KAJIAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
yang akan diteliti penulis. Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan
diterapkan pada tahun 2008. Selain itu, juga terdapat faktor lain yang
11
pemulihan korban penyalahgunaan narkoba seperti kuantitas klien yang
(Lendriyono, 2008).
2. Penelitian yang dilakukan oleh Lenny Nuraeni, S.Pd, M.Pd pada tahun 2012
12
3. Penelitian yang dilakukan oleh Friska Sitanggang, Mahasiswa Ilmu
jumlah residen yang berada di Panti Sosial Pamardi Putra “Insyaf” Sumatera
Utara terdapat sebanyak 151 klien yang mengikuti pemulihan tahap primary
13
Community (TC). Hasil penelitian yang dapat disimpulkan dari peneliti ini
adalah pertama, pada evaluasi input yang meliputi residen, staff dan program
sudah cukup dikatakan baik. Residen dan staff sesuai dengan kriteria. Hanya
mitra kerjasama cukup baik. Kedua, pada evaluasi proses terseusun rapi dan
tertatur. Ketiga, evaluasi hasil terdapat aspek perubahan perilaku residen dan
dan Konseling Islam, Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung tahun
program tersebut diterapkan melalui beberapa tahapan yakni: tahap entry unit,
14
B. Konsep Penyalahgunaan NAPZA
istilah zat/obat/bahan/napza/narkoba.
obat secara terus-menerus atau sesekali tetapi berlebihan dan tidak menurut
petunjuk dokter atau praktek kedokteran (Afiatin, 2010). Selain itu, Danny
yang bukan untuk tujuan pengobatan atau yang digunakan tanpa mengikuti
emosi maupun sikap hidup bermasyarakat (Danny dkk, 1991). Hal ini selaras
pemakaian zat yang berlebihan secara tersu menerus atau berkala diluar
medik tanpa petunjuk dokter, pemakaian sendiri secara relative teratur atau
15
Berbagai defenisi penyalahgunaan napza yang telah dipaparkan oleh
bermasyarakat.
a. Narkotika
angka 1 menjelaskan:
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintesis maupun bukan sintesis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran dan hilangnya rasa. Zat ini
dapat mengurangi sampai menghilangi rasa nyeri dan dapat
menimbulkan ketergantungan yang dibedakan ke dalam golongan-
golongan.
daya adiksi (ketagihan) yang paling berat. Narkotika golongan ini tidak
jumlah yang sangat terbatas. Contoh narkotika golongan ini adalah heroin,
16
2) Golongan II merpakan narkotika yang memiliki daya adiktif kuat namun
b. Psikotropika
1 angka 1 menjelaskan:
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada
susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas
mental dan prilaku.
Menurut Volpicelli dan Holmes, efek yang ditimbulkan oleh zat yang
(Partodiharjo, 2010).
17
2) Golongan II adalah psikotropika dengan daya adiktif kuat serta berguna
3) Golongan III adalah psikotropika dengan daya adiksi sedang serta berguna
sebagainya.
sebagainya.
sebutan obat penenang yang dapat memberikan rasa tenang, tentram, damai
18
Stimulant merupakan zat yang merangsang atau meningkatkan fungsi
kerja tubuh. Ada dua macam kategori stimulant yakni amfetamin dan kokain.
Amfetamin adalah stimulant yang sanga kuat dan efeknya langsung terasa
setelah menggunakan zat ini. Umumnya zat ini sering digunakan untuk
putus obat yang berdampak pada kondisi kelelahan yang luar bisaa, sakit
kepala bahkan depresi. Selain itu, untuk menghasilkan efek yang yang
sama yakni mengurangi rasa lelah, bosan dan sebagainya dibutuhkan dosis
yang lebih besar dari sebelumnya dan apabila pemakaian zat ini dilakukan
Kokain yakni daun koka yang kering dapat meningkatkan rasa percaya diri
serta mengurangi kepenataan dan nafsu makan. Penggunaan zat ini dalam
dan dapat pula memberikan reaksi yang yang tidak menyenangkan. Apabila
19
peristiwa yang mengerikan, khayalan tentang kenikmatan seks dan
Golongan adiktif lainnya yakni zat-zat selain narkotika dan psikotropika yang
dan menimbulkan ketagihan dan zat-zat lain yang bila dihisap, dihirup dan
20
Berawal dari hanya sekerdar mencoba-coba kemudian terjebak dalam
kenikmatan tiga sifat narkoba yakni habitual, adiktif, dan toleran yang
merasakan whitdrawal syindrome yang artinya rasa sakit yang teramat ketika
kehidupan sosial dan diri sendiri. Hal ini yang kemudian berdampak pada
yang menyebabkan jutaan penyakit fisik dan mental (psikis) pada masyarakat,
merusak kesehatan baik secara jasmani maupun ruhani; dari dimensi ekonomi
21
memerlukan biaya yang besar; dari dimensi sosial pendidikan dapat
“baik” menjadi “buruk”, dari pribadi yang “sehat” menjadi “sakit” (Hakim,
2004). Narkoba yang dikonsumsi akan mengganggu pusat saraf dan otak. Hal
dilakukan tidak mampu lagi menggunakan akal sehat atau bersifat irasional.
Selain merugikan diri sendiri, para pemakai narkoba juga dapat menggangu
a. Faktor Narkoba.
tidak terlepas dari sifat yang dimiliki yakni habitual, adiktif dan toleran.
Ketiga sifat inilah yang kemudian membuat para pemakai terdorong untuk
22
narkoba. Sebagaimana yang dijelskan oleh Partodiharjo bahwa penyebab
cepat meluas, mulai dari kota besar hingga masuk ke desa-desa. Hasil
harga yang masih terjangkau. Mereka cukup menemui teman mereka yang
banyak hal, seperti tidak tahu tentang narkoba atau tidak mengenali narkoba,
tidak tahu dampak terhadap kesehatan baik fisik maupun jiwa hingga dampak
terhadap moral, masa depan dan terhadap kehidupan akhirat, tidak paham
diantaranya:
1) Ingin Tahu.
Perasaan ingin tahu bisaanya dimiliki oleh generasi muda pada umur
setara siswa SD, SLTP, dan SLTA. Bila di hadapkan sekelompok anak
23
narkoba, maka didorong oleh naluri alami anak muda, yaitu keingintahuan,
maka salah seorang dari kelompok itu akan maju mencobanya. Besarnya
rasa penasaran dan ingin tahu yang dimiliki anak-anak sangat berpengaruh
penasaran dengan apa yang dilakukan orang lain sehingga ia akan meniru
Hal ini berkaitan erat dengan teori Albert Bandura yang menjelaskan
bahwa anak belajar tingkah laku baru dengan melihat orang lain (model)
laku (Dayakisni & Hudaniyah, 2012). Oleh karena itu, jika role model
Salah satu sifat alami positif yang dimiliki oleh generasi muda
24
3) Rasa Setia Kawan.
yang sangat dibanggakan. Rasa setia kawan yang besar ini akan sangat
setia kawan diarahkan pada hal-hal yang negatif maka akan berakibat
sangat berbahaya.
narkoba semua permasalahan mulai dari rasa kesal, kecewa, stress, frustasi
merasakan sakaw.
1) Faktor Keluarga.
model dari orang tua dan saudara nya yang sudah menyalahgunakan
hukum kepada anak yang terlalu sering dan inkonsisten atau orang tua
25
yang terlalu otoriter (Afiatin, 2010). Lebih lanjut ia menjelaskan kondisi
dan hubungan antar anggota yang kurang harmonis dapat menjadi faktor
dapat bervariasi mulai dari bujuk rayu, tipu daya sampai ke paksaan. Oleh
narkoba.
Beberapa faktor yang telah dipaparkan diatas juga diperkuat oleh hasil
26
faktor kepribadian (predisposisi). Faktor predisposisi yang membuat
menimbulkan kecemasan dan depresi pada diri. Apabila kedua faktor tesebut
Maret 2002 tentang Badan Narkotika Nasional (BNN). BNN inilah yang
gelap narkoba.
pecandu narkotika.
27
yang meliputi upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitative, represif.
a. Upaya Promotif.
Upaya ini juga disebut sebagai program pembinaan yang ditujukan pada
b. Upaya Preventif.
28
c. Upaya Kuratif.
d. Upaya Rehabilitatif.
raga yang ditujukan kepada para pemakai narkoba yang sudah menjalankan
United Nation Office on Drugs and Crime (UNODC) pada tahun 2002
menetapkan:
e. Upaya Represif.
29
berdasarkan aturan hukum yang berlaku. Selain pemerintah,
a. Rehabilitasi Medis.
yakni suatu proses untuk menghilangkan substansi racun di dalam tubuh dan
30
(Ramayulis, 2014:4). Partodiharjo (2010) membagi detoksifikasi menjadi tiga
macam:
secara bertahap.
ruang ICU dengan pembiusan total. Melalui alat kedokteran modern, darah
dibebaskan dari narkoba. Dengan cara ini, penderita tidak akan merasakan
sangat mahal dan cara ini jarang memberikan hasil yang baik dikarenakan
tindakan yang tidak diinginkan seperti bunuh diri, melukai diri atau
31
oleh petugas yang telah memiliki kualifikasi tertentu sesuai dengan standar
b. Rehabilitasi Sosial.
terpadu, baik fisik, mental maupun sosial, agar penyalah guna narkoba dapat
lingkungan rehabilitasi).
Metode ini cocok bagi pecandu yang komitmen untuk tetap melaksanakan
jam dengan setting di luar rumah sakit. Metode ini berbasis tempat tinggal
32
atau asrama yang diterapkan dengan membentuk komunitas untuk saling
selama enam hingga dua belas tahun. Metode ini juga disebut dengan
C. Konsep Holistic
Holistic merupakan sebuah istilah yang berasal dari bahasa Inggris dari
akar kata “whole” yang berarti keseluruhan (Webster, 1980). Lebih lanjut
Webster menjelaskan istilah holistic juga diambil dari kata dasar heal
akar kata yang sama dengan istilah whole (keseluruhan) (Webster, 1980).
spiritual (Arifin, 2009). Dengan dasar ini maka ditawarkan suatu bentuk
dalam bukunya Al-Qur’an: Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa bahwa
33
dengan holistic sesuai dengan dimensi sehat yang diputuskan oleh World
1. Aspek Fisik/Biologi
yakni terjadi komplikasi pada organ biologik seperti gangguan otak, hati,
otak (Hawari, 1996). Gejala dari gangguan otak lainnya yakni kecemasan dan
farmakologi.
2. Aspek Psikologi
34
maladaptif (Hawari, 1996). Sehingga pengobatan aspek psikologis menjadi
dihadapi individu kearah penyelesaian atau penyesuaian diri yang lebih baik.
Orang yang kompeten dalam bidang kesehatan mental dalam hal ini yakni
psikiater dan psikolog. Strategi yang dapat digunakan yakni dengan berbicara
3. Aspek Psikososial
peer group (teman sebaya) yang tidak baik dapat mencetuskan terjadinya
hanya dilihat dari pemulihan secara tubuh dan jiwa pecandu narkoba
35
agar dapat melaksanakan fungsi sosial secara wajar. Pendekatan yang
Ach. Farid, 2017). Hal ini ditujukan guna mengembalikan fungsi sosial
narkoba dengan keluarga. Terapi sosial yang diberikan kepada keluarga dan
mencegah kekambuhan.
4. Aspek Psikospiritual
sehat adalah tidak hanya sehat dalam arti fisik, psikologik, sosial saja
di masa remaja tidak ada atau sangat rendah maka remaja tersebut
36
mempunyai resiko lebih tinggi dalam penyalahgunaan narkoba (Hawari,
yang cenderung bertentangan dan jauh dari nilai-nilai agama. Oleh karena itu,
pemahaman spiritual yang ditandai dengan kekuatan iman dan takwa telah
dimiliki klien maka dapat dimungkinkan perilaku yang ditampilkan oleh klien
baik dari pada pemulihan yang hanya menggunakan terapi medik psikiatrik.
37
D. Konsep Therapeutic Community (TC)
untuk kasus psikiatrik tetapi juga bisa dibentuk oleh keseluruhan lingkungan
sosial, yang jika dikontrol dengan tepat memiliki pengaruh yang bermanfaat
berbasis tempat tinggal atau sistem asrama yang menggunakan model hirarki
38
dengan tahapan dalam pengobatan yang mencerminkan peningkatan tingkat
tanggung jawab pribadi dan sosial. Dalam memainkan stimulasi peran untuk
suatu bentuk terapi sosial atau terapi milieu (lingkungan) dimana orang-orang
individu dan sosial yang benar berdasarkan persepsi dan pengalaman yang
39
kekuatan pengaruh dinamika sosial masyarakat dimana klien hidup bersama
kesehatan emosi, fisik dan psikologis yang sehat melalui rehabilitasi dalam
40
pecandu narkoba dimana dalam terapi ini dibentuk suatu komunitas yang di
dalamnya terdapat sekelompok orang yang memiliki masalah sama dan saling
terapi berbasis asrama atau tempat tinggal dimana para penyalahguna narkoba
bahwa metode TC diatur dalam tiga komponen yang saling berkaitan meliputi
proses pemulihan dan nilai hidup yang dianut (drug use disorder, the person,
guru utama dalam pendekatan TC adalah komunits itu sendiri yang terdiri dari
41
anggota TC belajar untuk menerima dan menjalankan norma-norma tentang
dan saling self-help kearah perubahan perilaku. Dengan kata lain, anggota
psikologis individu (Leon, 1994). Hal ini, senada dengan yang dijelaskan oleh
perawatan yang terstruktur dan sistematis yang terdiri dari struktur sosial dan
harian, terapi kerja dan pengetahuan, anggota TC, grub teman sebaya,
42
pelatihan kesadaran dan emosional dan lain-lain (Leon, 1994). Korban
keberfungsian diri baik dari segi perilaku, emosional, spiritual dan sosial
perawatan utama TC yang dipelopori oleh beberapa para ahli seperti George
43
d. Keterampilan kerja dan keterampilan bersosial serta bertahan hidup
(Vocational and survival).Perubahan perilaku yang diarahkan pada
peningkatan kemampuan dan keterampilan residen yang dapat diterapkan
untuk menyelesaikan tugas-tugas sehari-hari maupun masalah dalam
kehidupannya (LKS Pondok Pemulihan Doulos, 2018).
yang tepat. Adapun lima pilar yang menjadi acuan dalam pelaksanaan TC,
diantaranya:
44
pertama yakni konsep kekeluargaan menjadi pilar utama dalam proses
bertanggung jawab atas diri sendiri dan orang lain, saling mengawasi dan
perilaku menyimpang menjadi baik. Pada sesi terapi, sesi spiritual dan sesi
terdapat tiga tahapan yang harus dilewati oleh residen. Tiga tahapan tersebut
meliputi induction & early treatment, primary treatment dan re-entry (Leon,
berikut:
45
a. Tahap Induction.
pertama saat residen mulai masuk dalam TC. Tujuan tahap ini yakni untuk
penghuni lain; memulai penilaian pribadi yang dibantu tentang diri, keadaan,
De Leon menjelaskan bahwa tujuan dari tahap ini adalah sebagai proses
residen (Leon, 1994). Tahap ini merupakan masa persiapan bagi residen
b. Tahap Primary.
stabilitas sosial dan psikologi. Tahap ini umumnya terdiri dari tiga fase yang
hingga 8 bulan, dan 9 hingga 12 bulan). Fase-fase ini ditentukan oleh status
persepsi, dan perilaku individu yang terkait dengan penggunaan narkoba dan
46
bergabung dalam komunitas terstruktur yang memiliki hirarki, jadwal harian,
Selama tahap ini berlangsung, para residen akan menjalani beberapa fase.
1) Younger Member
Pada fase ini, residen mengikuti program dengan proaktif. Residen wajib
mengikuti aturan-aturan yang ada, dan jika melanggar maka akan
mendapatkan sangsi. Pada tahapan ini, residen boleh dikunjungi oleh
orang tua atau keluarga selama satu kali dalam 2 minggu. Pertemuan
residen dan keluarga ini juga didampingi oleh relawan sosial, dan senior
diprogram TC. Selain itu, residen boleh menerima telepon namun
didampingi oleh residen senior atau relawan.
2) Middle Peer
Pada fase ini, residen sudah harus bertanggung jawab pada sebagian
pelaksanaan operasional panti atau lembaga, membimbing younger
member dan residen yang masih dalam proses orientasi, menerima telepon
tanpa pendamping, meninggalkan panti didampingi orang tua dan senior
secara bertahap dari mulai 4 jam hingga 12 jam. Pada tahap ini, residen
bisa berperan sebagai buddy (pendamping) bagi residen yang baru masuk.
3) Older Member
Pada fase ini, tanggung jawab residen semakin besar, karena ia harus
memikirkan staf dan memikirkan seluruh operasional panti, dan memiliki
tanggung jawab pada residen yunior. Jika residen ini melakukan
kesalahan, maka sanksi yang dikenakan padanya tanpa toleransi. Namun
di sisi lainnya, residen pada tahap ini boleh meninggalkan panti selama 24
jam, dengan pendampingan keluarga dan senior (Haryati, 2012).
c. Tahap Re-entry
melewati tahap primary. Tahap ini menjadi tahap terakhir rangkaian program
47
lanjutan yang lebih ditekankan pada vocational and survival karena pada
tahap ini pecandu narkoba akan kembali dalam keluarga dan masyarakat.
alumni. Program ini dilaksanakan di luar panti/rehab dan diikuti oleh semua
angkatan di bawah supervise atau staff lembaga. Tahapan bina lanjut (after
care) ini merupakan rangkaian kegiatan yang ditujukan bagi pecandu narkoba
48