Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PRAKTIKUM

KEPERAWATAN DASAR PROFESI


“GANGGUAN OKSIGENASI: TUBERCULOSIS PARU PADA TN. J”

Disusun oleh:
PIPIT PRATIKA AIRIN (3720200010)
UCI APRILIANA (37202000006)
HAYU PANGESTU (3720200005)
LIA KHAIRIZZIAH (3720200008)
LUSY WULANDARI (3720200009)
MUHAMMAD ZULFA (3720200012)
NOVITA SARI (3720200014)

PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM AS-SYAFI’IYAH JAKARTA
JAKARTA
2020
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………...i
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG....................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH................................................................................................3
C. TUJUAN.........................................................................................................................3
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. ANATOMI DAN FISIOLOGI PERNAPASAN............................................................4
B. PENGERTIAN................................................................................................................6
C. PENYEBAB....................................................................................................................7
D. MANIFESTASI KLINIK..............................................................................................10
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK.................................................................................10
F. PENATALAKSANAAN..............................................................................................10
G. KOMPLIKASI..............................................................................................................11
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN..............................................................................................................12
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN (Sesuai Prioritas)......................................................18
C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN..................................................................19
D. CATATAN PERAWATAN..........................................................................................23
E. CATATAN PERKEMBANGAN.................................................................................33
BAB IV
PENUTUP................................................................................................................................34
A. KESIMPULAN.............................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................35

i
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang di butuhkan oleh


manusia dalam mempertahanankan keseimbangan fisiologi maupun psikologi. Salah
satunya adalah kebutuhan oksigen. Oksigen adalah salah satu komponen gas dan
unsur vital dalam proses metabolisme untukmempertahankan kelangsungan hidup
seluruh sel-sel tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup O2
ruangan setiap kali bernapas. (Wartonah Tarwanto, 2006). Oksigen merupakan
kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan manusia, dalam tubuh, oksigen
berperan penting dalam proses metabolisme sel tubuh. Kekurangan oksigan bisa
menyebabkan hal yangat berarti bagi tubuh, salah satunya adalah kematian.
Karenanya, berbagai upaya perlu dilakukan untuk mejamin pemenuhan kebutuhan
oksigen tersebut, agar terpenuhi dengan baik. Dalam pelaksanannya pemenuhan
kebutuhan oksigen merupakan tugas perawat tersendiri, oleh karena itu setiap perawat
harus paham dengan manisfestasi tingkat pemenuhan oksigen pada klienya serta
mampu mengatasi berbagai masalah yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan
tesebut. Oleh karena itu, kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan yang paling utama
dan sangat vital bagi tubuh.
Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari kondisi sistem pernapasan
secara fungsional. Bila ada gangguan pada salah satu organ sistem respirasi, maka
kebutuhan oksigen akan mengalami gangguan. Sering kali individu tidak menyadari
terhadap pentingnya oksigen. Proses pernapasan dianggap sebagai sesuatu yang biasa-
biasa saja. Banyak kondisi yang menyebabkan seseorang mengalami gangguan dalam
pemenuhan kebutuhan oksigen, seperti adanya sumbatan pada saluran pernapasan.
Pada kondisi ini, individu merasakan pentingnya oksigen.

Gangguan oksigenasi dapat terjadi pada berbagai macam kasus penyakit, salah
satunya adalah pada penyakit TB paru. Pada penderita TB paru sering kali ditemukan
keluhan sesak napas yang diakibatkan karena oleh beberapa faktor, sehinggan
kebutuhan oksigen dalam tubuh tidak terpenuhi.

1
Tuberculosis (TBC) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium Tuberculosis. Kuman ini menyerang pada saluran pernafasan bagian
bawah melalui udara yang dihirup ke dalam paru, kemudian kuman tersebut dapat
menyebar dari paru ke bagian tubuh yang lain melalui sistem peredaran darah, sistem
saluran limfa, saluran pernafasan atau menyebar langsung ke bagian-bagian tubuh
yang lain (Depkes RI,2011). Penyakit ini bila tidak diobati atau pengobatannya tidak
secara tuntas dapat menimbulkan komplikasi dan bisa menyebabkan kematian
(Kemenkes RI,2016). Sumber penularanya adalah pasien TB paru BTA positif
melalui percik renik dahak yang dikeluarkannya. Namun pasien TB paru BTA negatif
juga masih memiliki kemungkinan menularkan penyakit TB paru jika hasil kultur
positif atau kultur negatif tapi hasil foto toraks adalah positif (Kemenkes RI,2014).

Salah satu negara berkembang yang terinfeksi kasus TB adalah Indonesia.


Indonesia menempati peringkat ketiga jumlah penderita TB di dunia, setelah India
(1.762.000) dan China (1.459.000). Depkes RI memperkirakan bahwa setiap tahunnya
terdapat 528.000 kasus baru TB di Indonesia. Perkiraan Departemen Kesehatan
Republik Indonesia (Depkes RI) tersebut mengacu pada hasil survei dari seluruh
rumah sakit (RS) yang menyatakan bahwa 220.000 orang pasien penderita TB baru
per tahun atau 500 orang penderita per hari, inilah yang membuat Indonesia
menduduki peringkat 3 di dunia dalam jumlah penderita TB. Secara umum dapat
disimpulkan bahwa setiap hari 20.000 orang jatuh sakit TB dan setiap hari 5.000
orang meninggal akibat TB.

Laporan Riskesdas tahun 2010 menunjukkan bahwa Point Prevalence


berdasarkan gejala TB Paru yang pernah diderita oleh penduduk sebesar 2.728 per
100.000 penduduk dengan distribusi yang hampir sama dengan prevalensi TB paru
berdasarkan diagnosa tenaga kesehatan. Berdasarkan kuesioner persentase penderita
TB paru lebih banyak didiagnosa di puskesmas (36,2%) dan RS pemerintah (33,9%)
dibandingkan dengan RS swasta (11,0%) dan balai pengobatan/klinik/praktik dokter
(18,9%). Sedangkan untuk pengobatan OAT, fasilitas yang paling banyak
dimanfaatkan oleh penderita TB paru adalah puskesmas (39,5%), RS pemerintah
(27,8%), RS swasta (7,9%) dan di balai pengobatan/klinik/ praktik dokter (19,4%).
Persentase penderita TB yang telah menyelesaikan pengobatan OAT sebanyak
59,0%, sebanyak 19,3% berobat tidak lengkap (< 5 bulan) dan tidak minum obat
2
2,6%.

Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit dengan risiko penularan yang tinggi.


Salah satu penentu keberhasilan penatalaksanaan terapi tuberkulosis yaitu kepatuhan
pasien terhadap terapi. Ketidakpatuhan berobat akanmenyebabkan kegagalan dan
kekambuhan, sehingga muncul resistensi dan penularan penyakit terus menerus. Hal
ini dapat meningkatkan risiko morbiditas, mortalitas dan resistensi obat baik pada
pasien maupun pada masyarakat luas. Konsekuensi ketidakpatuhan berobat jangka
panjang adalah memburuknya kesehatan dan meningkatnya biaya perawatan.
Ketidakpatuhan penderita TB paru berobat menyebabkan angka kesembuhan
penderita rendah, angka kematian tinggi dan kekambuhan meningkat serta yang lebih
fatal adalah terjadinya resisten kuman terhadap beberapa obat anti tuberkulosis atau
multi drug resistence, sehingga penyakit tuberculosis paru sangat sulit disembuhkan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaiman anatomi fisiologi sistem pernapasan manusia?
2. Apakah yang dimaksud dengan oksigenasi?
3. Apa etiologi dari gangguan oksigenasi?
4. Apa manifestasi klinis dari gangguan oksigenasi?
5. Apa sajakah pemeriksaan diagnostik pada gangguan oksigenasi?
6. Bagaimana penatalaksanaan pada gangguan oksigenasi?
7. Apa saja komplikasi yang ditimbulkan?
8. Bagaimana asuhan keperawatan pada gangguan oksigenasi (TB Paru)?

C. TUJUAN
1. Mengetahui bagaimana anatomi fisiologi sistem pernapasan manusia
2. Mengetahui apakah yang dimaksud dengan oksigenasi
3. Mengetahui etiologi gangguan oksigenasi
4. Mengetahui manifestasi klinis pada gangguan oksigenasi
5. Mengetahui jenis-jenis pemeriksaan diagnostik pada gangguan oksigenasi
6. Mengetahui penatalaksanaan yang tepat pada gangguan oksigenasi
7. Mengetahui apa saja komplikasi yang ditimbulkan dari penyakit tuberkulosis paru.
8. Mengetahui bagaimana proses asuhan keperawatan pada gangguan oksigenasi
dengan kasus TB paru

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. ANATOMI DAN FISIOLOGI PERNAPASAN


1. ANATOMI
a. Hidung
Hidung terdiri dari hidung eksterna dan rongga hidung di belakang hidung
eksterna. Hidung eksterna terdiri dari tulang kartilago sebelah bawah dan
tulang hidung di sebelah atas ditutupi bagian luarnya dengan kulit dan pada
bagian dalamnya dengan membran mukosa.Rongga hidung memanjang
memanjang dari nostril pada bagian depan ke apertura posterior hidng, yang
keluar ke nasofaring bagian belakang.Septum nasalis memisahkan kedua
rongga hidung. Septum nasalis merupakan struktur tipis yang terdiri dari
tulang kartigo, biasanya membengkok ke satu sisi atau salah satu sisi yang
lain, dan keduanya dilapisi oleh membran mukosa. Dinding Lateral dari
rongga hidung sebagian dibentuk oleh maksila, palatum dan os sphenoid.
Konka superior, Inferior dan media (turbinasi hidung) merupakan tiga buah
tulang yang melengkung lembut melekat pada dinding lateral dan menonjol ke
dalam rongga hidung. Ketiga tulang tersebut tertutup oleh membran mukosa.
Sinus paranasal merupakan ruang pada tulang kranial yang berhubungan
melalui ostium ke dalam rongga hidung. Sinus tersebut ditutupi oleh membran
mukosa yang berlanjut dengan rongga hidung. Ostium ke dalam rongga
hidung. Lubang hidung, sinus sphenoid, diatas konkha superior.
b. Faring
Faring atau tenggorok merupakan struktur sperti tuba yang menghubungkan
hidung dan rongga mulut ke laring. Adenoid atau tonsil faring terletk dalam
langit-langit nasofaring . Fungsi faring adalah untuk menyediakan saluran
pada traktus respiration dan digestif (Brunner & Suddarth. 2002)
c. Laring
Laring merupakan pangkal tenggorok merupakan jalinan tulang rawan yamg
dilengkapi dengan otot, membrane, jaringan ikat, dan ligamentum . Sebelah

4
atas pintu masuk laring membentuk tepi epiglottis, lipatan dari epiglottis
ariteroid dan piat intararitenoid, dan sebelah tepi bawah kartilago krikoid.
Fugsi laring sebagai vokalalisasi yang menilabtaknsistem pernapasan yang
meliputi pusat khusus pengaturan bicara dalam kortek serebri, pusat respirasi
di dalam batang otak, artikulasi serta resonansi dari mulut dan rongga hidung
d. Trakea
Trakea adalah tabung berbentuk pipa seperti huruf C yang dibentuk oleh
tulang-tulang rawan yang disempurnakan oleh selaput, terletak di antara
vertebrae servikalis VI sampai ke tepi bawah ketilago krikoidea vertebra
torakalis V. Panjangnya kira-kira 13 cm dan diameter 2,5 cm dilapisi oleh otot
polos, mempunyai dinding fibroealitis yang tertanam dalam balok-balok hialin
yang mempertahankan trakea tetap terbuka.
e. Bronkus
Bronkus merupakan lanjutan dari trakea. Bronkus terdapat pada ketinggian
vertebra torakalis IV dan V. Bronkus mempunyai struktur sama dengan trakea
dan dilapisi oleh sejenis sel yang sama dengan trakea dan berjalan ke bawah
kearah tumpuk paru. Bagian bawah trakea mempunyai cabang 2, kiri dan
kanan yang dibatasi oleh garis pembatas.
f. Pulmo (Paru-paru)
Pulmo atau paru merupakan salah satu organ pernapasan yang berada didalam
kantong yang dibentuk oleh pleura parietalis dan pleura viseralis. Kedua paru
sangat lunak, elastic, dan berada dalam rongga torak. Sifatnya ringan dan
terapung di dalam air. Paru berwarna biru keabu-abuan dan berbintik-bintik
karena partikel-partikel debu yang masuk termakan oleh fagosit. Fungsi utama
paru-paru adalah untuk pertukaran gas antara udara atmosfer dan darah.
Dalam menjalankan fungsinya, paru-paru ibarat sebuah pompa mekanik yang
berfungsi ganda, yakni menghisap udara atmosfer ke dalam paru (inspirasi)
dan mengeluarkan udara alveolus dari dalam tubuh (ekspirasi). (Syafudin,
2011)

5
2. FISIOLOGI
Ada tiga langkah dalam proses oksigenasi, yakni: ventilasi, perfusi dan difusi
(Potter & Perry, 2006).
1. Ventilasi
Ventilasi adalah proses keluar masuknya udara dari dan ke paru-paru,
jumlahnya sekitar 500 ml. Udara yang masuk dan keluar terjadi karena
adanya perbedaan tekanan antara intrapleural lebih negative (752 mmHg)
daripada tekanan atmoSfer (760 mmHg) sehingga udara akan masuk ke
alveoli.
2. Perfusi
Perfusi paru adalah gerakan darah yang melewati sirkulasi paru untuk
dioksigenasi, di mana pada sirkulasi paru adalah darah dioksigenasi yang
mengalir dalam arteri pulmonaris dri ventrikel kanan jantung. Darah ini
memperfusi paru bagian respirasi dan ikut serta dalam proses pertukaran
oksigen dan karbon dioksida di kapiler dan alveolus. Sirkulasi paru merupakan
8-9% dari curah jantung. Sirkulasi paru bersifat fleksibel dan dapat
mengakodasi variasi volume darah yang besar sehingga dapat dipergunakan
jika sewaktu-waktu terjadi penurunan volume atau tekanan darah sistemik.
3. Difusi
Difusi merupakan gerakan molekul dari suatu daerah dengan konsentrasi yang
lebih tinggi kedaerah degan konsentrasi yang lebih rendah. Difusi gas
pernafasan terjadi di membrane kapiler alveolar dan kecepatan difusi dapat
dipegaruhi oleh ketebalan membrane (Potter & Perry, 2006).

B. PENGERTIAN
Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan
manusia. Dalam tubuh, oksigen berperan penting di dalam metabolisme sel.
Kekurangan oksigen akan menimbulkan dampak yang bermakna bagi tubuh, salah
satunya kematian. Karenanya, berbagai upaya perlu dilakukan untuk menjamin agar
kebutuhan dasar ini terpenuhi dengan baik.
Oksigenasi adalah proses penambahan O₂ ke dalam sistem tubuh & pengeluan
CO2 dari tubuh. Oksigen merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat

6
dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah
karbondioksida, energi, dan air.
Pernapasan atau respirasi adalah proses pertukaran gas antara individu dan
lingkungan yang berfungsi untuk memperoleh O₂ agar dapat digunakan oleh sel-sel
tubuh dan mengeluarkan CO₂ yang dihasilkan oleh sel. Saat bernapas, tubuh
mengambil O₂dari lingkungan untuk kemudian diangkut keseluruh tubuh (sel-selnya)
melalui darah guna dilakukan pembakaran. Selanjutnya, sisa pembakaran berupa CO₂
akan kembali diangkut oleh darah ke paru-paru untuk dibuang ke lingkungan karena
tidak berguna lagi oleh tubuh.

C. PENYEBAB
1. Faktor Fisiologis
a. Penurunan kapasitas angkut O₂
Secara fisiologis, daya angkut hemoglobin untuk membawa O ke jaringan
adalah 97%. Akan tetapi, nilai tersebut dapat berubah sewaktu-waktu apabila
terdapat gangguan pada tubuh. Misalnya, pada penderita anemia atau pada saat
yang terpapar racun. Kondisi tersebutdapat mengakibatkan penurunan
kapasitas pengikatan O₂.
b. Penurunan Konsentrasi O₂ inspirasi
Kondisi ini dapat terjadi akibat penggunaan alat terapidan penurunan kadar O₂
inspirasi.
c. Hipovolemik
Kondisi ini disebabkan oleh penurunan volume sirkulasi darah akibat
kehilangan cairan ekstraselular yang berlebihan.
d. Peningkatan Laju Metabolik
Kondisi ini dapat terjadi pada kasus infeksi dan demam yang terus-menerus
yang mengakibatkan peningkatan laju metabolik. Akibatnya, tubuh mulai
memecah persediaan protein dan menyebabkan penurunan massa otot.
e. Kondisi Lainnya
Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada, seperti kehamilan,
obesitas, abnormalitas musculoskeletal, trauma, penyakit otot, penyakit
susunan saraf, gangguan saraf pusat dan penyakit kronis.

7
2. Faktor perkembangan
a. Bayi prematur
Bayi yang lahir prematur berisiko menderita penyakit membran hialin yang
ditandai dengan berkembangnya membran serupa hialin yang membatasi
ujung saluran pernafasan. Kondisi ini disebabkan oleh produksi surfaktan yang
masih sedikit karena kemampuan paru menyintesis surfaktan baru berkembang
pada trimester akhir.
b. Bayi dan anak-anak
Kelompok usia ini berisiko mengalami infeksi saluran pernapasan atas, seperti
faringitis, influenza, tonsilitis, dan aspirasi benda asing (misal: makanan,
permen dan lain-lain).
c. Anak usia sekolah dan remaja
Kelompok usia ini berisiko mengalami infeksi saluran napas akut akibat
kebiasaan buruk, seperti merokok.
d. Dewasa muda dan paruh baya
Kondisi stress, kebiasaan merokok, diet yang tidak sehat, kurang berolahraga,
merupakan faktor yang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan paru
pada kelompok usia ini.
e. Lansia
Proses penuaan yang terjadi pada lansia menyebabkan perubahan fungsi
normal pernafasan, seperti penurunan elastis paru, pelebaran alveolus, dilatasi
saluran bronkus dan kifosis tulang belakang yang menghambat ekspansi paru
sehingga berpengaruh pada penurunan kadar O₂.
3. Faktor Perilaku
a. Nutrisi
Kondisi berat badan berlebih (obesitas) dapat menghambat ekspansi paru,
sedangkan malnutrisi berat dapat mengakibatkan pelisutan otot pernapasan
yang akan mengurangi kekuatan kerja pernapasan.
b. Olahraga
Latihan fisik akan meningkatkan aktivitas metabolik, denyut jantung dan
kedalaman serta frekuensi pernapasan yang akan meningkatkan kebutuhan
oksigen.
8
c. Ketergantungan zat adiktif
Penggunaan alkohol dan obat-obatan yang berlebihan dapat mengganggu
oksigenasi. Hal ini terjadi karena :
1) Alkohol dan obat-obatan daoat menekan pusat pernapasan dan susunan
saraf pusat sehingga mengakibatkan penurunan laju dan kedalaman
pernapasan.
2) Penggunaan narkotika dan analgesik, terutama morfin dan meperidin,
dapat mendepresi pusat pernapasan sehingga menurunkan laju dan
kedalaman pernafasan.
d. Emosi
Perasaan takut, cemas dan marah yang tidak terkontrol akan merangsang
aktivitas saraf simpatis. Kondisi ini dapat menyebabkan peningkatan denyut
jantung dan frekuensi pernapasan sehingga kebutuhan oksigen meningkat.
Selain itu, kecemasan juga dapat meningkatkan laju dan kedalaman
pernapasan.
e. Gaya hidup
Kebiasaan merokok dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan oksigen
seseorang. Merokok dapat menyebabkan gangguan vaskulrisasi perifer dan
penyakit jantung. Selain itu nikotin yang terkandung dalam rokok bisa
mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan koroner.
4. Faktor Lingkungan
a. Suhu
Faktor suhu dapat berpengaruh terhadap afinitas atau kekuatan ikatan Hb dan
O₂. Dengan kata lain, suhu lingkungan juga bisa memengaruhi kebutuhan
oksigen seseorang.
b. Ketinggian
Pada dataran yang tinggi akan terjadi penurunan pada tekanan udara sehingga
tekanan oksigen juga ikut turun. Akibatnya, orang yang tinggal di dataran
tinggi cenderung mengalami peningkatan frekuensi pernapasan dan denyut
jantung. Sebaliknya, pada dataran yang rendah akan terjadi peningkatan
tekanan oksigen.
c. Polusi
9
Polusi udara, seperti asap atau debu seringkali menyebabkan sakit kepala,
pusing, batuk, tersedak, dan berbagai gangguan pernapasan lain pada orang
yang menghisapnya. Para pekerja di pabrik asbes atau bedak tabur berisiko
tinggi menderita penyakit paru akibat terpapar zat-zat berbahaya.

D. MANIFESTASI KLINIK
1. Suara napas tidak normal.
2. Perubahan jumlah pernapasan.
3. Batuk disertai dahak.
4. Penggunaan otot tambahan pernapasan.
5. Dispnea.
6. Penurunan haluaran urin.
7. Penurunan espansi paru.
8. Takhipnea

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Elektrokardiogram
Elektrokardiogram (EKG) menghasilkan rekaman grfaik aktivitas listrik jantung,
mendeteksi transmisi impuls dan posisi listrik jantung.
2. Pemeriksaan fungsi paru
Untuk mengetahui kemampuan paru dalam melakukan pertukaran gas secara
efisien.
3. Pemeriksaan gas darah arteri
Untuk memberikan informasi tentang difusi gas melalui membrane kapiler
alveolar dan keadekuatan oksigenasi.
4. Oksimetri
Untuk mengukur saturasi oksigen kapiler
5. Pemeriksaan sinar x dada
Untuk pemeriksaan adanya cairan, massa, fraktur, dan proses-proses abnormal.
6. Bronkoskopi
Untuk memperoleh sampel biopsy dan cairan atau sampel sputum/benda asing
yang menghambat jalan nafas.

F. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan medis
a) Pemantauan Hemodinamika

10
b) Pengobatan bronkodilator
c) Melakukan tindakan delegatif dalam pemberian medikasi oleh dokter, misal:
nebulizer, kanula nasal, masker untuk membantu pemberian oksigen jika
diperlukan.
d) Penggunaan ventilator mekanik
e) Fisoterapi dada
2. Penatalaksanaan keperawatan
a) Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
1) Pembersihan jalan nafas
2) Latihan batuk efektif
3) Pengisapan lender
4) Jalan nafas buatan
b) Pola Nafas Tidak Efektif
1) Atur posisi pasien (semi fowler)
2) Pemberian oksigen
3) Teknik bernafas dan relaksasi
c) Gangguan Pertukaran Gas
1) Atur posisi pasien (posisi fowler)
2) Pemberian oksigen
3) Pengisapan lender

G. KOMPLIKASI
1. Penurunan Kesadaran
2. Hipoksia
3. Cemas dan gelisah

11
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

Tanggal Pengkajian : 3 November 2020

Ruang / kelas :

Nomor Register :

Diagnosa medis : TBC

Gangguan KDM : Oksigenasi

Tanggal Masuk :

A. PENGKAJIAN
1. INDENTITAS KLIEN
Nama Klien : Tn.J
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 49 tahun
Status Perkawinan : menikah
Agama : islam
Suku Bangsa : jawa
Pendidikan : SMA
Bahasa Yang digunakan : Bahasa Indonesia
Pekerjaan : Karyawan
Alamat : Jl. Jawa 3 no 7a
Sumber biaya (pribadi, perusahaan, lain-lain):
Sumber informasi (pasien/keluarga) : Ny.A (istri)

2. RIWAYAT KEPERAWATAN
a. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama : klien mengatakan sering merasa sesak
dan batuk berdahak selama ±2 bulan

12
2) Riwayat kesehatan sekarang: klien mengatakan batuk
berdahak sudah 2 bulan, sering sesak nafas, merasa mual sehingga tidak nafsu
makan, merasa sulit untuk memulai tidur dan jam tidur tidak maksimal karena
terganggu oleh batuk saat malam hari.
3) Kronologis keluhan :
 Factor pencetus : infeksi microbacterium tuberculosis
 Timbulnya keluhan : ( ) Mendadak ( √) Bertahap
 Lamanya : ±2 bulan
 Upaya mengatasi : berobat di puskesmas
4) Riwayat Kesehatan masa lalu.
5) Riwayat alergi (obat, makanan, binatang, lingkungan)
istri klien mengatakan suaminya tidak ada alergi obat, makanan, binatang ataupun
lingkungan.
6) Riwayat kecelakaan
istri klien mengatakan suaminyanya pernah kecelakaan dari motor beberapa kali,
terakhir 1 tahun lalu.
7) Riwayat dirawat di rumah sakit (kapan, alasan dan
berapa lama)
Istri klien mengatakan suaminya pernah dirawat di rumah sakit karena DBD pada
awal tahun 2019.
8) Riwayat pemakaian obat
Istri klien mengatakan suaminya mengonsumsi obat yang diberikan dari
puskesmas (OAT-FDC)
3. POLA KESEHATAN SEHARI-HARI

SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT


1. Pola Nutrisi
a. Makan
- Frekuensi makan : ......
-3X/hari 2 atau 3 kali/hari
x/hari
- Nafsu makan
- Jenis makanan -Nafsu makan baik nafsu makan berkurang
-Makanan pokok, lauk pauk
Makanan pokok, lauk pauk &
- Makanan tidak disukai & camilan
- Makanan disukai -Makanan yang terlalu pedas camilan
- Makanan pantang Makanan manis
-Makanan yang terlalu pedas
-
Tidak ada Makanan manis
b.Minum

13
- Frekuensi minum Tidak ada
- Nafsu minum
- Jenis minuman
- Minuman tidak disukai 6-8x/hari (±2liter)
- Minuman disukai
Nafsu minum baik Jarang minum (±2-4 gelas/hari)
- Minuman pantang
Air mineral Nafsu minum berkurang
Tidak ada Air mineral
kopi Tidak ada
Tidak ada kopi
Tidak ada
1 Eliminasi
a. BAB
-
Frekuensi
1 atau 2 hari sekali 1 atau 2 kali sehari
-
Waktu
-
Warna Pagi hari Pagi atau sore
-
Bau
kecoklatan kecoklatan
-
Konsistensi
-
Keluhan khas feses khas feses
-
Pemakaian
lunak berbentuk lunak berbentuk
laxatif/pencahar
b. BAK tidak ada keluhan tidak ada keluhan
- Frekuensi tidak menggunakan obat tidak menggunakan obat
- Warna
pencahar pencahar
- Keluhan yang
berhubungan dengan
BAK
4-6 kali per hari 3-4 kali per hari
Kuning tidak keruh Kuning sedikit keruh
Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
2 Personal Hygiene
1. Mandi
- Frekuensi
- Pemakaian Sabun 2 kali sehari 2 kali sehari
2. Sikat gigi
Memakai sabun Memakai sabun
- Frekuensi
- Pemakaian pasta gigi
3. Keramas
3 kali sehari 3 kali sehari
- Frekuensi
- Pemakaian shampo Memakai pasta gigi Memakai pasta gigi

2 hari sekali 2 hari sekali


Memakai shampoo Memakai shampoo
3 Pola Tidur
- Lama tidur

14
- Tidur siang 8 jam /malam 4-5 jam /malam
- Kebiasaan sebelum tidur
Tidak tidur siang Tidak tidur siang
- Keluhan/masalah berkaitan Nonton TV, mengobrol Nonton TV, mengobrol denga
dengan tidur (sulit
dengan keluarga keluarga
tidur/sering bangun/mudah
bangun/tidak puas tidur saat Tidak ada keluhan Sulit memulai tidur dan sering
bangun)
terbangun karena batuk

4 Pola aktivitas
- Lama kegiatan
8 jam 8 jam
- Jenis kegiatan
- Frekuensi kegiatan bekerja bekerja
senin-jum’at senin-jum’at

4. DATA FISIK
a. Keadaan umum: klien nampak sedikit
lemas dan pucat, bersih, tidak ada bau badan, tidak ada bau mulut
b. Tingkat kesadaran: composmentis
c. GCS : E4 M6 V5
d. Tanda-tanda Vital
 Tekanan Darah: 90/60mmHg
 Suhu : 36,6◦C
 Pernapasan : 24x/menit
 Nadi : 86x/menit
 Tinggi badan :162cm
 Berat badan : saat sakit 51 Kg & sebelum sakit 56 Kg
e. Pemeriksaan fisik
1) Kepala
a) Rambut : rambut bersih, sedikit
beruban, tidak berketombe, penyebaran merata dan tidak rontok
b) Dahi : terdapat kerutan, finger
print negatif
c) Palpebrae : simetris, tidak ada
pembengkakan, terdapat lingkaran mata panda

15
d) Sclera : anikterik
e) Konjungtiva : anemis
f) Pupil : isokor
g) Hidung : simetris, tidak ada nyeri
tekan sinus, ada sedikit kotoran
h) Telinga : simetris, ada serumen,
tidak ada gangguan pendengaran
i) Leher : tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada
pembengkakan kelenjar getah bening
2) Badan
a) Torak
Inspeksi : pergerakan dinding dada simetris, tidak ada luka
Palpasi : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, vocal
premitus teraba
Perkusi : sonor
Auskultasi : suara napas ronchi
b) Abdomen

Inspeksi : tidak ada asites, tidak ada luka

Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan, hepar tak
teraba

Perkusi : timpani

Auskultasi : bising usus 18x/menit

c) Genitalia : tak terkaji


d) Anus : tak terkaji
e) Ekstremitas atas dan bawah: kekuatan otot 5|5|5|5, tidak ada udem, kuku
bersih, kulit kering.
3) Data penunjang : tak terkaji
4) Therapy : OAT-FDC (rifampisin,
isoniazide, pyrazinamide, ethambuthol)
5) Pemeriksaan Diagnostik: -
6) Ringkasan Riwayat Keperawatan:

16
7) Masalah Keperawatan: bersihan jalan napas tidak
efektif, defisit nutrisi, gangguan pola tidur
8) Kolaborasi:-

5. ANALISA DATA

DATA PENYEBAB MASALAH


DS: Penumpukan secret Bersihan jalan napas
1. klien mengatakan sering merasa tidak efektif
sesak
2. klien mengatakan batuk berdahak
selama ±2 bulan
DO:
TTV:
 Tekanan Darah: 90/60mmHg
 Suhu : 36,6◦C
 Pernapasan : 24x/menit
 Nadi : 86x/menit
Suara napas ronchi
DS: Faktor psikologis Defisit nutrisi
1. Klien mengatakan merasa mual (keengganan untuk
sehingga tidak nafsu makan dan makan: mual)
minum

DO:
1. Pengkajian nutrisi:
A: BB saat sakit 51, BB sebelum sakit
56, TB 162,
B: -
C: nampak pucat, konjungtiva anemis,
pasien terlihat kurus, kulit kering
D: tidak ada diet khusus
DS: Kurang kontrol tidur Gangguan pola tidur
1. Klien merasa merasa sulit untuk

17
memulai tidur dan jam tidur tidak
maksimal karena terganggu oleh
batuk saat malam hari.
2. Klien mengatakan jam tidur
berkurang dari sebelumnya 8 jam,
sekarang hanya 4-5 jam
DO:
1. Klien terlihat memiliki lingkaran
hitam sekitar mata (mata panda)

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN (Sesuai Prioritas)


1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d penumpukan secret d.d merasa sesak, batuk
berdahak, RR 22x/menit, bunyi napas ronchi
2. Defisit nutrisi b.d faktor psikologis (keengganan untuk makan: mual) d.d pucat,
mengungkapkan ketidakinginan makan, frekuensi makan berkurang, BB menurun,
terlihat kurus & kulit kering
3. Gangguan pola tidur b.d kurang kontrol tidur d.d ungkapan tidak puas dengan tidur,
nampak lemas, pucat dan terdapat mata panda

18
C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
DX TUJUAN & KH INTERVENSI RASIONAL
1 1 Setelah dilakukan tindakan Observasi:
keperawatan selama 3x24 jam Untuk mengetahui kondisi dan perubahan
1. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman,
diharapkan bersihan jalan napas pada napas
usaha napas)
meningkat, dengan kriteria hasil: Untuk mengetahui jenis bunyi napas da
2. Monitor bunyi napas tambahan
1. Batuk efektif meningkat penyebabnya
2. Produksi sputum menurun Untuk mengetahui ada atau tidak sputum
3. Monitor sputum
3. ronchi menurun Untuk mengetahui apakah klien sudah
4. Monitor kemampuan batuk efektif
4. Dipsnea menurun dapat melakukan batuk secara efektif atau
5. Frekuensi napas membaik belum
Memastikan pengobatan tidak terputus
5. Identifikasi kepatuhan menjalani
pengobatan
Terapeutik:
Posisi fowler atau semi fowler membuat
1. Posisikan semi fowler atau fowler sesak berkurang
Untuk mengencerkan dahak & membuat
2. Berikan minum hangat tenggotokan lebih nyaman
Agar kebutuhan oksigen terpenuhi
Agar pasien merasa termotivasi dan tidak
3. Berikan oksigen
merasa sendiri
4. Libatkan keluarga untuk mendukung
program pengobatan yang dijalani
Agar pasie melakukan batuk efektik dengan
Edukasi:
tepat
1. Ajarkan tehnik batuk efektif Menghindari resiko kekurangan cairan
Agar pasien dan keluarga mengetahui
2. Anjurkan asupan cairan 2000ml/hari secara detail jenis pengobatan khusus pada
3. Informasikan program pengobatan yang TB paru
harus dijalani Agar pasien termotivasi dalam menjalankan
pengobatan
4. Informasikan manfaat yang akan diperoleh

19
jika teratur menjalani program pengobatan Untuk mengencerkan dahak dan
Kolaborasi: memperlebar jalan napas sehingga sesak
berkurang
1. Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik jika perlu
2 2 Setelah dilakukan tindakan Observasi:
keperawatan selama 3x24 jam Identifikasi status nutrisi Untuk mengetahui kondisi dan perubahan
diharapkan status nutrisi status nutrisi pada pasien
membaik, dengan kriteria hasil: Agar dapat mempersiapkan makanan
2. Identifikasi alergi, intoleransi makanan &
1. Porsi makan yang dihabiskan pengganti sehingga pasien tetap bisa makan
makanan yang disukai
meningkat Untuk mengetahui jumlah intake pada
Monitor asupan makanan
2. BB membaik pasien
3. IMT membaik Untuk mengetahui perubahan BB pada
4. Nafsu makan membaik Monitor BB pasien
5. Mual menurun Untuk mengetahui toleransi mual pasien
Monitor mual muntah
Agar nafsu makan pasien meningkat
Terapeutik:
1. Sajikan makanan secara menarik dan suhu
Untuk mengetahui perubahan status nutrisi
yang sesuai
pasien
2. Ukur antropometri komposisi tubuh
(Misal IMT)
Agar merasa lebih nyaman dan
Edukasi:
menghindari mual
1. Anjurkan melakukan oral hygiene
Agar pasien tetap dapat memenuhi
sebelum makan
kebutuhan nutrisi tanpa terbatas ekonomi
2. Jelaskan jenis makanan yang bergizi
tinggi namun tetap terjangkau
Untuk mengurangi mual sehingga nafsu
Kolaborasi:
makan membaik
1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan (misal antiemetik)
3 3 Setelah dilakukan tindakan Observasi:
keperawatan selama 3x24 jam Untuk mengetahui kebiasaan dan
1. Identifikasi pola aktivitas & tidur
diharapkan status pola tidur perubahan pola istirahat & tidur
membaik, dengan kriteria hasil:

20
1. Keluhan sulit tidur menurun Agar dapat diatasi sehingga pola tidur
2. Keluhan tidak puas tidur 2. Identifikasi faktor pengganggu tidur membaik
menurun

Agar dapat dihindari sehingga tidak


3. Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu pola tidur
mengganggu tidur
Terapeutik: Agar tidur tepat waktu sehingga kebutuhan
tidur terpenuhi
1. Tetapkan jadwal tidur
Kondisi yang nyaman akan meningkatkan
rasa kantuk
2. Modifikasi lingkungan (misal:
pencahayaan, suhu, kebisingan, tempat
tidur)
Agar tidak semakin menghambat jam tidur
Edukasi:
1. Anjurkan hindari makanan atau minuman Agar tidur tepat waktu sehingga kebutuhan
yang mengganggu tidur tidur terpenuhi secara kontinyu
2. Anjurkan menepati jadwal tidur
Agar kebutuhan istirahat terpenuhi dan
menghemat energi
3. Jelaskan pentingnya tidur selama sakit
Membantu tertidur dengan cepat
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian obat tidur

21
D. CATATAN PERAWATAN
TANGGAL DX PELAKSANAAN RESPON PARAF
MHS CI
Senin, 9/11/20 1 1 1. Memonitor pola napas (frekuensi, kedalaman, S: klien mengatakan sesak
usaha napas) O: RR 24x/menit, napas cepat dan
pendek

2. Memonitor bunyi napas tambahan S: klien mengatakan sesak


O: bunyi napas ronchi

3. Memonitor sputum S: klien mengatakan batuk berdahak


O: sputum kental, warna sedikit
kehijauan

4. Memonitor kemampuan batuk efektif S: klien mengatakan tidak tahu cara


batuk efektif
O: klie nterlihat batuk seperti biasa dan
terus-menerus

5. Mengidentifikasi kepatuhan menjalani S: klien mengatakan sudah berobata


pengobatan selama 2 bulan di puskesmas
O: klien mengkonsumsi OAT-FDC

6. Memberikan posisi semi fowler atau fowler S: klien mengatakan sesak ketika
berbaring dan lebih nyaman saat duduk
O: klien terlihat lebih tenang

S: klien mengatakan mengerti cara


7. mengjarkan tehnik batuk efektif
batuk efektif yang telah diajarkan

22
O: klienterlihat mampu menirukan
batuk efektif yang telah diajarkan
Senin, 9/11/20 2 2 1. Mengidentifikasi status nutrisi S: untuk mengetahui tingkat nutrisi dan
perubahan nutrisi yang terjadi pada
klien, klien mengatakan BB sebelum
sakit 56
O: BB setelah sakit 51

2. Mengidentifikasi alergi, intoleransi makanan & S:klien mengatakan tidak ada alergi
makanan yang disukai terhadap makanan, tidak terlalu suka
makanan pedas dan menyukai makanan
manis
O: klie nterlihat suka minum kopi atau
teh

S: klien mengatakan tidak nafsu makan


3. Memonitor asupan makanan
dan mengurasi porsi makanannya
O: porsi makan klien terlihat sedikit

S: klien mengatakan BB sebelum sakit


4. Memonitor BB 56
O: BB saat sakit 51

S: klien mengatakan mual tetapi tidak


5. Memonitor mual muntah ada muntah
O: klien terlihat tidak nyaman

23
Senin, 9/11/20 3 3 1. mengidentifikasi pola aktivitas & tidur S: klien mengatakan bekerja dari senin-
jumat selama 8 jam, dan sering
terbangun malam hari karena batuk
O: klien nampak lelah

2. mengidentifikasi faktor pengganggu tidur S: klien mengatakan sering terbangun


karena batuk
O: klien terlihat batuk terus-menerus

S: klien mengatakan suka minum kopi


3. mengidentifikasi makanan dan minuman yang
O: klien terlihat sering menguap saat
mengganggu tidur
mengobrol

S: klien mengatakan akan mengurangi


4. menganjurkan untuk menghindari makanan atau konsumsi kopi
minuman yang mengganggu tidur O: klien terlihat mengantuk

S: klien mengatakan tidak puas karena


5. menjelaskan pentingnya tidur saat sakit tidurnya tidak maksimal
O: klien terlihat mengantuk tetapi
memerhatikan apa yang dijelaskan
Selasa, 10/11/201 1 1. Memonitor pola napas (frekuensi, kedalaman, S: klien mengatakan napas sesak
usaha napas) O: RR 22x/ menit, napas pendek dan
cepet

2. Memberikan posisi semi fowler atau fowler S: klien mengatan sesak saat berbaring
O: klien terlihat lebih nyaman saat
duduk

S: klien mengatakan dahak menjadi


3. Memberikan minum hangat
lebih mudah keluar setelah minum
hangat

24
O: Klien minum 1 gelas air hangat

4. Memonitor kemampuan batuk efektif S: klien mengatakan sudah bisa cara


batuk efektif
O: klien melakukan batuk efektif
dengan benar

5. Menganjurkan asupan cairan 2000ml/hari S: klien mengatakan tidak nafsu minum


O: klien hanya minum sedikit

S: klien mengatakan baru berobat 2


6. menginformasikan program pengobatan yang
bulan di puskesmas dan sudah mengerti
harus dijalani
tentang apa yang telah dijelaskan
mengenai program pengobatan
O: klien nampak mengerti tentang
proses pengobatan TB paru

S: klien mengatakan bingung kenapa


7. Menginformasikan manfaat yang akan diperoleh harus berobat dengan jangka waktu
jika teratur menjalani program pengobatan panjang
O: klien nampak bingung, namun
setelah dijelaskan klien menggangguk
tanda mengerti

S: klien mengatakan senang karena


8. Melibatkan keluarga untuk mendukung program keluarga selalu mengingatkan tentang
pengobatan yang dijalani pengobatan
O: klien terlihat tidak keberatan dengan
pengobatan yang ia jalani

Selasa, 10/11/202 2 1. Memonitor asupan makanan S: klien mengatakn mual dan tidak

25
nafsu makan
O: klien tidak menghabiskan
makanannya

2. Memonitor BB S: klien mengatakan BB sebelum sakit


56
O: BB saat sakit 51

S: klien mengatakan mual tetapi tidak


3. Memonitor mual muntah
ada muntah
O: klien terlihat tidak nyaman

S: klien mengatakan tidak sikat gigi saat


4. Menganjurkan melakukan oral hygiene sebelum
mau makan
makan
O: klien nampak keberatan

S: klien mengatakan mengerti tentang


apa yang dijelaskan
5. Menjelaskan jenis makanan yang bergizi tinggi
O: klien terlihat senang dengan
namun tetap terjangkau
informasi yang didapatkan
Selasa, 10/11/203 3 1. Menetapkan jadwal tidur S: klien mengatakan setuju dengan
jadwal tidur
O: klien terlihat antusias saat membuat
jadwal tidur

2. Menganjurkan menepati jadwal tidur S: klien mengatakan akan mencoba


menepati jadwal tidur yang telah dibuat
O: klien nampak mengantuk

Rabu, 11/11/20 1 1 1. Memonitor pola napas (frekuensi, kedalaman, S: Klien mengatakan masih sesak
usaha napas) O:RR 22x/menit, napas cepat dan

26
pendek

S: klien mengatan sesak saat berbaring


2. Memberikan posisi semi fowler atau fowler
O: klien terlihat lebih nyaman saat
duduk

S: klien mengatakan dahak menjadi


3. memberikan minum hangat
lebih mudah keluar setelah minum
hangat
O: Klien minum 1 gelas air hangat
Rabu, 11/11/20 2 2 1. Memonitor asupan makanan S: klien mengatakn mual dan tidak
nafsu makan
O: klien tidak menghabiskan
makanannya

2. Memonitor BB S: klien mengatakan BB sebelum sakit


56
O: BB saat sakit 51

3. Memonitor mual muntah S: klien mengatakan mual tetapi tidak


ada muntah
O: klien terlihat tidak nyaman
Rabu, 11/11/20 3 3 1. Memodifikasi lingkungan S: klien mengatakan tidurnya lebih
nyaman setelah tempat tidurnya
dibereskan
O: klien terlihat lebih bersemangat
S: klien mengatakan sudah mengurangi
2. Menganjurkan menghindari makanan dan
konsumsi kopi
27
minuman yang mengganggu tidur O: klien nampak tidak mengantuk saat
mengobrol

S: klien mengatakan sudah menepati


3. Menganjurkan menepati jadwal tidur jadwal tidur yang dibuat
O: klien nampak tidak mengantuk saat
mengobrol

28
E. CATATAN PERKEMBANGAN
TANGGAL DX EVALUASI PARAF
MHS CI
Rabu, 11/11/201 1 S: klien mengatakan masih sering merasa sesak
dan abtuk masih berdahak namun sedikit
berkurang
O: klien masih terlihat lemas dan pucat, sering
batuk, bunyi napas ronchi
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dihentikan
Rabu, 11/11/202 2 S: klien mengatakan mual berkurang, namun
belum nafsu makan
O: porsi makan klien masih sedikit, BB tidak ada
kenaikan, pasien masih nampak kurus & kulit
kering
A: masalah teratasi sebagian
P: intervensi dihentikan
Rabu, 11/11/203 3 S: klien mengatakan masih sering terbangun
karena batuk dimalam hari, namun sudah mulai
bisa tidur lebih awal sesuai yang dijadwalkan
O: klien masih nampak lemas, mata panda masih
nampak
A: masalah teratasi sebagian
P: intervensi dihentikan

BAB IV

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Oksigenasi adalah proses penambahan O₂ ke dalam sistem tubuh dan
pengeluaran CO2 dari tubuh. Oksigen merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau

29
yang sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah
karbondioksida, energi, dan air. Gangguan oksigenasi dapat terjadi pada kasus
penyakit TB paru. Tuberculosis (TBC) merupakan penyakit menular yang disebabkan
oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis.
Tn.J merupakan penderita TB paru sejak 2 bulan yang lalu dengan keluhan
batuk berdahak, sering sesak napas, mual sehingga tidak nafsu makan dan sulit
memulai tidur. Diagnosa yang didirikan pada kasus ini ada 3 yaitu:
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d penumpukan secret d.d merasa sesak, batuk
berdahak, RR 22x/menit, bunyi napas ronchi,
2. Defisit nutrisi b.d faktor psikologis (keengganan untuk makan: mual) d.d pucat,
mengungkapkan ketidakinginan makan, frekuensi makan berkurang, BB menurun,
terlihat kurus & kulit kering
3. Gangguan pola tidur b.d kurang kontrol tidur d.d ungkapan tidak puas dengan
tidur, nampak lemas, pucat dan terdapat mata panda
Setelah dilakukan tindakan keperawatan sesuai intervensi selama 3x24 jam,
kondisi Tn.J belum menunjukan perubahan baik yang signifikan.

DAFTAR PUSTAKA

Asih, s. b. (2014). asuhan keperawatan: pemenuhan kebutuhan oksigenasi.

Maftukhah. (2018). gambaran status gizi dan lingkungan fisik rumah pada penderita TB Paru .

30
Sari, i., rofingatul mubasyiroh, & sudibyo supardi. (2014). Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan
Kepatuhan berobat pada pasien TB paru yang rawat jalan di jakarta.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). standar diagnosis keperawatan indonesia. jakarta selatan: dewan
pengurus pusat persatuan perawat nasional indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). standar intervensi keperawatan indonesia. jakarta selatan: dewan
pengurus pusat persatuan perawat nasional indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). standar luaran keperawatan indonesia. jakarta selatan: dewan
pengurus pusat persatuan perawat nasional indonesia.

Http://octvlaura.blogspot.com/2015/05/makalah-pemenuhan-kebutuhan-oksigenasi.html

diakses pada tanggal 17 November 2020

Https://www.academia.edu/40592095/LP_oksigenasi diakses pada tanggal 9 November 2020

31

Anda mungkin juga menyukai