Anda di halaman 1dari 3

Nama : Arvita Widayanti

NIM : 11916053

Kelas : A

Prodi : Akuntansi Syariah

Dosen Pengampu : Rahmat, SH., M.H.

1. Pengertian Demokrasi
Secara etimologis istilah demokrasi berasal dari bahasa Yunani “Demokratia” yang
terdiri dari dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat, kratos/kratein yang berarti
kekuasaan atau pemerintahan. Secara harfiah, demokrasi berarti kekuasaan rakyat
atau suatu bentuk pemerintahan dengan rakyat sebagai pemegang kedaulatannya.
Melalui konteks budaya demokrasi, nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi
panutan dapat diterapkan dalam praktik kehidupan demokratis yang tidak hanya
dalam pengertian politik saja, tetapi juga dalam berbagai bidang kehidupan.
Mohammad Hatta sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia, menyebut demokrasi
sebagai sebuah pergeseran dan penggantian kedaulatan raja menjadi kedaulatan
rakyat.

2. Komponen Penegak Demokrasi


Tegaknya demokrasi sangat terkait dengan komponen-komponen
yang mengawantahkan tegaknya demokrasi antara lain:
1) Negara Hukum
Konsepsi Negara hukum mengandung pengertian bahwa Negara memberikan
perlindungan hukum bagi warga Negara melalui pelembagaan peradilan yang
bebas dan tidak memihak serta penjaminan hak asasi manusia. Istilah hukum
di Indonesia dapat ditemukan dalam penjelasan UUD 1945 bahwa “Negara
Indonesia ialah Negara yang berdasarkan atas hukum dan bukan berdasarkan
atas kekuasaan belaka”.
Adapun cirri-ciri sebagai berikut:
a. Adanya perlindungan HAM
b. Adannya supremasi hukum dan penyelenggaraan pemerintah.
c. Adanya pemisahan dan kekuasaan Negara.
d. Adanya lembaga peradilan yang bebas dan mandiri.

2) Masyarakat Madani
Masyarakat madani dengan cirinya sebagai masyarakat terbuka, masyarakat
yang bebas dari pengaruh kekuasaan dan tekanan Negara, masrakat yang
berpartisipasi aktif serta masyarakat egaliter merupakan bagian yang integral
dalam menegakkan demokrasi. Selain itu masyarakat madani merupakan
elemen yang signifikan dalam membangun demokrasi sebagaimana yang
dikatakan oleh Soetandyo Wignyosoebroto, Adi Suryadi Culla, Muhammad
AS. Hikam, Ryaas Rasyid, Samsuddin Haris sebagai prasyarat demokrasi.
Sebab salah satu syarat penting bagi demokrasi adalah terciptanya partisipasi
masyarakat secara aktif dalam prosesproses pengambilan keputusan yang
dilakukan oleh Negara atau pemerintahan.

3) Infrastruktur Politik
Infrastruktur politik yang terdiri dari partai politik, kelompok gerakan, dan
kelompok penrkanan. Partai politik adalah struktur kelembagaan politik yang
anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama
yaitu memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik dalam
mewujudkan kebijakan-kebijakannya. Begitu pula aktivitas yang dilakukan
oleh kelompok gerakan dan kelompok penekanan merupakan perwujutan
adanya kebebasan berorganisasi, kebebasan menyampaokan pendapat dan
melakukan oposisi terhadap Negara dan pemeruntahan.

4) Pers Yang Bebas dan Bertanggung Jawab


Sebagai institusi penegak demokrasi, pres mempunyai peran yang sangat
strategis. Salah satu peranan strategis pres adalah sebagai penyedia informasi
bagi masyarakat yang berkaitan dengan kehidupan kenegaraan dan
pemerintahan maupun masalah yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat.

3. Hubungan Agama dengan Demokrasi


Hubungan antara agama dan politik. Keduanya dijalankan oleh dan ditujukan untuk
manusia. Masing-masing membentuk suatu sistem namun dengan asumsi-asumsi
kunci yang berbeda. Sebagai sistem kepercayaan, agama bertumpu kepada asumsi
kunci ketuhanan, sedangkan politik sebagai sebuah sistemkekuasaan bertumpu kepada
asumsi kunci kepentingan. Perbedaan asumsi kunci antara agama dan politik
menyebabkan keduanya memiliki perbedaan moralitas. Agama memiliki nilai-nilai
moral yang absolut sedangkan politik memiliki kecenderungan moral yang
kompromistis. Bagaimana mungkin mengawinkan dua corak moralitas yang demikian
itu. ''Perkawinan'' antara keduanya justru lebih mungkin untuk disebut
''perselingkuhan''. Agama yang seharusnya sebagai sumber inspirasi personal berubah
menjadi sumber legitimasi kekuasaan. Lalu apa hubungannya antara agama dengan
demokrasi. Dengan menyebut istilah sumber legitimasi kekuasaan, dapat terlihat
bahwa dalam negara modern sumber legitimasi kekuasaan itu adalah demokrasi.
Dengan kata lain, seberapa baik suatu kekuasaan dijalankan merupakan indikator
keberhasilan demokrasi. Ketika tidak ada demokrasi, menggunakan agama sebagai
sumber legitimasi menjadi masuk akal sebagaimana yang ditulis oleh Fareed Zakaria.
Akan tetapi manakala demokrasi sudah berjalan tetapi masih mencari sumber
legitimasi dari agama justru merupakan kekeliruan asumsi kunci.
Demokrasi sebagai sumber legitimasi tidak menunjukkan corak yang sama di
dunia. Menyebut demokrasi Amerika sebagaimana diungkapkan oleh Alexis de
Toucquevile dalam buku Historical Vistas adalah sesuatu yang spesifik demokrasi
Amerika, yaitu demokrasi liberal. Asumsi kunci demokrasi liberal adalah mayoritas
individu. Dengan kata lain, legitimasi kekuasaan diperoleh berdasarkan jumlah
mayoritas dimana mayoritas itu merupakan penjumlahan individu. Basis moral
demokrasi liberal adalah mayoritas lebih baik dari minoritas dan mayoritas
mempunyai kedudukan yang preferent [didahulukan].
Sekalipun Indonesia juga menerima prinsip-prinsip demokrasi, namun asumsi
kunci demokrasi Indonesia berbeda dengan asumsi kunci demokrasi liberal.
Pemikiran konstitusionalisme asli Indonesia mencatat jejak pemikiran demokrasi itu
dengan sangat cerdas namun sejak amandemen UUD 1945, demokrasi yang sesuai
dengan konstitusionalisme Indonesia itu kian tak jelas. Kini berkembang wacana dan
diskursus yang justru menunjukkan kegundahan tentang sumber legitimasi kekuasaan.
Di satu sisi melirik agama dan disisi lain tertarik ke arah demokrasi liberal.

Anda mungkin juga menyukai