereka. Apa kamu sudah lama kenal dengan mereka? Lalu ,

Adik kecil ini mulai bercerita, “Dulu ! aku dan ibuku sama seperti mereka hanya seorang
tuna wisma ”,setiap hari bekerja hanya mengharapkan belaskasihan banyak orang, dan
seperti kakak ketahui hidup di Jakarta begitu sulit, sampai kami sering tidak makan,
waktu siang hari kami kepanasan dan waktu malam hari kami kedinginan ditambah lagi
pada musim hujan kami sering kehujanan, apabila kami mengingat waktu dulu, kami
sangat-sangat sedih , namun setelah ibu ku membuka warung nasi, kehidupan keluarga
kami mulai membaik.

Maka dari itu ibu selalu mengingatkanku, bahwa masih banyak orang yang susah seperti
kita dulu , jadi kalau saat ini kita diberi rejeki yang cukup , kenapa kita tidak dapat
berbagi kepada mereka.

Yang ibu ku selalu katakan “ hidup harus berarti buat banyak orang “, karena pada saat
kita kembali kepada Sang Pencipta tidak ada yang kita bawa, hanya satu yang kita bawa
yaitu Kasih kepada sesama serta Amal dan Perbuatan baik kita , kalau hari ini kita bisa
mengamalkan sesuatu yang baik buat banyak orang , kenapa kita harus tunda.

Karena menurut ibuku umur manusia terlalu singkat , hari ini kita memiliki segalanya,
namun satu jam kemudian atau besok kita dipanggil Sang Pencipta,” Apa yang kita
bawa”?. Kata-kata adik kecil ini sangat menusuk hati ku, saat itu juga aku merasa
menjadi orang yang tidak berguna, bahkan aku merasa tidak lebih dari seonggok sampah
yang tidak ada gunanya,dibandingkan adik kecil ini.

Aku yang selama ini merasa menjadi orang hebat dengan pendidikan dan jabatan tinggi,
namun untuk hal seperti ini, aku merasa lebih bodoh dari anak kecil ini, aku malu dan
sangat malu. Yah.. Tuhan, Ampuni aku, ternyata kekayaan, kehebatan dan jabatan tidak
mengantarku kepada Mu.
Hanya Kasih yang sempurna serta Iman dan Pengharapan kepada Mu lah yang dapat
mengiringiku masuk keSurga. Terima kasih adik kecil, kamu adalah malaikat ku yang
menyadarkan aku dari tidur nyenyak ku.

(Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan
tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri
sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersuka cita
karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala
sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. Kasih tidak
berkesudahan.)

Lakukanlah perkara-perkara kecil, dengan membagikan cerita ini kepada semua orang,
semoga hasil yang didapat dari hal yang kecil ini berdampak besar buat banyak orang.

Apakah Anda Berpotensi menjadi


Pemimpin?
Mari sejenak kita merenung sambil mencoba menjawab lima buah pertanyaan yang
diajukan oleh Donald A. Laird, seorang psikolog, berikut ini;

1. Apakah Anda mampu menegur tanpa menimbulkan kemarahan?


2. Apakah Anda mampu menolak tanpa mengecilkan arti?
3. Apakah Anda mampu tertawa bersama bila kelucuan itu menyangkut
diri Anda sendiri?
4. Apakah Anda mampu memelihara semangat jika menghadapi suatu
kegagalan?
5. Apakah Anda mampu tenang jika harus menghadapi situasi darurat?

Pertanyaan di atas merupakan cara pengukuran yang sederhana untuk menilai apakah
seseorang berpotensi untuk menjadi pemimpin. Apabila jawaban anda adalah “mampu”
untuk semua pertanyaan di atas, maka anda mempunyai potensi untuk menjadi seorang
pemimpin. Selamat!

Hasrat, Komitmen dan Keberanian


Namanya Hani. Hani Irmawati. Ia adalah gadis pemalu, berusia 17 tahun. Tinggal di
rumah berkamar dua bersama dua saudara dan orangtuanya. Ayahnya adalah penjaga
gedung dan ibunya pembantu rumah tangga. Pendapatan tahunan mereka, tidak setara
dengan biaya kuliah sebulan di Amerika.
Pada suatu hari, dengan baju lusuh, ia berdiri sendirian di tempat parkir sebuah sekolah
internasional. Sekolah itu mahal, dan tidak menerima murid Indonesia. Ia menghampiri
seorang guru yang mengajar bahasa Inggris di sana. Sebuah tindakan yang membutuhkan
keberanian besar untuk ukuran gadis Indonesia.

“Aku ingin kuliah di Amerika,” tuturnya, terdengar hampir tak masuk akal. Membuat
sang guru tercengang, ingin menangis mendengar impian gadis belia yang bagai pungguk
merindukan bulan.

Untuk beberapa bulan berikutnya, Hani bangun setiap pagi pada pukul lima dan naik bis
kota ke SMU-nya. Selama satu jam perjalanan itu, ia belajar untuk pelajaran biasa dan
menyiapkan tambahan pelajaran bahasa Inggris yang didapatnya dari sang guru sekolah
internasional itu sehari sebelumnya. Lalu pada jam empat sore, ia tiba di kelas sang guru.
Lelah, tapi siap belajar.

“Ia belajar lebih giat daripada kebanyakan siswa ekspatriatku yang kaya-kaya,” tutur sang
guru. “Semangat Hani meningkat seiring dengan meningkatnya kemampuan bahasanya,
tetapi aku makin patah semangat.”

Hani tak mungkin memenuhi syarat untuk mendapatkan beasiswa dari universitas besar
di Amerika. Ia belum pernah memimpin klub atau organisasi, karena di sekolahnya tak
ada hal-hal seperti itu. Ia tak memiliki pembimbing dan nilai tes standar yang
mengesankan, karena tes semacam itu tak ada.

Namun, Hani memiliki tekad lebih kuat daripada murid mana pun.

“Maukah Anda mengirimkan namaku?” pintanya untuk didaftarkan sebagai


penerima beasiswa.

“Aku tak tega menolak. Aku mengisi pendaftaran, mengisi setiap titik-titik
dengan kebenaran yang menyakitkan tentang kehidupan akademisnya, tetapi juga
dengan pujianku tentang keberanian dan kegigihannya,” ujar sang guru.

“Kurekatkan amplop itu dan mengatakan kepada Hani bahwa peluangnya untuk
diterima itu tipis, mungkin nihil.”

Pada minggu-minggu berikutnya, Hani meningkatkan pelajarannya dalam bahasa


Inggris. Seluruh tes komputerisasi menjadi tantangan besar bagi seseorang
yang belum pernah menyentuh komputer. Selama dua minggu ia belajar
bagian-bagian komputer dan cara kerjanya.

Lalu, tepat sebelum Hani ke Jakarta untuk mengambil TOEFL, ia menerima surat
dari asosiasi beasiswa itu.

“Inilah saat yang kejam. Penolakan,” pikir sang guru.


Sebagai upaya mencoba mempersiapkannya untuk menghadapi kekecewaan, sang
guru lalu membuka surat dan mulai membacakannya: Ia diterima! Hani diterima
….

“Akhirnya aku menyadari bahwa akulah yang baru memahami sesuatu yang sudah
diketahui Hani sejak awal: bukan kecerdasan saja yang membawa sukses, tapi
juga hasrat untuk sukses, komitmen untuk bekerja keras, dan keberanian untuk
percaya akan dirimu sendiri,” tutur sang guru menutup kisahnya.

Kisah Hani ini diungkap oleh sang guru bahasa Inggris itu, Jamie Winship,
dan dimuat di buku “Chicken Soup for the College Soul”, yang edisi
Indonesianya telah diterbitkan.

Tentu kisah ini tidak dipandang sebagai kisah biasa oleh Jack Canfield, Mark
Victor Hansen, Kimberly Kirberger, dan Dan Clark. Ia terpilih diantara lebih
dari delapan ribu kisah lainnya. Namun, bukan ini yang membuatnya istimewa.

Yang istimewa, Hani menampilkan sosoknya yang berbeda. Ia punya tekad. Tekad
untuk maju. Maka, sebagaimana diucapkan Tommy Lasorda, “Perbedaan antara
yang mustahil dan yang tidak mustahil terletak pada tekad seseorang.”

Anda memilikinya?

Sumber: Disadur dari Chicken Soup for the College Soul by Jack Canfield, Mark
Victor Hansen, Kimberly Kirberger, and Dan Clark

Cangkir yang Cantik

Sepasang  kakek dan nenek pergi belanja di sebuah toko suvenir untuk mencari hadiah
buat cucu mereka. Kemudian mata mereka tertuju kepada sebuah cangkir yang cantik.
“Lihat  cangkir  itu,”  kata  si nenek kepada suaminya. “Kau benar, inilah cangkir
tercantik yang pernah aku lihat,” ujar si kakek.
Saat  mereka  mendekati  cangkir  itu, tiba-tiba cangkir yang dimaksud berbicara
“Terima  kasih  untuk  perhatiannya,  perlu  diketahui  bahwa  aku dulunya tidak cantik.
Sebelum menjadi cangkir yang dikagumi, aku hanyalah seonggok  tanah liat yang  tidak 
berguna.  Namun suatu hari ada seorang pengrajin dengan tangan kotor melempar aku ke
sebuah roda berputar.

Kemudian ia mulai memutar-mutar aku hingga aku merasa pusing. Stop ! Stop  ! Aku
berteriak,  Tetapi  orang  itu  berkata  “belum  !”  lalu ia mulai menyodok  dan
meninjuku  berulang-ulang. Stop! Stop ! teriakku lagi. Tapi orang ini masih saja
meninjuku,  tanpa menghiraukan teriakanku. Bahkan lebih buruk lagi ia memasukkan
aku  ke  dalam  perapian.  Panas ! Panas ! Teriakku dengan keras. Stop ! Cukup !
Teriakku lagi. Tapi orang ini berkata “belum !”

Akhirnya  ia  mengangkat aku dari perapian itu dan membiarkan aku sampai dingin. Aku 
pikir,  selesailah  penderitaanku.  Oh  ternyata  belum. Setelah dingin aku diberikan 
kepada  seorang  wanita  muda  dan dan ia mulai mewarnai aku. Asapnya begitu
memualkan. Stop ! Stop ! Aku berteriak.

Wanita  itu  berkata “belum !” Lalu ia memberikan aku kepada seorang pria dan ia
memasukkan  aku  lagi  ke  perapian  yang  lebih panas dari sebelumnya! Tolong !
Hentikan  penyiksaan  ini  !  Sambil menangis aku berteriak sekuat-kuatnya. Tapi orang 
ini  tidak  peduli  dengan teriakanku.Ia  terus membakarku. Setelah puas “menyiksaku”
kini aku dibiarkan dingin.

Setelah  benar-benar  dingin, seorang wanita cantik mengangkatku dan menempatkan


aku  dekat  kaca.  Aku  melihat  diriku.  Aku  terkejut sekali. Aku hampir tidak percaya, 
karena  di  hadapanku  berdiri sebuah cangkir yang begitu cantik. Semua kesakitan dan
penderitaanku yang lalu menjadi sirna tatkala kulihat diriku.

***

Sahabat,  dalam kehidupan ini adakalanya kita seperti  disuruh berlari, ada kalanya kita
seperti digencet permasalahan kehidupan. Tapi sadarlah bahwa lakon-lakon itu
merupakan cara Tuhan untuk membuat kita kuat. Hingga cita-cita kita tercapai. Memang
pada saat itu tidaklah  menyenangkan,  sakit,  penuh  penderitaan, dan banyak air mata.
Tetapi inilah  satu-satunya  cara  untuk mengubah kita supaya menjadi cantik dan
memancarkan kemuliaan.

“Sahabat,  anggaplah  sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai
pencobaan, sebab  Anda tahu bahwa ujian  terhadap  kita menghasilkan ketekunan. Dan
biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang supaya Anda menjadi sempurna
dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun.”

Apabila  Anda  sedang  menghadapi  ujian  hidup, jangan kecil hati, karena akhir dari apa
yang sedang anda hadapi adalah kenyataan bahwa anda lebih baik, dan makin cantik
dalam kehidupan ini.
Keteguhan

Ketika Raja Louis XVI digulingkan dari takhtanya dan dijebloskan ke dalam
penjara, puteranya yang merupakan pangeran penerus takhta kerajaan diculik oleh orang-
orang yang mengkudeta kerajaan.

Sang pangeran dihadapkan pada hal-hal yang paling menjijikan secara moral.
Mereka pikir, jika sang pangeran terpengaruh pada godaan duniawi maka ia tidak akan
bisa mencapai takdirnya sebagai raja.

Setiap hari, sang pangeran disuguhi berbagai makanan yang mewah yang
jumlahnya sangatlah banyak, minuman anggur, para pelacur yang sangat erotis, bahkan
kata-kata jorok dan kasar yang tidak layak diucapkan oleh bangsawan seperti dia.

Hari berganti hari, hingga akhirnya setelah enam bulan, mereka menyerah. Sang
pangeran ternyata tidak tergoda sedikit pun terhadap godaan dunia. Mereka pun bertanya
kenapa sang pangeran begitu teguh. Sang pangeran berujar, ”Aku tidak mungkin
melakukan hal-hal menjijikan seperti itu, karena sejak dilahirkan Aku telah ditakdirkan
sebagai seorang raja“.
Kita harus mempunyai keteguhan dalam mempertahankan impian kita. Tidak
dapat dimungkiri bahwa perjalanan menuju ke tangga sukses penuh onak dan duri.

Lantas bagaiamana kita bisa memiliki keteguhan? Yang terpenting kita harus
mempunyai paradigma atau citra diri yang positif kepada diri kita. Siapakah kita? Apa
takdir kita di dunia ini?

Diri Anda andalah makhluk Tuhan yang paling sempurna. Takdir Anda adalah
mengabdikan dirinya. Menyerukan namanya di dunia ini. Apapun impian Anda,
berjuanglah atas nama Dia. Maka, rintangan apapun tidak akan bisa menghalangi Anda.

Jika Dia hendak mengangkat Anda, tidak ada seorang pun yang bisa menjatuhkan
Anda. Begitupun jika Dia hendak menjatuhkan Anda, maka tak seorang pun di dunia ini
yang bisa mengangkat Anda.

Tantangan Berarti

Tantangan akan menggairahkan anda, memberi anda arah, dan membangkitkan


yang terbaik dalam diri anda.  Tantangan akan mendorong anda untuk
mempelajari ketrampilan baru, meraup pengetahuan baru.  Tantangan
memotivasi anda untuk memberi hasil terbaik dari diri anda.

Pernahkah anda perhatikan, saat anda memiliki sedemikian banyak


tugas yang harus dikerjakan, anda justru memiliki lebih banyak
yang selesai dikerjakan.  Dan saat sedikit hal yang perlu dikerjakan,
ternyata lebih sedikit lagi yang selesai dikerjakan. 
Usaha anda meningkat sesuai dengan pekerjaan yang harus dikerjakan.
Tantangan mendorong hasil.

Tantangan tidak muncul untuk menarik anda ke bawah.  Tantangan ada


untuk mendorong anda ke atas, menghasilkan yang terbaik, mencapai
target.   Memang tantangan itu sulit dan tidak menyenangkan.  Tetapi
hal itulah yang memberikan arti dan nilai.  Kesuksesan terbesar hadir
lewat kebiasaan berurusan dengan serangkaian tantangan.  Bukan dengan
menghindari tantangan.

Tolong diri anda sendiri.


Temukan tantangan sejati, anda akan menemukan hidup sejati.

Meja Kayu
Suatu ketika, ada seorang kakek yang harus tinggal dengan anaknya. Selain itu, tinggal
pula menantu, dan anak mereka yang berusia 6 tahun. Tangan orangtua ini begitu rapuh,
dan sering bergerak tak menentu. Penglihatannya buram, dan cara berjalannya pun
ringkih. Keluarga itu biasa makan bersama di ruang makan. Namun, sang orangtua yang
pikun ini sering mengacaukan segalanya. Tangannya yang bergetar dan mata yang rabun,
membuatnya susah untuk menyantap makanan. Sendok dan garpu kerap jatuh ke bawah.
Saat si kakek meraih gelas, segera saja susu itu tumpah membasahi taplak.

Anak dan menantunya pun menjadi gusar. Mereka merasa direpotkan dengan semua ini.
“Kita harus lakukan sesuatu, ” ujar sang suami. “Aku sudah bosan membereskan
semuanya untuk pak tua ini.” Lalu, kedua suami-istri ini pun membuatkan sebuah meja
kecil di sudut ruangan. Disana, sang kakek akan duduk untuk makan sendirian, saat
semuanya menyantap makanan. Karena sering memecahkan piring, keduanya juga
memberikan mangkuk kayu untuk si kakek.

Sering, saat keluarga itu sibuk dengan makan malam mereka, terdengar isak sedih dari
sudut ruangan. Ada airmata yang tampak mengalir dari gurat keriput si kakek. Namun,
kata yang keluar dari suami-istri ini selalu omelan agar ia tak menjatuhkan makanan lagi.
Anak mereka yang berusia 6 tahun memandangi semua dalam diam.

Suatu malam, sebelum tidur, sang ayah memperhatikan anaknya yang sedang memainkan
mainan kayu. Dengan lembut ditanyalah anak itu. “Kamu sedang membuat apa?”.
Anaknya menjawab, “Aku sedang membuat meja kayu buat ayah dan ibu untuk makan
saatku besar nanti. Nanti, akan kuletakkan di sudut itu, dekat tempat kakek biasa makan.”
Anak itu tersenyum dan melanjutkan pekerjaannya.
Jawaban itu membuat kedua orangtuanya begitu sedih dan terpukul. Mereka tak mampu
berkata-kata lagi. Lalu, airmatapun mulai bergulir dari kedua pipi mereka. Walau tak ada
kata-kata yang terucap, kedua orangtua ini mengerti, ada sesuatu yang harus diperbaiki.
Malam itu, mereka menuntun tangan si kakek untuk kembali makan bersama di meja
makan. Tak ada lagi omelan yang keluar saat ada piring yang jatuh, makanan yang
tumpah atau taplak yang ternoda. Kini, mereka bisa makan bersama lagi di meja utama.
~Author Unknown
***
Sahabat, anak-anak adalah persepsi dari kita. Mata mereka akan selalu mengamati,
telinga mereka akan selalu menyimak, dan pikiran mereka akan selalu mencerna setiap
hal yang kita lakukan. Mereka ada peniru. Jika mereka melihat kita memperlakukan
orang lain dengan sopan, hal itu pula yang akan dilakukan oleh mereka saat dewasa
kelak. Orangtua yang bijak, akan selalu menyadari, setiap “bangunan jiwa” yang disusun,
adalah pondasi yang kekal buat masa depan anak-anak.

Mari, susunlah bangunan itu dengan bijak. Untuk anak-anak kita, untuk masa depan kita,
untuk semuanya. Sebab, untuk mereka lah kita akan selalu belajar, bahwa berbuat baik
pada orang lain, adalah sama halnya dengan tabungan masa depan.

Aku Ingin Mama Kembali


Sebuah kisah teladan dari negeri China

Di Propinsi Zhejiang China, ada seorang anak laki yang luar biasa, sebut saja
namanya Zhang Da. Perhatiannya yang besar kepada Papanya, hidupnya yang pantang
menyerah dan mau bekerja keras, serta tindakan dan perkataannya yang menyentuh hati
membuat Zhang Da, anak lelaki yang masih berumur 10 tahun ketika memulai semua itu,
pantas disebut anak yang luar biasa.

Saking jarangnya seorang anak yang berbuat demikian, sehingga ketika Pemerintah
China mendengar dan menyelidiki apa yang Zhang Da perbuat maka merekapun
memutuskan untuk menganugerahi penghargaan Negara yang Tinggi kepadanya.
Zhang Da adalah salah satu dari sepuluh orang yang dinyatakan telah melakukan
perbuatan yang luar biasa dari antara 1,4 milyar penduduk China. Tepatnya 27
Januari 2006 Pemerintah China, di Propinsi Jiangxu, kota Nanjing, serta disiarkan secara
Nasional keseluruh pelosok negeri, memberikan penghargaan kepada 10 (sepuluh) orang
yang luar biasa, salah satunya adalah Zhang Da.
Pada tahun 2001, Zhang Da ditinggal pergi oleh Mamanya yang sudah tidak tahan
hidup menderita karena miskin dan karena suami yang sakit keras. Dan sejak hari itu
Zhang Da hidup dengan seorang Papa yang tidak bisa bekerja tidak bisa berjalan, dan
sakit-sakitan. Kondisi ini memaksa seorang bocah ingusan yang waktu itu belum genap
10 tahun untuk mengambil tanggungjawab yang sangat berat. Ia harus sekolah, ia harus
mencari makan untuk Papanya dan juga dirinya sendiri, ia juga harus memikirkan obat-
obat yang yang pasti tidak murah untuk dia. Dalam kondisi yang seperti inilah kisah luar
biasa Zhang Da dimulai. Ia masih terlalu kecil untuk menjalankan tanggung jawab yang
susah dan pahit ini. Ia adalah salah satu dari sekian banyak anak yang harus menerima
kenyataan hidup yang pahit di dunia ini.Tetapi yang membuat Zhang Da berbeda adalah
bahwa ia tidak menyerah.

Hidup harus terus berjalan, tapi tidak dengan melakukan kejahatan, melainkan
memikul tanggungjawab untuk meneruskan kehidupannya dan papanya. Demikian
ungkapan Zhang Da ketika menghadapi utusan pemerintah yang ingin tahu apa yang
dikerjakannya.

Ia mulai lembaran baru dalam hidupnya dengan terus bersekolah. Dari rumah sampai
sekolah harus berjalan kaki melewati hutan kecil. Dalam perjalanan dari dan ke sekolah
itulah, Ia mulai makan daun, biji-bijian dan buah-buahan yang ia temui. Kadang juga ia
menemukan sejenis jamur, atau rumput dan ia coba memakannya. Dari mencoba-coba
makan itu semua, ia tahu mana yang masih bisa ditolerir oleh lidahnya dan mana yang
tidak bisa ia makan. Setelah jam pulang sekolah di siang hari dan juga sore hari, ia
bergabung dengan beberapa tukang batu untuk membelah batu-batu besar dan
memperoleh upah dari pekerjaan itu. Hasil kerja sebagai tukang batu ia gunakan untuk
membeli beras dan obat-obatan untuk papanya. Hidup seperti ini ia jalani selama lima
tahun tetapi badannya tetap sehat, segar dan kuat.

ZhangDa Merawat Papanya yang Sakit.

Sejak umur 10 tahun, ia mulai tanggungjawab untuk merawat papanya. Ia


menggendong papanya ke WC, ia menyeka dan sekali-sekali memandikan papanya, ia
membeli beras dan membuat bubur, dan segala urusan papanya, semua dia kerjakan
dengan rasa tanggungjawab dan kasih. Semua pekerjaan ini menjadi tanggungjawabnya
sehari-hari.

Zhang Da menyuntik sendiri papanya.

Obat yang mahal dan jauhnya tempat berobat membuat Zhang Da berpikir untuk
menemukan cara terbaik untuk mengatasi semua ini. Sejak umur sepuluh tahun ia mulai
belajar tentang obat-obatan melalui sebuah buku bekas yang ia beli. Yang membuatnya
luar biasa adalah ia belajar bagaimana seorang suster memberikan ijeksi/suntikan kepada
pasiennya.

Setelah ia rasa ia mampu, ia nekad untuk menyuntik papanya sendiri. Saya sungguh
kagum, kalau anak kecil main dokter-dokteran dan suntikan itu sudah biasa. Tapi jika
anak 10 tahun memberikan suntikan seperti layaknya suster atau dokter yang sudah biasa
memberi injeksi saya baru tahu hanya Zhang Da. Orang bisa bilang apa yang
dilakukannya adalah perbuatan nekad, sayapun berpendapat demikian. Namun jika kita
bisa memahami kondisinya maka saya ingin katakan bahwa Zhang Da adalah anak cerdas
yang kreatif dan mau belajar untuk mengatasi kesulitan yang sedang ada dalam hidup dan
kehidupannya. Sekarang pekerjaan menyuntik papanya sudah dilakukannya selama lebih
kurang lima tahun, maka Zhang Da sudah trampil dan ahli menyuntik.

Aku Mau Mama Kembali

Ketika mata pejabat, pengusaha, para artis dan orang terkenal yang hadir dalam acara
penganugerahan penghargaan tersebut sedang tertuju kepada Zhang Da,
Pembawa Acara (MC) bertanya kepadanya, “Zhang Da, sebut saja kamu mau apa,
sekolah di mana, dan apa yang kamu rindukan untuk terjadi dalam hidupmu, berapa uang
yang kamu butuhkan sampai kamu selesai kuliah, besar nanti mau kuliah di mana, sebut
saja. Pokoknya apa yang kamu idam-idamkan sebut saja, di sini ada banyak pejabat,
pengusaha, orang terkenal yang hadir.

Saat ini juga ada ratusan juta orang yang sedang melihat kamu melalui layar televisi,
mereka bisa membantumu!” Zhang Da pun terdiam dan tidak menjawab
apa-apa. MC pun berkata lagi kepadanya, “Sebut saja, mereka bisa membantumu”
Beberapa menit Zhang Da masih diam, lalu dengan suara bergetar iapun menjawab, “Aku
Mau Mama Kembali. Mama kembalilah ke rumah, aku bisa membantu Papa, aku bisa
cari makan sendiri, Mama Kembalilah!” demikian Zhang Da bicara dengan suara yang
keras dan penuh harap.

Saya bisa lihat banyak pemirsa menitikkan air mata karena terharu, saya pun
tidak menyangka akan apa yang keluar dari bibirnya. Mengapa ia tidak minta kemudahan
untuk pengobatan papanya, mengapa ia tidak minta deposito yang cukup
untuk meringankan hidupnya dan sedikit bekal untuk masa depannya, mengapa ia tidak
minta rumah kecil yang dekat dengan rumah sakit, mengapa ia tidak minta
sebuah kartu kemudahan dari pemerintah agar ketika ia membutuhkan, melihat
katabelece yang dipegangnya semua akan membantunya. Sungguh saya tidak mengerti,
tapi yang saya tahu apa yang dimintanya, itulah yang paling utama bagi dirinya. Aku
Mau Mama Kembali, sebuah ungkapan yang mungkin sudah dipendamnya sejak saat
melihat mamanya pergi meninggalkan dia dan papanya.

Tidak semua orang bisa sekuat dan sehebat Zhang Da dalam mensiasati kesulitan
hidup ini. Tapi setiap kita pastinya telah dikaruniai kemampuan dan kekuatan yg
istimewa untuk menjalani ujian di dunia. Sehebat apapun ujian yg dihadapi pasti ada
jalan keluarnya…ditiap-tiap kesulitan ada kemudahan dan Tuhan tidak akan menimpakan
kesulitan diluar kemampuan umat-Nya.

Jadi janganlah menyerah dengan keadaan, jika sekarang sedang kurang beruntung,
sedang mengalami kekalahan….bangkitlah! karena sesungguhnya kemenangan akan
diberikan kepada siapa saja yg telah berusaha sekuat kemampuannya.
Nilai Diri Kita

Pada suatu ketika, di sebuah taman kecil ada seorang kakek. Di dekat kaket tersebut
terdapat beberapa anak yang sedang asyik bermain pasir, membentuk lingkaran. Kakek
itu lalu menghampiri mereka, dan berkata:

“Siapa diantara kalian yang mau uang Rp. 50.000!!” Semua anak itu terhenti bermain dan
serempak mengacungkan tangan sambil memasang muka manis penuh senyum dan
harap. Kakek lalu berkata, “Kakek akan memberikan uang ini, setelah kalian semua
melihat ini dulu.”

Kakek tersebut lalu meremas-remas uang itu hingga lusuh. Di remasnya terus hingga
beberapa saat. Ia lalu kembali bertanya “Siapa yang masih mau dengan uang ini lusuh
ini?” Anak-anak itu tetap bersemangat mengacungkan tangan.

“Tapi,, kalau kakek injak bagaimana? “. Lalu, kakek itu menjatuhkan uang itu ke pasir
dan menginjaknya dengan sepatu. Di pijak dan di tekannya dengan keras uang itu hingga
kotor. Beberapa saat, Ia lalu mengambil kembali uang itu. Dan kakek kembali bertanya:
“Siapa yang masih mau uang ini?”

Tetap saja. Anak-anak itu mengacungkan jari mereka. Bahkan hingga mengundang
perhatian setiap orang. Kini hampir semua yang ada di taman itu mengacungkan tangan.

***

Sahabat Resensinet, cerita diatas sangatlah sederhana. Namun kita dapat belajar sesuatu
yang sangat berharga dari cerita itu. Apapun yang dilakukan oleh si Kakek, semua anak
akan tetap menginginkan uang itu, Kenapa? karena tindakan kakek itu tak akan
mengurangi nilai dari uang yang di hadiahkan. Uang itu tetap berharga Rp. 50.000
Sahabat resensinet, seringkali, dalam hidup ini, kita merasa lusuh, kotor, tertekan, tidak
berarti, terinjak, tak kuasa atas apa yang terjadi pada sekeliling kita, atas segala keputusan
yang telah kita ambil, kita merasa rapuh. Kita juga kerap mengeluh atas semua ujian yang
di berikan-Nya. Kita seringkali merasa tak berguna, tak berharga di mata orang lain. Kita
merasa di sepelekan, di acuhkan dan tak dipedulikan oleh keluarga, teman, bahkan oleh
lingkungan kita.

Namun, percayalah, apapun yang terjadi, atau *bakal terjadi*, kita tak akan pernah
kehilangan nilai kita di mata Allah. Bagi-Nya, lusuh, kotor, tertekan, ternoda, selalu ada
saat untuk ampunan dan maaf.
Kita tetap tak ternilai di mata Allah.

Nilai dari diri kita, tidak timbul dari apa yang kita sandang, atau dari apa yang kita dapat.
Nilai diri kita, akan dinilai dari akhlak dan perangai kita. Tingkah laku kita. seberapapun
kita diinjak oleh ketidak adilan, kita akan tetap diperebutkan, kalau kita tetap konsisten
menjaga sikap kita.

Sahabat, akhlak ialah bunga kehidupan kita. Merupakan seberapa bernilainya manusia.
Dengan akhlak, rasa sayang dan senang akan selalu mengikuti kita, dan merupakan
modal hidup.
Orang yang tidak mempunyai akhlak, meskipun ia berharta, tidak ada nilainya. Meskipun
dia cantik, tapi jika sikapnya buruk dan tiada berakhlak, maka kecantikannya tiada
berguna baginya. Begitu pula dengan orang yang berpangkat tinggi, tanpa akhlak, dia
menjadi orang yang dibenci.

Guys, thanks for reading. Hope u r well and please do take care. Wassalamualaikum wr
wb. Salam hangat!!!

Oleh Irfan dan diedit dan ditambah seperlunya oleh Resensinet

Hidup Adalah Anugerah


Pada suatu hari ada seorang gadis buta yg sangat  membenci  dirinya sendiri. Karena
kebutaannya itu. Tidak hanya terhadap dirinya sendiri, tetapi dia juga membenci semua
orang kecuali kekasihnya.

Kekasihnya selalu ada disampingnya untuk menemani dan menghiburnya. Dia berkata
akan menikahi gadisnya itu kalau gadisnya itu sudah bisa melihat dunia.

Suatu hari, ada seseorang yang mendonorkan sepasang mata kepada gadisnya itu Yang
akhirnya  dia bisa melihat semua hal, termasuk kekasih  gadisnya  itu .
Kekasihnya  bertanya  kepada gadisnya itu , ” Sayangggg … sekarang kamu sudah  bisa
melihat dunia. Apakah  engkau mau menikah denganku?” Gadis itu terguncang saat
melihat bahwa kekasihnya  itu ternyata buta.  Dan  dia menolak untuk menikahi si pria
pacar-nya itu yg selama ini sudah sangat setia sekali mendampingi hidupnya selama si
gadis itu buta matanya.

Dan akhirnya si Pria kekasihnya  itu  pergi dengan  meneteskan air mata, dan kemudian
menuliskan sepucuk surat singkat kepada gadisnya  itu, “Sayangku, tolong  engkau jaga
baik-baik ke-2 mata yg telah aku berikan kepadamu.”

*****

Kisah di atas memperlihatkan bagaimana pikiran manusia berubah saat status dalam
hidupnya berubah. Hanya sedikit orang yang ingat bagaimana keadaan hidup sebelumnya
dan lebih sedikit lagi yang ingat terhadap siapa harus berterima kasih karena telah
menyertai dan menopang bahkan di saat yang paling menyakitkan.

Hari ini sebelum engkau berpikir untuk mengucapkan kata- kata kasar Ingatlah akan
seseorang yang tidak bisa berbicara.

Sebelum engkau mengeluh mengenai cita rasa makananmu, Ingatlah akan seseorang yang
tidak punya apapun untuk dimakan.

Sebelum engkau mengeluh tentang suamimu, ingatlah akan seseorang yang menangis
kepada Tuhan  untuk meminta penyembuhan sehingga suaminya TIDAK LUMPUH
seumur hidup.

Hari ini sebelum engkau mengeluh tentang hidupmu, Ingatlah akan seseorang yang
begitu cepat pergi  ke alam kubur dengan masih menyertakan kemiskinannya.

Sebelum engkau mengeluh tentang anak-anakmu Ingatlah akan seseorang yang begitu
mengharapkan kehadiran seorang anak, tetapi tidak mendapatnya.

Dan ketika engkau lelah dan mengeluh tentang pekerjaanmu Ingatlah akan para
penganguran, orang cacat dan mereka yang menginginkan pekerjaanmu.

Dan ketika beban hidup tampaknya akan menjatuhkanmu, pasanglah senyuman di


wajahmu dan berterima kasihlah pada Tuhan karena engkau masih hidup dan ada di
dunia ini.

Hidup adalah anugerah, syukurilah, jalanilah, nikmatilah  dan isilah hidup ini dengan
sesuatu yg bermanfaat untuk umat manusia.

NIKMATILAH dan BERI YANG TERBAIK DI SETIAP DETIK DALAM HIDUPMU,


KARENA ITU TIDAK AKAN TERULANG LAGI  untuk waktumu selanjutnya !!!
Dikirim oleh Karel Mandey 

10 Kualitas Pribadi yang Disukai


Ketulusan

Ketulusan menempati peringkat pertama sebagai sifat yang paling disukai oleh semua
orang. Ketulusan membuat orang lain merasa aman dan dihargai karena yakin tidak akan
dibodohi atau dibohongi. Orang yang tulus selalu mengatakan kebenaran, tidak suka
mengada-ada, pura- pura, mencari-cari alasan atau memutarbalikkan fakta. Prinsipnya
“Ya diatas Ya dan Tidak diatas Tidak”. Tentu akan lebih ideal bila ketulusan yang
selembut merpati itu diimbangi dengan kecerdikan seekor ular. Dengan begitu, ketulusan
tidak menjadi keluguan yang bisa merugikan diri sendiri.

Kerendahan Hati

Berbeda dengan rendah diri yang merupakan kelemahan, kerendah hatian justru
mengungkapkan kekuatan. Hanya orang yang kuat jiwanya yang bisa bersikap rendah
hati. Ia seperti padi yang semakin berisi semakin menunduk. Orang
yang rendah hati bisa mengakui dan menghargai keunggulan orang lain. Ia bisa
membuat orang yang diatasnya merasa oke dan membuat orang yang di bawahnya
tidak merasa minder.

Kesetiaan

Kesetiaan sudah menjadi barang langka & sangat tinggi harganya. Orang yang setia
selalu bisa dipercaya dan diandalkan. Dia selalu menepati janji, punya komitmen yang
kuat, rela berkorban dan tidak suka berkhianat.

Positive Thinking

Orang yang bersikap positif (positive thinking) selalu berusaha melihat segala sesuatu
dari kacamata positif, bahkan dalam situasi yang buruk sekalipun. Dia lebih suka
membicarakan kebaikan daripada keburukan orang lain, lebih suka bicara mengenai
harapan daripada keputusasaan, lebih suka mencari solusi daripada frustasi, lebih suka
memuji daripada mengecam, dan sebagainya.

Keceriaan
Karena tidak semua orang dikaruniai temperamen ceria, maka keceriaan tidak harus
diartikan ekspresi wajah dan tubuh tapi sikap hati. Orang yang ceria adalah orang yang
bisa menikmati hidup, tidak suka mengeluh dan selalu berusaha meraih kegembiraan. Dia
bisa mentertawakan situasi, orang lain, juga dirinya sendiri. Dia punya potensi untuk
menghibur dan mendorong semangat orang lain.

Bertanggung jawab

Orang yang bertanggung jawab akan melaksanakan kewajibannya dengan sungguh-


sungguh. Kalau melakukan kesalahan, dia berani mengakuinya. Ketika mengalami
kegagalan, dia tidak akan mencari kambing hitam untuk disalahkan. Bahkan kalau dia
merasa kecewa dan sakit hati, dia tidak akan menyalahkan siapapun. Dia menyadari
bahwa dirinya sendirilah yang bertanggung jawab atas apapun yang dialami dan
dirasakannya.

Percaya Diri

Rasa percaya diri memungkinkan seseorang menerima dirinya sebagaimana adanya,


menghargai dirinya dan menghargai orang lain. Orang yang percaya diri mudah
menyesuaikan diri dengan lingkungan dan situasi yang baru. Dia tahu apa yang harus
dilakukannya dan melakukannya dengan baik.

Kebesaran Jiwa

Kebesaran jiwa dapat dilihat dari kemampuan seseorang memaafkan orang lain.
Orang yang berjiwa besar tidak membiarkan dirinya dikuasai oleh rasa benci dan
permusuhan. Ketika menghadapi masa- masa sukar dia tetap tegar, tidak membiarkan
dirinya hanyut dalam kesedihan dan keputusasaan.

Easy Going

Orang yang easy going menganggap hidup ini ringan. Dia tidak suka membesar-besarkan
masalah kecil. Bahkan berusaha mengecilkan masalah-masalah besar. Dia tidak suka
mengungkit masa lalu dan tidak mau khawatir dengan masa depan. Dia tidak mau pusing
dan stress dengan masalah-masalah yang berada di luar kontrolnya.

Empati

Empati adalah sifat yang sangat mengagumkan. Orang yang berempati bukan saja
pendengar yang baik tapi juga bisa menempatkan diri pada posisi orang lain. Ketika
terjadi konflik dia selalu mencari jalan keluar terbaik bagi kedua belah pihak, tidak suka
memaksakan pendapat dan kehendaknya sendiri. Dia selalu berusaha memahami dan
mengerti orang lain.

Artikel dikutip dari Kartu Pintar produksi Visi Victory Bandung


Related Posts
Setan atau Malaikat?
Mahluk yang paling menakjubkan adalah manusia, karena dia bisa memilih untuk
menjadi “setan atau malaikat”.
–John Scheffer-

Dari pinggir kaca nako, di antara celah kain gorden, saya melihat lelaki itu mondar-
mandir di depan rumah. Matanya berkali-kali melihat ke rumah saya. Tangannya yang
dimasukkan ke saku celana, sesekali mengelap keringat di keningnya.

Dada saya berdebar menyaksikannya. Apa maksud remaja yang bisa jadi umurnya tak
jauh dengan anak sulung saya yang baru kelas 2 SMU itu? Melihat tingkah lakunya yang
gelisah, tidakkah dia punya maksud buruk dengan keluarga saya? Mau merampok?
Bukankah sekarang ini orang merampok tidak lagi mengenal waktu? Siang hari saat
orang-orang lalu-lalang pun penodong bisa beraksi, seperti yang banyak diberitakan
koran. Atau dia punya masalah dengan Yudi, anak saya?

Kenakalan remaja saat ini tidak lagi enteng. Tawuran telah menjadikan puluhan remaja
meninggal. Saya berdoa semoga lamunan itu salah semua. Tapi mengingat peristiwa
buruk itu bisa saja terjadi, saya mengunci seluruh pintu dan jendela rumah. Di rumah ini,
pukul sepuluh pagi seperti ini, saya hanya seorang diri. Kang Yayan, suami saya, ke
kantor. Yudi sekolah, Yuni yang sekolah sore pergi les Inggris, dan Bi Nia sudah
seminggu tidak masuk.

Jadi kalau lelaki yang selalu memperhatikan rumah saya itu menodong, saya bisa apa?
Pintu pagar rumah memang terbuka. Siapa saja bisa masuk.

Tapi mengapa anak muda itu tidak juga masuk? Tidakkah dia menunggu sampai tidak
ada orang yang memergoki? Saya sedikit lega saat anak muda itu berdiri di samping tiang
telepon. Saya punya pikiran lain. Mungkin dia sedang menunggu seseorang, pacarnya,
temannya, adiknya, atau siapa saja yang janjian untuk bertemu di tiang telepon itu. Saya
memang tidak mesti berburuk sangka seperti tadi. Tapi dizaman ini, dengan peristiwa-
peristiwa buruk, tenggang rasa yang semakin menghilang, tidakkah rasa curiga lebih baik
daripada lengah?

Saya masih tidak beranjak dari persembunyian, di antara kain gorden, di samping kaca
nako. Saya masih was-was karena anak muda itu sesekali masih melihat ke rumah. Apa
maksudnya? Ah, bukankah banyak pertanyaan di dunia ini yang tidak ada jawabannya.

Terlintas di pikiran saya untuk menelepon tetangga. Tapi saya takut jadi ramai. Bisa-bisa
penduduk se-kompleks mendatangi anak muda itu. Iya kalau anak itu ditanya-tanya
secara baik, coba kalau belum apa-apa ada yang memukul.

Tiba-tiba anak muda itu membalikkan badan dan masuk ke halaman rumah. Debaran
jantung saya mengencang kembali. Saya memang mengidap penyakit jantung. Tekad
saya untuk menelepon tetangga sudah bulat, tapi kaki saya tidak bisa melangkah. Apalagi
begitu anak muda itu mendekat, saya ingat, saya pernah melihatnya dan punya
pengalaman buruk dengannya. Tapi anak muda itu tidak lama di teras rumah. Dia hanya
memasukkan sesuatu ke celah di atas pintu dan bergegas pergi. Saya masih belum bisa
mengambil benda itu karena kaki saya masih lemas.

Saya pernah melihat anak muda yang gelisah itu di jembatan penyeberangan, entah
seminggu atau dua minggu yang lalu. Saya pulang membeli bumbu kue waktu itu. Tiba-
tiba di atas jembatan penyeberangan, saya ada yang menabrak, saya hampir jatuh. Si
penabrak yang tidak lain adalah anak muda yang gelisah dan mondar-mandir di depan
rumah itu, meminta maaf dan bergegas mendahului saya. Saya jengkel, apalagi begitu
sampai di rumah saya tahu dompet yang disimpan di kantong plastik, disatukan dengan
bumbu kue, telah raib.

Dan hari ini, lelaki yang gelisah dan si penabrak yang mencopet itu, mengembalikan
dompet saya lewat celah di atas pintu. Setelah saya periksa, uang tiga ratus ribu lebih,
cincin emas yang selalu saya simpan di dompet bila bepergian, dan surat-surat penting,
tidak ada yang berkurang.

Lama saya melihat dompet itu dan melamun. Seperti dalam dongeng. Seorang anak muda
yang gelisah, yang siapa pun saya pikir akan mencurigainya, dalam situasi perekonomian
yang morat-marit seperti ini, mengembalikan uang yang telah digenggamnya. Bukankah
itu ajaib, seperti dalam dongeng. Atau hidup ini memang tak lebih dari sebuah
dongengan?

Bersama dompet yang dimasukkan ke kantong plastik hitam itu saya menemukan surat
yang dilipat tidak rapi. Saya baca surat yang berhari-hari kemudian tidak lepas dari
pikiran dan hati saya itu. Isinya seperti ini:

—–

“Ibu yang baik…, maafkan saya telah mengambil dompet Ibu. Tadinya saya mau
mengembalikan dompet Ibu saja, tapi saya tidak punya tempat untuk mengadu, maka
saya tulis surat ini, semoga Ibu mau membacanya.

Sudah tiga bulan saya berhenti sekolah. Bapak saya di-PHK dan tidak mampu membayar
uang SPP yang berbulan-bulan sudah nunggak, membeli alat-alat sekolah dan memberi
ongkos. Karena kemampuan keluarga yang minim itu saya berpikir tidak apa-apa saya
sekolah sampai kelas 2 STM saja. Tapi yang membuat saya sakit hati, Bapak kemudian
sering mabuk dan judi buntut yang beredar sembunyi-sembunyi itu.

Adik saya yang tiga orang, semuanya keluar sekolah. Emak berjualan goreng-gorengan
yang dititipkan di warung-warung. Adik-adik saya membantu mengantarkannya. Saya
berjualan koran, membantu-bantu untuk beli beras.
Saya sadar, kalau keadaan seperti ini, saya harus berjuang lebih keras. Saya mau
melakukannya. Dari pagi sampai malam saya bekerja. Tidak saja jualan koran, saya juga
membantu nyuci piring di warung nasi dan kadang (sambil hiburan) saya ngamen. Tapi
uang yang pas-pasan itu (Emak sering gagal belajar menabung dan saya maklum), masih
juga diminta Bapak untuk memasang judi kupon gelap. Bilangnya nanti juga diganti
kalau angka tebakannya tepat. Selama ini belum pernah tebakan Bapak tepat. Lagi pula
Emak yang taat beribadah itu tidak akan mau menerima uang dari hasil judi, saya yakin
itu.

Ketika Bapak semakin sering meminta uang kepada Emak, kadang sambil marah-marah
dan memukul, saya tidak kuat untuk diam. Saya mengusir Bapak. Dan begitu Bapak
memukul, saya membalasnya sampai Bapak terjatuh-jatuh. Emak memarahi saya sebagai
anak laknat. Saya sakit hati. Saya bingung. Mesti bagaimana saya?

Saat Emak sakit dan Bapak semakin menjadi dengan judi buntutnya, sakit hati saya
semakin menggumpal, tapi saya tidak tahu sakit hati oleh siapa. Hanya untuk membawa
Emak ke dokter saja saya tidak sanggup. Bapak yang semakin sering tidur entah di mana,
tidak perduli. Hampir saya memukulnya lagi.

Di jalan, saat saya jualan koran, saya sering merasa punya dendam yang besar tapi tidak
tahu dendam oleh siapa dan karena apa. Emak tidak bisa ke dokter. Tapi orang lain bisa
dengan mobil mewah melenggang begitu saja di depan saya, sesekali bertelepon dengan
handphone. Dan di seberang stopan itu, di warung jajan bertingkat, orang-orang
mengeluarkan ratusan ribu untuk sekali makan.

Maka tekad saya, Emak harus ke dokter. Karena dari jualan koran tidak cukup, saya
merencanakan untuk mencopet. Berhari-hari saya mengikuti bus kota, tapi saya tidak
pernah berani menggerayangi saku orang. Keringat dingin malah membasahi baju. Saya
gagal jadi pencopet.

Dan begitu saya melihat orang-orang belanja di toko, saya melihat Ibu memasukkan
dompet ke kantong plastik. Maka saya ikuti Ibu. Di atas jembatan penyeberangan, saya
pura-pura menabrak Ibu dan cepat mengambil dompet. Saya gembira ketika mendapatkan
uang 300 ribu lebih.

Saya segera mendatangi Emak dan mengajaknya ke dokter. Tapi Ibu…, Emak malah
menatap saya tajam. Dia menanyakan, dari mana saya dapat uang. Saya sebenarnya ingin
mengatakan bahwa itu tabungan saya, atau meminjam dari teman. Tapi saya tidak bisa
berbohong. Saya mengatakan sejujurnya, Emak mengalihkan pandangannya begitu saya
selesai bercerita.

Di pipi keriputnya mengalir butir-butir air. Emak menangis. Ibu…, tidak pernah saya
merasakan kebingungan seperti ini. Saya ingin berteriak. Sekeras-kerasnya. Sepuas-
puasnya. Dengan uang 300 ribu lebih sebenarnya saya bisa makan-makan, mabuk, hura-
hura. Tidak apa saya jadi pencuri. Tidak perduli dengan Ibu, dengan orang-orang yang
kehilangan. Karena orang-orang pun tidak perduli kepada saya. Tapi saya tidak bisa
melakukannya. Saya harus mengembalikan dompet Ibu. Maaf.”

—–

Surat tanpa tanda tangan itu berulang kali saya baca. Berhari-hari saya mencari-cari anak
muda yang bingung dan gelisah itu. Di setiap stopan tempat puluhan anak-anak
berdagang dan mengamen. Dalam bus-bus kota. Di taman-taman. Tapi anak muda itu
tidak pernah kelihatan lagi. Siapapun yang berada di stopan, tidak mengenal anak muda
itu ketika saya menanyakannya.

Lelah mencari, di bawah pohon rindang, saya membaca dan membaca lagi surat dari
pencopet itu. Surat sederhana itu membuat saya tidak tenang. Ada sesuatu yang
mempengaruhi pikiran dan perasaan saya. Saya tidak lagi silau dengan segala
kemewahan. Ketika Kang Yayan membawa hadiah-hadiah istimewa sepulang
kunjungannya ke luar kota, saya tidak segembira biasanya.Saya malah mengusulkan
oleh-oleh yang biasa saja.

Kang Yayan dan kedua anak saya mungkin aneh dengan sikap saya akhir-akhir ini. Tapi
mau bagaimana, hati saya tidak bisa lagi menikmati kemewahan. Tidak ada lagi
keinginan saya untuk makan di tempat-tempat yang harganya ratusan ribu sekali makan,
baju-baju merk terkenal seharga jutaan, dan sebagainya.

Saya menolaknya meski Kang Yayan bilang tidak apa sekali-sekali. Saat saya ulang
tahun, Kang Yayan menawarkan untuk merayakan di mana saja. Tapi saya ingin
memasak di rumah, membuat makanan, dengan tangan saya sendiri. Dan siangnya,
dengan dibantu Bi Nia, lebih seratus bungkus nasi saya bikin. Diantar Kang Yayan dan
kedua anak saya, nasi-nasi bungkus dibagikan kepada para pengemis, para pedagang
asongan dan pengamen yang banyak di setiap stopan.

Di stopan terakhir yang kami kunjungi, saya mengajak Kang Yayan dan kedua anak saya
untuk makan bersama. Diam-diam air mata mengalir dimata saya.

Yuni menghampiri saya dan bilang, “Mama, saya bangga jadi anak Mama.” Dan saya
ingin menjadi Mama bagi ribuan anak-anak lainnya.

Sumber: Unknown (Tidak Diketahui)


Kesempatan Dalam Kehidupan
Di sebuah ladang yang subur, terdapat 2 buah bibit tanaman yang terhampar. Bibit yang
pertama berkata, “Aku ingin tumbuh besar. Aku ingin menjejakkan akarku sangat dalam
di tanah ini, dan menjulangkan tunas-tunasku di atas kerasnya tanah ini. Aku ingin
membentangkan semua tunasku, untuk menyampaikan salam musim semi. Aku ingin
merasakan kehangatan matahari, serta kelembutan embun pagi di pucuk-pucuk daunku.”

Dan bibit yang pertama inipun tumbuh, makin menjulang.

Bibit yang kedua bergumam. “Aku takut. Jika kutanamkan akarku ke dalam tanah ini,
aku tak tahu, apa yang akan kutemui di bawah sana. Bukankah disana sangat gelap? Dan
jika kuteroboskan tunasku keatas, bukankah nanti keindahan tunas-tunasku akan hilang?
Tunasku ini pasti akan terkoyak. Apa yang akan terjadi jika tunasku terbuka, dan siput-
siput mencoba untuk memakannya? Dan pasti, jika aku tumbuh dan merekah, semua anak
kecil akan berusaha untuk mencabutku dari tanah. Tidak, akan lebih baik jika aku
menunggu sampai semuanya aman.”

Dan bibit itupun menunggu, dalam kesendirian.

Beberapa pekan kemudian, seekor ayam mengais tanah itu, menemukan bibit yang kedua
tadi, dan memakannya segera.

***

Teman, memang, selalu saja ada pilihan dalam hidup. Selalu saja ada lakon-lakon yang
harus kita jalani. Namun, seringkali kita berada dalam kepesimisan, kengerian, keraguan,
dan kebimbangan-kebimbangan yang kita ciptakan sendiri. Kita kerap terbuai dengan
alasan-alasan untuk tak mau melangkah, tak mau menatap hidup. Karena hidup adalah
pilihan, maka, hadapilah itu dengan gagah. Dan karena hidup adalah pilihan, maka,
pilihlah dengan bijak.
Sahabat, tiap pilihan selalu ada resiko yang mengiringinya. Namun jangan sampai
ketakutan, keraguan dan kebimbangan, menghentikan langkah kita.

ps. “Bukalah setiap pintu kesempatan yang datang mengetuk, sebab, siapa tahu, pintu itu
tak mengetuk dua kali.” (Hilman, Lupus I)

Ketika Anda mulai untuk mengambil tindakan menuju tujuan dan impian Anda, Anda
harus menyadari bahwa setiap tindakan tidak akan sempurna. Tidak setiap tindakan akan
menghasilkan sesuatu yang Anda diinginkan.. Tidak setiap tindakan akan bekerja sesuai
impian anda. Terkadang membuat kesalahan, mendapatkan hampir benar, dan percobaan
untuk melihat apa yang terjadi adalah bagian dari proses untuk akhirnya mendapatkan
sesuatu dengan benar, sesuai dengan impian.Ada pepatah mengatakan, kegagalan adalah
awal dari kesuksesan.Tapi perlu kita ingat bahwa bukan berarti kesuksesan harus dimulai
dari kegagalan.

Bisa jadi kesuksesan dan impian yang anda raih adalah hasil dari perenungan, pemikiran
yang dalam, hingga anda berbuat.  Tips dalam meraih cita-cita dan impian :

1. Kenali kemampuan dan cita-cita anda. Ini adalah langkah paling awal dari
pencapaian cita-cita.
2. Fokus pada tujuan. Fokus, penting untuk diterapkan. Jika seorang petani mengejar
ayam 2 ekor sekaligus, maka tidak satu ekorpun yang ia dapat. Yang ia dapat
hanya kelelahan. Fokus dan konsentrasi, langkah perlangkah untuk menuju cita-
cita itu.
3. Terus asah bakatmu. Setelah konsentrasi, selanjutnya adalah mengasah apa yang
telah dipelajari.
4. Berani mencoba sesuatu yang baru. Jangan takut untuk mencoba. dalam mencoba
pasti ada jatuh nya. Tapi jangan dilihat seberapa banyak jatuhnya, melaikan
seberapa banyak kamu dapat bangkit.
5. Tekunlah berlatih.  Orang yang tidak pintar, tapi belajar, lebih baik daripada yang
pintar tapi tidak belajar. Lebih baik lagi  jika pintar dan belajar.
6. Belajarlah dari orang sukses. Tentu kalau kamu bercita-cita menjadi presiden,
figur presiden seperti apa yang kamu inginkan. Tentukanlah sesuai dengan cita-
citamu
7. Berdoalah dan tawakal selalu. Agar hidupmu tenang, berdoalah.
8. Mintalah doa dari orang-orang yang kita cintai dan disekeliling kita.

Saat terlintas keraguan apakah mungkin perbuatan baik yang kecil dan sederhana
yang kita lakukan kepada orang lain akan mampu mempengaruhi kehidupan mereka,
mungkin Film “PAY IT FORWARD” bisa menjadi pendorong yang memberikan kita
semangat untuk selalu tidak jemu-jemu berbuat baik Editkepada orang lain.
Kisahnya bercerita tentang seorang anak umur delapan tahun bernama Trevor
yang berpikir jika dia melakukan kebaikan kepada tiga orang disekitarnya, lalu jika ke
tiga orang tersebut meneruskan kebaikan yang mereka terima itu dengan melakukan
kepada tiga orang lainnya dan begitu seterusnya, maka dia yakin bahwa suatu saat nanti
dunia ini akan dipenuhi oleh orang-orang yang saling mengasihi. Dia menamakan ide
tersebut: “PAY IT FORWARD”
Singkat cerita, Trevor memutuskan bahwa tiga orang yang akan menjadi bahan
eksperimen adalah mamanya sendiri (yang menjadi single parent), seorang pemuda
gembel yang selalu dilihatnya dipinggir jalan dan seorang teman sekelas yang selalu
diganggu oleh sekelompok anak-anak nakal.
Percobaanpun dimulai : Trevor melihat bahwa mamanya yang sangat kesepian,
tidak punya teman untuk berbagi rasa, telah menjadi pecandu minuman
keras. Trevor berusaha menghentikan kecanduan mamanya dengan cara rajin
mengosongkan isi botol minuman keras yang ada dirumah mereka, dia juga mengatur
rencana supaya mamanya bisa berkencan dengan guru sekolah Trevor.
Sang mama yang melihat perhatian si anak yang begitu besar menjadi terharu, saat sang
mama mengucapkan terima kasih, Trevor berpesan kepada mamanya “PAY IT
FORWARD, MOM”
Sang mama yang terkesan dengan yang dilakukan Trevor, terdorong untuk
meneruskan kebaikan yang telah diterimanya itu dengan pergi ke rumah ibunya (nenek si
Trevor), hubungan mereka telah rusak selama bertahun-tahun dan mereka tidak pernah
bertegur sapa, kehadiran sang putri untuk meminta maaf dan memperbaiki hubungan
diantara mereka membuat nenek Trevor begitu terharu, saat nenek Trevor mengucapkan
terima kasih, si anak berpesan :”PAY IT FORWARD, MOM”
Sang nenek yang begitu bahagia karena putrinya mau memaafkan dan menerima
dirinya kembali, meneruskan kebaikan tersebut dengan menolong seorang pemuda yang
sedang ketakutan karena dikejar segerombolan orang untuk bersembunyi di mobil si
nenek, ketika para pengejarnya sudah pergi, si pemuda mengucapkan terima kasih, si
nenek berpesan : “PAY IT FORWARD, SON”.
Si pemuda yang terkesan dengan kebaikan si nenek, terdorong meneruskan
kebaikan tersebut dengan memberikan nomor antriannya di rumah sakit kepada seorang
gadis kecil yang sakit parah untuk lebih dulu mendapatkan perawatan, ayah si gadis kecil
begitu berterima kasih kepada si pemuda ini, si pemuda berpesan kepada ayah si gadis
kecil : “PAY IT FORWARD, SIR”
Ayah si gadis kecil yang terkesan dengan kebaikan si pemuda, terdorong
meneruskan kebaikan tersebut dengan memberikan mobilnya kepada seorang wartawan
TV yang mobilnya terkena kecelakaan pada saat sedang meliput suatu acara, saat si
wartawan berterima kasih, ayah si gadis berpesan:”PAY IT FORWARD”
Sang wartawan yang begitu terkesan terhadap kebaikan ayah si gadis, bertekad
untuk mencari tau dari mana asal muasalnya istilah “PAY IT FORWARD” tersebut, jiwa
kewartawanannya mengajak dia untuk menelusuri mundur untuk mencari informasi
mulai dari ayah si gadis, pemuda yang memberi antrian nomor rumah sakit, nenek yang
memberikan tempat persembunyian, putri si nenek yang mengampuni, sampai kepada si
Trevor yang mempunyai ide tersebut.
Terkesan dengan apa yang dilakukan oleh Trevor, Si wartawan mengatur agar
Trevor bisa tampil di Televisi supaya banyak orang yang tergugah dengan apa yang telah
dilakukan oleh anak kecil ini. Saat kesempatan untuk tampil di Televisi terlaksana,
Trevor mengajak semua pemirsa yang sedang melihat acara tersebut untuk BERSEDIA
MEMULAI DARI DIRI MEREKA SENDIRI UNTUK MELAKUKAN KEBAIKAN
KEPADA ORANG-ORANG DISEKITAR MEREKA agar dunia ini menjadi dunia yang
penuh kasih.
Namun umur Trevor sangat singkat, dia ditusuk pisau saat akan menolong teman
sekolahnya yang selalu diganggu oleh para berandalan, selesai penguburan Trevor,
betapa terkejutnya sang Mama melihat ribuan orang tidak henti-hentinya datang dan
berkumpul di halaman rumahnya sambil meletakkan bunga dan menyalakan lilin tanda
ikut berduka cita terhadap kematian Trevor. Trevor sendiripun sampai akhir hayatnya
tidak pernah menyadari dampak yang diberikan kepada banyak orang hanya dengan
melakukan kebaikan penuh kasih kepada orang lain.
Mungkinkah saat kita terkagum-kagum menikmati kebaikan Tuhan di dalam
hidup kita, dan kita bertanya-tanya kepada Tuhan bagaimana cara untuk mengungkapkan
rasa terima kasih kepadaNya, jawaban Tuhan hanya sesederhana ini: “PAY IT
FORWARD to OTHERS around YOU (Teruskanlah itu kepada orang lain yang ada
disekitarmu)”

Yakinlah Anda Bisa

Ingatlah ketika Anda masih kecil, dan mencoba belajar berjalan.  saya yakin anda
mengalami seperti ini:

Pertama Anda harus belajar untuk berdiri: sebuah proses yang melibatkan seluruh tubuh,
jatuh lalu kembali berdiri. Anda kadang tertawa serta tersenyum, tapi dilain waktu anda
menangis dan meringis karena sakit. Entah, seperti ada tekad dan keyakinan dalam diri
Anda bahwa Anda akan berhasil, apa pun dan bagaimanapun. Anda punya motivasi
dalam diri Anda

Setelah banyak berlatih akhirnya Anda mengerti bagaimana keseimbangan diri Anda,
sebuah persyaratan untuk kejenjang berikutnya. Anda menikmatinya dan seolah-olah
punya kekuatan baru, punya motivasi baru. Anda akan berdiri dimana Anda suka – di
tempat Anda, di sofa, di pangkuan ibu Anda, Bapak anda, atau pun seseorang. Itu adalah
waktu yang menggembirakan – Anda melakukannya! Anda dapat mengontrol diri Anda.
Anda tersenyum dan tertawa lucu, puas akan keberhasilan Anda.  Sekarang – langkah
berikutnya – berjalan. Anda melihat orang lain melakukannya – ini keliatannya tidak
terlalu sulit – hanya memindahkan kaki Anda saat Anda berdiri, kan?

Salah – ternyata lebih kompleks daripada yang Anda bayangkan. Anda berurusan dengan
rasa frustasi. Tapi Anda terus mencoba, mencoba lagi dan mencoba lagi dan lagi sampai
Anda tahu bagaimana berjalan. Anda selalu ingin kedua tangan anda diberi pegangan saat
berjalan.

Jika orang melihat Anda berjalan, mereka akan bertepuk tangan, mereka tertawa, mereka
akan memberi semangat, “Ya Tuhan, lihatlah apa yang dia lakukan”. “Oh anakku sudah
bisa berdiri”. “pandainya anakku, pintarnya anakku” dan lain-lain. Dorongan ini memicu
Anda; dorongan itu menambah rasa percaya diri Anda. Dorongan itu memotivasi Anda

Namun meski begitu, Andapun mencoba berjalan saat tak ada yang melihat Anda, saat
tak ada yang bersorak-sorai? Setiap peluang ada, Anda berlatih untuk berjalan.  Anda
tidak bisa menunggu seseorang untuk memotivasi Anda untuk mengambil langkah-
langkah berikutnya. Anda belajar bagaimana untuk memotivasi diri sendiri.

Jika kita bisa mengingat hal ini tentang diri kita di hari ini.

Ingat bahwa kita bisa melakukan apapun yang kita pikiran. Kita mampu mengatur jika
kita mau dan bersedia melewati proses, seperti ketika kita belajar berdiri, seperti ketika
kita belajar berjalan. Kita tidak perlu menunggu orang lain untuk memotivasi kita, kita
perlu memotivasi diri kita sendiri.

Jika Anda sudah lupa bagaimana melakukan hal ini, atau merasa seperti beku, kaku dan
gamang. Maka Anda membutuhkan motivasi, ambillah kembali perjalanan singkat dalam
hidup Anda yang telah lewat – Lihatlah prestasi Anda, tidak peduli prestasi besar atau
prestasi kecil – atau saat-saat dimana Anda bertemu dengan tantangan dan menemukan
cara untuk berhasil. Ulanglah keberhasilan itu saat ini, saat anda menghadapi
permasalahan yang sedang anda hadapi.

Fokus pada semua hal yang Anda pikir Anda tidak bisa lakukan, kemudian lakukanlah.
Lihatlah buah hati anda. Mereka tidak pernah menyerah. Dan mereka yakin serta percaya
terhadap anda, bahwa anda mampu dan bisa.  Mereka percaya di dalam semua kehidupan
Anda!

Sekarang Anda harus percaya pada diri Anda! Yakinkan pada hati Anda Bahwa Anda
pasti bisa.

“Ingat, hari ini adalah hari terbaik dalam hidup Anda, milikilah masa depan yang indah,
dengan membuat perubahan hari ini!

“Pemborosan yang paling besar adalah di tanah pekuburan, karena mati


sebelum dapat mengoptimalkan seluruh potensi.”
– Andrew Ho –

Manusia memiliki kekuatan yang luar biasa untuk menciptakan


mahakarya. Kekuatan terbesar dalam diri manusia itu terdapat pada
pikiran. Tetapi kita jarang membuktikan kekuatan pikiran tersebut,
sebab kita sering terjebak dalam zona nyaman atau kebiasaan tertentu.
Sehingga selamanya tidak dapat mencari kemungkinan yang lebih baik
atau perubahan nasib yang berarti.

Oleh karena itu milikilah target yang lebih tinggi untuk merangsang
kekuatan dalam pikiran tersebut. Sebab target atau sasaran baru yang
dipikirkan itu akan menggerakkan diri kita untuk melaksanakan
tindakan. Apalagi jika diyakini target tersebut bakal tercapai, maka
diri kita akan lebih siap menghadapi tantangan yang ada.

Setelah tindakan-tindakan baru yang lebih konstruktif dikerjakan


hingga berulang-ulang, maka tanpa disadari kita sudah banyak
melakukan hal-hal penting hinga kita tiba di zona baru, dimana kita
berhasil mencapai target yang didambakan. Itulah mengapa dikatakan
bahwa manusia mempunyai potensi yang sangat besar dalam pikiran bawah
sadar. Kekuatan pikiran bawah sadar itu dapat dibangkitkan melalui 2
cara, yaitu: autosuggestion dan visualization.

Autosuggestion

Keinginan-keinginan kita merupakan informasi penting untuk pikiran


bawah sadar. Sebab keinginan yang terekam kuat dalam pikiran bawah
sadar sangat besar dapat menjadi daya dorong yang akan menggerakkan
diri kita untuk berbuat sesuatu yang luar biasa. Keinginan yang
sangat besar dan terekam dalam pikiran bawah sadar itulah yang
dinamakan autosuggestion.

Autosuggestion seharusnya dilakukan dengan penuh rasa percaya,


melibatkan emosi dalam diri, dilakukan penuh konsentrasi terhadap
obyek yang positif, dan berulang-ulang. Selanjutnya, pikiran bawah
sadar inilah yang akan mendikte gerak-gerik tubuh kita. Kekuatan yang
ditimbulkan oleh pikiran bawah sadar itu sangat dahsyat entah
digunakan untuk melakukan perbuatan buruk atau baik. Kadangkala niat
untuk melakukan sesuatu secara otomatis muncul dari pikiran bawah
sadar.

Autosuggestion akan mengetuk kesadaran (heartknock). Karena dilakukan


berulang-ulang dan rutin, suatu ketika kata-kata tersebut akan
menembus pikiran bawah sadar. Lalu pikiran bawah sadar itupun memompa
semangat. Energi itu dapat dimanfaatkan untuk mewujudkan impian hidup
kita.

Mungkin kegiatan autosuggestion ini akan dianggap aneh oleh orang


lain. Tetapi itulah salah satu cara untuk mengubah diri dari dalam.
Biasakan mendengar pola pikir positif dan melakukan kebiasaan-
kebiasaan yang konstruktif. Jadi jangan ragu untuk melakukan budaya-
budaya yang potensial, menumbuhkan optimisme dan kreatifitas.
Ada 6 (P) petunjuk dalam melakukan autosuggestion, yaitu;
- Positive : pada saat melakukan autosuggestion, pikirkan hal-hal
yang positif saja.
- Powerful : lakukan dengan penuh keyakinan sebab dapat memberikan
kekuatan untuk berbuat sesuatu yang luar biasa.
- Precise : keinginan yang hendak dicapai harus sudah dapat
dideskripsikan, karena pikiran bawah sadar hanya bisa menyusun
berdasarkan kategori.
- Present Tense: dalam bentuk keinginan saat ini, bukan keinginan di
masa lalu atau akan datang.
- Personal : lakukan perubahan positif terhadap diri sendiri terlebih
dahulu.

Visualization

Bila kita menginginkan sesuatu maka pikiran bawah sadar akan


menggambarkan apa yang didambakan itu. Dengan cara memvisualisasikan
impian terlebih dahulu, terciptalah banyak sekali karya-karya
spektakuler di dunia ini. Marcus Aurelius Antonius, seorang kaisar
Romawi jaman dahulu mengatakan, “A man’s life is what his thought
make of it – Kehidupan manusia ialah bagaimana mereka memikirkannya.”

Sesuatu yang selalu divisualisasikan manusia akan mudah terekam dalam


pikiran bawah sadar. Lalu muncul kekuatan pikiran tersebut, yang
berperan sebagai penghubung antara jiwa dengan tubuh. Sehingga
tubuhpun bereaksi dengan mengerahkan seluruh potensi yang sebelumnya
tidak pernah digunakan, dalam bentuk kreatifitas atau tindakan.
Memvisualisasikan impian memungkinkan seluruh impian tercapai oleh
pikiran bawah sadar.

Tuhan Yang Maha Esa menganugerahkan potensi yang sama besar kepada
manusia. Tidak ada ruginya membayangkan betapa berpotensinya diri
kita untuk mencapai impian-impian. Berikut ini beberapa langkah dalam
memvisualisasikan impian, yaitu:

1. Mendefinisikan impian
Mendefinisikan impian artinya memberikan batasan atau standar akan
impian yang hendak dicapai. Kemudian, gambarkanlah semua impian
seolah-olah Anda sudah sepatutnya meraih impian tersebut. Meskipun
tindakan ini terkesan sederhana, tetapi dari gambaran impian itulah
kita akan mencoba berbuat sesuatu untuk melakukan perubahan dan
akhirnya dapat meraih cita-cita.

2. Menentukan target waktu


Dambakan impian itu terwujud sesuai target yang telah ditentukan,
sebab impian tanpa target waktu hanya akan menjadi mimpi sesaat.
Impian dengan target waktu akan menggerakkan kesadaran untuk tidak
segan-segan melakukan perubahan. Maka mulailah dari sekarang, Be the
best, do the best, and then let God take care the rest – Jadilah yang
terbaik, lakukan yang terbaik, biarlah Tuhan yang menentukan. Potensi
yang kita miliki kelihatannya sangat sayang jika tidak dioptimalkan.

3. Melakukan berulang-ulang
Melakukan ulangan artinya mengkondisikan diri kita untuk lebih sering
ingat akan impian kita. Jika sering ingat, maka perlahan-lahan impian
itu akan tertanam di alam pikiran bawah sadar. Bila pesan sudah
diterima oleh SCM (sub-conscience mind), maka dia akan menggerakkan
diri kita untuk menciptakan keputusan atau menjadikan kita lebih
kreatif.

Jika impian lebih sering diimajinasikan ternyata dapat


melipatgandakan kekuatan dari pikiran bawah sadar. Imajinasi yang
diulang-ulang ini akan secara tidak langsung merangsang ilusi akan
kenyataan yang luar biasa tentang potensi kita sebagai umat manusia.
Sehingga diri kita akan berusaha keras mencapai impian yang
divisualisasikan. Begitulah seterusnya kekuatan pikiran bawah sadar
bekerja dan dibangkitkan, hingga perubahan besar terjadi dalam diri
kita pada suatu waktu.*

Sumber:  Kekuatan Pikiran Bawah Sadar oleh Andrew Ho

Money can buy a house, but not a home.


Money can buy a bed, but not sleep.
Money can buy a clock, but not time.
Money can buy a book, but not knowledge.
Money can buy food, but not an appetite.
Money can buy position, but not respect.
Money can buy blood, but not life.
Money can buy medicine, but not health.
Money can buy sex, but not love.
Money can buy insurance, but not safety.

~Author Unknown
Teman, ingatlah, uang bukanlah segalanya. Ada banyak sekali hal lain yang lebih
berharga dari sekedar uang.

Dua puluh tahun yang lalu saya melahirkan seorang anak laki-laki,
wajahnya lumayan tampan namun terlihat agak bodoh. Sam, suamiku,
memberinya nama Eric. Semakin lama semakin nampak jelas bahwa anak ini
memang agak terbelakang. Saya berniat memberikannya kepada orang lain
saja.

Namun Sam mencegah niat buruk itu. Akhirnya terpaksa saya


membesarkannya juga. Di tahun kedua setelah Eric dilahirkan saya pun
melahirkan kembali seorang anak perempuan yang cantik mungil. Saya
menamainya Angelica. Saya sangat menyayangi Angelica, demikian juga
Sam. Seringkali kami mengajaknya pergi ke taman hiburan dan
membelikannya pakaian anak-anak yang indah-indah.

Namun tidak demikian halnya dengan Eric. Ia hanya memiliki beberapa


stel pakaian butut. Sam berniat membelikannya, namun saya selalu
melarangnya dengan dalih penghematan uang keluarga. Sam selalu
menuruti perkataan saya. Saat usia Angelica 2 tahun, Sam meninggal
dunia. Eric sudah berumur 4 tahun kala itu. Keluarga kami menjadi
semakin miskin dengan hutang yang semakin menumpuk. Akhirnya saya
mengambil tindakan yang akan membuat saya menyesal seumur hidup. Saya
pergi meninggalkan kampung kelahiran saya beserta Angelica. Eric yang
sedang tertidur lelap saya tinggalkan begitu saja. Kemudian saya
tinggal di sebuah gubuk setelah rumah kami laku terjual untuk membayar
hutang. Setahun, 2 tahun, 5 tahun, 10 tahun.. telah berlalu sejak
kejadian itu.

Saya telah menikah kembali dengan Brad, seorang pria dewasa. Usia
Pernikahan kami telah menginjak tahun kelima. Berkat Brad, sifat-sifat
buruk saya yang semula pemarah, egois, dan tinggi hati, berubah
sedikit demi sedikit menjadi lebih sabar dan penyayang. Angelica telah
berumur 12 tahun dan kami menyekolahkan dia di asrama putri sekolah
perawatan. Tidak ada lagi yang ingat tentang Eric dan tidak ada lagi
yang mengingatnya.

Tiba-tiba terlintas kembali kisah ironis yang terjadi dulu seperti


sebuah film yang diputar dikepala saya. Baru sekarang saya menyadari
betapa jahatnya perbuatan saya dulu.tiba-tiba bayangan Eric melintas
kembali di pikiran saya. Ya Eric, Mommy akan menjemputmu Eric. Sore
itu saya memarkir mobil biru saya di samping sebuah gubuk, dan Brad
dengan pandangan heran menatap saya dari samping. “Mary, apa yang
sebenarnya terjadi?”
“Oh, Brad, kau pasti akan membenciku setelah saya menceritakan hal
yang telah saya lakukan dulu.” aku menceritakannya juga dengan
terisak-isak. Ternyata Tuhan sungguh baik kepada saya. Ia telah
memberikan suami yang begitu baik dan penuh pengertian. Setelah tangis
saya reda, saya keluar dari mobil diikuti oleh Brad dari belakang.
Mata saya menatap lekat pada gubuk yang terbentang dua meter dari
hadapan saya. Saya mulai teringat betapa gubuk itu pernah saya
tinggali beberapa bulan lamanya dan Eric.. Eric…

Namun saya tidak menemukan siapapun juga di dalamnya. Hanya ada


sepotong kain butut tergeletak di lantai tanah. Saya mengambil seraya
mengamatinya dengan seksama… Mata mulai berkaca-kaca, saya mengenali
potongan kain tersebut sebagai bekas baju butut yang dulu dikenakan
Eric sehari-harinya. Saya sempat kaget sebab suasana saat itu gelap
sekali. Kemudian terlihatlah wajah orang itu yang demikian kotor.
Ternyata ia seorang wanita tua. Kembali saya tersentak kaget manakala
ia tiba-tiba menegur saya dengan suaranya yang parau.

“Heii…! Siapa kamu?! Mau apa kau kemari?!”

Dengan memberanikan diri, saya pun bertanya, “Ibu, apa ibu kenal
dengan seorang anak bernama Eric yang dulu tinggal di sini?”

Ia menjawab, “Kalau kamu ibunya, kamu sungguh tega, Tahukah kamu, 10


tahun yang lalu sejak kamu meninggalkannya di sini, Eric terus
menunggu ibunya dan memanggil, ‘Mommy…, mommy!’ Karena tidak tega,
saya terkadang memberinya makan dan mengajaknya tinggal Bersama saya.
Walaupun saya orang miskin dan hanya bekerja sebagai pemulung sampah,
namun saya tidak akan meninggalkan anak saya seperti itu! Tiga bulan
yang lalu Eric meninggalkan secarik kertas ini. Ia belajar menulis
setiap hari selama bertahun-tahun hanya untuk menulis ini untukmu…”

Saya pun membaca tulisan di kertas itu…

“Mommy, mengapa Mommy tidak pernah kembali lagi…? Mommy marah sama
Eric, ya? Mom, biarlah Eric yang pergi saja, tapi Mommy harus berjanji
kalau Mommy tidak akan marah lagi sama Eric. Bye, Mom…”

Saya menjerit histeris membaca surat itu. “Bu, tolong katakan…


katakan di mana ia sekarang? Saya berjanji akan meyayanginya sekarang!
Saya tidak akan meninggalkannya lagi, Bu! Tolong katakan..!!”

Brad memeluk tubuh saya yang bergetar keras.

“Nyonya, semua sudah terlambat. Sehari sebelum nyonya datang, Eric


telah meninggal dunia. Ia meninggal di belakang gubuk ini. Tubuhnya
sangat kurus, ia sangat lemah. Hanya demi menunggumu ia rela bertahan
di belakang gubuk ini tanpa ia berani masuk ke dalamnya. Ia takut
apabila Mommy-nya datang, Mommy-nya akan pergi lagi bila melihatnya
ada di dalam sana… Ia hanya berharap dapat melihat Mommy-nya dari
belakang gubuk ini… Meskipun hujan deras, dengan kondisinya yang
lemah ia terus bersikeras menunggu Nyonya di sana.”

There are many people who have big plans but their big plans never come true. The
reason is, too many people have big plans but fail to keep their small agreements
- Robert Kiyosaki -

The future belongs to those who believe in the beauty of their dreams
- Eleanor Roosevelt -

What ever the mind of man can conceive & believe, it can achieve !
- Napoleon Hill -

Most of the important things in the world have been accomplished by people who have
kept on trying when there seemed to be no hope at all
- Dale Carnegie -

I can not give you the formula for success, but I can give you the formula for failure,
which are try, try and try
- Herbert Bayard Swope -

Percaya Kemampuan Diri Sendiri


WAKTU masih kecil, Anda mungkin pernah mendengar kisah adaptasi ‘The Little
Engine That Could’? Buku itu bercerita tentang kereta api yang bergerak ke bukit dengan
perlahan dan tersendat. Lokomotifnya berkata pada diri sendiri, “Aku bisa, aku bisa, aku
bisa.” Kereta pun terus bergerak perlahan naik hingga tiba di bukit dengan selamat.

Pelajaran sederhana yang dapat diberikan ialah: percayalah pada kemampuan diri sendiri.
Seandainya lokomotif itu tidak percaya akan kemampuannya tiba di atas bukit, bisa jadi
kisah dalam buku itu berakhir menyedihkan.

Bukan hanya lokomotif itu saja yang dapat mengatakan, “Aku bisa, aku bisa, aku bisa”,
tetapi Anda pun dapat melakukan yang sama. William Arthur Ward, penulis kondang asal
Amerika mengatakan, ”Saya adalah pemenang karena saya berpikir seperti pemenang,
bersiap jadi pemenang, dan bekerja serupa pemenang.” Ward betul, jika Anda berpikir
menjadi seorang pemenang, maka memang benar Anda seorang pemenang.

Kisah heroik lokomotif itu dalam dunia nyata dibuktikan sendiri oleh Hendrawan, atlet
bulutangkis Indonesia. Tahun 1997, Hendrawan dinyatakan sudah habis oleh PBSI.
Karena faktor usia dan prestasinya yang menurun, PBSI bermaksud mengeluarkan
Hendrawan dari Tim Pelatnas. Tapi Hendrawan punya keyakinan sendiri, bahwa ia
percaya kemampuannya dan belumlah habis. Hendrawan masih percaya bahwa ia dapat
meraih prestasi yang lebih baik lagi. Dengan keyakinan dan kepercayaan diri yang tinggi,
dan diiringi kerja keras yang tidak lelah, Hendrawan menunjukkan kepada dunia bahwa
ia memang mampu meraih prestasi luar biasa.

Hendrawan membuktikan kemampuannya telah sempat dinyatakan sudah habis. Tahun


1998, Hendrawan menjadi penentu kemenangan Tim Thomas Indonesia. Juga ia
menjuarai Singapura Terbuka. Kemudian di tahun 2000, Hendrawan kembali menjadi
penentu kemenangan Tim Thomas Indonesia. Di tahun itu pula ia mengukir namanya
dengan meraih medali perak dalam Olimpiade Sydney. Masih di tahun yang sama, ia
menjadi runner up Jepang Terbuka. Dan pada tahun 2001, ia menjadi Juara Dunia
Tunggal Putra, sebuah gelar yang menjadi idaman pebulutangkis manapun di dunia.
Tahun 2002, ia kembali membawa Indonesia mempertahankan Piala Thomas ke Tanah
Air.

Percaya kemampuan diri sendiri tak harus ditunjukkan oleh mereka yang berprofesi
sebagai atlet, yang bekerja di kantoran, yang mempunyai stamina fisik yang prima, atau
mereka yang masih muda dan memiliki semangat menggebu-gebu. Percaya pada diri
sendiri, percaya akan kemampuannya, dapat ditunjukkan oleh siapa pun. Tanpa mengenal
pekerjaan, status, umur, dan jenis kelamin.

Generasi sekarang mungkin hanya mengenal nama Mak Erot. Seorang tokoh pengobatan
khusus laki-laki yang telah tiada. Nama lain yang tak kalah kesohornya yang hampir
mirip adalah Mak Eroh. Generasi sekarang mungkin tak mengenal nama ini. Tahun 1988,
nama Mak Eroh sempat menyedot publik nasional. Saat itu, semua orang ramai
memperbincangkannya . Mak Eroh, waktu itu berumur 50 tahun, perempuan dari
Kampung Pasirkadu, Desa Santana Mekar, Kecamatan Cisayong, Kabupaten
Tasikmalaya, Jawa Barat memang telah mengukir prestasi besar.

Apa yang membuat nama Mak Eroh melambung? Mak Eroh, bergelantungan seorang diri
di lereng yang tegak di tebing cadas, di lereng timur laut Gunung Galunggung. Mak Eroh
berhasil berjuang sendirian membuat saluran air sepanjang 47 hari. Ketika pertama kali
Mak Eroh melakukannya, banyak masyarakat sekitar yang mencibir tindakannya. Tapi
hal itu tidak menyurutkan langkahnya untuk terus bekerja. Mak Eroh percaya akan
kemampuan nya, walau saat itu usianya boleh dibilang tidak muda. Seorang wanita yang
mustinya menikmati hari tuanya dengan menimang atau bermain dengan cucu.

Mak Eroh yang hanya mengecap pendidikan hingga kelas III SD dan memiliki tiga orang
anak, dalam aksinya menggunakan tali areuy, tali sejenis rotan sebagai penahan ketika
bergelantungan. Sedangkan alat yang dipakai untuk ‘mengebor’ tebing cadas hanyalah
cangkul dan balincong, serupa linggis pendek.

Saluran untuk mengalirkan air dari Sungai Cilutung akhirnya berhasil diselesaikan.
Berhentikah tindakan Mak Eroh mengebor tebing cadas? Belum. Dengan semangat yang
tak kenal menyerah, Mak Eroh melanjutkan membuat saluran air berikutnya sepanjang
4,5 kilometer mengitari 8 bukit dengan kemiringan 60-90 derajat. Bukan main!
Pengerjaannya kali ini dibantu oleh warga desa yang mau membantunya, setelah melihat
dengan mata kepala sendiri hasil yang telah dilakukan Mak Eroh. Dalam waktu 2,5 tahun,
pekerjaan lanjutan itu terselesaikan dengan baik. Hasilnya? Bukan hanya lahan pertanian
sawah Desa Santana Mekar yang terairi sepanjang tahun. Tapi juga dua desa tetangga
yang ikut menikmati kucuran air hasil kerja keras Mak Eroh setelah warganya membuat
saluran penerus, yaitu Desa Indrajaya dan Sukaratu.

Aksi Mak Eroh akhirnya sampai juga ketelinga Presiden Suharto. Atas aksinya yang
tergolong berani dan memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat sekitar, Mak Eroh
mendapat penghargaan Upakarti Lingkungan Hidup pada tahun 1988. Setahun kemudian,
dia juga meraih penghargaan lingkungan dari PBB.

Dua kisah di atas memberi hikmah bahwa sebenarnya kita memiliki kepercayaan diri
yang tinggi atas kemampuan yang dimiliki. Seperti yang dikatakan oleh Mary Kay Ash,
pengusaha kosmetik sukses asal Amerika, ”Anda bisa melakukannya jika Anda berpikir
demikian, dan jika Anda kira tidak dapat melakukannya, Anda benar.” Percaya akan
kemampuan diri sendiri. Jadilah lokomotif, dan teruslah bergerak untuk maju. (210708)

“Jika ada keyakinan yang dapat menggerakkan gunung, itu adalah keyakinan dalam diri
Anda.”
– Marie von Ebner-Eschenbach, penulis, 1830-1916

The power of No!


Pembaca, saya ingin share kepada Anda soal kekuatan dari mengatakan
TIDAK dalam hidup kita. Bukankah kita lebih banyak diajar untuk
mengatakan YA kepada orang lain serta tidak menolak orang lain, sejak
kita masih kecil.

Jadi, adakah sisi positif dari mengatakan TIDAK dalam hidup kita.
Tentu! Dan saya berikan contoh kasusnya. Saya teringat saat saya
memutuskan untuk mengambil ilmu psikologi sebagai dasar basis ilmu
saya, saat kuliah. Sanak saudara saya mengatakan “Jangan deh. Apa sih
yang bisa diharapkan dari ilmu psikologi”. Saya mengatakan TIDAK
kepada mereka. Dan saya sangat gembira karena bisa teguh pada
keputusan saya.

Ternyata ilmu psikologi menjadi fundamental yang bagus bagi saya


dalam menulis, memberikan training serta menjadi seorang pembicara.
Begitu juga, saat memulai karir sebagai trainer. Saya keluar dari
perusahaan dan meninggalkan karir yang begitu menjanjikan.

Ketika menjadi freelance trainer, berbagai perusahaan dan eksekutif


search mencari saya dengan berbagai paket yang menggiurkan. Tapi,
saya senang bisa berkata TIDAK pada tawaran mereka sehingga saya bisa
berfokus untuk mewujudkan impian saya, dalam usia yang relatif muda.

Pembaca, memang betul sejak kecil kita dibiasakan untuk mengatakan


YA, tidak boleh mengecewakan orang lain, membuat orang lain senang
dengan setuju ataupun memberikan peng-YA-an kepada mereka. Tetapi,
ujung-ujungnya banyak cita-cita dan mimpi yang akhirnya terkorbankan
karena kita tidak mampu berkata TIDAK. Percayalah, untuk bisa sukses
kadang kita harus bisa belajar mengatakan TIDAK pada tempatnya.

Sikap negatif

Pertama, mengatakan TIDAK kepada orang yang bersikap negatif terhadap


ide dan mimpi Anda. Saya seringkali mengingatkan bahwa ‘opini adalah
komoditas yang paling murah’. Saat Anda memberikan ide Anda, biasanya
Anda harus siap menerima berbagai komentar, termasuk segala komentar
yang negatif.

Saat itu, lihatlah baik-baik dan lihat kredibilitas orang yang


mengatakan. Jika perlu, jangan membiarkan mereka mencuri mimpi Anda
hanya karena sebuah kata TIDAK yang mereka ucapkan.

Para penulis buku Chicken Soup for the Soul berisi kumpulan artikel
inspirasi terkenal sempat dibilang TIDAK oleh penerbit. Tetapi,
karena mereka tidak mau terpengaruh akhirnya buku tersebut hingga
sekarang menjadi buku yang begitu banyak menyentuh orang. Jadi, jika
ada orang yang bermaksud negatif dan mengatakan tidak kepada mimpi
yang Anda yakini, katakan saja, TERIMA KASIH dan teruslah berjuang
untuk mimpimu.

Kedua, mengatakan TIDAK kepada aktivitas yang mengacaukan Anda dari


kegiatan yang produktif dan bermanfaat. Adalah sangat umum, godaan
untuk istirahat dan bersenang-senang memboroskan waktu dengan tidak
produktif. Terkadang ada pula godaan untuk chit-chat, godaan untuk
ngobrol yang tidak produktif ataupun acara-acara popular yang
berlebih-an, yang akhirnya banyak menghabiskan waktu Anda yang
bermanfaat.

Terkadang, agar hidup Anda menjadi lebih berbuah, maka Anda harus
berani mengatakan TIDAK kepada mereka yang ingin mencuri waktu Anda.
Ingatlah selalu, ‘kalau Anda tidak mulai belajar mengendalikan waktu
Anda maka orang lainlah yang mulai akan mengendalikan waktu Anda’.
Take control of your own time.
Ketiga, mengatakan TIDAK kepada tawaran-tawaran yang tampaknya
menggiurkan tetapi mengacaukan Anda dari cita-cita Anda. Memang,
musuh dari sesuatu yang baik adalah sesuatu yang lebih baik.

Kadang-kadang, ada hal-hal yang kelihatannya berguna dan bermanfaat,


tetapi kalau ki-ta perhatikan baik-baik, maka hal tersebut sebenarnya
tidaklah membawa kita lebih dekat dengan cita-cita kita.

Saya salut dengan seorang rekan saya yang membaktikan hidupnya untuk
melayani kehidupan rohani para mahasiswa. Saya tahu bahwa ia pun
mungkin membutuhkan dana untuk kehidupan keluarganya.

Tetapi saat ada undangan untuk berbicara di kota lain. Ternyata ia


menolak dengan mengatakan dengan sopan, “Iya saya memang membutuhkan
dana tetapi saya sudah memutuskan menghabiskan minggu ini untuk
memberikan konseling pada para mahasiswa dampingan saya. Terpaksa
saya katakan TIDAK karena saya sudah punya komitmen waktu dalam
minggu ini”.

Keempat, mengatakan TIDAK kepada berbagai godaan yang justru


menjatuhkan Anda dari sisi martabat dan moral Anda. Dikatakan bahwa
seringkali HARTA, TAHTA dan WANITA banyak menjadi godaan yang
menjatuhkan. Kisah yang terjadi sejak penciptaan manusia pertama.

Tetapi sering godaan ini akan bagus jika sejak awal kita tidak
menerimanya. Misalkan pernah tawaran mendapatkan proyek tertentu
tetapi harus dengan menyediakan wanita ataupun sejumlah uang suap.

Celakanya sekali kita terbiasa dengan proses kerja seperti ini, maka
kitapun akan jadi keterusan menjalankan bisnis dengan cara seperti
itu. Dalam situasi seperti ini, maka akan menjadi sulit bagi kita
untuk mengajarkan nilai-nilai yang positif dan baik kepada bawahan
maupun anak-anak kita, kalau kita sendiri tidak punya integritas.

aya masih ingat, betapa kagetnya saya saat seorang aktivis yang
dulunya dikenal jujur akhirnya terbukti korupsi dan masuk penjara.
Ternyata segala sesuatu dimulai dari ‘menerima’ dan terlalu toleran
dengan hal yang kecil. Ketidakmampuan mengatakan TIDAK akhirnya
menjeratnya ke penjara.

Kelima, mengatakan TIDAK kepada orang yang mengatakan TIDAK kepada


Anda. Dalam hidup kadang-kadang kita harus persisten. Inilah maksud
dari keberanian mengatakan TIDAK ini.
Saya teringat dengan cerita lucu tentang seorang direktur yang
mengatakan bahwa dia telah menolak lima kali seorang sales yang
melamar lewat sekretarisnya untuk jadi sales di tempatnya.

Si sales ini dengan tersenyum hanya berkata, “Saya orang yang lima
kali ditolak itu!”. Tetapi, akhirnya justru dialah yang diterima jadi
sales. Pembaca, kadang kita pun harus berani bilang TIDAK kepada
orang yang berkata TIDAK kepada kita.

Sumber: The power of No! oleh Anthony Dio Martin, Director HR


Excellency

Pengrajin Emas dan Kuningan


Di sebuah negeri, hiduplah dua orang pengrajin yang tinggal bersebelahan.
Seorang diantaranya, adalah pengrajin emas, sedang yang lainnya pengrajin
kuningan. Keduanya telah lama menjalani pekerjaan ini, sebab, ini adalah
pekerjaan yang diwariskan secara turun-temurun. Telah banyak pula barang yang
dihasilkan dari pekerjaan ini. Cincin, kalung, gelang, dan untaian rantai
penghias, adalah beberapa dari hasil kerajinan mereka.

Setiap akhir bulan, mereka membawa hasil pekerjaan ke kota. Hari pasar, demikian
mereka biasa menyebut hari itu. Mereka akan berdagang barang-barang logam itu,
sekaligus membeli barang-barang keperluan lain selama sebulan. Beruntunglah,
pekan depan, akan ada tetamu agung yang datang mengunjungi kota, dan bermaksud
memborong barang-barang yang ada disana. Kabar ini tentu membuat mereka senang.
Tentu, berita ini akan membuat semua pedagang membuat lebih banyak barang yang
akan dijajakan.

Siang-malam, terdengar suara logam yang ditempa. Setiap dentingnya, layaknya


nafas hidup bagi mereka. Tungku-tungku api, seakan tak pernah padam. Kayu bakar
yang tampak membara, seakan menjadi penyulut semangat keduanya. Percik-percik
api yang timbul tak pernah di hiraukan mereka. Keduanya sibuk dengan pekerjaan
masing-masing. Sudah puluhan cincin, kalung, dan untaian rantai penghias yang
siap dijual. Hari pasar makin dekat. Dan lusa, adalah waktu yang tepat untuk
berangkat ke kota.

Hari pasar telah tiba, dan keduanya pun sampai di kota. Hamparan terpal telah
digelar, tanda barang dagangan siap dijajakan. Keduanya pun berjejer
berdampingan. Tampaklah, barang-barang logam yang telah dihasilkan. Namun, ah
sayang, ada kontras yang mencolok diantara keduanya. Walaupun terbuat dari logam
mulia, barang-barang yang dibuat oleh pengrajin emas tampak kusam. Warnanya tak
berkilau. Ulir-ulirnya kasar, dengan pokok-pokok simpul rantai yang tak rapi.
Seakan, sang pembuatnya adalah seorang yang tergesa-gesa.
“Ah, biar saja,” demikian ucapan yang terlontar saat pengrajin kuningan
menanyakan kenapa perhiasaannya kawannya itu tampak kusam. “Setiap orang akan
memilih daganganku, sebab, emas selalu lebih baik dari kuningan,” ujar pengrajin
emas lagi, “Apalah artinya loyang buatanmu dibanding logam mulia yang kupunya,
aku akan membawa uang lebih banyak darimu.” Pengrajin kuningan, hanya tersenyum.
Ketekunannya mengasah logam, membuat semuanya tampak lebih bersinar.
Ulir-ulirnya halus. Lekuk-lekuk cincin dan gelang buatannya terlihat seperli
lingkaran yang tak putus. Liku-liku rantai penghiasnya pun lebih sedap di
pandang mata.

Ketekunan, memang sesuatu yang mahal. Hampir semua orang yang lewat, tak menaruh
perhatian kepada pengrajin emas. Mereka lebih suka mendatangi, dan
melihat-melihat cincin dan kalung kuningan. Begitupun tetamu agung yang berkenan
datang. Mereka pun lebih menyukai benda-benda kuningan itu dibandingkan dengan
logam mulia. Sebab, emas itu tidaklah cukup mereka tertarik, dan mau membelinya.
Sekali lagi, terpampang kekontrasan di hari pasar itu. Pengrajin emas yang
tertegun diam, dan pengrajin kuningan yang tersenyum senang.

Hari pasar telah usai, dan para tetamu telah kembali pulang. Kedua pengrajin itu
pun telah selesai membereskan dagangan. Dan agaknya, keduanya mendapat pelajaran
dari apa yang telah mereka lakukan hari itu.

***

Teman, ketekunan memang sesuatu yang mahal. Tak banyak orang yang bisa menjalani
pekerjaan ini. Begitupun juga kemuliaan dan harga diri, tak banyak orang yang
menyadari, bahwa kedua hal itu, kadang tak berasal dari apa yang kita sandang
hari ini. Setidaknya, tindak-laku kedua pengrajin itu, adalah potongan siluet
kehidupan kita.

Ketekunan, adalah titian panjang yang licin berliku. Seringkali, jalan panjang
itu membuat kita terpelincir, dan jatuh. Seringkali pula, titian itu menjadi
saringan penentu bagi setiap orang yang hendak menuju kebahagiaan di ujung
simpulnya. Namun, percayalah, ada balasan bagi setiap ketekunan. Di ujung sana,
akan ada sesuatu yang menunggu setiap orang yang mau menekuni jalan itu.

Emas dan kuningan, bisa jadi punya nilai yang berbeda. Namun, apakah kemuliaan
dinilai hanya dari apa disandang keduanya? Apakah harga diri hanya ditunjukkan
dari simbol-simbol yang tampak di luar? Sebab, kita sama-sama belajar dari
pengrajin kuningan, bahwa loyang, kadang bernilai lebih dibanding logam mulia.
Dan juga bahwa kemuliaan, adalah buah dari ketekunan.

Bisa jadi saat ini kita pandai, kaya, punya kedudukan yang tinggi, dan hidup
sempurna layaknya emas mulia. Namun, adakah semua itu berharga jika ulir-ulir
hati kita kasar dan kusam? Adakah itu mulia jika, lekuk-lekuk kalbu kita koyak
dan penuh dengan tonjolan-tonjolan kedengkian? Adakah itu semua punya harga,
jika, pokok-pokok simpul jiwa yang kita punya, tak di penuhi dengan
simpul-simpul ikhlas dan perangai yang luhur?

Teman, mari kita asah kalbu dan hati kita agar bersinar mulia. Mari, kita bentuk
ulir dan lekuk-lekuk jiwa kita dengan ketekunan agar menampilkan cahaya-Nya.
Susunlah simpul-simpul itu, dengan jalinan keluhuran budi dan perilaku. Tempalah
dengan kesungguhan diri, agar hati kita tak keras, dan menjadi lembut, luwes
serta mampu memenuhi hati orang lain.

Percayalah, akan ada imbalan untuk semua itu. Amin.

Anak Cacat Perang Vietnam


“Huuu….uuura!” Teriakan gembira dari seorang Ibu yang menerima telegram dari
anaknya yang telah ber-tahun2 menghilang. Apalagi ia adalah anak satu2nya. Maklumlah
anak tsb pergi ditugaskan perang ke
Vietnam pada 4 th yang lampau dan sejak 3 tahun yang terakhir, orang tuanya tidak
pernah menerima kabar lagi dari putera tunggalnya tsb. Sehingga diduga bahwa anaknya
gugur dimedan perang. Anda bisa membayangkan betapa bahagianya perasaan Ibu tsb.
Dalam telegram tsb tercantum bahwa anaknya akan pulang besok.

Esok harinya telah disiapkan segalanya untuk menyambut kedatangan putera tunggal
kesayangannya, bahkan pada malam harinya akan diadakan pesta khusus untuk dia,
dimana seluruh anggota keluarga maupun rekan2 bisnis dari suaminya diundang semua.
Maklumlah suaminya adalah Direktur Bank Besar yang terkenal diseluruh ibukota. Siang
harinya si Ibu menerima telepon dari anaknya yang sudah berada
di airport.

Si Anak: “Bu bolehkah saya membawa kawan baik saya?” Ibu: “Oh sudah tentu, rumah
kita cuma besar dan kamarpun cukup banyak, bawa saja, jangan segan2 bawalah!” Si
Anak: “Tetapi kawan saya adalah seorang cacad, karena korban perang di Vietnam?”

Ibu: “……oooh tidak jadi masalah, bolehkah saya tahu, bagian mana yang cacad? ” –
nada suaranya sudah agak menurun

Si Anak: “Ia kehilangan tangan kanan dan kedua kakinya!” Si Ibu dengan nada agak
terpaksa, karena si Ibu tidak mau mengecewakan anaknya: “Asal hanya untuk beberapa
hari saja, saya kira
tidak jadi masalah?” Si Anak: “…tetapi masih ada satu hal lagi yang harus saya ceritakan
sama Ibu, kawan saya itu wajahnya juga turut rusak begitu juga kulitnya, karena sebagian
besar hangus terbakar, maklumlah pada saat ia mau menolong kawannya ia menginjak
ranjau, sehingga bukan tangan dan kakinya saja yang hancur melainkan seluruh wajah
dan tubuhnya turut terbakar!”
Si Ibu dengan nada kecewa dan kesal: “Na…ak lain kali saja kawanmu itu diundang
kerumah kita, untuk sementara suruh saja ia tinggal di hotel, kalau perlu biar saya yang
bayar nanti biaya penginapannya!” Si Anak: “…tetap ia adalah kawan baik saya Bu, saya
tidak ingin pisah dari dia!” Si Ibu: “Cobalah renungkan olehmu nak, ayah kamu adalah
seorang konglomerat yang ternama dan kita sering kedatangan tamu para pejabat tinggi
maupun orang2 penting yang berkunjung kerumah kita, apalagi nanti malam kita akan
mengadakan perjamuan malam bahkan akan dihadiri oleh seorang menteri, apa kata
mereka apabila mereka nanti melihat tubuh yang cacad dan wajah yang rusak. Bagaimana
pandangan umum dan bagaimana lingkungan bisa menerima kita nanti? Apakah tidak
akan menurunkan martabat kita bahkan jangan2 nanti bisa merusak citra binis usaha dari
ayahmu nanti.”

Tanpa ada jawaban lebih lanjut dari anaknya telepon diputuskan dan ditutup. Orang tua
dari kedua anak tsb maupun para tamu menunggu hingga jauh malam ternyata anak tsb
tidak pulang, ibunya mengira anaknya marah, karena tersinggung, disebabkan temannya
tidak boleh datang berkunjung kerumah mereka.

Jam tiga subuh pagi, mereka mendapat telepon dari rumah sakit, agar mereka segera
datang kesana, karena harus mengidetifitaskan mayat dari orang yang bunuh diri. Mayat
dari seorang pemuda bekas tentara Vietnam, yang telah kehilangan tangan dan kedua
kakinya dan wajahnyapun telah rusak karena kebakar. Tadinya mereka mengira bahwa
itu adalah tubuh dari teman anaknya, tetapi kenyataannya pemuda tsb
adalah anaknya sendiri! Untuk membela nama dan status akhirnya mereka kehilangan
putera tunggalnya!

- Jusuf Randy -

Anda mungkin juga menyukai