Anda di halaman 1dari 7

TUGAS KEPERAWATAN BENCANA

PERAWATAN PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL


PADA KORBAN BENCANA

OLEH :

1. JAUHARI HASTUTI (011201046)


2. LUSIA LOI (011201048)
3. EPIPHANIA TRISILA (011201049)
4. MARIA IRNAYANTI D. N. (011201045)
5. ROSALIA ROSDIANTI INTAN (011201047)
6. FRANSISKA OVI (011201044)

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NUSA NIPA
MAUMERE
2020

PERAWATAN PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL


PADA KORBAN BENCANA

Pusat Penyuluhan Sosial pada tahun 2018 diberi mandat untuk melaksanakan kegiatan
terkait dengan kesiapsiagaan, baik kesiapsiagaan terkait dengan penanganan bencana maupun
kesiapsiagaan terkait dengan isu sosial yang sedang merebak dan menjadi kegelisahan negara.
Pada penanganan bencana, Pusat Penyuluhan Sosial turun  ke lokasi bencana dan rawan bencana
bersama-sama dengan Taruna Siaga Bencana, menjadi sahabat tagana dan ikut membantu
melakukan kegiatan terkait penanganan korban bencana.
Pada pasca bencana, Penyuluh Sosial turun mendukung Tagana dalam memberikan
Dukungan Psikososial, sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang No 24 Tahun 2007
tentang Penanggulangan Bencana  pasal 26 point D; setiap orang berhak serta dalam
perencanaan, pengoperasian dan pemeliharaan program penyediaan bantuan pelayanan kesehatan
termasuk Dukungan Psikososial. Layanan psikososial ditujukan kepada korban bencana yang
mengalami trauma dan depresi.
            Konsep psikososial terdiri dari dua hal, yaitu psiko dan sosial. Kata psiko mengacu pada
jiwa, pikiran, emosi atau perasaan, perilaku, hal-hal yang diyakini, sikap, persepsi dan
pemahaman akan diri. Kata sosial merujuk pada orang lain, tatanan sosial, norma, nilai
aturan,system ekonomi, system kekerabatan, agama atau religi serta keyakinan yang berlaku
dalam suatu masyarakat.Psiko sosial diartikan sebagai hubungan yang dinamis dalam interaksi
antara manusia, dimana tingkah laku, pikiran dan emosi individu akan mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh orang lain atau pengalaman sosial. Dalam penelitian yang dilakukan oleh
Hidayat pada kelompok masyarakat yang terkena erupsi gunung Merapi pada tahun 2010,
menunjukkan adanya permasalahan psikososial yang dihadapi oleh kelompok korban, kelompok
terancam dan kelompok terungsi.Data dari 971 responden menunjukkan bahwa gangguan stress
pasca trauma (post traumatic stress disorder) hanya sebesar 3,3 persen dari total responden.
Sementara gangguan psikologis yang atau emosi-emosi yang tidak menyenangkan yang
diperoleh dari hasil penelitian meliputi : kecemasan, depresi atau tertekan, psikosomatis serta
masalah dalam penyesuaian diri. Tujuan dukungan psikososial adalah mengembalikan individu
atau keluarga  atau kelompok pasca kejadian tertentu (bencana alam maupun bencana sosial)
sehingga menjadi kuat secara individu atau kolektif ; berfungsi optimal, memiliki ketangguhan
dalam menghadapi masalah; serta menjadi berdaya dan produktif dalam menjalani hidupnya.
            Penyuluh Sosial apabila akan turun ke lapangan dalam situasi bencana, hendaknya
memahami tahapan psikososial, sehingga kegiatan yang dilaksanakan dapat sesuai dengan
tahapan-tahapan seharusnya. Selama ini kegiatan dukungan psikososial dilakukan kepada
penyintas masih bersifat rekreasional, seperti kegiatan bermain bersama anak-anak dan
menggambar. Untuk itu penyuluh sosial perlu mempelajari tentang tahapan dukungan
psikososial.
Layanan Dukungan Psikososial dilaksanakan dalam beberapa tahapan, sebagai berikut :
1. Rapid Assesment
Kaji cepat dapat dilakukan kepada sasaran/ penyintas mulai dari kelompok rentan, penyintas
yang kehilangan anggota keluarga saat terjadi bencana, penyintas yang mengalami luka
berat, penyintas yang rumahnya hancur atau rusak berat, orang dewasa, ibu hamil,
penyandang disabilitas.
      Asessment dilakukan dengan teknik :
a. Wawancara terbuka
b. Wawancara tertutup dengan menggunakan instrument kaji cepat.

c. Activity Daily Living Mapping


Metode ini digunakan untuk asesmen pada kelompok wanita dan pria dewasa dengan
menuliskan aktivitas penyintas sehari-hari sebelum bencana, aktivitas saat ini setelah
pengungsian, masalah dan harapan penyintas.
d. Tools berupa body mapping
Body mapping digunakan untuk asesmen pada kelompok anak dan remaja, dengan
menggambar secara utuh bentuk manusia secara abstrak, kemudian menuliskan apa yang
mereka fikirkan, mereka lihat, mereka dengar, mereka cium, mereka rasakan pada saat
bencana, dan menuliskan harapan mereka
e. Cerita dan menggambar pada anak  
         
2. Intervensi
Intervensi yang dilakukan berupa
a. Intervensi individu dan kelompok
1) Teknik katarsis dan ventilation
Memfasilitasi penyintas untuk mengungkapkan perasaan yang dialaminya  
sehubungan dengan bencana yang terjadi
2) Teknik support
Memberikan semangat bahwa apa yang sedang dihadapinya sekarang bukanlah  
akhir dari kehidupannya
3) Teknik debriefing
Memfasilitasi penyintas untuk mengungkapkan perasaan/ kesedihan yang dialaminya
sehubungan dengan bencana yang terjadi, kalau bisa kesedihan tersebut dialamui
secara penuh dan utuh, tidak tertunda
Teknik motivasi dan support
4) Mengajak penyintas untuk untuk meningkatkan kembali motivasi hidupnya kearah ke
depan bersama keluarganya
5) Play therapy (untuk anak-anak), dengan berbagai bentuk kegiatan, seperti bernyanyi
bersama, menggambar, mendengarkan dongeng, permainan   (games), dan lain-lain
dengan tujuan utama agar anak-anak memiliki keceriaan.

Demikian tahapan-tahapan dalam melakukan layanan dukungan psiko sosial yang


selama ini dilakukan oleh tim LDP Kementerian Sosial yang digawangi oleh
Direktorat Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam. Semoga tahapan-tahapan
dalam LDP ini memperkaya pengetahuan penyuluh sosial ketika akan turun ke
lapangan atau ranah kebencanaan, baik bencana alam maupun bencana sosial atau
kejadian-kejadian yang membutuhkan penanganan psikososial.

Dampak Psikososial Pada Korban Bencana Alam

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam atau non alam
maupun faktor manusia, yang mengakibatkan timbulnya korban jiwa, kerusakan
lingkungan, kerusakan harta benda dan dampak kerusakan harta benda dan dampak
psikologis.

Dampak psikologi, diantaranya :


1. Depresai
2. Cemas
3. Perilaku agresif
4. Bingung
5. Putus asa
6. Sedih
7. Kehilangan
8. Takut
9. Menyendiri
Melihat dampak psikologi yang timbul tidak hanya bantuan secara fisik saja yang
dipelukan namun dukungan psikologis pasca bencana juga sangat diperlukan.
Dukungan adalah bentuk sebuah support kepada seseorang suatu perhatia,
penghargaan, yang diberikan kepada individu dan berfungsi sebagai memotivasi.

Tujuan Dan Manfaat Dukungan Psikososial pada Korban Bencana Alam

Dukungan psikososial merupakan bantuan yang diberikan kepada individu dan


masyarakat yang mengalami gangguan psikologis, dimana bantuan ini dilakukan secara
terus menerus dan saling mempengaruhi antara aspek psikologis dan aspek sosial dalam
lingkungan dimana individu atau masyarakat berada.

Tujuan dukungan psikososial adalah mengembalikan individu, keluarga,


masyarakat agar setelah  peristiwa  peristiwa bencana bencana terjadi terjadi dapat secara
bersama menjadi menjadi kuat, berfungsi berfungsi optimal optimal dan memilik
memiliki ketangguhan meghadapi masalah sehngga menjadi produktif dab berdaya guna.

Manfaat dukungan psikososial adalah:


1. Membantu individu untuk mengurangi beban emosinya
2. Mengembalikan fungsi sosial individu didalam lingkungannya
3. Meningkatkan kemampuan individu didalam pemecahan masalah-masalah yang
dihadapi  pasca ben  pasca bencana

Dukungan psikososial berupa:


1. Bantuan konseling dan konsultasi Pemberian pertolongan kepada individu atau
keluarga untuk melepaskan ketegangan Dan  beban psik  beban psikologis
2. Pendampingan
Berbagai metode terapi psikologis yang tepat kepada individu yang mengalami
trauma  psikologis ag  psikologis agar dapat ar dapat berfungsi berfungsi secara no
secara normal kem rmal kembali.
3. Pelatihan : Pelatihan untuk pemuka komunitas, relawan dan pihak-pihak yang di
tokohkan/mampu dalam masyarakat untuk memerikan dukungan psikologis kepada
masyarakatnya.
4. Kegiatan psikososial Kegiatan mengaktifkan elemen-elemen masyarakat agar dapat
kembali menjalankan fungsi sosial secara normal.
Cara Berkomunikasi dalam Memberikan dukngan Psikoso dukngan Psikososial Adapun
cara-cara komunikasi dengan korban bencana yaitu:
1. Hidari ucapan
a. Saya mengerti
b. Jangan sedih
c. Anda kuat, anda akan melaluinya .
d. Jangan menangis
e. Ini kehendak tuhan
f. Ini bisa lebih buruk

2. Adapun ucapan yang lebih membantu adalah:


a. Ada orang disini yang akan membantu anda
b. Kami tidak akan meninggalkan anda sendirian
c. Silahkan tumpahkan emosi anda
d. Kita bera dalam kondisi ini bersama
e. Saya tahu anda kuat.

Tahapan dalam fase pemulihan

Dukungan Psikososial yang diberikan :


1. Tahap Tanggap Darurat : Pasca dampak- langsung Menyediakan pelayanan intervensi
krisis untuk pekerja bantuan, misalnya defusing dan debriefing untuk mencegah
secondary trauma Memberikan pertolongan emosional pertama (emotional first aid),
misalnya berbagai macam teknik relaksasi dan terapi praktis Berusahalah untuk
menyatukan kembali keluarga dan masyarakat. Menyediakan informasi, kenyamanan,
dan bantuan praktis.

2. Tahap Pemulihan : Bulan pertama lanjutkan tahap tanggap darurat mendidik


profesional lokal, relawan, dan masyarakat sehubungan dengan efek trauma.
Memberikan bantuan praktis jangka pendek dan dukungan kepada penyintas
Menghidupkan kembali aktivitas sosial dan ritual masyarakat
3. Tahap Pemulihan akhir : Bulan kedua lanjutkan tugas tanggap bencana.
Memberikan pendidikan dan pelatihan masyarakat tentang reseliensi ang reseliensi
atau ketangguhan. atau ketangguhan. Mengembangkan jangkauan layanan untuk
mengidentifikasi mereka yang masih membutuhkan pertolongan psikologis.
Menyediakan “debriefing Menyediakan “debriefing” dan layanan lainnya layanan
lainnya untuk penyintas bencana yang membut untuk penyintas bencana yang
membutuhkan. Mengembangkan layanan berbasis sekolah dan layanan komunitas
lainnya berbasis lembaga.
4. Fase Rekonstruksi Melanjutkan memberikan layanan psikologis dan pembekalan bagi
pekerja kemanusiaan dan penyintas bencana. Melanjutkan program reseliensi untuk
antisipasi datangnya bencana angnya bencana lagi. Pertahankan “hot line” atau cara
lain dimana Pertahankan “hot line” atau cara lain dimana penyintas bisa
menghubungi konselor jika mereka tas bisa menghubungi konselor jika mereka
membutuhkannya.Memberikan pelatihan bagi profesional dan relawan lokal tentang
pendampingan psikososial agar mereka mampu mandiri.
Terapi dukungan sosial pada kelompok besar
a. Latihan nafas dalam
b. Latihan relaksasi progresif
c. Latihan berfokus pada 5 jari
d. Latihan membangun interaksi
e. Melakukan ibadah
f. Peran serta kegiatan

Terapi dukungan sosial pada kelompok kecil


a. Kelompok dewasa: Bercakap cakap tentang perasaan, harapan , keinginan, hal
positif yang masih dapat disyukuri
b. Kelompok Remaja : Olahraga, musik, tari, menulis, aktivitas sosial
c. Kelompok anak : Terapi bermain, menggambar, menari, bercerita, menonton film
kartun atau film anak anak.
d. Kelompok lansia : bercakap cakap tentang perasaan, memberikan informasi
tentang kegiatan yang dilakukan, berbagi pengalaman masa lalu, melakukan
pendampingan untuk masalah dan kebutuhan manusia,

Penangan Spiritual
Keyakinan spiritual pasca bencana gempa bumi termasuk dalam keyakinan spiritual
buruk. Seseorang yang memiliki tingkat keyakinan spiritual baik adalah seseorang
yang menjalankan aspek keyakinan, aspek tentang peribadahan, aspek perasaan
kedekatan dengan Tuhannya dan aspek perilaku dengan baik. Terdapat beberapa
kegiatan keagamaan yang rutin dilakukan seperi pengajian bagi ibu -ibu dan bapak -
bapak dan ikut aktif dalam hari besar keagamaan. Kepasarahn diri kepada sang
pencipta dalam menghadapi masalah yang ada.
REFERENSI

Desi Violita Ariyani, Journal hubungan antara keyakinan spiritual dengan kwalitas hidup
korban pasca gempa di Kabupaten Bantul Yogyakarta, 2019

Ns. Asmadi, M.kep.,Sp.Kom, Stikes Kuningan Jawa Barat ; Perawatan Psikososial Dan
Spiritual Pada Korban Bencana, 2019

Anda mungkin juga menyukai