Anda di halaman 1dari 142

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Departemen Perpustakaan dan Sains Informasi Skripsi Sarjana

2019

Literasi Informasi Guru SMA Negeri 13


Medan dalam Menunjang Kompetensi Profesionalis

Safitri, Raisa Dwi


Universitas Sumatera Utara

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/23777
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
LITERASI INFORMASI GURU SMA NEGERI 13 MEDAN DALAM
MENUNJANG KOMPETENSI PROFESIONALISME

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan studi


untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Informasi (S.S.I) dalam
bidang Studi Perpustakaan dan Sains Informasi

OLEH:

RAISA DWI SAFITRI


160723027

PROGRAM STUDI PERPUSTAKAAN DAN SAINS INFORMASI


FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019

Universitas Sumatera Utara


LEMBAR PERSETUJUAN

Judul Skripsi : Literasi Informasi Guru SMA Negeri 13 Medan dalam


Menunjang Kompetensi Profesionalisme
Oleh : Raisa Dwi Safitri
NIM : 160723027

Dosen Pembimbing : Drs. Dirmansyah, M.A


NIP : 196804181994031001

Tanda Tangan :
Tanggal :

Universitas Sumatera Utara


LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : Literasi Informasi Guru SMA Negeri 13 Medan dalam


Menunjang Kompetensi Profesionalisme

Oleh : Raisa Dwi Safitri

NIM : 160723027

PROGRAM STUDI PERPUSTAKAAN DAN SAINS INFORMASI

Ketua Prodi : Dr. Eva Rabita, M.Hum

NIP : 195603311986032001

Tanda Tangan :

Tanggal :

FAKULTAS ILMU BUDAYA

Dekan : Dr. Drs. Budi Agustono M.S.


NIP : 196008051987031001

Tanda Tangan :

Tanggal :

Universitas Sumatera Utara


PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya ini adalah karya orisinalitas dan belum pernah disajikan sebagai suatu tulisan

untuk memperoleh suatu klasifikasi tertentu atau dimuat pada media publikasi lain.

Penulis membedakan dengan jelas antara pendapat atau gagasan penulis dengan

pendapat atau gagasan yang bukan berasal dari penulis dengan mencantumkan

tanda kutip.

Medan, Oktober 2019

Penulis,

Raisa Dwi Safitri


NIM: 160723027

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Safitri, Raisa Dwi. 2019. Literasi Informasi Guru SMA Negeri 13 Medan dalam
Menunjang Kompetensi Profesionalisme. Medan: Program Studi Ilmu
Perpustakaan dan Informasi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas
Sumatera Utara.

Penelitian ini merupakan penelitian yang berfokus pada literasi informasi


guru dalam menunjang kompetensi profesionalismenya. Permasalahan yang
diangkat adalah seorang guru haruslah lebih memahami literasi informasi agar
dapat mempersiapkan peserta didiknya menjadi seseorang yang literat terhadap
informasi. Bagaimana mungkin mereka menghadirkan siswa yang paham akan
literasi informasi jika gurunya sendiri tidak memahaminya. Sehingga tujuan dari
penelitian ini adalah menggambarkan bagaimana kemampuan literasi informasi
guru dan bagaimana penerapannya di lingkungan sekolah SMA Negeri 13 Medan.
Dalam penelitian ini digunakan penelitian deskriptif kualitatif. Dari 90
populasi guru diambil 6 guru sebagai sampel. Teori yang digunakan adalah salah
satu dari enam standar literasi informasi yang dikeluarkan oleh Association of
College and Research Libraries (ACRL) yakni standar keempat dari Information
Literacy Standards for Teacher Education yang memiliki 3 aspek yaitu memproses
informasi, mensintesis infromasi dan menyajikan informasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa literasi informasi guru di SMA Negeri
13 Medan masih perlu banyak pengembangan dan dukungan dari pihak sekolah.
Dari segi memproses informasi guru SMA Negeri 13 Medan cukup baik namun
perlu pengembangan. Dari segi sintesis informasi, guru-guru SMA Negeri 13
Medan masih dalam tingkat penyesuaian. Dari segi penyajian informasi, pada
dasarnya kemampuan guru SMA Negeri 13 Medan cukup baik namun perlu
pengembangan.

Keyword: Literasi Informasi, Guru, Kompetensi Profesionalisme

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Subhanahu

Wata’ala yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik mungkin. Shalawat beriring salam penulis

persembahkan kepada Nabi Muhammad Salallahu’alaihi Wassalam beserta

keluarga dan para ahlul bait, yang senantiasa menjadi tauladan bagi umat manusia.

Adapun skripsi ini berjudul “Literasi Informasi Guru SMA Negeri 13

Medan dalam Menunjang Kompetensi Profesionalisme”. Skripsi ini merupakan

tugas akhir penulis dan salah satu persyaratan untuk meraih gelar Sarjana Sains

Informasi (S.S.I) dalam bidang studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi pada

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Penulis juga menyadari bahwa penyelesaian ini juga tidak terlepas dari

peran keluarga yang tidak henti-hentinya memberikan dukungan moril dan materil

serta limpahan kasih dan sayangnya kepada penulis. Untuk itu, penulis

mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada Ayahanda Rahmadi dan

Ibunda Dra.Yurlina Tanjung, S.Pd. karena berkat keduanya pulalah penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dan menyelesaikan studi hingga ke jenjang ini.

Pada kesempatan ini pula penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Drs. Budi Agustono, M.S. selaku Dekan Fakultas Ilmu

Budaya Universitas Sumatera Utara.

ii

Universitas Sumatera Utara


2. Ibu Dra. Eva Rabita, M.Hum, selaku Ketua Program Studi Ilmu

Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

sekaligus dosen penguji II yang telah memberikan masukan dan arahan

dalam perbaikan penulisan skripsi ini.

3. Bapak Ishak, S.S., M.Hum, Selaku Sekretaris Program Studi Ilmu

Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara dan juga

dosen penguji I yang telah memberikan saran yang bermanfaat dalam

menyelesaikan skripsi ini sehingga menjadi lebih baik lagi.

4. Bapak Drs. Dirmansyah, M.A Selaku dosen pembimbing yang telah

banyak meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk membantu,

serta dengan sabar mengarahkan dan membimbing penulis dalam

menyelesaikan penulisan skripsi ini.

5. Seluruh staf dosen pengajar beserta staf administrasi Program Studi Ilmu

Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya USU yang telah mengajar,

membimbing dan memberikan ilmu pengetahuannya kepada penulis

selama masa perkuliahan.

6. Seluruh Guru dan staf pegawai di SMA Negeri 13 Medan yang banyak

memberi bantuan, pengetahuan dan semangat kepada penulis saat

melakukan observasi dan selama masa penelitian.

7. Terkhusus kepada kakak Rodhiana Ulfah dan Adik-adik Rizky Fadillah

Putri dan Muhammad Ridwansyah yang selalu menyayangi, memberi

semangat dan mendoakan penulis.

iii

Universitas Sumatera Utara


8. Untuk seluruh teman Ekstensi angkatan 2016 dan sahabat penulis yang

selalu memberikan dukungan dan doa kepada penulis hingga skripsi ini

selesai.

Semoga semua yang telah diberikan baik berupa bimbingan, bantuan,

maupun pengorbanan dalam rangka menyelesaikan studi dan penulisan skripsi ini

mendapat imbalan berlipat ganda dari Allah Subhanahu Wata’ala. Aamiin

Akhir kata, penulis juga menyadari masih banyak terdapat kesalahan dan

kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan

saran yang membangun demi kesempurnaan penulisan ini. Penulis juga berharap

skripsi ini dapat bermanfaat dan dapat digunakan sebaik-baiknya untuk ilmu

pengetahuan.

Medan, Agustus 2019

Penulis

Raisa Dwi Safitri


NIM: 160723027

iv

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

ABSTRAK .......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... vii
DAFTAR TABEL.............................................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 4
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................ 4
1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................. 4
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ................................................................... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA


2.1 Literasi ................................................................................................ 6
2.2 Jenis-Jenis Literasi ............................................................................. 8
2.3 Tujuan dan Manfaat Literasi Informasi .............................................. 13
2.4 Model-Model Keterampilan Literasi Informasi ................................. 17
2.5 Tugas dan Peran Guru ........................................................................ 25
2.6 Penerapan Literasi Informasi Guru di Lingkungan Sekolah ............... 28
2.7 Kompetensi Guru ............................................................................... 30
2.8 Literasi Informasi dalam Menunjang Kompetensi Guru .................... 34
2.9 Standar Literasi Informasi Guru ......................................................... 36

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Metode Penelitian ............................................................................... 46
3.2 Lokasi Penelitian ................................................................................ 47
3.3 Objek dan Subjek Penelitian .............................................................. 48
3.4 Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 49
3.5 Instrumen Penelitian ........................................................................... 52
3.6 Jenis dan Sumber Data ....................................................................... 53
3.7 Analisis Data ...................................................................................... 53

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Profil SMA Negeri 13 Medan ............................................................ 55
4.2 Pemrosesan Informasi ........................................................................ 55
4.2.1 Penyaringan Informasi ............................................................. 56
4.2.2 Penggabungan dan Konsistensi Informasi ............................... 59
4.2.3 Perluasan Gagasan .................................................................... 62
4.2.4 Penarikan Kesimpulan .............................................................. 64
4.2.5 Pengujian Teori ........................................................................ 66
4.3 Sintesis Informasi ............................................................................... 68

Universitas Sumatera Utara


4.4 Penyajian Informasi ............................................................................ 71
4.4.1 Mengartikulasi Kesimpulan dan Menerapkan
Informasi Baru dengan Informasi Sebelumnya ....................... 75
4.4.2 Memilih Media Komunikasi dan Menentukan
Representasi Informasi ............................................................ 78
4.4.3 Mengaplikasikan Teknologi dan Memformat
Sajian Informasi ....................................................................... 81
4.4.4 Mentransfer Informasi secara Etis dan Hukum ........................ 83
4.4.5 Berpartisipasi dalam Forum Komunikasi dan
Berkolaborasi dengan Rekan Sejawat ...................................... 84
4.5 Penerapan Literasi Informasi Guru di Lingkungan
Sekolah SMA Negeri 13 Medan ....................................................... 87
4.6 Peran Perpustakaan dalam Meningkatkan Literasi
Informasi Guru SMA Negeri 13 Medan ........................................... 91
4.7 Rangkuman Penelitian ....................................................................... 92

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 94
5.2 Saran ................................................................................................... 96

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 99

LAMPIRAN ...................................................................................................... 104

vi

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Bagan Manfaat Literasi Informasi ..................................................... 16


Gambar 2 Model Literasi Informasi Empowering8 ........................................... 19
Gambar 3 Model SCONUL Seven pillars .......................................................... 20

vii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Tabel 1 Literasi Informasi Menurut Eisenberg dan Berkowitz (1987) .............. 18


Tabel 2 Tabulasi Standar Literasi Informasi Guru ............................................. 43
Tabel 3 Daftar Informan ..................................................................................... 52

viii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Pedoman Wawancara .................................................................... 104


Lampiran 2: Transkrip Wawancara dengan Informan ....................................... 106

ix

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keberadaan informasi menjadi hal yang penting di era informasi saat ini.

Informasi memungkinkan seseorang atau kelompok mengetahui perkembangan

apapun yang ada di sekelilingnya. Untuk mengetahui informasi yang diperoleh,

seseorang haruslah mampu membaca atau melek terhadap huruf yang dikenal

dengan istilah literasi.

Literasi informasi sangat penting dikembangkan dan ditingkatkan untuk

mewujudkan masyarakat informasi. Dengan banyaknya informasi yang tersebar

dari sumber-sumber tercetak maupun elektronik, seseorang dapat terjebak dengan

informasi yang salah yang tidak diinginkan. Hal ini dikarenakan tidak terfilternya

sumber-sumber informasi yang diakses. Diantara sumber informasi yang paling

potensial adalah media elektronik dan internet. Sehingga untuk mendapatkan

informasi yang benar-benar sesuai dengan yang dibutuhkan, diperlukan suatu

kemampuan khusus, kemampuan inilah yang disebut literasi informasi.

Terlebih di era pesatnya perkembangan dan kecanggihan teknologi

sekarang ini, mengharuskan seseorang atau kelompok tidak hanya memiliki

kemampuan literasi informasi namun juga beriringan dengan kemampuan

memanfaatkan alat-alat teknologi informasi dan komunikasi untuk mendukung

seseorang menuju ke sumber-sumber informasi yang dibutuhkan.

Universitas Sumatera Utara


Pengetahuan akan literasi informasi harus ditanamkan sejak di bangku

sekolah. Siswa di sekolah adalah pembelajar seumur hidup. Kemampuan dan

keinginan untuk terus belajar akan menjadikannya berhasil dalam memecahkan

permasalahan, menyediakan jalan keluar dan menghasilkan ide baru serta petunjuk

untuk masa depannya. Dengan demikian, adanya literasi informasi dapat menjadi

aspek utama untuk mewujudkannya. Dasar dari pembelajaran mandiri dan

sepanjang hayat adalah literasi informasi. Melalui kemampuan ini diharapkan

seseorang dapat membekali diri untuk belajar mandiri sepanjang hidupnya.

Literasi informasi merupakan bagian dari kebutuhan informasi seseorang

dan merupakan suatu kemampuan dalam mengidentifikasi, menempatkan,

mengevaluasi, mengorganisasi, mengefektifkan informasi yang ada untuk

menyelesaikan masalah, dan diperlukan kembali untuk berpartisipasi secara efektif

dalam masyarakat informasi, juga merupakan bagian dari dasar hak asasi manusia

dalam long life education yang harus terus dikembangkan.

Pemberdayaan informasi termasuk tujuan penting dari pendidikan. Melalui

pendidikan, semua orang harus dapat merubah pengetahuan menjadi pengetahuan

baru. Oleh karena itu, sekolah sebagai salah satu instansi pendidikan harus dapat

mendukung pentingnya literasi informasi melalui sumber daya manusia yang

terlatih. Sumber daya manusia disini adalah tenaga pendidik yaitu guru. Siswa

mendapatkan informasi mengenai pendidikan dan pembelajaran melalui guru.

Dengan demikian, guru harus telah mempersiapkan dirinya dan sudah harus lebih

mengetahui informasi yang dibutuhkan untuk para peserta didiknya. Tidak hanya

peserta didik saja, guru juga membutuhkan informasi yang diperlukan untuk

Universitas Sumatera Utara


memenuhi tugasnya sebagai tenaga pendidik. Guru yang telah menerapkan literasi

informasi dan memahami bahwa literasi informasi tersebut penting, akan dengan

mudah membimbing siswanya belajar dan berbagi informasi baik secara lisan

maupun tulisan, serta mampu mengambil informasi dan berbagi informasi baik

tercetak maupun elektronik.

Guru adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan,

karena guru merupakan tokoh utama dalam terwujudnya perkembangan siswa,

pembentukan karakter dan kemampuan siswa. Melalui observasi awal yang

dilakukan pada SMA Negeri 13 Medan, setiap guru bidang studi yang mengisi kelas

akan memberikan materi pelajaran yang berpatokan pada buku paket dan

memberikan keterangan lebih berdasarkan pemahaman guru masing-masing. Hal

tersebut menyebabkan kejenuhan pada peserta didik yang diampu karena tidak

adanya penyesuaian penyampaian materi ajar dengan karakteristik peserta didik.

Lebih dari itu, jika ada siswa yang meminta keterangan lebih mengenai materi

pelajaran dan informasi pendidikan lainnya kadangkala sulit untuk diterangkan

walaupun sudah mencarinya melalui informasi elektronik. Namun demikian

terdapat siswa yang kurang puas, sehingga membuat siswa mencari tahu informasi

tersebut secara mandiri. Hal ini berkaitan dengan kemampuan guru sebagai

pendidik yang memberikan pendidikan terlebih informasi yang dibutuhkan peserta

didiknya, artinya kemampuan literasi informasi seorang guru atau pendidik

haruslah sudah lebih unggul daripada peserta didiknya.

Universitas Sumatera Utara


Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang dan masalah di atas, untuk itulah

peneliti berminat mengambil judul “Literasi Informasi Guru SMA Negeri 13

Medan dalam Menunjang Kompetensi Profesionalisme”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan masalah di atas, maka rumusan masalah

yang akan di teliti dan dikaji adalah, bagaimana kemampuan literasi informasi guru

dan bagaimana penerapannya di Lingkungan SMA Negeri 13 Medan?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui literasi informasi guru yang ada di SMA Negeri 13 Medan dan

untuk mengetahui penerapan literasi informasi oleh guru di SMA Negeri 13

Medan.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Guru Sekolah Menengah Atas, penelitian ini dapat menambah

khazanah ilmu dan pengetahuan baru mengenai pentingnya literasi

informasi bagi guru sekolah untuk meningkatkan kinerja guru dan untuk

mewujudkan pembelajar sepanjang hayat.

2. Bagi Peneliti selanjutnya, penelitian ini dapat menjadi inspirasi kajian

guna penelitian-penelitian selanjutnya khususnya mengenai literasi

informasi guru dan penerapannya.

Universitas Sumatera Utara


1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, peneliti hanya

membatasi permasalahan pada literasi infomasi guru dan penerapannya di

lingkungan sekolah yang menjadikan literasi informasi penting bagi tenaga

pendidik khususnya guru SMA Negeri 13 Medan dalam menunjang

kompetensinya.

Adapun teori yang digunakan untuk penyelesaian masalah ini yakni

menggunakan salah satu dari enam standar literasi informasi yang dikeluarkan oleh

Association of College and Research Libraries (ACRL) yakni standar keempat dari

Information Literacy Standards for Teacher Education. Indikator pada standar

keempat yakni 1). memproses informasi, 2). mensintesis informasi dan 3).

menyajikan informasi.

Universitas Sumatera Utara


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Literasi

Literasi bukanlah hal yang baru. Terdapat banyak pengertian yang tersedia

dan dikemukakan dalam berbagai sudut pandang namun tetap memiliki makna yang

sama. Untuk itu pengertian literasi perlu diuraikan dengan detail untuk mengetahui

maknanya.

Istilah literasi dalam bahasa Inggris, Menurut Johan (2013: 206) Literacy

berasal dari bahasa Latin littera (huruf) yang pengertiannya melibatkan penguasaan

sistem-sistem tulisan dan konvensi-konvensi yang menyertainya, yang kemudian

dipakai orang Inggris untuk kata letter dan dengan demikian sebenarnya memang

berurusan dengan aksara dan tulisan. Sewaktu kata literacy digunakan oleh orang-

orang Inggris pertama kali di tahun 1883, yang dimaksud adalah kemampuan

membaca dan menulis sebagai hasil dari pendidikan formal. Sejak itu pula, kata

literasi menjadi sebuah capaian, luaran, atau bahkan prestasi dari sebuah sistem

pendidikan yang baku dalam hal menulis dan membaca.

Adapun pengertian literasi secara bahasa dalam Oxford Dictionaries (2016)

diartikan sebagai kemampuan membaca dan menulis. Sedangkan dalam bahasa

Indonesia kata literacy diterjemahkan secara bebas menjadi literasi. Kata literasi

tidak terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Kebahasaan

Indonesia, ataupun Tesaurus Bahasa Indonesia, akan tetapi istilah yang dapat

Universitas Sumatera Utara


ditemukan yang bermakna sama dengan kemampuan baca tulis adalah aksara dan

keberaksaraan (Kamus Umum Bahasa Indonesia, 1996: 25).

Kata literasi ditemukan dalam Kamus Bahasa Melayu Nusantara yang

merupakan hasil karya kolaborasi tiga Negara yaitu Brunei, Indonesia dan Malaysia

pada tahun 2003 yang diterbitkan oleh Dewan Bahasa dan Pustaka Brunei di Bandar

Seri Begawan. Entri literasi tersebut digunakan di Negara Brunei dan Malaysia

yang berarti kebolehan (kemampuan) menulis dan membaca; celik huruf,

keberaksaraan (Latuputti, 2013: 2). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

istilah literasi baik dalam bahasa Inggris maupun bahasa Melayu mempunyai

makna yang sama yaitu kemampuan menulis dan membaca.

Literasi tentunya berhubungan dengan bahasa dan bagaimana bahasa itu

digunakan. Manakala berbicara mengenai bahasa, hal tersebut tidak lepas dari

pembicaraan mengenai budaya karena bahasa itu sendiri merupakan bagian dari

budaya.

Sementara itu, Thompson (2000: 1) berpendapat bahwa secara sederhana

literasi memang berarti sebagai kemampuan membaca, atau kemampuan seseorang

dalam memperoleh sebuah makna dari kata-kata. Literasi muncul seiring dengan

banyaknya masyarakat dunia yang tidak dapat membaca ataupun menulis dengan

baik. Keadaan ini dapat menyebabkan suatu bangsa sulit untuk mencapai kemajuan

karena rendahnya kualitas sumber daya manusia. Tingginya tingkat buta huruf

tersebut membuat istilah literasi muncul sebagai suatu solusi dalam memberantas

buta huruf. Sehingga dapat dipahami bahwa literasi pada awalnya diartikan sebagai

kemampuan seseorang dalam usaha untuk dapat membaca dan menulis (melek

Universitas Sumatera Utara


huruf), sebagai jalan dalam memberantas buta huruf atau illiteracy (Nurpratiwi,

2017: 35).

Berdasarkan berbagai defenisi yang diuraikan di atas mengenai literasi,

dapat dipahami bahwa, literasi tidak hanya sekedar bermakna suatu kemampuan

dalam hal menulis dan membaca, namun juga bermakna lebih mendalam yaitu

potensi yang dimiliki seseorang dalam memahami, menggunakan dan

mengembangkan kemampuan membaca dan menulis untuk mengembangkan

pengetahuan dan tujuan seseorang serta dalam rangka untuk dapat berpartisipasi

dalam masyarakat guna memberantas fenomena buta huruf.

2.2 Jenis-Jenis Literasi

Perkembangan pesat dari teknologi informasi telah mempengaruhi

perkembangan literasi. Hal tersebut menjadikan literasi terdiri dari berberapa jenis.

Beberapa lembaga dan ahli telah mengklasifikasikan jenis literasi hingga menjadi

lebih bervariasi. Diantaranya lembaga tersebut adalah American Center for

Teaching (Arifin, 2016) mengklasifikasikan jenis literasi menjadi lima jenis, yakni:

a. literasi media, b. literasi komputer, c. literasi digital, d. literasi teknologi, dan e.

literasi informasi. Berikut akan diuraikan penjabarannya,

a. Literasi Media (Media Literacy)

Definisi literasi media berdasarkan Center for Media Literacy (1992) yaitu,

Literasi media merupakan kemampuan untuk mengakses, menganalisis,

mengevaluasi, dan memproduksi komunikasi dalam bentuk yang beragam. Poin

penting dari jenis literasi media adalah bahwa seseorang mampu berpikir secara

kritis tentang apa yang mereka dengar, lihat, dan baca dari buku, koran, majalah,

Universitas Sumatera Utara


televisi, radio, film, musik, iklan, internet, video game, dan teknologi baru yang

muncul. Livingstone (2004) mendefinisikan literasi media sebagai kemampuan

untuk mengakses, menganalisis, mengevaluasi, dan membuat pesan dalam berbagai

konteks. Konteks yang dimaksud meliputi konteks sosial dan konteks kultural.

Sementara Bhandari (2003: 2-4) menyatakan bahwa literasi media (media

literacy) didefinisikan sebagai kemampuan untuk memperoleh, menganalisis dan

menghasilkan informasi untuk hasil yang spesifik. Menurut Delman (2013),

Seseorang dikatakan literat terhadap media apabila peduli pada interaksi sehari-hari

dengan media dan pengaruhnya terhadap gaya hidup, menafsirkan dengan efektif

pesan untuk menyampaikannya sesuai dengan pengertian sebenarnya,

menyampaikan dengan baik tentang berita yang ditutupi media, sensitif terhadap

perkembangan isi dari media yang berarti pembelajaran mengenai budayanya.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa literasi media

adalah kemampuan seseorang dalam mengakses, menganalisis, mengevaluasi,

menghasilkan dan menginformasikan media yang diperolehnya, dengan demikian

seseorang dapat dikatakan literat terhadap media. Literasi media sudah umum

ditemukan termasuk di sekolah. Pemanfaatan literasi media oleh guru dan siswa di

sekolah melalui teks pelajaran, majalah sekolah, televisi, internet, website sekolah

dan media lain yang disediakan sekolah.

b. Literasi Komputer (Computer Literacy)

Literasi komputer menurut Baharudin (2017) diartikan sebagai kemampuan

seseorang untuk memanfaatkan komputer berikut perangkat lunaknya (software)

dalam rangka menyelesaikan tugas-tugas praktis sehari-hari. Adapun menurut

Universitas Sumatera Utara


Bhandari (2003: 2-4) literasi komputer secara umum diartikan akrab dengan

perangkat komputer dan mampu menciptakan dan memanipulasi dokumen, serta

akrab dengan email dan internet.

Bhandari (2003: 2-4) menambahkan literasi komputer dibutuhkan untuk

mengkomunikasikan ataupun untuk menciptakan karya baru dari informasi yang

diperoleh bersamaan dengan literasi jaringan. Sementara William (2002)

menyatakan bahwa literasi komputer sebagai literasi dengan teks digital. Karena

pada prinsipnya literasi jenis ini berkaitan erat dengan penggunaan software dan

program yang ada di komputer. Literasi komputer ini juga sudah umum digunakan

di sekolah baik melalui komputer monitor, maupun laptop dan notebook dan sudah

bisa diakses oleh guru maupun siswa.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa literasi komputer

adalah kemampuan seseorang dalam memanfaatkan komputer beserta perangkat

lunaknya dan mampu menciptakan, memanipulasi, dan mengkomunikasikan

dokumen yang diperoleh sesuai kebutuhannya. Dengan demikian untuk

menciptakan dan meningkatkan kemampuan para guru dan siswa di sekolah,

sekolah perlu mengadakan dan menyediakan komputer atau laptop untuk dijadikan

sebagai salah satu media pembelajaran yang literat.

c. Literasi Digital (Digital Literacy)

Literasi digital menurut Lankshear dan Knobel (2006) dijabarkan sebagai

bentuk kemampuan untuk memahami dan menggunakan informasi dalam berbagai

bentuk dan berasal dari berbagai sumber. Sementara Baharudin (2017) memberikan

contoh penerapan literasi digital yaitu browsing internet, bekerja dengan database,

10

Universitas Sumatera Utara


chatting dengan menggunakan media sosial, dan lain sebagainya yang mana

penggunaannya sudah sangat massif untuk era digital seperti sekarang ini dan

dikonsumsi oleh semua lapisan masyarakat termasuk guru dan siswa di sekolah.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa literasi digital adalah

kemampuan dalam memahami, menggunakan dan mengoperasikan peralatan

digital dari berbagai bentuk dan sumber. Demikian halnya pihak sekolah perlu

untuk memberikan peluang bagi guru dan siswa untuk memanfaatkan era digital

sebagai media dalam mengembangkan literasi digital melalui kecanggihan

teknologi informasi berupa browsing di internet dan media sosial namun tetap

dengan pendampingan dari para guru di sekolah.

d. Literasi Teknologi (Technology Literacy)

Literasi teknologi menurut Baharudin (2017) dimaknai sebagai kemampuan

dalam menggunakan teknologi secara bertanggung jawab untuk berkomunikasi,

memecahkan masalah, mengakses, mengintegrasikan, mengevaluasi, dan membuat

informasi untuk meningkatkan pembelajaran pada semua bidang guna memperoleh

pengetahuan dan keterampilan sepanjang hayat di abad 21.

Lebih spesifik Lynch (1998) mengemukakan bahwa komponen dari literasi

teknologi adalah

pemahaman tentang bagaimana prinsip teknologi bekerja.


Pemahaman tersebut diharapkan dapat membantu seseorang dalam
memanfaatkan produk teknologi masa kini untuk mempermudah
pekerjaan. Karena pada prinsipnya teknologi diciptakan untuk
mempermudah pekerjaan manusia, bukan sebaliknya.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa literasi teknologi

atau lebih luasnya teknologi informasi dan komunikasi (TIK) adalah kemampuan

11

Universitas Sumatera Utara


seseorang dalam menggunakan teknologi serta dapat mengakses dan memahami

bagaimana teknologi tersebut bekerja sehingga pemanfaatan daripada teknologi

yang digunakan dapat maksimal untuk memenuhi kebutuhan.

e. Literasi Informasi (Information Literacy)

Literasi informasi atau Information literacy menurut The Association of

College & Research Libraries (ACRL) didefinisikan sebagai: “the set skills needed

to find, retrieve, analyze, and use information.” Menurut definisi tersebut literasi

informasi adalah seperangkat keterampilan yang dibutuhkan untuk menemukan,

menelusuri, menganalisis dan menggunakan informasi.

Literasi informasi terdiri dari dua kata, yaitu literasi dan informasi. Kedua

kata tersebut berasal dari bahasa inggris literacy dan information. Literacy menurut

arti katanya mengandung makna melek huruf dan yang berkaitan dengan kegiatan

membaca dan menulis. Sedangkan information berarti pengetahuan yang diperoleh

dari investigasi, pemikiran atau pembelajaran (Webster, 2015). Literasi

sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya dipahami sebagai kemampuan seseorang

dalam memahami, menggunakan, menyeleksi terhadap suatu data baik tertulis

maupun tidak tertulis untuk dapat digunakan dalam mencapai tujuan seseorang,

juga untuk dapat mengembangkan pengetahuan serta potensi diri. Sedangkan

informasi menurut Estabrook sebagaimana dikutip oleh Yusup (2010: 2) adalah

suatu rekaman fenomena yang diamati, atau bisa juga berupa putusan-putusan yang

dibuat. Informasi sesungguhnya dapat berupa data atau fakta, akan tetapi dapat juga

bukan.

12

Universitas Sumatera Utara


Uraian di atas menunjukkan bahwa literasi informasi adalah kemampuan

dan keterampilan seseorang dalam menemukan, menelusuri, menganalisis dan

menggunakan informasi secara tertulis maupun tidak tertulis guna mencapai

kebutuhan seseorang.

Literasi informasi menurut American Library Association (2000), berkaitan

dengan keterampilan teknologi informasi, namun memiliki implikasi yang lebih

luas bagi individu, sistem pendidikan, dan untuk masyarakat, seseorang yang

literate terhadap informasi selalu mengembangkan beberapa keterampilan

teknologi. Keterangan ini menunjukkan bahwa literasi informasi selalu berkaitan

erat dengan pemanfatan teknologi. Sedangkan UNESCO (2004) menjelaskan

literasi informasi mengarah pada pengetahuan akan kesadaran dan kebutuhan

informasi seseorang, dan kemampuan untuk mengidentifikasi, menemukan,

mengevaluasi, mengorganisasi dan secara efektif menciptakan, menggunakan,

mengkomunikasikan informasi untuk mencari solusi atas masalah yang dihadapi;

juga merupakan persyaratan untuk berpartisipasi dalam masyarakat informasi, dan

merupakan hak asasi manusia untuk belajar sepanjang hayat.

2.3 Tujuan dan Manfaat Literasi Informasi

Literasi informasi berperan penting dalam kehidupan seseorang, selain

menggunakannya di dalam pekerjaan atau profesi mereka, literasi informasi juga

dapat digunakan untuk hal yang bersifat umum maupun khusus, seperti menerima

informasi yang datang darimana saja. Mereka dapat menggunakan literasi informasi

untuk menyeleksi informasi apa saja yang berguna bagi kehidupannya sehingga

mereka tidak membuang waktu untuk informasi yang tidak bermutu.

13

Universitas Sumatera Utara


The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization

(UNESCO) (2007) menyatakan bahwa tujuan literasi informasi adalah:

1. Memampukan seseorang agar mampu mengakses dan memperoleh


informasi mengenai kesehatan, lingkungan, pendidikan, dan pekerjaan.
2. Memandu mereka dalam membuat keputusan yang kritikal mengenai
kehidupan mereka.
3. Lebih bertanggung jawab terhadap kesehatan dan pendidikan.

Sedangkan, manfaat literasi informasi adalah membantu seseorang menjadi

lebih efisien dan efektif dalam memecahkan masalah dan keputusan yang dibuat

berbasis pengetahuan karena tujuan akhir dari literasi informasi adalah menciptakan

masyarakat berbasis pengetahuan.

Adapun Manfaat literasi informasi menurut Delman (2013) adalah,

1. Membantu mengambil keputusan. Dalam segenap sisi kehidupan


manusia mempunyai pilihan yang harus diambil. Pilihan-pilihan yang
dihadapi manusia memerlukan keputusan. Untuk sukses mengambil
keputusan, kita perlu memiliki informasi yang cukup. Proses yang harus
kita lalui dalam mengambil suatu keputusan adalah : 1) Perumusan
masalah, 2) pengumpulan informasi, 3) penggunaan informasi.
2. Menjadi manusia pembelajar di era ekonomi pengetahuan. Di era
tersebut, pengetahuan menjadi aset bagi individu, organisasi dan
perusahaan jika mereka ingin tetap “survive”. Kemampuan literasi
informasi memiliki peran yang strategis dalam meningkatkan
kemampuan menjadi manusia pembalajar. Semakin terampil dalam
mencari, menemukan, mengevaluasi dan menggunakan, semakin
terbukalah kesempatan untuk selalu melakukan pembelajaran.
3. Menciptakan pengetahuan baru. lnformasi dan pengetahuan bergerak
dengan sangat cepat melalui internet. Keterampilan literasi informasi
akan memungkinkan seseorang untuk mendapatkan informasi dengan
cara yang cepat pula. Seseorang yang mempunyai kemampuan literasi
informasi yang tinggi dicirikan oleh kemampuannya dalam memecahkan
masalah dan mengkomunikasikan gagasannya dengan baik. la juga dapat
berfikir secara kritis dan analitis. la dapat membangun argumentasinya
secara logis dengan didukung fakta, bukti dan informasi yang diperlukan.
Seseorang yang memiliki literasi informasi dapat memilah mana
informasi yang benar dan mana yang salah. Sehingga ia tidak mudah
terprofokasi oleh informasi tertentu.

14

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan uraian tersebut di atas, literasi informasi memiliki manfaat dan

tujuan serta peranan penting dalam kehidupan seseorang, seseorang yang memiliki

keterampilan literasi informasi akan mendapatkan manfaat yakni terciptanya

efektivitas dan efisiensi waktu dikarenakan mudahnya mengambil keputusan untuk

mencapai tujuan tertentu, terciptanya pengetahuan baru dikarenakan informasi yang

didapatkan melalui pemilahan yang kritis dan analitis, dan membentuk seseorang

menjadi manusia pembelajar dikarenakan proses pembelajaran yang terus menerus.

Manfaat literasi informasi dalam dunia pendidikan menurut ALA (2000),

adalah sebagai berikut:

1. Menyediakan metode yang telah teruji dapat memandu kepada berbagai


sumber informasi yang terus berkembang. Pada saat ini individu
berhadapan dengan informasi yang beragam dan berlimpah. Informasi
tersedia melalui perpustakaan, sumber-sumber komunitas, organisasi
khusus, media, dan internet. Dan tidak semua informasi tersebut tersedia
dalam berbagai keaslian, kesahihan, dan kebenarannya.
2. Mendukung usaha nasional untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
Lingkungan belajar yang proaktif mensyaratkan setiap individu memiliki
kompetensi informasi. Dengan keahlian tersebut individu akan selalu
dapat mengikuti perkembangan bidang ilmu yang dipelajarinya.
3. Meningkatkan pembelajaran seumur hidup. Meningkatkan pembelajaran
seumur hidup adalah misi utama dari institusi pendidikan. Dengan
memastikan bahwa setiap individu memiliki kemampuan intelektual
dalam berpikir secara kritis yang ditunjang dengan kompetensi informasi
yang dimilikinya maka individu dapat melakukan pembelajaran seumur
hidup secara mandiri.

Selain itu, tujuan dan manfaat literasi informasi menurut Sofa (2010) juga

berpengaruh dalam dunia akademik, sosial dan pekerjaan, sebagaimana yang

tergambar dalam bagan pada gambar 1 dibawah ini,

15

Universitas Sumatera Utara


Literasi
Akademik Sosial
Informasi

Pekerjaan

Gambar 1. Bagan Manfaat Literasi Informasi

Pengaruh dalam dunia akademik atau pendidikan, misalnya dalam

melakukan penelitian atau persiapan materi pembelajaran oleh guru yang mana

guru adalah sebagai sumber utama informasi dan sebagai fasilitator yang membantu

jika siswa mengalami kesulitan. Tentunya dalam memenuhi kebutuhan

informasinya, terlebih dahulu guru harus membuat keputusan sumber informasi

mana yang akan digunakan dan itu akan membuat mereka menjadi guru yang kritis.

Dengan demikian, guru dapat menyalurkan informasi yang telah diperoleh melalui

evaluasi yang kritis kepada siswanya.

Adapun kemampuan literasi informasi yang tidak kalah penting juga

berguna dalam kehidupan sosial, misalnya dalam kehidupan sehari-hari yang mana

literasi dapat menilai suatu iklan dan proses jual beli khususnya secara online,

tentunya sebelum membeli produk tertentu ia akan melakukan pertimbangan yang

matang terlebih dahulu.

Dalam dunia pekerjaan, literasi informasi juga tak kalah penting

manfaatnya. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Hancock (1993) bahwa,

Dunia pekerjaan senantiasa membutuhkan pekerja baru dalam arti


kinerjanya. Kemampuan membaca dan berhitung sudah tidak cukup lagi.
Informasi dihasilkan dalam hitungan detik yang mengakibatkan
membludaknya informasi. Kerugian yang dialami perusahaan dapat

16

Universitas Sumatera Utara


disebabkan karena kemampuan literasi karyawan yang rendah,
ketidakhadiran, etos kerja yang rendah. Untuk itulah kemampuan ini perlu
dimiliki seorang karyawan. Bagi karyawan, lingkungan kerja merupakan
tempat dimana perubahan besar terjadi dan dapat memberikan kesempatan
lain. Lingkungan kerja yang berubah dengan cepat dapat membuat kita
untuk melihat sebuah peluang karir yang baru.

Berdasarkan uraian di atas, seseorang yang memiliki keterampilan literasi

informasi akan mendapatkan keuntungan dari berbagai manfaat literasi dari

berbagai segi kehidupan, baik pendidikan, sosial, politik, maupun dalam dunia

pekerjaan.

2.4 Model-Model Keterampilan Literasi Informasi

Ada banyak model literasi informasi yang digunakan untuk mengetahui dan

mengukur literasi informasi seseorang dan untuk dapat dikatakan literat terhadap

informasi, banyak ahli yang membuat suatu strategi pencarian informasi atau model

pencarian informasi. Dari beberapa model yang ada, kebanyakan model literasi

informasi yang berkembang adalah untuk aplikasi bagi siswa di sekolah. Maka dari

itu, para guru perlu mengetahui perbedaan setiap model dan bagaimana

penggunaannya dalam proses pembelajaran.

1. The Big6

Model The Big6 adalah model literasi informasi yang dikembangkan oleh

Michael B. Eisenberg dan Robert E. Berkowitz di Amerika Serikat pada tahun 1987

(Lien, 2010: 4). Model Big6 mengintegrasikan keterampilan pencarian dan

penggunaan informasi dengan penggunaan perangkat teknologi dalam proses

menemukan, menggunakan, mengaplikasikan dan mengevaluasi informasi secara

sistematis, untuk memenuhi kebutuhan dan tugas tertentu.

17

Universitas Sumatera Utara


Untuk lebih mempermudah, berikut adalah enam tahap utama model The

Big6 yang masing-masing mempunyai dua sub tahap:

Tabel 1. Literasi Informasi menurut Eisenberg dan Berkowitz (1987)


6 Tahap 12 Tahap
1. Perumusan Masalah 1.1. Merumuskan masalah
1.2. Mengidentifikasi informasi yang
diperlukan
2. Strategi Pencarian Informasi 2.3 Menentukan Sumber
2.4 Memilih sumber terbaik
3. Alokasi dan Akses 3.1 Mengalokasi sumber secara
intelektual dan fisik
3.2 Menemukan informasi di dalam
sumber tersebut
4. Pemanfaatan Informasi 4.1 Membaca, mendengar, meraba, dan
sebagainya
4.2 Mengekstraksi informasi yang
relevan
5. Sintesis 5.1 Mengorganisasikan informasi dari
berbagai sumber
5.2 Mempresentasikan informasi tersebut
6. Evaluasi 6.1 Mengevaluasi hasil (efektivitas)
6.2 Mengevaluasi proses (efisiensi)

2. Empowering8

Model literasi Empowering8 merupakan model literasi informasi yang

berkembang dari hasil dua lokakarya (workshop), yaitu pertama dilaksanakan di

Kolombo Sri Lanka pada tahun 2004, sedang yang kedua dilaksanakan di Patiala,

India pada tahun 2005. Model Empowering8 menggunakan pendekatan pemecahan

masalah berupa resource-based learning dalam penerapannya, yaitu suatu

kemampuan untuk belajar berdasarkan pada sumber datanya.

18

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2. Model Literasi Informasi Empowering8
Sumber: Annual National Conference on Library & Information Science organized by the Sri Lanka Library
Association 29 Juni 2005

Menurut model ini, literasi informasi terbagi ke dalam delapan langkah yang

terdiri atas beberapa kemampuan, sebagaimana yang dinyatakan oleh Lien (2010:

5), yaitu:

a) Mengidentifikasi topik atau subjek, sasaran audiens, format yang


relevan, dan jenis sumber
b) Mengeksplorasi sumber dan informasi yang sesuai dengan topic
c) Menyeleksi dan merekam informasi yang relevan dan mengumpulkan
kutipan yang sesuai
d) Mengorganisasi, mengevaluasi dan menyusun informasi menurut
susunan yang logis, membedakan antara fakta dan pendapat, dan
menggunakan alat bantu visual untuk membandingkan informasi.
e) Menciptakan informasi dengan menggunakan kata-kata sendiri,
mengedit, dan membuat daftar pustaka ataupun menghasilkan karya
baru
f) Mempresentasikan, menyampaikan informasi yang telah dihasilkan
g) Menilai (mengevaluasi) informasi yang telah dipresentasikan
berdasarkan pada masukan dari orang lain
h) Menerapkan masukan, penilaian, dan pengalaman yang diperoleh untuk
kegiatan yang akan datang dan menggunakan pengetahuan baru yang
diperoleh untuk berbagai situasi.

3. Seven Pillars

Model Seven Pillars merupakan model literasi informasi yang

dikembangkan oleh Society of College, National and University Library

(SCONUL). Model ini memfokuskan pada kemampuan, kompetensi, sikap dan

perilaku pada jantung pengembangan literasi informasi di pendidikan tinggi

19

Universitas Sumatera Utara


(SCONUL Working Group on Information Literacy, 2011), ada tujuh pilar utama

yang digunakan dalam model ini, yaitu identify, scope, plan, gather, evaluate,

manage, dan present.

Gambar 3. Model SCONUL Seven Pillars (Newsam News, 2011)

(Pilar 1) Merekognisi kebutuhan informasi, mengetahui apa yang telah


diketahui, mengetahui apa yang tidak diketahui dan
mengidentifikasi kesenjangan antara yang diketahui dengan yang
tidak diketahui
(Pilar 2) Membedakan cara mengatasi kesenjangan, mengetahui sumber
informasi mana yang paling besar peluangnya memuaskan
kebutuhan
(Pilar 3) Membangun strategi untuk menentukan lokasi informasi. Contoh
bagaimana mengembangkan dan memperbaiki strategi penelusuran
yang efektif
(Pilar 4) Menentukan lokasi dan akses informasi, mengetahui bagaimana
mengakses sumbert informasi dan memeriksa alas untuk akses dan
temu balik informasi.
(Pilar 5) Membandingkan dan mengevaluasi, mengetahui bagaimana
mengases relevansi dan kualitas informasi yang ditemukan
(Pilar 6) Mengorganisasi, menerapkan dan mengkomunikasikan,
mengetahui bagaimana merangkaikan informasi baru dengan
informasi lama, mengambil tindakan atau membuat keputusan dan
akhirnya bagaimana berbagi hasil temuan informasi tersebut
dengan orang lain
(Pilar 7) Sintesis dan menciptakan, mengetahui bagaimana
mengasimilasikan informasi dari berbagai jenis sumber untuk
keperluan menciptakan pengetahuan baru.

Keterampilan dasar literasi informasi (pilar 1 sampai 4) merupakan dasar

bagi semua isu dan topik, dapat diajarkan pada semua tingkat pendidikan. Empat

keterampilan tersebut merupakan pilar yang menggambarkan keterampilan atau

20

Universitas Sumatera Utara


kompetensi terkait teknologi informasi. Sedangkan tiga keterampilan lainnya

menggambarkan keterampilan terkait pemahaman dan penggunaan informasi.

4. From Library Skills to Information Literacy (California School Library


Association)

The California School Library Association telah mengembangkan dan

menerbitkan sebuah buku panduan (handbook) untuk para guru dan pustakawan

yang memperlihatkan bagaimana mengabungkan information literacy ke dalam

kurikulum sekolah.

From Library Skills to Information Literacy mencakup banyak contoh-

contoh penerapannya mulai dari rencana pengajaran, skenario di dalam kelas,

saran-saran untuk penerapan hingga bagaimana memberikan penilaian terhadap

program keterampilan literasi informasi.

5. Seven Faces of Information Literacy

Model seven faces of information literacy ini menyoroti pengalaman

seseorang dalam berinteraksi dengan informasi baik itu ketika belajar, mengajar

maupun dalam memecahkan permasalahan dan mengambil keputusan-keputusan.

Pengalaman-pengalaman inilah yang akan membawanya pada kemampuan

menggunakan informasi secara efektif dan efisien dan membawa pada wisdom dari

informasi itu sendiri.

Berikut ini 7 langkah pada model literasi informasi seven faces menurut

Basuki dalam Nurpratiwi (2017),

1. First face: The IT experience


2. Second face: The Information sources experience
3. Third face: The information process experience
4. Fourth face: The information-control experience

21

Universitas Sumatera Utara


5. Fifth face: The knowledge construction experience
6. Sixth face: The knowledge extension experience
7. Seven face: The wisdom experience

6. Kuhlthau Information Seeking

Dikembangkan oleh Carol Kuhlthau yaitu seorang profesor dibidang ilmu

perpustakaan dan informasi pada University New Jesery. Pada jenis model ini

menunjukkan bagaimana proses setiap penelitian dan bagaimana mengembangkan

setiap tahap. Menurut Kuhlthau (2004: 90), ada beberapa keterampilan yaitu:

1. Initiation
2. Selection
3. Exploration
4. Formulation
5. Collection
6. Search.

7. NSW (New south Wales) Information Process

Sesuai dengan “Information Skills in the School” NSW Department of

School Education Library Services tahapan ini terbagi menjadi 6 bagian dikutip dari

Sofa (2010) dengan sedikit perubahan, yaitu:

1. Defining (menentukan topik)


2. Locating (mengakses informasi)
3. Selecting (memilih informasi)
4. Organizing (mengolah informasi)
5. Presenting (menyajikan informasi)
6. Assessing (mengevaluasi)

Menurut Eisenberg (2004), tujuan dari NSW Information Process adalah,

membuat seseorang menjadi pengguna informasi yang sukses. Tujuan ini


dicapai dengan membantu siswa mengembangkan kemampuan dalam
mengakses informasi dan juga dengan mengembangkan kebiasaan positif
dalam menggunakan informasi. Kemampuan ini diajarkan di sekolah dan
diperkuat dengan dukungan dari keluarga dan lingkungan masyarakat.

22

Universitas Sumatera Utara


NSW memberi saran kepada sekolah agar giat dalam menciptakan siswa

yang nantinya menjadi warga negara yang siap menghadapi era informasi. Hal ini

dapat terwujud melalui guru yang juga literate terhadap informasi.

8. Tujuh Langkah Literasi Informasi

Model Literasi Tujuh Langkah Literasi Informasi dikembangkan oleh

Universitas Atma Jaya, Jakarta. Model ini merupakan pengembangan terakhir di

Indonesia (APISI, 2008). Tahapan tersebut, yaitu:

1. Perumusan masalah
2. Mengidentifikasi sumber informasi
3. Mengakses Informasi
4. Menggunakan informasi
5. Menulis
6. Mengevaluasi
7. Menarik Pelajaran

9. Sebelas tahapan literasi informasi

Menurut Horton (2007: 8), sebelas tahapan literasi informasi yaitu:

1. Tahap Satu: menyadari bahwa kebutuhan atau masalah yang ada


membutuhkan resolusi informasi yang memuaskan. Ketika menghadapi
masalah atau mencoba untuk membuat keputusan, informasi dapat
membantu dalam merumuskan masalah atau keputusan yang lebih
akurat dan lengkap.
2. Tahap Dua: mengetahui bagaimana cara akurat mengidentifikasi dan
menentukan informasi yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan,
memecahkan masalah, atau membuat keputusan.
3. Tahap Tiga: mengetahui bagaimana menentukan apakah informasi
yang diperlukan ada atau tidak, dan bagaimana menciptakan
pengetahuan baru. Di sinilah referensi perpustakaan dan mesin pencari
dimainkan dan melakukan pekerjaan terbaik mereka.
4. Tahap Empat: mengetahui bagaimana menemukan informasi yang
dibutuhkan jika telah menentukan bahwa hal itu memang ada.
5. Tahap Lima: mengetahui bagaimana cara menciptakan informasi yang
tidak tersedia menjadi ada; kadang-kadang disebut "Menciptakan
pengetahuan baru."
6. Tahap enam: mengetahui bagaimana sepenuhnya memahami dan
menemukan informasi, atau mengetahui cara untuk mencari bantuan
jika diperlukan untuk memahami informasi yang diperoleh.

23

Universitas Sumatera Utara


7. Tahap tujuh: mengetahui bagaimana mengatur, menganalisis,
menafsirkan dan mengevaluasi informasi, termasuk keandalan sumber.
8. Tahap delapan: mengetahui bagaimana berkomunikasi dan menyajikan
informasi kepada orang lain dalam format media yang sesuai dan
bermanfaat.
9. Tahap sembilan: mengetahui bagaimana memanfaatkan informasi
untuk memecahkan masalah, membuat keputusan atau memenuhi
kebutuhan.
10. Tahap sepuluh: mengetahui bagaimana melestarikan catatan dan arsip
informasi untuk penggunaan masa depan.
11. Tahap sebelas: mengetahui bagaimana membuang informasi yang tidak
lagi diperlukan, dan menjaga informasi yang harus dilindungi.

Selain kesembilan model keterampilan literasi informasi di atas, terdapat

beberapa model keterampilan literasi informasi lainnya seperti, Information Search

Process (ISP) dibuat Carol Kuhlthau di tahun 1989, The Stripling and Pitts

Research Process (REACT) dibuat Barbara Stripling dan Judy Pitts pada tahun

1988, Pathways to Knowledge Information Skills dibuat Marjorie Pappas dan Ann

Tepe pada tahun 1995, The Alberta Model, Guided Inquiry dibuat Carol Kuhlthau

dan Ross Todd, The 8 Ws dibuat Annette Lamb di tahun 1990, Action Learning

dibuat Gwen Gawith di tahun 1983, Louisiana Information Literacy Model For

Lifelong Learning, 3 Doors dibuat oleh Gwen Gawith, Information Skill dibuat

Irving, Research Cycle dibuat Jamie McKenzie tahun 1995, 5-As dibuat oleh Ian

Jukes, Infohio dialogue model for information literacy skills dibuat InfoOhio pada

tahun 1998, FLIP IT dibuat Alice H. Yucht di tahun 1997, Information Process di

kembangkan New South Wales, Sauce dbuat oleh T. Bond, S.P.I.R.R.E. Research

dibuat oleh McElmeel, I-Search dibuat oleh Ken Macrorie, Marilyn Joyce, and Julie

Tallman, Noodle Tools dibuat Debbie Abilock, Pre-search dibuat Virginia Rankin,

The Research Helper dibuat S. Hughes, Research Assistant dibuat Ann Bevilacqua,

Digital Information Fluency/DIF (Illinois Mathematics and Science Academy),

24

Universitas Sumatera Utara


yang mana pada intinya semua model keterampilan literasi informasi tersebut

memiliki kemiripan dengan model keterampilan literasi sebelumnya yang telah

dijelaskan.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat diketahui bahwa terdapat

berbagai jenis model-model keterampilan literasi informasi yang dapat diterapkan

sesuai kebutuhan. Hal ini muncul dikarenakan seiring dengan pesatnya

perkembangan teknologi yang menuntut dikembangkannya model yang bisa

mendapatkan informasi secara efektif dan efisien.

2.5 Tugas dan Peran Guru


Dalam UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pasal 1 yang

dimaksud dengan guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,

mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta

didik pada pendidikan anak usia dini di jalur pendidikan formal, pendidikan dasar,

dan pendidikan menengah.

Amir (2013) dalam tulisannya mengenai Pengembangan Profesionalisme

Guru dalam Pembelajaran Melalui Model Lesson Study mengungkapkan bahwa,

Guru sebagai pengajar merupakan pencipta kondisi belajar bagi siswa yang
dirancang secara sengaja, sistematis, dan berkesinambungan. Sedangkan
siswa sebagai peserta didik merupakan pihak yang merasakan kondisi
belajar yang diciptakan oleh guru. Guru sebagai pendidik dan pengajar
merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan setiap upaya pendidikan.
Pada setiap inovasi pendidikan khususnya dalam perubahan kurikulum dan
peningkatan sumber daya manusia yang dihasilkan dari upaya pendidikan
selalu bermuara pada guru. Hal ini menunjukkan betapa eksisnya peran guru
dalam dunia pendidikan. Guru dituntut memiliki multi peran dalam
pembelajaran, supaya mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif
dan efektif. Untuk dapat melakukan pembelajaran aktif dan efektif, guru
harus mampu memberikan kesempatan bagi siswanya untuk belajar serta
meningkatkan kualitas pengajarannya. Kesempatan belajar siswa dapat

25

Universitas Sumatera Utara


ditingkatkan dengan cara melibatkan siswa secara aktif dalam belajar.
Sedangkan dalam meningkatkan kualitas mengajarnya, guru harus
merencanakan program pembelajaran dan sekaligus mampu pula
melakukan dalam bentuk interaksi pembelajaran.

Guru memiliki tugas dan peran yang sangat penting bagi peningkatan

kualitas pembelajaran dalam banyak aspek, secara khusus pada peserta didik. Posisi

guru tidak akan pernah bisa digantikan dengan kemajuan teknologi yang

berkembang dewasa ini karena pola pendekatan guru lebih utama bagi peserta didik

dalam merasakan pengetahuan, interaksi, dan meneladani sikap gurunya. Peran

guru diharapkan dapat menambah volume kualitasnya, tentu bagi guru harus

mengerti dan paham apa sebenarnya peran sebagai guru dalam pembelajaran.

Berikut beberapa peran guru menurut Nurpratiwi (2017) yang dapat diketahui:

a. Guru sebagai sumber belajar


Peran guru sebagai sumber belajar berkaitan erat dengan penguasaan materi
pelajaran. Penguasaan materi pelajaran merupakan indikator penilaian atas
guru tentang kemampuannya menguasai materi pelajaran agar peserta didik
menjadikan gurunya sebagai sumber belajar. Seorang pendidik akan
senantiasa menyampaikan ilmu pengetahuan yang dimilikinya kepada
peserta didik sehingga dapat diserap kemudian dikembangkan oleh peserta
didik di kemudian hari.
b. Guru sebagai fasilitator
Peran guru sebagai fasilitator adalah memberikan pelayanan untuk
mempermudah peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Pelayanan yang
dilakukan secara baik akan berdampak positif bagi kemajuan peserta didik
dalam menemukan potensi, ataupun pengetahuan dan pemahaman yang
utuh tentang suatu materi pembelajaran.
c. Guru sebagai pengelola (manajer)
Peran guru sebagai pengelola pembelajaran adalah menciptakan iklim
belajar yang menyenangkan bagi peserta didik dalam belajar secara nyaman.
Melalui pengelolaan kelas agar tetap kondusif untuk terjadinya proses
belajar seluruh peserta didik. Dalam melaksanakan pengelolaan
pembelajaran ada dua macam kegiatan yang harus dilakukan guru, yaitu
mengelola sumber belajar dan melaksanakan peran sebagai sumber belajar
itu sendiri.

26

Universitas Sumatera Utara


Dengan demikian, guru tidak hanya berperan sebagai penyampai materi

pembelajaran yakni pengajar namun juga sebagai pengelola pembelajaran,

fasilitator dan sumber belajar yang mana tercapainya peran tersebut harus didukung

dengan kemampuan literasi informasi guru. Selain itu, peran guru menurut Rizal

(2006) yakni,

Peranan guru adalah memahami tingkat-tingkat perkembangan dan


kemampuan atau kapasitas anak untuk dapat menggali potensi anak yang
ingin dikembangkan dan diarahkan sesuai dengan kecenderungan minat dan
bakatnya masing-masing, menggunakan sumber-sumber informasi dan
sumber belajar yang telah tersedia atau yang telah disiap-sediakan oleh guru
dan pustakawan.

Hal tersebut dikemukakan juga oleh Pungki (2006) yakni,

Peran guru di sini tidak lagi sebagai satu-satunya sumber informasi yang
melulu memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didiknya, tapi adalah
lebih dari itu juga sebagai fasilitator yang membekali anak didiknya dengan
berbagai keterampilan informasi agar mereka dapat secara mandiri
melakukan pengembangan diri baik dari segi kognitif, psikomotorik (skill),
dan afektif (sikap).
Selain itu, Tugas dan peran guru bukan hanya memberikan informasi-

informasi ilmu pengetahuan dan teknologi, melainkan juga membentuk sikap dan

jiwa yang mampu bertahan dalam era hiperkompetensi. Tugas guru adalah

membantu peserta didik agar mampu melakukan adaptasi terhadap berbagai

tantangan kehidupan serta desakan yang berkembang dalam dirinya. Pemberdayaan

peserta didik ini meliputi aspek-aspek kepribadian terutama aspek intelektual,

sosial, emosional, dan keterampilan (Amir, 2013)

Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa menjadi

seorang guru yang mewajibkannnya memiliki tugas dan peran ganda di dalam

keberlangsungan proses pembelajaran tidaklah mudah. Namun tugas dan peran

yang mulia tersebut sangat penting bagi peserta didik untuk pengembangan diri,

27

Universitas Sumatera Utara


pembekalan ilmu pengetahuan dan menjadikan para peserta didik sebagai

pembelajar sepanjang hayat.

2.6 Penerapan Literasi Informasi Guru di Lingkungan Sekolah

Lingkungan sekolah merupakan wadah bagi pembelajar dan pengajar untuk

melakukan interaksi pembelajaran dan pengembangan. Guru sebagai pengajar

bertanggung jawab dalam bidang pendidikan yang direalisasikan dalam bentuk

melaksanakan pembinaan kurikulum, menuntun para siswa belajar, menganalisis

kesulitan belajar, serta menilai kemajuan belajar. Seorang guru harus mampu

menerapkan cara belajar yang tepat kepada peserta didik. Untuk itu, guru terlebih

dahulu harus menjadi literat terhadap informasi untuk dirinya sendiri dengan

membentuk kepercayaan diri atas berbagai sumber-sumber informasi yang

diperoleh agar dapat diaplikasikan dalam proses belajar mengajar dikelas.

Sebagaimana yang dinyatakan oleh Guntarto dalam pelatihan literasi

informasi yang diadakan UNESCO Tahun 2007 dan dikutip oleh Rindyasari (2008)

bahwa pada intinya akan memperkuat kapasitas guru dalam metode pencarian data

atau informasi untuk memperkaya materi ajar, dan juga mengajarkan siswa supaya

memiliki kemampuan yang sama dalam mengelola informasi sesuai dengan

perkembangan usianya. Guru merupakan kunci sukses dalam mencapai siswa yang

berketerampilan literasi informasi. Hal ini dikarenakan literasi informasi

merupakan kunci untuk mewujudkan pembelajar seumur hidup.

Adapun dalam penerapannya di lingkungan sekolah, dari sisi guru terhadap

peserta didik, guru dapat menerapkan cara belajar yang efektif seperti Learning

How To Learn (belajar bagaimana cara untuk belajar) yaitu mengajarkan cara

28

Universitas Sumatera Utara


belajar yang mengarahkan dan mendorong peserta didik untuk mengembangkan

dan memperluas materi secara mandiri melalui diskusi, observasi, studi literatur dan

studi dokumentasi (metode inquiry) dan cara belajar yang dapat menumbuhkan dan

memupuk motivasi internal peserta didik untuk belajar lebih jauh dan lebih dalam.

Dengan konsep tersebut maka peserta didik akan menjadi aktif belajar untuk

menggali dan mencari informasi dari berbagai sumber termasuk salah satunya di

perpustakaan.

Sedangkan dari sisi guru untuk pribadi guru itu sendiri, dalam hal ini untuk

meningkatkan kompetensi dan profesionalismenya. Hal ini dapat diwujudkan

melalui pemberdayaan potensi dan prestasi guru. Menurut Trisoni (2011)

Seorang guru disebut sebagai guru profesional karena kemampuannya


dalam mewujudkan kinerja profesi guru secara utuh. Dengan demikian sifat
utama dari seorang guru profesional adalah kemampuannya dalam
mewujudkan kinerja professional yang sebaik-baiknya dalam mencapai
tujuan pendidikan. Sifat-sifat ini mencakup ciri-ciri kepribadian guru dan
penguasaan keterampilan teknis keguruan.

Kemudian, Trisoni (2011) menambahkan untuk menjadi profesional di

samping kompetensi di atas seorang guru juga dituntut beberapa hal, yaitu:

1. Guru mempunyai komitmen pada siswa dan proses belajarnya.


Komitmen ini dibuktikan dengan memberikan waktu sepenuhnya pada
demi pendidikan. Mengisi hari terus dengan keinginan untuk
mencerdaskan anak bangsa, membaca, menulis, menjadi pemakalah,
meneliti. Hal ini juga dibuktikan dengan kedisiplinan guru dalam
mengajar, menyediakan waktu untuk peserta didik dalam memberikan
bimbingan dan pelatihan, serta terus memperbaiki mutu
pembelajarannya.
2. Guru menguasai secara mendalam bahan/mata pelajaran yang
diajarkannya serta cara mengajarnya kepada siswa. Penguasaan
keilmuan secara luas dan mendalam serta mampu mengkaitkan materi
dengan kehidupan peserta didik serta keterkaitan dengan mata pelajaran
lainnya harus terus dikembangkan. Sarana pengembangan itu dapat
berupa di KKG atau MGMP atau forum seminar-seminar guru lainnya.
Disamping penguasaan materi seorang guru dituntut juga mampu

29

Universitas Sumatera Utara


mengajarkannya sesuai dengan karakteristik peserta didik dan
karakteristik mata pelajaran.
3. Guru bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui
berbagai cara evaluasi. Guru harus mampu menilai proses dan hasil
belajar peserta didik, serta menguasai cara ,mengevaluasi proses dan
hasil pembelajaran dengan baik. Penilaian yang dilakukan tidak saja
penilaian aspek kognitif saja tetapi juga dengan menilai aspek afektif
dan psikomotor peserta didik. Salah satu faktor keberhasilan peserta
didik adalah ketepatan guru dalam melakukan penilaian pada proses
dan hasil pembelajaran peserta didik.
4. Guru mampu berfikir sistematis tentang apa yang dilakukannya dan
belajar dari pengalamannya. Disamping itu juga guru harus mampu
berfikir sistematis serta memiliki perencanaan yang terencana secara
sistematis terhadap pekerjaannya, sehingga guru mampu melaksanakan
tugas pengajarannya dengan efektif dan efisien.
5. Guru semestinya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam
lingkungan profesinya. Guru juga harus senantiasa belajar karena guru
merupakan bagian dari masyarakat belajar yang tidak bias lepas dari
belajar. Untuk itu istilah belajar sepanjang hayat harus menjadi
mottonya guru, sehingga dapat terwujud guru profesional.

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa sangatlah penting bagi

guru untuk menguasai apa-apa yang menjadi tanggung jawab dan kewajibannya

untuk dalam menjalankan kinerjanya sebagai guru. Hal ini jika diterapkan dengan

baik dapat membawa dampak positif baik bagi peserta didik maupun bagi pribadi

guru itu sendiri.

2.7 Kompetensi Guru

Kompetensi merupakan serangkaian pengetahuan yang dimiliki oleh

seseorang untuk menjalankan tugasnya dengan baik. Kompetensi dimiliki oleh

setiap orang tidak terkecuali seorang guru. Dalam Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa

kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus

dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas

keprofesionalan. Selanjutnya dijelaskan pula pada Pasal 2 ayat 1 bahwa yang

30

Universitas Sumatera Utara


dimaksud dengan tenaga professional mengandung arti bahwa pekerjaan guru

hanya dapat dilakukan oleh seseorang yang mempunyai kualifikasi akademik

kompetensi, dan sertifikasi pendidik sesuai dengan persyaratan untuk setiap jenis

dan jenjang pendidikan tertentu.

Seorang guru bertugas untuk menjadikan anak didiknya menjadi seorang

yang berprestasi sesuai dengan tujuan nasional pendidikan, yaitu mencerdaskan

kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Maka dari itu

dibutuhkan seorang guru yang memiliki kompetensi dalam kegiatan mengajar di

kelas. Giroux dalam Isjoni (2006: 206) menyatakan bahwa,

guru harus bersikap sebagai seorang yang intelektual, artinya seseorang


yang terus mau berkembang dan belajar seumur hidup, tidak pernah puas
dengan yang dimengerti, mau membawa perubahan, berpikir kritis, rasional,
bebas mengembangkan pemikiran dengan demikian hal ini akan
memunculkan inovasi pendidikan di setiap sekolah.

Adapun macam-macam kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru

menurut Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan , yaitu :

a. Kompetensi Pedagogik

Menurut Prof. Dr. J. Hoogeveld dalam Saudagar (2011: 32) menyebutkan

bahwa “pedagogik adalah ilmu yang mempelajari masalah membimbing anak ke

arah tujuan tertentu, yaitu supaya kelak ia mampu secara mandiri menyelesaikan

tugas hidupnya.” Adapun menurut Badan Standar Nasional Pendidikan dalam

Musfah (2011: 30) menyebutkan bahwa :

Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan seorang guru dalam


mengelola proses pembelajaran yang berhubungan dengan peserta didik,
meliputi pemahaman wawasan atau landasan kependidikan, pemahaman
terhadap peserta didik, pengembangan kurikulum atau silabus, perancangan

31

Universitas Sumatera Utara


pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis,
pemanfaatan teknologi pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi
yang dimilikinya.
b. Kompetensi Kepribadian

Kepribadian adalah unsur yang menentukan guru dengan anak didik sebagai

teladan, guru harus memiliki kepribadian yang dapat dijadikan profil dan idola,

seluruh kehidupan adalah figur yang paripurna. (Saudagar, 2011: 40). Kemudian

menurut Badan Standar Nasional Pendidikan dalam Musfah (2011: 42)

menyebutkan bahwa kompetensi kepribadian yaitu: kemampuan kepribadian yang:

(a) berakhlak mulia; (b) mantap, stabil, dan dewasa; (c) arif dan biijaksana; (d)

menjadi teladan; (e) mengevaluasi kinerja sendiri; (f) mengembangkan diri; dan (g)

religius. Menurut Saudagar (2011: 44), Guru akan mampu mengubah perilaku

peserta didik jika dirinya telah menjadi manusia yang baik. Kompetensi kepribadian

berperan menjadikan guru sebagai pembimbing, panutan, contoh, teladan bagi anak

didiknya.

c. Kompetensi Profesional

Tugas guru adalah mengajarkan pengetahuan kepada siswa. Guru tidak

sekedar mengetahui materi yang akan diajarkannya, tetapi memahaminya secara

luas dan mendalam. Oleh karena itu, guru harus selalu belajar untuk memperdalam

pengetahuannya terkait mata pelajaran yang diampunya. Menurut Badan Standar

Nasional Pendidikan dalam Musfah (2011: 54) kompetensi profesional adalah:

Kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam


yang meliputi : (a) konsep, struktur, dan metode keilmuan/teknologi/seni
yang menaungi/koheren dengan materi ajar; (b) materi ajar yang ada dalam
kurikulum sekolah; (c) hubungan konsep antarmata pelajaran terkait; (d)
penerapan konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari; dan (e) kompetisi

32

Universitas Sumatera Utara


secara profesional dalam konteks global dengan tetap melestarikan nilai dan
budaya nasional.

d. Kompetensi Sosial

Kompetensi yang terakhir yakni kompetensi sosial, sebagai berikut,


Kompetensi sosial merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian dari
masyarakat untuk: (a) berkomunikasi lisan dan tulisan; (b) menggunakan
teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional; (c) bergaul secara
efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan,
orangtua/wali peserta didik; dan (d) bergaul secara santun dengan
masyarakat sekitar. (Musfah, 2011: 52)
Seorang guru harus berjiwa sosial yang tinggi, mudah bergaul, dan suka

menolong, bukan sebaliknya menjadi individu yang tertutup dan tidak

memedulikan orang-orang disekitarnya. Menurut Saudagar (2011: 63)

menyebutkan bahwa guru profesional hendaknya mampu memikul dan

melaksanakan tanggung jawab sebagai guru atau anak didiknya, orang tua,

masyarakat, bangsa, negara dan agamanya.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, diketahui bahwa dalam peningkatan

kualitas hidup suatu bangsa dan masyarakat perlu ada peningkatan dalam

pendidikan, dan hal itu terletak pada sosok seorang guru. Adapun upaya pemerintah

yakni, Kemendikbud untuk mengukur profesionalisme guru adalah dengan

menyelenggarakan UKG atau Uji Kompetensi Guru. Menurut Ningrum dan

Prasetyawan (2015), Guru yang teruji kompetensinya akan lebih mampu

menciptakan suasana yang kondusif, kreatif, efektif dan menyenangkan, sehingga

mampu mengembangkan potensi seluruh anak didiknya secara optimal. Dengan

demikian, akan semakin berkembanglah guru yang berkompetensi.

33

Universitas Sumatera Utara


2.8 Literasi Informasi dalam Menunjang Kompetensi Guru

Perkembangan teknologi dan informasi saat ini memudahkan setiap orang

untuk mencari informasi yang dibutuhkannya dengan cepat dan mudah. Hal

tersebut membuat seorang guru dapat dengan mudah mengakses informasi di mana

saja dan kapan saja. Namun tidak semua informasi yang didapatkan adalah

informasi yang dibutuhkan, sehingga harus cermat dalam memilih informasi yang

tepat dan akurat. Seseorang juga harus mengetahui dengan jelas apa saja yang

sebenarnya dibutuhkan. Oleh karena itu dibutuhkan suatu keterampilan atau

kemampuan khusus untuk mempermudah mendapatkan informasi yang tepat sesuai

dengan yang dibutuhkan, yaitu keterampilan atau kemampuan untuk menganalisis,

mengakses, mengevaluasi informasi yang dibutuhkan dan menjelaskan hasil

informasi yang didapat atau yang sering disebut dengan istilah literasi informasi.

Menurut Ningrum dan Prasetyawan (2015) Literasi informasi guru

dihadapkan dengan beragam informasi yang sudah tersedia yang nantinya akan

disampaikan pada para anak didiknya. Untuk itu dalam meningkatkan mutu

pendidikan di sekolah, dan juga dapat meningkatkan mutu para siswa dalam belajar,

maka harus ditingkatkan pula kompetensi profesional pengajarnya. Sehingga dalam

proses belajar mengajar diharapkan hasilnya dapat mencapai tujuan dan peserta

didik diharapkan memperoleh literasi informasi, sehingga dapat mengembangkan

kemampuan berfikir kritis dan menyelesaikan masalah serta menambah motivasi

untuk belajar. Saat ini pemerintah menuntut seorang guru wajib memiliki

kompetensi profesional guru dan untuk menjawab tuntutan tersebut guru juga harus

memiliki kemampuan literasi informasi.

34

Universitas Sumatera Utara


Literasi informasi guru menurut Hardhian (2015) adalah kemampuan

seseorang guru untuk mengidentifikasi informasi yang dibutuhkannya, mengakses

dan menemukan informasi, mengevaluasi informasi, dan menggunakan informasi

secara efektif, etis dan efisien dan menggunakan TIK dan mempromosikan kepada

siswa. Menurut Hamalik (2002: 36), guru yang berkompeten akan lebih mampu

menciptakan lingkungan belajar yang efektif, menyenangkan dan akan mampu

mengelola kelasnya sehingga belajar para siswa berada pada tingkat yang optimal.

Maka dari itu, kemampuan yang harus dimiliki guru dalam proses belajar

mengajar sebagaimana yang dinyatakan oleh Rusyan (1992: 22), adalah sebagai

berikut:

1. Guru mampu menguasai bahan bidang studi


2. Guru mampu mengelola program belajar mengajar
3. Guru mampu mengelola, menggunakan media dan sumber belajar
4. Guru mampu menilai proses belajar mengajar
5. Guru mampu mengelola kelas
6. Guru memahami prinsi-prinsip pengelolaan lembaga-lembaga program
pendidikan di sekolah
7. Guru mampu membimbing siswa
8. Guru memiliki wawasan tentang penelitian pendidikan
9. Guru mampu memahami karakteristik siswa
10. Guru mampu mengambil keputusan
11. Guru memiliki wawasan inovasi pendidikan.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam

menunjang kompetensi dan profesionalisme disamping tugas dan peran guru yang

sudah sangat kompleks tersebut, akan menjadi mudah dan terarah dengan baik jika

seorang guru memiliki kemampuan literasi informasi. Sehingga seorang guru tidak

hanya memiliki kemampuan mengajar berdasarkan materi pembelajaran namun

juga berperan dalam pengembangan peserta didiknya dan menjadikannya seorang

guru yang memiliki kompetensi dan profesionalisme.

35

Universitas Sumatera Utara


2.9 Standar Literasi Informasi Guru

Dari berbagai kompetensi yang dikemukakan, belum ada satupun standar

baku sebagai bahan merujuk untuk dapat melihat kompetensi literasi guru. Peneliti

disini menggunakan pedoman literasi informasi yang dikeluarkan oleh Association

of College and Research Libraries (ACRL) (2000) yakni Information Literacy

Standards for Teacher Education. Standar literasi ini berisi poin-poin penting yang

harus dikuasai para pembelajar yang sedang menempuh pendidikan guru dan

digunakan oleh guru untuk mengukur kemampuan dalam memahami informasi.

Secara detail standar tersebut adalah sebagai berikut:

Standar Satu. Para pembelajar pendidikan guru yang literat terhadap


informasi, mendefinisikan dan mengartikulasikan kebutuhan informasi
untuk memilih strategi serta alat untuk menemukan informasi tersebut.
Indikator Kinerja:
A. Mendefinisikan kebutuhan informasi.
Termasuk:
1. Mengidentifikasi tujuan akan kebutuhan informasi. Contoh: untuk
makalah penelitian, rencana pelajaran, presentasi lisan, latihan atau
proyek kelas, atau untuk penelitian tindakan pada praktik kelas.
2. Menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan informasi.
Contoh: Sifat, cakupan, jenis, dan format informasi yang dibutuhkan;
audiens yang dituju seperti anak sekolah, teman sekelas perguruan
tinggi, atau pendidik profesional; atau ruang lingkup, panjang, tujuan,
dan peran yang spesifik tugas pencarian informasi.
3. Menjelajahi sumber informasi yang umum untuk meningkatkan
keakraban dengan ruang lingkup kebutuhan informasi. Contoh:
almanak pendidikan khusus, ensiklopedi, buku pegangan, bibliografi,
koleksi kamus, kurikulum atau buku teks, atau jurnal online, blog, wiki,
newsfeeds, dan artikel berita.
4. Menentukan atau memodifikasi kebutuhan informasi
5. Meninjau kebutuhan informasi sejak awal untuk memperjelas,
merevisi, atau memperbaiki kesan dan ide awal.
B. Mengartikulasikan kebutuhan informasi.
Termasuk:
1. Merumuskan pertanyaan kunci untuk mengembangkan dan
mengklarifikasi kebutuhan informasi.
2. Memecah kebutuhan informasi ke dalam konsep-konsep dan istilah-
istilah.

36

Universitas Sumatera Utara


3. Meminta pendapat dan memilih sinonim serta kata-kata alternatif yang
mewakili konsep kebutuhan informasi
C. Memilih strategi untuk memenuhi kebutuhan informasi.
Termasuk:
1. Mengakui bahwa suatu disiplin ilmu dapat menghasilkan, mengatur,
menyebarkan, mendeskripsikan, dan melestarikan pengetahuan dalam
cara yang berbeda yang akan mempengaruhi strategi pencarian atau
pengaksesan. Contoh: Peneliti mencari materi tentang siswa tingkat
dasar dan menengah, akan menemukan bahwa secara psikologi
seseorang sering menggunakan istilah seperti "masa kanak-kanak" dan
"masa remaja" untuk menggambarkan anak-anak sekolah dan bahwa
istilah-istilah ini seharusnya digunakan saat mengakses informasi dari
sumber psikologis.
2. Memahami bagaimana informasi dalam disiplin ilmu pendidikan dan
perilaku serta sosial sains terkait secara formal dan informal diproduksi,
diorganisir, disebarluaskan, dijelaskan, diakses, dan diawetkan.
3. Mempertimbangkan relevansi literatur disiplin ilmu lain (misalnya,
psikologi, ilmu sosial, bahasa Inggris, hukum) untuk mengatasi
kebutuhan informasi.
4. Menyadari bahwa pemenuhan kebutuhan informasi mungkin
memerlukan penggabungan informasi yang ada dengan pemikiran asli,
eksperimen, dan / atau analisis untuk menghasilkan informasi baru.
5. Mengenali asosiasi, lembaga, organisasi, lembaga pemerintah, dan
platform untuk penemuan, pengambilan, dan analisis informasi.
6. Mempertimbangkan nilai dan potensi berbagai sumber informasi untuk
memenuhi kebutuhan informasi. Contoh: menemukan foto sejarah
untuk rencana pelajaran, menggabungkan literatur populer di sebuah
makalah penelitian ilmiah, atau memanfaatkan sejarah lisan audio
untuk presentasi kelas.
7. Mengidentifikasi nilai dan potensi sumber informasi khusus pada
bidang pendidikan untuk memenuhi kebutuhan informasi. Contoh:
standar akreditasi, persyaratan sertifikasi, kurikulum, buku pegangan,
manual, bahan referensi, statistik, buku teks, ulasan profesional, buku
anak-anak, dan sumber daya asosiasi profesional.
8. Membuat rencana dan jadwal yang realistis untuk memperoleh
informasi yang dibutuhkan berdasarkan tugas, produk, kinerja, atau
praktik
D. Memilih alat untuk menemukan informasi.
Termasuk:
1. Mengetahui dimana kebutuhan informasi sesuai jenis dan format yang
diinginkan tersedia dan bagaimana itu bisa diakses. Contoh:
mengetahui bahwa data bibliografi tentang artikel ilmiah dapat
ditemukan dalam basis data seperti ERIC (Pusat Informasi Sumber
Daya Pendidikan) dan PsycINFO, atau itu statistik pendidikan dapat
diakses dari situs web Pusat Nasional untuk Pendidikan Statistik
(NCES).

37

Universitas Sumatera Utara


2. Menentukan ketersediaan, aksesibilitas, dan kegunaan sumber
informasi.
3. Mengambil keputusan apakah perlu memperluas proses pencarian
informasi dengan memasukkan sumber-sumber yang tersedia meskipun
melalui pinjaman antar perpustakaan, sekolah lokal atau perpustakaan
umum, atau lembaga lain atau organisasi.

Standar Dua. Para pembelajar pendidikan guru yang literat terhadap


informasi menemukan dan memilih informasi berdasarkan kesesuaiannya
dengan kebutuhan informasi secara spesifik dan kebutuhan perkembangan
dari pembelajar itu sendiri.
Indikator Kinerja:
A. Mencari informasi.
Termasuk:
1. Memilih alat yang akan memberikan akses untuk jenis dan format
kebutuhan informasi.
2. Memanfaatkan alat yang dipilih untuk mengakses informasi.
3. Memilih dan memanfaatkan pendekatan yang efisien dan efektif untuk
mencari informasi dalam alat yang dipilih.
a. Memanfaatkan berbagai skema klasifikasi dan mengidentifikasi
data. Contoh: Perpustakaan Kongres, Dewey Decimal, atau
klasifikasi PsycINFO.
b. Memanfaatkan strategi pencarian lanjutan dalam berbagai sistem
pengambilan informasi elektronik meskipun menggunakan bahasa
perintah, protokol, atau parameter pencarian. Contoh: Operator
Boolean dan kedekatan, pemotongan, atau pembatas lainnya
(misalnya, ulasan sejawat, studi empiris, dll.), atau menggunakan
pencarian lanjutan (tingkat Baca, Tingkat minat, Lexile Rentang)
di situs web untuk mengidentifikasi bahan yang akan digunakan
dalam rencana pelajaran.
c. Menggunakan terminologi yang tepat dengan menerjemahkan
konsep menjadi kata kunci dan sinonim yang akurat dengan
memanfaatkan alat yang disediakan seperti kosakata yang
terkontrol, thesaurus, atau indeks. Contoh: Siswa menyimpan
catatan istilah pencarian mereka, termasuk kata kunci, deskriptor
dari Thesaurus ERIC Descriptors, Library of Congress Authorities,
atau judul subjek lainnya.
d. Merevisi pencarian berdasarkan hasil.
e. Memanfaatkan hubungan antar dokumen untuk mengidentifikasi
informasi terkait lainnya. Contoh: mengikuti referensi atau
hyperlink yang dikutip.
f. Memanfaatkan layanan online atau pribadi khusus. Contoh:
pinjaman antar perpustakaan, virtual layanan referensi, Pusat
Bahan Kurikulum, pustakawan Anak / Remaja di lokal
perpustakaan umum, pustakawan sekolah, asosiasi profesional,
sumber daya komunitas, atau ahli dan praktisi lainnya.

38

Universitas Sumatera Utara


B. Memilih informasi.
Termasuk:
1. Menilai kuantitas, kualitas, dan relevansi dari informasi yang
ditemukan.
2. Menentukan aspek intelektual dan profesional dalam memilih sumber
informasi untuk memenuhi kebutuhan informasi yang sesuai dengan
audiens yang dituju. Contoh: memilih topikal informasi untuk rencana
pelajaran yang sejalan dengan standar negara atau nasional tertentu
untuk kelompok usia tertentu; memilih literatur profesional untuk
digunakan ketika memberikan presentasi tentang metodologi mengajar.
3. Memilih konten yang relevan dari sumber informasi untuk memenuhi
kebutuhan informasi.
4. Memanfaatkan fitur sumber informasi untuk memilih ide, data, dan
praktik utama yang tepat.

Standar Tiga. Para pembelajar pendidikan guru yang literat terhadap


informasi, mengatur dan menganalisa informasi dalam konteks kebutuhan
informasi secara spesifik dan sesuai perkembangan untuk audiens.
Indikator Kinerja:
A. Mengatur informasi.
Termasuk:
1. Menggunakan berbagai proses untuk memelihara, mengatur, dan
mengelola sumber daya yang ada. Contoh: menyimpan dan mengatur
informasi ke dalam file, folder, sistem pengarsipan yang dapat diakses,
bibliografi perangkat lunak manajemen (RefWorks, Zotero, EndNote,
Procite, dll.), atau Google Docs; atau menggunakan mesin fotokopi,
pemindai, atau peralatan audio / visual lainnya.
2. Melacak materi, praktik, frasa, dokumen, atau data visual atau statistik
yang dapat direproduksi untuk kebutuhan informasi yang diberikan.
B. Menganalisis informasi.
Termasuk:
1. Menganalisis struktur, logika, dan penyajian informasi serta setiap
argumen pendukung atau metode.
2. Memilih kriteria untuk menentukan apakah informasi yang disukai
bertentangan atau memverifikasi potongan informasi yang lain dan
menyelidiki perbedaan sudut pandang yang dihadapi.
3. Menentukan bagaimana filosofi atau perspektif teoritis pendidikan
individu yang mempengaruhi penggunaan, pemilihan, dan penyajian
informasi mereka. Contoh: menjaga arus dengan membaca publikasi
professional; atau secara aktif memodelkan pencarian informasi,
evaluasi, dan penggunaan untuk pembelajar; mencari data tentang
filosofi atau perspektif peneliti.
4. Mengenali konteks komersial, budaya, sejarah, fisik, atau lainnya yang
dengannya informasi diciptakan dan memahami dampak konteks dalam
menginterpretasikan informasi. Contoh: mengevaluasi dan
mempertimbangkan tujuan situs web: untuk menginformasikan atau

39

Universitas Sumatera Utara


mendidik, untuk menjual produk, atau untuk mempromosikan ide atau
sikap; mengevaluasi dan mempertimbangkan kepenelitian dan mata
uang informasi ketika menyiapkan unit studi; mempertimbangkan
beberapa sumber ulasan saat memilih materi kelas.
5. Mengenali kegunaan dan perbedaan antara sumber informasi. Contoh:
penelitian laporan, studi kasus, survei, dan statistik; atau sumber primer,
sekunder, dan tersier ..

Standar Empat. Para pembelajar pendidikan guru yang literat terhadap


informasi mensintesis, memproses, dan menyajikan informasi dengan cara
yang sesuai dengan tujuan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan.
Indikator Kinerja:
A. Memproses informasi.
Termasuk:
1. Menentukan apakah akan memasukkan atau menolak sudut pandang
informasi yang dihadapi.
2. Mengenali hubungan timbal balik, konsistensi, dan inkonsistensi di
antara informasi, konsep, kurikulum, data, atau praktik dan
menggabungkannya dengan bukti pendukung. Contoh: membaca dan
menggunakan artikel peer-review untuk membuat dan mendukung
perubahan pedagogis di kelas.
3. Memperluas gagasan, informasi, dan konsep, bila memungkinkan, ke
tingkat abstraksi yang lebih tinggi dengan membangun informasi baru,
teori, atau hipotesis. Contoh: menyadari bahwa konsep yang digunakan
dalam mengajar satu subjek, misalnya probabilitas di kelas matematika,
dapat ditransfer ke subjek bidang yang lain dan diuji di sana.
4. Menarik kesimpulan berdasarkan informasi yang dikumpulkan.
5. Menguji teori, hipotesis, atau informasi dengan metodologi yang
diterima dengan tepat seperti observasi, survei, atau tes.
B. Mensintesis informasi.
Termasuk:
1. Memanfaatkan alat analisis seperti spreadsheet, database, perangkat
lunak statistik, serta jaringan sosial, dan peralatan multimedia untuk
menyelidiki interaksi antara potongan informasi, bahan, praktik,
gagasan, dokumen, atau data lainnya.
2. Mengintegrasikan informasi baru dengan informasi atau pengetahuan
sebelumnya untuk membentuk perspektif dan teori-teori baru atau
untuk meningkatkan praktik profesional. Contoh: menggunakan
temuan jurnal ilmiah artikel sebagai dasar untuk mencoba metode
pembelajaran baru di kelas.
C. Menyajikan informasi.
Termasuk:
1. Mengartikulasikan kesimpulan berdasarkan informasi yang
dikumpulkan.

40

Universitas Sumatera Utara


2. Menerapkan informasi baru dan sebelumnya untuk perencanaan,
pembuatan, dan pelaksanaan tugas, produk, kinerja atau praktik yang
spesifik dan berlaku.
3. Memilih media komunikasi dan format yang paling mendukung hasil
pembelajaran dari tugas, produk, kinerja, atau praktik serta gaya belajar
dari audiens yang dituju.
4. Menentukan apakah representasi informasi sesuai, sensitif, dan
bertanggung jawab atas keragaman (mis., kelas, budaya, kecacatan /
kemampuan, etnis, ras, agama, orientasi seksual, dll.) diwakili dalam
audiens yang dituju.
5. Menggunakan berbagai aplikasi teknologi dalam menyelesaikan tugas
atau membuat produk, kinerja, atau praktik. Contoh: membuat wiki
untuk proyek penelitian grup atau mengembangkan eportfolio untuk
wawancara kerja.
6. Mengatur dan menyajikan informasi dengan cara yang mendukung
tujuan dan format tugas, produk, atau kinerja. Contoh: dalam garis
besar, storyboard, rencana pelajaran, atau penelitian kertas.
7. Secara etis dan secara hukum memanipulasi teks, gambar, dan data,
sesuai kebutuhan, dengan mentransfer dan atau
mentransformasikannya dari lokasi dan format aslinya ke konteks atau
format baru.
8. Berpartisipasi dalam forum komunikasi yang disponsori oleh kelas atau
profesi yang dirancang untuk mendorong kegiatan pengajaran.
9. Berinteraksi, berkolaborasi, dan menerbitkan dengan teman sebaya,
profesor, atau ahli lainnya. Contoh: publikasi - presentasi pada
konferensi asosiasi pendidikan negara bagian.

Standar Lima. Para pembelajar pendidikan guru yang literat terhadap


informasi mengevaluasi potongan-potongan informasi yang terpisah serta
seluruh proses pencarian informasi.
Indikator Kinerja:
A. Mengevaluasi potongan informasi individual.
Termasuk:
1. Memeriksa, membandingkan, dan menganalisis secara kritis informasi
dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan memastikan keandalan,
validitas, akurasi, otoritas, ketepatan waktu, dan sudut pandang atau
bias.
2. Mengenali dan menggunakan perbedaan antara sumber informasi
sebagai alat evaluasi.
3. Menentukan akurasi informasi yang mungkin dengan mempertanyakan
sumber informasi, keterbatasan informasi, dan bukti untuk kesimpulan
yang dibuat. Contoh: menganalisis penerbit dan peneliti informasi,
mengidentifikasi audiens yang dituju, menentukan kekurangan dalam
metode ilmiah yang digunakan, atau memahami bagaimana informasi
statistik mengarah pada hasil.

41

Universitas Sumatera Utara


4. Mengenali prasangka, penipuan, atau manipulasi informasi dan
menghindari penggunaan informasi stereotip atau ofensif. Contoh:
memeriksa informasi secara kritis untuk menemukan prasangka halus
atau stereotip dan apakah memutuskan atau tidak untuk menggunakan
informasi dalam masalah seperti itu.
B. Mengevaluasi proses pencarian informasi.
Termasuk:
1. Menentukan apakah informasi yang ditemukan cukup memenuhi
kebutuhan informasi dan mengidentifikasi semua celah yang tersisa.
2. Menentukan apakah strategi, alat, atau metode investigasi alternatif
harus digunakan untuk mengisi kesenjangan.
3. Merevisi strategi yang diperlukan, dan terus mencari menggunakan
strategi, alat, atau metode investigasi yang baru sampai semua
informasi yang dibutuhkan diperoleh. Contoh: mencari database
alternatif dengan fokus yang berbeda, seperti PsycINFO di tempat
ERIC.

Standar Enam. Para pembelajar pendidikan guru yang literat terhadap


informasi tahu bagaimana cara menggunakan dan menyebarkan informasi.
Indikator Kinerja:
Secara etis menggunakan dan menyebarkan informasi.
Termasuk:
1. Memahami masalah etika, hukum, dan sosio-ekonomi seputar
informasi dan teknologi Informasi. Contoh: Family Educational Rights
and Privacy Act (FERPA), the Individuals with Disabilities Education
Act (IDEA), Standar Etika dari the American Educational Research
Association (AERA), atau masalah yang timbul dari kreasi, koleksi,
rekaman, distribusi, dan pemrosesan informasi.
2. Mendemonstrasikan pemahaman tentang kekayaan intelektual, hak
cipta, dan penggunaan yang wajar dari hak cipta informasi. Contoh:
etika mengunduh dan menggunakan file elektronik seperti gambar
digital, video, atau MP3; implikasi penggunaan yang adil dari
mengubah atau menggabungkan karya untuk menciptakan sesuatu yang
baru dengan tujuan yang berbeda, atau menggunakan salinan teks dan
klip multimedia di kelas.
3. Mendemonstrasikan dan memahami isu-isu sosial politik yang
mengelilingi penggunaan informasi, seleksi, dan diseminasi. Contoh:
menganalisis tantangan buku.
4. Mendemonstrasikan pemahaman tentang apa yang merupakan
plagiarisme; Memberikan kredit yang tepat kepada ide-ide orang lain.
5. Memilih dan menggunakan gaya dokumentasi yang sesuai untuk
mengutip atau memberikan kredit ke sumber informasi asli. Contoh:
menggunakan Publication Manual of the American Psychological
Association, MLA Style Manual and Guide to Scholarly Publishing,
atau The Chicago Manual of Style.

42

Universitas Sumatera Utara


6. Memanfaatkan materi, praktik, frasa, dokumen, atau data visual atau
statistik yang dapat direproduksi tanpa pembatasan hak cipta. Contoh:
mencari publikasi pemerintah yang bebas dari hak cipta atau Materi
berlisensi Creative Commons.
7. Mengambil langkah yang tepat untuk mendapatkan izin untuk
menggunakan materi yang dilindungi hak cipta. Contoh: menghubungi
peneliti, penerbit, dan produsen untuk izin, atau membeli konten
melalui vendor yang sesuai.
8. Mematuhi kebijakan institusional tentang akses ke informasi termasuk
yang terkait dengan pencetakan, mengunduh, menggunakan, atau
menyebarluaskan salinan artikel, dan kebijakan yang berkaitan dengan
subyek penelitian manusia. Contoh: berbicara dengan Dewan Tinjauan
Internal di dalam universitas dan meninjau aturan kebijakan masing-
masing lembaga.

Untuk memudahkan pembaca dalam memahami standar tersebut di atas,

peneliti membuat ringkasan poin-poin penting berbentuk tabulasi, seperti dibawah

ini:

Tabel 2. Tabulasi Standar Literasi Informasi Guru


Sub
Indikator Term Operasional
Indikator
1. Definisi a. Identifikasi tujuan kebutuhan informasi
b. Faktor-Faktor pengaruh kebutuhan informasi
c. Jelajah sumber informasi secara umum
d. Modifikasi informasi
e. Tinjau kebutuhan informasi awal
2. Artikulasi a. Merumuskan pertanyaan kunci
b. Memecah kebutuhan informasi kedalam istilah
penting
c. Curah pendapat, memilih sinonim dan kata-
kata alternative
Standar 1

a. Penggunaan istilah dari sumber disiplin ilmu


3. Strategi dalam akses informasi
b. Paham akan alur penciptaan hingga
penyebaran informasi
c. Menimbang relevansi literatur disiplin ilmu
lain
d. Penggabungan informasi
e. Analisis informasi
f. Menimbang nilai dan potensi sumber informasi
lainnya
g. Identifikasi nilai dan potensi sumber informasi
khusus
h. Perolehan informasi terencana dan terjadwal
4. Alat a. Jenis dan format informasi
b. Ketersediaan, aksesibilitas, dan kegunaan
sumber informasi

43

Universitas Sumatera Utara


c. Keputusan memperluas proses pencarian
informasi
1. Mencari a. Pemilihan alat untuk akses ke jenis dan format
informasi informasi
b. Pemanfaatan alat yang dipilih
c. Penggunaan pendekatan informasi
d. Penggunaan strategi pencarian lanjutan
(Advanced search)
Standar 2

e. Penggunaan terminology atau kata kunci


f. Revisi pencarian
g. Penggunaan hubungan antar dokumen
h. Penggunaan layanan pribadi atau khusus secara
online
2. Memilih a. Penilaian kuantitas dan kualitas informasi
informasi b. Penentuan aspek intelektual dan professional
sesuai sasaran informasi
c. Pemilihan konten sumber informasi relevan
d. Pemanfaatan fitur sumber informasi
1. Mengatur a. Penggunaan berbagai proses pengelolaan
Informasi sumber daya
b. Reproduksi kebutuhan informasi
Standar 3

2. Analisis a. Analisis struktur, logika, penyajian informasi


informasi dan metode pendukung
b. Penentuan filosofi/perspektif teoritis
pendidikan individu
c. Pengenalan konteks informasi
d. Pengenalan kegunaan dan perbedaan sumber
informasi
1. Pemrosesan a. Memasukkan atau menolak perspektif
informasi informasi
b. Mengenal hubungan timbal balik antara
informasi dan menggabung bukti pendukung
c. Perluasan gagasan untuk membangun
informasi baru
d. Penarikan kesimpulan
e. Pengujian teori, hipotesis atau informasi
2. Sintesis a. Pemanfaatan alat analisis informasi
informasi b. Mengintegrasi informasi baru dengan
Standar 4

informasi sebelumnya
3. Penyajian a. Artikulasi kesimpulan
informasi b. Penerapan informasi baru
c. Pemilihan media komunikasi dan format
pendukung
d. Representasi informasi sesuai sasaran audiens
e. Penggunaan aplikasi teknologi
f. Pengaturan format penyajian informasi
g. Transfer informasi dari format asli ke format
baru
h. Berpartisipasi dalam forum komunikasi
i. Berinteraksi, kolaborasi dan menerbitkan
informasi dengan ahli lainnya
1. Evaluasi a. Evaluasi dan analisis kritis akan keakuratan
Standar

potongan informasi
5

informasi b. Mengenal perbedaan sumber informasi sebagai


individual alat evaluasi

44

Universitas Sumatera Utara


c. Akurasi informasi tentang sumber informasi
d. Menghindari penggunaan informasi stereotip
atau ofensif dan memeriksa informasi secara
kritis
2. Evaluasi a. Identifikasi pemenuhan kebutuhan informasi
proses b. Mengisi kesenjangan informasi
pencarian c. Merevisi strategi informasi
informasi
1. Etis dalam a. Paham etika, hukum, sosio-ekonomi seputar
penggunaan informasi dan teknologi informasi
dan b. Mendemonstrasikan paham kekayaan
penyebaran intelektual
informasi c. Mendemonstrasikan isu-isu sosial politik
Standar 6

d. Mendemonstrasikan paham plagiarism


e. Penggunaan gaya dokumentasi
f. Mereproduksi informasi tanpa pembatasan hak
cipta
g. Izin penggunaan materi yang dilindungi hak
cipta
h. Patuh akan kebijakan institusional tentang
akses informasi

Dengan demikian, peningkatan kompetensi dan profesionalisme seorang

guru, dalam pencapaian dan peningkatannya selalu berkaitan dengan kemampuan

literasi informasi sebagaimana standar-standar literasi informasi guru di atas. Hal

ini tentu saja akan membantu dalam tindakan pembelajaran di dalam kelas dan

membantu mahasiswa pendidikan guru untuk mempersiapkan diri sebagai guru

yang memiliki kemampuan literasi informasi. Standar tersebut akan menjadi

indikator peneliti dalam melakukan penelitian ini.

45

Universitas Sumatera Utara


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian menurut Sugiyono (2015) merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan dan

dibuktikan dalam suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat

digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam

bidang pendidikan. Dengan adanya metode penelitian, maka penelitian akan

mendapatkan hasil yang relevan, teruji dengan analisis mendalam, dan berkorelasi

antara teori dan fenomena yang terjadi di lokasi penelitian.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

deskriptif kualitatif. Pada penelitian tersebut, peneliti menggambarkan mengenai

literasi informasi guru SMA Negeri 13 Medan dalam menunjang kompetensi dan

profesionalismenya sebagai pengajar.

Menurut Soewadji (2012: 26) dalam buku Pengantar Metodologi Penelitian,

disebutkan bahwa Penelitian deskriptif adalah,

penelitian yang bertujuan untuk melukiskan secara sistematis fakta-fakta


atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu, baik berupa
keadaan, permasalahan, sikap pendapat, kondisi, prosedur atau sistem
secara faktual dan cermat. Penelitian deskriptif tidak untuk mencari atau
menjelaskan hubungan, demikian juga tidak untuk menguji hipotesis.
Penelitian ini tidak untuk membuat prediksi. Sifat penelitian deskriptif
adalah ex post fakto, yakni peneliti sebagai pengamat, hanya membuat
kategori perilaku, mencatat gejala, tidak melakukan pengaturan, atau
memanipulasi variabel.
Adapun, menurut Sumhudi yang dikutip oleh Soewadji (2012: 17),

pendekatan penelitian adalah suatu cara atau strategi yang ditetapkan oleh peneliti

46

Universitas Sumatera Utara


di dalam mengamati, mengumpulkan informasi dan untuk menyajikan analisis hasil

penelitian. Selain itu Menurut Bodgan dan Taylor yang dikutip oleh Sujarweni

(2014: 19), pendekatan kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan

data deskriptif: ucapan atau tulisan dan perilaku yang diamati dari orang-orang

(subyek) itu sendiri.

Berdasarkan penjelasan dalam uraian di atas, pada penelitian ini peneliti

hanya menggambarkan atau mendeskripsikan fenomena yang telah ada di lapangan,

melalui observasi dan wawancara. Dalam penelitian deskriptif ini peneliti tidak

akan melakukan pengujian hipotesa, tetapi lebih mengembangkan konsep tentang

literasi informasi dan menghimpun data yang telah peneliti dapatkan di lapangan.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada sekolah SMA Negeri 13 Medan yang terletak

di Jalan Brigjend Zein Hamid No. 17 Titikuning Medan. Waktu pengambilan data

direncanakan bulan Februari hingga Maret 2018. Alasan pemilihan lokasi

didasarkan pada kebutuhan siswa SMA Negeri 13 Medan akan kewajiban guru-

guru dalam memberikan dan membawakan materi ajar yang menarik sehingga

dapat mengembangkan motivasi belajar, minat pribadi, dan untuk menjadikan tidak

hanya siswa namun juga guru menjadi individu yang kritis, individu yang penuh

rasa ingin tahu, pencipta dan pengguna informasi yang baik serta mengelola proses

belajar mengajar dan tugas-tugas guru dengan baik sebagai tanggung jawab guru di

sekolah.

47

Universitas Sumatera Utara


3.3 Objek dan Subjek Penelitian

Objek dari penelitian ini adalah literasi informasi guru khususnya dalam

menunjang kompetensi guru dan penerapannya di sekolah, sedangkan subjek

penelitian adalah guru di SMA Negeri 13 Medan.

Dari seluruh jumlah guru yang ada di SMA Negeri 13 Medan yang

berjumlah 90 orang akan diambil sejumlah informan yang akan diteliti. Menurut

Bungin (2007: 78), informan penelitian adalah subjek yang memahami informasi

objek penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami objek

penelitian. Seseorang atau sesuatu diambil sebagai sampel karena peneliti

menganggap bahwa seseorang atau sesuatu tersebut memiliki informasi yang

diperlukan bagi penelitian.

Dalam rangka pemilihan sampel untuk dijadikan sebagai informan, peneliti

menggunakan teknik sampling bertujuan (purposive sampling). Menurut Sugiyono

(2015: 124), purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan

pertimbangan tertentu. Teknik ini digunakan karena beberapa keuntungan yaitu,

murah, cepat dan mudah serta relevan dengan tujuan penelitian. Maka dari itu,

peneliti akan menentukan beberapa kriteria dari sampel yang diambil, yaitu:

1. Terdaftar sebagai guru SMA Negeri 13 Medan


2. Bersedia berpartisipasi dalam penelitian sebagai informan
3. Memiliki masa kerja lebih dari 10 tahun
4. Merupakan guru mata pelajaran yang termasuk di dalam Ujian Nasional
(UN)

Dari 90 sembilan puluh guru SMA yang ada di SMA Negeri 13 Medan,

yang akan diwawancara sejumlah 6 orang. Dalam penelitian kualitatif tidak ada

ketentuan baku mengenai jumlah sampel minimal, karena dalam penelitian

48

Universitas Sumatera Utara


kualitatif yang paling penting adalah kedalaman dan “kekayaan” data untuk dapat

memahami masalah yang diteliti yang menjadi tujuan utama penelitian kualitatif.

Menurut Bungin (2007: 53), bila dalam proses pengumpulan data sudah tidak

ditemukan variasi informasi maka peneliti tidak lagi mencari guru SMA Negeri 13

Medan lain yang dapat dijadikan informan yang baru dan pengumpulan informasi

dianggap selesai. Peneliti akan menggali data terhadap informan sampai

memperoleh data jenuh dalam setiap wawancara yang dilakukan.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam melaksanakan penelitian ini mengenai literasi informasi guru: studi

kasus SMA Negeri 13 Medan dalam menunjang kompetensi profesionalisme, maka

peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data diantaranya adalah:

1. Studi Kepustakaan

Studi pustaka bertujuan untuk memperoleh orientasi yang lebih luas dari

masalah yang diteliti yaitu bagaimana literasi informasi guru dan bagaimana literasi

dapat menunjang kompetensi dan profesionalisme seorang guru dalam hal ini guru

SMA Negeri 13 Medan. Dalam proses ini berlangsung mencari persamaan,

perbedaan yang terjadi dengan literatur yang ada dan mencari benang merahnya.

Kemudian membuat suatu kesimpulan dari berbagai literatur mengenai hubungan

antar konsep, teori atau hipotesis serta menganalisisnya.

Dalam penelitian ini, teori yang digunakan adalah salah satu standar dari

enam standar literasi informasi untuk pendidikan guru atau Information Literacy

Standards for Teacher Education menurut Association of College and Research

Libraries (ACRL) (2000) yakni mensintesis, memproses, dan menyajikan

49

Universitas Sumatera Utara


informasi; Oleh karena itu, peneliti menganalisa hasil perolehan data di lapangan

dari standar tersebut.

2. Observasi

Observasi merupakan pengamatan dan pencatatan secara sistematik

terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian (Margono, 2007: 158).

Observasi dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan data yang sesuai dengan

sifat penelitian karena mengadakan pengamatan secara langsung atau disebut

pengamatan terlibat dimana peneliti juga menjadi instrumen atau alat dalam

penelitian sehingga peneliti harus mencari data sendiri dengan terjun langsung atau

mengamati dan mencari langsung ke beberapa informan yang telah ditentukan

sebagai sumber data. Selain itu, tujuan observasi adalah mendeskripsikan keadaan

yang terjadi, aktivitas-aktivitas, dan melihat makna aktivitas tersebut dari perspektif

informan (Poerwandari, 1998). Salah satu hal yang penting lain, namun sering

dilupakan dalam observasi adalah mengamati hal yang tidak terjadi.

Metode observasi ini peneliti memilih jenis observasi partisipatif adalah

observasi yang sekaligus melibatkan diri selaku orang dalam pada situasi tertentu.

Hal ini agar memudahkan peneliti memperoleh data atau informasi dengan mudah

dan leluasa.

3. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan

dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan

pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas

50

Universitas Sumatera Utara


pertanyaan tersebut (Moleong, 2010: 186). Tujuan wawancara adalah untuk

mengumpulkan data penelitian.

Dalam melakukan wawancara peneliti akan menggunakan instrumen

penelitian berupa panduan wawancara. Panduan wawancara yang dibuat merujuk

pada ACRL yakni Information Literacy Standards for Teacher Education. Hal ini

dilakukan oleh peneliti, untuk memudahkan dalam melakukan analisis karena

belum ada standar baku untuk melihat kemampuan literasi informasi guru.

Panduan wawancara digunakan sebagai petunjuk umum atau garis besar

pokok-pokok yang akan ditanyakan dalam wawancara, namun dalam

kenyataaannya pertanyaan yang ada dalam panduan wawancara tidak ditanyakan

secara berurutan. Pedoman wawancara digunakan untuk mengingatkan peneliti

mengenai aspek-aspek apa yang harus dibahas, juga menjadi daftar pengecek

(check list) apakah aspek-aspek relevan tersebut telah dibahas atau ditanyakan.

Dengan pedoman tersebut peneliti memikirkan bagaimana pertanyaan akan

dijabarkan secara kongkrit dalam kalimat tanya, sekaligus menyesuaikan

pertanyaan dengan konteks aktual saat wawancara berlangsung (Poerwandari,

1998). Wawancara dilakukan melalui interaksi verbal secara langsung antara

peneliti dengan informan. Hal ini dilakukan agar peneliti dapat menangkap

perasaan, pengalaman, emosi dan motif yang dimiliki oleh informan.

Sebelum melakukan wawancara, peneliti terlebih dahulu melakukan

observasi dan pendekatan terhadap informan. Hal ini peneliti lakukan agar dapat

lebih mudah menyelami dan mendalami karakter dari masing-masing informan

sehingga dalam pelaksanaan wawancara, informan akan lebih mudah

51

Universitas Sumatera Utara


mengungkapkan jawaban tanpa harus merasa canggung dan tertekan karena sudah

ada pendekatan sebelumya. Berikut tabel daftar informan yang diwawancara dalam

penelitian ini.

Tabel 3. Daftar Informan

Informan Latar Belakang Pendidikan Mata Pelajaran yang


Diampu

HK Kimia FMIPA Universitas Kimia


Sumatera Utara
FM Fisika FMIPA Universitas Fisika
Sumatera Utara
YL Biologi FMIPA Universitas Biologi
Sumatera Utara
MJ Pendidikan Bahasa Indonesia Bahasa Indonesia

TU Pendidikan Bahasa Inggris UMN Bahasa Inggris

VA Pend. Matematika Pascasarjana Matematika


UNIMED

Untuk menjaga validitas data, peneliti mengulang dan menegaskan kembali

setiap jawaban yang diberikan informan untuk mengkonfirmasi apakah interpretasi

peneliti terhadap jawaban informan sudah sesuai dengan apa yang dimaksud informan.

Dengan demikian validitas dan informasi yang diperoleh semakin lengkap.

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti

dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih muda dan hasilnya lebih baik,

dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah

(Arikunto, 2010: 203). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pedoman wawancara. Selain itu, dalam melakukan penelitian di lapangan, peneliti

menggunakan alat bantu berupa tape recorder dan alat tulis.

52

Universitas Sumatera Utara


3.6 Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data dalam penelitian ini adalah:

1. Data Primer

Data primer penelitian ini adalah hasil dari wawancara peneliti dengan

Guru SMA Negeri 13 Medan, dan pengamatan peneliti berupa kata-kata, sikap dan

pemahaman dari subjek yang diteliti berdasarkan observasi sebagai dasar utama

melakukan interpretasi data.

2. Data Sekunder

Data Sekunder penelitian ini adalah berbagai sumber tertulis yang

mendukung data primer dan untuk dimanfaatkan dalam penelitian ini, seperti buku,

jurnal, internet, dan dokumen lain yang berhubungan dengan penelitian ini.

3.7 Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data

yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan

cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,

melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang

akan dipelajari, dan membuat kesimpulan (Sugiyono, 2015: 335).

Analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang diperoleh dari

hasil wawancara dan observasi di lapangan. Setelah data dari hasil penelitian

diperoleh dengan menggunakan berbagai teknik pengumpulan data, tahap

selanjutnya adalah mengolah data dengan cara memilah dan membuang hal-hal

yang dianggap tidak perlu untuk mendapatkan inti dari hasil penelitian dan

memilahkannya kedalam konsep dan kategori tertentu. Kategori data yang dibuat

53

Universitas Sumatera Utara


untuk menganalisis merujuk pada enam standar literasi informasi guru yang telah

diuraikan di atas. Data yang terkumpul akan dituangkan dalam bentuk narasi

deskriptif.

Setelah kegiatan analisis, kemudian adalah penyajian data. Penyajian data

dilakukan dengan menyusun sejumlah informasi yang sudah didapatkan untuk

memudahkan dalam penarikan kesimpulan. Dengan membuat penyajian data, akan

mempermudah peneliti dalam menyederhanakan informasi yang kompleks

kedalam suatu bentuk kesatuan dan memaparkan hasil penelitian supaya lebih

mudah dipahami. Data dirangkum dan diringkaskan dengan cara yang sistematis.

Pada akhirnya dalam kegiatan analisis data adalah penarikan kesimpulan. Penarikan

kesimpulan dilakukan dengan melihat keseluruhan proses kegiatan penelitian.

Keseluruhan data-data tersebut dianalisis secara sistematis agar dapat menjadi satu

hasil penelitian yang representatif. Jika hal ini terlaksana dengan baik, maka hasil-

hasil analisis akan memberikan suatu representatif yang sahih, yang valid mengenai

ciri-ciri utama data tersebut.

54

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Profil SMA Negeri 13 Medan

Visi dan Misi Sekolah SMA Negeri 13 Medan adalah sebagai berikut,

Visi: Terwujudnya warga sekolah yang berkarakter, berilmu, bertaqwa, cerdas dan
terampil, unggul dalam prestasi, bermartabat serta peduli terhadap lingkungan.

Adapun Misinya yakni:

1. Membentuk peserta didik yang bermoral, mempunyai budi pekerti yang


santun dan disiplin serta bermartabat.
2. Menggali dan mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik.
3. Menumbuh-kembangkan sikap-sikap positif dalam rangka pembentukan
karakter bangsa.
4. Menciptakan suasana belajar dan mengajar yang aktif, kreatif, inovatif dan
menyenangkan.
5. Membentuk peserta didik yang mempunyai life skill.
6. Menciptakan suasana lingkungan yang hijau, sejuk, bersih, indah serta
sehat.
7. Mengembangkan kurikulum berbasis lingkungan hidup.

4.2 Pemrosesan Informasi

Dalam pembelajaran, suatu individu akan berada dalam kondisi atau proses

yang menjadikannya belajar. Pembelajaran tersebut merupakan penyediaan kondisi

yang mengakibatkan terjadinya proses belajar pada diri suatu individu, yang mana

penyedia kondisi ini dapat dilakukan dengan bantuan pendidik (guru) atau

ditemukan sendiri oleh individu secara otodidak. Di dalam pembelajaran itu pula

terjadi proses penerimaan informasi yang kemudian diolah sehingga menghasilkan

output dalam bentuk hasil belajar. Pembelajaran merupakan keluaran dari

pemrosesan informasi yang berupa kecakapan manusia (human capitalities) yang

55

Universitas Sumatera Utara


terdiri dari: informasi verbal, kecakapan intelektual, strategi kognitif, sikap, dan

kecakapan motorik. Dengan demikian, sebelum seseorang menghasilkan keluaran

tersebut dari suatu informasi, seseorang harus menyadari pentingnya melakukan

pemrosesan informasi.

4.2.1 Penyaringan Informasi

Menurut HK, FM, YL, MJ, TU dan VA pemrosesan informasi merupakan

tahapan yang penting dilakukan. Menurut mereka setiap individu pasti secara tidak

langsung menjalani tahapan pemrosesan informasi yang didalamnya terdapat

proses penyaringan informasi, penggabungan informasi yang saling berhubungan,

perluasan gagasan, penarikan kesimpulan dan pengujian teori dari suatu informasi.

oleh karena itu, setiap orang melewati tahapan pemrosesan informasi hanya saja

dengan teknik yang berbeda-beda.

Perbedaan dalam memproses informasi ini dipengaruhi oleh peran yang

mereka jalani didalam suatu kehidupan. Dalam penelitian ini peran yang diemban

adalah sebagai guru. Untuk mengetahui pemahaman mereka mengenai pemrosesan

informasi, maka pertanyaan yang diajukan adalah bagaimana Bapak/Ibu menyaring

informasi yang diterima. Apakah Bapak/Ibu menerima sudut pandang informasi

tertentu dari berbagai arah ataukah menolak sudut pandang tersebut? Lalu, mengapa

demikian?

Menurut HK, FM, YL dan VA informasi yang diperoleh terutama yang

berasal dari internet seperti artikel jurnal online, forum diskusi online, Wikipedia,

maupun terbitan dari situs-situs resmi tetap harus dilakukan penyaringan. Hal

tersebut juga tidak hanya berlaku pada perolehan informasi dari internet, namun

56

Universitas Sumatera Utara


juga dari sumber tercetak, seperti buku, publikasi jurnal ilmiah, dan sebaginya serta

dari kegiatan seminar dan pelatihan. Menurut mereka proses tersebut dipandang

sangat perlu dilakukan sebelum disajikan kepada siswa-siswi pada proses

pembelajaran dikelas.

“…Kalau dari internet kita ya memang disaring lah ya kan, poin-


poinnya yang memang kira-kira yang sangat detail, yang memang
dibutuhkan untuk kita mengajar. Engga semuanya diambil
informasinya…” (HK)
“Iya. apalagi sekarang internet makin banyak pengetahuan yang bisa
kita ambil, memang dari internet tentunya gak dipakai semua, kita
sebagai guru harus pandai-pandai lah memilah yang mana bagus
untuk diterapkan dan dimengerti oleh siswa/siswi…” (FM)
“tentu kita filter, artinya kita menyaring mana yang memang bisa
diambil sebagai informasi yang nantinya akan disajikan ke siswa-
siswi dan mana yang tidak. Kita pasti menyaringnya sebelum
disajikan…” (YL)
“…tidak semuanya saya terima mentah-mentah informasi tersebut,
kita harus menyaring dulu informasi yang masuk, karena informasi
itu luas dan harus disaring terlebih dahulu, dan memilih yang
memang kita tuju untuk yang cocok untuk kita ajarkan dan cocok ke
siswa agar siswa dapat mudah memahami informasi tersebut.” (VA)
Menurut MJ dan TU mereka menyaring informasi yang dibutuhkan dengan

kritikan yang mereka dan rekan mereka berikan. Sudut pandang informasi dari

berbagai arah mereka terima dan bahkan dijadikan sebagai pengetahuan baru serta

kebutuhan informasi mereka. Mereka menilai informasi dari berbagai sudut

pandang tersebut.

“… dengan kritikan karena kritikan merupakan bagian dari filter


informasi agar semua balance dengan data dan fakta. …bagi saya
sebagai seorang guru, informasi dari sudut pandang manapun, tetap
diterima…” (MJ)
“ya, saya menerima sudut pandang informasi dari berbagai arah,
karena dengan menerima dari berbagai arah dapat membantu dan

57

Universitas Sumatera Utara


menambah pengetahuan atau kebutuhan informasi saya. Juga
menjadi bahan penilaian terhadap informasi yang telah saya
dapatkan…” (TU)
HK, FM dan YL menyaring informasi dan memilah sudut pandang

informasi dari berbagai arah tidak cukup dengan hanya menyesuaikan pada

kompetensi pedagogik guru, namun juga berdasarkan kurikulum yang telah

diterapkan dari pihak sekolah yakni kurikulum ke-13 (K13). Mereka

mengungkapkan bahwa ketika mereka ingin mengambil informasi mereka akan

sesuaikan dengan K13 dan berdasarkan kompetensi gurunya.

“…yang memang kita tuju untuk yang cocok untuk kita mengajar
apalagi kita yang menyangkut dengan K13 ini kan. Lebih terfokus
kesitu, jadi engga semuanya. Yang penting sesuai dengan K13
berdasarkan KG nya… ya, harus kita sesuaikan. Karna kalau kita
ambil keseluruhannya kan belum tentu dia bisa terpakai dengan tepat
ke siswa kan. Jadi kalau dia yang cocok ke siswa ya itu yang kita pakai
cara sistem mengajar dan siswa bisa mudah menangkap ya sesuai
dengan K13 lah.” (HK)
“…kita sebagai guru harus pandai-pandai lah memilah yang mana
bagus untuk diterapkan dan dimengerti oleh siswa/siswi… dan harus
sesuai dengan K13 ya. Dari internet ya bisa dikatakan penambah
bahan ajar kita lah. Harus sesuai K13 pastinya.” (FM)
“...Dan kita pun sebagai guru engga semua sudut pandang informasi
itu kita terima. Tentu kita pilah, kita juga membuat garis besar
pembelajaran atau silabus, itu yang nantinya jadi patokan apa saja
yang diajarkan dan untuk membuat itu kita dapati berdasarkan K13
dan informasinya dari sudut pandang informasi yang sudah kita pilah
tadi. Seperti itu.” (YL)

Alasan yang membuat HK, FM dan YL menyaring informasi dengan

berdasarkan hal tersebut adalah karena pengalaman mengajar mereka yang cukup

lama membuat mereka ingin menambah bahan ajar dan membuat sistem atau gaya

pembelajaran yang bagus dan mudah dimengerti oleh siswa dan siswi dikelas.

58

Universitas Sumatera Utara


VA, MJ dan TU menyaring informasi yang dibutuhkan agar informasi yang

luas tersebut tidak serta-merta disajikan begitu saja kepada siswa-siswi, namun juga

melihat kecocokan informasi dengan gaya belajar siswa dan sebagai pengetahuan

bagi mereka sendiri sebagai guru yang berkompetensi dibidangnya.

Dari keenam informan yang diwawancarai mereka memiliki pemahaman

yang sama mengenai proses penyaringan informasi walaupun dengan penjelasan

dan cara atau teknik yang berbeda-beda. Satu hal yang dapat disimpulkan dari

berbagai penjelasan mereka adalah bahwa proses penyaringan informasi

merupakan sesuatu yang penting dilakukan sebelum menyajikan informasi tersebut

untuk dirinya dan untuk siswa-siswi didikannya. Hal ini sesuai dengan pendapat

yang dikemukakan oleh Musfah (2011: 30) bahwa kemampuan seorang guru dalam

mengelola proses pembelajaran yang berhubungan dengan peserta didik, meliputi

pemahaman wawasan atau landasan kependidikan, pemahaman terhadap peserta

didik, pengembangan kurikulum atau silabus, perancangan pembelajaran,

pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, pemanfaatan teknologi

pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk

mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

4.2.2 Penggabungan dan Konsistensi Informasi

Setelah melakukan proses penyaringan informasi, untuk mendapatkan

informasi yang dibutuhkan adakalanya seseorang dituntut harus mengenali

hubungan timbal balik, konsistensi, dan inkonsistensi di antara informasi, konsep,

kurikulum, data atau praktik dan menggabungkannya dengan bukti pendukung.

Dalam hal ini, informasi sebelum diproses lebih lanjut, diperlukan ketelitian untuk

59

Universitas Sumatera Utara


melihat dan mengenali apakah terdapat hubungan, konsistensi antar informasi dan

apakah ada dan dapat digabungkan dengan bukti pendukung informasi tersebut.

Dengan demikian pertanyaan yang diajukan adalah Bagaimana Bapak/Ibu

mengenali hubungan timbal balik dan konsistensi di antara informasi yang

diperoleh? Apakah Bapak/Ibu menggabungkannya dengan bukti pendukung lain

agar informasi yang diterima lebih akurat?

Seperti halnya yang diungkapkan oleh YL bahwa ia merasa harus

mendapatkan informasi yang akurat berkaitan dengan perannya sebagai guru dalam

administrasi dan pedagogik yakni bagaimana agar pembelajaran didalam kelas

berjalan dengan memuaskan dan bagaimana membuat silabus untuk dapat

memenuhi tanggung jawab dengan maksimal. Seperti apa yang diungkapkannya,

“hubungan timbal balik dan konsistensi informasi kalau saya dengan


liat konten informasi tersebut lalu disesuaikan dengan materi yang
saya butuhkan untuk diajarkan dalam kelas. Nah kalau saya ingin
membuat kelas itu lebih bervariasi tentu saya akan gunakan bukti
pendukung dari sumber informasi lainnya. Itu memang butuh
ketelitian ya. Kita sebagai guru kan juga ingin ngasih yang terbaik
saat mengajar untuk anak didik. Jadi ya harus begitu dan itu terbukti
lebih akurat.” (YL)

Menurut HK, FM dan VA hubungan timbal balik, konsistensi mereka

pandang melalui kesesuaian materi yang akan disajikan dan bidang kompetensi

mereka. Bukti pendukung lain yang dapat menjadikan informasi tersebut akurat

adalah dengan menggabungkan informasi dan praktik dalam penyajiannya.

Sebagaimana yang diungkapkan mereka, yakni:

“sesuai dengan materi… kalaupun dia misalnya masuk yaa kita


sesuaikan juga. Misalnya kan kita liat disitu kan, oh ada kaitannya
dengan kimia, misalnya masuk dimana dia, ke hidrokarbon,
hidrokarbon itu kan banyak, nah masalah jenis-jenis makanan yang

60

Universitas Sumatera Utara


ada kandungan kimianya kan di hidrokarbon itu kan luas apalagi
masuk ke polimernya… kan ada nanti melanin, ada apanya semuanya
disitu.” (HK)

“…di fisika ini kan banyak topiknya, misalnya ya kita dapat dari buku,
jurnal atau internet mengenai gelombang bunyi, gelombang cahaya,
terus juga listrik statis, medan magnet. Nah kalau itu berkaitan
dengan materi, yaa kita ambil dan juga harus disaring lagi, gak
mentah-mentah diambil. Nah seperti gelombang cahaya, itu kan ada
beberapa pembahasan misalnya pemantulan, pembiasan, polarisasi
cahaya dan lain-lain.” (FM)

“ya, sesuai dengan materi yang diberikan..” (VA)

Adapun MJ dan TU mengungkapkan bahwa agar informasi yang diterima

lebih akurat, data yang ada dan telah diperoleh dicek kembali dan disesuaikan

dengan perkembangan data yang telah berkembang menjadi informasi baru.

Sebagaimana yang diungkapkan mereka,

“…tentu, digabungkan dengan data yang telah dicek melalui lisan


maupun tulisan. …hubungan timbal balik dan konsistensi tentu
digabungkan dengan bukti pendukung agar informasi lebih akurat.
Karena disesuaikan juga dengan perkembangan data dan waktu yang
semakin banyak menambah informasi baru baik itu yang bersifat
penambahan maupun sebuah kepastian.” (MJ)

“ya, saya menggabungkan dengan bukti pendukung agar informasi


yang diterima lebih akurat.” (TU)

Semua informan mengungkapkan bahwa mereka menghubungkan

informasi mengenai pengetahuan umum sebagai bukti pendukung dengan

pengetahuan yang sifatnya ilmiah untuk membuat materi ajar yang lebih baik.

Dalam penelitian ini diketahui bahwa penggabungan informasi dan konsistensinya

dipengaruhi oleh perannya sebagai guru, bidang pelajaran yang diajarkannya dan

kepribadian masing-masing individu. Hal tersebut dapat menunjang perannya

sebagai guru yang mana guru haruslah bertugas melaksanakan pengajaran yang

61

Universitas Sumatera Utara


sebaik-baiknya maka dari itu guru harus mampu membuat program belajar

mengajar yang baik serta menilai dan melaksanakan, membina dan

mengembangkan kurikulum sekolahnya sebagai bentuk tanggung jawab.

4.2.3 Perluasan Gagasan

Dalam mengembangkan kurikulum, selain melakukan penggabungan

informasi dan konsistensinya yang merupakan bagian dari pemrosesan informasi,

guru juga melakukan perluasan gagasan. Memperluas gagasan, informasi dan

konsep memungkinkan seorang guru menuju tingkat yang lebih tinggi dalam

membangun informasi , teori dan hipotesis baru. Sebagaimana yang diungkapkan

oleh HK dan YL berikut,

“…kalau diluaskan ya seputar masih di dalam lingkungan sekolah


aja dulu. Kalaupun kita keluar ya paling kita ke lingkungan
keluarga, kalau memang itu menyangkut ke lingkungan ya. Tapi
kalau menyangkut ke materi ya berarti ke siswa, gimana kita masuk
ke kelas yang kita ajar ya disitu kita sampaikan kalau memang itu
perlu… kadang-kadang kan kita ngajar gak sepenuhnya materi,
kadang-kadang kan kita ngajar berdasarkan dari materi yang ada
diluar, kita ambil kan, untuk selingan kan… karna kan kalau terlalu
monoton juga kan anak-anak bisa bosan. Yang penting ya itu masih
ada kaitan dengan materi itu.” (HK)
“tentu ada perluasan gagasan. Kita tidak hanya membuat perluasan
gagasan berdasarkan dalam garis besar pembelajaran tapi juga
dalam penyampaian materi pembelajaran dikelas seperti materi
tentang reproduksi kita berikan secara mendalam hingga paham
disertai contoh-contoh. Tapi kadang kan siswa/sisiwi ada merasa
jenuh, bosan ngitung-ngitung terus, ya disitulah kita luaskan
misalnya kita contohkan lingkungan sekolah atau diluar sekolah
sehari-hari, yang dimisalkan pun harus sesuai materi yang
diajarkan.. jadi bervariasi..” (YL)
Menurut HK dan YL, perluasan gagasan diperlukan jika memang ada

keperluan untuk memperdalam penyampaian materi dan selama masih berkaitan

62

Universitas Sumatera Utara


dengan materi pembelajaran. Mereka juga mengakui bahwa perluasan gagasan juga

membantu strategi pembelajaran, yang mana subjek perluasan diambil dari

lingkungan diluar sekolah, baik itu lingkungan alam sekitar, sehari-hari maupun

lingkungan keluarga. Hal tersebut membuat suasana kelas lebih aktif dan

bersemangat dikarenakan adanya umpan balik dari siswa yang juga memberikan

pendapat dengan contoh-contoh dalam kehidupan sehari-hari.

Sementara itu, tidak jauh berbeda dengan HK dan YL, menurut FM, VA,

TU dan MJ untuk membangun informasi baru yang lebih spesifik, perluasan

gagasan sangat diperlukan. Mereka juga mengungkapkan bahwa gagasan yang

diperluas adalah berupa konsep dalam penyampaian materi dan pengembangan

materi pembelajaran. Seperti apa yang diungkapkan yakni,

“…misalnya kalau kita luaskan yang pasti masih berkaitan dengan


materi. Kita memfokuskan dengan mengembangkan materi dalam
bentuk gambar atau kata-kata yang bisa membantu siswa menemukan
pokok persoalannya. Langkah berikutnya pemecahan masalah oleh
siswa itu sendiri, kemudian mengevaluasi jawaban bersama.” (FM)
“…perluasan gagasan disini karna pelajaran exacta jadi lebih
kepada penyampaian materinya. Kita berikan dulu konsep
pembelajaran yang tidak hanya satu subjek tapi kita hubungkan ke
subjek lain lalu kita rumuskan dan uji disana.” (VA)

“ya, saya melakukan perluasan gagasan untuk membangun informasi


baru agar informasi yang dibangun lebih spesifik. Perluasan gagasan
ini juga menyesuaikan dengan materi pembelajaran dan lebih kepada
konsepnya. Seperti misalnya lebih dahulu memberikan pengertian-
pengertian, lalu contoh-contoh yang lebih banyak, setelah itu baru
siswa yang kita uji sebagai umpan balik.” (TU)

“iya, tentu mengadakan perluasan gagasan. Perluasan gagasan


dilakukan apabila informasi baru yang didapat ditelaah lebih detail
dan terperinci. Supaya semua data nantinya akan berkesinambungan
dan akurat terutama dengan pembelajaran yang akan disampaikan.”
(MJ)

63

Universitas Sumatera Utara


FM dan VA melakukan perluasan gagasan namun hanya pendalaman materi

pembelajaran dikarenakan bidang pelajaran yang diemban adalah mata pelajaran

exacta yang lebih fokus kepada perhitungan. Tetapi masih memungkinkan untuk

dilakukan variasi strategi pembelajaran kearah perluasan gagasan dengan

pengembangan dan penyampaian materi hingga menemukan pemecahan

permasalahan dan mengevaluasi jawaban bersama. Hal ini berkaitan dengan fungsi

guru yang dikemukakan oleh Nurpratiwi (2017) sebagai sumber belajar yakni

penguasaan materi pelajaran, fungsi guru sebagai fasilitator yakni memberikan

pelayanan untuk mempermudah peserta didik dalam kegiatan pembelajaran dan

fungsi guru sebagai pengelola yakni menciptakan iklim belajar yang menyenangkan

bagi peserta didik dalam belajar secara nyaman.

4.2.4 Penarikan Kesimpulan

Setelah informasi disaring, dihubungkan dan digabungkan dengan bukti

pendukungnya, serta diperluas gagasannya, tahapan pemrosesan informasi

selanjutnya adalah melakukan penarikan kesimpulan. Penarikan kesimpulan

dilakukan setelah seluruh informasi dikumpulkan. Penarikan kesimpulan

merupakan kemampuan atau kesanggupan untuk melakukan suatu kegiatan, suatu

proses atau suatu aktivitas berpikir secara sistematik untuk menarik kesimpulan

atau membuat suatu informasi atau pernyataan baru yang benar berdasar pada

beberapa informasi atau pernyataan yang kebenarannya telah dibuktikan atau

diasumsikan sebelumnya.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh ketujuh informan yakni HK, FM, YL,

MJ, TU dan VA bahwa mereka membuat kesimpulan dalam setiap informasi yang

64

Universitas Sumatera Utara


dikumpulkan. Mereka mengaku bahwa setelah menyimpulkan informasi yang

dikumpulkan mereka mendapatkan informasi atau pengetahuan baru yang dapat

dimasukkan kedalam materi pembelajaran dan disampaikan dalam kelas.

Penyampaian kesimpulan didalam kelas oleh ketujuh informan berbeda-beda

bergantung pada bidang studi yang diajarkan. Seperti halnya FM dan VA yang

materinya lebih banyak perhitungan, maka kesimpulan hanya disampaikan dengan

merumuskan kembali dalam bentuk logika matematika atau dengan penyampaian

rangkuman dalam setiap pemecahan soal. Dengan kata lain, kesimpulan

disampaikan ditengah pembelajaran yakni setelah pemecahan soal dilakukan.

Sedangkan HK dan YL mengungkapkan bahwa penarikan kesimpulan

mereka lakukan di setiap akhir proses pembelajaran. mereka menyampaikan

kesimpulan dasar yang kemudian melibatkan siswa dan siswi untuk ikut serta

menyimpulkan pembelajaran yang telah mereka terima pada hari itu dengan lisan

berupa poin-poin ataupun tulisan dalam buku catatan mereka. Hal tersebut menurut

HK dan YL sebagai bentuk pengayaan dan proses berpikir untuk mengingat

kembali penjelasan yang telah disampaikan oleh gurunya.

Menurut VA dan TU penarikan kesimpulan bermanfaat agar dapat

mengetahui sampai dimana kelengkapan dan keakuratan informasi yang mereka

kumpulkan dan apakah sudah tepat. Adapun menurut MJ, penarikan kesimpulan

dilakukan untuk mengetahui berakhirnya sebuah informasi dalam waktu tertentu

dan dilakukan apabila informasi baru maupun informasi lama telah didapatkan.

Dengan begitu, proses berpikir dan penalaran dalam menyimpulkan suatu informasi

menjadi bagian penting bagi pemrosesan informasi.

65

Universitas Sumatera Utara


4.2.5 Pengujian Teori

Tahapan terakhir pemrosesan informasi setelah informasi disaring,

dihubungkan dan digabungkan dengan bukti pendukungnya, diperluas gagasannya,

dan ditarik kesimpulannya adalah melakukan pengujian teori. Menguji teori,

hipotesis atau informasi dengan metodologi yang diterima dengan tepat seperti

observasi, survey atau tes.

Teori, hipotesis atau informasi yang didapat dari hasil berpikir melalui

pemrosesan informasi sebelumnya harus diuji dengan menggunakan data, analisis,

teknik pengujian (statistik) dan dibuat kesimpulan statistis. Jika teori, hipotesis atau

informasi tersebut diterima, maka akan menjadi khasanah pengetahuan ilmiah dan

apabila ditolak akan kembali lagi kepada penyusunan kerangka berpikir untuk

diulang lagi ke teori, hipotesis atau informasi sampai kesimpulan atau hasilnya

diterima. Pengujian dilakukan secara empirik untuk dapat menjadi fakta. Jalinan

fakta-fakta dalam kerangka penuh arti membentuk teori baru. Teori-teori baru inilah

yang merupakan ilmu.

Dalam hal ini, guru yang telah melalui pengujian teori, hipotesis atau

informasi tersebut akan mendapatkan informasi atau pengetahuan baru.

Pengetahuan tersebut tentunya bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan guru

dalam merencanakan pembelajaran, melaksanakan dan mengelola pembelajaran,

menguasai materi pembelajaran, memperbaiki dan mengevaluasi pembelajaran,

memberikan bimbingan dan melaksanakan penelitian. Sebagaimana yang

diungkapkan oleh HK, FM, YL, MJ, TU dan VA berikut ini,

66

Universitas Sumatera Utara


“Kita yaa.. kalau informasi itu, kalau selagi kita mengajar, kita uji
dengan teori lah, teorinya itu ya kita kasih dengan materi, materi itu
kan kita beri sesuai KD, sesuai KD kita kasih ujian… kemudian kita
kalau ada praktikum kita kasih dengan praktikum, kita buat
praktikumnya. Kalau tidak ada ya kita kasih gambaran aja.. gitu aja.”
(HK)
“ya kita harus selalu uji teori. Kita lakukan tes secara pribadi dan
observasi ke teman guru yang satu bidang apakah teori kita sudah
tepat untuk disajikan lalu berapa lama teori dan soal tersebut dapat
dipahami sekaligus dijawab oleh siswa dikelas, itu kita akan jawab
dan uji sendiri dahulu untuk mendapat dasar ukuran dan
gambarannya.” (FM)
“sudah terlebih dahulu mengkroscek ataupun mensurvey ataupun
mungkin menelaah, menalar dan mencari data-data pendukung
apakah memang informasi itu benar, baru kita sampaikan..” (YL)
“ya, karena setelah pengujian dari berbagai teori, kesimpulan akan
dapat diambil. Pengujian teori dilakukan sesuai dengan metodologi
termasuk survey, observasi, maupun tes. Mengapa, karena informasi
didapat bukan hanya dari makhluk hidup (manusia) kadang kala
informasi juga didapat dari survey data ke lapangan, melihat wujud
asli benda untuk kemudian ditarik kesimpulan dan menjadikannya
data informasi yang akurat.” (MJ)
“oh iya, kita melakukan pengujian teori seperti mensurvey terlebih
dahulu mencari atau melakukan observasi data-data pendukung agar
dapat dipastikan bahwa informasi tersebut benar dan akurat.” (TU)
“saya biasanya menguji teori atau informasi dengan metode standar
saja. Artinya karna pelajaran yang saya ajarkan lebih banyak latihan
soal-soal, jadi saya menguji dengan membandingkan latihan soal
tersebut untuk mendapatkan soal-soal baru dan jawaban yang tepat.
Kalau untuk siswa dengan melakukan tes seperti ujian kepada siswa
itu sendiri.” (VA)
Beberapa guru melakukan pengujian teori hanya dengan metode standar,

apabila dirasa teori tersebut sudah cukup akurat dan sesuai dengan materi

pembelajaran maka sudah dapat menjadi ilmu dan dapat disajikan dalam kelas.

Sedangkan guru-guru lainnya menguji dengan beberapa metode apakah itu secara

pribadi dengan membandingkan, dengan survey, observasi ataupun tes.

67

Universitas Sumatera Utara


Dalam penelitian ini diketahui bahwa pemrosesan informasi informan

dipengaruhi oleh kebutuhan informasinya dan kesesuaian dengan kurikulum serta

kemampuan dasar yang dimiliki. Kemampuan memproses informasi dapat

menjadikan seorang individu literate terhadap informasi.

4.3 Sintesis Informasi

Dalam mensintesis informasi, seseorang dapat memanfaatkan alat analisis

seperti spreadsheet, database, perangkat lunak statistik, jaringan sosial dan

peralatan multimedia untuk menyelidiki interaksi antara potongan-potongan

informasi, bahan, praktik, gagasan, dokumen, atau data lainnya. Selain itu,

seseorang juga dapat mengintegrasikan informasi baru dengan informasi atau

pengetahuan sebelumnya untuk membentuk perspektif dan teori-teori baru atau

untuk meningkatkan praktik profesional. Untuk dapat dikatakan literate terhadap

informasi, seorang individu dalam hal ini guru, harus dapat memanfaatkan alat

sintesis informasi tersebut dan mengintegrasikannya untuk membentuk informasi

baru.

Sintesis informasi merupakan keterampilan memilih dan memadukan

berbagai informasi. seorang guru yang dikatakan literate terhadap informasi akan

berupaya untuk menyarikan, memadukan, menyeleksi dan mengorganisasi materi

yang relevan dan dapat digunakan untuk menyokong suatu argument. Artinya,

dalam proses pembelajaran dan peningkatan kompetensi guru dipandang sebagai

proses yang diawali oleh penilaian dan pemahaman kritis terhadap teori-teori yang

dikemukakan suatu sumber informasi dalam bidang yang terkait dengan materi

pembelajaran yang akan disampaikan.

68

Universitas Sumatera Utara


Dalam hal ini, Guru SMA Negeri 13 Medan mengungkapkan bahwa mereka

melakukan sintesis informasi namun dengan cara yang berbeda-beda. Seperti

halnya yang diungkapkan oleh TU dan HK yakni,

“Sintesis atau kombinasi informasi ada dilakukan. Biasanya saya


melakukan penyeleksian dahulu, ini juga dipengaruhi oleh
lingkungan luar dan kita juga harus tau informasi mana yang cocok
dikombinasikan agar informasi tersebut pas.” (TU)
“Pasti ada, kalau guru ya pasti ada disintesis. karna dari situlah tau
letak teori mana yang bisa dikombinasikan atau mana yang dinilai
relevan untuk dimasukkan dalam materi pembelajaran. Karena
pengaruh lingkungan luar juga, pengaruh lingkungan ke dalam
pembelajaran itu pasti ada. Karna kan kita melihat lingkungan di luar
itu baik buruknya ke siswa itu supaya bisa mereka… pembelajarannya
juga mereka bisa terbuka wawasannya kan..” (HK)
Sedangkan dalam mensintesis informasi, terkadang diperlukan alat analisis

informasi apabila informasi yang diterima tidak utuh atau diragukan

kerelevanannya. Oleh karena itu, evaluasi dan analisis tersebut diperlukan untuk

memperoleh informasi atau materi yang benar-benar relevan dengan topik atau

lebih tepat lagi, mendukung suatu teori. Hal ini juga diungkapkan oleh TU,

“ya tentu menggunakan alat analisis informasi dengan melakukan


membaca berbagai sumber informasi atau referensi, mendengar, juga
membaca informasi dari berbagai media yang berkaitan dengan
informasi yang belum pas.” (TU)
TU melakukan analisis informasi dengan membaca berbagai sumber

informasi atau referensi yang berkaitan. Hal ini senada dengan yang diungkapkan

juga oleh YL dan MJ yakni,

“kalau dia tidak utuh, pastinya kita harus menganalisis apakah


analisis kita itu dengan membaca beberapa referensi, apakah dengan
mendengarkan informasi dari berbagai macam media yang nanti
menyangkut masalah yang tadi belum lengkap informasinya. Biar kita
dapat mengambilkan sebuah kesimpulan dan menilai atau mungkin

69

Universitas Sumatera Utara


mengkroscek kembali kepada orang yang memberi informasi berita
yang sebenarnya seperti ini, begitu…” (YL)
“ya tentu menggunakan alat analisis informasi dengan melakukan
membaca berbagai sumber informasi atau referensi, mendengar, juga
membaca informasi dari berbagai media yang berkaitan dengan
informasi yang belum pas.” (MJ)
YL dan MJ mengaku bahwa dalam menyeleksi dan mengevaluasi suatu

informasi yang juga merupakan proses dalam mensintesis informasi ialah dengan

membaca beberapa referensi dari berbagai macam media dan mengambil sebuah

kesimpulan hingga sampai memverifikasi informasi tersebut kepada pihak yang

bersangkutan sehingga informasi yang diterima benar-benar valid untuk dijadikan

sebuah informasi baru. Artinya, mereka telah literate terhadap informasi sehingga

dapat mengelola informasi sampai menjadi suatu informasi baru yang dapat

diterima, orisinal dan dapat disajikan.

Beberapa dari mereka juga menjelaskan apakah mereka mengintegrasikan

informasi baru dengan informasi sebelumnya. Sebagaimana yang diungkapkan HK

bahwa ia mengintegrasikan informasi baru yang ditemukan dari buku, jurnal atau

internet dengan informasi yang memang sudah ada dan yang biasa diterapkan. Ia

juga menambahkan bahwa dengan melakukan integrasi informasi tersebut dalam

aplikasinya pada proses pembelajaran dan kemampuan menyajikan, ia megaku

lebih berkembang dan mendapat pembaruan. Hal yang senada juga diungkapkan

oleh FM, YL, TU dan VA bahwa mereka melakukan integrasi informasi namun

tidak menjelaskan bagaimana proses integrasi informasi yang mereka lakukan,

hanya saja mereka mengaku integrasi informasi dilakukan apabila ada keterkaitan

dengan informasi sebelumnya. Sedangkan MJ mengungkapkan bahwa informasi

lama maupun informasi baru tetap diintegrasikan. Alasannya karena informasi lama

70

Universitas Sumatera Utara


tetap menjadi bagian dari pendokumentasian informasi dimana suatu informasi

akan berkembang dengan tidak mengurangi informasi yang telah ada sahingga

menjadi suatu informasi yang baru. Dalam hal ini dapat dilihat bahwa yang lebih

literate adalah HK dan MJ karena mereka menyadari informasi dapat diintegrasikan

dan tau bagaimana mengintegrasikannya sehingga menjadi informasi baru.

4.4 Penyajian Informasi

Akhir dari pemrosesan informasi adalah penyajian. Dalam literasi

informasi, menyajikan informasi mencakup mengartikulasikan kesimpulan,

menerapkan informasi baru dan sebelumnya, memilih media komunikasi dan

format pembelajaran, menentukan representasi informasi, menggunakan aplikasi

teknologi, mengatur dan menyajikan informasi, memanipulasi dan mentransfer

informasi secara etis dan hukum, berpartisipasi dalam forum komunikasi, serta

berkolaborasi dan berinteraksi dengan rekan sejawat. Semua cakupan tersebut

menuntut kemampuan dari dalam diri seorang individu, dalam hal ini adalah guru.

Guru memproses dan mensintesis informasi kemudian terlebih dahulu membuat

sajian informasi dari hasil memproses dan mensintesis informasi tersebut untuk

kebutuhannya sendiri, kebutuhan tersebut yakni dalam membuat sajian materi

pembelajaran seperti RPP, Silabus, dan modul pembelajaran, sebelum pada

akhirnya dapat disajikan dan disampaikan kepada peserta didik.

Menyajikan informasi kepada peserta didik termasuk menyampaikan materi

pembelajaran. penyampaian materi pembelajaran merupakan inti dari suatu

pelaksanaan pembelajaran. Dalam penyampaian materi, guru menyampaikan

materi secara berurutan dari materi yang paling mudah terlebih dahulu atau materi

71

Universitas Sumatera Utara


yang sebelumnya. Untuk memaksimalkan penerimaan siswa terhadap materi yang

disampaikan guru, maka guru menggunakan metode mengajar yang sesuai dengan

materi dan menggunakan media sebagai alat bantu penyampaian materi

pembelajaran.

Tujuan penyampaian materi pembelajaran adalah membantu siswa

memahami dengan jelas semua permasalahan dalam kegiatan pembelajaran,

membantu siswa untuk memahami suatu konsep atau dalil, melibatkan siswa untuk

berpikir, dan memahami tingkat pemahaman siswa dalam menerima pembelajaran.

Dalam hal ini, tiap guru berbeda-beda menyampaikan materi pembelajaran. oleh

karena itu, pertanyaan yang diberikan kepada informan adalah bagaimana

Bapak/Ibu menyajikan informasi yang dikumpulkan dalam proses belajar mengajar

di kelas?

MJ, TU dan VA menyajikan informasi dengan cara melibatkan fenomena

aktual seperti studi kasus dan pengumpulan data bahan ajar yang dilakukan untuk

menyusun modul dan materi pembelajaran. Sedangkan untuk penyajian informasi

di dalam kelas, mereka mengungkapkan yakni dalam bentuk ceramah yang

menjelaskan materi disetiap bab disertai kesimpulan dan latihan. TU dan VA

menambahkan bahwa mereka menggunakan narasi dan slide powerpoint yang

ditampilkan dikelas dan berinteraksi dengan siswa. Bentuk interaksi yang dilakukan

mereka pun berbeda-beda. MJ melakukan interaksi melalui sesi tanya jawab,

latihan soal, dan terkadang permainan sambung kata atau lagu nasional dan juga

storytelling di depan kelas. TU lebih kepada praktik dalam bentuk percakapan grup

yang dilakukan siswa, menyajikan animasi pembelajaran, melatih kemampuan dan

72

Universitas Sumatera Utara


kepercayaan diri siswa dengan bernyanyi didalam kelas dan berpidato diradio

sekolah. Hal ini diakui oleh TU sebagai bentuk latihan pronounciation dan English

practice.

“…dengan cara studi kasus dan pengumpulan data bahan ajar.


Penyajian informasi dikelas dalam bentuk sub bab materi bahan ajar
disertai judul, menjelaskan pembahasan bahkan kesimpulan.
Biasanya saya buat tanya jawab, main sambung kata dari lagu-lagu
nasional dan storytelling.” (MJ)
“biasanya dengan menggunakan bentuk narasi dan slide yang
ditampilkan supaya tidak menimbulkan rasa bosan. Saya juga melatih
kemampuan bahasa inggris siswa lewat menyanyikan lagu berbahasa
inggris dan berpidato.” (TU)
“penyajiannya masih seperti pada umumnya dengan cara mengamati,
menanyakan, mengumpulkan informasi dan berkomunikasi kepada
siswa. Tapi lebih ke interaksi pada siswa ya.” (VA)
Adapun HK, FM dan YL penyajian materinya tidak jauh berbeda dengan

informan sebelumnya yakni dengan menggunakan animasi dilayar namun dengan

memperhatikan pembahasan yang diterangkan. Penggunaan animasi hanya jika isi

materi pembelajaran memerlukan penjelasan lebih rinci dan tampilan bergerak saja.

“Pakai infocus kadang… pakai animasi itu kan ada di dalam infocus..
biar engga bosan juga, tapi itu tergantung dari materinya ya.. kalau
memang materinya mengharuskan yaa kita pakai, kadang ya kayak
struktur atom, kayak kayak gitu itu kan perlu.” (HK)
“Selain pakai konvensional yang papan tulis, kita juga buat pakai
powerpoint kita buatkan gambar-gambar yang menarik animasi
gitulah, biar juga anak-anak tertarik untuk melihat, misalnya untuk
topik gelombang dan listrik itukan ada gambar, nah kita tampilkanlah
lewat powerpoint tadi dan penjelasan yang mudah dimengerti oleh
anak-anak..” (FM)
“menyajikan informasi didalam kelas harus terintegrasi didalam
proses pembelajaran. Apabila proses pembelajaran itu misalnya
kebetulan topik ataupun kondisi nya mendukung atau sama. Jadi
apabila mengena sasaran tadi informasi itu jadi informasinya sana
kedalam pembelajaran terintegrasi, tergabung.. apakah dikaitkan

73

Universitas Sumatera Utara


contoh kan masyarakat misalnya mendengar anak-anak juga atau
masyarakat lah kita bilang mendengar apakah menstruasi itu pada
saat menstruasi gak boleh makan nenas dan sebagainya… disitulah
kita menyampaikan informasi kepada mereka yang sesuai dengan
ilmiah, topik ilmiah..yaa kita semuanya karna kita pendidik kita
menyampaikan literasi harus secara ilmiah harus factual..” (YL)
Alasan YL dapat dikatakan cukup literate karena dalam memproses

informasi hingga penyajian informasi, YL memahami dengan baik pertanyaan-

pertanyaan yang diajukan dan menjawabnya dengan padat dan jelas. YL

mengintegrasikan informasi yang sudah diproses dan disintesis sebelumnya dari

berbagai sumber informasi termasuk fenomena yang berasal dari alam dan

lingkungan sehari-hari. Setelah menjadi informasi aktual dan ilmiah, informasi

tersebut dituangkan dalam materi pembelajaran dan disampaikan dalam kelas.

Sehingga suasana kelas tidak hanya terpaku pada modul dan bahan ajar saja tetapi

menjadi beragam dengan disampaikannya informasi yang juga tetap masih

berkaitan dengan materi pembelajaran. Hal ini berkaitan dengan kompetensi

professional yang harus dimiliki seorang guru untuk menjadikannya literate

terhadap informasi. Keterampilan professional menjadikan guru tidak hanya

sekedar mengetahui materi yang akan diajarkannya, tetapi memahaminya secara

luas dan mendalam serta menerapkan konsep keilmuan tersebut dalam kehidupan

sehari-hari.

4.4.1 Mengartikulasi Kesimpulan dan Menerapkan Informasi Baru dengan

Informasi Sebelumnya

Mengartikulasi kesimpulan memiliki makna lain yakni melafalkan,

menuturkan atau menyampaikan kesimpulan. Mengartikulasi kesimpulan

74

Universitas Sumatera Utara


dilakukan ketika menutup pembelajaran. Mengartikulasi kesimpulan merupakan

salah satu keterampilan yang sebaiknya dimiliki oleh seorang guru. Keterampilan

tersebut dapat memaksimalkan fungsi guru sebagai pendidik dan menunjukkan

kompetensi yang ada dalam dirinya. Kesimpulan yang disampaikan dalam

pembelajaran dapat dilakukan dengan cara yang berbeda-beda. Semua informan

mengungkapkan bahwa mereka menyampaikan kesimpulan sepanjang proses

pembelajaran di kelas. HK mengungkapkan bahwa ia menyampaikan kesimpulan

secara lisan apakah saat menjelang pergantian topik bahasan atau diakhir

pembelajaran. Begitu pun dengan FM, TU dan VA yang mengungkapkan bahwa

mereka melibatkan siswa dan siswi untuk mengartikulasi kesimpulan dengan

merangkum atau merumuskan materi yang diajarkan pada saat akhir pembelajaran.

Sedangkan alasan YL dan MJ menyampaikan kesimpulan yakni YL merasa harus

melihat sejauh mana siswa dan siswi meguasai materi yang diajarkan oleh guru, ia

juga membuat refleksi dan penugasan. Refleksi yang dilakukan adalah untuk

menilai dan mengevaluasi kegiatan yang sudah dilakukan sepanjang pembelajaran.

“ada ambil kesimpulan, ada refleksi ada penugasan. Kita pasti


lakukan baik oleh guru itu sendiri ataupun oleh siswa, untuk melihat
seberapa banyak siswa menguasai materi yang diajarkan.” (YL)
Hal senada juga diungkapkan oleh MJ bahwa ia menyimpulkan setiap

pembahasan yang ia sampaikan. Alasan MJ yakni agar pemahaman siswa dan siswi

terhadap materi pembelajaran yang disampaikan semakin tinggi dan mendorong

siswa untuk dapat membuat catatan agar siswa dan siswi bisa mengulang kembali

pelajaran serta dapat membantu siswa dan siswi menjawab pertanyaan pada saat

rencana kegiatan pembelajaran berikutnya disampaikan.

75

Universitas Sumatera Utara


“ya, tentu setiap subbab yang diajarkan maka akan ditarik
kesimpulan. …kesimpulan dari informasi tetap disampaikan.
Kenapa? Ya karena supaya pemahaman terhadap informasi tersebut
dapat diterima, diingat dan dipahami oleh siswa-siswi dan menjadi
titik acuan informasi apabila disuatu hari nanti informasi/data
tersebut ditanyakan.” (MJ)
Sebagaimana penyampaian kesimpulan, dalam berlangsungnya kegiatan

pembelajaran, informasi yang disajikan adalah penerapan daripada informasi baru

dan informasi sebelumnya. Penerapan ini dilakukan untuk perencanaan,

pembuatan, dan pelaksanaan pembelajaran yang terprogram dan spesifik di dalam

kelas dan dengan tugas, produk, kinerja atau praktik yang berlaku. Oleh karena itu

untuk melihat gambaran penerapannya di lingkungan sekolah SMA Negeri 13

Medan, pertanyaan yang diajukan kepada informan adalah Apakah Bapak/Ibu

melakukan penerapan informasi baru dan informasi sebelumnya di dalam kelas?

Menurut FM penerapan informasi baru dan informasi sebelumnya

membutuhkan keterampilan dari guru itu sendiri. Guru harus mampu mengkaji

informasi yang lama dan informasi yang baru sebelum diterapkan dan disampaikan

kepada siswa dan siswi di kelas. Dalam meningkatkan kompetensi professional

guru hal tersebut juga berkaitan khususnya dalam hal pembuatan penelitian dan

bahan pembelajaran. Sebagaimana yang diungkapkan FM,

“ya pasti ada, sebab sekarang udah banyak penelitian yang terbaru,
nah penelitian/pengetahuan terbaru ini pasti hasil dari penelitian
atau pengetahuan yang sebelumnya kan. Pasti ada proses yang
berubah baik itu dikurangi atau dihilangkan atau ditambah. Nah
untuk pengetahuan yang lama bukan berarrti kita hilangkan, kita
pakai juga tapi yang masih berkaitan atau untuk sebagai pengetahuan
mendasar gitulah. … untuk informasi yang terbaru kan sekarang pasti
ada informasi atau pengetahuan yang lebih terbarukan lagi. Artinya
kita harus bisa dan mampu mengkaji informasi yang dulu dan terbaru
untuk disampaikan ke siswa-siswi. Jangan sampai kita salah jadi anak
pun dapat informasi yang salah. Dan juga kita sebagai guru harus

76

Universitas Sumatera Utara


pandai dalam penerapan materi di kelas agar siswa-siswi nya cepat
menangkap dan menerima materi.” (FM)
Menurut YL memberikan pengetahuan dasar dan pengetahuan umum

sebagai penerapan informasi sebelumnya di dalam kelas adalah penting.

Pengetahuan dasar tersebut ia berikan dengan mengkondusifkan siswa dan siswi

terlebih dahulu, kemudian memberikan beberapa referensi yang merupakan acuan

siswa untuk menggabungkan dan mengkaitkannya dengan materi yang akan

diajarkan saat itu. Setelah pengetahuan dasar diberikan, siswa dan siswi memiliki

indikator untuk menalar informasi baru yang akan guru sampaikan, sehingga siswa

dan siswi menjadi lebih paham dan merasa terlibat bukan hanya menerima

informasi yang disampaikan saja.

Adapun MJ menganggap bahwa informasi baru dan informasi sebelumnya

merupakan ringkasan dan kelanjutan bahan ajar. Ia juga menambahkan bahwa

informasi baru dan informasi sebelumnya oleh seorang guru dapat diterapkan dan

diberlakukan dalam kelas sebagai pembahasan dan bahan pertimbangan diskusi.

Selain itu, TU dan VA mengungkapkan bahwa dalam menerapkan informasi baru

dan informasi sebelumnya di dalam kelas, tergantung bentuk informasinya, jika

mendukung dengan materi dan tugas maka akan diterapkan terlebih pada

praktiknya seperti penugasan dan pengayaan soal-soal.

Menurut HK pembelajaran yang efektif adalah menerapkan informasi baru

dan informasi sebelumnya untuk disampaikan sepanjang pembelajaran dengan

bentuk pembaruan-pembaruan materi dan model pembelajaran. Ia menganggap

bahwa informasi sebelumnya sebagai bagian dari pembelajaran kedepan dan

pengetahuan baru. Namun ia menekankan bahwa pada model pembelajarannya

77

Universitas Sumatera Utara


haruslah yang dapat membuat siswa dan siswi lebih cepat menerima atau

memahami materi yang disampaikan.

4.4.2 Memilih Media Komunikasi dan Menentukan Representasi Informasi

Pemilihan media komunikasi dan format yang tepat yang paling mendukung

hasil pembelajaran dikelas dengan tujuan untuk memberikan informasi ke sasaran

yang dituju disertai dengan penggunaan teknologi dan representasi informasi yang

benar merupakan salah satu ciri seseorang yang literate terhadap informasi.

Media komunikasi dalam pendidikan mendukung keterampilan literasi

seorang guru. Hal ini karena media komunikasi itu sendiri adalah seperangkat alat

bantu atau pelengkap yang digunakan oleh guru atau pendidik dalam rangka

berkomunikasi dengan siswa atau peserta didik. Dengan demikian, keterampilan

memilih media komunikasi yang tepat sangat berpengaruh pada kelangsungan

pembelajaran di kelas. Seperti yang diungkapkan oleh MJ bahwa media komunikasi

mendukung pelajaran di kelas. Ia juga menambahkan bahwa pemilihan media

komunikasi disesuaikan dengan keadaan gaya belajar dan kebutuhan materi ajar

yang terintegrasi dengan teknologi. Ia lebih sering memanfaatkan teknologi berupa

laptop yang disambungkan dengan proyektor untuk penyampaian materi dengan

media komunikasi audiovisual. Hal itu ia ungkapkan disesuaikan dengan

kompetensi pengajar dan kurikulum yang telah ditetapkan.

Demikian halnya dengan TU yang menggunakan perangkat teknologi

seperti powerpoint sebagai media komunikasi didalam kelas, sedangkan di luar

kelas, ia menggunakan telepon untuk media komunikasi dengan siswa. Melalui

telepon ia mengungkapkan bahwa guru tidak hanya hadir disaat jam pelajaran

78

Universitas Sumatera Utara


berlangsung dan berakhir seusai jam pelajaran. Namun lebih dari itu, ia

menganggap dirinya sebagai fasilitator bagi peserta didiknya baik di dalam kelas

maupun diluar kelas. Ia pun mengungkapkan bahwa komunikasi yang berlangsung

sepanjang pembelajaran harus komunikasi dua arah dan lebih mendominasi pada

siswa dan siswi agar lebih aktif dan mandiri.

Begitu pula dengan YL, FM, HK dan VA yang mana media komunikasi

yang mereka gunakan adalah media komunikasi visual dan audio visual. Mereka

mengungkapkan bahwa kurikulum pembelajaran sekarang ini mengharuskan siswa

dan siswi untuk aktif atau berpusat pada peserta didik dan komunikasi dua arah.

Mereka mengarahkan siswa dan siswi untuk belajar mandiri dengan model

pembelajaran yang disesuaikan dengan materi atau bahan ajar. Apabila siswa dan

siswi mendapat kendala dalam pelajaran, guru hadir sebagai fasilitator atau

mediator untuk mengarahkan kembali, menyatukan persepsi, memecahkan masalah

dan mengevaluasi.

Berdasarkan pernyataan ketujuh informan tersebut dapat diketahui bahwa

keterampilan menyajikan informasi melalui media komunikasi yang tepat adalah

sangat penting dan mempengaruhi keberhasilan guru sebagai pengajar yang literate

serta mempengaruhi peningkatan motivasi belajar peserta didik. Dengan demikian,

pemanfaatan media komunikasi mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan yang

literate terhadap informasi, efektif dan efisien.

Hal yang berkaitan dengan penyajian informasi selain daripada memilih

media komunikasi yakni menentukan representasi informasi. Dalam menyajikan

informasi, seseorang tentunya akan menentukan representasi informasi yang akan

79

Universitas Sumatera Utara


disajikan apakah sesuai, sensitif dan atau bertanggung jawab atas keragaman kelas,

budaya, kemampuan, etnis, ras, agama, dan sebagainya yang diwakili oleh sasaran

yang dituju. Ini dikarenakan representasi informasi yang disajikan akan

menampilkan informasi yang akan dikonsumsi oleh suatu sasaran, sehingga

diharapkan hasil representasi informasi tersebut tidak memihak satu sasaran dan

menyudutkan sasaran lain, tetapi merangkul seluruh sasaran yang dituju.

Seluruh informan merepresentasikan informasinya selalu melihat kepada

sasaran yang dituju dan cakupan dari materi pembelajaran yang telah disediakan

dalam buku pelajaran. Konsep pembelajaran yang tersedia mempengaruhi

perbedaan representasi informasi yang mereka sajikan dan mempengaruhi wujud

representasi yang diberikan kembali oleh peserta didik. Seperti halnya VA dan FM,

siswa dan siswinya merepresentasikan kembali materi pembelajaran yang ia

sampaikan dengan representasi verbal dan matematis. Sedangkan TU, YL dan HK,

siswa dan siswinya merepresentasikan kembali dengan representasi verbal dan

visual. MJ lebih kepada representasi verbal. Representasi verbal selalu ada

dikarenakan representasi verbal memberikan representasi dengan lisan dan tulisan

melalui kata-kata. Sedangkan representasi matematis, untuk menyampaikan makna

dari konsep-konsep sain untuk penalaran kuantitatif berupa angka-angka. Selain itu

representasi visual lebih kepada penyajian dalam bentuk gambar atau alat belajar

visual, peragaan yang dapat membantu siswa memvisualisasikan pelajaran dengan

lebih mudah sehingga tidak terjadi kesalahan pemahaman. Dengan demikian dapat

diketahui bahwa ketujuh informan merepresentasikan atau mengkomunikasikan

informasi dalam multi representasi dan hasil akhir dari representasi tersebut tetap

80

Universitas Sumatera Utara


kembali melalui evaluasi yang transparan tanpa membeda-bedakan sasaran yang

dituju.

4.4.3 Mengaplikasikan Teknologi dan Memformat Sajian Informasi

Penguasaan dan penggunaan aplikasi teknologi harus dipahami oleh

seseorang di era perkembangan teknologi informasi saat ini. Kemudahan yang

diberikan dengan adanya teknologi informasi dan berbagai aplikasi teknologi

mampu menyelesaikan tugas, kinerja atau produk yang dihasilkan oleh seseorang

lebih cepat, efektif dan efisien. Untuk itu, pemanfaatan aplikasi teknologi dalam

pembelajaran di kelas akan sangat memudahkan guru dalam menyajikan informasi.

Hal ini diakui oleh semua informan dimana mereka mengaplikasikan teknologi di

sepanjang pembelajaran. Aplikasi teknologi yang biasanya mereka pergunakan

adalah proyektor slide dan perangkat pendukung lainnya untuk ditampilkan

didalam kelas. Mereka menyadari pentingnya pemanfaatan teknologi untuk

mendukung kinerja mereka dalam mengajar dan mendukung peningkatan

pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan. Beberapa informan seperti HK,

YL dan TU tidak mengenal usia untuk tetap dapat menguasai teknologi, terbukti

dalam pembelajaran mereka selalu menggunakan laptop dan proyektor slide.

Dukungan dari pihak sekolah juga membantu mereka untuk dapat memahami

teknologi dan tidak membuat mereka tertinggal dengan rekan mereka yang lainnya.

Dalam hal format atau pola pembelajaran untuk mengatur dan menyajikan

informasi, FM, HK dan VA mengatur dan menyajikan informasi dengan cara

menyampaikan garis besar pembelajaran terlebih dahulu kepada siswa, kemudian

memberikan latihan soal yang diselesaikan dengan pola pembelajaran berbasis

81

Universitas Sumatera Utara


masalah. Pola ini membantu siswa dalam melatih kemampuan berpikir secara

individu maupun kelompok, mengidentifikasi masalah, menetapkan masalah,

menyeleksi informasi-informasi yang relevan, mengembangkan solusi melalui

pengidentifikasian alternatif-alternatif, bertukar pikiran, menyatukan perbedaan

persepsi, melakukan tindakan strtegis dan mengevaluasi pengaruh dari solusi yang

dilakukan.

Adapun YL, MJ dan TU mengatur dan menyajikan informasi dengan cara

memberikan dasar pembelajaran dan sebelumnya sudah memberikan rencana

pembelajaran, kemudian menerapkan pola pembelajaran inkuiri atau discovery.

Mereka mengungkapkan bahwa pola pembelajaran tersebut dapat meningkatkan

kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan

logis sehingga siswa dapat merumuskan, mengidentifikasi masalah dan menarik

kesimpulan sendiri persoalannya dari sesuatu yang dipertanyakan.

4.4.4 Mentransfer Informasi Secara Etis dan Hukum

Beragamnya kebutuhan informasi dan banyaknya sumber-sumber informasi

yang ada sekarang ini seringkali membuat seseorang lupa untuk memberikan

darimana sumber informasi itu didapatkan dan seringkali mengambil informasi

tanpa mentransfer atau mentransformasikan informasi tersebut dari lokasi dan

format aslinya ke konteks atau format baru. Sehingga informasi yang disajikan

tidak etis dan melanggar aturan hukum yang berlaku.

Kemampuan untuk mentransfer informasi secara etis dan hukum sebelum

menyajikan informasi sangat penting dikuasai agar seseorang dapat dikatakan

82

Universitas Sumatera Utara


literate terhadap informasi. Dalam hal ini, ketujuh informan mengungkapkan bahwa

mereka mengetahui aturan hukum dalam mengambil informasi dengan

menyertakan sumber aslinya dan memindahkannya kedalam format atau konteks

yang baru. Seperti yang diungkapkan oleh HK, FM dan YL,

“kurang lebih saya memindahkan informasi yang udah dikumpulkan


tadi kedalam bahan ajar saya, jadi bentuk yang baru. Kalaupun tidak
misalkan video reaksi kimia yang saya ambil itu saya lampirkan
sumbernya jadi tidak melanggar hukum.” (HK)
“benar, kadang kita lupa untuk mentransfer informasi. Tapi saya
sejauh ini apapun informasi yang saya memang sudah kumpulkan
selalu saya kasih kredit maksudnya sumber aslinya dan mentransfer
ke format baru. Karna untuk bahan ajar biasanya kita susun dulu kan
jadi ketika disajikan dalam kelas itu dalam format yang baru yang
lebih memudahkan siswa untuk memahaminya.” (FM)
“…saya pun begitu tidak serta merta saya caplok informasi itu semua
tapi saya ambil mana yang diperlukan dengan tidak melupakan
sumbernya dari mana lalu saya sajikan dalam format tertentu untuk
jadi bahan ajar dikelas.” (YL)
Alasan yang senada juga diungkapkan oleh MJ dan TU bahwa mereka selalu

mengubah format sesuai kebutuhan untuk materi pembelajaran yang akan mereka

ajarkan didalam kelas dan tidak lupa menyertakan sumbernya apabila informasi

tersebut bergerak misalnya seperti video animasi dan gambar. Hal ini juga mereka

sampaikan kepada siswa dan siswi agar mereka juga dapat mengetahui pentingnya

mematuhi aturan hukum dalam mengambil suatu informasi.

4.4.5 Berpartisipasi dalam Forum Komunikasi dan Berkolaborasi dengan

Rekan Sejawat

Peningkatan dan pengembangan suatu pengajaran dapat didorong dengan

mengikuti suatu kegiatan, organisasi, dan forum. Berpartisipasi dalam forum

83

Universitas Sumatera Utara


komunikasi yang diadakan oleh kelas profesi dirancang untuk mendorong kegiatan

pengajaran dan meningkatkan kompetensi profesional guru di bidangnya.

Menyadari pentingnya komunikasi ke sesama guru, keikutsertaan dalam forum

komunikasi yang dirancang untuk sesama guru SMA sederajat di Lingkungan Kota

Medan seperti PGRI, IGI, FGSI dan sejenisnya diikuti juga oleh ketujuh informan

yang diwawancarai. Namun mereka mengungkapkan bahwa keterbatasan waktu

untuk berkumpul secara langsung mengurangi efektifitas mereka dalam kelompok

tersebut, sehingga lebih banyak mengikuti via online, daring, grup whatsapp atau

facebook. Sebagaimana yang dirasakan oleh FM, MJ, TU dan VA mereka lebih

sering berpartisipasi dalam forum komunikasi guru sesame bidang studi seperti

MGMP di sekolah SMA Negeri 13 Medan karena lebih tepat dan cepat dalam

memberikan informasi, berbagi informasi dan bekerjasama dalam membentuk

siswa-siswi menjadi pembelajar sepanjang hayat. Dengan sesama guru di

Lingkungan SMA Negeri 13 mereka merasakan dampaknya langsung, karena guru-

guru tersebut juga yang mengetahui situasi dan kondisi peserta didik di sekolah

tersbeut. Kemudian mereka merasa efektif dalam membentuk soal-soal untuk ujian

dan memberikan penilaian karena saling mengetahui kondisi yang ada dan merasa

dekat.

YL mengungkapkan forum yang biasanya ia ikuti adalah dalam bentuk

tutorial K13 beberapa guru bidang studi yang sama dan berada pada rayon sekolah

SMA Negeri 13 Medan. Ia menambahkan bahwa biasanya ia berkunjung untuk

menadapatkan informasi bagaimana penerapan K13, bagaimana penyusunan RPP,

bagaimana menyusun indikator dari kompetensi dasar dengan baik. Kemudian

84

Universitas Sumatera Utara


mencari model pembelajaran yang baik yang biasanya disampaikan kepada

sekolah-sekolah lain. Adapun HK mengungkapkan bahwa karena kurikulum 13

yang dilaksanakan sekarang memberikan mereka kesempatan untuk dikirim

mengikuti workshop pembelajaran, mengikuti seminar-smeinar terkait model-

model pembelajaran dan kerjasama dengan praktik penyelenggara daur ulang

sampah untuk membuat Bank Sampah. Hal ini ia ungkapkan sangat tepat diterapkan

kepada siswa untuk melatih kepedulian mendayagunakan sampah menjadi sesuatu

yang baru yang bermanfaat untuk lingkungan sekitar.

Selain daripada keikutsertaan dalam forum komunikasi, melakukan

interaksi, kolaborasi dan publikasi ilmiah dengan sesama guru, professor, atau ahli

lainnya juga merupakan usaha dalam menyajikan informasi yang baik kepada

siswa-siswi di kelas. Semua informan melakukan interaksi dengan guru-guru SMA

Negeri 13 Medan yang lain, hal ini dilakukan biasanya dalam bentuk formal dan

informal. Interaksi formal yang dilakukan biasanya dalam sebuah rapat yang

diadakan setiap minggu atau tentative. Sedangkan interaksi informal dilakukan

setiap hari. Interaksi formal yang dilakukan biasanya membahas perkembangan

kegiatan belajar mengajar yang sudah dilakukan oleh setiap guru baik di dalam

sekolah maupun di luar sekolah. Dalam hal ini semua informan mengungkapkan

informasi yang didapatkan dalam rapat penting untuk menjadi suatu referensi.

Seperti yang diungkapkan YL, VA, dan FM apabila mereka berinteraksi dengan

guru-guru lain yang memiliki prestasi atau selesai kunjungan dari luar kota, selesai

dari pelatihan atau bahkan selesai melaksanakan studi banding mereka selalu

meminta penjelasan dan contoh konkrit untuk diterapkan juga dalam pembelajaran.

85

Universitas Sumatera Utara


Mereka juga hampir selalu memberikan masukan dan kritikan untuk peningkatan

pelaksanaan pembelajaran di SMA Negeri 13 Medan.

Interaksi dan kolaborasi yang dilakukan tidak hanya secara lisan dan tatap

muka langsung, namun juga dilakukan secara tulisan dan tak langsung seperti

melalui internet, grup whatsapp, facebook, email dan sejenisnya. Dalam hal ini

hampir semua informan telah melaksanakan walaupun tidak sering dikarenakan

keterbatasan usia oleh beberapa informan yang mana pemanfaatan internet belum

begitu maksimal untuk hal tersebut.

4.5 Penerapan Literasi Informasi Guru di Lingkungan Sekolah SMA

Negeri 13 Medan

Peran seorang guru dalam membangun diri dan siswanya untuk menjadi

pembelajar sepanjang hayat tidaklah mudah dan membutuhkan proses yang

panjang. Untuk dapat mengetahui bagaimana informan menerapkan literasi

informasi yang dilakukan adalah dengan bertanya mengenai metode pembelajaran

di kelas dan kegiatan belajar mengajar yang diikuti dengan melihat secara langsung

prosesnya di dalam kelas.

Menurut HK dukungan yang diberikan dari pihak sekolah untuk

peningkatan kualitas guru sangat berpengaruh positif dalam meningkatkan

kompetensi professional yang terlihat dari kinerja dan proses pembelajaran yang

dilakukan di dalam kelas. Selain itu, ia merasa termotivasi unuk memberikan yang

terbaik dalam penyampaian pembelajaran di dalam kelas. HK mengungkapkan

bahwa ia menerapkan metode pembelajaran dengan pengajaran yang sama yakni

penyampaian teori, ceramah, diskusi lalu praktik dan evaluasi. Namun seringkali

86

Universitas Sumatera Utara


HK melakukan kombinasi dengan pembelajaran praktik dan latihan serta

pembekalan berdasarkan kurikulum 2013. Menurutnya, pembelajaran yang efektif

adalah dengan memberikan pembekalan pada karakter siswa dengan mengarahkan

dan mencontohkan secara langsung melalui kegiatan praktik dan pengarahan.

Kegiatan praktik dilakukan di dalam dan di luar kelas, untuk sekaligus melatih

psikomotorik siswa dan belajar peduli dengan apa yang ada disekitar melalui

program pendayagunaan sampah. Ia juga memotivasi dan menggerakkan

kemampuan siswa untuk menjadi siswa yang berkarakter, kreatif, mandiri dan

memiliki minat baca yang tinggi. Kemampuan berkomunikasi, berkolaborasi dan

membaca menjadi bagian yang juga membentuk karakter dan literasi siswa.

“Kalau saya dalam mengajar itu ya tentu teorinya dulu, selebihnya


wawancara atau ceramah, mungkin diskusi lalu praktik.
Pembelajaran praktik itu psikomotoriknya kan yang jalan. Melatih
praktik ya kita kasih contoh lalu mereka berlatih masing-masing,
kadang diluar kelas seperti mengenalkan alam apa yang bisa
didayagunakan. Seperti daur ulang sampah. Dan banyak lagi.” (HK)
Menurut FM kegiatan belajar dilakukan dengan menanamkan kebiasaan

yang baik dari caranya membuka dan menutup pembelajaran. ia selalu

membiasakan siswa untuk memilah bukan hanya informasi saja namun juga segala

hal dalam keseharian. Dengan demikian siswa dapat mealtih kemampuannya untuk

melihat baik dan buruk suatu permasalahan yang dihadapi. Kemudian FM

melanjutkan bahwa ia juga melatih siswa belajar mandiri dan kritis dengan

kemampuan memahami materi yang telah disampaikan, memecahkan dan

mengidentifikasi masalah dari soal-soal yang diberikan. Pembelajaran praktik juga

ia terapkan untuk melihat kreatifitas dan kemampuan berpikir siswa.

87

Universitas Sumatera Utara


Menurut YL metode pembelajaran dengan memotivasi siswa,

meningkatkan kepercayaan diri dan meyakinkan siswa bahwa setiap siswa memiliki

nilai lebih berdasarkan kemampuannya masing-masing dapat membentuk

pembelajaran dan suasana belajar di kelas menjadi lebih efektif, aktif dan kondusif.

Pembentukan manusia seutuhnya sesungguhnya telah ada dalam diri setiap siswa,

hal ini ia ungkapkan terlihat dari keinginan setiap siswa untuk belajar dan

mempelajari sesuatu apapun yang dihadapi. YL dalam hal ini mengungkapkan

hanya sebagai fasilitator yang mengarahkan dan memotivasi siswa sehingga tetap

pada jalurnya dan sebagai fasilitator yang dapat membantu siswa berdiskusi,

bertukar persepsi dan pengalaman.

Menurut MJ pembelajaran mandiri lebih ia tekankan kepada siswa karena

hal tersebut dapat melatih sikap kritis dan ketelitian siswa. Ia memulai

pembelajaran dengan menyampaikan dasar materi pembelajaran kemudian

mengajak siswa untuk melakukan praktik dan latihan yang mana siswa dituntut

secara mandiri dan kritis mengambil informasi dari media apapun dengan tetap

menyesuaikan bahan ajar yang telah mereka pegang. Namun dari hal tersebut lah ia

menilai dan memberikan pengarahan apakah literature yang mereka ambil benar

sehingga dapat dipertanggungjawabkan.

Menurut TU lebih menekankan pada kompetensi siswa yang memiliki

perbedaan karakter. Ia membentuk diskusi kelompok untuk melatih kemampuan

komunikasi dan kepercayaan diri siswa. Hal ini ia anggap sangat berpengaruh

karena pendekatan seperti ini mampu membuat siswa kondusif tapi tetap aktif dan

menghargai perannya sebagai guru. TU memberikan contoh-contoh nyata terkait

88

Universitas Sumatera Utara


pembahasan materi tertentu, kemudian memberikan petunjuk kepada siswa untuk

membuat dan menyelesaikan tugas yang diberikan. Untuk melatih dan

meningkatkan praktiknya ia membuat suatu praktik pembelajaran berkelompok

maupun tunggal seperti short English, percakapan langsung dengan orang asing

yang ditemui di suatu tempat, lalu memberikan laporan. Kemudian membuat

pembacaan puisi dalam bahasa inggris yang ditampilkan di informasi dihadapan

semua orang dan menyanyikan lagu berbahasa inggris secara berkelompok dan

tunggal. Hal tersebut terbukti menambah wawasan kosakata siswa dengan cara

yang lebih menarik dari biasanya dan menambah kepercayaan diri siswa.

Sedangkan VA metode yang diterapkan walaupun masih konvensional

namun tetap membuat komunikasi multi arah. Ia menerima pendapat dan pemikiran

siswa untuk mengembangkan dan memecahkan masalah dari kasus-kasus yang

diberikan. Setiap sebelum pertemuan berikutnya datang ia menerapkan kepada

siswa untuk membaca modul pembelajaran dan mengulang pembelajaran yang

telah diajarkan hari itu. Sehingga pada saat proses pembelajaran dimulai siswa

memahami setidaknya materi apa yang akan dibahas.

“saya sebagai guru selalu mendukung siswa untuk giat membiasakan


membaca, baik itu membaca modul pembelajaran hari ini ataupun
besok, hingga membaca yang memang digunakan sebagai rekreasi
atau pengetahuan yang baru. membentuk pribadinya yang dapat
berpikir kritis, kreatif dan mandiri itu perlu pembiasaan ya, biasanya
saya terapkan perhitungan yang mudah hingga sulit, nah nanti saya
berikan ke mereka latihan soal yang tingkat tertentu dan mereka
kerjakan dengan baik sejauh ini, ada yang memberikan alternative
jawaban seperti cara panjang dan cara ringkas, untuk memecahlan
masalah itu saja sudah membutuhkan persepsi dan pemikiran yang
kritis, mereka secara mandiri atau berkelompok saya suruh
mengerjakan. Kalau berkelompok itu akan melatih komunikasi,
kolaborasi dan kepercayaan dirinya jika berhadapan dengan teman

89

Universitas Sumatera Utara


sebayanya. Dan itu dilakukan dengan baik oleh siswa dan siswi yang
saya didik.” (VA)
Dalam penelitian ini dapat diketahui bahwa usaha yang dilakukan guru

untuk menjadikan siswa kritis adalah dengan menggunakan metode dan pola

pembelajaran yang hampir sama namun tepat untuk digunakan di dalam kelas.

Dalam kelas, guru memfasilitasi kegiatan belajar siswanya. SMA Negeri 13 Medan

tidak secara terbuka dan tidak secara gamblang mencantumkan literasi infromasi

sebagai suatu hasil belajar yang harus dimiliki dan diterapkan oleh setiap bagian

dari komunitas sekolah. Namun berdasarkan hasil penelitian, wawancara dan

observasi yang dilakukan SMA Negeri 13 Medan menjalankan tujuan pembelajaran

sepanjang hayat dan literasi teknologi yang sudah cukup dipahami dan diterapkan

oleh guru-guru di SMA Negeri 13 Medan. Sarana yang dilakukan oleh SMA Negeri

13 untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengan meningkatkan kualitas guru yang

didukung dengan berbagai pelatihan yang dapat diikuti oleh guru-guru SMA Negeri

13 Medan. Disamping itu penerapan praktik pembelajaran yang dijalankan oleh

hampir seluruh guru bidang studi membantu siswa untuk lebih transparan, terbuka,

aktif, peduli dan lebih kritis terhadap lingkungan disekitarnya.

4.6 Peran Perpustakaan dalam Meningkatkan Literasi Informasi Guru

SMA Negeri 13 Medan

Penyelenggaraan perpustakaan sekolah adalah sebagai pusat atau jantung

dari sekolah tersebut. Perpustakaan sekolah sebagai perangkat pendidikan dan

sarana penunjang pendidikan sudah seharusnya berfungsi sebagai pusat kegiatan

belajar mengajar, pusat penelitian sederhana dan pusat membaca guna menambah

90

Universitas Sumatera Utara


ilmu pengetahuan dan rekreasi. Namun pada kenyataannya, perpustakaan di suatu

sekolah masih dipandang sebelah mata.

Dalam penelitian ini, terlihat bahwa pembentukan dan pemahaman literasi

informasi yang terintegrasi dengan perpustakaan belum maksimal. Padahal untuk

dapat menjadikan siswa dan siswi literat terhadap informasi harus ada peran

perpustakaan yakni pustakawan yang berkolaborasi dengan guru. hal ini

dikarenakan pustakawan merupakan seseorang yang memiliki peran dalam

memenuhi kebutuhan pengguna, salah satunya yaitu dengan memberikan

pendidikan pemakai yang tepat sasaran dan program literasi informasi kepada siswa

maupun guru itu sendiri.

Guru sebagai peran pengajar yang lebih banyak frekuensinya dalam bertemu

dengan siswa seharusnya lebih banyak juga memberikan kontribusi dalam

mewujudkan komunitas sekolah yang literat terhadap informasi. Perpustakaan

SMA Negeri 13 Medan hanya memberikan pendidikan pemakai atau lebih dapat

dikatakan promosi perpustakaan yang lebih berorientasi pada pengenalan ruang

perpustakaan dan bagaimana cara merawat koleksi perpustakaan kepada siswa dan

siswi SMA Negeri 13 Medan di awal tahun ajaran. Akan tetapi pengenalan promosi

perpustakaan ini belum diberikan kepada guru-guru SMA Negeri 13 Medan.

Permasalahan yang setiap tahun muncul ini tidak mendapatkan perhatian yang lebih

dari pihak sekolah karena belum adanya kesadaran penuh dari pihak sekolah dan

guru-guru SMA Negeri 13 Medan dalam mengintegrasikan perpustakaan sebagai

bagian dalam proses pembelajaran. hanya sebagian kecil saja dari guru-guru SMA

Negeri 13 Medan yang menggunakan perpustakaan bukan sekedar mengetahui

91

Universitas Sumatera Utara


pentingnya perpustakaan saja. Karena kebanyakan guru-guru lebih mengandalkan

teknologi informasi yakni internet sebagai acuan mereka dalam memenuhi

kebutuhan informasi. Padahal, paling penting sekali diselenggarakannya

pendidikan pemakai bukan hanya sekedar mengenalkan perpustakaan namun lebih

pada kebutuhan literasi informasi adalah kepada guru-guru agar mereka dapat

memahami dan menerapkannya dengan baik kepada siswa dan siswi mereka.

Dalam penelitian ini, kerjasama yang baik dan integrasi antara guru dan pustakawan

masih belum terlihat dikembangkan terutama dalam proses pembelajaran di kelas.

4.7 Rangkuman Penelitian

Pemrosesan informasi yang terdiri dari penyaringan informasi,

penggabungan dan konsistensi informasi, perluasan gagasan, penarikan

kesimpulan, dan pengujian teori dipengaruhi oleh kebutuhan informasi setiap

informan dan kesesuaian dengan kurikulum serta kemampuan dasar yang dimiliki

informan itu sendiri.

Proses sintesis informasi yang terdiri dari pemanfaatan alat analisis dan

pengintegrasian informasi baru dengan informasi atau pengetahuan sebelumnya

disadari oleh informan berbeda-beda hal ini dipengaruhi oleh latar belakang

pendidikan dan juga kebutuhan informasi informan sehingga teknik mensintesis

pun berbeda pada setiap informan.

Penyajian informasi yang terdiri dari mengartikulasikan kesimpulan,

menerapkan informasi baru dengan informasi sebelumnya, memilih media

komunikasi, menentukan representasi informasi, mengaplikasikan teknologi,

memformat sajian informasi, mentransfer informasi secara etis dan hukum,

92

Universitas Sumatera Utara


berpartisipasi dalam forum komunikasi serta berkolaborasi dengan rekan sejawat

ini dilaksanakan oleh setiap informan dengan cukup baik namun belum maksimal

dan dengan beberapa keterbatasan sebagaimana yang tertulis pada pembahasan

serta juga dipengaruhi oleh referensi, usia, sarana prasarana, kebutuhan informasi.

Penerapan literasi informasi guru di Lingkungan sekolah SMA Negeri 13

Medan oleh masing-masing informan dalam meningkatkan kompetensi dan kualitas

guru itu sendiri yakni dengan mengadakan dan mengikuti berbagai pelatihan

sebagaimana yang telah dituliskan dalam pembahasan. Adapun untuk

meningkatkan dan mengembangkan kompetensi dan kualitas guru dalam proses

pembelajaran dikelas, yakni dengan membuat metode dan pola pembelajaran yang

menyesuaikan dengan kurikulum sekolah dan menjadikan diri guru sebagai

fasilitator yang dapat memfasilitasi kegiatan belajar siswanya serta menerapkan

praktik pembelajaran yang dijalankan oleh masing-masing guru untuk membantu

siswa lebih kritis, mandiri, transparan, terbuka, aktif, peduli dan termotivasi baik

terhadap kegiatan belajarnya maupun lingkungan sekitarnya.

Peran perpustakaan dalam meningkatkan literasi informasi guru SMA

Negeri 13 Medan disadari oleh setiap informan adalah penting, namun

penyelenggaran perpustakaan saat ini yang ada di SMA Negeri 13 Medan belum

maksimal sehingga informan pun belum sepenuhnya mengandalkan perpustakaan

sebagai referensi dalam memproses dan mensintesis informasi yang diperlukan

dalam meningkatkan literasi informasinya. Literasi informasi dengan perpustakaan

saling terintegrasi dan hal ini diungkapkan oleh pihak sekolah beserta guru akan

terus melakukan perbaikan dan pengembangan lebih baik lagi.

93

Universitas Sumatera Utara


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa literasi informasi dapat

menunjang kompetensi profesionalisme mereka sebagai guru. Hal ini dapat terlihat

dari tiga aspek dalam melakukan kegiatan yang berhubungan dengan informasi

yaitu memproses informasi, mensintesis informasi, dan menyajikan informasi. dari

ketiga aspek tersebut, peneliti berusaha mengungkapkan literasi informasi guru

SMA Negeri 13 Medan, dengan hasil sebagai berikut:

1. Dalam memproses informasi informan sudah tergolong baik. Mereka

memproses informasi dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi

mereka, menunjang kompetensi profesionalisme mereka dan untuk

menjalankan perannya sebagai guru yang memiliki tanggung jawab dalam

memberikan materi pembelajaran dan proses pembelajaran yang baik

kepada siswa dan siswinya.

2. Dalam melakukan sintesis informasi, guru-guru SMA Negeri 13 Medan

masih dalam tingkat penyesuaian. Proses mensintesis informasi erat

kaitannya dengan penggunaan alat-alat perangkat keras, multimedia atau

teknologi informasi walaupun dengan lingkup yang berbeda. Dengan

berkembangnya teknologi informasi yang sangat pesat, informan sudah

cukup familiar dan dapat menggunakan teknologi informasi yang ada

walaupun belum begitu maksimal. Penggunaan berbagai aplikasi teknologi

94

Universitas Sumatera Utara


sebagai media komunikasi sudah diterapkan baik penggunaannya di dalam

maupun diluar kelas.

3. Dalam penyajian informasi, pada dasarnya kemampuan mereka sudah

tergolong baik. Mereka sudah dapat menggabungkan atau mengintegrasikan

pengetahuan yang dimiliki dan informasi yang mereka dapatkan untuk

menjadi konsep pengetahuan baru. Hal ini dikarenakan latar belakang

pendidikan mereka yang sudah cukup baik sehingga perannyna sebagai guru

dapat dilakukan dengan baik seperti membuat materi pembelajaran, rencana

pembelajaran, silabus, bahan praktik yang menarik dan sebagainya.

Informan menyadari bahwa dalam menggunakan informasi dan mentransfer

informasi harus dilakukan secara etis dan secara hokum agar tidak

melanggar peraturan dan kode etik yang ada.

4. Dalam melaksanakan perannya, informan merepresentasikan pengetahuan

dengan kesadaran akan keragaman karakter, kemampuan, budaya, etnis,

agama dan lain-lain dari siswa dan siswi yang diajarkannya. Dan tidak lupa

menciptakan hal-hal baru dalam menyegarkan kompetensi dan

meningkatkan hasil pembelajaran.

5. Partisipasi, interaksi, dan kolaborasi yang dilakukan informan dalam forum

komunikasi di luar dari pada guru-guru di Lingkungan SMA Negeri 13

Medan belum maksimal, hal ini dikarenakan keterbatasan jarak dan

perkembangan dari forum komunikasi atau organisasi yang tidak berjalan

dengan baik dan tidak berkembang.

95

Universitas Sumatera Utara


6. Walaupun belum mengetahui dan memahami dengan mendalam mengenai

konsep literasi informasi namun informan sudah mulai mengarahkan

siswanya untuk dapat menjadi individu yang selalu berpikir kritis, mandiri

dan pembelajar sepanjang hayat, serta menerapkan pembentukan karakter

yang baik, sebagaimana tujuan akhir dari literasi informasi.

7. Informan sudah berusaha menerapkan metode atau pola pembelajaran yang

berpusat pada siswa yakni dengan membuat kelompok diskusi untuk

membentuk karakter siswa, menerapkan pola pembelajaran berbasis

masalah, inquiry atau discovery sesuai dengan peran guru masing-masing,

menerapkan komunikasi dua arah, menjadikan guru sebagai fasilitator atau

mediator, menstimulasi kemampuan berpikir kritis siswa agar terbiasa

memecahkan masalah, dan merepresentasikan hasil diskusi, praktik dan

pengayaan soal yang dikerjakan siswa untuk menambah kepercayaan diri

siswa. Hal ini juga sesuai dengan tujuan akhir dari literasi informasi yang

mengharapkan semua individu dapat belajar bagaimana cara untuk belajar

(Learning how to learn).

5.2 Saran

1. Guru harus dapat lebih meningkatkan kemampuan literasi informasi dalam

menunjang kompetensi profesionalismenya. Terutama kemampuan dalam

melakukan memproses dan mensintesis informasi dan mengintegrasikan

perpustakaan sebagai sarana pendidikan dan pemenuhan kebutuhan

informasi. Oleh karena itu, perpustakaan pun dalam hal ini dituntut harus

96

Universitas Sumatera Utara


dapat mengakomodir kebutuhan informasi guru-guru SMA Negeri 13

Medan.

2. Perlu adanya peningkatan kemampuan dalam menggunakan peralatan

multimedia, teknologi informasi agar dapat memudahkan kinerja guru

dalam melaksanakan tugasnya dan agar memudahkan proses belajar

mengajar di SMA Negeri 13 Medan, mengingat pembelajaran yang

dilakukan sudah berbasis teknologi.

3. Perlu adanya dukungan dari pihak Sekolah SMA Negeri 13 Medan untuk

dapat meningkatkan literasi informasi guru. Hal ini dapat dilakukan dengan

memberikan pelatihan dan menambah jenis pelatihan khususnya mengenai

konsep dan pemahaman literasi informasi, serta yang terkait.

4. Perlu adanya peningkatan sarana dan prasarana dalam menunjang kegiatan

belajar mengajar berbasis teknologi, misalnya menambah kecepatan akses

jaringan internet, peralatan multimedia, komputer dengan system

penelusuran koleksi di perpustakaan dan penambahan sarana dan prasarana

yang dibutuhkan oleh perpustakaan khususnya.

5. Penerapan literasi informasi dalam proses pembelajaran dirasakan masih

perlu banyak ditingkatkan. Oleh karena itu, perlu adanya kerjasama antara

pustakawan dengan guru untuk mewujudkan terciptanya komunitas sekolah

yang lebih literate terhadap informasi. oleh karena itu, pustakawan harus

lebih proaktif untuk mengajak guru dan komunitas sekolah lainnya untuk

dapat mewujudkan siswa dan siswi yang literate, karena keterbatasan

97

Universitas Sumatera Utara


pengetahuan guru mengenai literasi informasi yang seharusnya dipahami

secara utuh untuk kemudahan dalam proses pembelajaran di kelas.

6. Perlu adanya pengembangan forum komunikasi yang dilakukan secara

formal maupun informal baik dilakukan di dalam maupun di luar sekolah

sehingga interaksi, kolaborasi dan publikasi yang dilakukan oleh guru-guru

SMA Negeri 13 Medan semakin meningkat.

7. Secara umum, peneliti juga menyarankan adanya pemahaman mengenai

konsep literasi informasi yang harus mulai ditetapkan dan diterapkan di

dalam kurikulum pendidikan guru dan kurikulum sekolah agar mereka lebih

dini mengetahui pentingnya penerapan literasi informasi.

98

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Amir, Almira. 2013. Pengembangan Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran


Melalui Model Lesson Study. Jurnal Logaritma, Vol. 1, No. 02 Juli 2013.
Padangsidempuan: STAIN Padangsidempuan.

American Library Association. 2000. Information Literacy Competency Standards


for Higher Educations. Chicago: American Library Association. Diakses
tanggal 10 November 2017 dari
http://www.ala.org/acrl/files/standards/ilstandards_te.pdf

APISI. 2008. Aplikasi literasi informasi dalam kurikulum nasional (KTSP): contoh
penerapan untuk tingkat SD, SMP dan SMA. Hasil diskusi Indonesian
Workshop on Information Literacy. Bogor.

Arifin, Adip. 2016. Rekonseptualisasi Literasi Sebagai Praktik Individu dan Sosial.
Makalah yang disampaikan dalam Seminar Nasional “Pendidikan Literasi,
Karakter, dan Kearifan Lokal: STKIP PGRI Ponorogo”. Ponorogo: STKIP
PGRI

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: Rineka Cipta.

Association of College and Research Libraries. 2000. Information Competency


Standards for Higher Education. Chicago: Association of College and
Research Libraries. Diakses 11 Februari 2018, dari
http://www.ala.org/acrl/files/standards/ilstandards_te.pdf

Baharudin. 2017. Pembentukan Karakter SIswa dan Profesionalisme Guru Melalui


Budaya Literasi Sekolah. Journal of Islamic Management, Juni 2017, Vol.
3 No. 1, pp 21-40. Sulawesi Selatan: STKIP Muhammadiyah Enrekang.

Bhandari, KM. 2003. Information Literacy. Tulssaa Journal. Vol.3 Number 1,


November. Nepal: Tribhuvan University.

Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan


Publik dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana

Center for Media Literacy. 1992. What is Media Literacy? A Definitions… and
More. U.S: Aspen Media Literacy Leadership Institute. Diakses pada
tanggal 21 September 2017 dari http://www.medialit.org/reading-
room/what-media-literacy-definitionand-more

Delman. 2013. Literasi Informasi Bagi Guru/Pengelola Perpustakaan Sekolah.


Disampaikan Pada Pelatihan Calon Kepala Perpustakaan Sekolah yang
Diselenggarakan di LPMP Sumatera Barat. Padang: UNP

99

Universitas Sumatera Utara


Eisenberg, Michael B. Et al. 2004. Information Literacy: Essential Skills for the
Information Age. Libraries Unlimited: United States of America.

Eisenberg, Mike dan Bob Berkowitz. 1987. The Big6™ Skills Approach to
Information Problem-Solving. Diakses pada tanggal 9 November 2017
dari http://big6.com/media/freestuff/Big6Handouts.pdf

Hamalik, Oemar. 2002. Pendidikan Guru: Berdasarkan Pendekatan Kompetensi.


Jakarta: Bumi Aksara.

Hancock, Vicky E. 1993. Information literacy for lifelong learning. Diakses tanggal
21 September 2017 dari http://ericdigests.org/1993/lifelong.htm

Hardhian, Rian. 2015. Hubungan Kemampuan Literasi Informasi Guru dengan


Proses Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Skripsi

Horton Jr., F.W. 2007. Understanding Information Literacy: a Primer. Paris:


United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization.
Diakses tanggal 21 September 2017 .
http://unesdoc.unesco.org/images/0015/00150/157020e.pdf.

Isjoni. 2006. Pendidikan Sabagai Investasi Masa Depan. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.

Johan, Riche Cynthia. 2013. Massive Open Online Course (Mooc) dalam
Meningkatkan Kompetensi Literasi Informasi Guru Pustakawan Sekolah.
Pedagogia, Jurnal Ilmu Pendiidikan. Bandung: UPI

Kuhlthau, Carol Collier. 2004. Seeking Meaning: a Process Approach to Library


and Information Service. America: Libraries Unlimited.

Lankshear, C. dan Knobel, M. 2006. Digital Literacy and Digital Literacies: Policy,
Pedagogy and Research Considerations for Education. Digital
Kompetanse, vol. 1 hal. 12-24. Diakses pada tanggal 20 September 2017
dari http://everydayliteracies.net.

Latuputti, Hana. 2013. Penerapan Literasi Informasi di Sekolah untuk Menciptakan


Pembelajar Seumur Hidup. Makalah disampaikan dalam Seminar
Nasional “Cerdas di Era Informasi”, Universitas Airlangga Surabaya, 14
Desember 2013. Surabaya: UNAIR

Lien, Diao Ai., dan Agustin Wydia. 2010. Literasi Informasi: 7 Langkah
Knowledge Management. Jakarta: Universitas Atmajaya.

Livingstone, S. 2004. What is media literacy? Intermedia, Vol. 32, No.3. Hal. 18-
20. Diakses pada tanggal 20 September 2017 dari http://eprints.lse.ac.uk.

100

Universitas Sumatera Utara


Lynch, C. 1998. Information Literacy and Information Technology Literacy: New
Component in the Curriculum for the Digital a Culture. Diakses pada
tanggal 20 September 2017 dari http://www.cni.org,

Margono, S. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta; PT Rineka Cipta

Moleong, L. J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda


karya

Musfah, Jejen. 2011. Peningkatan Kompetensi Guru : Melalui Pelatihan dan


Sumber Belajar Teori dan Praktik. Jakarta: Kencana.

Newsam News. 2011. Information and Digital Literacies. Diakses pada 9


November 2017 dari
https://newsamnews.ioe.ac.uk/2011/09/30/informationand-digital-
literacies/

Ningrum, Vina Nur Itsna, dan Prasetyawan, Yanuar Yoga. 2015. Kemampuan
Literasi Informasi Guru dalam Upaya Meningkatkan Kompetensi
Profesional Guru : Studi Kasus SD Negeri Rejosari 01 Semarang.
Semarang: UNDIP

Nurpratiwi, Suci. 2017. Peran Guru Dan Perpustakaan Sekolah Terhadap


Peningkatan Literasi Informasi Siswa dalam Pendidikan Agama Islam.
Tesis. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah

Oxford Dictionaries. 2016. England: Oxford University Press. Diakses pada 20


September 2017 dari
www.oxforddictionaries.com/definition/english/literacy

Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

Poerwandari, E.Kristi. 1998. Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi.


Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan
Psikologi Universitas Indonesia.

Pungki, Purnomo. 2006. Perpustakaan madrasah sebagai pusat pembinaan


information literacy: belajar dari cermin sejarah. Dalam Hakim,
Sudarnoto Abdul. (Ed.). Perpustakaan sebagai center for learning society:
gagasan untuk pengembangan perpustakaan madrasah. (hal 139-160).
Jakarta: Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah.

Rindyasari. 2008. Literasi Informasi Guru: Studi Kasus SMA Perguruan Islam Al-
Izhar Pondok Labu. Universitas Indonesia: Fakultas Ilmu Pengetahuan
Budaya.

101

Universitas Sumatera Utara


Rizal, Saiful Haq. 2006. Cakap informasi: tanggung jawab pustakawan sekolah
dan pustakawan guru. Dalam Sudarnoto Abdul Hakim. (Ed.).
Perpustakaan sebagai center for learning society: gagasan untuk
pengembangan perpustakaan madrasah. (hal 73-96). Jakarta: Fakultas
Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Rusyan, Tabrani, A. dan Wijaya, Cece. 1992. Kemampuan Dasar Guru Dalam
Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Saudagar, Fachruddin dan Ali Idrus. 2011. Pengembangan Profesionalitas Guru.


Jakarta : Gaung Persada Press.

SCONUL Working Group on Information Literacy. 2011. The SCOBUL Seven


Pillars of Information Literacy Core Model For Higher Education,
SCONUL, UK. Diakses pada tanggal 19 Agustus 2018 dari
http://www.sconul.ac.uk/groups/information_literacy/publications/corem
odel.pdf

Soewadji, Jusuf. 2012. Pengantar Metodologi Penelitian. Jakarta : Mitra Wacana


Media.

Sofa, Nuruls. 2010. Penerapan Literasi Informasi di Sekolah Alam Indonesia Rawa
Kopi. Depok: Universitas Indonesia.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.


Bandung: Alfabeta.

Sujarweni, Wiratna V. 2014. Metodologi Penelitian : Lengkap, Praktis, dan Mudah


Dipahami. Yogyakarta: Pustaka baru press.

Thompson, Helen M., dan Susan A. Henley. 2000. Fostering Information Literacy.
Colorado: Libraries Unlimited, Inc.

Trisoni, Ridwal. 2011. Pengembangan Profesionalisme Guru dalam Mewujudkan


Kualitas Pendidikan. Jurnal Ta’dib, Volume 14, No. 2 (Desember 2011).
Batusangkar: STAIN Batusangkar.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan


Dosen

UNESCO. 2007. Information for All Programme, Diakses tanggal 21 September


2017 dari
http://portal.unesco.org/ci/en/ev.phpurl_id=21293&url_do=do_topic&url
_section=201.html

UNESCO. 2004. The Plurality of Literacy and Its Implications for Policies and
Programmes. France: UNESCO Education Sector Position Paper.

102

Universitas Sumatera Utara


Webster, Merriam. 2015. Merriam Webster Incorporated. Diakses pada tanggal 20
September 2017 www.merriamwebster.com/dictionary/information.

William, K. 2002. Literacy and Computer Literacy. Michigan: University of


Michigan.

Yusup, Pawit M., dkk. 2010. Teori dan Praktik Penelusuran Informasi. Jakarta:
Prenada Media.

103

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 1
PEDOMAN WAWANCARA

Standar 4
Memproses Informasi

Dalam memproses informasi, bagaimana Bapak/Ibu memfilter informasi yang


masuk. Apakah Bapak/Ibu menerima sudut pandang informasi tertentu dari
berbagai arah ataukah menolak sudut pandang tersebut? Mengapa demikian?
Bagaimana Bapak/Ibu mengenali hubungan timbal balik dan konsistensi di antara
informasi yang diperoleh? Apakah Bapak/Ibu menggabungkannya dengan bukti
pendukung lain agar informasi yang diterima lebih akurat?
Apakah Bapak/Ibu melakukan perluasan gagasan untuk membangun informasi
baru?
Apakah Bapak/Ibu melakukan penarikan kesimpulan dari informasi yang
dikumpulkan?
Apakah Bapak/Ibu melakukan pengujian teori atau informasi sesuai metodologi
yang digunakan? Seperti obsevasi, survey atau tes. Mengapa demikian?

Mensintesis Informasi
Bagaimanakah Bapak/Ibu mensintesis atau mengkombinasikan
pengetahuan/informasi satu dengan lainnya dari berbagai ragam sumber informasi?
Kadangkala informasi yang diterima seringkali tidak utuh. Oleh karena itu, dalam
mensintesis informasi apakah Bapak/Ibu menggunakan alat analisis informasi? apa
sajakah itu dan bagaimana menggunakannya?
Apakah Bapak/Ibu mengintegrasi informasi baru dengan informasi sebelumnya?

Menyajikan Informasi
Bagaimana Bapak/Ibu menyajikan informasi yang dikumpulkan dalam proses
belajar mengajar di kelas?
Apakah Bapak/Ibu mengartikulasikan atau menyampaikan kesimpulan dari
informasi yang dikumpulkan di kelas?
Apakah Bapak/Ibu melakukan penerapan informasi baru dan informasi sebelumnya
di dalam kelas?
Menurut Bapak/Ibu, apakah media komunikasi mendukung kegiatan pembelajaran
di kelas? Bagaimana Bapak/Ibu memilih media komunikasi tersebut? Apakah
memilih berdasarkan gaya belajar siswa dikelas?

104

Universitas Sumatera Utara


Apakah Bapak/Ibu merepresentasi informasi sesuai sasaran audiens? Lalu apakah
siswa di kelas dalam merepresentasikan kembali informasi yang mereka terima?
Bagaimana wujud representasi yang sering mereka berikan?
Apakah Bapak/Ibu mengaplikasikan teknologi dalam menyelesaikan dan
mendukung kinerja pembelajaran?
Apakah Bapak/Ibu membuat/mengatur dan menyajikan informasi dengan
format/pola pembelajaran tertentu? Seperti apa misalnya?
Apakah Bapak/Ibu mentransfer informasi dari format asli ke format baru secara
etis/hukum?
Apakah Bapak/Ibu ikut berpartisipasi dalam forum komunikasi tertentu untuk
mendukung pembelajaran yang lebih baik di dalam kelas?
Apakah Bapak/Ibu melakukan interaksi, kolaborasi dan publikasi ilmiah dengan
sesama guru atau ahli lain untuk meningkatkan kemampuan pengajaran?

SMA NEGERI 13 MEDAN

Apakah pihak sekolah mendukung peningkatan literasi informasi gurunya dengan


memberikan pelatihan-pelatihan?

Apakah pelatihan tersebut bermanfaat dalam menunjang kompetensi guru?

Bagaimana Bapak/Ibu menerapkan hasil pelatihan dalam kegiatan belajar di


lingkungan sekolah?

Bagaimana Bapak/Ibu mewujudkan siswa-siswi yang literat terhadap informasi


yakni kritis, mandiri, dan menjadi pembelajar seumur hidup?

Bagaimana peran perpustakaan dalam mendukung kegiatan belajar dan


peningkatan literasi guru khususnya dalam menunjang kompetensi guru?

105

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 2

TRANSKRIP WAWANCARA DENGAN HK

Memproses Informasi
“… karna kan luas itu. Kalau dari internet kita ya memang disaring lah ya kan, poin-
poinnya yang memang kira-kira yang sangat detail, yang memang dibutuhkan untuk
kita mengajar. Engga semuanya diambil informasinya. Yang memang kita tuju
untuk yang cocok untuk kita mengajar apalagi kita yang menyangkut dengan K13
ini kan. Lebih terfokus kesitu, jadi engga semuanya. Yang penting sesuai dengan
K13 berdasarkan KG nya… ya, harus kita sesuaikan. Karna kalau kita ambil
keseluruhannya kan belum tentu dia bisa terpakai dengan tepat ke siswa kan. Jadi
kalau dia yang cocok ke siswa ya itu yang kita pakai cara sistem mengajar dan siswa
bisa mudah menangkap ya sesuai dengan K13 lah..”
“sesuai dengan materi… kalaupun dia misalnya masuk yaa kita sesuaikan juga.
Misalnya kan kita liat disitu kan, oh ada kaitannya dengan kimia, misalnya masuk
dimana dia, ke hidrokarbon, hidrokarbon itu kan banyak, nah masalah jenis-jenis
makanan yang ada kandungan kimianya kan di hidrokarbon itu kan luas apalagi
masuk ke polimernya… kan ada nanti melanin, ada apanya semuanya disitu.”
“… yaa, kalau diluaskan ya seputar masih di dalam lingkungan sekolah aja dulu.
Kalaupun kita keluar ya paling kita ke lingkungan keluarga, kalau memang itu
menyangkut ke lingkungan ya. Tapi kalau menyangkut ke materi ya berarti ke
siswa, gimana kita masuk ke kelas yang kita ajar ya disitu kita sampaikan kalau
memang itu perlu… kadang-kadang kan kita ngajar gak sepenuhnya materi,
kadang-kadang kan kita ngajar berdasarkan dari materi yang ada diluar, kita ambil
kan, untuk selingan kan… karna kan kalau terlalu monoton juga kan anak-anak bisa
bosan. Yang penting ya itu masih ada kaitan dengan materi itu.”
“tentu yaa, kita tentu menarik kesimpulan dari informasi yang dikumpulkan
kesimpulan itulah yang juga sebagai penjelasan akan kita sampaikan setiap akhir
pelajaran. Biasanya saya memberikan poin-poin secara lisan penjelasan yang sudah
saya terangkan sebelumya, jadi seperti mengingat kembali. Saya juga melibatkan
siswa untuk itu.”
“Kita yaa.. kalau informasi itu, kalau selagi kita mengajar, kita uji dengan teori lah,
teorinya itu ya kita kasih dengan materi, materi itu kan kita beri sesuai KD, sesuai
KD kita kasih ujian… kemudian kita kalau ada praktikum kita kasih dengan
praktikum, kita buat praktikumnya. Kalau tidak ada ya kita kasih gambaran aja..
gitu aja.”

106

Universitas Sumatera Utara


Mensintesis Informasi
“Pasti ada, kalau guru ya pasti ada disintesis. karna dari situlah tau letak teori mana
yang bisa dikombinasikan atau mana yang dinilai relevan untuk dimasukkan dalam
materi pembelajaran. Karena pengaruh lingkungan luar juga, pengaruh lingkungan
ke dalam pembelajaran itu pasti ada. Karna kan kita melihat lingkungan di luar itu
baik buruknya ke siswa itu supaya bisa mereka… pembelajarannya juga mereka
bisa terbuka wawasannya kan..”
“tentu saja, ada menggunakan analisis informasi”
“iya, kita biasanya mengintegrasikan informasi baru seperti yang kita temukan dari
buku, jurnal atau internet dengan informasi yang memang sudah ada sebelumnya,
yang biasanya kita terapkan. Jadi kalau diintegrasikan kan semakin berkembang.
Ada pembaruan..”
Menyajikan Informasi
“Pakai infocus kadang… pakai animasi itu kan ada di dalam infocus.. biar engga
bosan juga, tapi itu tergantung dari materinya ya.. kalau memang materinya
mengharuskan yaa kita pakai, kadang ya kayak struktur atom, kayak kayak gitu itu
kan perlu.”
“memberikan kesimpulan tentu ada. Biasanya saya sampaikan walau tidak
langsung menyatakan kesimpulannya adalah bla bla bla.. begitu.”
“yaa kalau dia informasi yang lama itu sebagai pembelajaran aja melihat
kebelakang kan kita juga gak boleh terlalu banyak melihat ke belakang kan.. artinya
melihat ke belakang informasi yang lama itu kemajuan untuk kedepannya gitu,
kalau memang selagi informasinya itu baik, kalau engga baik yaa kita sampaikan
aja bahwasanya informasinya itu engga baik untuk ditiru engga baik untuk dicontoh
atau dicoba.. ya kita kasih pengetahuan aja. Yang lebih banyak kan kita biasanya
mempelajari dengan zaman yang saat sekarang ini, zaman IT ini.. Zaman informasi,
kalau kita ibaratnya ke belakang terus kan itu banyak yang udah.. tapi perlu ya
Namanya manusia melihat ke belakang itu pasti kan tapi ya bukan berarti terus
terlalu banyak melihat ke belakang. Kita kan berjalan terus kedepan… jadi materi-
materi itu kan ada pembaruan-pembaruan.. tapi kalau sistem materi
pembelajarannya itu tetap materinya itu, Cuma model pembelajarannya itu kita
harus cari yang model penerapannya itu yang supaya siswa harus bisa cepat
menerima, cepat menangkap..”
“iya media komunikasi yang baik pada siswa pastinya akan mendukung kegiatan
belajar mengajar dikelas dengan menyesuaikan pada gaya belajar siswa. Media
komunikasinya ya dengan penyampaian materi secara visual, bahan cetak
kemudian dengan kelompok. Media komunikasi dengan materi pembelajaran
disesuaikan.. apalagi kurikulum K13 sekarang kan memang mereka diajar untuk
bekerja mandiri kan gitu.”

107

Universitas Sumatera Utara


“iya, sesuai dengan sasaran yang dituju. Merepresentasikan itu kan maksudnya
mengkomunikasikan informasi, jadi kita mengkomunikasikan informasi tadi ya
dengan media komunikasi itu tadi, dengan melihat apakah representasi yang kita
berikan sudah mendukung pemahaman mereka, tapi tidak pula memihak ke
sebagian sasaran aja. Artinya kita menyeragamkan tidak membeda-bedakan. Siswa
juga kita dukung untuk bisa merepresentasikan kerja atau tugasnya. Kadang kan
mereka membuat penyelesaian soal atau penjelasan jawaban dengan cara mereka,
nah itu kita dukung, kalau memang ada yang salah kita perbaiki sama sama..”
“iya pasti. Kita mengajar juga tidak terlepas dari penggunaan teknologi. Dan itu
sudah pasti mendukung sekali dalam berlangsungnya pembelajaran…”
“kalau format atau pola pembelajaran kita selalu tekankan pada siswa itu untuk bisa
mengidentifikasi masalah, berpikir kritis, dan memecahkan masalah serta
mengevaluasi masalah dari soal-soal dan pertanyaan yang kita berikan.”
“iya, kurang lebih saya memindahkan informasi yang udah dikumpulkan tadi
kedalam bahan ajar saya, jadi bentuk yang baru. Kalaupun tidak misalkan video
reaksi kimia yang saya ambil itu saya lampirkan sumbernya jadi tidak melanggar
hukum.”
“ada.. kalau K13 kan kita sering dikirim untuk mengikuti workshop pembelajaran,
mengikuti seminar terkait model-model pembelajaran, jadi juga yang disamping itu
kita ada kerjasama juga dengan sistem bank sampah juga, diluar dari materi kan
untuk pembelajaran siswa, supaya dia bisa menerapkan sampah, bahwasanya
sampah juga berdaya guna dan tepat guna.”
“kolaborasi sih ada, itu juga salah satu yang kita terapkan untuk meningkatkan
kualitas ngajar kita ya, kita pun sebagai guru aktif lah bertanya dan meminta
masukan ke sesama guru yang dirasa ahli dibidang itu.”

SMA NEGERI 13 MEDAN


“iya, pihak sekolah mendukung. Kita pernah juga dikirim untuk workshop dan
seminar di dalam dan luar kota untuk peningkatan kualitas guru. itu juga termasuk
literasi kan ya. pelatihan kurikulum 2013 juga setiap guru dikirimkan. Jadi memang
pihak sekolah mendukung.”
“pastinya. Pelatihan yang kita dapatkan pasti bermanfaat. Terlebih dapat
meningkatkan kompetensi kita sebagai guru, memotivasi kita untuk lebih lebih baik
lagi dalam menyampaikan pembelajaran. Banyak lah manfaatnya.”
“kita terapkan dalam kegiatan belajar namun tetap sesuai dengan metode
pengajaran yang ada. Jadi dikombinasikan. Kalau saya dalam mengajar itu ya tentu
teorinya dulu, selebihnya wawancara atau ceramah, mungkin diskusi lalu praktik.
Pembelajaran praktik itu psikomotoriknya kan yang jalan. Melatih praktik ya kita
kasih contoh lalu mereka berlatih masing-masing, kadang diluar kelas seperti
mengenalkan alam apa yang bisa didayagunakan. Seperti daur ulang sampah. Dan
banyak lagi.”

108

Universitas Sumatera Utara


“yaa, saya selalu menerapkan seperti kurikulum 2013, karena di kurikulum 2013
itu ada juga pembekalan untuk siswa menjadi lebih kritis, kreatif dan inovatif.
Artinya lebih ke pembentukan karakter siswanya dan peningkatan minat baca atau
literasi ya sudah digaungkan juga oleh pihak sekolah. Jadi tinggal pelaksanaannya
aja dengan memotivasi dan menggerakkan kemampuan mereka dari cara
berkomunikasi, kolaborasi. Karna anak-anak sekarang ini sebenarnya pintar-pintar
tapi butuh arahan agar tidak melenceng, jadi kita lah sebagai guru yang
mengarahkan.”
“peran perpustakaan penting ya, namun perpustakaan yang ada kurang
memaksimalkan fungsinya karena tidak ada perkembangan yang dilakukan
perpustakaan sejauh ini. jika saja perpustakaan difasilitasi dengan lebih baik
mungkin akan lebih maksimal peran dan fungsi yang diberikan.”

109

Universitas Sumatera Utara


TRANSKRIP WAWANCARA DENGAN FM

Memproses Informasi

“Iya. apalagi sekarang internet makin banyak pengetahuan yang bisa kita ambil,
memang dari internet tentunya gak dipakai semua, kita sebagai guru harus pandai-
pandai lah memilah yang mana bagus untuk diterapkan dan dimengerti oleh
siswa/siswi… dan harus sesuai dengan K13 ya. Dari internet ya bisa dikatakan
penambah bahan ajar kita lah. Harus sesuai K13 pastinya.”

“ya harus sesuai dengan materinya… di fisika ini kan banyak topiknya, misalnya
ya kita dapat dari buku, jurnal atau internet mengenai gelombang bunyi, gelombang
cahaya, terus juga listrik statis, medan magnet. Nah kalau itu berkaitan dengan
materi, yaa kita ambil dan juga harus disaring lagi, gak mentah-mentah diambil.
Nah seperti gelombang cahaya, itu kan ada beberapa pembahasan misalnya
pemantulan, pembiasan, polarisasi cahaya dan lain-lain..”

“iya, misalnya kalau kita luaskan yang pasti masih berkaitan dengan materi. Kita
memfokuskan dengan mengembangkan materi dalam bentuk gambar atau kata-kata
yang bisa membantu siswa menemukan pokok persoalannya. Langkah berikutnya
pemecahan masalah oleh siswa itu sendiri, kemudian mengevaluasi jawaban
bersama.”

“iya, saya membuat kesimpulan dasar dari informasi yang sudah saya kumpulkan.
Di dalam kelas kesimpulan juga saya berikan sebagai bagian dari pembelajaran
pada hari itu. Walaupun seringnya tidak dengan bilang ‘kesimpulan kita hari ini
adalah bla bla bla, tidak.. tapi dirangkum setelah pemecahan soal selesai.. “

“ya kita harus selalu uji teori. Kita lakukan tes secara pribadi dan observasi ke
teman guru yang satu bidang apakah teori kita sudah tepat untuk disajikan lalu
berapa lama teori dan soal tersebut dapat dipahami sekaligus dijawab oleh siswa
dikelas, itu kita akan jawab dn uji sendiri dahulu untuk mendapat dasar ukuran dan
gambarannya.”

Mensintesis Informasi

“pasti ada kita sintesis atau kombinasikan, apalagi yang diambil dari internet, harus
pandai-pandai kita ngolahnya, biar proses belajar siswa terbuka luas wawasannya
dan biar mereka mendapat pengetahuan yang banyak dari berbagai sumber yang
didapat.”

“ya, tentu saja. Kalau dia tidak utuh pastinya kita harus analisis terlebih dahulu
misalnya dengan melihat referensi yang berkaitan atau berbagi jurnal-jurnal yang
nanti untuk melengkapi informasi tersebut. Lalu kita buatkan kesimpulan
digunakan sebagai bahan ajar.”

110

Universitas Sumatera Utara


“Ya pasti. Apalagi yang saling berkaitan dan mempunyai hubungan satu sama lain,
pasti kita lakukan integrasi.”

Menyajikan Informasi
“…. Selain pakai konvensional yang papan tulis, kita juga buat pakai powerpoint
kita buatkan gambar-gambar yang menarik animasi gitulah, biar juga anak-anak
tertarik untuk melihat, misalnya untuk topik gelombang dan listrik itukan ada
gambar, nah kita tampilkanlah lewat powerpoint tadi dan penjelasan yang mudah
dimengerti oleh anak-anak.”
“yaa ada, saya beri kesimpulan di setiap akhir mata pelajaran. “
“ya pasti ada, sebab sekarang udah banyak penelitian yang terbaru, nah
penelitian/pengetahuan terbaru ini pasti hasil dari penelitian atau pengetahuan yang
sebelumnya kan. Pasti ada proses yang berubah baik itu dikurangi atau dihilangkan
atau ditambah. Nah untuk pengetahuan yang lama bukan berarrti kita hilangkan,
kita pakai juga tapi yang masih berkaitan atau untuk sebagai pengetahuan mendasar
gitulah. … untuk informasi yang terbaru kan sekarang pasti ada informasi atau
pengetahuan yang lebih terbarukan lagi. Artinya kita harus bisa dan mampu
mengkaji informasi yang dulu dan terbaru untuk disampaikan ke siswa-siswi.
Jangan sampai kita salah jadi anak pun dapat informasi yang salah. Dan juga kita
sebagai guru harus pandai dalam penerapan materi di kelas agar siswa-siswi nya
cepat menangkap dan menerima materi. “
“pastinya harus sesuai dengan K13. Materi pembelajaran harus disesuaikan, model
atau metode pembelajaran itu biasa bentuk kelompok visual kadangkala audiovisual
di K13 kan siswa/siswi diajar untuk bekerja mandiri. Media komunikasi yang
digunakan komunikasi dua arah. Bagaimana kita menghidupkan suasana dikelas,
menghidupkan semangat mereka, untuk belajar..”
“representasi ya, tentu disesuaikan dengan siswanya, dan representasi materi
pembelajaran saya juga disesuaikan dengan bahan ajar. Karena ini eksakta, jadi
representasi materi yang saya ajarkan biasanya ya itu juga yang direpresentasikan
kembali oleh siswa, hanya saja dengan cara mereka, seperti misalnya soal-soal
pernyataan pemecahan maslahnya mereka representasikan dalam angka dengan
rumus-rumus. Kadang berbeda-beda tapi hasilnya sama. Saya pun tidak membeda-
bedakan baik representasi saya pada tiap siswa maupun representasi siswa kembali.
Karena diakhir pun akan ada evaluasi nantinya.”
“iya. Penggunaan teknologi seperti tadi, proyektor slide untuk menampilkan grafik,
diagram, dan e-book kadang-kadang. Dan itu semua memudahkan ya dalam
mengajar dan membuat tugas-tugas kita sebagai guru.”
“iya, saya menjelaskan disertai contoh-contoh, garis besar tersampaikan, lalu
pengayaan soal-soal. Saya buat pola pembelajaran yang berbasis masalah jadi
mereka sendiri yang aktif untuk memcahkan soal yang ada. Nanti setelahnya saya
bantu mengevaluasi.”

111

Universitas Sumatera Utara


“benar, kadang kita lupa untuk mentransfer informasi. Tapi saya sejauh ini apapun
informasi yang saya memang sudah kumpulkan selalu saya kasih kredit maksudnya
sumber aslinya dan mentransfer ke format baru. Karna untuk bahan ajar biasanya
kita susun dulu kan jadi ketika disajikan dalam kelas itu dalam format yang baru
yang lebih memudahkan siswa untuk memahaminya.”
“kalau forum komunikasi saya lebih sering dengan guru-guru disini juga ya, karna
lebih efektif menurut saya. Kalau sampai keluar sekolah biasanya ya online. Kita
buat grup gitu. Guru yang sama bidangnya dengan saya sekota medan kumpul
disitu.”
“ada, saya intteraksi selalu dengan sesama guru disini, kalau yang diluar kota atau
lebih jauh sesekali aja ya kalau ada pelatihan atau kunjungan ke beberapa tempat
disana. Kita kolaborasi dan berbagi informasi kira-kira apa yang perlu ditingkatkan
lagi gitu ya.”

SMA Negeri 13 Medan


“ya, pihak sekolah mendukung, juga pernah ada guru-guru yang ikut pelatihan
literasi semasa gubernur yang lama. Itu pernah saya dengar disampaikan pada rapat
dewan guru oleh pihak sekolah. MGMP, KKG, seminar dan diskusi juga biasa kita
ada oleh pihak sekolah.”
“ya, bermanfaat.. khususnya saya sebagai pengajar. Yang mana perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi sekarang ini semakin jauh berkembang, kita
sebagai guru harus bisa setara setidaknya, gak boleh tertinggal. Jadi pelatihan-
pelatihan itu pun mendukung sekali, bermanfaat sekali untuk menambah dan
memperbaiki penguasaan keterampilan kinerja dan pengajaran kita.”
“memang tidak terlalu jelas kelihatan hasilnya gitu ya, hasil daripada disana paling
kan hanya pengetahuan secara teori disana yang kita dapatkan, jadi pembelajaran
itu, kembali juga seperti yang sebelumnya paling kadang-kadang tambahan sedikit-
sedikit dari hasil pelatihan, misalnya membuat alat peraga. Disana kan
pendalamannya hanya materi aja. Mengulang-ulang yang pernah kita pelajari saat
di bangku kuliah pendidikan gitu ya. seperti misalnya kalau pembelajaran di
metode-metode sekarang, pakai infokus, kita coba juga pakai.”
“kita tanamkan kebiasaan yang baik dulu itu terlihat dan kita sampaikan saat
membuka dan menutup pembelajaran biasanya. Kita biasakan mereka untuk
memilah milah mana yang bisa diambil dan yang tidak bukan hanya untuk
informasi saja tapi untuk semua lini ya, artinya dalam keseharian mereka juga kita
tanamkan kebiasaan baik itu. Lalu kita latih mereka untuk belajar mandiri dan kritis
dengan mampu memecahkan dan mengidentifikasi masalah dari soal-soal latihan
yang kita berikan. Saat praktik juga itu kita terapkan. Mereka pahami dulu bahan
ajar yang sudah disampaikan dan yang ada didepan mereka. Kadang mereka ada
bertanya disitu kita bantu mengarahkan.”

112

Universitas Sumatera Utara


“penting dan mendukung kegiatan belajar siswa sebenarnya, saya juga sering
menggunakan perpustakaan dan menunjuk siswa untuk selalu menggunakan
perpustakaan sebagai bagian dari pembelajaran. Namun belakangan fungsi
perpustakaan sedikit berkurang hanya ada buku-buku lama dan buku teks
pelajaran.. dalam meningkatkan kompetensi guru perpustakaan sebagai referensi
juga disamping internet yang sering digunakan ya. tidak ada saya tahu perpustakaan
mengadakan program literasi informasi kepada siswa dan guru. yang saya tahu
hanya kegiatan setiap awal ajaran baru untuk mengenalkan siswa baru seperti apa
perpustakaan disini dan bagaimana merawat buku pelajaran yang dipinjamkan.
Begitu saja.”

113

Universitas Sumatera Utara


TRANSKRIP WAWANCARA DENGAN YL

Memproses Informasi

“tentu kita filter, artinya kita menyaring mana yang memang bisa diambil sebagai
informasi yang nantinya akan disajikan ke siswa-siswi dan mana yang tidak. Kita
pasti menyaringnya sebelum disajikan. Dan kita pun sebagai guru engga semua
sudut pandang informasi itu kita terima. Tentu kita pilah, kita juga membuat garis
besar pembelajaran atau silabus, itu yang nantinya jadi patokan apa saja yang
diajarkan dan untuk membuat itu kita dapati berdasarkan K13 dan informasinya
dari sudut pandang informasi yang sudah kita pilah tadi. Seperti itu..”

“hubungan timbal balik dan konsistensi informasi kalau saya dengan liat konten
informasi tersebut lalu disesuaikan dengan materi yang saya butuhkan untuk
diajarkan dalam kelas. Nah kalau saya ingin membuat kelas itu lebih bervariasi
tentu saya akan gunakan bukti pendukung dari sumber informasi lainnya. Itu
memang butuh ketelitian ya. Kita sebagai guru kan juga ingin ngasih yang terbaik
saat mengajar untuk anak didik. Jadi ya harus begitu dan itu terbukti lebih akurat..”

“tentu ada perluasan gagasan. Kita tidak hanya membuat perluasan gagasan
berdasarkan dalam garis besar pembelajaran tapi juga dalam penyampaian materi
pembelajaran dikelas seperti materi tentang reproduksi kita berikan secara
mendalam hingga paham disertai contoh-contoh. Tapi kadang kan siswa/sisiwi ada
merasa jenuh, bosan ngitung-ngitung terus, ya disitulah kita luaskan misalnya kita
contohkan lingkungan sekolah atau diluar sekolah sehari-hari, yang dimisalkan pun
harus sesuai materi yang diajarkan.. jadi bervariasi..”

“iya, kita tentunya membuat kesimpulan setelah mengumpulkan informasi, jadi


informasi yang tadinya hanya berupa informasi yang sifatnya umum, bisa kita
jadikan informasi baru dan ilmiah dengan menyimpulkannya tadi. Di akhir setiap
pelajaran di dalam kelas biasanya juga saya sarankan siswa untuk membuat
kesimpulan dari pelajaran kita pada hari itu jadi siswa bisa berpikir dan mengingat
kembali lalu mencatatnya dalam buku untuk dibaca ulang.”

“sudah terlebih dahulu mengkroscek ataupun mensurvey ataupun mungkin


menelaah, menalar dan mencari data-data pendukung apakah memang informasi itu
benar, baru kita sampaikan..”

Mensintesis Informasi

“ya tentunya..”

“kalau dia tidak utuh, pastinya kita harus menganalisis apakah analisis kita itu
dengan membaca beberapa referensi, apakah dengan mendengarkan informasi dari
berbagai macam media yang nanti menyangkut masalah yang tadi belum lengkap
informasinya. Biar kita dapat mengambilkan sebuah kesimpulan dan menilai atau

114

Universitas Sumatera Utara


mungkin mengkroscek kembali kepada orang yang memberi informasi berita yang
sebenarnya seperti ini, begitu…”

“tentunya kalau berkaitan tentu kita ada melakukan integrasi.”

Menyajikan Informasi

“menyajikan informasi didalam kelas harus terintegrasi didalam proses


pembelajaran. Apabila proses pembelajaran itu misalnya kebetulan topik ataupun
kondisi nya mendukung atau sama. Jadi apabila mengena sasaran tadi informasi itu
jadi informasinya sana kedalam pembelajaran terintegrasi, tergabung.. apakah
dikaitkan contoh kan masyarakat misalnya mendengar anak-anak juga atau
masyarakat lah kita bilang mendengar apakah menstruasi itu pada saat menstruasi
gak boleh makan nenas dan sebagainya… disitulah kita menyampaikan informasi
kepada mereka yang sesuai dengan ilmiah, topik ilmiah..yaa kita semuanya karna
kita pendidik kita menyampaikan literasi harus secara ilmiah harus factual.. jadi kita
tidak boleh menyampaikan informasi yang tidak ada referensinya. Kalaupun itu
kejadiannya misalnya fenomena alam, mau benar atau engga penjelasan kita, mau
benar atau tidak pemaparan, tungguu.. mau benar atau tidak kita mengungkapkan
kejadian itu, itu tidak ada urusan yang penting masuk akal.. haa seperti kejadian
UFO katanya turun yang menyebabkan padi jadi apa kita harus sampaikan itu
beritanya, memang UFO seperti itu tapi kita cari berita yang benar ternyata itu yang
dibuat orang… atau kejadian hujan darah kita cari tau lagi informasinya, haa itu
juga sudah literasi kan.. “

“haa ada ambil kesimpulan, ada refleksi ada penugasan. Kita pasti lakukan baik
oleh guru itu sendiri ataupun oleh siswa, untuk melihat seberapa banyak siswa
menguasai materi yang diajarkan.”

“menyampaikan informasi yang baru tentunya kita menyampaikan dengan


mengkondusifkan dulu anak-anak, kemudian memberikan beberapa referensi yang
memang merupakan acuan pada meereka nanti untuk menggabungkan atau untuk
mengkaitkan dan mereka biar paham apa yang kita sampaikan jadi terlebih dahulu
kita sampaikan… sama dengan memasak kita siapkan dulu bahan mentah, jadi pada
mereka diberikan dulu pengetahuan dasar yang menjadikan sebagai yang bisa
mereka jadikan indicator untuk menalar apa yang kita sampaikan yang baru ini. Jadi
tidak membabi buta … kita beri dulu pengetahuan selintas secara umum sehingga
mereka nanti konek dengan kita dan mereka paham dengan apa yang kita
sampaikan.”

“… sekarang sesuai dengan K13, pusat pembelajaran kan sekarang berada di


peserta didik, biasanya saya mengasih kepada mereka itu, model pembelajarannya
itu dalam bentuk kelompok, kerja kelompok.. kemudian modelnya itu bisa jigsaw
dengan kepala bernomor, kemudian juga mereka mendapatkan informasi itu dengan
melalui inquiri atau discovery mencari sendiri kemudian memaparkan kemudian
saya sebagai fasilitator atau mediator… mana-mana mereka yang engga paham,
kalau ada masalah yang engga paham kami sama-sama merunut, kebetulan ada

115

Universitas Sumatera Utara


internet yang sudah memang ini kami samakan persepsi beberapa kepala untuk
mengambil permasalahan yang tadi mungkin agak semu untuk lebih jelas.. dari bab
berapa .. jadi saya sebagai guru pun tidak bisa tidak karna sekarang tidak lagi guru
segalanya… kita bisa komunikasi dnegan anak-anak dengan beberapa menyatukan
persepsi dengan membaca beberapa referensi..gak masalah saya.. halaman berapa
tadi nak, bab berapa tadi nak.. coba cari dulu, saya cari beberapa kepala yang bisa
diajak kompromi dan diskusi, gitu..

Media komunikasinya itu media komunikasi dua arah,.. tidak searah..saya


mendengar berita dan kebetulan sekarang pembelajaran sekarang engga boleh satu
arah nah harus dua arah.. dan harus lebih dominan, pembelajaran tadi berpusat di
peserta didik kan.. bagaimana menghidupkan mereka, meskipun sebenarkan
kadang-kadang terbata-bata dan saya tidak akan ambil alih termasuk kalau
seandainya minim sekali dia tidak dapat.. apa yang kau baca? Apa yang kau
lakukan.. literasi… tuliskan di papan tulis.. sampaikan, kalaupun dia membaca..
kami nanti kembali dia mungkin nanti saya somasi.. kau udah gak benar.. besok
lusa,, kalaupun itu berulang tetap saya sampaikan meskipun nanti dia tidak berubah
tapi saya tetap berusaha untuk menyatakan kau tidak benar..

Yaa saya harus beradaptasi dengan kondisi yang sekarang yaa mungkin ada
dibeberapa segmen, sektor dibeberapa instansi yang tidak, belum sempat atau
mungkin kita belum sampai kesana sehingga nanti ada kadang-kadang tv atau
televisi yang nanti kebablasan ya kan.. kemudian juga ada ditengah-tengah
masyarakat ada anak sekolah tawuran yang kita dengar yang tidak asing.. haa itu
informasi itu kita harus beradaptasi, sehingga tidak muncul nanti ego itu berbagi,
ego dia ada atau ego saya juga ada. Jadi saling menenggang satu sama lain, tapi
tetap dalam komitmen tetap dalam satu payung hukumnya adalah pembelajaran..
Pendidikan dan pembelajaran..”

“ohh memang ada.. anak-anak yang sudah memang.. dengan tentu catatan tadi,
mereka hanya meminta kepada saya rambu-rambu apa indicator yang akan dicapai,
apa materi-materi yang mereka cari.. kemudian mereka cari lalu dari sana nanti
mereka informasikan ke teman tentunya saya dengar dan saya jadi fasilitator tadi,
apakah informasi yang dia sampaikan benar, dimana sistem kita itu tadi yang agak
sedikit lagi tidak konek, saya konekkan gitu..

wujud representasi nya itu tadi dalam bentuk misalnya memaparkan powerpoin-
powerpoin yang sudah mereka cari ketemannya tadi, disuruh temannya
menanggapi, jadi mereka memang kedepan menginformasikan apa yang mereka
cari dalam bentuk wujud powerpoin. Dengan menggunakan LCD dengan laptop
yang dibawa, dengan animasi-animasi.. pokoknya yang video yang mendukung
dengan menggunakan aplikasi teknologi.. seperti contohnya sintesa protein ada
disana transfer electron atau fosforilasi electron yang ada harus disampaikan dalam
bentuk animasi mereka mampu lebih mampu secara visual, bagaimana sintesa
protein, pengangkutan daripada basa-basa nitrogen mereka mengangkut ke ribosom
itu disampaikan mereka lewat video yang didalam itu sudah akurat dan dalam
bentuk Bahasa inggris.. kalaupun ada yang tidak mengerti Bahasa inggris karna

116

Universitas Sumatera Utara


saya sudah sampaikan poin-poin yang pertama.. mereka kan juga ada nomor kepala
tadi nomor kepala mulai dari nomor pertama definisi dulu kemudian pemahaman-
pemahaman yang memang c1, c2 kemudian nanti kan ada pemahaman yang c4
yang ada sintesa kemudian ada analisa, nanti ada kekapala tertentu yang saya
sampaikan untuk menyampaikan ke depan, gitu.. pokoknya kita memang literasi itu
sudah terintegrasi ke pembelajaran dengan inquiry tadi dan discovery untuk diskusi
mereka..”

“ya, iya tentu. Kita baik didalam kelas menyampaikan pelajaran menggunakan
teknologi. Seperti tadi, LCD proyektor, powerpoint, aplikasi penampil animasi,
ebook gambar dan lain-lain.”

“ya, kita beri mereka dasar terlebih dahulu, lalu kita terapkan pembelajaran inquiri
atau discovery, artinya mereka mandiri, menemukan sendiri permasalahan,
menyelesaikannya tapi apa-apa yang mereka tidak sampai kita kasih tau.”

“Nah saya mengambil informasi tidak dalam satu sumber, ada beberapa referensi
yang saya bandingkan dulu sehingga nanti ditemukan mana yang data akurat. Jadi
saya pun nanti sampaikan ke anak-anak jangan ada misalnya maaf dengan
Wikipedia, atau blog-blog yang tidak jelas referensinya jadi kita disampaikan
biasanya sampai mereka ini nanti bisa mengambil artikel yang kadang-kadang pun
nyelonong kemana-mana mendapatkan informasi itu.. karna mereka mendapatkan
pembelajaran IT, mereka sudah mengerti dan itu mendukung jadinya.. saya pun
begitu tidak serta merta saya caplok informasi itu semua tapi saya ambil mana yang
diperlukan dengan tidak melupakan sumbernya dari mana lalu saya sajikan dalam
format tertentu untuk jadi bahan ajar dikelas.”

“ohh itu biasanya ada dalam forum satu diantaranya adalah dalam bentuk tutorial
K13 beberapa guru, misalnya beberapa guru biologi yang berada dibawah daripada
rayon SMA N 13 jadi kita berkunjung ke mereka bagaimana penerapan K13
bagaimana penyusunan RPP yang baik bagaimana menyusun indicator dari KD
yang baik, kemudian mencari model pembelajaran yang baik itu ada disampaikan
kepada sekolah-sekolah yang lain. Dan kondisi SDM nya lah karna kita beragam
yang berangkatkan dari rumah kadang-kadang yang kita maaf kadang orangtua
tidak mendukung pembentukan karakter dengan baik itulah resiko yang sampai itu
pun kita tampung semua, bagaimana kita berikhtiar, tetap berikhtiar, meskipun
hasilnya nol koma sekian, yang penting kita tetap berusaha ada hasilnya.. “

“haa kolaborasi ada, kemudian saling berbagi informasi ada meskipun tidak kita
sumbernya tapi dari guru yang lain misalnya dapat prestasi kita meminta ataupun
meminta penjelasan atau meminta informasi atau hasil bagaimana apakah kita nanti
itu ada yang jadi contoh atau ada apresiasi meskipun itu dalam bentuk apresiasi
tetap kita ada kolaborasi. Dia literasinya tidak duduk begitu saja, terintegrasi dalam
proses pembelajaran, didalam kegiatan beraktivitas sehari-hari. Sekolah pun
memfasilitasi.. karna memang literasi sekarang kita sampaikan tidak hanya
membaca fokus manual buku ya kan.. apa tadi informasi apa tadi media, surat kabar,
televisi, radio.”

117

Universitas Sumatera Utara


SMA Negeri 13 Medan

“oh tentu, tentu mendukung, kita banyak diberikan pelatihan-pelatihan. Saya


sendiri pernah mengikuti pelatihan ke luar kota, LPMP tapi tidak setiap tahun lah
gitu. Pelatihan kurikulum 2013 juga, MKG dan diskusi.”

“iya bermanfaat sekali. Pelatihan tersebut tentu bayak manfaatnya bagi kita, karna
selain meningkatkan kualitas mengajar juga meningkatkan mutu pengajaran itu
sendiri.”

“nah kalau itu kita terapkan sebagaimana yang sudah kita dapatkan dalam pelatihan.
Kita pakai teknologi, nah dalam kelas kita terapkan, kita pakai laptop, infokus, kita
ciptakan suasana kelas yang aktif namun tetap kondusif, terus kita juga sebagai
fasilitator yang bisa diajak diskusi, bertukar persepsi, pengalaman dan sebagainya.”

“ya kalau itu pertanyaannya itu kan kalau siswanya memiliki nilai lebih lah gitu
kira-kira kan. Nah tentunya kita tetap kasih motivasi bahwa dengan belajar itu
semakin dimanusiakan gitu. Pembentukan manusia seutuhnya kira-kira gitu.
Bagaimana pun kita tetap belajar kan ntah itu dengan internet karna ilmu ini
khususnya biologi ya tetap akan dipelajari seumur hidup lah kan. Jadi itu kita
motivasi selalu dan kita harus bisa menjadi fasilitator untuk mereka agar
kemampuan berpikir kritis dan kreatif mereka jalan.”

“Literasi untuk ke perpustakaan insyaa Allah sudah mendukung seluruhnya Cuma


sepertinya sekarang kita sudah paham bahwa tidak ada lagi ilmu dibawah karpet
bahwa seluruhnya sudah terintegrasi dengan internet jadi kalaupun kita tidak
sampai ke perpustakaan apa yang didalamnya yang penting-penting kita sudah
baca, karna setiap kita dapat permasalahan pasti kita searching apa itu jadi kita tidak
terhenti pada ketidaktahuan tapi kita jadi mau tau.. Demikian juga dengan anak-
anak memang ada literasi anak-anak kesana yang sudah disediakan meja dan
memang buku-buku yang tersedia ada buku yang terbaru juga karna kebetulan
disini sekarang kan ada dana BOS dari pemerintah juga buku itu sudah ada
didalamnya, kemudian ada buku-buku yang mungkin mereka baca dari siswa yang
menyumbangkan berupa cerita atau apa sudah ada disana…”

118

Universitas Sumatera Utara


TRANSKRIP WAWANCARA DENGAN MJ

Memproses Informasi

… dengan kritikan karena kritikan merupakan bagian dari filter informasi agar
semua balance dengan data dan fakta. …bagi saya sebagai seorang guru, informasi
dari sudut pandang manapun, tetap diterima. Artinya informasi tersebut didengar,
dilihat, dipahami. Apabila informasi tersebut fakta, maka akan dijadikan sebuah
penambahan informasi namun bila hanya sebuah wacana singkat maka informasi
tersebut tidak diproses lebih lanjut.”

“tentu, digabungkan dengan data yang telah dicek melalui lisan maupun tulisan.
…hubungan timbal balik dan konsistensi tentu digabungkan dengan bukti
pendukung agar informasi lebih akurat. Karena disesuaikan juga dengan
perkembangan data dan waktu yang semakin banyak menambah informasi baru
baik itu yang bersifat penambahan maupun sebuah kepastian.”

“iya, tentu mengadakan perluasan gagasan. Perluasan gagasan dilakukan apabila


informasi baru yang didapat ditelaah lebih detail dan terperinci. Supaya semua data
nantinya akan berkesinambungan dan akurat terutama dengan pembelajaran yang
akan disampaikan.”

“penarikan kesimpulan tentu dilakukan untuk mengetahui berakhirnya sebuah


informasi dalam waktu tertentu. Penarikan kesimpulan ya wajib ada dan dilakukan
apabila informasi baru maupun lama telah didapatkan.”

“ya, karena setelah pengujian dari berbagai teori, kesimpulan akan dapat diambil.
Pengujian teori dilakukan sesuai dengan metodologi termasuk survey, observasi,
maupun tes. Mengapa, karena informasi didapat bukan hanya dari makhluk hidup
(manusia) kadang kala informasi juga didapat dari survey data ke lapangan, melihat
wujud asli benda untuk kemudian ditarik kesimpulan dan menjadikannya data
informasi yang akurat.”

Mensintesis Informasi

“dengan cara pengumpulan data, fakta dan akuisisi. …semua informasi yang
didapat dikumpulkan menjadi suatu data dan diambil penarikan kesimpulan,
dengan cara tersebut data fakta grafik dapat dilakukan.”

“ya kadangkala menggunakan alat analisis. Ketidakutuhan informasi karena


banyaknya sumber. Alat analisis yang digunakan seperti pengujian data secara
sistematis, grafik data dan tentunya digunakan saat dan di waktu pengumpulan
informasi.”

“ya, tentu. Informasi lama maupun terbaru, tetap di integrasikan. Karena informasi
lama pun tetap bagian dari pengarsipan dokumentasi informasi dari suatu sumber

119

Universitas Sumatera Utara


maupun hal kejadian yang perkembangannya ditambahkan sesuai dengan waktu,
fakta, dan keadaan yang ada sehingga menjadi informasi yang baru.”

Menyajikan Informasi

“…dengan cara studi kasus dan pengumpulan data bahan ajar. Penyajian informasi
dikelas dalam bentuk sub bab materi bahan ajar disertai judul, menjelaskan
pembahasan bahkan kesimpulan. Biasanya saya buat tanya jawab, main sambung
kata dari lagu-lagu nasional dan storytelling.”

“ya, tentu setiap subbab yang diajarkan maka akan ditarik kesimpulan.
…kesimpulan dari informasi tetap disampaikan. Kenapa? Ya karena supaya
pemahaman terhadap informasi tersebut dapat diterima, diingat dan dipahami oleh
siswa-siswi dan menjadi titik acuan informasi apabila disuatu hari nanti
informasi/data tersebut ditanyakan.”

“hmm.. ya informasi baru bersifat ringkasan dan informasi sebelumnya tetap bagian
kelanjutan bahan ajar. Setiap pengajar berhak menerapkan dan memberlakukan
informasi baru maupun informasi lama menjadi suatu data yang dapat dibahas dan
menjadi bahan pertimbangan diskusi untuk siswa/siswi dikelas.”

“tentu, media komunikasi mendukung pelajaran dikelas. ..memilih media


komunikasi dengan cara komunikasi yang paling terbaik dan yang paling sering
digunakan seperti laptop, biasanya jika ada materi yang mendukung untuk
penyampaian secara audio visual. Memilihnya tidak selalu berdasarkan gaya belajar
siswa karena terkadang disesuaikan dengan kompetensi pengajar yang telah
ditetapkan. …media komunikasi sangat mendukung kegiatan belajar mengajar
dikelas. Salah satu yang paling fenomenal adalah penggunaan laptop yang
terhubung dengan internet yang bisa terkoneksi dengan google maupun email dan
dikelas tinggal dihubungkan ke proyektor. Pemilihan media komunikasi tentu
disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan materi ajar yang dimaksud ditambah
dengan gaya belajar siswa/siswi yang memang saat ini sarat dengan teknologi.
Sehingga kesinambungan akan ada dan belajar menjadi lebih menyenangkan serta
aktif kondusif.”

“ya, wujud siswa merepresentasikannya dengan studi kasus dan diskusi umum.
..representasi informasi harus sesuai dengan sasaran audiens. Dan setiap informasi
yang diterima dipresentasikan kembali oleh siswa/siswi dalam wujud hasil diskusi,
seperti presentasi hasil diskusi, makalah dan jurnal yang ada. “

“ya tentu, karena antara teknologi dan sistem mengajar dalam pembelajaran akan
ada kesinambungan, mereka tidak terpisahkan di era modern ini. Aplikasi teknologi
dalam penyelesaian proses belajar tentu dilakukan karena teknologi selalu
bersinergi lurus dan menjadi suatu alat pendukung pemahaman siswa terhadap
bahan ajar.”

“ya pola pembelajarannya seperti diskusi, praktik dan lain-lain.”

120

Universitas Sumatera Utara


“ya, saya selalu mengubah format informasi tersebut dari format aslinya ke format
baru. Itu dibutuhkan agar dapat sekaligus memilah informasinya dan dalam
penyajiannya di kelas.”

“ya, tentu saja. Forum diskusi umum dan terbuka adalah suatu kesempatan untuk
mendukung pembelajaran yang lebih efektif. Seperti MGMP itu kan ada yang
sekota Medan, ada juga yang sesama guru bidang yang sama di sekolah ini. saya
karna yang di Medan itu kelompoknya kurang efektif dan aktif lebih sering disini
kan kita juga ada rapat, kita kana da 3 orang yang bidang mata pelajaran yang sama
jadi kita selalu diskusi terutama saat rapat. Jadi tau apa yang perlu di evaluasi.”

“kolaborasi, publikasi ilmiah tentu dilakukan demi untuk meningkatkan


pemahaman dan kemampuan pengajaran.”

SMA Negeri 13 Medan

“pihak sekolah mendukung peningkatan informasi dengan memberikan pelatihan


terhadap guru agar terwujud guru yang berdedikasi tinggi, berintegritas dan
memiliki kompetensi. Seperti MKG, Pelatihan kurikulum 2013, seminar juga ada
kita.”

“ya, pelatihan tersebut tentu berguna untuk kompetensi guru karena umumnya
merupakan sebagai bentuk wujud bahan ajaran maupun materi dan pembentukan
skill dalam kompetensi mengajar.”

“penerapan hasil pelatihan yaitu dengan peningkatan belajar di lapangan (praktik)


maupun studi banding.”

“pada dasarnya bagus sih, Cuma kita disini kalau saya sendiri menekankan ke siswa
tidak selamanya informasi tadi harus kita telan begitu aja, jadi harus kita telaah
dulu, bebas mencari informasi itu kemana tapi kita saring dulu. Termasuk
pembelajaran, pembelajaran itu tidak selamanya kita harus ambil dari media-media
yang ada kita harus telaah dulu karena kan disitu pembelajaran yang ada disitu kan
hasil karya manusia juga terkadang ada kekhilafan juga jadi harus teliti, jadi jangan
begitu dapat langsung ditelan begitu saja tapi dia harus teliti, dia harus kritis. Disitu
lah kita ajarkan dia kritis itu, harus ada proses penyaringan informasi. walaupun dia
ambil dari ini itu. Dan saya sebagai guru tetap membantu, itu tadi penekanannya
silahkan cari bahan di internet, tapi jangan mentah-mentah diambil. Sesuaikan
dengan literature yang ada misalnya buku, bahan pegangan mereka seperti itu.”

“sangat mendukung ya, kalau itu peran perpustakaan sangat mendukung. Karena
kadang disitu banyak sekali materi bahkan terkadang materi-materi tertentu itu
kami bawa siswa ke perpustakaan, ibaratnya riset di perpustakaan. Mereka cari
bahan bahkan terkadang diskusi di perpustakaan gitu, apalagi dengan materi saya
bahasa Indonesia itu banyak sekali materi di perpustakaan. Dia harus paham, harus
tau bagaimana dia mengambil materi, diskusi tadi di perpustakaan. Dan itu juga
sangat menunjang kompetensi saya.”

121

Universitas Sumatera Utara


TRANSKRIP WAWANCARA DENGAN TU

Memproses Informasi

ya, saya menerima sudut pandang informasi dari berbagai arah, karena dengan
menerima dari berbagai arah dapat membantu dan menambah pengetahuan atau
kebutuhan informasi saya. Juga menjadi bahan penilaian terhadap informasi yang
telah saya dapatkan.”

“ya, saya menggabungkan dengan bukti pendukung agar informasi yang diterima
lebih akurat.”

“ya, saya melakukan perluasan gagasan untuk membangun informasi baru agar
informasi yang dibangun lebih spesifik. Perluasan gagasan ini juga menyesuaikan
dengan materi pembelajaran dan lebih kepada konsepnya. Seperti misalnya lebih
dahulu memberikan pengertian-pengertian, lalu contoh-contoh yang lebih banyak,
setelah itu baru siswa yang kita uji sebagai umpan balik.”

“ya, saya melakukan penarikan kesimpulan dari informasi yang dikumpulkan


gunanya agar mengetahui sampai mana kelengkapan dan keakuratan informasi
tersebut.”

“ya, kita melakukan pengujian teori seperti mensurvey terlebih dahulu mencari atau
melakukan observasi data-data pendukung agar dapat dipastikan bahwa informasi
tersebut benar dan akurat.”

Mensintesis Informasi

“ya pasti. Sintesis informasi ada dilakukan. Biasanya saya melakukan penyeleksian
dahulu, ini juga dipengaruhi oleh lingkungan luar dan kita juga harus tau informasi
mana yang cocok dikombinasikan agar informasi tersebut pas.”

“ya tentu menggunakan alat analisis informasi dengan melakukan membaca


berbagai sumber informasi atau referensi, mendengar, juga membaca informasi dari
berbagai media yang berkaitan dengan informasi yang belum pas.”

“ya pasti melakukan integrasi apabila informasi tersebut saling berkaitan.”

Menyajikan Informasi

“biasanya dengan menggunakan bentuk narasi dan slide yang ditampilkan supaya
tidak menimbulkan rasa bosan. Saya juga melatih kemampuan bahasa inggris siswa
lewat menyanyikan lagu berbahasa inggris dan berpidato.”

122

Universitas Sumatera Utara


“ya saya ada memberikan kesimpulan. Biasanya dengan merangkum bersama
siswa-siswi pembahasan sebelumnya. lalu membacakannya bersama sebagai
evaluasi.”

“ya tergantung informasinya, kalau informasinya sudah tidak banyak digunakan


atau telah banyak perubahan pasti akan menyampaikan informasi baru, namun
informasi yang disampaikan harus di telaah terlebih dahulu agar mudah dipahami
dan diterima.”

“disesuaikan dengan kurikulumnya dan materi pelajaran kala itu. Jadi yang lebih
aktif itu siswa. Guru hanya fasilitator. Jadi tidak mentah-mentah dari kita, kita
hanya sebagai fasilitator. Siswa harus mampu menjabarkan, nanti kalau ada
kekurangan atau kelemahannya baru kita luruskan. Jadi kita beri dulu mereka
uraian, apa jawab mereka, gitu. Nanti baru kita perbaiki, kita telaah. Jadi sekarang
siswa yang harus aktif, tidak seperti dulu. Harus berani dia mencari bahan-bahan
dari internet, perpustakaan seperti itu, media komunikasinya dua arah dan harus
lebih dominan siswa, pembelajaran jadi lebih fokus dan terpusat pada siswa. Kalau
diluar kelas, media komunikasi kita dengan siswa itu melalui telepon, bisa lewat
wa, email, atau grup chat diskusi. Dari situ kita arahkan, kita tetap layani kita jawab
jika ada siswa yang bertanya. Kalau dalam kelas kita tidak izinkan, kecuali jika ada
materi tertentu yang sifatnya itu harus mencari di internet kita akan berikan dan
disini kita kumpul, kalau mau belajar kita izin untuk memakai sebatas pelajaran itu
saja. Di dalam kelas juga format bahan ajarnya menggunakan powerpoint.”

“iya, sesuai sasaran dan tidak membeda-bedakan ya,. Representasi kembali oleh
siswa selalu ada ya, biasanya siswa jadi lebih aktif kalau diajak merepresentasikan.
Representasi verbal yang ada di buku pelajaran itu direpresentasikan kembali oleh
siswa sesuai materi tadi, tapi biasanya representasi visual jadinya, atau keduanya,
seperti pemeragaan peran tertentu, percakapan, kelompok diskusi sampai ke
musikalisasi puisi, lagu dan sejenisnya. Tergantung materi bahan ajar dan konsep
yang akan dipelajari dan ditampilkan saat itu.”

“ya tentu, saya mengaplikasikan teknologi dalam menyelesaikan dan mendukung


kinerja dalam pembelajaran.”

“ya pasti selalu membuat format atau pola pembelajaran dalam menyampaikan
informasi seperti menyajikan informasi dalam format narasi, slide di powerpoint.”

“ya saya mentransfer informasi dari format asli ke format baru sesuai dengan
etis/hukum seperti sebelum penyajian informasi saya melakukan pencarian
kemudian informasi yang saya dapatkan dalam bentuk pdf, kemudian saya transfer
ke format powerpoin agar dapat disajikan kepada siswa.”

“ya saya ikut berpartisipasi dalam forum komunikasi, agar kami sesama guru bisa
saling sharing untuk menambah wawasan dan tambahan ilmu kami.”

123

Universitas Sumatera Utara


“ya pasti karena itu sangat penting bagi kami sesama guru, hal tersebut sangat
bermanfaat bagi kami.”

SMA Negeri 13 Medan

“ada pelatihan untuk guru, administrasi, seperti penerapan K13. Karna kan disini
kita sebelumnya dilatih bagaimana penerapan K13 itu diruang kelas. Jadi dia sesuai
dengan rambu-rambunya pemeblajaran sekarang ini.”

“sangat bermanfaat ya. kita juga semakin memahami bagaimana mengajar yang
baik karena telah mengikuti pelatihan tersebut.”

“ada penerapan ya, karna memang pelatihan itu tujuannya memang untuk
mengaplikasikan hasil dari situ ke kelas. Jadi tetap ada.”

“untuk mewujudkannya selalu dibentuk kompetensi bidang terhadap siswa/siswi


dan untuk membuat diskusi kelompok maupun umum. Saya latih kemampuan
komunikasi mereka dengan cara-cara tadi, saya tempah kepercayaan diri mereka
karna ini berpengaruh sekali, kadang ada anak yang berbeda-beda karakternya, jadi
saya pahami dulu kemudian saya latih mereka masing-masing atau berkelompok.
Kita kasih mereka petunjuk yang kemudian mereka berpikir dan mengkreasikan
sendiri. Kurang lebih seperti itu.”

“oh itu banyak sekali, peran perpustakaan itu. Makanya di dalam rapat pun kita
sudah himbau supaya tugas perpustakaan itu begitu bel masuk sudah siap sedia,
sehingga ketika katakanlah misalnya ada buku yang perlu kita baca masih sempat
kita kesana sebelum masuk kelas. Misalnya mengenai English Conversation ada itu
di perpustakaan. Mereka menyediakan. Apalagi kalau sekarang buku paket tidak
ada lagi dijual. Jadi disediakan oleh perpustakaan. Jika ada siswa yang tidak punya
buku disuruh ke perpustakaan, kalau tidak buka kan sulit juga. Tapi sekarang kan
sudah tertib. Itu besar kali peranannya.”

124

Universitas Sumatera Utara


TRANSKRIP WAWANCARA DENGAN VA

Memproses Informasi

“untuk mendapatkan informasi dalam mengajar saya dapat mencari informasi


dalam bentuk buku dan media/internet. Itu pun tidak semuanya saya terima mentah-
mentah informasi tersebut, kita harus menyaring dulu informasi yang masuk,
karena informasi itu luas dan harus disaring terlebih dahulu, dan memilih yang
memang kita tuju untuk yang cocok untuk kita ajarkan dan cocok ke siswa agar
siswa dapat mudah memahami informasi tersebut.”

“ya, sesuai dengan materi yang diberikan..”

“iya, perluasan gagasan disini karna pelajaran exacta jadi lebih kepada
penyampaian materinya. Kita berikan dulu konsep pembelajaran yang tidak hanya
satu subjek tapi kita hubungkan ke subjek lain lalu kita rumuskan dan uji disana.”

“iya, menarik kesimpulan juga harus menggunakan logika, biar kesimpulan yang
kita ambil tepat. Dalam logika kita perlu melakukan proses penalaran yang sesuai
dari ketepatannya. Intinya ya penarikan kesimpulan dalam logika matematika, tapi
kalau secara umumnya jarang ya, karena kan ini mata pelajaran eksakta, paling
tidak hanya merumuskan kembali yang sudah saya terangkan sebelumnya.”

“ya, saya biasanya menguji teori atau informasi dengan metode standar saja.
Artinya karna pelajaran yang saya ajarkan lebih banyak latihan soal-soal, jadi saya
menguji dengan membandingkan latihan soal tersebut untuk mendapatkan soal-soal
baru dan jawaban yang tepat. Kalau untuk siswa dengan melakukan tes seperti ujian
kepada siswa itu sendiri.”

Mensintesis Informasi

“ya tentunya dalam proses belajar mengajar.”

“tentunya dengan menggunakan analisis informasi.”

“ya kalau berkaitan tentu kita ada melakukan integrasi.”

Menyajikan Informasi

“penyajiannya masih seperti pada umumnya dengan cara mengamati, menanyakan,


mengumpulkan informasi dan berkomunikasi kepada siswa. Tapi lebih ke interaksi
pada siswa ya. Karena sekarang ini siswa yang dituntut untuk lebih aktif, kita
sebagai guru hanya membantu mengarahkan dan memfasilitasi saja.”

“ya, tentu.. kesimpulan tetap disampaikan, itu dalam bentuk rangkuman yang dibuat
oleh siswa. Siswa merumuskan apa saja yang sudah guru jelaskan. “

125

Universitas Sumatera Utara


“iya, menerapkan informasi baru dan informasi sebelumnya itu kalau memang ada
materi atau tugas yang mendukung penerapan informasi tadi. Dia lebih ke
praktiknya sih kalau saya. Seperti pembuatan tugas atau pengayaan soal-soal.”

“media komunikasinya ya dengan penyampaian materi secara umum dengan bahan


cetak dengan cara dikelompokkan agar siswa dapat bekerja mandiri. Dan ditambah
dengan media slide dengan alat proyektor slide. Jadi untuk materi dengan objek
diagram, gambar, atau grafik yang perlu ditampilkan itu dengan bantuan media
seperti itu saya mengajarnya. Kalau dilihat dari gaya belajar siswa saya cenderung
lebih aktif di siswa, kita ajak siswa itu untuk belajar sendiri sesuai kemampuannya,
setelah selesai kita evaluasi bersama. Jadi tergantung dengan materi apa yang mau
disampaikan juga. Begitu..”

“iya, saya representasikan sesuai sasaran yang dituju, kalau siswanya mendukung
untuk representasi verbal diluar dari representasi matematis ya itu akan dilakukan.
Sekarang tergantung pada konsep atau pengayaan materi yang telah ditetapkan.
Wujudnya dalam bentuk pemecahan masalah. Tiap siswa beda-beda pemahaman
dan cara memecahkan masalah jadi setelah mereka perlihatkan di depan kelas, saya
sebagai guru akan menilai dan mengevaluasi bersama.”

“tentunya ya. saya menyajikan materi menggunakan teknologi, jadi teknologi itu
selalu sejalan dengan peran kita sebagai guru. Kita dituntut harus bisa menguasai
teknologi karna semua sekarang menggunakan teknologi untuk mendapatkan
informasi atau pengetahuan.”

“…sebelumnya kan saya sudah kasih rencana pembelajaran, biasanya saya kasih
tau ke mereka untuk mempelajari dirumah dasar-dasar dari rencana pembelajaran
itu, jadi saat pertemuan berikutnya saya tinggal menjelaskan secara garis besar dan
memberi latihan soal. Pengayaan soal disini berbasis masalah jadi mereka
memecahkan sendiri masalah.”

“harus ya, itu harus dilakukan menurut saya. Saya pun kalau mengambil informasi
ya tau sesuai aturan dan hukum, saya ambil seperlunya lalu saya simpan dalam
konteks yang berbeda sesuai kebutuhan materi pembelajaran di kelas nanti.”

“iya ada, tapi guru-guru SMA sekota medan ya, lebih sering disini sebenarnya kalau
untuk bertukar informasi karena juga keterbatasan waktu kalau berkumpul dengan
guru yang diluar ini kan. Mungkin via online.”

“iya, untuk sesama guru disini selalu ada interaksi terlebih guru mata pelajaran yang
sama bidangnya. Dan kolaborasi juga pun disini ya dengan guru bidang studi
lainnya kalau misalkan mereka ada mengikuti studi banding atau informasi baru
terkait peningkatan mutu pembelajaran. Pasti itu kita lakukan.”

126

Universitas Sumatera Utara


SMA Negeri 13 Medan

“tentu, sangat mendukung. Terutama kita ada pelatihan kurikulum, lalu


peningkatan kemampuan professional juga yang MKG, KKG dan seminar. Pihak
sekolah mendukung.”

“terutama untuk kompetensi ya, itu bermanfaat sekali. Kita dilatih untuk
mengembangkan kepribadian, karir, sikap dalam mengajar, keterampilan mengajar,
sampai memperbaiki penguasaan materi yang akan kita ajarkan ke anak-anak
nanti.”

“saya arahkan agar komunikasi dikelas itu tidak hanya satu arah, kita terima juga
dari anak-anak pendapat mereka, kita ajak mereka untuk aktif, kita sampaikan
dasar, garis besar pembelajaran, petunjuk-petunjuk menyelesaikan berbagai soal,
latihan, dan penilaian.”

“mewujudkan siswa dan siswi yang literate terhadap informasi harus lebih ekstra
ya, saya sebagai guru selalu mendukung siswa untuk giat membiasakan membaca,
baik itu membaca modul pembelajaran hari ini ataupun besok, hingga membaca
yang memang digunakan sebagai rekreasi atau pengetahuan yang baru. membentuk
pribadinya yang dapat berpikir kritis, kreatif dan mandiri itu perlu pembiasaan ya,
biasanya saya terapkan perhitungan yang mudah hingga sulit, nah nanti saya
berikan ke mereka latihan soal yang tingkat tertentu dan mereka kerjakan dengan
baik sejauh ini, ada yang memberikan alternative jawaban seperti cara panjang dan
cara ringkas, untuk memecahlan masalah itu saja sudah membutuhkan persepsi dan
pemikiran yang kritis, mereka secara mandiri atau berkelompok saya suruh
mengerjakan. Kalau berkelompok itu akan melatih komunikasi, kolaborasi dan
kepercayaan dirinya jika berhadapan dengan teman sebayanya. Dan itu dilakukan
dengan baik oleh siswa dan siswi yang saya didik.”

“iya sangat penting, perpustakaan juga kan sebagai bagian dari sekkolah yang
memang diperlukan untuk siswa dan guru. tapi sejauh ini perpustakaan yang ada
belum cukup memenuhi kebutuhan kami ya, terlebih buku-buku yang ada disitu
adalah buku-buku lama dan buku pelajaran, maksudnya koleksi lama lah gitu,
program-program yang seperti kamu bilang pun belum ada, jadi sya rasa yang ada
sekarang tidak maksimal ya perannya.”

127

Universitas Sumatera Utara


128

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai