Anda di halaman 1dari 9

Nama : Feby Anggraeni Tanjung

NPM : 1711031003

Jurusan : S1 Akuntansi

Mata Kuliah : Teori Akuntansi

Tugas : Pertemuan 3

RESUME CHAPTER 3

PENERAPAN TEORI PADA REGULASI AKUNTANSI

LO 1. TEORI REGULASI YANG RELEVAN DENGAN AKUNTANSI DAN


AUDTITING

Terdapat beberapa teori yang relevan untuk memahami regulasi terkait


pelaporan keuangan. Beberapa diantaranya adalah:

 Teori Pasar Efisien


 Teori Keagenan
 Teori Regulasi

1. Teori Pasar Efisien


Teori pasar efisien berpendapat bahwa pasar mencapai fungsi
terbaiknya tanpa campur tangan pemerintah dan efisensi maksimum akan
didapatkan dengan membiarkan penawaran (supply) dan permintaan (demand)
mendikte perilaku pasar. Meningkatnya pasar modal internasional
memberikan pengaruh secara luas terhadap arus informasi data dan modal.
Bagaimanapun juga, pemerintah harus turut campur, tidak hanya dalam
regulasi bagaimana pasar dijalankan tetapi juga dalam ketentuan informasi.
Campur tangan yang baik adalah yang bertujuan untuk mengembangkan dan
mempromosikan pertumbuhan ekonomi.
Akuntansi dapat dipandang sebagai industri informasi karena bisnis
akuntansi menghasilkan informasi. Para pendukung teori ini berpendapat
akuntansi sebagai permintaan informasi akuntansi oleh para pengguna dan
penawaran beberapa informasi dari perusahaan dalam bentuk laporan
keuangan. Oleh karena itu, harga ekuilibrium informasi akuntansi secara
teoritis dapat diketahui.
Informasi akuntansi tidak dapat disamakan dengan produk lain karena
sifatnya yang berupa barang publik. Meskipun informasi tersebut dapat dijual
kepada orang tertentu, tidak mudah membatasi orang lain yang tidak
membayar untuk mengkonsumsi informasi tersebut. Fenomena inilah yang
disebut sebagai free rider problem. Penyedia informasi akan meminimalkan
‘produksi’nya karena tidak seluruh pengguna akan menanggung biaya atas
produksi informasi tersebut. Hanya intervensi dalam bentuk regulasi yang
dapat mendesak perusahaan untuk memberikan informasi yang dibutuhkan
agar memenuhi permintaan dan menjamin pasar modal yang efektif.
2. Teori Keagenan
Permintaan atas informasi keuangan dapat dikategorikan sebagai
penata layanan atau ditujukan untuk pengambilan keputusan. Teori keagenan
berfokus pada hubungan pemilik yang mempercayakan sesuatu kepada
manajer (agen). Hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih
(principal) memperkerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa
dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada
agent tersebut. Hubungan antara principal dan agent dapat mengarah pada
kondisi ketidakseimbangan informasi (asymmetrical information) karena agen
berada pada posisi yang memiliki informasi yang lebih banyak tentang
perusahaan dibandingkan dengan principal. Dengan asumsi bahwa individu-
individu bertindak untuk memaksimalkan kepentingan diri sendiri, maka
dengan informasi asimetri yang dimilikinya akan mendorong agent untuk
menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui principal. Dalam
kondisi yang asimetri tersebut, agent dapat mempengaruhi angka-angka
akuntansi yang disajikan dalam laporan keuangan dengan cara melakukan
manajemen laba.
Teori keagenan memberikan framework untuk mempelajari masalah
kontrak antara principal dan agent serta memprediksi konsekuensi ekonomis
dari standar. Pendukung teori ini berpendapat bahwa kewajiban
pengungkapan tidak dibutuhkan dan tidak diinginkan karena pasar dapat
diandalkan untuk menghasilkan informasi yang diinginkan. Lebih jauh
mereka menyatakan bahwa kewajiban pelaporan akan menciptakan informasi
yang overproducted.
Salah satu cara yang digunakan untuk memonitor masalah kontrak dan
membatasi perilaku opportunis manajemen adalah corporate governance.
Prinsip-prinsip pokok corporate governance yang perlu diperhatikan untuk
terselenggaranya praktik good corporate governance adalah transparansi
(transparency), akuntabilitas (accountability), keadilan (fairness), dan
tanggung jawab (responsibility).
3. Teori Regulasi
a. Public Interest Theory
Alasan ekonomi utama pemerintah melakukan intervensi adalah
terjadinya kegagalan pasar. Dalam rangka teoritis, regulasi ditujukan
untuk melindungi konsumen dengan memperbaiki kinerja ekonomi
dibandingkan tanpa regulasi. Kegagalan pasar akan terjadi apabila:
 Tidak ada persaingan.
 Hambatan untuk masuk ke industry/pasar.
 Ketidaksempurnaan gap informasi (antara pembeli dan
penjual).
 Kepentingan konsumen yang diinterpretasikan pada regulasi.
 Terdapat agen.
 Pemerintah tidak independen dalam mengembangkan regulasi.

Public interest theory didasarkan pada asumsi bahwa pasar ekonomi


adalah subyek pada ketidaksempurnaan pasar atau kegagalan transaksi
yang apabila tidak diperbaiki akan menimbulkan efisiensi dan hasil
yang tidak adil. Dalam teori ini, kewenangan pusat, termasuk juga
badan pengawas regulator diasumsikan memiliki kepentingan terbaiki
dihati masyarakat. Hal tersebut merupakan hal yang terbaik digunakan
untuk mengatur sehingga dapat memaksimalkan kesejahteraan sosial.
Akibatnya, peraturan dianggap sebagai trade off antara biaya regulasi
dan manfaat sosial dalam bentuk operasi improve pasar. Sementara
pandangan ini merupakan yang ideal tentang bagaimana peraturan
harus dilakukan, namun ada masalah dalam pelaksanaannya.

b. Regulatory Capture Theory


Regulatory capture theory mempertahankan regulasi dalam pelaporan
keuangan, meskipun alasan utama dibentuknya regulasi (melindungi
kepentingan publik) tidak dapat dicapai, karena pihak yang diatur
dapat mengatur atau mendominasi regulator dalam proses regulasi.
Asumsi yang digunakan dalam teori ini adalah semua anggota
masyarakat rasional secara ekonomi (akan mengejar kepentingan
pribadinya) dan pemerintah tidak memiliki peran independen dalam
proses regulasi. Regulatory agency capture terdapat pada administrasi,
implementasi, dan evaluasi atas efek proses kebijakan pada area
regulasi apapun. Teori ini menyarankan agar badan akuntansi
professional atau badan hukum menemukan pengendalian yang
memungkinkan untuk mengatur standar akuntansi yang digunakan
dalam pelaporan.
c. Private Interest Theory
Private interest theory muncul karena ketidakpuasan atas teori-teori
sebelumnya. Asumsi yang digunakan dalam teori ini adalah regulasi
merupakan respon pemerintah atas permintaan publik untuk memperbaiki
inefisiensi dan ketidakadilan. Teori ini disampaikan George Stigler pada
tahun 1971 yang mengatakan bahwa aktivitas seputar peraturan
menggambarkan hubungan kekuatan politik dari kelompok
berkepentingan. Kelompok berkepentingan (eksekutif/industri) di sisi
demand dan legislatif sebagai supply. Teori regulasi diperlukan jika terjadi
kegagalan, jika informasi tidak dapat disampaikan dengan demand dan
supply.
Teori ini berpendapat bahwa dibutuhkan regulasi atau ketentuan dalam
akuntansi. Pemerintah dibutuhkan peranannya untuk mengatur ketentuan
tersebut, apa yang harus dilakukan perusahaan untu menentukan
informasi. Ketentuan diperlukan agar seluruh pelaku (pemakai dan
penyaji) mendapatkan informasi yang sama dan seimbang. Teori ini
muncul karena kegagalan teori keagenan.

LO 2. BAGAIMANA TEORI REGULASI DITERAPKAN PADA PRAKTIK


AKUNTANSI DAN AUDITING

1. Application of Public Interest Theory


Di dalam public interest theory, pemerintah mengeluarkan suatu
regulasi sebagai respon terhadap kegagalan pasar dan public interest.
Argumen dasarnya adalah mekanisme pasar telah gagal dan pemerintah perlu
bertindak untuk mengatasinya.
Kolapsnya perusahaan dapat dipandang mengindikasikan ada
permasalahan yang serius dalam perusahaan. Terdapat asymmetric
information antara perusahaan dan pengguna laporan keuangan yang tidak
tahu informasi sebenarnya yang mereka terima.
Setelah adanya campur tangan pemerintah, investor sebagai public
interest, dilindungi dengan adanya standar-standar yang harus di penuhi
perusahaan dalam membuat laporan keuangan. Malah dengan adanya laporan
keuangan untuk diaudit, tidak hanya investor saja yang diuntungkan tetapi
juga para internal perusahaan.
2. Application of Capture Theory
Walker memberikan pendapatnya bahwa meskipun tujuan kepentingan
publik merupakan salah satu alasan diperkenalkannya ASRB namun dia
percaya capture theory juga berperan penting dalam proses pembuatan
peraturan oleh ASRB. Pada dasarnya, walker berargumen bahwa profesi
akuntansi perlu turut serta dalam pembuatan standar akuntansi dimana
seharusnya standar yang ditetapkan tersebut juga memiliki kekuatan hukum
yang didukung oleh undang-undang. Berdasarkan cara pandang capture
theory, bahwa regulasi mengintervensi standar akuntansi sudah didesain
dalam rangka melindungi kepentingan publik agar tidak terjadi lagi kasus
kolapsnya perusahaan dan terdapatnya asymmetric information.

3. Application of Private Interest Theory


Teori private interest memberikan pendekatan lain dalam memahami
perilaku suatu pihak dengan insentif untuk mempengaruhi regulasi pelaporan
keuangan. Dari perspektif ini, profesi akuntansi tidak ‘mencapture’ proses
penetapan standar di Australia. Sebaliknya, dapat dikatakan bahwa kelompok
produsen, yang terorganisasi dengan baik dan mampu memegang pengaruh
politik yang signifikan dibandingkan dengan baik profesi akuntan atau
‘pengguna’ kelompok yang lebih besar tapi lebih menyebar, menjadi ekstensif
terlibat dalam, dan akhirnya dikontrol perdebatan tentang proses regulasi
penetapan standar di tahun 1980-an.
Keterbatasan teori regulasi ini adalah mereka tidak saling eksklusif.
Peristiwa yang dijelaskan oleh satu teori, dapat dijelaskan sama baiknya denga
teori lain. Sebagai contoh, dalam kaitannya dengan Undang-Undang
Sarbanes-Oxley dapat dikatakan bahwa pemerintah AS terpaksa mengambil
tindakan setelah runtuhnya Enron, untuk menunjukkan bahwa pemerintah
tanggap dan serius mengenai kecukupan tata kelola perusahaan, pengawasan
pelaporan keuangan dan audit. Dengan demikian, teori interest private
mungkin berlaku juga untuk menjelaskan kejadian yang diamati.

4. Standard Setting as a Political Process


Pengaturan standar dipandang sebagai proses politik karena berpotensi
secara signifikan mempengaruhi kesejahteraan berbagai kelompok
kepentingan. Oleh karena itu kelompok-kelompok ini berusaha untuk
mempengaruhi pengenalan peraturan. Model perilaku politik adalah ringkasan
dari ‘pilihan publik’ atas teori regulasi, digunakan oleh Watts dan
Zimmerman yang berpendapat bahwa proses politik hanyalah sarana mengejar
kepentingan individu atau kelompok itu sendiri. Individu atau kelompok
dipengaruhi secara berbeda oleh peraturan akuntansi.

LO 3. KERANGKA REGULASI UNTUK PELAPORAN KEUANGAN

Terdapat beberapa pihak yang berperan aktif dalam pelaporan keuangan, yaitu
para pembuat laporan keuangan dan auditor eksternal serta para pembuat peraturan.
Aktivitas pihak-pihak tersebut dipengaruhi oleh lingkungan tempat laporan keuangan
dihasilkan, seperti hukum, ekonomi, politik dan sosial. Meskipun terdapat perbedaan
dalam kerangka regulasi yang digunakan dalam menghasilkan laporan keuangan para
negara-negara di dunia, masih ada beberapa unsur yang umum digunakan. Unsur-
unsur tersebut adalah:

1. Statutory Requirements (Persyaratan Perundang-Undangan)


Persyaratan perundang-undangan, yang dalam hal ini dapat juga
dikategorikan sebagai persyaratan hukum di perusahaan, memiliki peran
sebagai insentif untuk menghasilkan laporan keuangan yang akan diaudit.
Persyaratan tambahan untuk laporan keuangan berasal dari standar
akuntansi yang spesifik dan dalam beberapa jurisdiksi, standar-standar
tersebut mempunyai kekuatan hukum. Peraturan perusahaan sebagai bagian
dari sistem hukum yang lebih luas, juga mencantumkan cara untuk
mengawasi kepatuhan terhadap persyaratan hukum tersebut. Selain itu, sistem
ini juga menyediakan sanksi dan penalti yang dapat meningkatkan kepatuhan
terhadap peraturan perusahaan.

2. Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan)


Kebanyakan praktik tata kelola perusahaan mengacu pada struktur,
proses dan institusi di dalam dan di sekitar organisasi yang membagi
kekuasaan dan kontrol sumber daya di antara para partisipan. Pedoman tata
kelola perusahaan dapat menjadi rekomendasi praktik yang baik bagi direktur
dalam mengadopsi mekanisme perusahaan yang tepat dan sesuai dengan
kondisi masing-masing perusahaan.

3. Auditors And Oversight (Auditor Dan Pengawasan)


Dalam banyak negara, auditor memiliki peran penting dalam
menjamin kualitas informasi yang terkandung dalam laporan keuangan
perusahaan. Kualifikasi tertentu, pengalaman, serta memiliki izin untuk
melakukan audit merupakan persyaratan dasar yang dibutuhkan seorang
auditor. Selain itu, auditor harus memiliki komitmen terhadap kode etik dan
harus rela menanggung sanksi apabila melanggar peraturan.
Kebanyakan bentuk dari peraturan tersebut adalah self-imposed karena
seorang profesional setuju mengikuti keseluruhan peraturan untuk menjaga
keistimewaan posisi dan melindungi hak mereka untuk melakukan praktik
sebagai seorang profesional. Lingkup tanggung jawab untuk pengawasan
auditor melalui badan hukum yang menyediakan regulasi dirasa lebih
independen dibandingkan dengan melakukan self-regulation. Pilihan melalui
peraturan hukum dibandingkan self-regulation dapat mencerminkan
perbedaan ekonomi atau politik dalam mengelola pasar modal.

4. Independent Enforcement Bodies (Badan Pelaksana Independen)


Badan pelaksana independen adalah bagian dari keseluruhan sistem
dalam melaksanakan persyaratan pelaporan keuangan. Badan pelaksana
independen berperan meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan tentang
pelaporan keuangan, sebagaimana yang terdapat dalam hukum dan standar
akuntansi.

LO 4. STRUKTUR KELEMBAGAAN UNTUK MENETAPKAN STANDAR


AKUNTANSI & AUDIT

Mengenai kerangka peraturan pelaporan keuangan (regulatory framework for


financial reporting), kita mengetahui bahwa syarat pelaporan keuangan secara
umumnya diturunkan dari undang-undang hukum dan standar akuntansi. Pada bagian
ini, akan dijelaskan mengenai perkembangan dari badan pembuat standar
internasional (international standard setting body) dan proses pembentukan standar
akuntansi dan audit internasional (process of setting international accounting and
auditing standards).

1. Latar Belakang
Perkembangan awal standar akuntansi dimulai ketika dibentuknya
International Accounting Standards Committee (IASC) di London pada tahun
1973. Komite ini berisikan perwakilan dari badan akuntansi profesional dari
sembilan negara, yaitu Australia, Kanada, Prancis, Jepang, Meksiko, Belanda,
Inggris-Irlandia, Amerika Serikat, dan Jerman Barat. Sasarannya adalah untuk
mengembangkan standar akuntansi sektor swasta yang cocok untuk digunakan
di negara-negara seluruh dunia. Sebelum tahun 2005, International
Accounting Standards (IAS) berpengaruh di banyak negara. Papua New
Guinea dan Indonesia mengadopsi IAS karena negara-negara tersebut belum
memiliki struktur pembuat standar nasional.
IASC dibentuk oleh negara-negara yang memiliki praktik dan
pendekatan standar akuntansi yang berbeda. Awalnya IAS seringkali
memperbolehkan adanya pemilihan suatu kebijakan akuntansi untuk memuat
preferensi dari berbagai negara anggota. Meskipun terdapat peningkatan
pengunaan IAS yang mendunia, namun IASC faktanya bukanlah badan
penyusun standar yang independen, sehingga pada tahun 2001, IASC 10
direstrukturisasi karena dianggap tidak independen, sehingga dibentuk
International Accounting Standards Board (IASB). IASB ini merupakan
badan pembuat standar yang independen dan strukturnya berdasarkan
Financial Accounting Standards Board (FASB). IASB memiliki
tanggungjawab untuk memperbaharui IAS yang telah ada dan membuat
International Financial Reporting Standards (IFRS).
Aktivitas IASB menjadi semakin penting, terutama dimulai sejak
tahun 2002 dengan adanya keputusan European Commission (EC) untuk
mengadopsi standar IASB pada tahun 2005. EC mengumumkan kepada
seluruh perusahaan publik di negara-negara anggota Uni Eropa untuk
menyiapkan akun konsolidasian berdasarkan standar IASB. Perubahan yang
fundamental ini merupakan langkah penting dalam mempromosikan
pembuatan informasi keuangan yang lebih transparan dan dapat dibandingkan
dari seluruh perusahaan Eropa yang terdaftar. Adopsi ini merupakan tuntutan
dari sebuah tujuan untuk menciptakan sebuah pasar modal terpadu di Eropa.

2. Program Konvergensi IASB dan FASB


Pada tahun 2002, dibentuk program konvergensi IASB/FASB yang
diberi nama Norwalk Agreement. Program konvergensi tersebut
mengharuskan FASB dan IASB untuk mengidentifikasi perbedaan antar
standar, untuk meninjau solusi apa saja yang tersedia dan untuk mengadopsi
perlakuan yang lebih baik. Dalam praktiknya, proses konvergensi ini sangat
rumit. Beberapa perbedaan muncul karena terdapat perbedaan-perbedaan
mendasar antara kedua standar. US GAAP dikenal sebagai standar yang
berdasarkan aturan (rule-based standards), sedangkan IAS merupakan standar
yang berdasarkan prinsip (principle-based standards).

3. Standar Akuntansi Sektor Publik


IASB menetapkan standar untuk sektor swasta. Standar yang berbeda
mungkin saja diterapkan di sektor pemerintahan karena organisasi
pemerintahan memiliki tujuan dan stakeholder yang berbeda dengan
perusahaan swasta. Setiap negara harus menentukan sejauh mana standar
IASB dapat digunakan oleh entitas sektor publik. Di Indonesia, standar
akuntansi yang digunakan oleh sektor publik adalah Standar Akuntansi
Pemerintah yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun
2010.

4. Standar Audit Internasional


Menurut sejarahnya, audit bersifat self-regulated, artinya tidak ada
standar internasional yang baku untuk digunakan. Pada abad ke -19,
Companies Act terjadi di Inggris dan mengharuskan audit dilakukan. Di
Amerika Serikat, American Institute of Accountants menetapkan standar audit
untuk pertama kalinya pada tahun 1939.
Skandal Enron dan perusahaan lainnya pada awal taun 2000-an dapat
dinyatakan sebagai kegagalan pasar dan tampaknya telah digunakan sebagai
pembenaran untuk intervensi pemerintah dalam penyusunan standar audit di
Amerika Serikat dan Australia. Hal tersebut melahirkan sebuah pakta yang
disebut Sarbanes-Oxley Act pada tahun 2002. Sejak saat itu, peninjauan
kepada kantor audit di Amerika Serikat dilakukan oleh badan pemerintah
yang disebut Public Company Accounting and Oversight Board (PCAOB).
PCAOB juga bertanggung jawab dalam menetapkan standar audit untuk
perusahaan publik.

REFLEKSI

Hal menarik pada bab 3 menurut saya, yaitu pada pembahasan mengenai teori
regulasi yang relevan dengan akuntansi dan auditing. Fokus dalam bagian tersebut
terdapat pada bagian teori keagenan. Karena seperti yang kita ketahui, dalam sautu
perusahaan pasti terdapat principal dan agent. Dimana principal (pemilik
perusahaan) mempercayakan urusan perusahaan kepada manajer (agen). Namun
dalam teori keagenan tersebut, ternyata terdapat suatu permasalahan yaitu mengenai
kepentingan pribadi, yang mana dalam perusahaan agen memiliki informasi yang
lebih daripada principal. Dengan adanya hal tersebut mendorong agen untuk
melakukan manajemen laba terhadap laporan keuangan, sehingga laporan keuangan
yang disajikan dapat menjadi bias.

Anda mungkin juga menyukai