Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN GLAUKOMA

Makalah ini disusun guna memenuhi mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II

Dosen Pengampu:
Ns. Mareta Dea Rosaline S.Kep M.Kep

Disusun oleh:

Alyadin Rahmat Hidayat 1810701004


Annisa Wiranti 1810701007
Fanny montia fransisca 1810701008

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
DIII KEPERAWATAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Asuhan
Keperawatan pada pasien glaukoma yang telah disusun untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah 2 di kampus Universitas Pembangunan Nasional
Veteran Jakarta.
Dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas dari berbagai pihak yang telah
membantu terselesainya makalah ini. Untuk itu kami mengucapkan terimakasih atas semua
bantuan yang telah diberikan dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu, segala kritik dan saran yang bersifat kontruksif kami terima dengan
senang hati demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi siapa saja,
khususnya mahasiswa dan seluruh pembaca.

Jakarta , 22 September 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian.....................................................................................................3
B. Etiologi.........................................................................................................3
C. Patofisiologi..................................................................................................4
D. Tanda Gejala.................................................................................................5
E. Penatalaksanaan Medis.................................................................................6
F. Pemeriksaan Penunjang................................................................................7
G. Komplikasi...................................................................................................9
H. Asuhan Keperawatan dengan Kasus............................................................9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................................iii
B. Saran.............................................................................................................iii
Daftar Pustaka........................................................................................................iv

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Glaukoma adalah suatu neuropati optik multifaktorial dengan karakteristik
hilangnya serat saraf optik (Olver dan Cassidy, 2005). Pada glaukoma akan terdapat
kelemahan fungsi mata dengan terjadinya cacat lapangan pandang dan kerusakan anatomi
berupa ekskavasi serta degenerasi papil saraf optik, yang dapat berakhir dengan kebutaan.
Glaukoma dapat disebabkan bertambahnya produksi cairan mata oleh badan siliar atau
karena berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau di celah
pupil (Ilyas dan Yulianti, 2014).
Mekanisme peningkatan tekanan intraokular pada glaukoma adalah gangguan
aliran keluar aqueous humor akibat kelainan sistem drainase sudut bilik mata depan
(glaukoma sudut terbuka) atau gangguan akses aqueous humor ke sistem drainase
(glaukoma sudut tertutup) (Riordan-Eva dan Witcher, 2008). Glaukoma merupakan
penyebab kebutaan kedua di seluruh dunia, dengan morbiditas yang tidak proporsional di
antara wanita dan orang Asia (Stamper et al., 2009). Berbeda dengan katarak, kebutaan
yang diakibatkan glaukoma bersifat permanen atau tidak dapat diperbaiki (irreversible)
(Kemenkes, 2015).
Jumlah penyakit glaukoma di dunia oleh World Health Organization (WHO)
diperkirakan ± 60,7 juta orang di tahun 2010, akan menjadi 79,4 juta di tahun 2020
(Artini, 2011). Diperkirakan 3 juta penduduk Amerika Serikat terkena glaukoma, dan
diantara kasus-kasus tersebut, sekitar 50% tidak terdiagnosis (Riordan-Eva dan Witcher,
2008). Data yang tersedia menunjukkan bahwa 86.000 sampai 116.000 dari mereka telah
mengalami kebutaan bilateral (American Academy of Ophtalmology, 2011).
Kelainan mata glaukoma ditandai dengan meningkatnya tekanan bola mata, atrofi
papil saraf optik, dan menciutnya lapangan pandang (Ilyas dan Yulianti, 2014).
Kerusakan saraf pada glaukoma umumnya terjadi karena peningkatan tekanan dalam bola
mata. Bola mata normal memiliki kisaran tekanan antara 10-20 mmHg sedangkan
penderita glaukoma memiliki tekanan mata yang lebih dari normal bahkan terkadang
dapat mencapai 50-60 mmHg pada keadaan akut. Tekanan mata yang tinggi akan
menyebabkan kerusakan saraf, semakin tinggi tekanan mata akan semakin berat
kerusakan saraf yang terjadi (Kemenkes RI, 2015).

B. Rumusan Masalah

1
1. Bagaimana laporan pendahuluan pada pasien dengan masalah Glaukoma?
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pasien dengan masalah Glaukoma?
3. Apa saja intervensi yang diberikan pada pasien dengan masalah Glaukoma?

C. Tujuan
1. Mengetahui bagian – bagian pada laporan pendahuluan pada masalah Glaukoma.
2. Mengetahui konsep asuhan keperawatan pasien dengan masalah Glaukoma.
3. Mengetahui intervensi yang diberikan kepada pasien dengan masalah Glaukoma

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
Glaukoma didefinisikan sebagai penyakit neuropati optik yang kronik dan
progresif yang merujuk perubahan yang berlaku pada struktur kepala saraf optik dan
fungsi medan penglihatan.
Glaukoma adalah penyakit mata yang dapat menyebabkan kebutaan, biasanya
terjadi pada usia lanjut. Glaukoma merusak saraf mata yang terjadi karena tekanan bola
mata yang tinggi.Glaukoma merupakan penyakit kerusakan pada saraf mata yang
menyebabkan menyempitnya lapangan pandang dan hilangnya fungsi penglihatan. Faktor
risiko utama yang menyebabkan glaukoma adalah peningkatan pada bola mata.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa glaukoma adalah penyakit yang merusak saraf
mata akibat adanya tekanan bola mata yang tinggi sehingga lapang pandang menyempit
serta dapat menyebabkan kebutaan.

B. ETIOLOGI
Penyebab dari glaukoma adalah sebagai berikut (Sidharta Ilyas, 2004):
a. Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan cilliary.
b. Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata ataudicelah pupil

Faktor faktor resiko dari glaukoma adalah (Bahtiar Latif, 2009)

a. Umur
Resiko glaukoma bertambah tinggi dengan bertambahnya usia. Terdapat 2 dari
populasi 40 tahun yang terkena glaukoma. Angka
ini akan bertambah dengan bertambahnya usia.
b. Riwayat anggota keluarga yang terkena glaukoma
Untuk glaukoma jenis tertentu, anggota keluarga penderitaglaukoma mempun
yai resiko 6 kali lebih besar untuk terkena glaukoma. Resiko terbesar adalah kakak
adik kemudian hubungan orang tua dananak-anak.
c. Tekanan bola mata
Tekanan bola mata diatas 21 mmHg beresiko tinggi terkena glaukoma.
Meskipun untuk sebagian individu, tekanan bola mata yanglebih rendah sudah dapat

3
merusak saraf optik. Untuk mengukur tekanan bola mata dapat dilakukan dirumah
sakit mata atau pada dokter spesialismata.
d. Obat-obatan
Pemakai steroid secara rutin misalnya pemakai obat tetes matayang
mengandung steroid yang tidak dikontrol oleh dokter, obat inhaleruntuk penderita
asthma, obat steroid untuk radang sendi, dan pemakai obat secara rutin lainnya.

C. PATOFISIOLOGI
Pada glaukoma akan terdapat karakteristik seperti melemahnya fungsi mata
dengan terjadinya cacat/pengecilan lapang pandang, peningkatan tekanan intraokular
(TIO) yang disertai oleh pencekungan diskus optikus dan kerusakan anatomi berupa
ekskavasi (penggaungan) serta degenerasi papil saraf optik, yang dapat berakhir dengan
kebutaan. Pada umumnya indikator yang digunakan untuk menilai perkembangan
glaukoma adalah pemeriksaan TIO, tajam penglihatan dan perimetri. Kebutaan pada
penderita glaukoma terjadi akibat kerusakan saraf optik yang terjadi melalui mekanisme
mekanis akibat tekanan intraokuler yang tinggi dan/atau adanya iskemia sel akson saraf
akibat TIO maupun insufisiensi vaskular yang selanjutnya mempengaruhi progresifitas
penyakit (Lalita et al., 2016).
Ada dua teori mekanisme kerusakan saraf optik yang diakibatkan tekanan
intraokuler meliputi kerusakan mekanik pada akson saraf optik dan penurunan aliran
darah pada papil saraf optik sehingga terjadi iskemia akson saraf. Pencegahan atau
pengendalian faktor risiko, terutama peningkatan tekanan intraokuler ialah tujuan utama
manajemen glaukoma (Lalita et al., 2016).
Penurunan penglihatan pada glaukoma terjadi karena adanya apoptosis sel
ganglion retina yang menyebabkan penipisan lapisan serat saraf dan lapisan inti dalam
retina serta berkurangnya akson di nervus optikus. Diskus optikus menjadi atrofi disertai
pembesaran cawan optik.Kerusakan saraf dapat dipengaruhi oleh peningkatan tekanan
intraokuler. Semakin tinggi tekanan intraokuler semakin besar kerusakan saraf pada bola
mata. Pada bola mata normal tekanan intraokuler memiliki kisaran 10-22 mmHg.
Tekanan intraokuler pada glaukoma sudut tertutup akut dapat mencapai 60-80
mmHg, sehingga dapat menimbulkan kerusakan iskemik akut pada iris yang disertai
dengan edema kornea dan kerusakan nervus optikus.

D. TANDA DAN GEJALA

4
1. Glaukoma Primer
a. Glaucoma Sudut Terbuka
Glaucoma yang penyebabnya tidak diketahui yang di tandai dengan sudut
bilik mata terbuka. Glaukoma jenis ini berkembang dengan lambat, sehingga tidak
di sadari oleh penderita (silent disease). Mata tidak merah dan biasanya pasien
datang jika sudah adanya gangguan penglihatan dengan keadaan penyakit sudah
berat.

Manifestasi klinis:

1) Penyempitan jarak pandang


2) Reflex pupil lambat
3) Skotomas terisolasi atau bintik buta
4) Penurunan sensitivitas kontras
5) Penurunan akuitas
6) Perubahan penglihatan warna
7) Sakit kepala ringan.
b. Glaucoma Sudut Tertutup
Pasien biasanya mengalami symptom prodromal interminttent (seperti
pandangan kabur dengan halo sekitar cahaya dan sakit kepala).
Manifestasi klinis:
1) Kornea berawan edematous
2) Nyeri
3) Mual dan muntal
4) Nyeri abdominal
5) Penglihatan kabur
6) Mata merah
7) Pupil melebar dan tidak mengecil jika diberi sinar yang terang.
2. Glaukoma Sekunder
Tekanan pada bola mata jenis ini disebabkan karena kondisi kesehatan akibat
obat-obatan. Kondisi tersebut dapat berupa diabetes yang tidak terkontrol atau
tekanan darah tinggi. Beberapa obat yang dapat menyebabkan glaucoma adalah obat
golongan kortikosteroid.
Manifestasi klinis:

5
Gejala yang ditimbulkan tergantung penyakit dasarnya, serta gejala dari jenis
glaukomanya, apakah sudut tertutup atau terbuka.
3. Glaucoma Kongenital (Bawaan Lahir)
Kondisi tekanan pada bola mata ini terjadi pada bayi baru lahir. Dapat
menimbulkan kerusakan pada mata dan memburuknya tajam penglihatan pada masa
bayi atau anak-anak.
Manifestasi klinis:
1) Epiphora, mata berair, dimana produksi air mata akan berlebihan sehingga
membasahi wajah
2) Fotofobia, rasa takut pada cahaya yang dapat menyebabkan mata menjadi sakit
bahkan dalam kondisi cahaya yang relative rendah
3) Kornea membesar dan keruh
4) Glaucoma sudut terbuka
5) Blefarospasme, gangguan kesehatan yang ditandai dengan berkedip secara
berlebihan
4. Glaucoma Absolut
Glaucoma absolut ini merupakan stadium akhir dari glaucoma dimana visus=0
atau sudah terjadi kebutaan total.
Manifestasi Klinis:
1) Kornea terlihat keruh
2) Mata keras seperti batu
3) Nyeri

E. PENATALAKSANAAN MEDIS
Pengobatan dilakukan dengan prinsip untuk menurunkan TIO, membuka
sudutyang tertutup (pada glaukoma sudut tertutup), melakukan tindakan
suportif(mengurangi nyeri, mual, muntah, serta mengurangi radang), mencegah adanya
suduttertutup ulang serta mencegah gangguan pada mata yang baik (sebelahnya).Upaya
menurunkan TIO dilakukan dengan memberikan cairan hiperosmotikseperti gliserin per
oral atau dengan menggunakan manitol 20% intravena. Humoraqueus ditekan dengan
memberikan karbonik anhidrase seperti acetazolamide(Acetazolam, Diamox).
Dorzolamide (TruShop), methazolamide (Nepthazane).Penurunan humor aqueus dapat
juga dilakukan dengan memberikan agens penyekat beta adrenergik seperti latanoprost
(Xalatan), timolol (Timopic), atau levobunolol(Begatan).Untuk melancarakan aliran

6
humor aqueus, dilakukan konstriksi pupil denganmiotikum seperti pilocarpine
hydrochloride 2-4% setiap 3-6 jam. Miotikum inimenyebabkan pandangan kabur setelah
1-2 jam penggunaan. Pemberian miotikumdilakukan apabila telah terdapat tanda-tanda
penurunan TIO.Penanganan nyeri, mual, muntah, dan peradangan dilakukan
denganmemberikan analgesik seperti pethidine (Demerol), anti muntah atau
kostikosteroiduntuk reaksi radang.
Jika tindakan di atas tidak berhasil, lakukan operasi untuk membuka
saluranschlemm sehingga cairan yang banyak diproduksi dapat keluar dengan
mudah.Tindakan pembedahan dapat dilakukan seperti trabekulektomi dan
lasertrabekuloplasti. Bila tindakan ini gagal, dapat dilakukan siklokrioterapi
(Pemasanagselaput beku).Penatalaksanaan keperawatan lebih menekankan pada
pendidikan kesehatanterhadap penderita dan keluarganya karena 90% dari penyakit
glaukoma merupakan penyakit kronis dengan hasil pengobatan yang tidak permanen.
Kegagalan dalam pengobatan untuk mengontrol glaukoma dan adanya pengabaian
untukmempertahankan pengobatan dapat menyebabkan kehilangan pengelihatan
progresifdan mengakibatkan kebutaan.Klien yang mengalami glaukoma harus
mendapatkan gambaran tentang penyakit ini serta penatalaksanaannya, efek pengobatan,
dan tujuan akhir pengobatanitu. Pendidikan kesehatan yang diberikan harus menekan
bahwa pengobatan bukanuntuk mengembalikan fungsi pengelihatan, tetapi hanya
mempertahankan fungsi pengelihatan yang masi ada.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Untuk mendiagnosis glaukoma dilakukan sejumlah pemeriksaan yang rutin
dilakukan  pada seseorang yang mengeluh rasa nyeri di mata, penglihatan dan gejala
prodromal lainnya. Pemeriksaan yang dilakukan secara berkala dan dengan lebih dari satu
metode akan lebih  bermakna dibandingkan jika hanya dilakukan 1 kali pemeriksaan.
Pemeriksaan tersebut meliputi:
1. Tonometri
Tonometri diperlukan untuk memeriksa tekanan intraokuler. Ada 3 macam
tonometri, yaitu:
a. Palpasi
merupakan teknik yang paling mudah dan murah karena tidak memerlukan
alat. Caranya dengan melakukan palpasi pada kelopak mata atas, lalu
membandingkan tahanan kedua bola mata terhadap tekanan jari. Hasil

7
pemeriksaan ini diinterpretasikan sebagai T.N yang berarti tekanan normal,
Tn+1 untuk tekanan yang agak tinggi, dan Tn-2 untuk tekanan yang agak rendah.
Tingkat ketelitian teknik ini dianggap paling rendah karena penilaian dan
interpretasinya bersifat subjektif.
b. Tonometer Schiotz
Bentuknya sederhana, mudah dibawa, gampang digunakan dan harganya
murah. Tekanan intraokuler diukur dengan alat yang ditempelkan pada permukaan
kornea setelah sebelumnya mata ditetesi anestesi topical (pantokain) .Jarum
tonometer akan menunjukkan angka tertentu pada skala. Pembacaan skala
disesuaikan dengan kalibrasi dari  Zeiger-Ausschlag Scale yang diterjemahkan ke
dalam tekanan intraokuler.
c. Tonometer Aplainasi Goldmann
Alat ini cukup mahal dan tidak praktis, selain itu memerlukan slitlamp
yang  juga mahal. Meskipun demikian, di dalam komunikasi internasional, hanya
tonometri dengan aplanasi saja yang diakui. Dengan alat ini, kekakuan sklera
dapat diabaikan sehingga hasil yang didapatkan menjadi lebih akurat.
2. Gonioskopi
Gonioskopi sangat penting untuk ketepatan diagnosis glaukoma. Gonioskopi
dapat menilai lebar sempitnya sudut bilik mata depan. Pemeriksaan ini sebaiknya
dilakukan  pada semua pasien yang menderita glaukoma, pada semua pasien suspek
glaukoma, dan  pada semua individu yang diduga memiliki sudut bilik mata depan
yang sempit. Dengan gonioskopi dapat dibedakan glaukoma sudut tertutup dan
glaukoma sudut terbuka, juga dapat dilihat adanya perlekatan iris bagian perifer ke
depan (peripheral anterior  sinechiae).
Pada gonioskopi terdapat 4 area spesifik yang dievaluasi di semua kuadran yang
menjadi penanda anatomi dari sudut bilik mata depan:
1. Iris perifer, khususnya insersinya ke badan siliar.
2. Pita badan siliar, biasanya tampak abu-abu atau coklat.
3. Taji sklera, biasanya tampak sebagai garis putih prominen di alas pita badan shier.
4. Trabekulum meshwork 
5. Garis Schwalbe, suatu tepi putih tipis tepat di tepi trabekula meshwork. Pembuluh
darah umumnya terlihat pada sudut normal terutama pada biru.
3. Oftalamoskopi

8
Pada  pemeriksaan oftalmoskopi, yang harus diperhatikan adalah keadaan
papil. Perubahan yang terjadi pada papil dengan glaukoma adalah penggaungan
(cupping) dan degenerasi saraf optik (atrofi). Jika terdapat  penggaungan lebih dari
0,3 dari diameter papil dan tampak tidak simetris antara keduamata, maka harus
diwaspadai adanya ekskavasio glaucoma.

4. Perimetri
Kerusakan nervus optikus memberikan gangguan lapang pandangan yang khas
pada glaukoma. Secara sederhana, lapang pandangan dapat diperiksa dengan tes
konfrontasi.
Alat diagnostik mutakhir untuk deteksi dini glaukoma:
Tekanan bola mata dengan non contact tonometry, tonometer aplanasi dan tonopen.
Perimeter komputer Humphrey, Pengukuran ketebalan lapisan saraf mata dengan
Optical Coherence Tomography (OCT) dan Heidelberg Retinal Tomography (HRT).
Pengukuran kedalaman bilik depan bola mata dengan anterior OCT

G. KOMPLIKASI
Efek samping dan komplikasi yang cukup umum terjadi setelah menjalani
operasi glaukoma adalah munculnya katarak. Selain itu, ada kemungkinan sayatan atau
lubang bekas operasi akan menimbulkan benjolan kecil yang disebut dengan bleb.
Komplikasi lainnya yang dapat terjadi setelah operasi adalah sebagai berikut: pandangan
kabur, perdarahan pada mata, kehilangan penglihatan secara tiba‐tiba dan permanen,
infeksi mata, tekanan pada mata yang masih tinggi, atau justru terlalu rendah.
Komplikasi jangka panjang setelah trabekulektomi meliputi: katarak yang lebih parah
dibanding sebelum operasi, perubahan saraf di belakang mata yang berkaitan dengan
glaucoma, mata sayu (sedikit penurunan kelopak mata)

H. ASUHAN KEPERAWATAN
Seorang laki-laki 50 tahun datang ke rs dengan keluhan nyeri mata,disertai pusing
skala nyeri 8, air mata tampak keluar, pupil mengecil,penglihatan kabur,pemeriksaan
tekanan intraokuler 25 mmHg,diagnosa glukoma akut. Pasien akan direncanakan tindakan
operasi.
Data tambahan :

9
PQRST NYERI : P : mata berair sangat berlebih, Q : nyeri seperti ditekan,R : mata
disebalah kiri,S: 8 (berat),T : nyeri muncul tiba-tiba,TTV : TD : 100/80 mmHg,N :
80x/mnt,S : 36,2OC, Rr : 20 x/mnt, Pasien tampak meringis kesakitan,pasien tampak sulit
untuk melihat.
1. Analisa Data

No. DATA MASALAH ETIOLOGI


1. DS : Nyeri akut Agens cidera
- Pasien mengatakan nyeri biologis
mata sebelah kiri disertai ( peningkatan TIO)
pusing dengan skala nyeri :
PQRST NYERI :
P : mata berair sangat
berlebih
Q : nyeri seperti ditekan
R : mata disebalah kiri
S: 8 (berat)
T : nyeri muncul tiba-tiba
DO :
- TTV :
TD : 100/80 mmHg
N : 80x/mnt
S : 36,2OC
Rr : 20 x/mnt
- Pasien tampak meringis
kesakitan
- Pemeriksaan tekanan
intraokuler 25 mmHg.
- Air mata tampak keluar

2. DS : Gangguan persepsi Perubahan


- Pasien mengatakan sensorik (melihat) penerimaan

10
penglihatan kabur. sensorik

DO :
- Pupil tampak mengecil
- Perubahan penerimaan
sensorik

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut b.d agen cidera biologis (peningkatan TIO) ( domain 12.kelas 1.kode
diagnosis 00132)
b. Gangguan persepsi sensorik (melihat) b.d perubahan penerimaan sensorik
(domain 5 kelas 3)

3. Intervensi Keperawatan

No.DX Tujuan Dan Intervensi Keperawatan Rasional


Kriteria Hasil
1. Tujuan : Managemen nyeri (1400)
Setelah dilakukan  Lakukan pengkajian nyeri secara Untuk membantu
tindakan komprehensif termasuk lokasi, mengurangi rasa
keperawatan karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas nyeri yang dirasakan
3x24jam nyeri pada dan faktor presipitasi pasien
pasien dapat  Observasi reaksi nonverbal dari
teratasi. Dengan ketidaknyamanan
kriteria hasil :  Kontrol lingkungan yang dapat
- Ketidaknyamaan mempengaruhi nyeri seperti suhu
pada pasien dapat ruangan, pencahayaan dan kebisingan
dipertahankan pada  Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
1 (berat) menentukan intervensi
ditingkatkan ke 4  Ajarkan tentang teknik non farmakologi:
(ringan) napas dalam
- Nyeri terkontrol  Berikan informasi tentang nyeri seperti
dipertahankan pada penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan

11
2 (agak puas) berkurang dan antisipasi
ditingkatkan ke 4 ketidaknyamanan dari prosedur
(sangat puas)  Tingkatkan istirahat
- tingkat nyeri  Periksa tanda-tanda vital
dipantau secara - Untuk mengetahui
regular keadaan umum pada
dipertahankan pada Kolaborasi dengan dokter : pasien.
2 (agak puas)  Berikan analgetik untuk mengurangi
ditingkat kan ke 4 nyeri
(sangat puas)
2. Tujuan : Monitor neurologi (2620):
Gangguan  Monitor TTV - Untuk mengetahui
penglihatan pada keadaan umum
pasien dapat pasien.
teratasi dengan  Monitor ukuran pupil, ketajaman,
kriteria hasil : kesimetrisan dan reaksi - Untuk
- Peningkatan  Monitor adanya diplopia, pandangan mempertajam
ketajaman kabur, nyeri kepala pengelihatan pada
penglihatan  Monitor tonus otot pergerakan pasien supaya tidak
dipertahankan pada  Catat perubahan pasien dalam merespon kabur.
3 (sedang) stimulus
ditingkatkan ke 4
(cukup )
- Lapang pandang
normal
dipertahankan pada
3 (sedang)
ditingkatkan ke 4
(cukup)
- Pandangan tidak
kabur
dipertahankan pada
3 (sedang)
ditingkatkan ke 4

12
(cukup)

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Glaukoma adalah suatu keadaan dimana di tandai dengan peningkatantekanan
intra okuler yang dapat merusak saraf mata sehingga mengakibatkankebutaan. Glaukoma
diklasifikasikan antara lain glaukoma primer, glaukomasekunder, glaukoma kongenital
dan glaukoma absolut. Penyebabnya tergantungdari klasifikasi glaukoma itu sendiri tetapi
pada umumnya disebabkan karenaaliran aquos humor terhambat yang bisa meningkatkan
TIO. Tanda dan gejalanyakornea suram, sakit kepala, nyeri, lapang pandang menurun, dll.
Komplikasi dariglaukoma adalah kebutaan. Penatalaksanaannya dapat dilakukan
pembedahan danobat-obatan.

B. Saran
Masalah glaukoma masih banyak terjadi di Indonesia. Peran perawat dan tenaga
kesehatan dalam mengatasi hal tersebut adalah dengan cara memberikan asuhan
keperawatan yang tepat dan komperhensi kepada pasien dengan masalah glaukoma.
Diperlukannya edukasi kepada pasien untuk memahami masalah glaukoma. Sehingga
edukasi pun penting pada pasien yang mengalami masalah glaukoma.

iii
DAFTAR PUSTAKA

Anas tamsuri. 2010. Klien Gangguan Mata dan Penglihatan : Keperawatan Medical
Bedah. Jakarta: EGC

Doungoes, marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, edisi ke 3. Jakarta: EGC

Ismandar, Fetty dan Helda. 2011. Kebutaan pada Pasien Glaukoma Primer di Rumah
Sakit Umum Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta: Blindness among Primary Glaucoma
Patients in Dr. Cipto Mangunkusumo General Hospital Jakarta. Vol. 5, No. 4. Hal 186

Ilyas, S., 2007, Glaukoma (Tekanan Bola Mata Tinggi),Edisi III, CV. Sagung Seto,
JakartaI., Kementrian kesehatan. 2015. InfoDATIN situasi dan analisis Glaukoma. Jakarta.
James, Bruce, dkk. 2006. Lecture Notes: Oftalmologi. Jakarta:Penerbit Erlangga

Perawatan Mata. Jakarta : Balai Penerbit FKUIInternet. 2009. Glaukoma.


Dalamhttp://www.jec-online.com.Diperoleh tanggal 22April 2010

Sharmini, Liza Ahmad Tajudin. 2018. Menelusuri Rahasia Penyakit Glaukoma dalam
Etnik Melayu. Malaysia: USM

iv

Anda mungkin juga menyukai