Anda di halaman 1dari 6

Nama : Arvita Widayanti

NIM : 11916053

Kelas : A

Prodi : Akuntansi Syariah

1. Jelaskan 4 cara penyelenggaraan program pensiun berdasarkan prinsip syariah


menurut OJK
Dalam POJK ini disebutkan terdapat empat cara penyelenggaraan program pensiun
berdasarkan prinsip syariah. Keempatnya adalah, pendirian dana pensiun syariah,
konversi dana pensiun menjadi dana pensiun syariah, pembentukan unit syariah di
Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK) atau penjualan paket investasi syariah di Dana
Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK).
Pasal 3 POJK ini menyebutkan, pendirian dana pensiun syariah dilakukan oleh
pendiri dengan mengajukan permohonan pengesahan dana pensiun syariah ke OJK.
Permohonan tersebut wajib memuat maksud dan tujuan dana pensiun untuk
menyelenggarakan program pensiun berbasis syariah. Akad yang digunakan, tata cara
penunjukan, penggantian dan penunjukan kembali Dewan Pengawas Syariah (DPS).
Serta, rekomendasi Dewan Sariah Nasional Majelis Ulama Indonesia atas penunjukan
DPS. Permohonan pengesahan itu disampaikan sebelum atau bersamaan dengan
permohonan penilaian kemampuan dan kepatutan bagi calon pengurus atau calon
pelaksana tugas pengurus, calon dewan pengawas dan calon DPS kepada OJK.
Penilaian kemampuan dan kepatutan itu dilaksanakan berdasarkan POJK mengenai
penilaian kemampuan dan kepatutan. Dana pensiun yang memperoleh pengesahan
wajib mencantumkan kata “syariah” pada namanya.
Untuk cara kedua melalui konversi dana pensiun menjadi dana pensiun syariah.
Pasal 6 POJK ini menyebutkan, ada dua syarat agar konversi bisa berlangsung, yakni
dana pensiun menyampaikan informasi rencana konversi kepada peserta dan dana
pensiun melakukan penyesuaian aset dana pensiun yang tidak sesuai dengan prinsip
syariah sehingga sesuai prinsip syariah. Konversi itu dilakukan oleh pendiri dengan
mengajukan permohonan pengesahan perubahan program dana pensiun ke OJK sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan. Perubahan tersebut harus memuat maksud
dan tujuan dana pensiun. Akad yang digunakan, tata cara penunjukan, penggantian
dan penunjukan kembali DBS, masa jabatan DPS, hak, kewajiban dan tanggung
jawab DPS serta ketentuan mengenai dana ta’zir bagi DPPK.
Selain itu, permohonan pengesahan perubahan tersebut wajib menyertai sejumlah
dokumen yang memuat bukti keahlian di bidang dana pensiun dan keuangan syariah
paling sedikit satu pengurus atau pelaksana tugas pengurus. Surat keputusan pendiri
atas penunjukan DPS, arahan investasi bagi DPPK, rekomendasi Dewan Syariah
Nasional Majelis Ulama Indonesia atas penunjukan DPS, bukti pemberitahuan
rencana konversi kepada peserta dan pernyataan pengurus atau pelaksana tugas
pengurus tentang pelaksanaan penyesuaian aset dana pensiun sehingga sesuai prinsip
syariah.
Cara ketiga, pembentukan unit syariah di DPPK. Pembentukan ini bisa dilakukan
apabila DPPK memenuhi syarat memiliki pengurus dana pensiun yang ditunjuk
sebagai pengelola unit syariah, memiliki calon peserta unit syariah dan memisahkan
aset dan liabilitas unit syariah dari aset dan liabilitas DPPK non unit syariah. Jika
calon peserta unit syariah berasal dari peserta DPPK yang telah ada sebelum
pembentukan unit syariah, dana pensiun wajib menyampaikan informasi kepada
peserta yang bersangkutan bahwa kepesertaannya akan dialihkan ke unit syariah.
Kemudian, meminta pernyataan kesediaan dari setiap peserta yang akan beralih
menjadi peserta unit syariah.
Keempat adalah penjualan paket investasi syariah di DPLK. Agar DPLK bisa
menjual paket investasi syariah maka wajib mengajukan permohonan pengesahan
perubahan program dana pensiun kepada OJK. Permohonan itu sesuai dengan
ketentuan di bidang dana pensiun dan ditambahkan beberapa hal. Antara lain, pilihan
jenis investasi syariah yang tersedia bagi peserta. Akad yang digunakan, tata cara
penunjukan, penggantian dan penunjukan kembali DPS. Masa jabatan DPS dan hak,
kewajiban dan tanggung jawab DPS. Permohonan pengesahan perubahan tersebut
juga ditambahkan dokumen bukti keahlian di bidang dana pensiun dan keuangan
syariah paling sedikit satu orang pelaksana tugas pengurus, surat keputusan pendiri
atas penunjukam DPS dan rekomendasi Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Indonesia atas penunjukan DPS.

2. Jelaskan fungsi dan tugas pokok pengurus BAZNAS


Dewan Pertimbangan
1) Ketua :
 Memberikan saran dan pertimbangan tentang pengembangan hukum dan
pemahaman mengenai pengelolaan zakat, infaq dan shadaqah,
 Memberikan pertimbangan-pertimbangan akan kebijakan- kebijakan
pengumpulan, pendayagunaan dan pengembangan pengelolaan zakat, infaq
dan shadaqah
 Memberikan penilaian pertanggungjawaban dan laporan hasil kerja Badan
Pelaksana dan hasil pemeriksaan Komisi Pengawas,
 Menampung, mengolah, dan menyampaikan pendapat umat tentang
pengelolaan zakat, infaq dan shadaqah.

2) Wakil Ketua:
 Membantu Ketua Dewan Pertimbangan dalam melaksanakan tugas sesuai
dengan yang telah ditetapkan
 Menyelenggarakan koordinasi dalam melaksanakan kegiatan pengelolaan
zakat, infaq dan shadaqah
 Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Ketua Dewan
Pertimbangan,
 Mewakili ketua apabila berhalangan dalam melaksanakan tugas sehari-hari,
 Dalam menjalankan tugasnya bertanggung jawab kepada Ketua Dewan
Pertimbangan.

3) Sekretaris:
 Melaksanakan kegiatan ketatausahaan,
 Menyiapkan bahan-bahan untuk pelaksanaan kegiatan pengembangan
pengelolaan zakat, infaq dan shadaqah serta mempersiapkan laporan,
 Menyediakan fasilitas untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan sehari-hari,
 Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Ketua Dewan Pertimbangan,
 Dalam melaksanakan tugasnya Sekretaris bertanggung jawab kepada Ketua.

4) Wakil Sekretaris:
 Membantu Sekretaris dalam melaksanakan tugas sehari-hari
 Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris,
 Mewakili Sekretaris apabila Sekretaris berhalangan melaksanakan tugas,
 Dalam melaksanakan tugasnya Wakil Sekretaris bertanggung jawab kepada
Sekretaris.

5) Anggota:
 Memberikan masukan kepada Ketua tentang pengembangan pengelolaan
zakat, infaq dan shadaqah,
 Membantu pelaksanaan tugas Dewan Pertimbangan,
 Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Ketua,
 Dalam menjalankan tugasnya anggota bertanggung jawab kepada Ketua
Dewan Pertimbangan.

Dewan Pengawas

1. Ketua :
 Mengawasi pengumpulan zakat, infaq dan shadaqah, penyaluran dan
pendayagunaan zakat,
 Menunjuk Akuntan untuk memeriksa pengumpulan, penyaluran dan
pendayagunaan dana zakat, infaq dan shadaqah,
 Mempertanggung jawabkan dan melaporkan kerjanya kepada Dewan
Pertimbangan,

2. Wakil Ketua:
 Membantu Ketua dalam melaksanakan tugas sehari-hari,
 Menyelenggarakan koordinasi dalam melaksanakan kegiatan pengawasan,
 Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan,
 Mewakili Ketua Komisi Pengawas apabila Ketua Komisi Pengawas
berhalangan dalam melaksanakan tugas,
 Dalam melaksanakan tugas bertanggung jawab kepada Ketua Komisi
Pengawas.

3. Sekretaris:
 Melaksanakan kegiatan ketatausahaan dibidang pengawasan,
 Menyiapkan bahan-bahan untuk pelaksanaan kegiatan pengawasan dana
Badan Amil Zakat Nasional Kabupaten Hulu Sungai Utara serta
mempersiapkan bahan laporannya,
 Menyediakan fasilitas untuk pelaksanaan kegiatan pegawasan,
 Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan,
 Dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Ketua Komisi
Pengawas.

4. Wakil Sekretaris:
 Membantu Sekretaris dalam melaksanakan tugas sehari-hari,
 Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan,
 Mewakili Sekretaris apabila Sekretaris berhalangan dalam menjalankan
tugasnya,
 Dalam melaksanakan tugasnya Wakil Sekretaris bertanggung jawab kepada
Sekretaris.

5. Anggota:
 Melaksanakan tugas operasional pengawasan
 b) Membantu pelaksanaan tugas komisi pengawas,
 Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan,
 Dalam menjalankan tugasnya anggota bertanggung jawab kepada Ketua
Komisi Pengawas.

Badan Pelaksana

1) Ketua Umum:
 Melaksanakan garis kebijakan Badan Amil Zakat Nasional Kabupaten Hulu
Sungai Utara dalam program pengumpulan, pendistribusian dan
pendayagunaan zakat, infaq dan shadaqah,
 Memimpin pelaksanaan program-program Badan Amil Zakat Nasional
Kabupaten Hulu Sungai Utara,
 Merencanakan pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat, infaq
dan shadaqah,
 Mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas kepada DPRD Hulu Sungai
Utara dan Bupati Hulu Sungai Utara.
2) Wakil Ketua I:
 Membantu Ketua Umum dalam menjalankan tugas sehari-hari,
 Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan,
 Mewakili Ketua Umum apabila Ketua Umum berhalangan dalam
melaksanakan tugas,
 Dalam menjalankan tugasnya bertanggung jawab kepada Ketua Umum.

3) Wakil Ketua II:


 Membantu Ketua Umum dan Wakil Ketua I dalam menjalankan tugas,
 Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan,
 Mewakili Wakil Ketua I apabila berhalangan dalam menjalankan tugas,
 Dalam menjalankan tugas bertanggung jawab kepada Ketua Umum.

4) Sekretaris :
 Melaksanakan administrasi umum,
 Menyediakan bahan untuk pelaksanaan kegiatan Badan Amil Zakat Nasional
Kabupaten Hulu Sungai Utara serta mempersiapkan bahan laporan,
 Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan,
 Dalam menjalankan tugas bertanggung jawab kepada Ketua Umum.

5) Wakil Sekretaris :
 Melaksanakan kegiatan ketatausahaan,
 Menyediakan fasilitas untuk kelancaran pelaksanaan program dan kegiatan,
 Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan,
 Dalam melaksanakan tugas bertanggung jawab kepada Sekretaris .

6) Bendahara:
 Mengelola seluruh asset uang zakat, infaq dan shadaqah,
 Melaksanakan pembukuan dan laporan keuangan,
 Menerima tanda bukti penerimaan, pendistribusian dan pendayagunaan dari
bidang pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan,
 Menyusun dan menyampaikan laporan berkala atas penerimaan dan
penyaluran dana zakat,
 Mempertanggung jawabkan dana zakat dan dana lainnya.

7) Bagian Pengumpulan:
 Melakukan pendataan muzakki dan harta zakat dan lainnya,
 Melakukan usaha penggalian dana zakat dan lainnya,
 Melakukan pengumpulan dana zakat dan lainnya, dan menyetorkan hasilnya
ke bank yang ditunjuk serta menyampaikan tanda bukti penerimaan kepada
bendahara,
 Mencatat dan membukukan hasil pengumpulan dana zakat dan lainnya,
 Mengkoordinasikan kegiatan pengumpulan dana zakat dan lainnya.

8) Bagian Pendistribusian:
 Menerima dan menyeleksi permohonan calon mustahiq,
 Melaksanakan pendistribusian dana zakat dan lainnya sesuai dengan
keputusan yang telah ditetapkan,
 Mencatat pendistribusian dana zakat dan lainnya, dan menyerahkan tanda
bukti penerimaan kepada bendahara,
 Menyiapkan bahan laporan pendistribusian dana zakat dan lainnya,
 Mempertanggung jawabkan hasil kerjanya kepada Ketua Umum.

9) Bagian Pendayagunaan:
 Melakukan pendataan mustahiq dan harta zakat dan lainnya,
 Melaksanakan pendayagunaan dana zakat dan lainnya sesuai dengan ketentuan
yang telah ditetapkan,
 Mencatat pendayagunaan dana zakat dan lainnya serta menyerahkan tanda
bukti penerimaan kepada bendahara,
 Menyiapkan bahan laporan pendayagunaan dana zakat dan lainnya untuk
usaha produktif,
 Mempertanggung jawabkan hasil kerjanya kepada Ketua Umum.

10) Bagian Pengembangan:


 Menyusun rencana pengumpulan, pendayagunaan dan pengembangan dana
zakat dan lainnya,
 Melaksanakan penelitian dan pengembangan masalah-masalah sosial dan
keagamaan dalam rangka pengembangan dana zakat dan lainnya,
 Menerima dan memberikan pertimbangan, usul, dan saran mengenai
pendayagunaan zakat untuk pengembangan ekonomi umat,
 Mempertanggung jawabkan hasil kerjanya kepada Ketua Umum.

6. Jelaskan perbedaan wakaf dan sedekah atau hibah


Wakaf termasuk sedekah. Hanya saja terdapat perbedaan antara wakaf dengan
sedekah secara umum. Perbedaanya adalah :
1) Status harta
Dalam wakaf, harta yang diberikan tidak berubah menjadi milik penerima
wakaf. Harta yang diwakafkan menjadi milik Allah Swt. Sedangkan dalam
sedekah secara umum, harta yang diberikan itu berubah menjadi milik orang
yang diberi.

2) Yang diterima oleh penerima


Penerima wakaf hanya berhak atas manfaat dan hasil dari harta wakaf.
Sedangkan sedekah secara umum; penerima sedekah berhak atas benda dan
manfaatnya sekaligus.

Anda mungkin juga menyukai