Anda di halaman 1dari 89

Kode Unit : KKK.00.02.012.

01
 Sumber bahaya (hazard) adalah sumber, situasi, atau
tindakan yang berpotensi mencederai badan atau
mengganggu kesehatan manusia.

 Menurut Undang-undang No.1 Tahun 1970


Tempat Kerja adalah : tiap ruangan atau lapangan
tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap dimana
tenaga kerja bekerja atau sering dimasuki kerja
untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat
sumber atau sumber-sumber bahaya sebagaimana
diperinci dalam pasal 2; Termasuk Tempat Kerja
adalah suatu ruangan, lapangan halaman dan
sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau
yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut.
1. Faktor Bahaya

KIMIA
FISIK

BIOLOGI
PSIKOLOGI

FISIOLOGI
FAKTOR FISIK
Kebisingan adalah bunyi yang tidak
dikehendaki, seperti mesin dan
peralatan kerja menimbulkan suara
(noise) di tempat kerja.

Efek noise :
• Mengganggu komunikasi
• Mengganggu konsentrasi
• Tidak nyaman dalam bekerja
1. Kebisingan kontinyu dengan frekuensi luas
Mis : mesin, kipas angin, dll.

2. Kebisingan kontinyu dengan frekuensi sempit


Mis : gergaji sirkuler, katup gas.

3. Kebisingan terputus-putus (intermitten)


Mis : lalu lintas, suara pesawat terbang di bandara

4. Kebisingan impulsif
Mis : pukulan tukul, tembakan bedil atau meriam
• GANGGUAN KOMUNIKASI
Berbicara harus teriak, suara orang sulit dimengerti.

• GANGGUAN TIDUR
Presentase seseorang akan bangun tidur pada tingkat
kebisingan tertentu

• GANGGUAN PSIKOLOGIS
Mudah marah, mengganggu kenyamanan
Kepmenaker No. Kep. 13/Men/2011
NAB untuk kebisingan dalam waktu
tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam
seminggu adalah 85 dBA.
1. Sound Level Meter (SLM)

2. Noise Dosemeter
1. Pengendalian secara teknik

a. Pada sumbernya, contoh:


- Pemeliharaan (pelumasan, perbaikan
mesin).
- Penggantian mesin (press mekanik
diganti dgn press hidrolik).
- perubahan metode dan proses kerja
b. Pada daerah sebaran, contoh :
- Mengurangi kecepatan / gerak mesin
- Menggunakan peredam suara
- Mengisolasi sumber kebisingan
- Memperjauh jarak sumber kebisingan
dengan pekerja.
c. Pada penerima, contoh :
- Menggunakan alat pelindung telinga
- Perubahan waktu kerja
- Mengisolasi pekerja dari sumber bising
2. Pengendalian secara administratif
• Rotasi kerja
Memindahkan pekerja dari tempat yg
bising ke tempat yg kurang bising.
• Pengaturan waktu pengoperasian mesin.
• Pengaturan waktu kerja berdasarkan
peraturan perundangan/standard yang
berlaku.

3 . Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)


- Ear plug (sumbat telinga)
- Ear muff (tutup telinga)
- Safety helmet
 Adalah suatu faktor fisik yang bekerja
pada manusia dengan penjalaran
(transmission) dari pada tenaga
mekanik dari sumber goyangan
(osilator).
 Getaran kerja dihasilkan oleh : mesin,
kendaraan, traktor, truk, bus, tank,
alat kerja tangan, pengebor, dll
1. Getaran Umum / Whole Body Vibration
Getaran berpengaruh pada tubuh.
Misalnya: traktor, kendaraan.

2. Getaran setempat/ Hand Arm Vibration


Getaran yang merambat melalui tangan atau
lengan.
Misalnya:Bor tangan, Chain Saw, bor
pneumatic.
Secara Garis besar Pengaruh Getaran
Hirarki Pengendalian

Eliminasi

Substitusi

Rekayasa Teknis

Rekayasa Administratif

Alat Pelindung Diri

17
 Eliminasi yaitu menghilangkan suatu
bahan/tahapan proses berbahaya.
 Substitusi yaitu mengganti dari yang
berbahaya dengan yang tidak berbahaya.
 Rekayasa Engineering yaitu melakukan
perubahan atau modifikasi secara teknis
sehingga sumber bahaya hilang.
 Rekayasa administrasi yaitu menghilangkan
perubahan terhadap penempatan pekerja.
 APD (Alat Pelindung Diri) yaitu suatu bentuk
pemberian isolasi yang diterapkan kepada
manusia
 Agar dapat melihat benda-benda yg
ada disekitarnya dengan mudah &
jelas.
 Memberikan lingkungan kerja yg
aman dan nyaman
 Mengurangi risiko kecelakaan
 Meningkatkan produktivitas kerja
 Membuat kesulitan melihat dan
mengenali bahaya di tempat kerja
 Kontribusi pada EYE STRAIN
 Menyebabkan orang melongok
(stressful posture) untuk melihat
secara jeli.
 Secara langsung/ tidak menyebabkan
problem kesehatan dan keselamatan
lain meningkat
◦ Lelah mata, mental, pegal, kerusakan
mata meningkatkan kecelakaan
◦ penggunaan cahaya matahari (daylight)
◦ Gunakan warna yang cerah
◦ Sediakan penerangan yang cukup bagi
pekerja,
◦ Sediaan pencahayaan lokal untuk
pekerjaan yang memerlukan ketepatan &
pekerjaan pemeriksaan.
◦ sediakan penutup/selubung untuk
mengurangi pantulan langsung.
◦ Singkirkan permukaan yang mengkilat
◦ Pemilihan latar belakang yang sesuai
◦ Bersihkan jendela, dan peliharalah sumber
cahaya.
FAKTOR KIMIA
Defenisi : (Kep.Menaker RI No. 187/1999 tentang pengendalian bahan kimia berbahaya di tempat kerja)

Bahan kimia dalam bentuk tunggal atau campuran yang berdasarkan


sifat kimia dan atau fisika dan atau toksikologi berbahaya terhadap
tenaga kerja, instalasi dan lingkungan.

Kriteria bahan kimia berbahaya:

•bahan beracun
•bahan sangat beracun
•cairan mudah terbakar
•cairan sangat mudah terbakar
•gas mudah terbakar
•bahan mudah meledak
•bahan reaktif
•bahan oksidator
Definisi:

Standard faktor-faktor lingkungan kerja yang


dianjurkan di tempat kerja agar tenaga kerja
masih dapat menerimanya tanpa
mengakibatkan penyakit atau gangguan
kesehatan, dalam pekerjaan sehari-hari untuk
waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam
seminggu.
Wujud berupa :

• Gas
• Uap
• Debu
• Kabut
•Awan
•Asap
Klasifikasi umum: (Fundamentals of chemical safety/ Milos Nedved/p. 57/ ILO, 1991)
• Bahan Kimia beracun (toxic)
• Bahan Kimia Korosif (Corrosives)
• Bahan mudah terbakar (Flammable substances)
• Bahan Peledak (Explosives)
•Bahan Kimia Oxidator (Oxidation agents)
• Bahan kimia yang reaktif terhadap air (Water sensitivity
substances)
Interpretations of hierarchy :
• Engineering control
- Elimination
- Substitution
- Isolation

•Adm. Control
- Job Rotation

•PPE
- Safety glass, safety shoes, etc.
Different type of PPE available :

•Respiratory protection
•Eye and face protection
•Hand and arm protection
•Feet and legs
FAKTOR BIOLOGI
Sumber :

• Pekerjaan Pertanian
• Pekerjaan yang berhubungan dengan penanganan hewan dan
produknya (mis. Klinik dokter hewan, rumah potong hewan,
pasar daging dan ikan)
• Pekerjaan lapangan dimana ada kemungkinan berkontak
dengan tinja hewan
• Laboratorium, dll.
Virus
Jamur

Tempat
kerja

Protozoa
Bakteri

Cacing
• Organisme bersel tunggal berdiameter 1-2 mikron
• Beberapa bakteri menyebabkan penyakit, seperti tetanus. Yang
lain berguna, sebagai sumber antibiotika
• Contoh: Antraks pada tenaga kerja berhubungan dengan wol,
tetanus pada tenaga kerja pertanian
 Merupakan partikel hidup yang paling kecil yang berdiameter
antara 0,025 s/d 0,25 mikron
 Merupakan parasit yang menginfeksi manusia, hewan,
tumbuhan dan bakteri.
 Contoh: Hepatitis pada petugas laboratorium
Jamur :

• Jamur dapat berupa sel tunggal atau koloni


• Contoh: Infeksi jamur kulit pada pekerja sektor peternakan

Parasit:
• Beberapa macam parasit (mis: protozoa dan cacing) banyak
ditemukan di tempat kerja
• Contoh: malaria pada tenaga kerja kehutanan

cacing tambang pada pekerja pertanian


Route of Entry :

 Menembus kulit utuh, misalnya: antraks dan leptospirosis

 Menembus kulit yang rusak, misalnya: rabies, tetanus,


virus hepatitis B
 Beberapa patogen protozoa masuk ke tubuh melalui
gigitan serangga, misalnya malaria
 Melalui inhalasi percikan (droplet), spora atau debu
tercemar, misalnya: histoplasmosis
 Melalui makanan tercemar, misalnya disentry
Tenaga Kerja :
• Imunisasi
• Sanitasi dan Hygiene Perorangan
• Alat Pelindung diri

Tempat Kerja :
• Desinfeksi

• Perbaikan sistem ventilasi


FAKTOR
FISIOLOGI (ERGONOMI)
Definisi
Ilmu yang dalam penerapannya berusaha untuk
menyerasikan pekerjaan dan lingkungan kerja
terhadap tenaga kerja atau sebaliknya dengan
tujuan efisiensi yang setinggi-tingginya melalui
pemanfaatan faktor manusia seoptimal-
optimalnya
 Antropometri ( Ukuran tubuh manusia)
 Penciptaan lingk. kerja yang mendukung
 Sikap tubuh dan sarana / alat kerja
 Mengangkat dan mengangkut
 Jam kerja, kerja lembur / gilir, istirahat
 Kesegaran jasmani
 Musik di tempat kerja
 Pekerjaan dilakukan dalam sikap duduk atau
duduk-berdiri bergantian
 Sikap yang tidak alami dihindari, atau beban
statik diperkecil
 Tempat duduk dapat memberikan relaksasi
pada otot yang tidak dipakai
 Posisi dan sikap tubuh harus diusahakan
untuk menghindari upaya yang tidak perlu.
Faktor yang mempengaruhi :
 Beban, jarak angkut, intensitas pembebanan

 Kondisi lingkungan
 Ketrampilan

 Peralatan kerja dan keamanannya


Prinsip kinetik
 Beban diusahakan menekan pada otot tungkai yang
kuat, otot tulang belakang dibebaskan dari beban
 Momentum gerak badan dimanfaatkan untuk
mengawali gerakan
Kesegaran jasmani :
 Pekerja yang segar jasmaninya tidak akan cepat lelah
 setelah istirahat kelelahan akan cepat hilang
 Pekerja yang sehat dan segar menurunkan biaya
pengobatan, angka sakit dan kecelakaan

Musik Di tempat Kerja


 Musik diperlukan untuk pekerjaan monoton,
berulang, dan aktivitas mental.
 Kebisingan tinggi, musik tidak dianjurkan
 Musik yg keras tdk dianjurkan, Tempo musik tidak
terlalu cepat atau lambat, sebaiknya instrumentalia.
Jam kerja sebaiknya 8 jam sehari bila lebih perlu shift baru
Kerja lembur sebaiknya ditiadakan, bila lebih 2 jam tidak
akan melindungi tenaga kerja

ISTIRAHAT
4 Macam istirahat
• Istirahat curian

• Istirahat spontan
• Istirahat yg berhub dng proses kerja

• Istirahat yg ditentukan
FAKTOR PSIKOLOGI
 Motivasi Kerja dan Kepuasan Kerja
 Seleksi dan Penempatan Pegawai
 Pelatihan dan Pengembangan
 Produktivitas Kerja
 Stres Kerja
 Termotivasi:
Bekerja untuk memenuhi kebutuhannya
 Motivasi Tinggi:
Bekerja untuk mendapat kesenangan
dan kepuasan.
 Setelah bekerja  orang melakukan
penilaian.
 Bila hasil pekerjaan telah sesuai dengan
harapan dan tujuan  Kepuasan Kerja
 Bila belum  timbul dorongan untuk
mencapainya.
 Seleksi: Proses dalam penerimaan
pegawai dengan tujuan mengetahui
sejauh mana calon tenaga kerja memiliki
ciri kepribadian yang disyaratkan oleh
perusahaan  ditaksir sejauh mana
keberhasilan dalam bekerja
 Penempatan:
Mencocokan kualifikasi calon dengan
persyaratan yang telah ditetapkan dari
setiap jenis pekerjaan yang tersedia
 Pelatihan ialah proses pendidikan jangka
pendek dgn prosedur yang sistimatis dan
terorganisir, dimana tenaga kerja non
managerial mempelajari pengetahuan
dan ketrampilan teknis

 Pengembangan ialah proses pendidikan


jangka panjang, dengan prosedur
sistimatis dan terorganisir, dimana
tenaga kerja manajerial mempelajari
pengetahuan konseptual dan teoritis
 Produktivitas : Perbandingan antara hasil atau
keluaran (Output) dengan masukan (Input).
Artinya: Menghasilkan lebih banyak dan
berkualitas (Output) dengan usaha yang sama
(Input).

 Produktivitas Tenaga Kerja: ialah efisiensi


proses menghasilkan sumber daya yang
digunakan, bukan dengan tenaga kerja bekerja
lebih berat tetapi dengan perencanaan yang
tepat, teknologi dan manajemen yang baik.
 Ialah suatu ketidak seimbangan yang
dihayati antara tuntutan pekerjaan
dengan kemampuan, bila kegagalan
yang terjadi berdampak penting.
 Merupakan dampak negatif dalam
bekerja dan dapat dialami oleh setiap
pekerja, apapun jabatan dan
kedudukannya.
• Peraturan Perundangan yang berkaitan dengan PAK :
- U.U. No.1 tahun 1970
- Permenakertrans No.Per.01/Men/1981
- Keppres No.22 tahun 1993

 Alasan-alasan tidak dilaporkannya PAK ini karena :


- ketidak tahuan dalam menegakkan diagnosanya
- perusahaan khawatir terhadap ganti rugi yang
harus dibayar
- adanya hambatan teknis dan administratif
dalam penyelenggaraan program Kesehatan
Kerja diperusahaan
 Penyakit / kelainan yang disebabkan oleh
lingkungan kerja atau pekerjaan

 Penyakit Akibat hubungan kerja (Work Related


Diseases ) yaitu penyakit yang dicetuskan ,
dipermudah atau diperberat oleh pekerjaan.
Penyakit ini disebabkan secara tidak langsung
oleh pekerjaan dan biasanya penyebabnya
adalah berbagai jenis atau multi faktor.
 Penyakit disebabkan oleh pekerjaan
 Timbul selama kerja
 Biasanya masyarakat tidak terkena
 Bukan penyakit keturunan , tidak
menurun, kronis
 Terkait dengan pekerjaan
 Dalam penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja
Peraturan yang terkait adalah Permennaker No, 03/Men.1982
dan Keputusan DirjenBinawas No. Kep.157/M/BW/1989
tentang Tata Cara dan Bentuk Laporan Penyelenggaraan
Pelayanan Kesehatan Kerja dimana Pengurus wajib
menyampaikan laporan penyelenggaraan Pelayanan
Kesehatan Kerja .

 Dokter perusahaan adalah setiap dokter yang ditunjuk atau


bekerja diperusahaan yang bertugas atau bertanggung jawab
atas higiene perusahaan, kesehatan dan keselamatan kerja

 Dokter Pemeriksa Kesehatan Tenaga Kerja diperusahaan


harus / telah mengikuti training Hiperkes dan Keselamatan
Kerja dan mendapat pengesahan oleh DIRJEN BINAWAS
KEMNAKER.
 Paramedis perusahaan adalah tenaga paramedis
yang ditunjuk atau ditugaskan untuk
melaksanakan atau membantu penyelenggaraan
tugas-tugas higiene perusahaan, keselamatan
dan kesehatan kerja diperusahaan atas petunjuk
dokter perusahaan dan telah mengikuti pelatihan
Hiperkes dan Keselamatan Kerja.
Tujuan :

 Meningkatkan dan memelihara derajad kesehatan tenaga


kerja yang setinggi-tingginya baik jasmani ,rohani
maupun sosial untuk semua lapangan pekerjaan

 Mencegah timbulnya gangguan kesehatan dan melindungi


tenaga kerja yang disebabkan oleh kondisi / lingkungan
kerja

 Menempatkan tenaga kerja pada suatu lingkungan kerja


yang sesuai dengan kondisi fisik, mental dan faal tubuh.

 Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi


bagi tenaga kerja yang menderita.
 Agar pelayanan kesehatan kerja dapat berfungsi
secara efektif maka semua staf kesehatan kerja
wajib melayani kepentingan semua tempat kerja.
 Dokter perusahaan harus benar-benar dapat
bertindak sebagai “Occupational Physician” dan
merupakan “Key Individual” serta berperan aktif
dalam proses penentuan suatu keputusan
tentang program kesehatan kerja di perusahaan.
 Keterlibatan dokter perusahaan dalam aktivitas
manajemen terutama yang berhubungan dengan
kesehatan kerja akan semakin dibutuhkan.
1. Pemeriksaan Kesehatan
- Pemeriksaan kesehatan awal
(sebelum kerja)
- Pemeriksaan Kesehatan berkala
(periodik )
- Pemeriksaan kesehatan khusus
2. Pembinaan dan pengawasan atas
penyesuaian pekerjaan terhadap
tenaga kerja
3. Pembinaan dan Pengawasan terhadap
lingkungan kerja
4. Pembinaan dan pengawasan
perlengkapan sanitair
5. Pembinaan dan pengawasan
perlengkapan untuk kesehatan tenaga
kerja
6. Pencegahan dan pengobatan terhadap
penyakit umum dan PAK
7. Melakukan pertolongan pertama pada
kecelakaan .
8. Memberikan nasehat mengenai
perencana an dan pembuatan tempat
kerja dan gizi serta penyelenggaraan
makan diperu sahaan.
9 . Membantu usaha rehabilitasi akibat
kecelakaan atau PAK
10.Latihan dan pendidikan tentang
kesehatan dan keselamatan kerja bagi
semua tenaga kerja.
11. Pembinaan dan pengawasan terhadap
tenaga kerja yang mempunyai kelainan
tertentu dalam kesehatannya.
12. Memberikan laporan berkala tentang
Pelayanan Kesehatan Kerja
 Dalam Perusahaan
Bentuk ini merupakan pelayanan yang
terbaik. Disini semua tenaga kerja
bekerja full time dan semua sarana ada
di dalam perusahaan. Pekerja dan
perusahaan tidak kehilangan waktu
dalam mencari pelayanan kesehatan dan
semua upaya kesehatan akan dapat
dilaksanakan dengan lebih mudah dan
murah.
 Sebagian Dalam Perusahaan
Pada umumnya berbentuk poliklinik perusahaan dengan dokter part timer
sedang perawat full timer. Segala keperluan lain menyangkut palaksanaan
upaya kesehatan kerja dapat dilaksanakan dengan kerja sama
penyelenggara kesehatan diluar. Pelaksanaan penyelenggaraan ini bisa :
- Dikoordinir oleh perusahaan
Semua tenaga kesehatan mendapat honorarium dari perusahaan, sedang
semua keperluan / kebutuhan akan dipenuhi oleh perusahaan.
- Kontrak / Borongan
Disini dokter bertindak sebagai pemborong pelayanan kesehatan kerja.
Dengan demikian semua kebutuhan dan resiko pengeluaran yang ada akan
ditanggung oleh pemborong tersebut.
 Diluar Perusahaan
Bentuk ini populer dengan istilah dokter
langganan. Sebetulnya bentuk ini kurang bisa
melaksanakan upaya kesehatan kerja secara
maksimal, karena pada umumnya dokter yang
ditunjuk kurang atau bahkan tidak pernah
mengetahui kondisi tempat kerja.

Bentuk diluar dapat juga dilaksanakan dengan


mengadakan kerjasama dengan perusahaan jasa
pemeriksaan / pelayanan kesehatan yang telah
mendapatkan pengesahan sesuai Permennaker
No. Per.04/Men/1995.
 Berdasarkan Permennaker No. Per.03/MEN/1982 ,
Penyelenggaraaan Pelayanan Kesehatan Kerja
dipimpin dan dijalankan oleh dokter pemeriksa
kesehatan tenaga kerja
 Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja harus
memenuhi ketentuan dan syarat yang ditentukan
dan mendapat pengesahan dari Disnaker
setempat. Dokter pemeriksa dapat didampingi
paramedis yang sudah mengikuti pelatihan
hiperkes dan keselamatan kerja
 Sarana dan prasarana disesuaikan dengan kemam
puan dan tingkat bahaya yang ada minimal :
ruang tunggu, ruang periksa, penanganan gawat
darurat, kamar mandi/WC, dsb.
Memantau dan memfasilitasi promosi
kesehatan pekerja termasuk pendidikan
dan pelatihan kesehatan kerja
 Pengusaha harus menyadari bahwa usaha
peningkatan kesehatan kerja di perusahaan
bukanlah semata-mata untuk kepentingan
pekerja, tetapi juga bertujuan untuk
meningkatkan produksi perusahaan. Oleh
karena itu pengusaha harus memiliki
tanggung jawab yang besar dalam upaya
meningkatkan kesehatan pekerja.
 Pekerja wajib mentaati semua peraturan
kesehatan kerja yang telah ada dan harus
menyadari pula bahwa peningkatan
kesehatan kerja ikut mengembangkan
kehidupan perusahaan. Rasa ikut
bertanggung jawab terhadap keberhasilan
kesehatan kerja dapat dibina atau
dirangsang melalui :
1. Pendidikan & latihan
2. Menunjukkan keuntungan (economic
value) dari penerapan yang berhasil
 Dokter atau perawat perusahaan yang melayani kesehatan
kerja seharusnya secara langsung bertanggung jawab kepada
pimpinan perusahaan (top manajemen), sedangkan
petugas/staf pelayanan kesehatan kerja lainnya secara
profesional bertanggung jawab pada pimpinan organisasi
kesehatan kerja yang ada.

 Diperusahaan dimana pelayanan kesehatan kerja ditangani


oleh perawat secara full timer dan dokter yang part timer.
Peranan perawat tersebut dalam menerapkan kesehatan kerja
sangat ditentukan oleh pengetahuan dan ketrampilan dibidang
K3. Tidak beralasan bilamana perawat yang terdidik itu tidak
dibenarkan dibenarkan untuk menyelenggarakan secara
kompeten program kesehatan kerja di perusahaan.
Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3)
Wadah kerjasama antara pengusaha dan pekerja untuk
mengembangkan kerjasama saling pengertian dan
partisipasi efektif dalam penerapan K3.
Tugas : Memberikan saran dan pertimbangan baik diminta
maupun tidak kepada pengusaha atau pengurus mengenai
masalah K3.
Kenaggotaan P2K3 terdiri dari unsur pengusaha dan
pekerja yang susunannya terdiri dari Ketua, Sekertaris, dan
Anggota.
Sekertaris P2K3 merupakan Ahli K3, yaitu tenaga tehnis
berkeahlian khusus dari luar Depnaker yang ditunjuk oleh
Menaker untuk mngawasi ditaatinya UUKK.
KEWAJIBAN
AHLI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

1. Melakukan pemeriksaan keselamatan dan kesehatan kerja di tempat


kerja yang bersangkutan sesuai dengan Undang-Undang No. 1 tahun
1970 tentang Keselamatan Kerja
2. Melakukan koordinasi dengan pegawai pengawas ketenagakerjaan
(keselamatan dan kesehatan kerja) di instansi pengawas K3 setempat.
3. Melaporkan semua kegiatan yang dilaksanakan kepada Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi cq. Dirjen Binawas setiap 3 (tiga)
bulan sekali.
4. Melaporkan setiap kecelakaan kerja yang terjadi di tempat kerja.
Mengevaluasi dan meninjau
ulang program kesehatan kerja
 Pemeriksaan Kesehatan Kerja dilakukan
untuk memenuhi 2 kebutuhan :
1. untuk memberikan diagnosa dan terapi
bagi tenaga kerja yang menderita
penyakit umum.
2. untuk mengadakan pencegahan dan
mendiagnosa PAK serta menentukan
derajat kecacatan .
 Pemeriksaan Kesehatan Awal : adalah
pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh
dokter sebelum seorang tenaga kerja
diterima untuk melakukan pekerjaan

tujuan: agar tenaga kerja yang diterima


berada dalam kondisi kesehatan yang
setinggi-tingginya, tidak mempunyai
penyakit menular yang akan mengenai
tenaga kerja lainnya dan cocok untuk
pekerjaan yang akan dilakukan sehingga
keselamatan dan kesehatan kerja ybs dan
tenaga kerja lainnya dapat dijamin.
 Pemeriksaan Kesehatan berkala (periodik) adalah
pemeriksaan kesehatan pada waktu-waktu
tertentu terhadap tenaga kerja yang dilakukan
dokter.

Tujuannya : dimaksudkan untuk mempertahan-


kan derajad kesehatan tenaga kerja sesudah
berada dalam pekerjaannya, serta menilai
kemungkinan adanya pengaruh-pengaruh dari
pekerjaan seawal mungkin yang perlu
dikendalikan dengan usaha-usaha pencegahan.
 Pemeriksaan Kesehatan khusus adalah
pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh
dokter secara khusus terhadap terhadap
tenaga kerja tertentu.

Tujuannya : dimaksudkan untuk menilai


adanya pengaruh–pengaruh dari pekerjaan
tertentu terhadap tenaga kerja atau
golongan-golongan tenaga kerja tertentu .
 Pemeriksaan Kesehatan purna bakti adalah
pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh
dokter pada 3 ( tiga ) bulan sebelum tenaga
kerja memasuki masa pensiun.

Tujuannya: dimaksudkan untuk menilai


adanya pengaruh–pengaruh dari pekerjaan
terhadap tenaga kerja sesudah berada dalam
pekerjaannya.
 Kesehatan awal meliputi :
- Anamnese ( riwayat penyakit diri dan
keluarga, riwayat pekerjaan, kondisi
kesehatan, kebiasaan2, umur, dll )
- Pemeriksaan klinis (mental, phisik dan
laboratorium)
- Pemeriksaan khusus ( Rontgen, test alergi,
buta warna, dll ).
 Kesehatan berkala , khusus dan purna bakti
menurut ketentuan dalam peraturan
perundangan harus dilaksanakan paling
tidak setahun sekali, sesuai dengan faktor
tingkat bahaya yang ada diperusahaan,
meliputi :
- Anamnese ( riwayat penyakit diri dan
keluarga, riwayat pekerjaan, kondisi
kesehatan, kebiasaan2, umur dll )
- Pemeriksaan klinis ( mental, phisik dan
laboratorium )
- Pemeriksaan khusus ( Rongent, ketajaman
penglihtan dan pendengaran, biological
monitoring ).
87
Akibat Kecelakaan dan
No Pokok Kegiatan Potensi Bahaya Penyakit Akibat Kerja Kendali

1 2 3 4 5

88
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai