Anda di halaman 1dari 25

ILMU PERTANIAN UNJA

Kamis, 21 Juni 2012


LAPORAN PRAKTIKUM ILMU HAMA
TANAMAN “Identifikasi hama – hama
pada tumbuhan jagung ( Zea mays.
L.)”
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU HAMA
TANAMAN
“Identifikasi hama – hama pada tumbuhan
jagung ( Zea mays. L.)”
OLEH
NAMA     : PRASETYO SIAGIAN
NIM          : D1A009112

AGROEKOTEKNOLOGI / ILMU TANAH


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jagung (Zea mays. L.) sudah lama diusahakan petani Indonesia dan
merupakan tanaman pokok kedua setelah padi. Penduduk kawasan timur
Indonesia seperti Nusa Tenggara Timur, Madura, sebagian Maluku, dan
Irian Jaya sudah biasa menggunakan jagung sebagai makanan pokok sehari-
hari. Produksi jagung Indonesia sebagian besar berasal dari pulau Jawa (±
66%) dan sisanya barasal dari di propinsi luar Jawa terutama Lampung,
Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sumatra Utara, dan Nusa Tenggara
Timur.
Jagung (Zea mays. L.) merupakan kebutuhan yang cukup penting
bagi kehidupan manusia dan hewan. Jagung mempunyai kandungan gizi
dan serat kasar yang cukup memadai sebagai bahan makanan pokok
pengganti beras.Selain sebagai makanan pokok, jagung juga merupakan
bahan baku makanan ternak. Kebutuhan akan konsumsi jagung di Indonesia
terus meningkat. Hal ini didasarkan pada makin meningkatnya tingkat
konsumsi perkapita per tahun dan semakin meningkatnya jumlah penduduk
Indonesia. Jagung merupakan bahan dasar / bahan olahan untuk minyak
goreng, tepung maizena, ethanol, asam organic, makanan kecil dan industri
pakan ternak.Pakan ternak untuk unggas membutuhkan jagung sebagai
komponen utama sebanyak 51, 4 %
Kendala dalam budidaya jagung yang menyebabkan rendahnya
produktivitas jagung antara lain adalah serangan hama dan penyakit. Hama
yang sering dijumpai menyerang pertanaman jagung adalah ulat Penggerek
batang jagung, Kutu daun, ulat Penggerek tongkol, dan Thrips. Bulai,
Hawar daun, dan Karat adalah penyakit yang sering muncul di pertanaman
jagung dan dapat menurunkan produksi jagung.
Upaya pengendalian oleh petani pada saat ini adalah dengan
menggunakan pestisida atau bahan kimia lainnya yang tidak ramah
lingkungan. Pengendalian Hama Terpadu (PHT) yang mengintegrasikan
komponen pengendalian yang selaras terbukti tidak hanya meningkatkan
produksi jagung tetapi juga pendapatan petani. Sistim PHT melibatkan
semua komponen yang berpeluang untuk menekan atau mencegah hama
untuk mencapai ambang batas populasi merusak secara ekonomi (economic
injury level/ economic threshold) (Willson, 1990). Sistim PHT yang
bertujuan mengupayakan agar OPT tidak menimbulkan kerugian melalui
cara-cara pengendalian yang efektif, ekonomis, dan aman bagi khalayak,
produsen, dan lingkungan menjadi acuan dasar dalam pengendalain OPT
agar petani tidak bergantung pada pestisida atau bahan kimia lainnya.
1.2 Tujuan
Mengetahui dan mempelajari identifikasi hama – hama dan gejala - gejala
serangan pada tanaman jagung .

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Tanaman Jagung


Klasifikasi Ilmiah
Kingdom : Plantae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Zea
Spesies : Zea mays
Nama Binomial : Zea mays L

Jagung (Zea mays L) adalah tanaman semusim dan termasuk jenis


rumputan/graminae yang secara filogenetik menunjukkan bahwa jagung
(Zea mays ssp. mays) merupakan keturunan langsung dari teosinte (Zea
mays ssp. parviglumis) mempunyai batang tunggal, meski terdapat
kemungkinan munculnya cabang anakan pada beberapa genotipe dan
lingkungan tertentu. Istilah teosinte sebenarnya digunakan untuk
menggambarkan semua spesies dalam genus Zea, kecuali Zea mays ssp.
mays.
Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya
diselesaikan dalam 80-150 hari. Biji jagung kaya akan karbohidrat.
Sebagian besar berada pada endospermium. Kandungan karbohidrat dapat
mencapai 80% dari seluruh bahan kering biji. Karbohidrat dalam bentuk
pati umumnya berupa campuran amilosa dan amilopektin. Jagung manis
tidak mampu memproduksi pati sehingga bijinya terasa lebih manis ketika
masih muda.Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman
jagung umumnya berketinggian antara 1m sampai 3m, adavarietas yang
dapat mencapai tinggi 6m. Tinggi tanaman biasa diukur dari permukaan
tanah hingga ruas teratas sebelum bunga jantan. Meskipun beberapa
varietas dapat menghasilkan anakan (seperti padi), pada umumnya jagung
tidak memiliki kemampuan ini.
Batang jagung terdiri atas buku dan ruas. Daun jagung tumbuh pada
setiap buku, berhadapan satu sama lain. Bunga jantan terletak pada bagian
terpisah pada satu tanaman sehingga lazim terjadi penyerbukan silang.
Pemahaman morfologi dan fase pertumbuhan jagung sangat membantu
dalam mengidentifikasi pertumbuhan tanaman, terkait dengan optimasi
perlakukan agronomis. Cekaman air (kelebihan dan kekurangan), cekaman
hara (defisiensi dan keracunan), terkena herbisida atau serangan hama dan
penyakit akan menyebabkan tanaman tumbuh tidak normal, atau tidak
sesuai dengan morfologi tanaman.
Jagung mempunyai akar serabut dengan tiga macam akar, yaitu (a)
akar seminal, (b) akar adventif, dan (c) akar kait atau penyangga. Akar
seminal adalah akar yang berkembang dari radikula dan embrio. Akar
adventif berkembang menjadi serabut akar tebal. Akar adventif berperan
dalam pengambilan air dan hara. Bobot total akar jagung terdiri atas 52%
akar adventif seminal dan 48% akar nodal. Akar kait atau penyangga adalah
akar adventif yang muncul pada dua atau tiga buku di atas permukaan
tanah. Fungsi dari akar penyangga adalah menjaga tanaman agar tetap tegak
dan mengatasi rebah batang. Akar ini juga membantu penyerapan hara dan
air.
Tanaman jagung mempunyai batang yang tidak bercabang,
berbentuk silindris, dan terdiri atas sejumlah ruas dan buku ruas. Pada buku
ruas terdapat tunas yang berkembang menjadi tongkol. Dua tunas teratas
berkembang menjadi tongkol yang produktif. Batang memiliki tiga
komponen jaringan utama, yaitu kulit (epidermis), jaringan pembuluh
(bundles vaskuler), dan pusat batang (pith). Genotipe jagung yang
mepunyai batang kuat memiliki lebih banyak lapisan jaringan sklerenkim
berdinding tebal di bawah epidermis batang dan sekeliling bundles
vaskuler.
Jagung disebut juga tanaman berumah satu (monoeciuos) karena
bunga jantan dan betinanya terdapat dalam satu tanaman. Bunga betina,
tongkol, muncul dari axillary apices tajuk. Bunga jantan (tassel)
berkembang dari titik tumbuh apikal di ujung tanaman. Rambut jagung
(silk) adalah pemanjangan dari saluran stylar ovary yang matang pada
tongkol. Rambut jagung tumbuh dengan panjang hingga 30,5 cm atau lebih
sehingga keluar dari ujung kelobot. Panjang rambut jagung bergantung
pada panjang tongkol dan kelobot. Penyerbukan pada jagung terjadi bila
serbuk sari dari bunga jantan menempel pada rambut tongkol. Setelah
penyerbukan, warna rambut tongkol berubah menjadi coklat dan kemudian
kering.
Tanaman jagung mempunyai satu atau dua tongkol, tergantung
varietas. Tongkol jagung diselimuti oleh daun kelobot. Tongkol jagung
yang terletak pada bagian atas umumnya lebih dahulu terbentuk dan lebih
besar dibanding yang terletak pada bagian bawah. Setiap tongkol terdiri
atas 10-16 baris biji yang jumlahnya selalu genap.Biji jagung disebut
kariopsis, dinding ovari atau perikarp menyatu dengan kulit biji atau testa,
membentuk dinding buah. Biji jagung terdiri atas tiga bagian utama, yaitu
(a) pericarp, berupa lapisan luar yang tipis, berfungsi mencegah embrio dari
organisme pengganggu dan kehilangan air; (b) endosperm, sebagai
cadangan makanan, dan (c) embrio (lembaga), sebagai miniatur tanaman
yang terdiri atas plamule, akar radikal, scutelum, dan koleoptil.

2.2 Manfaat Jagung


Jagung kaya akan lemak nabati sehingga sering diolah untuk
diambil minyaknya yang merupakan sumber asam lemak omega-6 yang
bermanfaat dalam proses pertumbuhan anak, menjaga kesehatan kulit,
mencegah penyakit jantung, dan stroke. Selain mengandung serat yang
pentin untuk menurunkan kadar kolesterol jagung juga kaya akan asam
folat yang berperan menurunkan kadar homosistein dalam pembuluh darah.
Jagung merupakan sumber thiamin (vitamin B1) yang sangat
penting bagi kesehatan sel otak dan fungsi kognitif sebab thiamin
dibutuhkan untuk membentuk acetylcholine yang berfungsi
memaksimalkan komunikasi antar sel otak dalam proses berpikir dan
konsentrasi jika kadar zat ini menurun maka akan menyebabkan pikun dan
penyakit Alzheimer. Jagung juga mengandung asam pentotenat (vitamin
B5) yang berperan dalam proses metabolisme karbohidrat, protein dan
lemak untuk diubah menjadi energi.
BAB III
BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Ilmu Hama Tumbuhan ini dilaksanakan pada hari selasa, 3
Januari 2012 di kebun pertanian Mendalo residence.

3.2 Bahan dan Alat


         Kamera
         Buku
         Pena

Cara kerja :
Dengan melihat bagian – bagian dari tanaman jagung yang mana
sudah terlihat gejala – gejala serangan hama , kemudian memotretnya
debgan kamera ,kemudian mengidentifikasi hama – hama apa saja yang
biasanya menyerang pada tanaman jagung.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

1.ulat grayak  (Spodoptera Litura)

klasifikasi, 
ordo Lepidoptera,
famili Noctuidae,
genus Spodoptera dan
spesies litura.
 Hama ini bersifat polifag atau mempunyai kisaran inang yang cukup luas a
tau banyak inang, sehingga agak sulitdikendalikan. Strategi pengendalian ha
ma yang efektif dapat disusun dengan mem- pelajari bioekologi hama.

Bioekologi
Perkembangan ulat grayak bersifat metamorfosis sempurna, terdiri
atas stadia ulat, kepompong, ngengat dan telur.

(M ARIFIN  BALAI PENELITIAN PERTANIAN BOGOR)


  Ulat tua bersembunyi di dalam tanah pada siang hari dan giat nenyerang
tanaman pada malam hari. Larva mempunyai warna yang
bervariasi, memiliki kalung (bulan sabit) berwarna hitam pada segmenabd
omen keempat dan kesepuluh .Pada sisi lateral dorsal terdapat garis kuning.
Ulat yang baru menetas berwarna hijau muda, bagian sisi coklat tua atau
hitam kecoklatan, dan hidup berkelompok
(Gambar  1a).  Beberapa  harisetelah
menetas (bergantung ketersediaan makan- an), larva menyebar dengan meng
gunakan benang sutera dari mulutnya. Pada siang hari, larva bersembunyi di
dalam tanah
atau tempat yang lembap dan menyerang tanamanpada malam hari atau p
ada intensitas cahaya matahari yang rendah. Biasanya ulat berpindah ke
tanaman lain secarabergerombol dalam jumlah besar.

Stadium ulat terdiri atas 6 instar yang berlangsung selama 14 hari. Ulat
instar I, II dan III, masing-masing berlangsung sekitar 2 hari. Ulat
berkepompong di dalam tanah. Stadia kepompong dan ngengat, masing-
masing berlangsung selama 8 dan 9 hari. Ngengat meletakkan telur pada
umur 2-6 hari.

Ulat muda menyerang daun hingga tertinggal epidermis atas dan


tulang-tulang daun saja. Ulat tua    merusak pertulangan daun hingga
tampak lobang-lobang bekas gigitan ulat pada
daun.Warna dan perilaku ulat instar terakhir mirip ulat tanah Agrothis ip
silon, namun terdapat perbedaan yang cukupmencolok, yaitu pada ulat gray
ak terdapat tanda bulan sabit berwarna hijau gelap dengan garis punggung g
elapmemanjang. Pada umur 2 minggu, panjang ulat sekitar.5 cm. Ulat berke
pompong di dalam tanah, membentuk pupatanpa rumah pupa (kokon), be
rwarna coklat kemerahan dengan panjang sekitar 1,60 cm. Siklus
hidup berkisarantara 30-60 hari (lama stadium telur
24 hari). Stadium larva terdiri atas 5 instar yang berlangsung selama20-
46 hari. Lama stadium pupa 8-11 hari.

Gejala Serangan

        Ulat  Grayak ini merupakan hama pada hampir semua tanaman baik
dari tanaman pangan seperti padi,kedele dan jagung, juga pada tanaman
hortikultura seperti cabe, kubis, kacang panjang dan lainnya. Ulat grayak
juga menyerang tanaman perkebunan seperti tembakau. Bahkan ulat ini
juga menyerang berbagai macam
gulma seperti Limnocharissp., Passiflora foetida ,  Ageratum  sp.,  Cleom
e  sp., Clibadium sp., dan Trema sp.
         Serangan Ulat ini terjadi pada stadium larva (ulat).
Larva yang masih muda merusak daun dengan meninggalkansisa-sisa 
epidermis bagian atas (transparan) dan tulang daun. Larva instar lanjut
merusak tulang
daun dan kadang,kadang menyerang polong. Biasanya larva berada di per
mukaan bawah daun dan menyerang secara serentak danberkelompok. S
erangan berat menyebabkan tanaman gundul karena daun dan buah habis d
imakan ulat
          Serangan berat pada umumnya terjadi
pada musim kemarau, dan menyebabkan defoliasi daun yang sangat berat.

Hal yang memicu perkembangan ulat grayak.


Pertumbuhan populasi ulat grayak sering dipicu oleh situasi dan kondi
si lingkungan, yakni:
1)   Cuaca panas. Pada kondisi kering dan suhu tinggi, metabolisme serangga 
hama meningkat sehingga memper-pendek siklus hidup. Akibatnya jumlah 
telur yang dihasilkan meningkat
dan akhirnya mendorong peningkatanpopulasi.
2)   Penanaman tidak serentak dalam satu areal yang luas. Penanaman tanaman
seperti kedelai yang tidak serentakmenyebabkan tanaman berada pada fas
e pertumbuh- an yang berbeda-beda sehingga makanan ulat grayak 
selalutersedia di lapangan. Akibatnya, pertumbuhan populasi hama makin 
meningkat kare- na makanan tersediasepanjang musim.
3)  Aplikasi insektisida. Penggunaan insektisida yang kurang tepat baik jen
is maupun dosisnya, dapat memati- kanmusuh alami serta meningkatkan

(Marwoto, suharsono :Balai  Penelitian  Tanaman  Kacang-


kacangan  dan  Umbi-umbian,  Jalan  RayaKendalpayak,  Kotak  Pos  66, 
Malang  65101)

2.  K u t u   d a u n   j a g u n g , Rhopalosiphum maidis (Fitch)


(Homoptera: Aphididae)
Kutu daun  R.  maidis membentuk koloni dengan jumlah yang
melimpah, berukuran antara 1.6 – 2.6 mm, berwarna biru sampai hijau,
berbadan lunak serta memiliki antena yang panjang berwarna hitam
(Glogoza dan Boetel 2005).Menurut Borror  et al (1996) kutu daun
biasanya dapat dikenali dari bentuknya yang seperti buah persik, dan
sepasang kornikel di ujung abdomennya.  Sedangkan, imago bersayap
meletakkan sayapnya secara vertikal sewaktu istirahat. Perkembangan
populasi kutu daun yang merupakan serangga paurometabola meliputi fase
nimfa, fase imago betina tanpa sayap, dan fase imagobetina bersayap
(Ratcliffe et al 2004). Imago betina tanpa sayap berukuran 1.7 -2.6 mm dan
berwarna biru kehijauan, sedangkan imago betina yang bersayap berukuran
1.6 - 2.0 mm dengan warna tubuh hijau gelap atau hampir kehitaman
(Stoetzel dan Miller 2001).
Glogoza dan Boetel (2005) menyatakan bahwa, kutu daun  R.
maidisberkembang biak secara partenogenesis.  Telur menetas dalam tubuh
imago betina kemudian keluar nimfa, sehingga seakan  - akan kutu daun
melahirkan nimfa (vivipar).  Seekor betina tanpa sayap mampu melahirkan
rata-rata 62 ekor nimfa, sedangkan betina yang bersayap mampu
melahirkan rata-rata 49 ekor nimfa (Adam dan Andrew dalam Pabbage  et
al 2007).  Bayhan (2009) menyatakan bahwa nimfa membutuhkan waktu
selama 4  – 6 hari untuk menjadi imago, sedangkan imago kutu daun dapat
hidup selama 4  – 12 hari (Ganguli dan Raychaudhuri dalam Pabbage et al
2007).
Karakteristik unik dari R. maidis di daerah subtropis dibandingkan
denganserangga lain adalah kemampuan untuk bertahan selama musim
dingin dengan cara peletakan telur.  Telur akan menetas saat musim panas.
Hal ini berhubungan dengan kemampuan reproduksi serangga.  Potensi
reproduksi kutu daun dapat mencapai 40 sampai  50 generasi per tahun.
Selama musim panas, betina tidak bersayap mendominasi akan tetapi
bentuk bersayap muncul ketika  populasinya melimpah (Delahaut 2004,
Gray 1997).
R.maidis merupakan vektor penyakit mosaic pada tebu (yellow
stripe disease) (Kalshoven 1981), selain itu R. maidis juga merupakan
vektor dari plum pox virus pada tanaman persik (Wallis  et al 2005).  R.
maidis lebih menyukai tanaman sorgum sebagai tanaman inangnya, namun
ia juga menyerang jagung, barley, padi-padian, rumput-rumputan, dan
beberapa tanaman yang berasal dari famili Graminae.  Serangan hebat kutu
daun jagung menyebabkan daun layu, keriting, dan terlihat kuning.  R.
maidis menghasilkan embun madu yang dikeluarkan melalui anusnya.
Embun madu tidak berbahaya, namun keberadaannya yang melekat pada
permukaan daun dapat mendukung pertumbuhan cendawan saprofit
(Capnodium sp.) sehingga dapat mengganggu proses fotosintesis tanaman
(Long 1994, Ratcliffe et al 2004).
2.3 Musuh Alami Kutu daun R. maidis
Kutu daun memiliki banyak musuh alami, yaitu meliputi beberapa
spesies kumbang Coccinellidae, Syrphidae, dan Chrysopidae (green 
lacewing) sebagai predator serta beberapa parasitoid dari jenis tabuhan
(Long 1994, Irshad 2001,  Delahaut 2004)

3. ryzaephylus surrinamensis (Linnaeus)
Deskripsi:
Kumbang dewasa berwarna coklat tua berukuran panjang sekitar 5
mm, dengan bentuk tubuh yang langsing dan agak pipih. Pada bagian
pronotumnya terdapat enam pasang gerigi yang menyerupai gigi gergaji.
Bentuk kepala menyerupai segitiga. Pada sayap depannya terdapat garis-
garis membujur yang jelas. Di Indonesia banyak menimbulkan kerusakan
pada kopra bersama-sama kumbang kopraNecrobia rufipes dan Ahasverus
advena. Gejala serangan yang ditimbulkan mirip dengan gejala serangan
Necrobia tetapi liang gerekannya sempit dan bercabang-cabang. Kumbang
betina meletakkan telur pada celah-celah atau di antara butiran-butiran
bahan secara tersebar atau terpisah-pisah. Produksi telur tiap induk antara
45-285 butir. Beberapa hari kemudian telur menetas dan larva segera
merusak butiran atau bahan di sekitarnya. Panjang larva dewasa kira-kira
dua kali panjang kumbangnya. Apabila akan menjadi kepompong, larva
tersebut menempatkan diri pada lekuk-lekuk atau celah-celah bahan,
dengan sedikit ikatan benang sutera pada bagian ujung abdomennya. Sering
larva membuat semacam kokon yang tidak sempurna di sudut-sudut tempat
simpanan atau bahan yang diserang. Di Indonesia, daur hidup hama ini
tercatat 3-4 minggu. Kumbangnya sendiri dapat hidup selama 6-10 bulan.
Pada kondisi yang sangat baik kumbang tersebut dapat hidup selama 3
tahun

4.Hama kepik
Gejala:
Nimfa dan imago merusak polong dan biji kedelai dengan cara
menghisap cairan biji. Serangan yang terjadi pada fase pertumbuhan polong
dan perkembangan biji menyebabkan polong dan biji kempis, kemudian
mengering. Serangan terhadap polong muda menyebabkan biji kempis dan
seringkali polong gugur. Serangan yang terjadi pada fase pengisian biji
menyebabkan biji menghitam dan busuk.

Morfologi:
            Panjang kepik hijau sekitar 16 mm. Ttelur diletakkan berkelompok
pada permukaan bawah daun. Nimfa terdiri-dari 5 instar. Instar awal hidup
bergerombol di sekitar bekas telur, kemudian menyebar.
Klasifikasi:
Ordo: Hemiptera
Famili: Pentatomidae
Genus: Nezara
Spesies: Nezara viridula
Siklus hidup: 4 – 8 minggu
- Telur 5 – 7 hari
- Larva: 21 – 28 hari

Ekologi:
Terdapat di seluruh dunia yang bersuhu hangat.
Tanaman inang: polifag khususnya herba dan makan berbagai bagian
tanaman.

Pengendalian;
Menggunakan musuh alami: jenis tabuhan Ooencyrtus malayensis
Ferr. dan Telenomus sp. merupakan parasit pada telur kepik hijau.pergiliran
tanaman, penanaman serempak, dan pengamatan secara intensif sebelum
dilakukan pengendalian dengan menggunakan insektisida. Penggunaan
insektisida akan cukup efektif secara ekonomi jika intensitas serangan
penggerek polong lebih dari 2 % atau jika ditemukan sepasang populasi
penghisap polong dewasa atau kepik hijau dewasa pada umut 45 hari
setelah tanam.
BAB  V
KESIMPULAN
Diketahui bahwa hama – hama yang teridentifikasi pada tanaman jagung
adalah
1.ulat grayak  (Spodoptera Litura)
2.  K u t u   d a u n   j a g u n g , Rhopalosiphum maidis (Fitch)
(Homoptera: Aphididae)
3. ryzaephylus surrinamensis (Linnaeus)
4.Hama kepik
Daftar pustaka
         Departemen Pertanian. 1983. Pedoman Pengenalan, Pengamatan dan
Penbendalian Hama ulat grayak . Direktorat Perlindundan Tanaman.
Jakarta. 24 Halaman.
         Dharmadi, A. 1977.hlama Ulat pada Tanaman The. Lokarakarya Proteksi
Tanaman. BPTK Gambung. 13 Ha1aman.
         Wahyu, Widayat. 1989. Hama-hama Penting tanaman dan cara
pengendaliannya. Gambung. 23 hal.
         http://sherly.vi08.student.ipb.ac.id/2010/06/20/hama-dan-penyakit-pada-
tanaman-jagung di akses pada www.google.com pada hari 7 januari 2012
pada pukul 17.00
         http://epetani.deptan.go.id// , di akses pada www.google.com pada hari 7
januari 2012 pada pukul 17.00
Unknown di 19.13
Berbagi

Tidak ada komentar:


Posting Komentar


Beranda
Lihat versi web
Mengenai Saya
Unknown
Lihat profil lengkapku
Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai