Anda di halaman 1dari 4

SEJARAH PEMERINTAHAN DAERAH DI INDONESIA

D
I
S
U
S
U
N
OLEH :

Nama : Alvian Febriawan Pane


NIM : 201821058
Kelas : 5F
Resume Sejarah Pemerintahan Daerah di Indonesia
1. Masa Sebelum Kemerdekaan
Sebelum adanya Decentralisatie Wet 1903, sistem pemerintahan bersifat monopolistik &
sentralisasi. Penerapan dekonsentrasi dalam bentuk gewesten, afdelingen, & onderafdelingen yg
dipimpin oleh Gubernur, Residen, Asisten Residen, Kontrolir. Dikenal juga Kabupaten (Regent) yg
dipimpin Bupati dlm bentuk swapraja. UU desentralisasi bernama De Wet Houdende Decentralisatie
van Het Bestuur in Nederlands Indie (Decentralisatie Wet 1903), yg diundangkan dlm S. 1903 No. 219,
di Hindia Belanda dlm IS No. 329. Sistem dekonsentrasi, desentralisasi & tugas pembantuan

Pembabakan masa berlakunya sistim pemerintahan daerah di Indonesia ialah sebagai berikut :

1. Masa sebelum Kemerdekaan Indonesia, yang meliputi :

a. Tata Pemerintahan Daerah berdasarkan Regeringsreglement (RR) tahun 1854.

- Sistem Pemerintahan Sentralistis.

Pada tahun 1854 Staten General (Parlemen Kerajaan Belanda) telah menetapkan
Regerings Reglement (disingkat R.R.), semacam UUD bagi Indonesia pada masa pejajahan
waktu itu, berdasarkan R.R. tersebut pemerintahan jajahan di Indonesia disusun secara
sentralistis (sistim pemerintahan yang dipusatkan).

- Sistim Pemerintahan Desentralisasi, 1903.

Sebelum tahun 1903 sistem pemerinthan Belanda di “Daerah-daerah yang dikuasai


langsung” bersifat sentralistis kepegawaian. Pada waktu itu daerah Hindia Belanda dibagi
atas Daerah-daerah administratip yang dinamakan :

> Gewest

> Afdeling

> Onderafdeling

> Regentschap

> Distrikt

> Onderdistrikt

b. Tata Pemerintahan Daerah berdasarkan Indische Staatsregeling (I.S.) tahun 1925.

c. Tata Pemerintahan Daerh pada masa pemerintahan pendudkan Jepang.

Dalam penyerbuan Jepang, maka keadaan berubah sama sekali. Indonesia dibagi dalam
3 wilayah besar yakni :

- Daerah Jawa dan Madura yang dikuasai oleh Gunseikanbu Jawa di Jakarta.

- Daerah Sumatera dikuasai Gunseikanbu Sumatera di Bukittinggi.


- Daerah lainnya yang dikuasai oleh Minseibu yang bermarkas di Makassar.

Semua daerah otonom dihapuskan dan segala pemerintahan di daerah Kabupaten


diserahkan kepada kentyo-kentyo dan shityo-shityo.

2. Masa Setelah Kemerdekaan


Periode I (1945-1948), pada masa ini belum terdapat sebuah Undang –Undang yang mengatur
Pemerintahan Daerah secara khusus. Aturan yang digunakan adalah aturan yang ditetapkan oleh
PPKI. Selain itu digunakan pula aturan UU No. 1 Tahun 1945 yang mengatur mengenai
penyelenggaraan pemerintahan sehari – hari oleh Komite nasional Daerah. Secara umum, wilayah
Indonesia dibagi menjadi provinsi – provinsi yang tiap provinsi dibagi lagi menjadi karesidenan,
selebhnya, susunan dan bentuk pemerintahan daerah dilanjutkan menurut kondisi yang sudah ada
ada. Dengan demikian provinsi dan karasidenan hanya sebagai daerah administratif dan belum
mendapat otonomi. Kemudian pada masa ini juga berlaku Undang – Undang Pokok No. 22 Tahun
1948 tentang Pemerintahan Daerah. Secara umum Indonesia memiliki dua jenis daerah otonomi yaitu
daerah otonomi biasa dan daerah otonomi khusus yang disebut dengan daerah istimewa. UU No. 22
Tahun 1948 disusun berdasarkan konstitusi Republik I Pasal 18.

3. Masa Konstitusi RIS dan UUDS


Pada masa ini berlaku Undang – undang No. 1 Tahun 1957 tentang Pokok – Pokok Pemerintahan
Daerah yang disebut juga UU tentang Pokok – Pokok Pemerintahan 1956. UU ini menggantikan UU RI
No. 22 Tahun 1948. Secara umum Indonesia memiliki dua jenis daerah berotonomi yaitu daerah
otonom biasa yang disebut daerah swatantra dan daerah otonom khusus yang disebut dengan daerah
istimewa.Selain dua macam daerah berotonomi tersebut terdapat pula Daerah Swapraja. Daerah ini
merupakan kelanjutan dari sistem pemerintahan daerah zaman Hindia Belanda dan Republik II
(Pemerintahan Negara Federal RIS). Menurut perkembangan keadaan Daerah Swapraja dapat
dialihkan statusnya menjadi Daerah Istimewa atau Daerah Swatantra.

4. Masa Sebelum Amandemen UUD 1945


Pada masa ini berlaku Undang-Undang No. 18 Tahun 1965 tentang Pokok-pokok Pemerintahan
Daerah. UU ini menggantikan Undang-Undang No. 1 Tahun 1957, Penetapan Presiden No. 6 tahun
1959; Penetapan Presiden No. 2 tahun 1960; Penetapan Presiden No. 5 tahun 1960 jo Penetapan
Presiden No. 7 tahun 1965. Menurut UU ini secara umum Indonesia hanya mengenal satu jenis
daerah otonomi. Daerah otonomi tersebut dibagi menjadi tiga tingkatan daerah. Daerah-daerah yang
memiliki otonomi khusus menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1957 boleh dikatakan dihapus secara
sistematis dan diseragamkan dengan daerah otonomi biasa. Selain itu untuk mempersiapkan
pembentukan daerah otonom tingkat III maka dikeluarkan Undang-Undang No. 19 Tahun 1965
tentang Desapraja Sebagai Bentuk Peralihan Untuk Mempercepat Terwujudnya Daerah Tingkat III di
seluruh Wilayah Indonesia yang dalam artikel ini disingkat menjadi "UU Desapraja".Undang-undang
menentukan bahwa pemerintahan lokal menggunakan nomenklatur "Pemerintah Daerah".
Pemerintah Daerah berhak dan berkewajiban mengatur dan mengurus rumah-tangga daerahnya.ini
berlaku Undang-Undang No. 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah. UU ini
menggantikan Undang-Undang No. 18 Tahun 1965 yang dinyatakan tidak dapat diterapkan. Menurut
UU ini secara umum Indonesia dibagi menjadi satu macam Daerah Otonom sebagai pelaksanaan asas
desentralisasi dan Wilayah Administratif sebagai pelaksanaan asas dekonsentrasi. Kemudian
berlakunya UU No. 5 Tahun 1974 tentang Pokok – Pokok Pemerintahan di Daerah. Menurut UU ini,
Indonesia dibagi menjadi satu macam daerah otonom sebagai pelaksanaan asas desentralisasi dan
wilayah administrarif sebagai pelaksanaan asas dekonsentrasi.

5. Setelah Amandemen UUD 1945


Pada masa ini berlaku UU No. 5 Tahun 1974 tentang Pokok – Pokok Pemerintahan di Daerah.
Menurut UU ini, Indonesia dibagi menjadi satu macam daerah otonom sebagai pelaksanaan
asasdesentralisasi dan wilayah administrarif sebagai pelaksanaan asas Dekonsentrasi. Ada juga UU
No. 22 Tahun 1999. Menurut UU ini, Indonesia dibagi menjadi atu macam daerah otonom dengan
mengakui kekhususan yang ada pada tiga daerah, yaitu : Aceh, Jakarta, dan Yogyakarta. Kemudian
mulai berlaku UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Menurut UU ini, Indonesia dibagi
menjadi satu jenis daerah otonom dengan perincian Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas
daerah – daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas daerah kabupaten dan daerah kota.
Selain itu, negara mengakui kekhususan dan/atau keistimewan yang ada pada empat daerah yaitu;
Aceh, Jakarta, Papua, dan Yogyakarta. Negara juga mengakui dan menghormati kesatuan – kesatuan
masyarakat hukum adat beserta hak tradisioanlnya sepanjang masih dan sesuai dengan
perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan.

Anda mungkin juga menyukai