Anda di halaman 1dari 7

NAMA : ELSA LESTARI PURBA

NIM : 0304171015

CLASS : PBI-2/SEMESTER IV

KEPEMIMPINAN DALAM MEMBANGUN

SEKOLAH EFEKTIF

2.1. Pengertian Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi perilaku orang lain dalam situasi


tertentu agar bersedia bekerjasama untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Menurut Overton
(2002: 3), kepemimpinan adalah kemampuan untuk memperoleh tindakan pekerjaaan dengan
penuh kepercayaan dan kerjasama. Dalam menjalankan kepemimpinannya seorang pemimpin
memiliki gaya-gaya sendiri. Pendapat Overton menekankan fokus kepemimpinan terhadap
kemampuan seseorang memperoleh tindakan dari orang lain. Harsey dan Blanchard
(1996:1000), berpendapat bahwa: “kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktivitas
seseorang atau kelompok untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu”. Pendapat Hersey
dan Blanchard menekankan makna pimpinan sebagai proses mempengaruhi orang lain
mencapai tujuan dalam suatu situasi. Kepemimpinan juga dapat berlangsung di mana saja.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan


adalah proses mempengaruhi individu atau kelompok orang untuk melakukan sesuatu dengan
sukarela sehingga tercapai tujuan yang diinginkan. Dengan kata lain, dalam proses
kepemimpinan itu, ditemukan ada fungsi pemimpin yang memberi pengaruh, ada pengikut
(anggota) yang menerima pengaruh dan ada aktivitas dan ada suatu situasi di mana
kepemimpinan tersebut berlangsung.
2.2. Konsep Sekolah yang efektif

Menurut Taylor (1990) mendefinisikan sekolah efektif sebagai sekolah yang


mengorgansiasikan dan memanfaatkan semua sumber daya yang dimilikinya untuk menjamin
semua siswa (tanpa memandang ras, jenis kelamin maupun status sosial ekonomi) bisa
mempelajari materi kurikulum yang esensial di sekolah.

Sekolah efektif adalah sekolah yang di pimpin oleh kepala sekolah yang tegas, terbuka,
dan di ikuti oleh para guru, pegawai , tata usaha, dan semua siswanya.

Sekolah , baik yang ada di daerah pedesaan maupun yang ada di daerah perkotaan,
yang di kenal dengan sekolah efektif, karena ciri-ciri utamanya (Edmond : 1979, dalam
shahril Charil Marzuki, 1997: 97), Beliau menyebutkan ada lima ciri-ciri sekolah efektif
sebgai berikut :

1. Kepemimpinan kepala sekolah yang efektif ( strong principal leadership).


2. Iklim sekolah yang aman dan kondusif ( safe and conducive school climate).
3. Penekanan pada penguasaan kecakapan dasar (emphasi on the acquisition of
basic skills).
4.   Harapan guru yang tinggi terhadap hasil belajar siswa ( teacher high
expectation).
5. Evaluasi belajar secara teratur ( frequency of evaluation).

Karakteristik  sekolah yang efektif , Menurut Umaedi , 2004 : 121-122 antara lain:

1. Lingkungan sekolah yang tertib dan aman.


2. Misi sekolah yang jelas.
3.   Kepemimpinan instruksional.
4.   Harapan yang tinggi.
5.     Kesempatan untuk belajar dan penggunaan waktu belajar.
6.   Memantau perkembangan belajar siswa secara teratur.
7.   Hubungan positif antara rumah dan sekolah.

2.3. Pengembangan Sekolah Efektif melalui MBS

A. Konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

Dalam sejarahnya, konsep manajemen berbasis sekolah muncul pertama kali


di Amerika Serikat. Saat itu, banyak masyarakat yang memprotes tentang
penyelenggaraan pendidikan yang ada pada saat itu. Karena sistem pendidikannya
dianggap kurang sesuai dengan harapan peserta didik untuk mudah saat terjun ke
dunia usaha. Selain itu, sistem pendidikan yang ada juga dianggap kurang
memberikan hasil yang maksimal terkait kemampuan untuk bersaing di dunia usaha
secara kompetitif. Akibatnya muncullah konsep manajemen berbasis sekolah yang
merupakan wujud dari reformasi pendidikan yang ada saat itu dengan melakukan
pemberdayaan sekolah untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional. (Sagala,
2004 dalam Laili, 2011).

B. Implementasi MBS Dalam Bidang Pendidikan

Dalam penerapan MBS ini perlu diadakan pelatihan kepada pihak-pihak yang
bersangkutan mengenai dinamika dalam kelompok, bagaimana cara dalam
pemecahan masalah, pengambilan keputusan, komunikasi antar pribadi, teknik
presentasi, dan penanganan konflik.

Empat faktor penting yang perlu diperhatikan dalam implementasi MBS yaitu

1. Kekuasaan yang dimiliiki sekolah. Besarnya kekuasaan sekolah tergantung


bagaimana MPS dapat mengimplementasikan pemberian kekuasaan secara
utuh seperti dituntut MBS tidak mungkin dilaksanakan sekaligus, tetapi
memerlukan proses transsisi dari manajemen terpusat.
2. Pengetahuan dan ketrampilan sekolah, warga sekolah perlu memiliki
pengetahuan untuk meningkatkan prestasi, memahami dan melaksanakan
berbagai teknik, untuk itu sekolah harus memiliki sistem pengembangan
sumber daya manusia

3. Sistem informasi, informasi yang jelas untuk monitoring, evaluasi dan


akuntabilitas sekolah, informasi yang amat penting untuk dimiliki sekolah
antara lain berkaitan dengan kemampuan guru, peserta didik serta visi dan 
misi sekolah.

4. Sistem penghargaan., sekolah yang melaksanakan MBS perlu menyusun


sistem penghargaan bagi warganya yang berprestasi, untuk mendorong
karirnya. Oleh karena itu, sistem penghargaan yang dikembangkan  harus
besifat proporsional, adil dan transparan.

Syarat dalam penerapan MBS sebagai berikut :

1. MBS perlu mendapatkan dukungan dari staf sekolah.


2. MBS perlu diterapkan secara bertahap agar kemungkinan berhasil lebih baik.
3. Diperlukan waktu kurang lebih 5 tahun untuk dapat menerapkan MBS secara
berhasil.

C. Dampak Penerapan MBS

Penerapan MBS secara spesifik  diintifikasi oleh Gunawan, 2010 (dalam Laili,
2011) :

1. Memberikan peluang kepada tenaga pendidik dan kependidikan yang kompeten


untuk ikut terlibat dalam pengambilan keputusan dalam peningkatan pembelajaran.
2. Memberi peluang kepada seluruh pihak dalam sekolah untuk ikut andil dalam
pengambilan keputusan yang penting.
3. Memunculkan kreativitas dalam merencanakan program pembelajaran.
4. Memberdayakan kembali sumber daya pendidikan yang ada dalam mendukung
tujuan yang dikembangkan sekolah.
5. Membuat rencana anggaran yang realistik sesuai kebutuhan karena harus bersifat
terbuka dan memenuhi tanggung jawab penggunaan biaya sekolah.
6. Meningkatkan motivasi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan dalam
mengembangkan keahlian manajemen dan kepemimpinanya.

3.4. Akreditasi Dalam Meningkatkan Mutu pendidikan di Sekolah/Madrasah

Akreditasi merupakan alat regulasi diri (self-regulation) agar sekolah/madrasah


mengenal kekuatan dan kelemahan serta melakukan upaya yang terus menerus untuk
meningkatkan kekuatan dan memperbaiki kelemahannya. Dalam hal ini akreditasi memiliki
makna proses pendidikan. Di samping itu akreditasi juga merupakan penilaian hasil dalam
bentuk sertifikasi formal terhadap kondisi suatu sekolah/madrasah yang telah memenuhi
standar layanan tertentu yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa proses akreditasi dalam makna proses adalah penilaian dan pengembangan
mutu suatu sekolah/madrasah secara berkelanjutan. Akreditasi dalam makna hasil
menyatakan pengakuan bahwa suatu sekolah/madrasah telah memenuhi standar kelayakan
yang telah ditentukan.

Di dalam Konstitusi Negara Republik Indonesia ditegaskan bahwa pendidikan


merupakan sarana mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini tercantum dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) yaitu : “ Melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia an untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia “. Untuk mewujudkan itu semua
perlu diusahakan terselenggaranya satu sistem pendidikan nasional yang bermutu dan
meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa.

Agar mutu pendidikan itu sesuai dengan apa yang seharusnya dan apa yang
diharapkan oleh masyarakat, maka perlu ada standar yang dijadikan pagu (benchmark).
Setiap sekolah/madrasah secara bertahap dikembangkan untuk menuju kepada pencapaian
standar yang dijadikan pagu itu. Acuan ini seharusnya bersifat nasional, baik dilihat dari
aspek masukan, proses, maupun lulusannya. Apabila suatu sekolah/madrasah, misalnya telah
mampu mencapai standar mutu yang yang bersifat nasional, diharapkan sekolah/madrasah
tersebut secara bertahap mampu mencapai mutu yang kompetitif secara internasional. Jadi
pada dasarnya mutu pendidikan nasional merupakan acuan minimal yang harus dicapai oleh
setiap satuan dan program pendidikan.

Sebagaimana diketahui, upaya peningkatan mutu pendidikan secara nasional


merupakan salah satu program yang sedang dilaksanakan oleh pemerintah. Upaya ini
diarahkan agar setiap lembaga pendidikan selalu berupaya untuk memberikan jaminan mutu
layanannya kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Yang dimaksud dengan mutu layanan
adalah jaminan bahwa proses penyelenggaraan pendidikan disekolah sesuai dengan yang
seharusnya terjadi dan sesuai pula dengan yang diharapkan.

Apabila setiap satuan pendidikan selalu berupaya untuk memberi jaminan mutu dan
upaya ini secara nasional akan terus meningkat. Peningkatan mutu pendidikan ini akan
berdampak pada peningkatan mutu sumber daya manusia secara nasional. Hal ini sangat
penting mengingat dewasa ini kita dihadapkan pada berbagai kesempatan dan tantangan, baik
yang bersifat nasional maupun global, sedangkan berbagai kesempatan dan tantangan itu
hanya dapat diraih dan dijawab apabila sumber daya manusia yang dimiliki bermutu tinggi.
DAFTAR PUSTAKA

Drs.Suparlan, M,Ed.”Membangun Sekolah Efektif”, 2008, Yogyakarta: HIKAYAT.

Prof. Wahab,  Abdul Aziz, ,” Anatomi Organisasi dan Kepemimpinan Pendidikan”,  2008,
Bandung: Alfabeta.

Mulyono, M. A.” Education Leadership”, 2009, Malang: UIN Press.

http://akreditasi-banten.blogspot.com/2007/08/peranan-penting-akreditasi-dalam.html?
m=1

Wikipedia. 2016. (https://id.wikipedia.org/wiki/Otonomi_daerah), (Online), diakses


04 oktober     2016.

Dewasastra. 2012. (https://dewasastra.wordpress.com/2012/03/27/desentralisasi-


pendidikan/),       (Online), diakses 04 oktober 2016

Ucon, Izza. 2014. (http://izzaucon.blogspot.co.id/2014/06/implementasi-manajemen-


berbasis-            sekolah_4.html), (Online), diakses 14 November 2016

Anda mungkin juga menyukai