Anda di halaman 1dari 41

BAB II.

ANALISIS HIDROLOGI

2.1. Analisis Daerah Aliran Sungai (DAS)


2.1.1. Dasar Teori
Daerah Aliran Sungai adalah suatu daerah yang dibatasi oleh pemisah
topografi yang menerima hujan, menampung, menyimpan dan mengalirkan ke
sungai dan seterusnya ke danau atau ke lau. Sehingga dapat didefinisikan Daerah
Alira Sungai adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh batas alam seperti punggung
bukit-bukit atau gunung, maupun batas buatan seperti jalan atau tanggul dimana
air hujan yang turun di wilayah tersebut memberi kontribusi aliran ke titik control
(outlet). Software ArcGIS dapat digunakan untuk penentuan batas DAS.
Langkah awal pembuatan Das adalah dengan mencari sungai-sungai yang
berpotensi menjadi DAS. Cirinya adalah adanya percabangan anak sungai di
bagian hulu yang mengumpul membentuk muara sungai sampai di bagian hilir.
Kemudian setelah dipilih aliran sungai dengan ciri tersebut maka selanjutnya
tentukan batas-batas DAS dengan mengetahui daerah perbukitan pada kontur.
DAS yang baik adalah DAS terbentuk mengikuti kontur perbukitan di sekitar
sungai tersebut.

Gambar 2.1 Daerah Aliran Sungai (DAS) pada program ArcGIS

8
9

2.1.2. Tujuan
Menentukan letak DAS serta membuat peta DAS berdasarkan pada Peta
Rupa Bumi Indonesia. Tujuan dari pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) pada
dasarnya adalah pemanfaatan sumberdaya alam dilakukan dengan terlanjutkan
(sustainable) sehingga tidak membahayakan lingkungan lokal, regional, nasional,
dan bahkan global.

2.2. Analisis Curah Hujan


2.2.1. Dasar Teori
Jumlah hujan yang jatuh di permukaan bumi dinyatakan dalam kedalaman
air (mm), yang dianggap terdistribusi secara merata pada seluruh daerah
tangkapan air. Intensitas hujan adalah jumlah curah hujan dalam suatu satuan
waktu, yang biasanya dinyatakan dalam mm/jam, mm/hari, mm/minggu,
mm/bulan, mm/tahun dan sebagainya; yang berturut-turut sering disebut hujan
jam-jam an, harian, mingguan, bulanan, tahunan, dan sebagainya (Triatmodjo,
2015). Data hujan rencana diukur dengan alat penakar hujan yaitu berupa data
curah hujan yang dinyatakan dalam satuan mm, analisis curah hujan rata-rata di
suatu wilayah dapat dilakukan dalam beberapa metode yaitu.
1. Metode Aljabar
Curah hujan rata-rata DAS didapatkan dengan cara rata-rata hitung
(arithematik mean) dari penakar hujan area tersebut dibagi jumlah stasiun
pengamatan (Sosrodarsono dan Takeda, 1976). Cara ini digunakan bila.
a. Daerah tersebut berada pada daerah yang datar,
b. Penempatan alat ukur tersebar merata,
c. Variasi data curah hujan antar stasiun setiap tahunnya tidak telalu
besar, dan
d. Hujan yang terjadi dalam DAS bersifat homogen,
Metode ini merupakan cara yang paling sederhana, akan tetapi
memberikan hasil yang tidak teliti. Rumus perhitungan metode aljabar
sebagai berikut:

Ŕ=
∑ Ri
n
10
11

Dimana :
R = Hujan rata-rata (mm)
Ri = Hujan masing-masing stasiun (ha)
n = Jumlah stasiun
2. Metode Polygon Thiessen
Metode Poligon Thiessen memperhitungkan bobot dari masing-
masing stasiun yang mewakili luasan di sekitarnya. Pada suatu luasan di
dalam DAS dianggap bahwa hujan adalah sama dengan yang terjadi pada
stasiun yang terdekat, sehingga hujan yang tercatat pada suatu stasiun
mewakili luasan tersebut. Metode ini digunakan apabila penyebaran
stasiun hujan di daerah yang ditinjau tidak merata. Hitungan curah hujan
rerata dilakukan dengan memperhitungkan daerah pengaruh dari tiap
stasiun.

Gambar 2.2 Polygon Thiessen pada DAS


3. Metode Isohyet
Metode Isohyet digunakan apabila penyebaran stasiun hujan di daerah
tangkapan hujan ditinjau tidak merata. Pada setiap titik di suatu kawasan
dianggap sama dengan yang terjadi pada stasiun terdekat, sehingga hujan
yang tercatat pada stasiun mewakili suatu luasan (Sosrodarsono dan
Takeda, 1976).
12

2.2.2. Tujuan
Membuat peta stasiun pengamat hujan beserta luasan pengamatannya tiap
stasiun terhadap DAS, dengan menggunakan Poligon Thiessen dan menentukan
nilai curah hujan wilayah dengan menggunakan Metode Thiessen.

2.2.3. Langkah Kerja dan Perhitungan


Pembentukan poligon Thiessen adalah sebagai berikut:
a. stasiun pencatat hujan digambarkan pada peta DAS yang ditinjau,
termasuk stasiun hujan di luar DAS yang berdekatan.
b. stasiun-sstasiun tersebut dihubungkan dengan garis lurus satu dengan yang
lainnya, sehingga membentuk segitiga-segitiga, yang sebaiknya
mempunyai sisi dengan panjang yang kira-kira sama.
c. dibuat garis berat pada sisi-sisi segitiga.
d. garis-garis tersebut membentuk poligon yang mengelilingi tiap stasiun.
Tiap stasiun mewakili luasan yang dibentuk oleh poligon. Untuk stasiun
yang berada di dekat batas DAS, garis batas DAS membentuk batas
tertutup dari polygon.
e. luas tiap poligon nantinya akan diukur dan kemudian dikalikan dengan
kedalaman hujan di stasiun yang berada di dalam poligon.
f. jumlah hitungan hitungan pada butir e untuk semua stasiun nantinya akan
dibagi dengan luasan daerah yang ditinjau menghasilkan hujan rerata
daerah tersebut. Dan itu nantinya akan dilakukan pada bab selanjutnya.

Untuk perhitungan metode Thiessen dibutuhkan nilai curah hujan


maksimum dari tiap stasiun. Berdasarkan peta DAS yang telah dibuat telah
diberikan 5 titik stasiun pengamat hujan yaitu stasiun A, B, C, D , dan F lengkap
dengan data curah hujan harian dari tahun 1998 s/d tahun 2007.
Curah hujan wilayah merupakan curah hujan yang pengukurannya
dilakukan di suatu wilayah tertentu (wilayah regional). Menurut Sosrodarsono &
Takeda (1977) data curah hujan dan debit merupakan data yang sangat penting
dalam perencanaan waduk. Analisis data hujan dimaksudkan untuk mendapatkan
besaran curah hujan. Perlunya menghitung curah hujan wilayah adalah untuk
penyusunan suatu rancangan pemanfaatan air dan rancangan pengendalian banjir.
Loebis (1987) mengatakan bahwa metode yang digunakan dalam perhitungan
13

curah hujan rata-rata wilayah daerah aliran sungai (DAS) ada tiga metode, yaitu
metode rata-rata aritmatik (aljabar), metode poligon Thiessen dan metode Isohyet.

Langkah Perhitungan sebagai berikut ini:


a. catat curah hujan maksimum yang terjadi disetiap stasiun yang terjadi dari
tahun 1999 s/d 2008, catat tanggal dan bulan saat curah hujan maksimum
terjadi.
b. dengan bantuan software ArcGIS, hitung luas daerah pengaruh dari stasiun
curah hujan pada poligon Thiessen. Didapat masing-masing luas daerah
pengaruh sebagai berikut :
Luas daerah pengaruh stasiun A : 23884236,9256 m2
Luas daerah pengaruh stasiun B : 27506393,3984 m2
Luas daerah pengaruh stasiun D : 54292766,7013 m2
c. hitung hujan rata-rata yang terjadi disetiap wilayah pengaruh stasiun
A1 . P1 + A2 . P 2+....+ A n Pn
Ṕ= ........................................................................
A 1+ A 2 +… . A n
...(2.1)
Dengan:
Ṕ = Hujan rata-rata wilayah
P1, P2,...Pn = Hujan pada tiap stasiun
A1, A2, A3 = Luas daerah pengaruh stasiun
Contoh :
Curah hujan maksimum tahun 2008 tanggal 22 November:
Stasiun A = 87,2 mm
Stasiun B = 66 mm
Stasiun D = 32 mm

P A . A A + P B . A B + PD . A D
Ṕ=
∑A

( 87,2× 23884236,9256 )+ ( 66 ×27506393,3984 ) + ( 32 ×54292766,7013 )


¿ ¿ ¿
105683397,0253
14

¿ 53,3243 mm
Jadi hujan wilayah rata-rata yang terjadi pada tanggal 22 November tahun
2008 adalah sebesar 53,3243 mm.
Tabel 2.1 Perhitungan curah hujan wilayah tahun 1999
Tanggal Stasiun
Hujan Rata-Rata DAS
Hujan A B D
12-Mar 75 43.2 1 28.70731654
27-Feb 27 84 44 50.56890039
28-Feb 21 10 109 63.34528098
Tinggi Hujan Yang Dipakai 63.34528098

Tabel 2.2 Perhitungan curah hujan wilayah tahun 2000


Tanggal Stasiun
Hujan Rata-Rata DAS
Hujan A B D
05-Jan 59 0 6 16.41626431
21-Nov 19 205 0 57.64965283
25-Feb 6 60 85 60.63936603
Tinggi Hujan Yang Dipakai 60.63936603

Tabel 2.3 Perhitungan curah hujan wilayah tahun 2001


Tanggal Stasiun
Hujan Rata-Rata DAS
Hujan A B D
15-Jul 93 0 79.5 61.85937594
20-Okt 27 105 0 33.43047066
30-Jan 1 4 119 62.40099423
Tinggi Hujan Yang Dipakai 62.40099423

Tabel 2.4 Perhitungan curah hujan wilayah tahun 2002


Tanggal Stasiun
Hujan Rata-Rata DAS
Hujan A B D
16-Mei 59 0 0 61.85937594
25-Des 0 130 4 33.43047066
14-Feb 2 50 95 62.40099423
Tinggi Hujan Yang Dipakai 62.40099423

Tabel 2.5 Perhitungan curah hujan wilayah tahun 2003


Tanggal Stasiun
Hujan Rata-Rata DAS
Hujan A B D
03-Jan 55 63 8 32.93684767
08-Mar 11 115 0 32.4172192
02-Feb 3 0 135 70.03158891
Tinggi Hujan Yang Dipakai 70.03158891

Tabel 2.6 Perhitungan curah hujan wilayah tahun 2004


Tanggal Stasiun
15

Hujan A B D Hujan Rata-Rata DAS


13-Mar 48 0 13 17.52639858
27 Des 0 113 8 33.52054048
4 Des 7 0 76 40.62549131
Tinggi Hujan Yang Dipakai 40.62549131

Tabel 2.7 Perhitungan curah hujan wilayah tahun 2005


Tanggal Stasiun Hujan Rata-Rata DAS
Hujan A B D
5 Mei 86 0 0 19.43582846
20-Apr 0 47 0 12.23276812
17 Des 13 38 151 90.40157745
Tinggi Hujan Yang Dipakai 90.40157745

Tabel 2.8 Perhitungan curah hujan wilayah tahun 2006


Tanggal Stasiun Hujan Rata-Rata DAS
Hujan A B D
6 Mei 70 16 10 25.12151029
19-Feb 2 104 27 41.39096785
20-Mar 2.1 1 88 45.94313674
Tinggi Hujan Yang Dipakai 45.94313674

Tabel 2.9 Perhitungan curah hujan wilayah tahun 2007


Tanggal Stasiun
Hujan Rata-Rata DAS
Hujan A B D
02-Apr 119.7 7 22 40.17593019
30-Jan 18.3 96 1 29.63557339
23-Mar 0 4 102 53.44158057
Tinggi Hujan Yang Dipakai 53.44158057

Tabel 2.10 Perhitungan curah hujan wilayah tahun 2008


Tanggal Stasiun Hujan Rata-Rata DAS
Hujan A B D
27 Okt 87.2 66 32 53.32432641
10-Mar 0.8 97 8 29.53699229
22-Nov 0 65 128 82.6751406
Tinggi Hujan Yang Dipakai 82.6751406

Tabel 2.11 Hujan Harian Maksimum


Tahun Tinggi Hujan Satuan
1999 63.34528098 mm
2000 60.63936603 mm
2001 62.40099423 mm
2002 62.26996071 mm
2003 70.03158891 mm
16

2004 40.62549131 mm
2005 90.40157745 mm
2006 45.94313674 mm
2007 53.44158057 mm
2008 82.6751406 mm

2.3. Analisis Frekuensi Curah Hujan


2.3.1. Dasar Teori
Analisis frekuensi adalah kejadian yang diharapkan terjadi, rata-rata sekali
setiap N tahun atau dengan perkataan lain tahun berulangnya N tahun. KejadiaN
pada suatu kurun waktu tertentu tidak berarti akan terjadi sekali setiap 10 tahun
akan tetapi terdapat suatu kemungkinan dalam 1000 tahun akan terjadi 100 kali
kejadian 10 tahunan (Modul Praktikum Perancangan Keairan, 2019).

Beberapa metode perhitungan frekuensi curah hujan antara lain :


a. Metode distribusi normal
b. Metode distribusi log-normal
c. Metode distribusi frekuensi gumbel
d. Metode distribusi frekuensi log pearson type III

Secara sistematis metode analisis frekuensi perhitungan hujan rencana ini


dilakukan secara berurutan sebagai berikut:

1. Parameter statistik
Parameter yang digunakan dalam perhitungan analisis frekuensi
meliputi parameter nilai rata rata (x́), standar deviasi (Sd), koefisien variasi
(Cv), koefisien kemiringan (Cs) dan koefisien kurtosis (Ck). Perhitungan
parameter tersebut didasarkan pada data catatan tinggi hujan harian rata-
rata maksimum 15 tahun terakhir.
a. Nilai rata-rata

Σ xi
x́= .............................................................................................(2.2)
n

b. Standar deviasi
n

∑ { xi−x́ } ² ...............................................................................(2.3)
Sd= i−i
n−1
17

c. Koefisien Variasi
Sd
Cv= .............................................................................................(2.4)

18

d. Koefisien Kemencengan
Koefisien kemencengan (coefficient of skewness) adalah suatu
nilai yang menunjukkan derajat ketidak simetrisan (assymetry) dari
suatu bentuk distribusi. Besarnya koefisien kemencengan (coefficient
of skewness) dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut ini:
α
Untuk populasi : Cv=
σ3
α
Untuk sampel :Cv=
Sd 3
n
1
α= ∑ { Xi−μ }3 .....................................................................(2.5)
n i−1
n
1
α= ∑ { Xi−μ }3
(n−1)(n−2) i−1
e. Koefisien Kurtosis (Ck)
Keruncingan atau kurtosis (coefficient of kurtosis) adalah tingkat
kepuncakan dari sebuah distribusi yang biasanya diambil secara relatif
terhadap suatu distribusi normal. Berdasarkan keruncingannya, kurva
distribusi dapat dibedakan atas tiga macam, yaitu sebagai berikut :
1) Leptokurtik
Merupakan distribusi yang memiliki puncak relatif tinggi.
2) Platikurtik
Merupakan distribusi yang memiliki puncak hampir mendatar
3) Mesokurtik
Merupakan distribusi yang memiliki puncak tidak tinggi dan tidak
mendatar
RUMUS KURTOSIS
1. Parameter statistik
Parameter yang digunakan dalam perhitungan analisis frekuensi
meliputi parameter nilai rata rata (x́), standar deviasi (Sd), koefisien variasi
(Cv), koefisien kemiringan (Cs) dan koefisien kurtois (Ck). Perhitungan
parameter tersebut didasarkan pada data catatan tinggi hujan harian rata-
rata maksimum 15 tahun terakhir.
a. Nilai rata-rata
19

631,7741175
x́=
10
x́=63.17741175

b. Standar deviasi
2076.58828
Sd=
9
Sd=15,18986
c. Koefisien Variasi
Cv=0,24043
d. Koefisien Kemencengan
Koefisien kemencengan (coefficient of skewness) adalah suatu
nilai yang menunjukkan derajat ketidak simetrisan (assymetry) dari
suatu bentuk distribusi. Besarnya koefisien kemencengan (coefficient
of skewness) dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut ini:
α
Untuk populasi : Cv=
σ3
α
Untuk sampel :Cv=
Sd 3
n
1
α= ∑ { Xi−μ }3
n i−1
n
1
α= ∑ { Xi−μ }3
(n−1)(n−2) i−1

Pada praktikum ini kami menggunakan metode Gumbel untuk


menghitung nilai curah hujan rencana. Untuk menghitung keduanya
pertama haruslah didapatkan terlebih dahulu data hujan rerata maksimum
tiap tahunnya. Pada perhitungan hujan rerata dengan Metode Thiessen
pada tugas sebelumnya telah didapat nilai hujan rerata maksimum pada
tahun 1999 hingga tahun 2008.

Tabel 2.12 Data curah hujan maksimum


No Tahun Curah Hujan Maks (Xi) (mm)
1 1999 63.34528098
2 2000 60.63936603
3 2001 62.40099423
4 2002 62.26996071
5 2003 70.03158891
20

6 2004 40.62549131
7 2005 90.40157745
8 2006 45.94313674
9 2007 53.44158057
10 2008 82.6751406

2. Pemilihan Jenis Sebaran


Masing-masing sebaran memiliki sifat-sifat khas sehingga setiap dT
hidrologi harus diuji kesesuaiannya dengan sifat statistic masing-masing
sebaran tersebut. Beberapa tipe sebaran yang bisa digunakan adalah:
Tabel 2.13 Jenis sebaran (CD. Soemarto, 1999)

Jenis Sebaran Syarat


Cs  0
Normal
Ck = 3
Cs ≤ 1,1396
Gumbel tipe I
Ck ≤ 5,4002
Cs ≠ 5,383
Log person tipe III
Cs  3Cv + Cv2 = 3
Lognormal Ck = 5,383

a. Sebaran Gumbel tipe 1


1) Standar Deviasi (SD)
Ʃ ( Xi−Xrt ) ²
SD

(2.6)
=
√ n−1
...................................................................

2076.59
=
√ 10−1
= 15,18987

2) K ( Faktor Frekuensi )
Yt−Yn
K = ...........................................................................
Sn
(2.7)
Yn = Reduced mean yang tergantung jumlah sampel,
n = 10, Yn = 0,4952
Yt = Reduced varians yang mempunyai nilai yang berbeda
pada
setiap periode ulang, contoh kala ulang 5 th, Yt = 1,5
21

Sn = Reduced Standard Deviation tergantung jumlah sampel,


n= 10, Sn = 0,9497
1,5−0,4952
K5 =
0,9497
= 1,058
3) Hujan Rencana dalam periode ulang 5 tahun
X5 =Xrt + (Sdev . K5) .............................................................
(2.8)
= 63,1774 + (15,18987×1,058)
= 79,2483 mm
Jumlah tahun, n = 10, didapat Yn dan σn dari Tabel Nilai Yn dan
σn fungsi jumlah data distribusi Gumbel.

Tabel 2.14 Reduce Mean (Yn) (Suripin, 2004)

Tabel 2.15 Reduce Standar Deviation Mean (σn) (Suripin, 2004)

Tabel 2.16 Data Curah Hujan Maksimum Polygon Thiessen


No Tahun Curah Hujan Maks (Xi) (mm)
1 1999 63.34528098
2 2000 60.63936603
3 2001 62.40099423
4 2002 62.26996071
5 2003 70.03158891
6 2004 40.62549131
7 2005 90.40157745
22

8 2006 45.94313674
9 2007 53.44158057
10 2008 82.6751406
X rata - rata 63.17741175
Standart Deviasi (SD) 15.18986607
Tabel 2.17 Perhitungan curah hujan rencana metode gumbel
Kala Ulang TR Curah Hujan Rencana,
Yt Yn Sn P (%)
(tahun) XTR (mm)
2 0,367 37,779 50
5 1,500 46,224 20
10 2,250 51,816 10
25 3,199 0,4952 0,9497 58,881 4
50 3,902 64,122 2
100 4,600 69,324 1
1000 6,907 86,515 0,1

b. Distribusi Log Pearson Tipe III


Langkah-langkah perhitungan kurva distribusi Log Pearson III
adalah
1) Nilai logaritma dari data hujan maksimum
Tabel 2.18 Nilai logaritma
Tahun Tinggi hujan (mm) Log (Xi)
1999 63.34528098 1.801714267
2000 60.63936603 1.782754652
2001 62.40099423 1.795191509

2002 62.26996071 1.794278592


2003 70.03158891 1.84529398

2004 40.62549131 1.608798626


2005 90.40157745 1.956176009
2006 45.94313674 1.662220643
2007 53.44158057 1.727879294

2008 82.6751406 1.917374942

2) Hitung nilai rata – ratanya

log x=
∑ log x
n
17.8916
=
10
= 1.7891 mm
3) Standar Deviasi Log X
Slogx=∑ ¿ ¿ ¿
= 0.0352
23

4) Nilai koefisien kemencengan


n
Cs=n ∑ ¿ ¿ ¿
i−1

= 0,4114

2.4. Perhitungan Debit Limpasan


2.4.1. Dasar Teori
Debit limpasan dalam perancangan keairan digunakan untuk input data
steady flow pada software HEC-RAS yang akan dibahas pada bab tiga di laporan
ini. Debit limpasan terdapat tiga jenis yaitu limpasan permukaan, limpasan antara,
dan limpasan air tanah. Perhitungan debit limpasan dilakukan lebih detail pada
limpasan permukaan yang dapat dicari dengan metode rasional.

Menurut Ponce (1989) (dalam Triatmodjo,2014) Metode rasioan banyak


digunakan untuk memperkirakan debit puncak yang ditimbulkan oleh hujan deras
pada daerah tangkapan (DAS) kecil. Suatu DAS disebut kecil apabila distribusi
hujan dapat dianggap seragam dalam ruang dan waktu, dan biasanya durasi hujan
melebihi waktu konsentrasi (Modul Praktikum Perancangan Keairan 2018).

Qtr =0,278 × C × I × A....................................................................................(2.9)


Keterangan :
Qtr = Debit limpasan (m3/s)
C = Koefisien limpasan berdasarkan daerah tangkapan hujan
I = Intensitas hujan (mm/jam)
A = Luas DAS total (Km2)

2.4.2. Tujuan
Menentukan nilai debit limpasan berdasarkan pada peta Landuse yang
telah tersedia dan menghitung intensitas curah hujan dengan menggunakan rumus
mononobe dan grafik lengkung IDF.

2.4.3. Langkah Kerja dan Perhitungan


Menghitung nilai Debit Air Limpasan Rencana (Q TR), berdasarkan
Tataguna lahan (Land-Use) pada peta DAS. Untuk mendapatkan nilai QTR
24

sebelum nya harus diketahui beberapa data seperti Koefisien Run Off (Ć ), Luas
total DAS (A), dan Intensitas Curah Hujan rencana (ITR).
Selanjutnya, untuk menentukan nilai dari Intensitas curah hujan rencana
(ITR), kita harus menentukan terlebih dahulu Tinggi Curah Hujan Rencana (XTR)
dan Waktu Konsentrasi (TC). Waktu Konsentrasi (TC) adalah waktu yang
diperlukan oleh hujan dengan jatuh pada titik terjauh dari DAS untuk mencapai
Outlet. Untuk nilai dari XTR sudah diketahui berdasarkan perhitungan Analisis
frekuesi sebelumnya dengan menggunakan Distribusi Gumbel & Distribusi Log-
normal. Oleh karena itu kita hanya perlu mencari nilai TC saja dengan persamaan
dibawah:
L0,77
T C =0,06625 × 0,385 ......................................................................................(2.10)
S
Dimana:
TC = Waktu Konsentrasi (jam)
L = Panjang Lintasan
S = Kemiringan (%)

Setelah nilai XTR dan nilai TC sudah diketahui, selanjutnya kita dapat
mencari nilai Intensitas Curah Hujan Rencana (I TR). Untuk mencari nilai ITR dapat
hitung dengan persamaan dibawah ini:
X TR
I TR= ..........................................................................................................(2.11)
TC

Dimana:
ITR = Intensitas Curah Hujan Rencana (mm/jam)
XTR = Tinggi Curah Hujan Rencana (mm)
Tc = Waktu Konsentrasi (jam)

Selain persamaan diatas dapat pula menggunakan persamaan Mononobe


untuk menghitung ITR. Seperti persamaan di bawah ini:

R24 TR 24 23
I TR=
24
×
TC ( )
.........................................................................................(2.12)

Dimana:

R24TR = Curah Hujan Maksimum Harian Rencana (24 jam) (mm/jam)


25

R24TR = XTR

Nilai curah hujan rencana yang digunakan dalam perhitungan ini


seharusnya menggunakan nilai dari salah satu metode yang paling tepat melalui
pemilihan / uji kesesuaian distribusi frekuensi sampel data terhadap fungsi
distribusi peluang yang dapat mewakili distribusi frekuensi tersebut yaitu dengan
metode Trebus, metode Chi-Square dan metode Smirnov- Kolmogorov. Namun
karena terbatasnya waktu maka nilai curah hujan rencana yang digunakan dipilih
dari nilai rata-rata terbesar dari kedua metode (metode Gumbel dan metode Log-
Normal) yaitu nilai XTR dari Metode Gumbel.

Tabel 2.19 Data curah hujan rencana berdasarkan kala ulang

Kala ulang, TR (Tahun) R24


2 61.11871782
5 79.24866116
20 102.6141175
50 117.6712162
100 128.8396708

a. Koefisien limpasan (C)


Nilai C diambil dari jenis daerah tangkapan hujan, karena daerah
tangkapan hujan bermacam-macam jenisnya, maka dipilih C rata-rata
berdasarkan luas total tangkapan hujan itu sendiri.
Tabel 2.20 Koefisien limpasan (C) (Triadmodjo, 2008)

No. Jenis tataguna lahan C


1 Hutan Rimba 0.25
2 Perkebunan/kebun 0.25
3 Permukian 0.60
4 Sawah 0.25
5 Sawah Tandah Hujan 0.25
6 Semak Belukar 0.30
7 Tegalan/Ladang 0.15

A total = 105,5849 km2


26

( C 1× A 1 )+ (C 2× A 2 ) … .+(Cn+ An)
C =
A total
..................................................(2.13)
( 0,25 ×1,77 )+ ( 0,25× 34,51 )+ ( 0,6 ×12,56 )
C = + ( 0,25 ×10,39 ) + ( 0,25 ×5,63 ) + ( 0,3 ×5,62 ) + ( 0,15 ×5,26 )
105.5850
= 0.26107743  0,3
b. Intensitas Hujan (I)
R 24 24 23
It =
24
×
t ( )...........................................................................

(2.14)
Keterangan :
R24 = XTR = Nilai curah hujan rencana pada kala ulang
t = tc = waktu konsentrasi berdasarkan rumus Kirpich

Rumus Kirpich :
0,06628× L0,77
tc =
S 0,385
..........................................................................(2.15)
L = Panjang sungai utama = 105.68339 m
elevasi hulu – elevasi hilir
S = Slope sungai =
L
525 m
=
22804.727 m
= 0,0230
0,06628× 105.683390,77
tc = = 10.2434
0,0230 0,285

Maka, contoh intensitas hujan pada kala ulang 5 tahun adalah.

2 /3
79.2486 24
I5 =
24
× (
10.2434 )
= 6,04213 mm/jam

Debit Limpasan pada kala ulang 5 tahun (Q – Limpasan)


27

Q5 = C ×I5× A
= 0,278 × 6,04213 × 10-6×105,6834 × 106
= 53,2553 m3/s
Maka, debit limpasan pada kala ulang 5 tahun adalah 53,2553 m3/s.

Tabel 2.21 Perhitungan nilai debit limpasan berdasarkan kala ulang metode
rasional
TR (Tahun) R24 (mm) Intensitas Hujan (m/s) Debit Limpasan (m3/s)

2 61.11872 4.6598542 41.07193306


5 79.24866116 6.042129262 53.25529897
20 102.6141175 7.823573962 68.95694421
50 117.6712162 8.97156732 79.07535228
100 128.8396708 9.823080082 86.58058177

2.5. Perhitungan Debit Banjir Rancangan


2.5.1. Dasar Teori
Hidrograf adalah kurva yang memberi hubungan antara parameter aliran
dan waktu. Parameter tersebut bisa berupa kedalaman aliran (elevasi) atau debit
aliran, sehingga terdapat dua macam hidrograf yaitu hidrograf muka air dan
hidrograf debit. Hidrograf muka air dapat ditransformasikan menjadi hidrograf
debit dengan menggunakan rating curve (Triatmodjo, 2013).
Pada tahun 1932, L.K.Sherman mengenalkan konsep hidrograf satuan,
yang banyak digunaka untuk melakukan transformasidari hujan menjadi debit
aliran. Hidrograf satuan didefinisikan sebagai hidrograf limpasan langsung (tanpa
aliran dasar) yang tercatat diujung hilir DAS yang ditimbulkan oleh hujan efektif
sebesar 1 mm yang terjadi secara merata di permukaan DAS dengan intensitas
tetap dalam suatu durasi tertentu (Amalia, 2017).
Menurut definisi hidrograf satuan sintetis adalah hidrograf limpasan
langsung (tanpa aliran dasar) yang tercatat di ujung hilir DAS yang ditimbulkan
oleh hujan efektif sebesar satu satuan (1 mm, 1 cm, atau 1 inchi) yang terjadi
secara merata di seluruh DAS dengan intensitas tetap dalam suatu satuan waktu
(misal 1 jam) tertentu (Subramanya, 1984; Ramírez, 2000, Triatmojo, 2008).
28

Metode hidrograf satuan banyak digunakan untuk memperkirakan banjir


rancangan. Metode ini relative sederhana, mudah penerapannya, tidak
memerlukan data yang kompleks dan memberikan hasil rancangan yang cukup
teliti. Data yang diperlukan untuk menurunkan hidrograf satuan terukur di DAS
yang ditinjau adalah data hujan otomatis dan pencatatan debit di titik kontrol.
Konsep hidrograf satuan, yang banyak digunakan untuk melakukan
transformasi dari hujan menjadi debit aliran. Konsep ini diperkenalkan pada tahun
1932 oleh Sherman (Subramanya, 1984). Data yang diperlukan untuk
menurunkan hidrograf satuan terukur di DAS yang ditinjau adalah data hujan
otomatis dan pencatatan debit di titik pengamatan tertentu. Namun jika data hujan
yang diperlukan untuk menyusun hidrograf satuan terukur tidak tersedia
digunakan analisis hidrograf banjir sintetis.
Dalam soal 3 ini membahas suatu prosedur umum perhitungan hidrograf
satuan sintetis (HSS) untuk perhitungan hidrograf banjir. Adapun metoda
hidrograf yang digunakan yaitu metoda Snyder, Nakayasu, dan GAMA-1.
Ketiganya bersifat umum karena pada prinsipnya dapat digunakan untuk
membentuk berbagai bentuk dasar hidrograf satuan sintetis. Dalam praktikum ini
digunakan Metode Nakayasu.

2.5.2. Tujuan
Menentukan nilai debit banjir rencana dengan menggunakan Metode
Hidrograf Satuan Sintetis Nakayasu. Metode ini sederhana, karena hanya
membutuhkan data-data karakteristik DAS seperti luas DAS, panjang sungai dan
dalam beberapa kasus dapat juga mencakup karakteristik lahan.

2.5.3. Langkah Kerja dan Perhitungan


Menggunakan kala ulang 2 tahun dengan data :
Luas daerah aliran sungai (A) : 105.68 km2 = 10568 m2
Panjang sungai (L) : 22,72 km
Koefisien karakteristik DAS (α) :2
Curah hujan efektif (Re) : 1 mm

a. Perhitungan unit hidrograf (UH)


1) Menghitung waktu konsentrasi (tg)
29

tg = 0,4 + 0,058 L..............................................................


(2.16)
= 0,4 +0,058 ×22,72
= 1,72 jam  2 jam
2) Menghitung satuan waktu curah hujan (tr)
tr = 0,5 ×tg.....................................................................(2.17)
= 0,5 ×1,72
= 1,29 jam
3) Menghitung waktu untuk mencapai debit puncak (Tp)
tp = tg +(0,8× tr) ........................................................(2.18)
= 1,72 + (0,8 × 1,29)
= 2,75 jam  3 jam
4) Menghitung waktu puncak s/d 0,3 kali debit puncak (T0,3):
T0,3 = α × tg.............................................................(2.19)
= 2 × 1,72
= 3,435 jam  4 jam
1,5 x T0,3 = 1,72 × 4
= 6 jam
2 x T0,3 =2×4
= 8 jam
5) Menghitung debit puncak hidrograf satuan (Qp)
1 A×ℜ
Qp = ( )
3,6 ( 0,3 x Tp )+ ( T 0,3 ) . ..................................................

(2.20)
1 105,7 × 1
= 3,6 ( )
( 0,3 ×3 )+ ( 4 )
= 5,9911 m3/s/mm
6) Menghitung sisi naik (Qt) dimana 0 < t < Tp
t =2
Qt = Qp× ¿..............................................................(2.21)
= 5,9911 × ¿
= 2.2641 m3/s/mm
30

Tabel 2.22 Kurva Naik

t (jam) Q(mm³/detik)
0 0
1 0.4289604
2 2.2640664
3 5.991122279

7) Menghitung sisi turun 1 (Qd1) dimana Tp < t < ( Tp + T0,3)


t = 4 (dibulatkan)
( t −Tp )
Qd1 = Qp× 0 , 3 T 0,3 ..........................................................(2.22)
( 4−3 )
= 5,9911 × 0 ,3 4

= 4,4339 m3/s/mm

Tabel 2.23 Kurva Turun 1


t (jam) Q(mm³/detik)
4 4.4339266
5 3.2814728
6 2.4285616
7 1.7973367

8) Menghitung sisi turun 2 (Qd2) dimana (Tp + T0,3 ) < t < Tp + T0,3 +
1,5T0,3)
t=7
( t −Tp ) +(0,5T 0,3)
Qd2 = Qp× 0 , 3 1,5T 0,3 ..............................................(2.23)

( 8−3 ) +(0,5×4 )
= 5,9911 ×0 , 3 6

= 1,4706 m3/s/mm

Tabel 2.24 Kurva Turun 2


t (jam) Q(mm³/detik)
8 1.4706
9 1.2032
10 0.9844
11 0.8055
12 0.659
13 0.5392

9) Menghitung sisi turun 3(Qd3) dimana t > (Tp + T0,3 + 1,5T0,3)


31

t = 14
[ ( t −Tp ) + ( 1,5 T 0,3) ] /(2 T 0,3)
Qd3 = Qp× 0 , 3 2 T 0,3 ...................................(2.24)
[ ( 14−3) + ( 1,5 ×4 ) ] /(2× 4)
= 3,468 ×0 , 3 8

= 0,4639 m3/s/mm

Tabel 2.25 Kurva Turun 3


t (jam) Q(mm³/detik)
14 0.4639
15 0.3991
16 0.3433
17 0.2953
18 0.2541
19 0.2186
20 0.188
21 0.1618
22 0.1392
23 0.1197

Gambar 2.4 Hidrograf satuan sintetik metode Nakayasu

10) Menghitung UH terkoreksi saat t =1 jam

Volume = ( U H +2 U H ) x ∆ t...................................
0 1

(2.25)

= ( 0+0,07
2 )
x (1 x 3600)

= 119,15 m3/s
32

∑ volume
Tinggi hujan = ...............................................
Luas Das
(2.26)
39365.29 x 1 0002
=
105.683397 x 10003

= 0.000372483 mm

Tinggi hujan yang dihasilkan seharusnya ada 1 mm karena kita


menghitung UH dengan per 1 mm hujan, karena hasil yang didapatkan
1,03 mm, untuk itu perlu dilakukan koreksi untuk mencari faktor koreksi,
caranya sebagai berikut.
1
Faktor terkoreksi = .......................................................
tinggi hujan
(2.27)
1
=
0.372483173
= 2,68
Setelah didapatkan faktor koreksi sebesar 2,68, maka selanjutnya
kita mencari nilai UH yang sudah dikalikan dengan faktor koreksi.

UH terkoreksi pada saat t 1 jam = UH x Faktor terkoreksi........(2.28)


= 0,07 ×2,68
= 0,177 m3/s/mm

Volume terkoreksi = ( U H +2 U H ) x ∆ t......................


0 1

(2.29)

= ( 0+0,18
2 )
x ( 1 x 3600 )

= 1272,3872 m3/s

∑ volume terkoreksi
Tinggi hujan setelah tekoreksi =
Luas Das

105683.40× 10002
=
105683397× 10003
33

= 1 mm
Tabel 2.26 Perhitungan lengkung hidorgraf metode Nakayasu
QUh terkoreksi VUH terkoreski
Jam Q Uh (m3/s/mm') VUH (m3)
(m3/s/mm') (m3)
0 0.0000000 119.15 0 319.8779598
1 0.07 748.02 0.18 2008.20
2 0.35 3589.20 0.94 9635.86
3 1.64 6065.21 4.42 16283.17
4 1.72 5545.34 4.63 14887.5
5 1.36 4358.65 3.64 11701.61
6 1.07 3425.91 2.86 9197.50
7 0.84 2601.38 2.25 6983.88
8 0.61 2025.13 1.63 5436.84
9 0.52 1724.79 1.39 4630.51
10 0.44 1468.99 1.18 3943.77
11 0.38 1251.13 1.01 3358.88
12 0.32 1065.58 0.86 2860.74
13 0.27 867.69 0.73 2329.49
14 0.21 712.33 0.56 1912.38
15 0.19 631.53 0.50 1695.45
16 0.16 559.89 0.44 1503.13
17 0.15 496.38 0.39 1332.63
18 0.13 440.08 0.35 1181.47
19 0.11 390.16 0.31 1047.45
20 0.10 345.90 0.27 928.64
21 0.09 306.67 0.24 823.30
22 0.08 271.88 0.21 729.91
23 0.07 241.04 0.19 647.12
24 0.06 113.27 0.17 304.10

Gambar 2.5 Hidrograf satuan sintetik metode Nakayasu


b. Perhitungan infiltrasi
Tabel 2.27 Kapasitas infiltrasi pada waktu tertentu
No Waktu (menit) Laju Infiltrasi (cm/jam)
1 0 7
2 1 6.6
34

3 2 4.80
4 3 4
5 4 4.2
6 5 3.6
7 10 3.00
8 15 1.8
9 20 1.23
10 25 0.96
11 30 0.76
12 40 1.20
13 50 0.72
14 60 0.6

Grafik Hubungan Laju infiltrasi dan waktu


8

5
f (mm/jam)

0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4
t (jam)

Gambar 2.6 Grafik Hubungan Laju infiltrasi dan waktu


1) Menentukan nilai fc dari grafik hubungan laju infiltrasi dan waktu
Waktu (t) = 0,02 jam
Laju infiltrasi (f) = 6,6 mm/jam
fc = 0,6 mm/jam
f – fc = 6,6 – 0,6.............................................(2.30)
=6
log (f – fc) = log (6) ............................................(2.31)
= 0.77815125 = 6,45 mm/jam

Tabel 2.28 Perhitungan laju infiltrasi


No Waktu (t) (jam) Laju infiltrasi (f) (mm/jam) fc (mm/jam) (f-fc) (mm/jam)
1 0 7 0.6 0.806179974
2 0.02 6.6 0.6 0.77815125
3 0.03 4.80 0.6 0.62324929
4 0.05 4 0.6 0.531478917
5 0.07 4.2 0.6 0.556302501
6 0.08 3.6 0.6 0.477121255
35

7 0.17 3.00 0.6 0.380211242


8 0.25 1.8 0.6 0.079181246
9 0.33 1.23 0.6 -0.200659451
10 0.42 0.96 0.6 -0.443697499
11 0.50 0.76 0.6 -0.795880017
12 0.67 1.20 0.6 -0.22184875
13 0.83 0.72 0.6 -0.920818754
14 1.00 0.6 0.6 0

Grafik Hubungan log (f-fc) dan waktu


1.4
f(x) = 0.17 x − 0.17
1.2 R² = 1

0.8
t (jam)

0.6

0.4

0.2

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
log (f-fc) (mm/jam)

Gambar 2.7 Grafik hubungan log (f-fc) dengan waktu

2) Menetukan nilai f0 dan fc dari tabel perhitungan laju infiltrasi


f0 = 7 mm/jam
fc = 0,6 mm/jam

3) Dari grafik hubungan antara log (f – fc) dan waktu diperoleh


kemiringan garisnya
m = -0,4261
−1
k = ....................................................................(2.32)
0,4342m
−1
=
0,4342×(−0,4261)
= 5,403

4) Persamaan laju infiltrasi sebagai fungsi waktu menurut Horton yaitu:


f t=f c + ( f 0−f c ) e−kt ..............................................................(2.33)

Jadi persamaan infiltrasi menjadi:

f t=1,2+ ( 7,45−1,2 ) e−2,75t ..................................................(2.34)


36

Dengan f t dalam mm/jam dan t dalam jam.

c. Metode ABM Hidrograf Nakayasu


Metode ini digunakan untuk menentukan curah hujan jam-jaman.
Tabel 2.29 Curah hujan rencana

Ch Rencana
Kala ulang TR R24 TR
2 61.11871782
5 79.24866116
20 102.6141175
50 117.6712162
100 128.8396708

Contoh perhitungan :

Kala ulang 100 tahun dengan Xtr = 128.84 mm pada jam ke 1 jam

R 24 24 23
It = ( ) ......................................................................
24 ∆ t
(2.35)

128.8 4 24 23
= ( )
24 1

= 44,6662 mm/jam

It x Id = ∆ t × It......................................................................(2.36)

= 1 × 44,66

= 44,6662 mm

∆p = It × Id jam ke 1−It × Id Jam ke 0..............................(2.37)

= 44,6662 – 0

= 44,6662 mm

Δp
Pt = x 100 % ...............................................................
∑ Δp
(2.38)
37

44 , 66 62
= x 100 % = 58.48 %
76.3782

Hyetograph (%) caranya : mengurutkan data dari kolom Pt (%)


dari nilai yang paling tinggi ke tengah-tengah dari jumlah banyaknya
data, sehingga dari nilai yang sudah diurutkan di dapatkan 58.48 (%)

Hyetograph ( % ) × R24
Hyetograph = ............................................
100
(2.39)

7,17× 6 1,12
=
100

= 4,381 mm

Infiltrasi

F(t) = Fc+( Fo−Fc) e−Kt .........................................(2.40)

= 0,6+(7−0,6)× 2,718−5 , 404 x 1

= 6,45 mm/jam

infiltrasi jam ke 0−infiltrasi jam ke 1


Infiltrasirata-rata =
2
.........................(2.41)

6 ,59
=
2

= 3,29 mm/jam

Hujan efektif = Hyetograph (mm) – Infiltrasirata- rata ..............(2.42)

= 4,381 – 3,29

= 1,09 mm
38

Tabel 2.30 Perhitungan curah hujan jam-jaman dengan metode ABM kala ulang 2
tahun
Td ∆t lt it.Td ∆p PT (%) Hyetograph Infiltrasi P
ja ja (mm)
m m mm/jam mm mm % % mm mm
21.1886 21.1886
1 1 21.18868 8 8 58.48035 7.16822 4.38113 3.29 1.09
26.6960 5.50738
2 1 13.34803 6 3 15.20028 10.6626 6.51687 0.60 5.92
30.5593
3 1 10.18645 6 3.8633 10.66264 58.4804 35.7424 0.60 35.14
33.6349 3.07556
4 1 8.408732 3 8 8.48851 15.2003 9.29021 0.60 8.69
36.2321
5 1 7.246425 3 2.5972 7.168223 8.48851 5.18807 0.60 4.59
36.2321
Jumlah 3 100 100 61.1187    

HYTOGRAPH KALA ULANG 2 TAHUN

40
35
30
hyetograf (mm)

25
20
15
10
5
0
1
td ( jam)

Gambar 2.8 Grafik curah hujan jam-jaman total (Kala ulang 2 tahun)

Tabel 2.31 Perhitungan curah hujan jam-jaman dengan metode ABM kala ulang 5
tahun
Td ∆t lt it.Td ∆p PT (%) Hyetograph Infiltrasi
ja ja P (mm)
m m mm/jam mm mm % % mm mm
27.4739 27.4739
1 1 27.47398 8 8 58.48035 7.16822 5.68072 3.29 2.39
34.6150 7.14106
2 1 17.30752 4 5 15.20028 10.6626 8.45 0.60 7.85
39.6243 5.00928
3 1 13.20811 3 9 10.66264 58.4804 46.3449 0.60 45.74
43.6122 3.98788
4 1 10.90305 2 8 8.48851 15.2003 12.046 0.60 11.45
46.9798
5 1 9.395968 4 3.36762 7.168223 8.48851 6.72703 0.60 6.13
39

Jumlah 46.97984 100 100 79.2487    

HYTOGRAPH KALA ULANG 5 TAHUN


50
45
40
Hyetograf (mm)

35
30
25
20
15
10
5
0
1
td (jam)

Gambar 2.10 Grafik curah hujan jam-jaman total (Kala ulang 5 tahun)

Tabel 2.32 Perhitungan curah hujan jam-jaman dengan metode ABM kala ulang
20 tahun
Infiltras
Td ∆t lt it.Td ∆p PT (%) Hyetograph i P
ja (mm)
m jam mm/jam mm mm % % mm mm
1 1 35.57433 35.57433 35.57433 98.18449 12.035 12.3496 3.29 9.06
2 1 22.41042 44.82084 9.246517 25.52022 17.9018 18.3698 0.60 17.77
3 1 17.10235 51.30706 6.486215 17.90183 98.1845 100.751 0.60 100.15
4 1 14.11768 56.47073 5.163666 14.25162 25.5202 26.1873 0.60 25.59
5 1 12.16625 60.83124 4.360519 12.03495 14.2516 14.6242 0.60 14.02
Jumlah 60.83124 167.8931 167.893 172.282    

HYTOGRAPH KALA ULANG 20 TAHUN


120
100
hyetograf (mm)

80
60
40
20
0
1
td (jam)

Gambar 2.12 Grafik curah hujan jam-jaman total (Kala ulang 20 tahun)
40

Tabel 2.33 Perhitungan curah hujan jam-jaman dengan metode ABM kala ulang
50 tahun
Td ∆t lt it.Td ∆p PT (%) Hyetograph Infiltrasi P
(Jam (Jam (mm)
) ) (mm/jam) (mm) (mm) (%) (%) (mm) (mm)
40.7943
1 0 -1 40.79433 3 40.79433 58.48035 7.16822 8.43494 3.29 5.14
51.3976
2 1-2 25.69882 4 10.60331 15.20028 10.6626 12.5469 0.60 11.95
58.8356
3 2-3 19.61187 1 7.43797 10.66264 58.4804 68.8145 0.60 68.21
64.7569
4 4-5 16.18924 7 5.921358 8.48851 15.2003 17.8863 0.60 17.29
69.7573
5   13.95147 3 5.000361 7.168223 8.48851 9.98853 0.60 9.39
Jumlah 69.75733 100 100 117.671    

HYTOGRAPH KALA ULANG 50 TAHUN


80
70
60
hyetograf (mm)

50
40
30
20
10
0
1
td (jam)

Gambar 2.14 Grafik curah hujan jam-jaman total (Kala ulang 50 tahun)

Tabel 2.34 Perhitungan curah hujan jam-jaman dengan metode ABM kala ulang
100 tahun
Infiltras
Td ∆t lt it.Td ∆p PT (%) Hyetograph i P
(jam (mm)
) (jam) (mm/jam) (mm) (mm) (%) (%) (mm) (mm)
44.6662
1 1 44.66622 2 44.66622 58.48035 7.16822 9.23552 3.29 5.95
56.2759
2 1 28.13795 1 11.60969 15.20028 10.6626 13.7377 0.60 13.14
64.4198
3 1 21.47328 4 8.143926 10.66264 58.4804 75.3459 0.60 74.75
4 1 17.7258 70.9032 6.483368 8.48851 15.2003 19.584 0.60 18.98
5 1 15.27563 76.3781 5.474957 7.168223 8.48851 10.9366 0.60 10.34
41

6
Jumlah 76.37816 100 100 128.84    

HYTOGRAPH KALA ULANG 100 TAHUN


80
70
60
50
mm

40
30
20
10
0
1
td (jam)

Gambar 2.16 Grafik curah hujan jam-jaman total (Kala ulang 100 tahun)

Tabel 2.35 Hidrograf banjir kala ulang 2 tahun


Ja P1 P2 P3 P4 P5
Uh Qtot
m 1.09 5.92 35.14 8.69 4.59
0 0.000 0.000 0.000
1 0.429 0.468 0.000 0.468
2 2.264 2.470 2.538 0.000 5.008
3 5.991 6.537 13.396 15.075 0.000 35.008
4 4.434 4.838 35.448 79.565 3.728 0.000 123.578
5 3.281 3.581 26.234 210.543 19.675 1.968 262.001
6 2.429 2.650 19.416 155.819 52.064 10.388 240.336
7 1.797 1.961 14.369 115.319 38.532 27.488 197.669
8 1.471 1.605 10.634 85.346 28.517 20.343 146.444
9 1.203 1.313 8.701 63.163 21.105 15.056 109.337
10 0.984 1.074 7.119 51.679 15.619 11.142 86.634
11 0.805 0.879 5.825 42.283 12.779 8.246 70.013
12 0.659 0.719 4.766 34.596 10.456 6.747 57.284
13 0.539 0.588 3.899 28.306 8.555 5.520 46.869
14 0.464 0.506 3.190 23.159 7.000 4.517 38.372
15 0.399 0.435 2.745 18.949 5.727 3.696 31.551
16 0.343 0.375 2.361 16.301 4.686 3.024 26.746
17 0.295 0.322 2.031 14.024 4.031 2.474 22.882
18 0.254 0.277 1.747 12.064 3.468 2.128 19.685
42

19 0.219 0.238 1.503 10.379 2.983 1.831 16.935


20 0.188 0.205 1.293 8.929 2.567 1.575 14.569
21 0.162 0.177 1.113 7.681 2.208 1.355 12.533
22 0.139 0.152 0.957 6.608 1.899 1.166 10.782
Lanjutan Tabel 2.35 Hidrograf banjir kala ulang 2 tahun
23 0.120 0.131 0.823 5.685 1.634 1.003 9.276
24 0.103 0.112 0.708 4.890 1.406 0.863 7.980
25 0.609 4.207 1.209 0.742 6.768
26 3.619 1.040 0.638 5.298
27 0.895 0.549 1.444
28 0.473 0.473

Hidrograf banjir kala ulang 2 tahun


300.000
250.000
Q total (m3/s)

200.000
150.000
100.000
50.000
0.000
0 5 10 15 20 25 30
td (jam)

Gambar 2.17 Grafik hidrograf banjir (Kala ulang 2 tahun)

Tabel 2.36 Hidrograf banjir kala ulang 5 tahun


Ja P1 P2 P3 P4 P5
Uh Qtot
m 1.09 5.92 35.14 8.69 4.59
0 0.000 0.000 0.000
1 0.429 1.026 0.000 0.000 0.000 0.000 1.026
2 2.264 5.413 3.367 0.000 0.000 0.000 8.780
3 5.991 14.323 17.773 19.623 0.000 0.000 51.718
4 4.434 10.600 47.030 103.569 4.910 0.000 166.109
5 3.281 7.845 34.806 274.063 25.915 2.628 345.257
6 2.429 5.806 25.759 202.830 68.574 13.872 316.841
7 1.797 4.297 19.064 150.111 50.751 36.708 260.930
8 1.471 3.516 14.109 111.094 37.560 27.167 193.445
43

9 1.203 2.877 11.544 82.219 27.797 20.106 144.542


10 0.984 2.354 9.445 67.271 20.572 14.880 114.521
11 0.805 1.926 7.728 55.040 16.832 11.012 92.538
12 0.659 1.576 6.323 45.033 13.772 9.010 75.713
Lanjutan Tabel 2.36 Hidrograf banjir kala ulang 5 tahun
13 0.539 1.289 5.173 36.846 11.268 7.372 61.948
14 0.464 1.109 4.233 30.147 9.219 6.032 50.739
15 0.399 0.954 3.641 24.666 7.543 4.935 41.739
16 0.343 0.821 3.133 21.219 6.172 4.038 35.382
17 0.295 0.706 2.695 18.255 5.309 3.304 30.269
18 0.254 0.607 2.318 15.704 4.568 2.842 26.040
19 0.219 0.523 1.994 13.510 3.929 2.445 22.401
20 0.188 0.450 1.716 11.622 3.380 2.103 19.271
21 0.162 0.387 1.476 9.998 2.908 1.810 16.579
22 0.139 0.333 1.270 8.602 2.502 1.557 14.262
23 0.120 0.286 1.092 7.400 2.152 1.339 12.270
24 0.103 0.246 0.940 6.366 1.852 1.152 10.555
25 0.808 5.476 1.593 0.991 8.869
26 4.711 1.370 0.853 6.934
27 1.179 0.734 1.912
28 0.631 0.631

Hidrograf banjir kala ulang 5 tahun


400.000
350.000
300.000
Q total (m3/s)

250.000
200.000
150.000
100.000
50.000
0.000
0 5 10 15 20 25 30
td (jam)

Gambar 2.18 Grafik hidrograf banjir (Kala ulang 5 tahun)

Tabel 2.37 Hidrograf banjir kala ulang 20 tahun


Ja P1 P2 P3 P4 P5
Uh Qtot
m 1.09 5.92 35.14 8.69 4.59
44

0 0.000 0.000 0.000


1 0.429 1.744 0.000 0.000 0.000 0.000 1.744
2 2.264 9.205 4.436 0.000 0.000 0.000 13.641
3 5.991 24.358 23.413 25.484 0.000 0.000 73.255
Lanjutan Tabel 2.37 Hidrograf banjir kala ulang 20 tahun
4 4.434 18.027 61.956 134.506 6.433 0.000 220.922
5 3.281 13.341 45.852 355.927 33.956 3.479 452.555
6 2.429 9.874 33.935 263.416 89.853 18.363 415.439
7 1.797 7.307 25.114 194.949 66.498 48.590 342.460
8 1.471 5.979 18.587 144.279 49.214 35.961 254.019
9 1.203 4.892 15.207 106.778 36.423 26.614 189.914
10 0.984 4.002 12.443 87.365 26.956 19.697 150.462
11 0.805 3.275 10.180 71.481 22.055 14.577 121.568
12 0.659 2.679 8.329 58.485 18.045 11.927 99.466
13 0.539 2.192 6.815 47.852 14.764 9.758 81.382
14 0.464 1.886 5.576 39.152 12.080 7.984 66.678
15 0.399 1.622 4.797 32.033 9.884 6.533 54.869
16 0.343 1.396 4.127 27.558 8.087 5.345 46.512
17 0.295 1.201 3.550 23.707 6.957 4.373 39.788
18 0.254 1.033 3.054 20.395 5.985 3.762 34.229
19 0.219 0.889 2.627 17.545 5.149 3.236 29.447
20 0.188 0.764 2.260 15.094 4.429 2.784 25.332
21 0.162 0.658 1.944 12.985 3.810 2.395 21.793
22 0.139 0.566 1.673 11.171 3.278 2.061 18.748
23 0.120 0.487 1.439 9.610 2.820 1.773 16.129
24 0.103 0.419 1.238 8.267 2.426 1.525 13.875
25 1.065 7.112 2.087 1.312 11.576
26 6.119 1.795 1.129 9.043
27 1.545 0.971 2.516
28 0.835 0.835
45

Hidrograf banjir kala ulang 20 tahun


500.000
400.000

Q total (m3/s)
300.000
200.000
100.000
0.000
0 5 10 15 20 25 30
td (jam)

Gambar 2.19 Grafik hidrograf banjir (Kala ulang 20 tahun)


Tabel 2.38 Hidrograf banjir kala ulang 50 tahun
Ja P1 P2 P3 P4 P5
Uh Qtot
m 1.09 5.92 35.14 8.69 4.59
0 0.000 0.000 0.000
1 0.429 2.207 0.000 0.000 0.000 0.000 2.207
2 2.264 11.648 5.125 0.000 0.000 0.000 16.773
3 5.991 30.824 27.048 29.261 0.000 0.000 87.133
4 4.434 22.812 71.574 154.442 7.415 0.000 256.244
5 3.281 16.883 52.971 408.682 39.137 4.027 521.700
6 2.429 12.495 39.203 302.458 103.565 21.256 478.977
7 1.797 9.247 29.013 223.844 76.646 56.248 394.999
8 1.471 7.566 21.472 165.663 56.725 41.628 293.054
9 1.203 6.190 17.568 122.605 41.981 30.808 219.152
10 0.984 5.065 14.374 100.314 31.069 22.801 173.623
11 0.805 4.144 11.761 82.075 25.421 16.874 140.275
12 0.659 3.391 9.623 67.153 20.799 13.806 114.772
13 0.539 2.774 7.873 54.944 17.017 11.296 93.905
14 0.464 2.387 6.442 44.955 13.923 9.242 76.949
15 0.399 2.053 5.542 36.781 11.392 7.562 63.330
16 0.343 1.766 4.767 31.642 9.321 6.187 53.684
17 0.295 1.519 4.101 27.221 8.019 5.062 45.923
18 0.254 1.307 3.528 23.418 6.898 4.355 39.507
19 0.219 1.125 3.035 20.146 5.934 3.747 33.987
20 0.188 0.967 2.611 17.331 5.105 3.223 29.238
21 0.162 0.832 2.246 14.910 4.392 2.773 25.153
22 0.139 0.716 1.933 12.827 3.778 2.385 21.639
23 0.120 0.616 1.662 11.034 3.250 2.052 18.615
46

24 0.103 0.530 1.430 9.493 2.796 1.765 16.014


25 1.230 8.166 2.406 1.519 13.321
26 7.025 2.069 1.307 10.401
27 1.780 1.124 2.904
28 0.967 0.967

Hidrograf banjir kala ulang 50 tahun


600.000

500.000
Q total (m3/s)

400.000

300.000

200.000

100.000

0.000
0 5 10 15 20 25 30
td (jam)

Gambar 2.20 Grafik hidrograf banjir (Kala ulang 50 tahun)

Tabel 2.39 Hidrograf banjir kala ulang 100 tahun


Ja P1 P2 P3 P4 P5
Uh Qtot
m 1.09 5.92 35.14 8.69 4.59
0 0.000 0.000 0.000
1 0.429 2.207 0.000 0.000 0.000 0.000 2.207
2 2.264 11.648 5.125 0.000 0.000 0.000 16.773
3 5.991 30.824 27.048 29.261 0.000 0.000 87.133
4 4.434 22.812 71.574 154.442 7.415 0.000 256.244
5 3.281 16.883 52.971 408.682 39.137 4.027 521.700
6 2.429 12.495 39.203 302.458 103.565 21.256 478.977
7 1.797 9.247 29.013 223.844 76.646 56.248 394.999
8 1.471 7.566 21.472 165.663 56.725 41.628 293.054
9 1.203 6.190 17.568 122.605 41.981 30.808 219.152
10 0.984 5.065 14.374 100.314 31.069 22.801 173.623
11 0.805 4.144 11.761 82.075 25.421 16.874 140.275
12 0.659 3.391 9.623 67.153 20.799 13.806 114.772
13 0.539 2.774 7.873 54.944 17.017 11.296 93.905
14 0.464 2.387 6.442 44.955 13.923 9.242 76.949
15 0.399 2.053 5.542 36.781 11.392 7.562 63.330
47

16 0.343 1.766 4.767 31.642 9.321 6.187 53.684


17 0.295 1.519 4.101 27.221 8.019 5.062 45.923
18 0.254 1.307 3.528 23.418 6.898 4.355 39.507
19 0.219 1.125 3.035 20.146 5.934 3.747 33.987
20 0.188 0.967 2.611 17.331 5.105 3.223 29.238
Lanjutan Tabel 2.39 Hidrograf banjir kala ulang 100 tahun
21 0.162 0.832 2.246 14.910 4.392 2.773 25.153
22 0.139 0.716 1.933 12.827 3.778 2.385 21.639
23 0.120 0.616 1.662 11.034 3.250 2.052 18.615
24 0.103 0.530 1.430 9.493 2.796 1.765 16.014
25 1.230 8.166 2.406 1.519 13.321
26 7.025 2.069 1.307 10.401
27 1.780 1.124 2.904
28 0.967 0.967

Hidrograf banjir kala ulang 100 tahun


600.000
500.000
Q total (m3/s)

400.000
300.000
200.000
100.000
0.000
0 5 10 15 20 25 30
td (jam)

Gambar 2.21
600 HIDROGRAF BANJIR RENCANA Grafik
Hidrograf banjir kala hidrograf
ulang 2 tahun
500 banjir (Kala
Hidrograf banjir kala ulang 100
400 ulang 5 tahun
tahun)
Q total (m3/s)

Hidrograf banjir kala


300 ulang 20 tahun Gambar 2.22
Hidrograf banjir kala Grafik
200 ulang 50 tahun
hidrograf
Hidrograf banjir kala banjir rencana
100 ulang 100 tahun
( Kala ulang
0 2,5,20,50 dan
0 5 10 15 20 25 30
100 tahun)
t (jam)
48

Anda mungkin juga menyukai