Anda di halaman 1dari 16

TUGAS ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

KASUS 6

Disusun Oleh : Kelompok 3

1. Meli Santi 201813084


2. Moh Dicky Irmansyah 201813085
3. Muh Syah Faril Gifari 201813086
4. Nur Andini 201813088
5. Nurul Huda Feriyanti 201813090
6. Prita Pratiwi 201813091
7. Rana Nisrina Yahya 201813092
8. Ratih Purwatih 201813093
9. Riyan Candra Gunawan 201813094
10. Rini 201813095
11. Salsabilah 201813096
12. Sandya Putri 201813097
13. Silvi Herlina 201813098

S1Keperawatan Tingkat 3B

STIKES WIJAYA HUSADA BOGOR

KEPERAWATAN

S1 KEPERAWATAN

TAHUN PELAJARAN 2020/2021

LAPORAN PENDAHULUAN
HIPERTERMI

A. DEFINISI
Ketidakseimbangan suhu tubuh merupakan kegagalan mempertahankan
suhu tubuh dalam parameter normal yang dapat mengganggu kesehatan
(NANDA, 2015). Ketidakseimbangan suhu tubuh dibagi menjadi dua yaitu
Hipertermia dan Hipotermia. Hipertermia adalah suhu inti tubuh di atas kisaran
normal diurnal karena kegagalan regulasi (NANDA, 2015). Hipertermi
merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami  atau berisiko untuk
mengalami kenaikan suhu tubuh secara terus-menerus lebih tinggi dari 37oC
(peroral) atau 38.80C (perrektal) karena peningkatan kerentanan terhadap faktor-
faktor eksternal. Sedangkan Hipotermia adalah suhu inti tubuh di bawah kisaran
normal diurnal karena kegagalan termoregulasi (NANDA, 2015). Terdapat juga
ketidakfektifan termolegulasi yaitu fluktuasi suhu di antara hipotermia dan
hipertermia.
Hipertermia adalah suhu inti tubuh di atas kisaran normal diurnal karena
kegagalan regulasi (NANDA, 2015). Hipertermi dapat disebabkan karena
berbagai hal seperti karena inflamasi, suatu penyakit, Trauma, Dehidrasi dan lain
sebagianya. Pada hipertemi masalah yang muncul adalah ketidakseimbangan suhu
tubuh, yaitu tubuh melebihi dari rentang normal > 37,5 oC. Suhu tubuh dapat
diukur melalui rektal. oral ataupun aksila dengan perbedaan kurang lebih 0,5-
0,6OC.

B. ETIOLOGI
Hipertermi dapat disebabkan karena gangguan otak atau akibat bahan toksik
yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu. Zat yang dapat menyebabkan efek
perangsangan terhadap  pusat pengaturan suhu sehingga menyebabkan demam
yang disebut pirogen. Zat pirogen ini dapat berupa protein, pecahan protein, dan
zat lain. Terutama toksin polisakarida, yang dilepas oleh bakteri toksi/ pirogen
yang dihasilkan dari degenerasi jaringan tubuh dapat menyebabkan demam
selama keadaan sakit (Hidayat & Uliyah, 2016). Faktor penyebabnya :
1. Dehidrasi Penyakit atau trauma
2. Ketidakmampuan atau menurunnya kemampuan untuk berkeringat
3. Pakaian yang tidak layak
4. Kecepatan metabolisme meningkat.
5. Pengobatan/ anesthesiaTerpajan pada lingkungan yang panas (jangka panjang)
6. Aktivitas yang berlebihan (Hidayat, 2012)

C. KLASIFIKASI
Hipertermia dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Hipertermia yang disebabkan oleh peningkatan produksi panas.
a. Hipertemia Maligna
Hipertermia maligna biasanya dipicu oleh obat-obatan anesthesia.
Hipertermia ini merupakan miopati akibat mutasi gen yang diturunkan
secara autosomal dominan. Pada episode akut terjadi peningkatan kalsium
intraselular dalam otot rangka sehingga terjadi kekakuan otot dan
hipertermia. Pusat pengatur suhu di hipotalamus normal sehingga pemberian
antipiretik tidak bemanfaat.
b. Exercise-Induced hyperthermia (EIH)
Hipertermia jenis ini dapat terjadi pada anak besar/remaja yang
melakukan aktivitas fisik intensif dan lama pada suhu cuaca yang panas.
Pencegahan dilakukan dengan pembatasan lama latihan fisik terutama bila
dilakukan pada suhu 300C atau lebih dengan kelembaban lebih dari 90%,
pemberian minuman lebih sering (150 ml air dingin tiap 30 menit), dan
pemakaian pakaian yang berwarna terang, satu lapis, dan berbahan
menyerap keringat.
c. Endocrine Hyperthermia (EH)
Kondisi metabolic/endokrin yang menyebabkan hipertermia lebih jarang
dijumpai pada anak dibandingkan dengan pada dewasa. Kelainan endokrin
yang sering dihubungkan dengan hipertermia antara lain hipertiroidisme,
diabetes mellitus, phaeochromocytoma, insufisiensi adrenal dan
Ethiocolanolone suatu steroid yang diketahui sering berhubungan dengan
demam (merangsang pembentukan pirogen leukosit)
2. Hipertermia yang disebabkan oleh penurunan pelepasan panas
a. Hipertermia neonatal
Peningkatan suhu tubuh secara cepat pada hari kedua dan ketiga
kehidupan bisa disebabkan oleh:
1) Dehidrasi
Dehidrasi pada masa ini sering disebabkan oleh kehilangan cairan atau
paparan oleh suhu kamar yang tinggi. Hipertermia jenis ini merupakan
penyebab kenaikan suhu ketiga setelah infeksi dan trauma lahir.
Sebaiknya dibedakan antara kenaikan suhu karena hipertermia dengan
infeksi. Pada demam karena infeksi biasanya didapatkan tanda lain dari
infeksi seperti leukositosis/leucopenia, CRP yang tinggi, tidak berespon
baik dengan pemberian cairan, dan riwayat persalinan prematur/resiko
infeksi.
2) Overheating
Pemakaian alat-alat penghangat yang terlalu panas, atau bayi terpapar
sinar matahari langsung dalam waktu yang lama.
3) Trauma Lahir
Hipertermia yang berhubungan dengan trauma lahir timbul pada
24%dari bayi yang lahir dengan trauma. Suhu akan menurun pada1-3
hari tapi bisa juga menetap dan menimbulkan komplikasi berupa kejang.
Tatalaksana dasar hipertermia pada neonatus termasuk menurunkan suhu
bayi secara cepat dengan melepas semua baju bayi dan memindahkan
bayi ke tempat dengan suhu ruangan. Jika suhu tubuh bayi lebih dari
390C dilakukan tepid sponged 350C sampai dengan suhu tubuh mencapai
370C.
4) Heart stroke
Tanda umum heat stroke adalah suhu tubuh > 40.50C atau sedikit lebih
rendah, kulit teraba kering dan panas, kelainan susunan saraf pusat,
takikardia, aritmia, kadang terjadi perdarahan miokard, dan pada saluran
cerna terjadi mual, muntah, dan kram. Komplikasi yang bisa terjadi
antara lain DIC, lisis eritrosit, trombositopenia, hiperkalemia, gagal
ginjal, dan perubahan gambaran EKG. Anak dengan serangan heat stroke
harus mendapatkan perawatan intensif di ICU, suhu tubuh segera
diturunkan (melepas baju dan sponging dengan air es sampai dengan
suhu tubuh 38,50C kemudian anak segera dipindahkan ke atas tempat
tidur lalu dibungkus dengan selimut), membuka akses sirkulasi, dan
memperbaiki gangguan metabolic yang ada.
5) Haemorrhargic Shock and Encephalopathy (HSE)
Gambaran klinis mirip dengan heat stroke tetapi tidak ada riwayat
penyelimutan berlebihan, kekurangan cairan, dan suhu udara luar yang
tinggi. HSE diduga berhubungan dengan cacat genetic dalam produksi
atau pelepasan serum inhibitor alpha-1-trypsin. Kejadian HSE pada anak
adalah antara umur 17 hari sampai dengan 15 tahun (sebagian besar usia
< 1 tahun dengan median usia 5 bulan).
6) Sudden Infant Death Syndrome (SIDS)
Definisi SIDS adalah kematian bayi (usia 1-12 bulan) yang mendadak,
tidak diduga, dan tidak dapat dijelaskan. Kejadian yang mendahului
sering berupa infeksi saluran nafas akut dengan febris ringan yang tidak
fatal. Hipertermia diduga kuat berhubungan dengan SIDS.

D. MANIFESTASI KLINIK
1. Apnea
Apnea atau henti napas merupakan suatu kondisi berhentinya proses
pernafasan dalam waktu singkat (beberapa detik hingga satu atau dua
menit) tetapi dapat juga terjadi dalam jangka panjang.
2. Gelisah
3. Hipotensi
Hipotensi adalah keadaan ketika tekanan darah di dalam arteri lebih
rendah dibandingkan normal dan biasa disebut dengan tekanan darah
rendah.
4. Kulit kemerahan
5. Kulit terasa hangat
6. Postur Abnormal
7. Takikardia
Takikardia adalah kondisi di mana detak jantung seseorang di atas
normal dalam kondisi beristirahat. Detak jantung orang dewasa sehat
adalah 60 sampai 100 kali per menit saat istirahat.
8. Takipnea
Takipnea (tachypnea) adalah pernapasan abnormal cepat dan dangkal,
biasanya didefinisikan lebih dari 60 hembusan per menit.
9. Vasodilatasi (NANDA, 2015)

E. PATOFISIOLOGI
Substansi yang menyebabkan demam disebut pirogen dan berasal baik
dari oksigen maupun endogen. Mayoritas pirogen endogen adalah
mikroorganisme atau toksik, pirogenendogen adalah polipeptida yang
dihasilkan oleh jenis sel penjamu terutama monosit, makrofag, pirogen
memasuki sirkulasi dan menyebabkan demam pada tingkat termoregulasi di
hipotalamus. Peningkatan kecepatan dan pireksi atau demam akan mengarah
pada meningkatnya kehilangan cairan dan elektrolit, padahal cairan dan
elektrolit dibutuhkan dalam metabolisme diotak untuk menjaga
keseimbangan termoregulasi di hipotalamus anterior. Apabila seseorang
kehilangan cairan dan elektrolit (dehidrasi), maka elektrolit-elektrolit yang
ada pada pembuluh darah berkurang padahal dalam proses metabolisme di
hipotalamus anterior membutuhkan elektrolit tersebut, sehingga kekurangan
cairan dan elektrolit mempengaruhi fungsi hipotalamus anterior dalam
mempertahankan keseimbangan termoregulasi dan akhirnya menyebabkan
peningkatan suhu tubuh (Siswantara, 2013).
Suhu tubuh hampir seluruhnya diatur oleh mekanisme persarafan
umpan balik. Agar mekanisme umpan balik dapat berlangsung harus
tersedia pendetektor suhu. Area utama dalam otak yang berperan dalam
pengaturan suhu tubuh terdiri dari nukleus preoptik dan nukleus hipotalamik
anterior hipotalamus. Apabila area preoptik dipanaskan, kulit diseluruh
tubuh dengan segera mengeluarkan banyak keringat dan dalam waktu yang
sama pembuluh darah kulit sangat berdilatasi. Hal ini merupakan reaksi
cepat yang menyebabkan tubuh kehilangan panas, dengan demikian
membantu mengembalikan suhu tubuh kembali normal. Di samping itu,
pembentukan panas tubuh yang berlebihan dihambat. Oleh karena itu area
preoptik dari hipotalamus berfungsi sebagai termostatik pusat kontrol suhu
tubuh (Siswantara, 2013).
Menggigil merupakan mekanisme untuk meningkatkan suhu tubuh
malalui beberapa cara :
1. Meningkatkan kecepatan pembentukan panas
2. Menghambat proses berkeringat
3. Meningkatkan vasokonstriksi kulit
Reseptor suhu tubuh bagian dalam terutama di medulla spinalis, di
organ dalam abdomen, dan sekitar vena-vena besar. Reseptor kulit maupun
reseptor tubuh bagian dalam berperan mencegah hipotermia.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan darah lengkap : mengindetifikasi kemungkinan terjadinya
resikoinfeksi.
2. Pemeriksaan urine
3. Uji widal : suatu reaksi oglufinasi antara antigen dan antibodi untuk
pasien thypoid. Suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibody.
Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum
klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasi.
Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin
dalam serum klien yang disangka menderita typhoid.
4. Pemeriksaan elektrolit : Na, K, Cl5)
5. Uji tourniquet (Siswantara, 2013).

G. KOMPLIKASI
1. Stupor
Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada
respon terhadap nyeri (Isnayani, 2013).
2. Letargi
Letargi adalah suatu keadaan di mana terjadi penurunan kesadaran dan
pemusatan perhatian serta kesiagaan. Kondisi ini juga seringkali dipakai
untuk menggambarkan saat seseorang tertidur lelap, dapat dibangunkan
sebentar namun kesadaran yang ada tidak penuh, dan berakhir dengan
tertidur kembali.
3. Kejang
Kejang adalah kondisi di mana otot-otot tubuh berkontraksi secara
tidak terkendali. Seluruh gerakan kita dikendalikan oleh otak yang
mengirim sinyal-sinyal listrik melalui saraf ke otot. Jika sinyal dari otak
mengalami gangguan atau terjadi keabnormalan, otot-otot tubuh akan
berkontraksi dan bergerak tanpa terkendali.
4. Koma
Koma adalah situasi darurat medis ketika seseorang mengalami
keadaan tidak sadar dalam jangka waktu tertentu. Ketidaksadaran ini
disebabkan oleh menurunnya aktivitas di dalam otak yang dipicu oleh
beberapa kondisi seperti cedera otak parah, keracunan alkohol, atau
infeksi otak (Isnayani, 2013).

H. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Medis
Berikan Obat penurun panas seperti Paracetamol (Siswantara, 2013).
2. Penatalaksanaan keperawatan yang diberikan yaitu
a. Observasi keadaan umum pasien
Rasional : mengetahui perkembangan keadaan umum dari pasien
b. Observasi tanda-tanda vital pasien
Rasional : mengetahui perubahan tanda-tanda vital dari pasien
c. Anjurkan pasien memakai pakaian yang tipis
Rasional : membantu mempermudah penguapan panas
d. Anjurkan pasien banyak minum
Rasional : mencegah terjadinya dehidrasi sewaktu panas
e. Anjurkan pasien banyak istirahat
Rasional : meminimalisir produksi panas yang diproduksi oleh tubuh
f. Beri kompres hangat di beberapa bagian tubuh, seperti ketiak, lipatan
paha, leher bagian belakang
Rasional : mempercepat dalam penurunan produksi panas (Hidayat,
2014)
KASUS
Pasien pada tanggal 19 April 2019 di bawa ke RS SMC karna demam sudah
4 hari disertai badan lemas kemudian pasien dibawa ke IGD. setelah dilakukan
pengkajian dan pemeriksaan di igd didapatkan suhu tubuh 38,OC; HB=13,5;
HT=42,1; Leuksit=2.100; Trombosit=52.000; TD=110/80 mmhg; N=85 X/menit;
RR=18 X/menit; C=38,00.
Mata lengkap, simetris kanan dan kiri, kornea mata jernih kanan dan kiri.
Konjuntiva anemis dan sklera tidak ikterik Kelopak mata/palepebra tidak ada
pembengkakan. Adanya reflek cahaya pada pupil dan bentuk isokor kanan dan
kiri, iris kanan kiri berwarna hitam, tidak ada kelainan Tidak ada pernafasan
cuping hidung, posisi septum nasal ditengah, lubang hidung bersih, tidak ada
secret, tulang hidung dan septum nasi tidak ada pembengkakan dan tidak ada
polip. Tidak ada sesak nafas, batuk dan secret. Bentuk dada simetris, irama nafas
teratur, pola nafas normal, tidak ada pernafasan cuping hidung, otot bantu
pernafasan, vocal permitus dan ekspansi paru anterior dan posterior dada normal,
perkusi sonor, auskultasi suara nafas vesikuler. Pada pemeriksaan inspeksi CRT
<2 detik tidak ada sianosis. Pada pemeriksaan palpasi iktus kordis teraba hangat.
Perkusi batas jantung : Basic jantung berada di ICS II dari lateral ke media linea,
para sterna sinistra, tidak melebar, Pinggang jantung berada di ICS III dari linea
para sterna kiri, tidak melebar, Apeks jantung berada di ICS V dari linea
midclavikula sinistra, tidak melebar.
Pemeriksaan auskultasi :
- bunyi jantung I saat auskultasi terdengar bunyi jantung normal dan regular,
- bunyi jantung II : saat auskultasi terdengar bunyi jantung normal dan
regular,
- bunyi jantung tambahan : tidak ada bunyi jantung tambahan, dan tidak ada
kelainan
FORMAT PENGKAJIAN

I. BIODATA
A. Identitas Klien
Nama/Nama panggilan : An.
Tgl masuk : 19 april 2019
Tgl pengkajian : 19 april 2019

II. RIWAYAT KESEHATAN


A. Riwayat Kesehatan Sekarang :
Pasien dibawa ke RS SMC pada tanggal 19 april 2019 karna demam
sudah 4 hari disertai badan lemas
B. Keluhan Utama : Demam
C. Riwayat Keluhan Utama : Klien mengalami demam selama 4 hari
D. Keluhan Pada Saat Pengkajian : Demam disertai badan lemas

III. PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan umum
Kesadaran : Composmentis
2. Tanda – tanda vital
a. Tekanan darah : 110/80 mmHg
b. Denyut nadi : 85 x / menit
c. Suhu : 38,2o C
d. Pernapasan : 18 x/ menit
3. Mata
Inspeksi
a. Pelpebra : Edema / tidak
b. Sclera : Icterus / tidak
c. Conjungtiva : Anemis / tidak
d. Pupil : - Isokor / anisokor
- Refleks pupil terhadap cahaya : Ada
e. Posisi mata : Simetris / tidak
Data lain :
- kornea mata jernih kanan dan kiri
- iris kanan kiri berwarna hitam
4. Hidung & Sinus
Inspeksi
a. Keadaan septum : posisi septum nasal ditengah
b. Secret / cairan : tidak ada secret
Data lain :
- lubang hidung bersih
- tulang hidung dan septum nasi tidak ada pembengkakan dan tidak ada polip
5. Thorax dan pernapasan
a. Bentuk dada : simetris
b. Irama pernafasan : teratur
c. Pengembangan di waktu bernapas :
d. Tipe pernapasan : normal
Data lain :
Palpasi
a. Vokal fremitus : normal
b. Massa / nyeri : tidak ada
Auskultasi
a. Suara nafas : Vesikuler / Bronchial /
Bronchovesikuler
Perkusi
Redup / pekak / hypersonor / tympani
Data lain :
6. Jantung
Palpasi
Ictus cordis : teraba hangat
Perkusi
Batas jantung : Basic jantung berada di ICS II dari lateral ke media linea , para
sterna sinistra, tidak melebar, Pinggang jantung berada di ICS III dari linea
para sterna kiri, tidak melebar, Apeks jantung berada di ICS V dari linea
midclavikula sinistra, tidak melebar.
Auskultasi
a. BJ I : normal dan regular
b. BJ II : normal dan regular
c. Bunyi jantung tambahan : tidak ada bunyi jantung
tambahan
Data lain : tidak ada kelainan
7. Kulit & Kuku
a. Kulit : tidak ada sianosis
b. Kuku : CRT <2 detik

IV. TEST DIAGNOSTIK


= Laboratorium
- HB : 13,5
- HT : 42,1
- Leukosit : 2.100
- Trombosit : 52.000
FORMAT LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

ANALISA DATA

MASALAH
NO DATA POHON MASALAH
KEPERAWATAN
1. Subyektif: Mikroorganisme Peningkatan suhu tubuh
Klien mengatakan (hipertermi)
demam selama 4 hari berhubungan dengan
Monosit, makrofag,
pirogen dehidrasi
Obyektif:
- KU : lemas
- Suhu 38,2oc Peningkatan suhu tubuh

- HT : 42,1
- HB : 13,5

PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Peningkatan suhu tubuh


(hipertermi) berhubungan dengan dehidrasi
RENCANA KEPERAWATAN (INTERVENSI)

DIAGNOSA RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


NO TGL TUJUAN INTERVENSI RASIOANAL PARAF
KEPERAWATAN
1. 19 April Peningkatan suhu Setelah dilakukan tindakan Nic. Hipertermia (hal 518) 1.1 untuk mengetahui
2019 tubuh (hipertermia) asuhan keperawatan 3x24jam 1.1 monitor warna kulit dan peningkatan suhu
K
berhubungan dengan diharapkan peningkatan suhu suhu dilihat dari perubahan
E
dehidrasi dalam batasan normal kriteria 1.2 jaga intake atau asupan warna kulit
hasil : yang akurat dan catat 1.2 untuk mencegah L

Noc: Termoregulasi (hal 564) output (pasien) terjadinya dehidrasi O


No Indikator 1 2 3 4 5 1.3 mandikan pasien dengan 1.3 untuk menurunkan
M
1. Hiperter spons hangat suhu tubuh
mia P
1.4 kolaborasi dengan 1.4 berkolaborasi
Ket: dokter peresepan obat – membantu dalam O
1: berat obatan sesuai dengan penurunan panas K
2. cukup berat
3. cukup otoritas peresepan obat 1.5 agar pasien dan
4. ringan atau sesuai protokol keluarga mengetahui
5. tidak ada 3
1.5 ajarkan pasien atau aturan dalam
keluarga metode pemberian obat
pemberian obat sesuai
kebutuhan

Anda mungkin juga menyukai