Anda di halaman 1dari 20

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi meruapkan suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan

tekanan darah di atas normal yang di tunjukkan oleh angka sistolik (>140 mmHg)

dan angka diastolik (>90 mmHg) pada pemeriksaan tensi darah menggunakan alat

pengukur tekanan darah baik yang berupa cuff air raksa (sphygmomanometer) atau

alat digital. Penyakit hipertensi terus mengalami kenaikan dan prevalensinya cukup

tinggi dari tahun ketahun. Penyakit ini sering dijumpai di masyarakat maju, baik pria

ataupun wanita, tua ataupun muda, dan gejalanya tidak terasa. Penyakit ini disebut

sebagai silent diseases dan merupakan faktor risiko utama dari perkembangan atau

penyebab penyakit jantung dan stroke. Karena tidak dapat di lihat tanda-tanda gejala

dari luar. Perkembangan hipertinsi berjalan. Secara perlahan tetapi secara potensial

sangat berbahaya, Bila tidak terkontrol akan menyebabkan kerusakan pada organ

tubuh lainnya, seperti otak, ginjal, mata dan kelumpuhan organ-organ gerak (Wahdah

N, 2011).

Prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 31,7% dari populasi usia 18 tahun

keatas. Dari jumlah itu, 60% penderita hipertensi mengalami stroke. Sedangkan

sisanya mengalami penyakit jantung, gagal ginjal, dan tuberkolosis, jumlah mencapai

6,8% dari proporsi penyebab kematian pada semua umur di Indonesia. Riskesdas

(dalam Endang Triyanto, 2014). Prevalensi hipertensi di Indonesia terus terjadi

peningkatan. Menurut data kementrian RI tahun 2009 menunjukkan bahwa

1
2

prevalensi hipertensi sebesar 29,6% dan meningkat menjadi 34,1% pada tahun 2010

(Apriany, 2012). Profil data kesehatan Indonesia tahun 2013 menyebutkan bahwa

hipertensi merupakan salah satu dari 10 penyakit dengan kasus rawat inap terbanyak

di rumah sakit pada tahun 2014, dengan proporsi kasus 42,38% pria dan 57,62%

wanita, serta 4,8% pasien meninggal dunia (Kemenkes RI, 2015). Menurut hasil riset

dinas kesehatan provinsi Jawa Timur tahun 2016 mempunyai prevalensi sebesar

37,4%. Menurut survey terpadu penyakit atau di singkat STP Puskesmas di Jatim

(tahun 2015), sejumlah daerah di Jatim yang paling banyak menyumbang pasien

penderita hipertensi Kabupaten Malang, jumlah penderita 31.789 orang. Disusul

Kota Surabaya peringkat ke -2 sejumlah 28.970 penderita, Madura peringkat ke -3

sebanyak 28.955 penderita.

Penyakit hipertensi disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya adalah gaya

hidup terutama dalam pengaturan diet sehari-hari. Perubahan pola makan menjurus

ke sajian siap santap yang mengandung lemak, protein dan garam tinggi tapi rendah

serat pangan (dietaryfiber), membawa konsekuensi terhadap berkembangnya

penyakit degeneratif (jantung, diabetes militus, kanker, osteoporosis). Apabila

penyakit hipertensi tidak segera ditangani maka akan terjadi komplikasi penyakit

diantaranya stroke, serangan jantung, edema paru, gagal ginjal, kebutaan dan fungsi

pendengaran menurun (Infodatin, 2014). Hipertensi juga dapat disebabkan karena

adanya perubahan alami jantung, pembuluh darah dan kadar hormon (Junaedi, dkk,

2013).

Kementrian Kesehatan RI membuat kebijakan yaitu mengembangkan dan

memperkuat kegiatan deteksi dini hipertensi secara aktif (skrining) sebagai upaya
pencegahan dan penanggulangan hipertensi yang dimulai dengan meningkatkan

kesadaran masyarakat untuk menuju ke perubahan pola hidup sehat melalui promosi

kesehatan seperti diet sehat dengan cara makan cukup sayur, buah, rendah garam dan

lemak, minum air kesehatan serta rajin melakukan aktifitas dan tidak merokok, di

akses tanggal 9 Desember 2017. Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan dengan

menggunakan obat-obatan ataupun dengan cara modifikasi gaya hidup. Modifikasi

gaya hidup dapat dilakukan dengan membatasi asupan garam tidak lebih dari –

sendok teh (6 gr/hari), menurunkan berat badan, menghindari minuman berkafein,

rokok, dan minuman beralkohol. Olah raga juga dianjurkan bagi penderita hipertensi,

dapat berupa jalan, lari, jogging, bersepeda selama 20-25 menit dengan frekuensi 3-5

x per minggu.

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan Penulisan

1.4 Manfaat Penulisan


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Hipertensi

1. Definisi Hipertensi

CBN (dalam Endang Triyanto, 2014) Hipertensi adalah suatu keadaan

dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang

mengakibatkan peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan angka

kematian/mortalitas.Tekanan darah 140/90 mmHg di dasarkan pada fase dalam

setiap denyut jantung yaitu fase sistolik 140 menujukan fase darah yang sedang di

pompa oleh jantung dan fase diastolic 90 menujukan fase darah yang kembali ke

jantung.

Menurut WHO (2009), penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan

sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolik sama

atau lebih besar 95 mmHg.

Hipertensi didefiniskan oleh Joint National Committee on Prevention,

Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure JNC sebagai tekanan

yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai degan derajat

keparahannya, mempunyai rentang dari tekanan darah normal tinggi sampai

hipertensi maligna.

Jadi dapat disimpulakan bahwa hipertensi adalah tekanan darah

persistendimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di

atas 90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai dengan derajat keparahannya, mempunyai

rentang dari tekanan darah normal.

8
9

B. Etiologi

Menurut smiltzer dan bare (dalam Endang Triyanto, 2014), penyebab

hipertensi di bagi menjadi 2 yaitu:

1. Hipertensi Esensial atau primer

Penyebab pasti dari hipertensi esensial sampai saat ini masih belum

dapat diketahui. Kurang lebih 90% penderita hipertensi tergolong hipertensi

esensial sedangkan 10% nya tergolong hipertensi skunder. Onset hipertensi

primer terjadi pada usia 30/40 tahun. Hipertensi primer adalah suatu kondisi

hipertensi di mana penyebab skunder dari hipertensi tidak di temukan ( lewis,

2000 ) pada hipertensi primer tidak di temukan penyakit renovaskuler,

aldostronism, pheochro-mocytoma, gagal ginjal, dan penyakit lainnya.

Genetik dan ras merupakan bagian yang menjadi penyebab timbulnya

hipertensi primer, termasuk faktor lain yang di antaranya adalah faktor stress,

intake alkohol moderat, merokok, lingkungan, demografi dan gaya hidup.

1) Genetik Peran faktor genetik terhadap hipertensi esensial dibuktikan

bahwa kejadian hipertensi lebih banyak dijumpai pada penderita

kembar monozigot dari pada heterozigot, apabila salah satu diantara

menderita hipertensi. Pada 70% kasus hipertensi esensial didapatkan

riwayat hipertensi esensial.

2) Usia Insiden hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya usia.

Hipertensi padayang berusia kurang dari 35 tahun dengan jelas

menaikkan insiden penyakit arterikoroner dan kematian prematur.


3) Obesitas Adanya penumpukan lemak terutama pada pembuluh darah

mengakibatkan penurunan tahanan perifer sehingga meningkatkan akt

ivitas saraf simpatik yang mengakibatkan peningkatan vasokontriksi

dan penurunan vasodilatasi dimana hal tersebut dapat merangsang

medula adrenal untuk mensekresi epinerpin dan norepineprin yang

dapat menycebabkan hipertensi.

4) Hiperkolesterol Lemak pada berbagai proses akan menyebabkan

pembentukan plaque pada pembuluh darah. Pengembangan ini

menyebabkan penyempitan dan pengerasan yang disebut

aterosklerosis.

5) Asupan Natrium meningkat (keseimbangan natrium) Kerusakan

ekskresi natrium ginjal merupakan perubahan pertama yang

ditemukan padaproses terjadinya HT. Retensi Na+ diikuti dengan

ekspansi volume darah dan kemudian peningkatan output jantung.

Autoregulasi perifer meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer

dan berakhir dengan HT.

6) Rokok. Asap rokok mengandung nikotin yang memacu pengeluaran

adrenalin yang merangsang denyutan jantung dan tekanan darah.

Selain itu asap rokok mengandung karbon monoksida yang memiliki

kemampuan lebih kuat dari pada Hb dalam menarik oksigen.

Sehingga jaringan kekurangan oksigen termasuk ke jantung.

7) Alkohol. Penggunaan alkohol atau etanol jangka panjang dapat

menyebabkan peningkatan lipogenesis (terjadi hiperlipidemia) sintesis


kolesterol dari asetil ko enzim A, perubahan seklerosis dan fibrosis

dalam arteri kecil.

8) Obat-obatan tertentu atau pil anti hamil. Pil anti hamil mengandung

hormon estrogen yang juga bersifat retensi garam danair, serta dapat

menaikkan kolesterol darah dan gula darah.

9) Stres psikologis Stres dapat memicu pengeluaran hormone adrenalin

dan katekolamin yang tinggi yang bersifat memperberat kerjaya arteri

koroner sehingga suplai darah ke otot jantung terganggu. Stres dapat

mengaktifkan saraf simpatis yang dapat meningkatkan tekanan darah

secara intermiten.

2. Hipertensi sekunder

Hipertensi skunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat

diketahui, antara lain kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan klelenjar

tiroid (hipertiroit), penyakit kelenjar adrenal (hipraldosteronisme) golongan

terbesar dari penderita hipertensi adalah hipertensi esensial, maka

penyelidikan dan pengobatan lebih banyak di tujukan ke penderita hipertensi

esensial

1) Penyakit ginjal Kerusakan pada ginjaml menyebabkan renin oleh

sel-sel juxtaglomerular keluar, mengakibatkan pengeluaran angiostensin II

yang berpengaruh terhadap sekresialdosteron yang dapat meretensi Na dan

air.

2) Diabetes Mellitus Disebabkan oleh kadar gula yang tinggi dalam

waktu yang sama mengakibatkan gula darah pekat dan terjadi


pengendapan yang menimbulkan arterosklerosis meningkatkan tekanan

darah.

C. Patofisiologi

Meningkatnya tekanan darah didalam arteri bisa terjadi melalui berbagai

beberapa cara yaitu jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak

cairan pada setiap detiknya arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku

sehingga mereka tidaak dapat mengembangkan pada saat jantung memompa darah

melalui arteri tersebut. Darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui

pembuluh yang sempit dari pada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Inilah

yang terjadi pada usia lanjut, di mana dinding arterinya telah menebal dan kaku

karena arterioskalierosis.

Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi

vasokonstriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu mengkerut

karena perangsangan saraf atau hormon di dalam darah. Bertambahnya cairan dalam

sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah.Hal ini terjadi jika terdapat

kelainan fungsi ginjal sehigga tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari

dalam tubuh.Volume darah dalam tubuh meningkat sehingga tekanan darah juga

meningkat.

Sebaliknya, jika aktivitas memompa jantung berkurang, arteri mengaalami

pelebaran, banyak cairan keluar dari sirkulasi, makan tekanan darah akan menurun.

Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut dilaksanakn oleh perubahan di dalam

fungsi ginjal dan sisten saraf otonom(bagian dari sistem saraf yang mengatur

berbagai fungsi tubuh secara otomatis). Perubahan fungsi ginjal, ginjal


mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara: jika tekanan darah meningkat,

ginjal akan menambah pengeluaran garam dan air, yang akan menyebabkan

berkurangnya volume darah dan mengebalikan tekanan darah ke normal.

Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam dan

air, sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali ke normal. Ginjal

juga bisa meningkatkan tekanan darah yang menghasilkan enzim yang disebut renin,

yang memicu pembentukan hormon angiotensi, yang selanjutnya akan memicu

pelepasan hormon aldosteron ginjal merupakan organ penting dalam mengendalikan

tekanan darah; karena itu berbagai penyakit dan kelainan pada ginjal dapat

menyebabkan tejadinya tekanan darah tinggi misalnya penyempitan arteri yang

menuju ke salah satu ginjal (stenosis arteri renalis) bisa menyebabkan hipertensi.

Peradangan dan cidera pada salah satu ata kedua ginjal juga bisa menyebabkan

naiknya tekanan darah.


Gambar 2.4 : Web Of Coution (Nanda, 2015)

D. Web Of Coution (WOC)

HIPERTENSI

Kerusakan pembuluh darah

Penyumbatan pembuluh darah

Vasokonstriksi

Gangguan sirkulasi

Otak Ginjal Pembuluh darah Perubahan status

sistemik kesehatan

Suplai O2 Resistensi pembuluh Vasokonstriksi Vasokonstriksi Kurang

menurun darah otak pembuluh darah informasi

ginjal mengenai

Kesadaran Merangsang Kelelahan penyakit

Hipotalamus Aliran darah


Penurunan
menurun
curah jantung menurun Kelemahan Koping

Nyeri kepala fisik tidak

Vasokonstriksi adekuat

Nyeri Akut Rangsang aldesteron

Retensi Na Intoleransi
aktivitas
Defisiensi
Edema
pengetahuan

Kelebihan volume
cairan
E. Klasifikasi

Hipertensi di klasifikasikan dalam beberapa tingkatan berdasarkan tinggi sistolik dan

diastolik.

Table 2. 5: Klasifikasi Hipertensi ( Nanda,2015 )

Kategori Tekanan Sistolik Tekanan Diastolik

Optimal <120 mmHg <80 mmHg

Normal 120 mmHg – 129 mmHg 80mmHg – 84mmHg

High Normal 130 mmHg – 139 mmHg 85 mmHg – 89 mmHg

Hipertensi

Grade 1 (ringan) 140 mmHg – 159 mmHg 90 mmHg – 99 mmHg

Grade 2 (sedang) 160 mmHg – 179 mmHg 100 mmHg – 109

mmHg

Grade 3 (berat) 180 mmHg - 209 mmHg 100 mmHg – 119

Grade4(sangat berat) >210 mmHg mmHg

>120 mmHg

F. Tanda Dan Gejala

Manifestasi klinik pada hipertensi dibedakan menjadi :

2.1.6.1 Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan

peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang

memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa

jika tekanan arteri tidak terukur.


2.1.6.2 Gejala yang lazim sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang

menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya

ini merupakan 6 gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari

pertolongan medis.

Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu:

1) Mengandung sakit kepala dan pusing

2) Lemes, lelah

3) Sesak nafas

4) Gelisah

5) Mual

6) Muntah

7) Epistaksis

8) Kesadaran menurun

G. Komplikasi

Komplikasi menurut Tambayong (2009) yang mungkin terjadi pada hipertensi

adalah sebagai berikut :

1. Payah jantung (gagal jantung) ketidakmampuan jantung dalam memompa

darah yang kembali ke jantung dengan cepat mengakibatkan cairan

terkumpul di paru, kaki dan jaringan lain sering disebut edema. Cairan di

dalam paru-paru sering membuat sesak nafas, timbunan cairan di tungkai

menyebabkan kaki bengkak dan sering di bilang edema. Ensefalofati

dapat terjadi terutama pada hipertensi melikna (hipertensi yang cepat)


2. Pendarahan otak (stroke) strok dapat timbul akibat perdarahan tekanan

tinggi di otak, yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajang

tekanan tinggi.

3. Hipertensi maligna: kelainan retina, ginjal dan cerebral

4. Hipertensi ensefalopati: komplikasi hipertensi maligma dengan gangguan

otak.

5. Infark miokardiumDapat terjadi apabila arteri koroner yang

arterosklerosis tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau

apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran yang menghambat

aliran darah melalui pembuluh darah tersebut.

6. Gagal ginjal terjadi dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat

tekanan tinggi pada kapiler-kapiler ginjal, glomelorus. Dengan rusaknya

glomelorus, darah akan mengalir ke unit unit fungsional ginjal, nefron

akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan kematian.

H. Pemeriksaan Penunjang

1) Pemeriksaan laboratorium

• Hb/Ht: untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume

(viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko seperti

hipikoagulabilitas.

• BUN/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi/fungsi

ginjal.

• Glucose: hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat

diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.


• CT Scan: mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.

• EKG: dapat menunjukkan pola regangan, dimana luas, peninggian

gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung

hipertensi.

• IUP: meginditifikasi penyebab hipertensi seperti: batu ginjal,

perbaikan ginjal.

• Photo dada: menunjukkan destruksi klasifikasi pada area katup,

pembesaran jantung.

I. Penatalaksanaan

Didasarkan pada Program Perawatan Bertahap (Rodman, 1991)

1. Langkah I : Tindakan-tindakan konservatif :

1) Modifikasi diet :

- Pembatasan natrium

- Penurunan masukan kolesterol dan lemak jenuh

- Penurunan masukan kalori untuk mengontrol berat badan

- Menurunkan masukan minuman beralkohol

2) Menghentikan merokok

3) Penatalaksanaan stress

4) Program latihan regular untuk menurunkan berat badan

2. Langkah II : farmakoterapi bila tindakan-tindakan konservatif gagal

untuk mengontrol TD secara adekuat.


3. Langkah III : Dosis obat dapat dikurangi, obat kedua dari kelas yang

berbeda dapat ditambahkan, atau pengganti obat lainnya dari kelas

yang berbeda.

4. Langkah IV : obat ketiga dapat ditambahkan atau obat kedua

digantikan yang lain dari kelas yang berbeda.

5. Langkah V : Evaluasi lanjut atau rujukan pada spesialis atau obat

ketiga atau keempat dapat ditambahkan masing-masing dari kelas

yang berbeda

J. Konsep Asuhan Keperawatan

i. Pengkajian Keperawatan

1. Identitas Klien

Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis

kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal

dan jam MRS, nomor register dan diagnosis medis

2. Keluhan Utama

Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan

adalah sakit kepala disertai rasa berat di tengkuk, sakit kepala

berdenyut.

3. Riwayat kesehatan sekarang

Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan

gejala.Gejala yang dimaksud adalah sakit di kepala, pendarahan di

hidung, pusing, wajah kemerahan, dan kelelahan yang bisa saja terjadi

pada penderita hipertensi.Jika hipertensinya berat atau menahun dan


tidak di obati, bisa timbul gejala sakit kepala, kelelahan, muntah,

sesak napas, pandangan menjadi kabur, yang terjadi karena adanya

kerusakan pada otak, mata, jantung, dan ginjal.Kadang penderita

hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma.

4. Riwayat kesehatan dahulu

Apakah ada riwayat hipertensi sebelumnya, diabetes militus, penyakit

ginjal, obesitas, hiperkolesterol, adanya riwayat merokok, penggunaan

alcohol dan penggunaan obat kontrasepsi oral, dan lain-lain.

5. Riwayat kesehatan keluarga

Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi.

6. Data dasar pengkajian pasien

a. Aktivitas/istirahat

Gejala: kelemahan, letih, sesak napas, gaya hidup monoton.

Tanda: frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,

takipnea.

b. Sirkulasi

Gejala: riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung

koroner dan penyakit serebrovaskuler.

Tanda: kenaikan tekanan darah meningkat,denyutan nadi jelas dan

karotis.

c. Integritas ego

Gejala: perubahan kepribadian, ansietas, euphoria, marah

kronik(dapat mengindikasikan kerusakan serebral).


Tanda: gelisah, otot muka tegang, gerakan fisik cepat,

peningkatan pola bicara.

d. Eliminasi

Gejala: gangguan saat ini atau yang lalu/obstruksi riwayat penyaki

ginjal.

e. Makanan dan cairan

Gejala: makanan tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol,

gula yang berwarna hitam, kandungan tinggi kalori, mual, muntah,

perubahan berat badan.

Tanda: berat badan obesitas, adanya edema, kongesti vena,

glikosuria.

f. Neorosensori

Gejala: keluhan Pening/pusing, berdenyut, sakit kepala

subosipital, gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan kabur)

Tanda: status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola

bicara, proses pikiir, respon motorik: penurunan kekuatan

ganggaman tangan/reflex tendon dalam.

g. Gejala: angina, nyeri tulang timbulpada tungkai,

sakit kepala oksipital berat, nyeri abdomen.

h. Pernapasan

Gejala: dipsnea yang berkaitan dengan aktivitas/kerja, takipnea,

ortopnea, noktural, paroksimal,batuk dengan/tanpa pembentukan

sputum, riwayat merokok.


Tanda: Distres respirasi/penggunaan otot aksesori pernapasan,

bunyi napas tambahan, sianosis.

i. Keamanan

Gejala: gangguan koordinasi/ cara berjalan

Tanda: episode Parestesia unilateral transient, hipotensi postural.

j. Pembelajaran/ penyuluhan

Gejala: hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM, penyakit

serebrovaskular.

k. Rencana pemulangan

7. Bantuan dengan pemantauan ATD, perubahan dalam terapi obat.


2.3.1 Diagnosa Keperawatan

1) (D.0077) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencidera fisiologis :

peningkatan tekanan vaskuler serebral

2) (D.0056) Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan

kebutuhan oksigen

3) (D.0011) Resiko penurunan curah jantung d.d perubahan afterload

Anda mungkin juga menyukai