DI SUSUN OLEH:
Yuliana Andriati – PK 115018024
BAB I
TINJAUAN TEORITIS
6. Pohon Masalah
Isolasi sosial : menarik diri
7. Penatalaksanaan
Menurut hawari (2001), terapi pada gangguan jiwa skizofrenia dewasa ini
sudah dikembangkan sehingga penderita tidak mengalami diskriminasi bahkan
metodenya lebih manusiawi daripada masa sebelumnya. Terapi yang
dimaksudmeliputi :
a. Psikofarmaka
Adapun obat psikofarmaka yang ideal yaitu yang memenuhi syarat sebagai
berikut:
1) Dosis rendah dengan efektifitas terapi dalam waktu yang cukup singkat
2) Tidak ada efek samping kalaupun ada relative kecil
3) Dapat menghilangkan dalam waktu yang relative singkat, baik untuk gejala
positif maupun gejala negative skizofrenia
4) Lebih cepat memulihkan fungsi kogbiti
5) Tidak menyebabkan kantuk
6) Memperbaiki pola tidur
7) Tidak menyebabkan habituasi, adikasi dan dependensi
8) Tidak menyebabkan lemas otot.
Berbagai jenis obat psikofarmaka yang beredar dipasaran yang hanya diperoleh
dengan resep dokter, dapat dibagi dalan 2 golongan yaitu golongan generasi
pertama (typical) dan golongan kedua (atypical).Obat yang termasuk golongan
generasi pertama misalnya chlorpromazine HCL, Thoridazine HCL, dan
Haloperidol. Obat yang termasuk generasi kedua misalnya : Risperidone,
Olozapine, Quentiapine, Glanzapine, Zotatine, dan aripiprazole.
b. Psikoterapi
Therapy kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan
orang lain, penderita lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya ia tidak
mengasingkan diri lagi karena bila ia menarik diri ia dapat membentuk kebiasaan
yang kurang baik. Dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan bersama.
(Maramis,2005,hal.231).
c. TherapyKejang Listrik ( Electro Convulsive Therapy)
ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmall secara artificial
dengan melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang dipasang satu atau dua
temples.Therapi kejang listrik diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan
denga terapi neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5
joule/detik.(Maramis, 2005).
d. Keperawatan
Biasanya yang dilakukan yaitu Therapi modalitas/perilaku merupakan rencana
pengobatan untuk skizofrrenia yang ditujukan pada kemampuan dan kekurangan
klien.Teknik perilaku menggunakan latihan keterampilan sosial untuk
meningkatkan kemampuan sosial.Kemampuan memenuhi diri sendiri dan latihan
praktis dalam komunikasi interpersonal.Therapi kelompok bagi skizofrenia
biasanya memusatkan pada rencana dan masalah dalam hubungan kehidupan yang
nyata. (Kaplan dan Sadock,1998).
Therapy aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu therapy aktivitas kelompok
stimulasi kognitif/persepsi, theerapy aktivitas kelompok stimulasi sensori, therapi
aktivitas kelompok stimulasi realita dan therapy aktivitas kelompok sosialisasi
(Keliat dan Akemat,2005,hal.13). Dari empat jenis therapy aktivitas kelompok
diatas yang paling relevan dilakukan pada individu dengan gangguan konsep diri
harga diri rendah adalah therapyaktivitas kelompok stimulasi persepsi. Therapy
aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah therapy yang mengunakan
aktivitas sebagai stimulasi dan terkait dengan pengalaman atau kehidupan untuk
didiskusikan dalam kelompok, hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan
persepsi atau alternatif penyelesaian masalah.(Keliat dan Akemat,2005).
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Tanggal pengkajian :
Ruangan :
a. Identitas klien
Biasanya meliputi nama klien ( idntitas ), umur, jenis, kelamin, agama, alamat
lengkap, tanggal masuk, No. MR, penanggung jawab, keluarga yang bisa
dihubungi.
b. Alasan masuk
Biasanya klien mengkritik diri sendiri, pearasaan tidak mampu, pandangan
hidup pesimis, tidak menerima pujian, penurunan produktifitas, penolakan
terhadap kemampuan diri, kurang memprhatikan perawatan diri, berpakaian tidak
rapi, selera makan berkurang, tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak
menunduk, bicara lambat dengan nada bicara lemah.
c. Factor predisposisi
Biasanya penolakan orang tua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali,
kurang mempunyai tanggung jawab yang personal, ketergantungan pada orang
lain, ideal diri yang tidak realistis.
d. Fisik
1. Tekanan darah : biasanya tekanan darah normal
2. Pernapasan : biasnaya pernapasan normal
3. Nadi : biasanya nadinya normal
4. Suhu : biasanya suhunya normal
e. Psikososial
Biasanya klien mengalami HDR cenderung menarik diri dari lingkungan
sekitar,biasanya klien bersepsi terhadap dirinya,biasanya klien memiliki rasa
frustasi tidak mampu melakukan peran nya seperti orang normal lainnya,biasanya
pandangan dan keyakinan klien HDR terhadap gangguan jiwa sesuai dengan
budaya dan agama yg dianut,biasanya klien tidak medekatkan diri dengan yang
maha kuasa.
f. Kebutuhan persiapan pulang
a. Makan
Observasi frekuensi,jumlah,variasi,macam(suka/tidak suka/pantangan)dan
cara makan. Observasi kemampuan klien dalam menyiapakan dan
membersihkan alat makan.
b. BAB/BAK
Observasi kemampuan klien untuk BAB/BAK,pergi menggunakan dan
membersihkan wec dan merapikan pakaian nya.
c. Mandi
Observasi dan tanyakan tentang frekuensi, cara mandi, menyikat gigi, cuci
rambut,gunting kuku,,observasi kebersihan tubuh.
d. Istirahat dan tidur
Observasi lama dan waktu tidur siang/tidur malam,persiapan sebelum tidur
seperti:menyikat gigi,cuci kaki dan berdoa, kegiatan sesudah
tidur,seperti:merapikan tempat tidur, mandi/cuci muka dan menyikat gigi.
e. Penggunaan obat
Observasi penggunaan obat:frekuensi,jenis,dosis,waktu,dan cara
pemberiaan,serta reaksi obat.
g. Mekanisme koping
1. Koping adaptif
a. Bicara pada orang lain
b. Mampu menyelesaikan masalah
c. Teknik relaksasi
d. Aktifitas kontruksi
e. Olah raga dan lain lain
2. Koping maladaptive
a. Minum alcohol
b. Reaksi lambat/berlebihan
c. Bekerja berlebihan
d. Menghindar
e. Mencerai diri
2. MASALAH YANG PERLU DIKAJI
No Masalah Keperawatan Data Subyektif Data Obyektif
1 Masalah utama : gangguan Mengungkapkan ingin Merusak diri sendiri,
konsep diri : harga diri diakui jati dirinya. Merusak orang lain,
rendah Mengungkapkan tidak ada Ekspresi malu,
lagi yang peduli. Menarik diri dari hubungan
Mengungkapkan tidak bisa social, Tampak mudah
apa-apa. Mengungkapkan tersinggung, Tidak
dirinya tidak berguna. mau makan dan tidak tidur
Mengkritik diri sendiri.
Perasaan tidak mampu.
2 Mk : Penyebab tidak Mengungkapkan Tampak ketergantungan
efektifnya koping individu ketidakmampuan dan terhadap orang lain
meminta bantuan orang Tampak sedih dan tidak
lain. Mengungkapkan melakukan aktivitas yang
malu dan tidak bisa ketika seharusnya dapat
diajak melakukan sesuatu. dilakukan Wajah
Mengungkapkan tidak tampak murung
berdaya dan tidak ingin
hidup lagi.
3 Mk : Akibat isolasi sosial Mengungkapkan enggan Ekspresi wajah kosong
menarik diri bicara dengan orang lain tidak ada kontak mata
Klien mengatakan malu ketika diajak bicara Suara
bertemu dan berhadapan pelan dan tidak
dengan orang lain. jelas Hanya
memberi jawaban singkat
(ya/tidak) Menghindar
ketika didekati
3. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data diatas, yang didapat melalui observasi, wawancara atau
pemeriksaan fisik bahkan melalui sumber sekunder, maka perawat dapat menegakkan
diagnosa keperawatan pada pasien sebagai berikut:
a. Harga Diri Rendah
b. Isolasi Sosial
c. Defisit Perawatan Diri
4. Intervensi keperawatan
Tujuan Criteria evaluasi Intervensi
1. Impelementasi Keperawatan
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan intervensi yang sudah dirumuskan.
2. Evaluasi
Selanjutnya, setelah dilakukan tindakan keperawatan, evaluasi dilakukan terhadap
kemampuan pasien risiko bunuh diri serta kemampuan perawat dalam merawat pasien
dengan risiko bunuh diri.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang berharga dan
tidak dapat bertanggungjawab pada kehidupannya sendiri.
Masalah keperawatan yang muncul pada kasus ini adalah :
a. Gangguan konsep diri
b. Isolasi social
c. Defisit Keperawatan Diri
B. SARAN
1. Bagi Perawat
Diharapkan bagi perawat agar meningkatkan keterampilan dalam memberikan
praktikasuhan keperawatannya, serta pengetahuannya pada pasien dengan Harga
Diri Rendah, sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan yang maksimal dan
dapat menjadi edukator bagi klien maupun keluarganya.
2. Bagi Mahasiswa
Diharapkan bagi mahasiswa dengan adanya makalah ini dapat membantu
dalam dalam pembuatan asuhan keperawatan.
3. Bagi Dunia Keperawatan
Diharapkan asuhan keperawatan ini dapat terus ditingkatkan kekurangannya
sehingga dapat menambah pengetahuan yang lebih baik bagi dunia keperawatan,
serta dapat diaplikasikan untuk mengembangkan kompetensi dalam keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Kelliat, Budhi Anna 2011 . Manajemen Keperawatan Psikososial dan Kader Kesehatan Jiwa.
Jakarta : EGC
Maglaya dan Bailon. 1997. Perawatan Kesehatan Keluarga : suatu proses. Pusdiknakes
Depkes RI. jakarta
Yosep , iyus. 2011. Keperawatan Jiwa. Bandung : PT. Refika Aditama