Anda di halaman 1dari 4

Nama : Arvita Widayanti

NIM : 11916053

Kelas : A

Prodi : Akuntansi Syariah

Dosen Pengampu : Rahmat, SH., M.H.

1. Pengertian Konstitusi
Konstitusi dalam pengertian luas adalah keseluruhan dari ketentuan-ketentuan
dasar atau hukum dasar. Konstitusi dalam pengertian sempit berarti piagam dasar atau
undang-undang dasar (Loi constitutionallle) ialah suatu dokumen lengkap mengenai
peraturan dasar negara. Konstitusi (constitutio) dalam negara adalah sebuah norma
sistem politik dan hukum bentukan pada pemerintahan negara biasanya
dikodifikasikan sebagai dokumen tertulis - dalam kasus bentukan Negara, sedangkan
menurut EC Wade Konstitusi adalah naskah yang memaparkan rangka dan tugas
pokok dari badan pemerintahan suatu negara dan menentukan pokok-pokok cara kerja
badan tersebut dan menamakan undang-undang dasar sebagai riwayat hidup suatu
hubungan kekuasaan.

2. Perbedaan Konstitusi dengan Undang-Undang


Dalam praktik kenegaraan di Indonesia, konstitusi sering disebut dengan UUD.
Konstitusi diartikan sebagai hukum dasar atau undang-undang dasar. Istilah hukum
dasar itu menggambarkan keseluruhan sistem ketatanegaraan suatu negara. Namun,
ada beberapa ahli ketatanegaraan yang menyatakan tentang perbedaan konstitusi
dengan UUD, yaitu sebagai berikut.

Herman Heller
Perbedaan konstitusi dengan UUD menurut Herman Heller adalah sebagai berikut
1. Pengertian konstitusi adalah Konstitusi yang mencerminkan kehidupan politik di
dalam masyarakat sebagai suatu kenyataan. Pengertian ini disebut pengertian secara
sosiologis; Konstitusi merupakan satu kesatuan kaidah yang hidup dalam masyarakat.
Pengertian ini merupakan pengertian secara yuridis; Konstitusi yang ditulis dalam
suatu naskah sebagai undangundang yang tinggi dan berlaku dalam suatu negara.
Pengertian ini disebut pengertian secara politis.
2. Pengertian UUD merupakan bagian dari konstitusi tertulis.

F. Lassale
Pengertian konstitusi menurut F. Lassale terbagi dalam dua pengertian sebagai
berikut.
1. Konstitusi dalam pengertian sosiologis adalah sintesis faktorfaktor kekuatan yang
nyata dalam masyarakat sehingga konstitusi menggambarkan hubungan antara
kekuasaan-kekuasaan yang terdapat secara nyata dalam suatu negara.
2. Konstitusi dalam pengertian yuridis disamakan dengan UUD.

Berbeda dengan pendapat di atas, beberapa ahli ketatanegaraan menyatakan bahwa


ada pengertian yang sama antara konstitusi dengan UUD, yaitu sebagai berikut.

Duchacek
Konstitusi pada dasarnya merupakan “power maps”. Dikatakan juga konstitusi
merupakan “the formal distribution of authority within the state”. Artinya, konstitusi
merupakan distribusi formal dari kewenangan yang berada dalam lingkup internal
suatu negara.

K.C. Wheare
K. C. Wheare dalam bukunya “Modern Constitution” menyatakan bahwa konstitusi
dapat dibagi menjadi dua sebagai berikut.
1. Konstitusi yang semata-mata berbicara sebagai naskah hukum atau suatu ketentuan
yang mengatur “the rule of the constitution”.
2. Konstitusi bukan saja mengatur ketentuan-ketentuan hukum, tetapi juga
mencantumkan ideologi, aspirasi, dan cita-cita politik, “the statement of idea”,
pengakuan kepercayaan.

E.C. Wade
Konstitusi sebagai naskah yang memaparkan rangka dan tugas-tugas pokok dari
badan-badan pemerintahan suatu negara dan menentukan pokok-pokok cara kerja
badan-badan tersebut.

Sovernin lohman
Dalam sebuah konstitusi terdapat tiga unsur yang menonjol, yaitu sebagai berikut.
1. Konstitusi dipandang sebagai perwujudan perjanjian masyarakat. Artinya, konstitusi
merupakan hasil dari kesepakatan masyarakat untuk membina negara dan
pemerintahan yang akan mengatur mereka.
2. Konstitusi sebagai piagam yang menjamin hak asasi manusia dan warga negara
sekaligus menentukan batas-batas hak dan kewajiban warga negara dan alat-alat
pemerintahannya.
3. Konstitusi sebagai forma regimenis, yaitu kerangka bangunan pemerintahan.
Berdasarkan beberapa pengertian, maka dapat disimpulkan bahwa konstitusi
mengandung dua pengertian, yaitu secara sempit dan luas. Pengertian secara sempit,
konstitusi adalah keseluruhan peraturan negara yang bersifat tertulis. Adapun
pengertian secara luas, konstitusi adalah keseluruhan peraturan negara baik yang
tertulis maupun tidak tertulis. Laporan pertanggungjawaban pemerintah di depan
parlemen diatur dalam konstitusi.
3. Perubahan Konstitusi
1. Masa Orde Lama (5 Juli 1959-1966)
Karena situasi politik pada sidang konstituante 1959 banyak tarik ulur
kepentingan partai politik sehingga gagal menghasilkan UUD baru, maka pada
tanggal 5 Juli 1959, Presiden Soekarno mengeluarkan dekrit presiden yang
salah satu isinya memberlakukan kembali UUD 1945 sebagai undang-undang
dasar, menggantikan UUDS 1950 yang berlaku pada saat itu.
Sejak Dekrit Presiden 5 Juli 1959, negara Indonesia berdasarkan UUD 1945.
Masa ini disebut masa Orde Lama, banyak pula terjadi penyimpangan-
penyimpangan yang dilakukan. Sistem penmntahan dijalankan tidak sesuai
dengan UUD 1945.
2. Masa Orde Baru (11 Maret 1966-21 Mei 1998)
Setelah orde lama runtuh, pemerintah baru terbentuk yang diberi nama Orde
Baru. Pada masa ini pemeritah menyatakan dan bertekad akan menjalankan
UUD 1945 Dan Pancasila secara murni dan konsekuen. Dalam upaya untuk
mewujudkan hal itu pemerintah Soeharto mengadakan pemilihan umum pada
tahun 1Badan Permusyawaratan / Perwakilan rakyat.
Pemerintah yang dibentuk berdasarkan UUD 1945 ini menghasilkan lembaga-
lembaga negara dan pemerintah yang tidak sementara lagi.MPR kemudian
menetapkan GBHN, memilih presiden dan wakil presiden dan memberi
mandat kepada presiden terpilih untuk melaksanakan GBHN. Sejak itu
mekanisme 5 tahunan berjalan dengan teratur dan stabil, sebab sepertiga
anggota MPR dikontrol dengan pengangkatan.
Setelah meninjau sejarah pertikaian antara kaum komunis dan kaum islam
dalam spektrum politik pemerintah ORBA berupaya meredakan konflik
tersebut dengan membangun konsep “Demokrasi Pancasila” yang sebenarnya
otoriter dengan angkatan bersenjata menjadi intinya.
Pada masa Orde Baru, selain kekuasaan eksekutif,kekuasaan legislatif dan
yudikatif juga berada di bawah presiden. Pembangunan di segala bidang
dengan prioritas pertumbuhan ekonomi malah menghasilkan ketidak merataan
pendapatan. Ada segelintir orang yang menguasai dua per tiga GNP Indonesia
sehingga semakin dalam jurang pemisah antara si miskin dan si
kaya.Sementara itu pihak lain yaitu pemerintah dan penguasa menjalin
kerjasama yang menguntungkan pribadi dan keluarga pejabat.
3. Masa Reformasi
Setelah Soeharto turun, BJ Habibie naik menjadi presiden. Karena dianggap
hanya sebagai tokoh transisi, ia dapat berusaha mengurusi transisi itu sebagai
tugas yang istimewa sehingga perannya dikatakan berhasil. Prakarsa awalnya,
adalah mewujudkan reformasi politik. Setelah berunding bersama MPR dan
DPR saat itu hasilnya adalah Sidang Istimewa MPR pada Desember 1998.
Sidang itu antara lain menghasilkan keputusan memberi mandat pada presiden
untuk menyelenggarakan Pemilu pada tahun 1999.
Partai-partai baru mulai bermunculan untuk memperebutkan kursi DPR dalam
pemilu 1999 tersebut yang diikuti oleh 48 parati. Pemilu 1999 adalah pemilu
paling demokratis bila di bandinngkan pemilu-pemilu jaman ORBA. Sidang
MPR pasca pemilu 1999 pemilih presiden KH. Abdurrahman Wahid dan
wakil presiden megawati Soekarno Putri.[2]
Pada era reformasi ini gagasan untuk melakukan amandemen atas UUD 1945
semakin menguat karena adanya tuntutan dari mahasiswa untuk
mengamandemen UUD 1945,bahkan beberapa partai politik mencantumkan
”amandemen” di dalam program perjuangan dan platform politiknya. Tidak
sedikit pula pakar hukum tata negara, dan politik yang menimpakan kesalahan
kepada UUD 1945 berkenaan dengan krisis nasional yang kini sedang
menimpa bangsa Indonesia. Di antara mereka bahkan ada yang mengusulkan
dilakukannnya perbaikan total atas konstitusi dengan mengubah UUD 1945
dan bukan hanya dengan amandemen yang sifatnya tambal sulam saja.

Anda mungkin juga menyukai