PENDAHULUAN
tekanan darah di atas normal yang di tunjukkan oleh angka sistolik (>140 mmHg)
dan angka diastolik (>90 mmHg) pada pemeriksaan tensi darah menggunakan alat
pengukur tekanan darah baik yang berupa cuff air raksa (sphygmomanometer) atau
alat digital. Penyakit hipertensi terus mengalami kenaikan dan prevalensinya cukup
tinggi dari tahun ketahun. Penyakit ini sering dijumpai di masyarakat maju, baik pria
ataupun wanita, tua ataupun muda, dan gejalanya tidak terasa. Penyakit ini disebut
sebagai silent diseases dan merupakan faktor risiko utama dari perkembangan atau
penyebab penyakit jantung dan stroke. Karena tidak dapat di lihat tanda-tanda gejala
dari luar. Perkembangan hipertinsi berjalan. Secara perlahan tetapi secara potensial
sangat berbahaya, Bila tidak terkontrol akan menyebabkan kerusakan pada organ
tubuh lainnya, seperti otak, ginjal, mata dan kelumpuhan organ-organ gerak (Wahdah
N, 2011).
keatas. Dari jumlah itu, 60% penderita hipertensi mengalami stroke. Sedangkan
sisanya mengalami penyakit jantung, gagal ginjal, dan tuberkolosis, jumlah mencapai
6,8% dari proporsi penyebab kematian pada semua umur di Indonesia. Riskesdas
1
2
prevalensi hipertensi sebesar 29,6% dan meningkat menjadi 34,1% pada tahun 2010
(Apriany, 2012). Profil data kesehatan Indonesia tahun 2013 menyebutkan bahwa
hipertensi merupakan salah satu dari 10 penyakit dengan kasus rawat inap terbanyak
di rumah sakit pada tahun 2014, dengan proporsi kasus 42,38% pria dan 57,62%
wanita, serta 4,8% pasien meninggal dunia (Kemenkes RI, 2015). Menurut hasil riset
dinas kesehatan provinsi Jawa Timur tahun 2016 mempunyai prevalensi sebesar
37,4%. Menurut survey terpadu penyakit atau di singkat STP Puskesmas di Jatim
(tahun 2015), sejumlah daerah di Jatim yang paling banyak menyumbang pasien
Penyakit hipertensi disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya adalah gaya
hidup terutama dalam pengaturan diet sehari-hari. Perubahan pola makan menjurus
ke sajian siap santap yang mengandung lemak, protein dan garam tinggi tapi rendah
penyakit hipertensi tidak segera ditangani maka akan terjadi komplikasi penyakit
diantaranya stroke, serangan jantung, edema paru, gagal ginjal, kebutaan dan fungsi
adanya perubahan alami jantung, pembuluh darah dan kadar hormon (Junaedi, dkk,
2013).
memperkuat kegiatan deteksi dini hipertensi secara aktif (skrining) sebagai upaya
pencegahan dan penanggulangan hipertensi yang dimulai dengan meningkatkan
kesadaran masyarakat untuk menuju ke perubahan pola hidup sehat melalui promosi
kesehatan seperti diet sehat dengan cara makan cukup sayur, buah, rendah garam dan
lemak, minum air kesehatan serta rajin melakukan aktifitas dan tidak merokok, di
gaya hidup dapat dilakukan dengan membatasi asupan garam tidak lebih dari –
rokok, dan minuman beralkohol. Olah raga juga dianjurkan bagi penderita hipertensi,
dapat berupa jalan, lari, jogging, bersepeda selama 20-25 menit dengan frekuensi 3-5
x per minggu.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Hipertensi
1. Definisi Hipertensi
setiap denyut jantung yaitu fase sistolik 140 menujukan fase darah yang sedang di
pompa oleh jantung dan fase diastolic 90 menujukan fase darah yang kembali ke
jantung.
sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolik sama
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure JNC sebagai tekanan
yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai degan derajat
hipertensi maligna.
8
9
B. Etiologi
Penyebab pasti dari hipertensi esensial sampai saat ini masih belum
primer terjadi pada usia 30/40 tahun. Hipertensi primer adalah suatu kondisi
hipertensi primer, termasuk faktor lain yang di antaranya adalah faktor stress,
aterosklerosis.
8) Obat-obatan tertentu atau pil anti hamil. Pil anti hamil mengandung
hormon estrogen yang juga bersifat retensi garam danair, serta dapat
secara intermiten.
2. Hipertensi sekunder
esensial
air.
darah.
C. Patofisiologi
beberapa cara yaitu jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak
cairan pada setiap detiknya arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku
sehingga mereka tidaak dapat mengembangkan pada saat jantung memompa darah
melalui arteri tersebut. Darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui
pembuluh yang sempit dari pada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Inilah
yang terjadi pada usia lanjut, di mana dinding arterinya telah menebal dan kaku
karena arterioskalierosis.
Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi
vasokonstriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu mengkerut
karena perangsangan saraf atau hormon di dalam darah. Bertambahnya cairan dalam
sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah.Hal ini terjadi jika terdapat
kelainan fungsi ginjal sehigga tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari
dalam tubuh.Volume darah dalam tubuh meningkat sehingga tekanan darah juga
meningkat.
pelebaran, banyak cairan keluar dari sirkulasi, makan tekanan darah akan menurun.
fungsi ginjal dan sisten saraf otonom(bagian dari sistem saraf yang mengatur
ginjal akan menambah pengeluaran garam dan air, yang akan menyebabkan
Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam dan
air, sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali ke normal. Ginjal
juga bisa meningkatkan tekanan darah yang menghasilkan enzim yang disebut renin,
tekanan darah; karena itu berbagai penyakit dan kelainan pada ginjal dapat
menuju ke salah satu ginjal (stenosis arteri renalis) bisa menyebabkan hipertensi.
Peradangan dan cidera pada salah satu ata kedua ginjal juga bisa menyebabkan
HIPERTENSI
Vasokonstriksi
Gangguan sirkulasi
sistemik kesehatan
ginjal mengenai
Vasokonstriksi adekuat
Retensi Na Intoleransi
aktivitas
Defisiensi
Edema
pengetahuan
Kelebihan volume
cairan
E. Klasifikasi
diastolik.
Hipertensi
mmHg
>120 mmHg
2.1.6.1 Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang
memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa
ini merupakan 6 gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari
pertolongan medis.
2) Lemes, lelah
3) Sesak nafas
4) Gelisah
5) Mual
6) Muntah
7) Epistaksis
8) Kesadaran menurun
G. Komplikasi
terkumpul di paru, kaki dan jaringan lain sering disebut edema. Cairan di
tinggi di otak, yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajang
tekanan tinggi.
otak.
H. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium
hipikoagulabilitas.
ginjal.
hipertensi.
perbaikan ginjal.
pembesaran jantung.
I. Penatalaksanaan
1) Modifikasi diet :
- Pembatasan natrium
2) Menghentikan merokok
3) Penatalaksanaan stress
yang berbeda.
yang berbeda
i. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas Klien
2. Keluhan Utama
berdenyut.
hidung, pusing, wajah kemerahan, dan kelelahan yang bisa saja terjadi
a. Aktivitas/istirahat
takipnea.
b. Sirkulasi
karotis.
c. Integritas ego
d. Eliminasi
ginjal.
glikosuria.
f. Neorosensori
h. Pernapasan
i. Keamanan
j. Pembelajaran/ penyuluhan
serebrovaskular.
k. Rencana pemulangan
kebutuhan oksigen