Anda di halaman 1dari 7

KECEPATAN PENURUNAN PEMBENGKAKAN LUKA SNAKE BITE

DENGAN INSISI DAN NON INSISI

Tri Andriani Cholifah 1, Athanasia Budi Astuti 2


Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Keperawatan

Abstract: Speed reduction in swelling, incision and non-incision, wound


Snake Bite. The purpose of this study was to determine differences between
treatment Snake bite wound with incision and non-incision for swelling decreased
velocity Luka. This research is non-experimental studies: a comparative approach
or documentary-historical retrospective. The study population was patients Snake
bite with saturated sampling techniques sampling totaling 88 through the medical
record documents. Statistical test using Chi Square with a significance value of
0.05. The results of this study indicate that there are significant differences
between the handling of snake bite wound with incision and non-incision for
swelling reduction rate cuts proved calculate the value of X ² (7.846)> X ² table
(3.841) with a significance level of 0.05.

Keywords: Bedside Teaching Methods, Achieving Competence Suction action

Abstrak: Kecepatan penurunan pembengkakan, Insisi dan Non insisi, Luka


Snake Bite. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan antara
penanganan luka Snake bite dengan insisi dan non insisi terhadap kecepatan
penurunan pembengkakan Luka. Jenis penelitian ini adalah penelitian non
eksperimen: komparatif dengan pendekatan retrospektif atau documentary-
historikal. Populasi penelitian ini adalah pasien Snake bite dengan teknik
pengambilan sampel jenuh sampling yang berjumlah 88 melalui dokumen rekam
medis. Uji statistik dengan menggunakan Chi Kuadrat dengan nilai signifikansi
0,05. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan
antara penanganan luka snake bite dengan insisi dan non insisi terhadap kecepatan
penurunan pembengkakan luka yang dibuktikan nilai X² hitung (7,846) > X² tabel
(3,841) dengan taraf signifikansi 0,05.

Kata Kunci : Metoda Bedside Teaching, Pencapaian Kompetensi tindakan


Suction

70
Tri Andriani, kecepatan penurunan pembengkakan luka snake bite 71

PENDAHULUAN Bandung dalam kurun waktu 1996-


Gigitan ular atau snake bite 1998 dilaporkan sejumlah 180 kasus
dapat disebabkan ular berbisa dan gigitan ular berbisa. Sementara di
ular tidak berbisa. Gigitan ular yang RSUD dr. Saiful Anwar Malang pada
berbisa mempunyai akibat yang tahun 2004 dilaporkan sejumlah 36
beragam mulai dari luka yang kasus gigitan ular berbisa. Estimasi
sederhana sampai dengan ancaman global menunjukkan sekitar 30.000-
nyawa dan menyebabkan kematian 40.000 kematian akibat gigitan ular
(BC&TLS, 2008). WHO (World (Sudoyo, 2010). Berdasarkan data
Health Organitation) menyebutkan Rekam Medik di RSUD Pacitan,
sebanyak 5 juta orang setiap tahun selama kurun waktu 2009-2011
digigit ular berbisa sehingga tercatat 88 kasus gigitan ular, 17
mengakibatkan sampai 2,5 juta orang kasus dilakukan insisi pada luka dan
keracunan, sedikitnya 100.000 orang 71 kasus tidak dilakukan insisi dan
meninggal, dan sebanyak tiga kali sebagian besar disebabkan gigitan
lipat amputasi serta cacat permanen ular bandotan yang merupakan salah
lain (Bataviase, 2010). Gigitan ular satu jenis Viperidae.
lebih umum terjadi di wilayah tropis Ular berbisa yang menggigit
dan di daerah dimana pekerjaan melakukan envenomasi (gigitan yang
utamanya adalah petani. menginjeksikan bisa atau racun), bisa
Orang-orang yang digigit ular ular melewati kelenjar bisa melalui
karena memegang atau bahkan sebuah duktus menuju taring ular,
menyerang ular merupakan penyebab dan akhirnya menuju mangsanya.
yang signifikan di Amerika Serikat. Bisa ular tersebut mengandung
Diperkirakan ada 45.000 gigitan ular berbagai enzimseperti hialuronidase,
per tahun di Amerika Serikat, fosfolipase A dan berbagai proteinase
terbanyak pada musim panas, sekitar yang dapat menyebabkan kerusakan
8000 orang digigit ular berbisa. Di jaringan. Bisa ular menyebar dalam
Amerika Serikat, 76% korban adalah tubuh melalui saluran kapiler dan
laki-laki kulit putih. Studi nasional di limfatik superfisial (Sartono, 2002).
negara tersebut melaporkan angka Efek lokal luka gigitan ular
perbandingan antara laki-laki dan berbisa adalah pembengkakan yang
perempuan adalah 9:1, dengan 50% cepat dan nyeri (Sudoyo, 2010).
korban berada pada rentang usia 18- Korban yang terkena gigitan ular
28 tahun. 96% gigitan berlokasi pada berbisa harus segera mendapatkan.
ekstremitas, dengan 56% pada Pertolongan. Prinsip pertolongan
lengan (Andimarlinasyam, 2009). pertama terhadap gigitan ular adalah
Data tentang kejadian gigitan menghindarkan penyebaran bisa dan
ular berbisa di Indonesia belum yang kedua adalah mencegah
diketahui secara pasti, tetapi pernah terjadinya infeksi pada bagian yang
dilaporkan dari pulau Komodo di digigit. Dulu pernah dikenal cara
Nusa Tenggara terdapat angka perawatan ala John Wayne yaitu
kematian 20 orang per tahun yang “iris, isap dan muntahkan” (slice,
disebabkan gigitan ular berbisa suck and spit) atau tindakan insisi,
(Gunawan, 2009). Di bagian penghisapan dengan mulut dan
Emergensi RSUP dr. Hasan Sadikin dimuntahkan sebagai upaya untuk
72 Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Jilid 2, November2012, hlm. 1-94

mengeluarkan bisa dan mencegah snake bite yang dilakukan


penyebaran bisa ke seluruh tubuh penanganan tanpa insisi Seluruh
(Networkbali, 2010). Insisi atau populasi dokumen rekam medis
eksisi pada daerah luka gigitan ular pasien snake bite yang dilakukan
dapat merusak urat syaraf dan penanganan tanpa insisi akan
pembuluh darah (Sartono, 2002). dijadikan sampel yang diteliti atau
Adanya luka gigitan ular terbuka sampling jenuh dan memenuhi
juga menimbulkan resiko peradangan kriteria inklusi dan eksklusi yaitu
yang salah satu tandanya adalah sebanyak 71 dokumen. Uji statistik
pembengkakan. Namun kenyataan di pada penelitian ini menggunakan
lapangan, beberapa kasus gigitan ular statistik nonparametrik yaitu dengan
masih dilakukan tindakan insisi. uji Chi Kuadrat.

METODE PENELITIAN HASIL PENELITIAN


Jenis penelitian ini adalah Distribusi Frekuensi Umur
komparatif yaitu untuk mencari Dari 88 responden yang
perbandingan antara dua sampel atau diteliti didapatkan sebagian besar
dua uji coba pada objek penelitian). berumur 21-30 tahun yaitu sebanyak
Rancangan ini difokuskan untuk 26 pasien (29,5%). Usia 21 tahun
mengkaji perbandingan terhadap sebanyak 14 orang dengan presentase
pengaruh pada kelompok subjek 70% dan responden yang berusia 22
tanpa adanya suatu perlakuan dari tahun sebanyak 6 orang dengan
peneliti (Nursalam, 2008) dengan presentase 30%. Distribusi frekuensi
pendekatan retrospektif / dokumen umur pasien snake bite dapat
historikal, yaitu mengumpulkan data dijelaskan pada tabel 1.
dari berbagai catatan keperawatan Tabel 1.
pasien yang telah lalu (Suyanto, Distribusi Frekuensi Umur
2011). Populasi penelitian ini berupa
dokumen rekam medis yaitu ada 2 No Umur Jumlah Persen
kelompok populasi yaitu dokumen 1 0-10 th 1 1,1
rekam medis pasien snake bite yang 2 11-20 th 29 10,2
dilakukan penanganan dengan insisi 3 21-30 th 26 29,5
sebanyak 17 dokumen dan dokumen 4 31-40 th 13 14,8
rekam medis pasien snake bite yang 5 41-50 th 14 15,9
tidak dilakukan insisi sebanyak 71 6 >50 th 25 28,4
dokumen. Sampel dokumen rekam Jumlah 88 100
medis pasien snake bite yang
dilakukan penanganan dengan insisi . Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin
Berdasarkan keterbatasan jumlah Dari 88 pasien snake bite
populasi dokumen rekam medis sebagian besar berjenis kelamin laki
pasien snake bite yang dilakukan –laki yaitu sebanyak 61 pasien (
penanganan dengan insisi maka 69,3%) dan sebagian kecil berjenis
seluruh populasi akan dijadikan kelamin perempuan yaitu sebanyak
sampel atau sampling jenuh 27 pasien (30,7%). Distribusi
(Sugiyono, 2007). Dalam penelitian frekuensi jenis kelamin pasien snake
ini sebanyak 17 dokumen. pasien bite dijelaskan pada tabel 2.
Tri Andriani, kecepatan penurunan pembengkakan luka snake bite 73

Tabel 2. Distribusi penurunan pembengkakan


Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin pasien snake bite.
No Sex Jumlah Persen Dari 88 responden yang
1 Laki-laki 61 69,3 diteliti menunjukkan kecepatan
2 Wanita 27 30,7 penurunan pembengkakan pasien
Jumlah 88 100 snake bite sebagian besar dalam
kategori cepat yaitu sebanyak 61
Distribusi lokasi gigitan Snake Bite pasien (69,3%) dan sisanya kategori
Dari 88 responden yang lambat 27 orang 30,7%). Distribusi
diteliti menunjukkan bahwa seluruh frekuensi penurunan pembengkakan
pasien snake bite lokasi gigitan pasien snake bite dijelaskan tabel 5
adalah pada ekstremitas dan sebagian Tabel 5.
besar terkena gigitan pada kaki Distribusi penurunan pembengkakan
kanan yaitu sebesar 32 pasien pasien snake bite.
(36,4%), kaki kiri 24 pasien (27,3%),
17 pasien pada tangan kanan (19,3%) No Kecepatan Jumlah
dan 15 orang pada tangan kiri 1 Cepat 61
17,0%). Distribusi frekuensi snake 2 Lambat 27
bite berdasarkan lokasi gigitan pada Jumlah 88
dijelaskan tabel 3.
Tabel 3. Perbedaan antara penanganan luka
Distribusi Lokasi Gigitan Snake Bite snake bite dengan insisi dan tanpa
No Lokasi Jumlah insisi terhadap kecepatan penurunan
1 Tangan kanan 17 pembengkakan
2 Tangan kiri 15 Hasil uji statistik dengan uji
3 Kaki kanan 32 Chi Kuadrat dengan menggunakan
4 Kaki kiri 24 sistem komputerisasi program SPSS
Jumlah 88 15.0 Windows dimana harga Chi
Distribusi tindakan snake bite Kuadrat (X²) tabel 3,841 dengan
Dari 88 responden yang taraf signifikansi 0,05. Setelah
diteliti menunjukkan bahwa pasien dilakukan uji hipotesis Chi Kuadrat
snake bite sebagian besar dilakukan diperoleh hasil X² hitung 7,846.
penanganan tanpa insisi yaitu Berdasarkan hasil tersebut dimana X²
sebanyak 71 pasien ( 80,7% ) dan hitung (7,846) lebih besar dari X²
sebagian kecil dilakukan penanganan tabel (3,841) dengan demikian H0
dengan insisi yaitu sebanyak 17 ditolak dan H1 diterima yaitu ada
pasien ( 19,3% ). Distribusi frekuensi perbedaan antara penanganan luka
snake bite berdasarkan tindakan snake bite dengan insisi dan tanpa
dijelaskan pada tabel 4. insisi terhadap kecepatan penurunan
pembengkakan.
Tabel 4.
Distribusi tindakan Snake Bite PEMBAHASAN
No Tindakan Jumlah Tindakan yang dikerjakan
1 Insisi 17 untuk menolong penderita yang
2 Non insisi 71 digigit ular berbisa adalah dengan
Jumlah 88 mengusahakan membuang bisa
74 Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Jilid 2, November2012, hlm. 1-94

sebanyak mungkin dengan menoreh yang lebih besar serta akan


lubang bekas masuknya taring ular mengalami proses penurunan
sepanjang dan sedalam ½ cm, pembengkakan yang lebih lama
kemudian lakukan penghisapan (Potter, 2005).
mekanis. Bila tidak tersedia alatnya, Berdasarkan analisa bivariat
darah dapat dihisap dengan mulut diperoleh X² hitung 7,846, hasil ini
asal mukosa mulut utuh tak ada luka. lebih besar dari X² tabel yaitu 3,841
Bisa yang tertelan akan dinetralkan dengan taraf signifikansi 0,05, hal ini
oleh cairan pencernaan. Selain itu menunjukkan bahwa ada perbedaan
dapat juga dilakukan eksisi jaringan antara penanganan luka snake bite
berbentuk elips karena ada dua bekas dengan insisi dan non insisi terhadap
tusukan gigi taring, dengan jarak 2 ½ kecepatan penurunan pembengkakan.
cm dari lubang gigitan, sampai Pasien snake bite yang dilakukan
kedalaman fasia otot (Sjamsuhidajat, penanganan dengan insisi sebagian
1997). Penanganan luka snake bite di besar penurunan pembengkakan
RSUD Pacitan pada tahun 2009-2011 dalam kategori lambat, sedangkan
yang dilakukan insisi sebagian besar yang dilakukan penanganan tanpa
kecepatan penurunan pembengkakan insisi sebagian besar kecepatan
luka dalam kategori lambat dan penurunan pembengkakan dalam
sebagian kecil kecepatan penurunan kategori cepat. Hasil penelitian ini
pembengkakannya dalam kategori menunjukkan bahwa ada perbedaan
cepat. Hal ini dapat terjadi karena antara penanganan penanganan luka
penurunan pembengkakan luka snake snake bite dengan insisi dan tanpa
bite dipengaruhi berbagai sebab insisi terhadap kecepatan penurunan
antara lain: jenis bisa, pemberian anti pembengkakan luka, hal ini
venom/ SABU, pemberian obat - mendukung apa yang dikemukakan
obatan seperti steroid, sirkulasi Keracunan Nasional Badan POM
darah, oksigenasi jaringan, umur, (2005) dan Sudoyo (2010) bahwa
nutrisi, dan infeksi (Morison, 2003) saat ini teknik penanganan dengan
dan (Sartono, 2002). Kecepatan metode insisi (pengirisan dengan alat
penurunan pembengkakan luka snake tajam), dan pengisapan tempat
bite yang dilakukan insisi sebagian gigitan harus dihindari karena tidak
besar dalam kategori lambat, karena terbukti manfaatnya dan tidak efektif
dapat dipengaruhi oleh faktor infeksi, untuk mengeluarkan bisa pada pasien
dimana infeksi pada luka snake bite snake bite. Teknik penanganan luka
dapat disebabkan karena tindakan snake bite yang tepat akan
insisi atau eksisi yang merusak mempercepat proses kesembuhan
keutuhan jaringan kulit, urat syaraf, luka dan efek lain yang disebabkan
dan pembuluh darah. racun atau bisa ular.
Keutuhan jaringan kulit dan
membran mukosa merupakan garis KESIMPULAN DAN SARAN
pertama untuk pertahanan diri dari Hasil penelitian ini dapat
mikroorganisme, oleh karena itu diambil kesimpulan bahwa ada
tindakan insisi dapat menyebabkan perbedaan yang signifikan antara
resiko masuknya mikroorganisme penanganan luka snake bite dengan
sehingga menimbulkan resiko infeksi insisi dan tanpa insisi terhadap
Tri Andriani, kecepatan penurunan pembengkakan luka snake bite 75

kecepatan penurunan pembengkakan


luka di RSUD Pacitan tahun 2009- Krisanty, Paula.& Manurung, Santa.
2011 dimana X² hitung (7,846) > X² (2009). Asuhan Keperawatan
tabel (3,841) dengan derajat
Gawat Darurat. Jakarta: CV.
signifikansi 95%.
Saran yang diajukan adalah Trans Info Media.
menetapkan Standart Operational
Procedur yang tepat dalam Machfoedz, Ircham. (2008).
penanganan pasien dengan luka Statistika Non Parametrik.
snake bite. Penanganan diharapkan Yogyakarta: Fitramaya.
sesuai dengan keadaan pasien yang
menunjukkan manifestasi klinis yang
Morison. (2003). Managemen Luka.
berbeda-beda pada setiap pasien,
misalnya penanganan snake bite Jakarta: EGC.
yang disebabkan jenis ular tidak
berbisa hendaknya berbeda dengan Nursalam. (2008). Konsep dan
snake bite yang disebabkan ular Penerapan Metodologi
berbisa. Hal ini diupayakan agar Penelitian Ilmu Keperawatan.
dapat memberikan penanganan yang Jakarta: Salemba Medika.
efektif dan efisien pada pasien.

DAFTAR PUSTAKA Notoatmodjo, Soekidjo. (2005).


Metodologi Penelitian
BC&TLS. (2008). Materi Panduan Kesehatan. Jakarta: Rineka
Pelatihan Basic Cardiac & Cipta.
Trauma Life Support
(BC&TLS). Jakarta: Potter & Perry.(2005). Buku Ajar
Emergency Medical Training Fundamental Keperawatan
& Services EMS 119. Edisi 4. Jakarta: EGC.

Corwin, Elizabeth J. (2003). Priyatno, Duwi.(2011).Buku Saku


Patofisiologi. Jakarta: EGC Analisis Statistik Data SPSS.
Yogyakarta: MediaKom.
Dahlan, Sopiyudin. (2011). Statistik
Untuk Kedokteran dan Sartono. (2002). Racun dan
Kesehatan. Jakarta: Salemba Keracunan. Jakarta : Widya
Medika Medica.

Hidayat, Aziz Alimul. (2007). Saryono. (2011). Metodologi


Metode Penelitian Penelitian Kesehatan.
Keperawatan dan Teknik Yogyakarta: Mitra Cendikia
Analisis Data. Jakarta: Press.
Salemba Medika.
76 Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Jilid 2, November2012, hlm. 1-94

Sjamsuhidajat. de Jong, Wim. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/


(1997). Buku Ajar Ilmu pubmed/19759478
Bedah. Jakarta: EGC.
Gunawan, Andri. Yombana, Zicki.
Sudoyo, Aru.W. (2010). Buku Ajar (2010). Kejang Pada Gigitan
Ilmu Penyakit Dalam (Jilid I Ular Berbisa. Januari 03,
Edisi V). Jakarta: Interna 2010.
Publishing. http://www.perdossi.or.id/doc
/public/neurona/pdf/Januari%
Sugiyono. (2007). Statistik untuk 202010
Penelitian. Jakarta: CV.
Alfabeta. Network Bali.com. (2010).
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pertolongan Pertama
Kuantitatif dan Kualitatif. Terhadap Gigitan Ular. Maret
Jakarta: CV. Alfabeta. 24, 2010.
http://www.network-
Suyanto. (2011). Metodologi dan bali.com/snake/treatmen_ind
Aplikasi Penelitian o.php
Keperawatan. Yogyakarta:
Nuha Medika. Sentra Informasi Keracunan
Nasional Badan POM. (2005)
Andimarlinasyam. (2009).Gigitan Penatalaksanaan Keracunan
Ular. Agustus 27, 2009. akibat Gigitan Ular Berbisa.
www.pom.go.id
http://andimarlinasyam.wordpr /public/siker/desc/produk/Rac
ess.com/2009/08/27/gigitan- unUlarBerbisa.pdf.
ular/

Bataviase.co.id. (2010).Setiap
Tahun, Lima Juta Orang
Digigit Ular Berbisa. May 10,
2010.
http://bataviase.co.id/node/20
8146

Garg A, Sujatha S, Garg J, Acharya


NS, Chandra Parija S. (2009).
Wound Infections Secondary
to Snakebite. April
30,2009;3(3):221-

Anda mungkin juga menyukai