net/publication/278412627
CITATION READS
1 7,287
9 authors, including:
Muhammad Takari
University of Sumatera Utara
70 PUBLICATIONS 33 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
My current project is research about senam Melayu in Serdang culture area. View project
All content following this page was uploaded by Muhammad Takari on 17 June 2015.
Medan
2012
Muhammad Takari, Seni Budaya dan Karakter Bangsa
1. Pendahuluan
Sebagai warga negara Indonesia, kita bangga dengan berbagai
“keunggulan” bangsa ini. Misalnya kita selepas tiga setengah abad dijajah
Belanda, dapat merdeka dengan perjuangan yang panjang. Begitu pula
pada masa sekarang ini, kita memiliki jumlah penduduk nomor kelima
terbesar di dunia, yaitu lebih dari 240 juta jiwa, dengan segala masalah
dan keberhasilan sosiobudaya dan teknologinya. Bahkan kalau di tingkat
Asia Tenggara, Negara Kesatuan Republik Indonesi (NKRI) adalah
negara yang terbesar penduduknya yaitu sekitar 240 juta jiwa, dengan
wilayah kepualauan yang terluas, dan memiliki peran dan geopolitik yang
paling menonjol. 1
Seterusnya bangsa ini juga memiliki prestasi-prestasi internasional,
seperti berkali-kali siswa-siswi sekolah menengahnya memenangkan
olimpiade fisika dan matematika. Seni budaya di Asia Tenggara pun
sebahagian besarnya tumbuh dan berkembang di Indonesia. Kawasan
Indonesia juga merupakan induk dari Dunia Melayu bersama Malaysia
dan Brunei Darussalam. Peran strategis dapat dimainkan dalam rangka
mengintegrasikan umat Melayu di kawasan ini, serta diaspora Melayu di
seluruh dunia. Ke masa depan peran ini terus perlu dikembangkan oleh
organisasi sosiobudaya atau antar pemerintah di kawasan ini, sambil
1
Di peringkat internasional kita pernah menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika,
tahun 1955, yang menghasilkan dasasila Bandung. Prinsipnya melalui konferensi ini
bangsa-bangsa Asia dan Afrika ingin bebas dari cengkeraman kolonialisme, yang telah
berabad-abad berlangsung. Mereka juga tidak mau ditarik dalam dua polarisasi ideologi
dan kekuasaan yaitu liberalisme dan sosialis-komunisme. Muncullah kelompok negara-
negara non-blok, yang dampak positifnya terasa sampai sekarang dalam konteks politik
internasional. Indonesia juga berperan aktif dalam menjaga perdamaian dunia. Bahkan
merelakan Timor Timur (kini Timor Leste) menjadi negara merdeka, untuk membuktikan
kepada dunia kita bukan bangsa penjajah.
1
Muhammad Takari, Seni Budaya dan Karakter Bangsa
2
Muhammad Takari, Seni Budaya dan Karakter Bangsa
3
Muhammad Takari, Seni Budaya dan Karakter Bangsa
Eastern Asia, di Pulau Pinang, Malaya. Jurnal ini terbit dari tahun 1847
sampai 1859. Selain beliau, tercatat juga dalam sejarah, yang
menggunakan istilah ini adalah seorang Inggris yang bernama Sir
William Edward Maxwell tahun 1897. Ia adalah seorang pakar ilmu
hukum, pegawai pamongpraja, dan sekali gus sekretaris jendral Straits
Settlements, kemudian menjabat sebagai Gubernur Pantai Emas
(Goudkust). Ia memakai istilah Indonesia dalam bukunya dengan sebutan
The Islands of Indonesia.
Selain itu, ilmuwan yang paling membuat populer istilah Indonesia
di kalangan ilmuwan dunia, adalah Prof. Adolf Bastian, seorang pakar
etnologi (antropologi) yang ternama. Dalam bukunya yang bertajuk
Indonesian Order die Inseln des Malayeschen Archipels (1884-1849), ia
menegaskan arti kepulauan ini. Dalam tulisan ini ia menyatakan bahwa
kepulauan Indonesia meliputi suatu daerah yang sangat luas--termasuk di
dalamnya Madagaskar di Barat, sampai Formosa di Timur. Nusantara
adalah pusatnya. Keseluruhan wilayah itu adalah sebagai satu kesatuan
wilayah budaya. Pengertian istilah Indonesia ini juga digunakan oleh
William Marsden (1754-1836), seorang gewestelijk secretaris Bengkulen.
Sementara itu, Gubernur Jenderal Jawa di zaman pendudukan Inggris
(1811-1816), Sir Stanford Raffles (1781-1826) dalam bukunya yang
bertajuk The History of Java, menyebut juga istilah Indonesia, dengan
pengertian yang sama. Kesatuan kepulauan dan lautnya itu disebut dan
dijelaskan pula oleh John Crawfurd (1783-1868), seorang pembantu
Raffles.
Pada awalnya, istilah Indonesia hanya digunakan sebagai istilah ilmu
pengetahuan saja. Namun, ketika pergerakan nasional muncul di sini,
nama tersebut digunakan secara resmi oleh para pemuda Indonesia untuk
mengganti istilah Nederlandsch-Indië. Organisasi yang pertama kali
memakai istilah Indonesia adalah Perhimpunan Indonesia, yaitu satu
perkumpulan mahasiswa di Negeri Belanda.
Di zaman penjajahan Belanda, tokoh-tokoh nasional kita telah
mencoba mengganti istilah Nederlandsch-Indië dengan istilah Indonesia.
Juga mencoba menukar istilah Inboorling, Inlander dan Inheemsche,
dengan Indonesiër. Namun pemerintah Hindia Belanda tetap kukuh
dengan pendiriannya, dengan alasan yuridis. Namun setelah Undang-
undang Dasar Belanda diubah, sejak 20 September 1940, istilah
Nederlandsch-Indië diubah menjadi Indonesië.
4
Muhammad Takari, Seni Budaya dan Karakter Bangsa
5
Muhammad Takari, Seni Budaya dan Karakter Bangsa
Dalam rangka menerima orang lain yang berbeda, baik itu agama,
suku, atau ras, masing-masing agama juga telah menganjurkannya.
Sebagai contoh, agama Islam mengajarkan bahwa pada dasarnya manusia
di dunia ini terdiri dari laki-laki, perempuan, bersuku-suku, dan
berbangsa-bangsa. Untuk saling kenal mengenal sesamanya. Semuanya
sama di depan Tuhan. Yang paling mulia di sisi Allah adalah mereka
yang bertakwa. Ukuran takwa ini juga Allah langsung yang menilainya,
bukan manusia. Konsep menghargai perbedaan manusia ini, dalam ajaran
Islam tercermin dalam Al-Qur’an, surat Hujurat ayat 13, seperti berikut.
7
Muhammad Takari, Seni Budaya dan Karakter Bangsa
berbeda. Namun demikian ada pula persamaan di antara mereka yaitu tiga
struktur sosial masyarakat yang dilihat dari keturunan dari pihak ayah
(patrialineal) dan hubungan perkawinan. Kesemua suku tersebut
mendasarkan pengelompokan manusia berdasarkan tiga komposisi, yaitu
yang pertama saudara satu klen dari pihak ayah yang disebut dongan
sabutuha di Batak Toba, kahanggi di Mandailing, dengan sibeltek di
Pakpak-Dairi Yang kedua adalah pihak pemberi isteri, yang disebut hula-
hula di Toba, mora di Mandailing, kalimbubu di Karo. Yang ketiga
adalah pihak penerima isteri yang disebut anak boru, atau boru.
Masyarakat yang disebut Batak ini juga telah secara alamiah menerapkan
konsep multikultural.
Masyarakat Minangkabau, yang kita anggap homogen pun,
sebenarnya memiliki konsep-konsep multikulturalis-menya sendiri.
Secara wilayah budaya, orang Minangka-bau terdiri dari tiga kawasan,
yaitu darek, pasisie, dan rantau. Darek berada di kawasan Pegunungan
Bukit Barisan dengan pusatnya di Parahyangan Padangpanjang. Wilayah
pasisie adalah seputar pantai Barat Minangkabau. Yang ketiga adalah
wilayah rantau yang terdiri dari kawasan seperti Riau, Deli, Jambi,
Bangka-Belitung, sampai Negeri Sembilan Malaysia. Mereka juga
mengenal suku-suku yang ditarik dari garis keturunan ibu (matrilineal).
Suku-suku itu antara lain: Piliang, Koto, Sikumbang, Bodi, Chaniago,
Sijambak, Malayu, dan Mandahiling. Sistem pemerintahan tradisionalnya
juga ada dua yaitu sistem katamanggungan dan sistem datuk perpatih
nan sabatang. Dalam sejarah pun mereka memiliki hubungan dengan
kerajaan di Jawa, yakni dengan dikirimnya Dara Petak dan Dara Jingga,
yang mencerminkan sejak awal budaya Minangkabau telah mengakui
keberagaman (multikultur) sosiobudaya.
Bhinneka tungal ika sendiri adalah konsep kebangsaan Indonesia,
yang didasari secara realitasnya Indonesia itu adalah multikultur. Terdiri
dari berbagai suku bangsa, agama dan sistem religi yang berbeda. Ras
yang menghuni Indonesia juga bermacam-macam. Apalagi kebudayaan
etnik atau kebudayaan pendatang muncul di kawasan ini. Bagi bangsa
Indonesia, perbedaan itu adalah rahmat dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
Perbedaan adalah mozaik atau zamrud di Khatulistiwa. Perbedaan
membuat pribadi bangsa Indonesia semakin dewasa dan matang.
Perbedaan yang dapat menimbulkan konflik, semestinya dimanaje-meni
menjadi pemicu integrasi dalam perbedaan.
8
Muhammad Takari, Seni Budaya dan Karakter Bangsa
9
Muhammad Takari, Seni Budaya dan Karakter Bangsa
Pasal 32
11
Muhammad Takari, Seni Budaya dan Karakter Bangsa
12
Muhammad Takari, Seni Budaya dan Karakter Bangsa
13
Muhammad Takari, Seni Budaya dan Karakter Bangsa
2
Istilah yang paling lazim dipakai untuk menyebut kesatuan-kesatuan hidup ma-
nusia, baik dalam tulisan ilmlah maupun dalam bahasa sehari-hari adalah masyarakat.
Padanannya dalam bahasa Inggris adalah society yang berasal dari kata Latin socius, yang
berarti "kawan.” Istilah masyarakat sendiri berasal dari akar kata Arab syaraka yang
berarti "ikut serta, berpartisipasi.” Masyarakat adalah memang sekumpulan manusia yang
saling bergaul (berinteraksi). Satu kesatuan manusia dapat mempunyai prasarana melalui
apa warga-warganya dapat saling berinteraksi. Satu negara modem adalah kesatuan
manusia dengan berbagai macam prasarana, yang memungkinkan para warganya
berinteraksi secara intensif. Selain ikatan adat-istiadat khas yang meliputi sektor
kehidupan serta suatu kontinuitas dalam waktu, sebuah masyarakat mempunyai ciri lain,
yaitu satu rasa identitas. Mereka merupakan satu kesatuan khusus yang berbeda dengan
kesatuan manusia lainnya. Ciri-ciri memang dimiliki oleh penghuni suatu asrama kos
atau anggota suatu sekolah, tetapi tidak adanya sistem norma yang menyeluruh serta tidak
adanya kesinambungan, menyebabkan penghuni suatu asrama atau murid suatu sekolah
tidak disebut masyarakat. Sebaliknya suatu negara, kota, atau desa, merupakan kesatuan
manusia yang memiliki ciri-ciri: (a) interaksi antara warga-warganya, (b) adat-istiadat, (c)
norma-norma, (d) hukum dan aturan-aturan khas; (e) kontinuitas dalam waktu; dan (f)
memiliki rasa identitas yang mengikat semua warga. Itulah sebabnya satu negara atau
desa dapat kita sebut masyarakat. Dari uraian di atas dapat didefinisikan istilah
masyarakat dalam konteks antropologi: masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang
berinteraksi menurut suatu sistem adat-istiadat tertentu yang bersifiat kontinu, dan yang
terikat oleh suatu rasa identitas bersama (Koentjaraningrat 1990:146-147).
14
Muhammad Takari, Seni Budaya dan Karakter Bangsa
genrenya. Di Aceh ditemui genre seni: shaman, rapai Pasai, rapai dabus,
rapai lahee, rapai grimpheng, rapai pulot, alue tunjang, poh kipah, biola
Aceh, meurukon, dan sandiwara Aceh. Pada masa kini berkembang tari
kreasi baru, yang berbasis dari tari-tarian tradisional. Di antara contoh
tari kreasi baru adalah Tari Ranup Lampuan, Rampoe Aceh, Pemulia
Jame, Tarek Pukat, Limong Sikarang, Ramphak Dua, dan lainnya. Istilah
seudati berasal dari kata yahadatin, yang mengandung makna pernyataan
atau penyerahan diri memasuki agama Islam dengan mengucapkan dua
kalimah syahadat. Tari Seudati dipertunjukkan oleh delapan orang laki-
laki dan dua orang aneuk syeh (syahie) yang bertugas mengiringi tarian
dengan syair dan lagu. Seluruh gerakan Tari Seudati berada di bawah
pimpinan seorang syeh seudati. Musik dalam Tari Seudati hanya
berbentuk bunyi yang ditimbulkan oleh hentakan kaki, kritipan tangan,
serta tepukan dada para penari, yang diselingi dengan syair lagu dari
aneuk syeh. Ini baru sebahagian kecil kesenian Aceh, masih banyak lagi
yang lainnya.
Sumatera Utara yang terdiri dari delapan kelompok etnik setempat
ditambah suku-suku pendatang dari Nusantara dan etnik-etnik dunia,
menjadikan kawasan ini kaya akan seni budaya. Di antara seni budaya
yang khas berasal dari Sumatera Utara adalah tari tortor dalam
kebudayaan Batak Toba, Simalungun, dan Mandailing-Angkola.
Repertoar tortor itu di antaranya adalah Tortor Somba-somba, Tortor
Nauli Bulung, Tortor Saoan, Tortor Hatasopisik, Tortor Naposo Bulung,
dan lainnya. Dalam budaya Karo dikenal pula landek, seni tari tradisional
Karo. Contohnya Tari Peseluken, Mulih-mulih, Piso Surit, Guro-giro
Aron, dan lainnya. Seni musik tradisional dari kawasan ini di antaranya
ensambel gondang sabangunan Batak Toba, gondang hasapi, berbagai
lagu (ende), gordang sambilan, gordang tano, gondang aek, gonrang
sipitu-pitu, gonrang dua, gendang telu sedalanen, gendang lima
sedalanen, sikambang, musik ronggeng Melayu, musik Makyong, dan
masih banyak lagi yang lainnya.
Lagu-lagu Melayu Deli yang berasal dari Sumatera Utara juga
memberikan identitas yang khas Melayu Sumatera Utara. Lagu seperti
Kuala Deli, Seri Langkat, Zapin Deli, Zapin Serdang, menguatkan
identitas kebudayaan Melayu Sumatera Utara. Dari kawasan Mandailing
ada musik jeir dan onang-onang. Begitu juga dari Nias ada tarian hombo
batu (melompati batu), maena, faluaya, maluaya, dan lain-lainnya.
Di Sumatera Barat, wilayah budaya Minangkabau terdapat ensambel
musik tradisional talempong, dengan berbagai derivatnya seperti
15
Muhammad Takari, Seni Budaya dan Karakter Bangsa
16
Muhammad Takari, Seni Budaya dan Karakter Bangsa
17
Muhammad Takari, Seni Budaya dan Karakter Bangsa
makhluk lain cipataan Allah, yang dalam ajaran Islam disebut dengan
hablum minannas.
Secara psikologis konsep awal karakter ini adalah bersifat
perseorangan. Namun selepas itu, apabila menjadi karakter bangsa, maka
perlu adanya acuan nilai-nilai karakter, yaitu kebudayaan bangsa
(nasional). Secara ringkas kebudayaan berisi sistem nilai, norma, dan
kepercayaan. Budaya dikembangkan dan diamalkan oleh masyarakat
pendukungnya. Dampaknya sebahagian besar anggota masyarakat dalam
wilayah budaya ini memiliki kecenderungan yang sama dalam hal
mengamalkan sistem nilai, norma, dan kepercayaannya. Bahwa prilaku
merupakan resultan dari berbagai aspek pribadi dan lingkungan. Jadi
membincangkan karakter bangsa, akan melibatkan diskusi dalam ranah
psikologi dan kebudayaan.
Karakter bangsa bersifat dinamis. Dapat berubah dalam dimensi
waktu yang dilaluinya, walau tidak mudah. Contohnya adalah, dahulu
sering dikatakan bahwa bangsa Indonesia sebagai bangsa Timur
(Oriental) yang mempunyai karakter sopan, santun, ramah-tamah,
berperasaan halus, tenggang rasa, toleran, dan lainnya yang
menggambarkan sebuah sikap atau prilaku yang mengindikasikan
keluhuran budi pekerti kita. Kini sedikit demi sedikit karakter tersebut
telah mengalami degradasi, distorsi, dan disorientasi.
Pada masa awal kemerdekaan kita, Bung Karno telah
memancangkan istilah nation and character building. Maknanya saat itu
telah wujud karakter bangsa, yang perlu terus dikembangkan dalam
rangka pembangunan bangsa. Jika perlu, karakter sebagai “abdi” harus
diubah menjadi egaliter. Pencanangan perlunya membangun karakter
atau watak bangsa sebagai bangsa Indonesia baru, sesungguhnya telah
direalisasikan. Karakter bangsa yang telah terbentuk ratusan tahun
sebagai pengabdi kepada penjajah, kegelapan, takhyul, feodalisme, dan
lainnya tidak sesuai lagi dengan polarisasi bangsa Indonesia yang
merdeka, berdaulat, bertakwa, beradab, bersatu, bermusyawarah, adil,
dan makmur.
Kini kita sepakat hendak membangun karakter bangsa. Namun
muncul persoalan yaitu karakter bangsa Indonesia itu seperti apa dan di
mana? Karakter bangsa berasal dari karakter-karakter etnik di seluruh
wilayah Indonesia, yang menjadi bahagian dari identitas nasional. Oleh
karena itu, karaker bangsa ini berjalan dan berkembang seiring dengan
terbentuknya kebudayaan nasional Indonesia.
18
Muhammad Takari, Seni Budaya dan Karakter Bangsa
Karaker bangsa ini telah digagas oleh para pendiri negara dan
budayawan kita. Karakter tersebut tercermin dalam landasan ideal kita
yaitu Pancasila. Dengan menghayati dan mengamalkan Pancasila,
sejumlah besar karakter bangsa yang positif maka otomatis terwujud.
Kini yang menjadi hambatan dan tantangan adalah Pancasila tidak
tertransmisikan ke generasi muda secara baik. Bahkan beberapa tahun
belakangan di peringkat perguruan tinggi mata kuliah Pancasila dihapus.
Baru dua tahun belakangan dimunculkan kembali. Sama juga dengan
sejumlah mata elajaran pada kurikulum pesantren hendak dihapus. Ini
jelas adanya campur tangan pihak yang tidak setuju tegaknya karakter
bangsa yan berlandaskan Pancasila dan nilai-nilai agama yang dianut.
Tantangan lainnya adalah penerapan demokrasi di Indonesia cenderung
ke arah anarkis yang tidak sesuai dengan cita-cita luhur pendiri bangsa.
Demokrasi yang serba bebas mengalahkan nurani dan nilai religi.
Demokrasi menjadi sarana pemenuhan kehendak individu yang
memaksakan kehendak. Tentu bukan karakter seperti ini yang kita
inginkan.
Berdasarkan akar budaya dan seni universal milik bangsa Indonesia,
kita memiliki beberapa karakter positif seperti berikut ini. Bahwa kita
berkarakter religius, terekspresikan dalam sikap dan prilaku yang patuh
dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya dan toleran terhadap
pemeluk agama lain. Bahkan kebudayaan etnik kita pun selalu mengacu
kepada ajaran agama, misalnya di Aceh menyatunya adat dan agama
dikonsepkan dalam adat bak petumeuruhom, hukom bak syiah kuala.
Dalam budaya Melayu dan Minangkabau dikonsepkan adat bersendikan
syarak. Dalam Pancasila nilai religius ini juga terdapa dalam sila-silanya.
Nilai-nilai religius ini juga terdapat dalam seni di Indonesia, lihat saja
contohnya pada seni saman, hadrah, nasyid, kasidah, genjring bonyok,
salawaik dulang, dan lain-lainnya.
Karakter bangsa Indonesia lainnya adalah berjiwa merdeka, bebas,
dan tak mau dijajah. Ini tertuang dalam Pembukaan Undang-undang
Dasar 1945. Bahwa bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaan adalah
hak semua bangsa oleh karena itu penjajahan harus dihapuskan, karena
tidak sesuai dengan prikemanusiaan dan prikeadilan. Dalam kesenian pun
karakter ini muncul, dalam bentuk kita harus berjiwa merdeka. Muali dari
lagu, pantun, puisi, prosa, dan lainnya mengekspresikan karakter ini.
Karakter bangsa kita lainnya adalah cinta kepada tanah air,
walaupun apa yang terjadi kita igin selalu menjaga keutuhannya. Wlu
terjadi pemberontakan, namun tidak sampai membuat negara baru.
19
Muhammad Takari, Seni Budaya dan Karakter Bangsa
20
Muhammad Takari, Seni Budaya dan Karakter Bangsa
21
Muhammad Takari, Seni Budaya dan Karakter Bangsa
22
Muhammad Takari, Seni Budaya dan Karakter Bangsa
23
Muhammad Takari, Seni Budaya dan Karakter Bangsa
7. Penutup
Dari uraian di atas tergambar dengan jelas bahwa di dalam seni
budaya secara khusus, dan kebudayaan Nusantara secara umum,
terkandung sejumlah karakter dan identitas bangsa kita. Karakter dan
identitas bangsa ini berasal dari lingkup budaya etnik yang kemudian
secara alamiah selepas terbentuknya negara bangsa menjadi milik
bersama. Dengan tetap mengolah dengan budaya global. Tidak semua
karakter budaya etnik yang menjadi karakter bangsa. Umumnya yang
bersifat universal dan mendukung karakter bangsa. Nilai-nilai budaya
etnik yang kemudian menjadi karakter bangsa, telah dengan sangat
baiknya diekspresikan dalam ideologi Pancasila.
Selain itu kita pun dalam proses pembentukan budaya dan karakter
bangsa secara nasional. Kita sudah punya gagasan dan aplikasi tentang
budaya nasional. Beberapa budaya etnik mendukung budaya nasional ini.
Misalnya dari budaya Melayu kita menyumbangkan bahasa Indonesia
(mengingat bahasa Melayu sebagai lingua franca), pakaian nasional
seperti peci, kebaya, sanggul, musik nasional orkes Melayu dan dangdut
sebagai musica franca, tari nasional Serampang Dua Belas, penyebutan
sistem kekerabatan, dan seterusnya. Budaya Jawa menyumbang pakaian
nasional batik, sistem pemerintahan kelurahan, kabupaten (kadipaten),
sistem irigasi, organisasi, dan lainnya. Budaya Minangkabau
menyumbangkan makanan Minangkabau, yang eksis dari Sabang sampai
Merauke bahkan di beberapa negeri Melayu lainnya. Begitu juga dengan
sistem perekonomian Minangkabau, silat, dan seterusnya. Begitu juga
dari etnik-etnik lainnya seperti erahu Pinisi dari masyarakat Bugis dan
Makasar di Sulawesi yang menjadi identitas maritim nasional. Lukisan
dari masyarakat Asmat di Irian Jaya (Papua) yang juga sudah dipandang
menjadi identitas dan kebanggaan Indonesia. Yang paling jelas adalah
tim sepak bola nasional, yang terdiri dari para pemain yang berasal dari
berbagai tempat di Indonesia, ada Markus Horison, Firman Utina,
Bambang Pamungkas, Titus Bonay, Ely Eboy, Christan Gonzales, dan
kawan-kawannya.
24
Muhammad Takari, Seni Budaya dan Karakter Bangsa
25
Muhammad Takari, Seni Budaya dan Karakter Bangsa
Bagan 1:
Hubungan antara Seni Budaya dan Karakter Bangsa
dalam Konteks Budaya Global
26
Muhammad Takari, Seni Budaya dan Karakter Bangsa
Bibliografi
Ade Armando dkk., 2008. Refleksi Karakter Bangsa. Jakarta: Forum Kajian Antropologi.
Alfian (ed.), 1985. Persepsi Masyarakat tentang Kebudayaan. Jakarta: Gramedia.
Azyumardi Azra, 2007. Islam in the Indonesian World: An Account of Institutional
Formation. Bandung: Mizan.
Azyumardi Azra, 2007. Merawat Kemajemukan Merawat Indonesia. Jakarta: Kanisius.
Batara Sangti, 1977. Sejarah Batak. Balige: Karl Sianipar.
Crawfurd, J. 1820. History of the Indian Archipelago. Edinurg: Archibald Constable and
Co.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (versi elektronik), 2012.
Kincaid, D.L. & W. Schramm, 1978. Asas-asas Komunikasi antara Manusia. (Terjemhan
Ronny Adhikarya, Wan Firuz Wan Mustafa, dan Habsah Ibrahim). Pulau Pinang:
Penerbit Universiti Sains Malaysia.
Koentjaraningrat, 1980. Sejarah Teori Antropologi I. Jakarta: Rineka Cistra.
Koentjaraningrat, 1985. “Konsep kebudayaan Nasional” dalam Persepsi Masyarakat
tentang Kebudayaan. Alfian (ed.). Jakarta: Gamedia.
Koentjaraningrat, 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Leo Suryadinata, 1999. Etnis Tionghoa dan Pembangunan Bangsa. Jakarta: Pustaka
LP3ES.
Malinowski, 1987. “Teori Fungsional dan Struktural,” dalam Teori Antroplologi I.
Koentjaraningrat (ed.), Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Merriam, Alan P., 1964. The Anthropology of Music. Chicago: Nortwestern University.
Muhammad Takari dan Heristina Dewi, 2008. Budaya Musik dan Tari Melayu Sumatera
Utara. Medan: Universitas Sumatera Utara Press.
Muhammad Takari, 2009. “Kebudayaan Nasional Indonesia dan Malaysia: Gagasan,
Terapan, dan Bandingannya.” dalam Setengah Abad Hubungan Malaysia—
Indonesia. (ed. Mohammad Redzuan Othman dkk.) Kuala Lumpur: Arah
Publications, pp. 439-472.
Onong U. Effendy, 1988. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: Remadja
Rosdakarya.
Radcliffe-Brown, A.R., 1952, Structure and Function in Primitive Society. Glencoe: Free
Press.
Raffles, Sir Thomas Stanford, 1830. The History of Java. (Volume Satu). London:
Muray.
Syed Ameer Ali, 1002. Sejarah Evolusi dan Keunggulan Islam. Kuala Lumpur: Dewan
Bahasa dan Pustaka, Kementerian Pendidikan Malaysia.
Internet
www.wikipedia.org
www.sumut.go.id
www.aceh.go.id
http://karakterbangsa.net/Our-Services/Cakes-Cookies/Membangun-Karakter-
Bangsa.html
27
Muhammad Takari, Seni Budaya dan Karakter Bangsa
Tentang Penulis
Muhammad Takari bin Jilin Syahrial, dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Sumatera Utara, lahir pada tanggal 11 Januari 1966 di Labuhanbatu.
Menamatkan Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, dan Sekolah
Menengah Atas di Labuhanbatu. Tahun 1990 menamatkan studi sarjana
seninya di Jurusan Etnomusikologi Fakultas Sastra Universitas Sumatera
Utara. Selanjutnya tahun 1998 menamatkan studi magister humaniora pada
Program Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa Universitas Gadjah
Mada Yogyakarta. Tahun 2010 menyelesaikan studi S-3 Pengajian Media
Komunikasi di Universiti Malaya, Malaysia. Aktif sebagai dosen, peneliti, penulis di berbagai media
dan jurnal dalam dan luar negeri. Juga sebagai seniman khususnya musik Sumatera Utara, dalam
rangka kunjungan budaya dan seni ke luar negeri. Kini juga sebagai Ketua Departemen
Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara dan Ketua Departemen Adat,
Seni, dan Budaya, Pengurus Besar Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia (MABMI). Kantor: Jalan
Universitas No. 19 Medan, 20155, telefon/fax.: (061)8215956, e-mail: mtakari@yahoo.com.
28