Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN KESIMPULA PRE DAN POST CONFERENCE

SLB

Disusun oleh

KAROLINA FASAK

PROGRAM PROFESI NERS

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS CENDERAWASIH

JAYAPURA

2020
PRE & POST CONFERENCE

HASIL DISKUSI

Rangkuman Senin,08/06/2020

Definisi

anak indigo dan genius termasuk dalam anak berkebutuhan khusus. Menurut

Psikolog Pendidikan dengan Subspesialis ABK dengan tingkat intelijensia tinggi

(Gifted) dari Universitas Kebangsaan Malaysia karena anak genius memiliki

kecerdasan diatas rata-rata anak pada umumnya biasanya tingkat intelijensia di atas

120, ini juga memiliki permasalahan sosial dalam proses menempuh pendidikannya,

misalnya sulit berinteraksi dengan anak - anak lain yang memiliki tingkat IQ di

bawahnya atau malas menghadapi materi pelajaran yang sudah dikuasainya

Definisi ABK lebih dikenal dengan istilah cacat anak berkelainan atau anak luar

biasa. Anak luar biasa didefinisikan sebagai anak yang menyimpang dari keriteria

normal secara signifikan, baik dari aspek fisik, psikis, emosional, dan social sehingga

untuk mengembangkan potensinya di perlukan adanya layanan pendidikan khusus

(Kirk & Galleger). Dicermati kata cacat anak berkelaianan sm artinya dgn disabel. Cth

pd anak dgn emosional pd anak tunalaras(sosial) anak dgn hiperaktif (emosional)

menurut jurnal yang saya baca tertulis bahwa anak indigo termasuk dalam anak

dengan berkebutuhan khusus bu karena menurut nancy tape anak indigo itu memiliki

keunggulan tersendiri keunggulannya yaitu cakra dimana konon cakra itu ada pada

tubuh manusia dan anak indigo memiliki mata ketiga biasanya disebut sebagai indra

ke 6 nah sehingga mereka dianggap memiliki kemampuan yang khusus karena bisa

menggambarkan masa lalu dan masa datang makanya anak indigo dan jenius masuk

dalam anak berkebutuhan khusus.


Dan tanggapan kalian terkait anak indigo dan genius..apa termasuk dlm ABK

(anak berkebutuhan khusus). Menurut sya mereka termasuk dalam anak berkebutuhan

khusus karena pada anak indigo ini biasanya anak yg memiliki kemampuan yg

bersifat spiritual, kemampuan yg bisa melihat makhluk halus atau kejadian yg akan

datang jdi kebiasaan anak ini akan cenderung menyendiri, berhalusinasi dan sulit

besosialisasi. Sedangkan Pada anak jenius adalah anak yang memiliki tingkat

inteligensia yg tinggi dan melampaui kemampuan anak seusianya dan biasanya anak"

ini memilikk permasalahan sosial dalam pendidikannya krn tidak bisa berinteraksi

dengan anak" yg IQ lebih rendah darinya atau malas mengikuti materi pelajaran yang

sudah di kuasainya. Sehingga anak indigo dan jenius termasuk dalam anak

berkebutuhan khusus Menurut teori yang saya baca anak indigo dan anak jenius

termasuk kedalam anak yang berkebutuhan khusus, karena mereka memerlukan

pendidikan yang lebih dalam tengtang soft skill dan kemampuan dalam interaksi

sosial. Pada umumnya tidak ada yang salah dengan anak indigo, karena

anak-anak ini juga terbilang normal hanya saja ia berbeda. Perbedaan ini

terletak pada kemampuan lebih yang dimiliki oleh anak-anak indigo.Anak indigo

adalah anak berkebutuhan khusus dan berkarakteristik khusus dengan perilaku

berbeda, dan memerlukan pendidikan yang khusus atau lebih menurut teori yang saya

baca, Anak indigo adalah anak berkebutuhan khusus dan berkarakteristik khusus

dengan perilaku berbeda, anak-anak indigo cenderung memiliki sifat yang

menyendiri, berhalusinasi dan sulit bersosialisasi. Ada yang mengkategorikan anak

indigo mirip dengan schizofrenia, tapi secara kognitif atau daya pikir kecerdasan dia

normal. anak berkebutuhan khusus tidak hanya merujuk pada kondisi disabilitas.

Anak dengan tingkat inteligensia yang terlalu tinggi dan melampaui anak - anak

seusianya juga dapat dikategorikan sebagai ABK


Definisi dan klasifikasinya sudah jelas bu karena sesuai dengan jurnal yang saya

baca juga menjelaskan hal yang sama, nah ada juga menurut Directgov

mengemukakan bahwa istilah anak berkebutuhan khusus merujuk pada anak yang

memiliki kesulitan dan ketidakmampuan belajar dibandingkan anak seusianya.

Bagi anak berkebutuhan khusus penanganan harus di bedakan dengan karakter

dan kebutuhan anak ini untuk mencegah ganguan yg semakin para . orang tua

melakukan deteksi dini dr nol bulan. Anak cadel apa trmasuk anak ABK dr

definisinya anak yang menyimpang dari kriteria normal secara signifikan, baik dari

aspek fisik bisa terlihat. Sebagai seorang perawat deteksi dini terhadap ABK dapat

ditelusuri mulai anak berada pada masa kehamilan (riwayat kehamilan), masa

kelahiran (riwayat kelahiran) dan juga riwayat tubuh kembang setelah kelahiran anak

tersebut.

1. deteksu dini penyimpangan pertumbuhan, yaitu untuk mengetahui atau menemukan

status gizi kurang atau gizi buruk pada anak.

2. Deteksi dini penyimpangan perkembangan, yaitu untuk mengetahui gangguan

perkembangan anak (keterlambatan bicara dan berjalan), gangguan daya lihat, dan

gangguan daya dengar. Deteksi dini penyimpangan mental emosional, yaitu untuk

mengetahui adanya masalah mental emosional, autisme dan gangguan pemusatan

perhatian serta hiperaktivitas. Baru kita dapat mengklasifikasi anak tersebut masuk

dalam klasifikasi anak berkebutuhan khusus termasuk dlm kecerdasan,fisik atau jenis

tingkah laku. deteksi dini terhadap ABK yaitu saat Kehamilan, keahiran dan setelah

lahir. ABK itu diturunkan sejak lahir yang ingin tanyakan apakah itu ada faktor

keturunan? Dan kiat2 apa saja supaya tidak terjadi cacat bawaan sejak masa

kehamilan. Yang merupakan faktor penyebab terjadinya ABK.Silahkan menanggapi


pertanyaan nur Faktor penyebab anak menjadi berkebutuhan khusus

(ABK), antara lain:

a. Faktor herediter: Faktor herediter sering terjadi karena kelebihan kromosom

yang diakibatkan oleh kesamaan gen pada pasangan suami istri. Selain itu,

usia ibu sewaktu hamil juga sangat berpengaruh

terhadap kelahiran anak. Usia ibu hamil di atas 35 tahun memiliki resiko yang

cukup tinggi untuk melahirkan anak berkebutuhan khusus

b. Faktor infeksi Merupakan suatu penyebab adanya

berbagai serangan penyakit infeksi yang dapat menyebabkan, baik langsung

maupun tidak langsung terjadinya kelainan seperti TORCH (toksoplasma,

rubella, cytomegalo virus, herpes), polio, meningitis dan sebagainya.

c. Faktor keracunan : Keracunan dapat secara langsunG terkena anak, maupun

melalui ibu saat kehamilan. Munculnya FAS (Fetal Alcohol Syndrome) adalah

keracunan janin yang disebabkan ibu mengonsumsi alkohol

berlebihan. Kebiasaan ibu mengkonsumsi obat bebas, tanpa pengawasan

dokter merupakan potensi keracunan pada janin. Jenis makanan yang

dikonsumsi bayi yang banyak mengandung zat-zat berbahaya merupakan salah

satu penyebab. Adanya polusi pada berbagai sarana kehidupan, terutama

pencemaran udara dan air juga sebagai faktor penyebab.


Selasa, 09 Juni 2020

Pre Conference

Tuna Netra

1. Apa klasifikasi dari tunanetra? Coba jelaskan

Jawaban :

a. Klasifikasi yang dialami oleh anak tunanetra, antara lain : Menurut Lowenfeld,

(1955:p.219), klasifikasi anak tunanetra yang didasarkan pada waktu terjadinya

ketunanetraan, yaitu :

 Tunanetra sebelum dan sejak lahir; yakni mereka yang sama sekali tidak

memiliki pengalaman penglihatan.

 Tunanetra setelah lahir atau pada usia kecil; mereka telah memiliki kesan-

kesan serta pengalaman visual tetapi belum kuat dan mudah terlupakan.

 Tunanetra pada usia sekolah atau pada masa remaja; mereka telah

memiliki kesan-kesan visual dan meninggalkan pengaruh yang mendalam

terhadap proses perkembangan pribadi.

 Tunanetra pada usia dewasa; pada umumnya mereka yang dengan segala

kesadaran mampu melakukan latihan-latihan penyesuaian diri

 Tunanetra dalam usia lanjut; sebagian besar sudah sulit mengikuti latihan-

latihan penyesuaian diri.

 Tunanetra akibat bawaan (partial sight bawaan)

b. Klasifikasi anak tunanetra berdasarkan kemampuan daya penglihatan, yaitu:

 Tunanetra ringan (defective vision/low vision); yakni mereka yang

memiliki hambatan dalam penglihatan akan tetapi mereka masih dapat


mengikuti program- program pendidikan dan mampu melakukan

pekerjaan/kegiatan yang menggunakan fungsi penglihatan.

 Tunanetra setengah berat (partially sighted); yakni mereka yang

kehilangan sebagian daya penglihatan, hanya dengan menggunakan

kaca pembesar mampu mengikuti pendidikan biasa atau mampu

membaca tulisan yang bercetak tebal

 Tunanetra berat (totally blind); yakni mereka yang sama sekali tidak

dapat melihat.

c. Menurut WHO, klasifikasi didasarkan pada pemeriksaan klinis, yaitu

 Tunanetra yang memiliki ketajaman penglihatan kurang dari 20/200 dan

atau memiliki bidang penglihatan kurang dari 20 derajat.

 Tunanetra yang masih memiliki ketajaman penglihatan antara 20/70

sampai dengan 20/200 yang dapat lebih baik melalui perbaikan.

Tugas-tugas perawat pada tahap ini antara lain :

1. Membina hubungan saling percaya, menunjukkan sikap penerimaan dan komunikasi

terbuka. Untuk membina hubungan saling percaya perawat harus bersikap terbuka,

jujur, ihklas, menerima klien apa danya, menepati janji, dan menghargai klien.

2. Merumuskan kontrak bersama klien. Kontrak penting untuk menjaga kelangsungan

sebuah interaksi.Kontrak yang harus disetujui bersama dengan klien yaitu, tempat,

waktu dan topik pertemuan.

3. Menggali perasaan dan pikiran serta mengidentifikasi masalah klien. Untuk

mendorong klien mengekspresikan perasaannya, maka tekhnik yang digunakan adalah

pertanyaan terbuka.
4. Merumuskan tujuan dengan klien. Tujuan dirumuskan setelah masalah klien

teridentifikasi. Bila tahap ini gagal dicapai akan menimbulkan kegagalan pada

keseluruhan interaksi (Stuart,G.W,1998 dikutip dari Suryani,2005)

Hal yang perlu diperhatikan pada fase ini antara lain :

 Memberikan salam terapeutik disertai mengulurkan tangan jabatan tangan

 Memperkenalkan diri perawat

 Menyepakati kontrak. Kesepakatan berkaitan dengan kesediaan klien untuk

berkomunikasi, topik, tempat, dan lamanya pertemuan.

 Melengkapi kontrak. Pada pertemuan pertama perawat perlu melengkapi penjelasan

tentang identitas serta tujuan interaksi agar klien percaya kepada perawat.

 Evaluasi dan validasi. Berisikan pengkajian keluhan utama, alasan atau kejadian yang

membuat klien meminta bantuan. Evaluasi ini juga digunakan untuk mendapatkan

fokus pengkajian lebih lanjut, kemudian dilanjutkan dengan hal-hal yang terkait

dengan keluhan utama. Pada pertemuan lanjutan evaluasi/validasi digunakan untuk

mengetahui kondisi dan kemajuan klien hasil interaksi sebelumnya.

 Menyepakati masalah. Dengan tekhnik memfokuskan perawat bersama klien

mengidentifikasi masalah dan kebutuhan klien.

Ciri – ciri sosial pada anak pengidap tuna netra: Kesulitan membaca atau kesulitan

lainnya yang melibatkan banyak fungsi mata, Mengedip lebih sering dibanding biasanya,

Memegang buku sangat dekat dengan mata, Tidak mampu melihat benda pada jarak yang

jauh, Tidak mampu melihat jelas, Mengalami sakit kepala dan mual saat menggunakan

fungsi mata, Penglihatan kabur atau ganda


Intervensi keperawatan:

Pencapaian komunikasi: defisit penglihatan

 Kaji reaksi pasien terhadap penurunan penglihatan

 Ajak pasien untuk menentukan tujuan dan belajar melihat dengan cara yang lain

 Jangan memindahkan sesuatu di ruangan pasien tanpa memberi informasi pada

pasien

Manajemen lingkungan:

 Ciptakan lingkungan yang aman bagi pasien

 Pindahkan benda2 berbahaya dari lingkungan pasien

 Sediakan tempat tidur yang rendah

 Tempatkan benda2 pada tempat yang dapat dijangkau pasienKebutuhan Khusus Tuna

1. Fisiologis Membutuhkan perawatan dan pemeriksaan medis, pengobatan dan evaluasi

medis secara umum. Sebagai kegiatan diperlukan latihan gerak dan ekspresi tubuh

2. .Personal

a. Ketunanetraan merupakan pengalaman personal, orang diluar dirinya tidak

akan memahami tanpa ia mengalaminya.

b. Efek psikologis dari personal adalah, banyak tergantung pada waktu terjadinya

ketunanetraan dan kualitas serta karakteristik susunan kejiwaannya.

c. Akibat ketunanetraan sebagai pengalaman personal, maka timbul beberapa

kebutuhan yang bersifat personal pula. Kebutuhan tersebut antara lain adalah

latihan Orientasi dan Mobilitas, minat untuk berinteraksi dengan lingkungan


terutama dalam hal mengolah dan menerima informasi dari lingkungan,

keterampilan aktivitas kehidupan sehari-hari seperti menolong diri sendiri.

Pendidikan dan bimbingan penyuluhan juga merupakan kebutuhan personal

secara khusus dan banyak lagi kebutuhan yang bersifat individual.

3. Sosial

a. Apabila ketunanetraan terjadi dan muncul dalam suatu keluarga, maka

susunan keluarga akan mengadakan perubahan dan penyesuaian baik secara

total maupun sebagian

b. Baik buruknya pengaruh adanya seorang tunanetra di tengah keluarga

tergantung pada menerima tidaknya semua anggota keluarga terhadap adanya

kenyataan tersebut diatas.

c. Dengan adanya pandangan ketunanetraan sebagai fenomena social, maka

kebutuhan dari segi social adalah adanya hubungan yang baik antar personal

(personal relationship), interaksi yang baik antar anggota keluarga, interaksi

dan hubungan dengan teman-temannya, dan membutuhkan pula untuk ikut

berpartisipasi dengan berbagai kegiatan dalam lingkungannya.

Faktor yang menyebabkan terjadinya ketunanetraan antara lain:

 Pre-natal

Faktor penyebab ketunanetraan pada masa pre-natal sangat erat hubungannya dengan

masalah keturunan dan pertumbuhan seorang anak dalam kandungan, antara lain:

Keturunan Tumor dapat terjadi pada otak yang berhubungan dengan indera

penglihatan atau pada bola mata itu sendiri. Kurangnya vitamin tertentu, dapat

menyebabkan gangguan pada mata sehingga hilangnya fungsi penglihatan.

 Post-natal: Penyebab ketunanetraan yang terjadi pada masa post-natal dapat terjadi

sejak atau setelah bayi lahir antara lain


 Kerusakan pada mata atau saraf mata pada waktu persalinan, akibat benturan alat-alat

atau benda keras. Pada waktu persalinan, ibu mengalami penyakit gonorrhoe,

sehingga baksil gonorrhoe menular pada bayi, yang pada ahkirnya setelah bayi lahir

mengalami sakit dan berakibat hilangnya daya penglihatan.

 Mengalami penyakit mata yang menyebabkan ketunanetraan

 Kerusakan mata yang disebabkan terjadinya kecelakaan, seperti masuknya benda

keras atau tajam, cairan kimia yang berbahaya, kecelakaan dari kendaraan, dll.
Tuna Laras

memberikan layanan kepada anak tunalaras dgn mengemukakan model 2 pendekatan

yaitu pendekatan model .biogenetik Tingkah laku.ekologis psikodinamikaKelainan tinkah

laku yang di alami anak tunalaras mempunyai dampak negatif baik untuk dirinya sendiri

maupun lingkungan sosialnya perasaan TDK berguna bg orang menyebab kan mereka

merasakan jarak dengan lingkungan nyaKelainan tingkah laku yang dialami anak tunalaras

mempunyai dampak negatif baik bagi dirinya sendiri maupun lingkungan sosialnya. Salah

satu dampak serius yang mereka alami adalah tekanan batin berkepanjangan sehingga

menimbulkan perasaan merusak diri mereka sendiri, Ketidak-bahagiaan/ketidak-tentraman

bagi masyarakat. Perbuatan yang termasuk pelanggaran hukum seperti perbuatan mencuri,

menipu, menganiaya, membunuh, mengeroyok, menodong, mengisap ganja, anak kecanduan

narkotika, dan sebagainya.untuk dampak juga bagi individunya itu adalah anak tidak dapat

memiliki hubungan yang baik dengan teman sebayanya, untuk dirinya sendiri dia

memandang rendah karena berbeda dengan orang lain dan juga memiliki hambatan dalam

perkembngan yang cukup berat antar anak dengan teman sebayanya sehingga muncul konflik

yang timbul pada diri anak itu sendiri dampak mudah marah mudah terangsang emosi sering

menentang perintah atau tugas sering melanggar merusak dan tidak suka dengan kegiatan

rutin.melakukan modifikasi perilaku dengan cara pendekatan secara langsung dan lebih

memfokuskan paa perubahan secara fisik. hal ini dapat mengurangi perilaku yang tidak

diingikan seperti agresif, emosi labil, metode ini merupakan penanganan yang paling efektif

dengan pendekatan positif dan dapat menghindarkan anak dari perasaan frustasi dan

marahtingkat kemampuan atau keefektifan seseorang individu untuk memenuhi standar

kemandirian dan tanggung jawab sosial yg sesuai dengan usia saat ini dan lingkungan nya di

tingal perilaku adaptif bisa di lihat sebagai kematangan diri dan sosial seseorang dalam
melakukan kegiatan umum sehari-hari sesuai dengan usia dan budaya dan kelompok nyaada

beberapa tipe tuna laras adalah :

1. Conduct disorder ciri cirinya : perilaku agresif verbal dan fisik, merisak, selalu

menentang, tidak memiliki rasa tanggung jawab dan melanggar norma aturan

2. Socialized agression (agresif bersosialisasi) : terlibat kelompok negatif yg melakukan

aktivitas seperti kelompok ggn negatif, mencuri, kenakalan dan kejahatan

berkelompok.

3. Anxienty-withdrawal, disebut juga problem kepribadian, ciri-cirinya : kecemasan

yang berlebihan, menarik diri dari sosial, sangat pemalu, selalu menyendiri, terlalu

sensitif, dan sikap menyepi/memisahkan diri dari lingkungan

4. immaturity : rentangperhatian sangat pendek, perhatian sulit beralih, pasif, melamun,

dia tidak reponsif, ciri yang menunjukan kegagalan pada tugas perkembangan seperti

komunikasi sosial, akademik, dll.saya mau menambahkan jawaban dri kk besti dari

pertanyaan asme karakteristik perilaku adaptif :

 wujud problem adaptasi di lingkungan fisik

 wujud problem adaptasi di sekolah

 wujud problem adaptasi di kehidupan sosial

Sikap-sikap tersebut dapat diamati dalam kehidupan sehari-hari dari interaksinya dengan

lingkungan, seperti :

a. Tidak mampu menyesuaikan diri dengan pola-pola kelompok yang lebih luas dan

kesadaran sosial mereka sangat rendah.

b. Menuntut perhatian yang terus menerus dari lingkungannya dan mereka suka bermain

sendirian.

c. Dalam kelompok, biasanya selalu mengikuti bukannya memimpin.

Peran perawat
- mengkaji sikap sosial anak dengan teman sebaya terkait emosional dan sosialnya

- mengajarkan anak bersikap jujur dalam berinteraksi

- memberikan pujian atau umpan balik postif jika anak berinteraksi dengan orang

lain

- memberi tahu keuntungan, kerugian dan manfaat dari tindakan yang dilakuka

- Kolaborasi dengan terapi terkait emosi dari anak tersebut


Autis

Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan mempunyai peranan penting dalam mengatasi

masalah tersebut dengan memberikan inovasi intervensi keperawatan dengan memberikan

asuhan keperawatan secara holistik. Asuhan keperawatan secara holistik dapat mendukung

perkembangan positif pada anak autis. Intervensi yang diberikan kepada anak autis bertujuan

untuk mengurangi gejala gangguan perilaku.Terapi perilaku terdiri dari dua bagian. Cognitive

Behavioral Therapy (CBT) membantu dalam fungsional mencegah autisme melalui intervensi

awal. Dan ada Applied Behavioral Analysis (ABA) yang membantu dalam melatih anak

dengan keterampilan hidup sehari-hari dalam kasus-kasus autisme parah.. Sinyal pertama dari

autisme dapat dilihat pada usia awal 6-9 bulan. Beberapa tanda-tanda awal adalah:

1. Cara yang tidak biasa dalam berkomunikasi dengan orang-orang di sekitar

2. Tidak berinteraksi secara sosial 

3. Suka/tidak suka bermain dengan mainan atau bermain dengan cara tertentu

4. Terbatas / tidak ada kontak mata

5. Gerakan tubuh berulang-ulang

6. Terbatas/tidak menanggapi nama panggilan sendiriTanda autis berbeda pada setiap

interval umumnya:

- Pada usia 6 bulan sampai 2 tahun anak tidak mau dipeluk atau menjadi tegang bila

diangkat ,cuek menghadapi orangtuanya, tidak bersemangat dalam permainan

sederhana (ciluk baa atau kiss bye), anak tidak berupaya menggunakan kat-kata.

Orang tua perlu waspada bila anak tidak tertarik pada boneka atau binatan

gmainan untuk bayi, menolak makanan keras atau tidak mau mengunyah, apabila

anak terlihat tertarik pada kedua tangannya sendiri.

- Pada usia 2-3 tahun dengan gejal suka mencium atau menjilati benda-benda,

disertai kontak mata yang terbatas, menganggap orang lain sebagai benda atau
alat, menolak untuk dipeluk, menjadi tegang atau sebaliknya tubuh menjadi lemas,

serta relatif cuek menghadapi kedua orang tuanya.

- Pada usia 4-5 tahun ditandai dengan keluhan orang tua bahwa anak merasa sangat

terganggu bila terjadi rutin pada kegiatan sehari-hari. Bila anak akhirnya mau

berbicara, tidak jarang bersifat ecolalia (mengulang-ulang apa yang diucapkan

orang lain segera atau setelah beberapa lama), dan anak tidak jarang menunjukkan

nada suara yang aneh, (biasanya bernada tinggi dan monoton), kontak mata

terbatas (walaupun dapat diperbaiki), tantrum dan agresi berkelanjutan tetapi bisa

juga berkurang, melukai dan merangsang diri sendiri.gelaja yang mungkin akan

muncul dari bayi sampe umur kira2 (4-5 tahun) Adapun gejala gejala anak

autisme, antara lain :

Bayi Sering Menangis tengah malam dan sulit berhenti menangis

- Tidak responsif terhadap suara orang

- Tidak tertarik dengan permainan seusianya

- Jarang berbicara

- Menunjukkan kontak mata yang terbatas

- Cuek terhadap sekitarnya ( asyik bermain sendiri)

- Sangat tahan rasa sakit

- Suka menjilat dan mencium benda-benda

- Tidak mengunyah makanan keras

- Tidak pernah merespon ketika diajak berkomunikasi oleh ibunya/ayahnya

- Sangat cuek terhadap orang tuanya

- Menolak untuk di gendong

- Menolak untuk dipeluk dan dicium

- Komunikasi lambat
- Tidak ada perkembangan berbicara/berucap

- Tidak mampu berjalan menghindari hambatan

- Tidak dapat meniru melompat dengan satu kaki

- Sering berbicara dengan cara mengulang

- Sering sangat terpukau dengan suatu benda.

- Sering mengulang suatu gerakan-gerakan

- Sering terpaku untuk melakukan kegiatan rutinitas yang tidak ada gunanya

- Anak sering melukai diri sendiri

- Tidak memiliki empati

- Kontak mata terbatas

- Belum bisa mengikat tali sepatunya sendiri

- Tidak ingin dan tidak mau bermain dengan temannya yang sebayaAutisme bisa di

cegah dengan melakukan deteksi dini

a. Anak autisme jga mendapat terapi obat, obat disini di kasi jika anak mengalami

kejang, perilaku depresi gangguan tidur Obat yg gunakan

o Selective serotinine reuptake inhibitor (SSRI)

o Trisiklik

o Obat-obatan antipsikotik

o Obat untuk gangguan tidurperan perawat selain memberikan inovasi perawat

juga bisa memberdayakan keluarga yang memiliki anak dengan disability atau

anak dengan kondisi kronis dengan cara membantu orang tua untuk memilih

strategi koping yang tepat, mengajarkan komunikasi yang efektif di dalam

keluarga, melatih keluarga dalam menggunakan strategi dan kemampuan

manajemen konflik Kenyataan yang dijumpai di beberapa tempat pelayanan


terapi untuk autisme maupun sekolah dengan kebutuhan khusus, peran

perawat dalam memberdayakan kemampuan keluarga masih perlu

ditingkatkan karena perawat lebih berfokus pada pelaksanaan terapi bagi anak

dengan autisme (Bappenkar RSU Dr. Soetomo, 2009).

a. Terapi edukasi Intervensi dalam bentuk pelatihan keterampilan sosial, keterampilan

sehari-hari agar anak menjadi mandiri. Tedapat berbagai metode penganjaran antara

lain metode TEACHC (Treatment and Education of Autistic and related

Communication Handicapped

Children) metode ini merupakan suatu program yang sangat terstruktur yang

mengintegrasikan metode klasikal yang individual, metode pengajaran yang

sistematik terjadwal dan dalam ruang kelas yang ditata khusus.

b. Terapi perilaku Intervensi terapi perilaku sangat diperlukan pada autisme. Apapun

metodenya sebaiknya harus sesegera mungkin dan seintensif mungkin yang dilakukan

terpadu dengan terapi-terapi lain. Metode yang banyak dipakai adalah ABA (Applied

Behaviour Analisis) dimana keberhasilannya sangat tergantung dari usia saat terapi itu

dilakukan (terbaik sekitar usia 2 – 5 tahun).

c. Terapi wicara Intervensi dalam bentuk terapi wicara sangat perlu dilakukan,

mengingat tidak semua individu dengan autisme dapat berkomunikasi secara verbal.

Terapi ini harus diberikan sejak dini dan

dengan intensif dengan terapi-terapi yang lain.

d. Terapi okupasi/fisik Intervensi ini dilakukan agar individu dengan autisme dapat

melakukan gerakan, memegang, menulis, melompat dengan terkontrol dan teratur

sesuai kebutuhan saat itu.

e. Sensori integrasi Adalah pengorganisasian informasi semua sensori yang ada

(gerakan, sentuhan, penciuman, pengecapan, penglihatan, pendengaran)untuk


menghasilkan respon yang bermakna. Melalui semua indera yang

ada otak menerima informasi mengenai kondisi fisik dan lingkungan sekitarnya,

sehingga diharapkan semua gangguan akan dapat teratasi.

f. AIT (Auditory Integration Training) Pada intervensi autisme, awalnya ditentukan

suara yang mengganggu pendengaran dengan audimeter. Lalu diikuti dengan seri

terapi yang mendengarkan suara-suara yang direkam, tapi tidak disertai dengan suara

yang menyakitkan. Selanjutnya dilakukan desentisasi terhadap suara-suara yang

menyakitkantersebut.

Intervensi keluarga Pada dasarnya anak hidup dalam keluarga, perlu bantuan keluarga

baik perlindungan, pengasuhan, pendidikan, maupun dorongan untuk dapat

tercapainya perkembangan yang optimal dari seorang

anak, mandiri dan dapat bersosialisai dengan lingkungannya. Untuk itu diperlukan

keluarga yang dapat berinteraksi satu sama lain (antar anggota keluarga) dan saling

mendukung. Oleh karena itu pengolahan keluarga dalam kaitannya dengan

manajemen terapi menjadi sangat penting, tanpa dukungan keluarga rasanya sulit

sekali kita dapat melaksanakan terapi apapun pada individu dengan autisme.

2. Medikamentosa

Individu yang destruktif seringkali menimbulkan suasana yang tegang bagi

lingkungan pengasuh, saudara kandung dan guru atau terapisnya. Kondisi ini

seringkali memerlukan medikasi dengan medikamentosa yang mempunyai potensi

untuk mengatasi hal ini dan sebaiknya diberikan bersama-sama dengan intervensi

edukational, perilaku dan sosial. Jika perilaku destruktif yang menjadi target terapi,

manajemen terbaik adalah dengan dosis rendah antipsikotik/neuroleptik tapi dapat

juga dengan agonis alfa drenergik dan antagonis reseptor beta sebagai alternatif.

Neuroleptik Neuroleptik tipikal potensi rendah-Thioridazin-dapat menurunkan


agresifitas dan agitasi. Neuroleptik tipikal potensi tinggi-Haloperidol-dapat

menurunkan agresifitas, hiperaktifitas, iritabilitas dan stereotipik.

Neuroleptik atipikal-Risperidon-akan tampak perbaikan dalam hubungan sosial, atensi

dan absesif. Agonis reseptor alfa adrenergik :Klonidin, dilaporkan dapat menurunkan

agresifitas, impulsifitas dan hiperaktifitas. Propanolol dipakai dalam mengatasi

agresifitas terutama yang disertai dengan agitasi dan anxietas.

3. Jika perilaku repetitif menjadi target terapi Neuroleptik (Risperidon) dan SSRI dapat

dipakai untuk mengatasi perilaku stereotipik seperti melukai diri sendiri, resisten

terhadap perubahan hal-hal rutin dan ritual obsesif dengan anxietas tinggi.

4. Jika terjadi gangguan metabolisme Ganguan metabolisme yang sering

terjadi meliputi gangguan pencernaan, alergi makanan, gangguan kekebalan tubuh,

keracunan logam berat yang terjadi akibat ketidak mampuan anak-anak ini untuk

membuang racun dari dalam tubuhnya. Intervensi biomedis dilakukan setelah hasil tes

laboratorium diperoleh. Semua gangguan metabolisme yang ada diperbaiki dengan

obat- obatan maupun pengaturan diet


HASIL DISKUSI

Rabu ,10 JUNI 2020

Down Sindrom

A. hal apa yang perlu diperhatikan orang tua dengan anak down sindrom

hal yg perlu diperhatikan ortu sbg brikut :

1. Ciptakan lingkungan yang tenang dan rawat dengan kasih sayang, ini dapat

merangsang penerimaan pembelajaran lebih cepat.

2. Alat permainan perlu disesuaikan dengan tehnik pengajaran dan variatif untuk

menghindari kebosanan.

3. Anak sindrom down perlu merasa dilindungi dan disayangi dan diterima keluarga

serta masyarakat. Ini membantu membentuk image diri positif dan mendorong mereka

belajar.

4. Disiplin perlu diterapkan pada usia dini. Ajarkan mereka mana tingkah laku yang

dibenarkan dan tidak dibenarkan.

5. Beri pujian pada setiap kemajuan yang dicapai anak.

B. Ada beberapa penangan pd anak down sindrom yaitu:

1) Terapi Fisik (Physio Theraphy)

Terapi ini biasanya diperlukan pertama kali bagi anak down syndrome.

Dikarenakan mereka mempunyai otot tubuh yang lemas, terapi ini diberikan agar

anak dapat berjalan dengan cara yang benar.

2) Terapi Wicara

Terapi ini perlukan untuk anak down syndrome yang mengalami keterlambatan

bicara dan pemahaman kosakata.


3) Terapi Okupasi

Terapi ini diberikan untuk melatih anak dalam hal kemandirian, kognitif/

pemahaman, kemampuan sensorik dan motoriknya. Kemandirian diberikan kerena

pada dasarnya anak down syndrome tergantung pada orang lain atau bahkan

terlalu acuh sehingga beraktifitas tanpa ada komunikasi dan tidak memperdulikan

orang lain. Terapi ini membantu anak mengembangkan kekuatan dan koordinasi

dengan atau tanpa menggunakan alat.

4) Terapi Remedial

Terapi ini diberikan bagi anak yang mengalami gangguan kemampuan akademis

dan yang dijadikan acuan terapi ini adalah bahan-bahan pelajaran dari sekolah

biasa.

5) Terapi Sensori Integrasi

Sensori Integrasi adalah ketidakmampuan mengolah rangsangan/sensori yang

diterima. Terapi ini diberikan bagi anak down syndrome yang mengalami

gangguan integrasi sensori misalnya pengendalian sikap tubuh, motorik kasar,

motorik halus dll. Dengan terapi ini anak diajarkan melakukan aktivitas dengan

terarah sehingga kemampuan otak akan meningkat.

6) Terapi Tingkah Laku (Behaviour Theraphy)

Mengajarkan anak down syndrome yang sudah berusia lebih besar agar

memahami tingkah laku yang sesuai dan yang tidak sesuai dengan norma-norma

dan aturan yang berlaku di masyarakat.

7) Terapi Akupuntur

Terapi ini dilakukan dengan cara menusuk titik persarafan pada bagian tubuh
tertentu dengan jarum. Titik syaraf yang ditusuk disesuaikan dengan kondisi sang

anak.

8) Terapi Musik

Terapi musik adalah anak dikenalkan nada, bunyi-bunyian, dll. Anak-anak sangat

senang dengan musik maka kegiatan ini akan sangat menyenangkan bagi mereka

dengan begitu stimulasi dan daya konsentrasi anak akan meningkat dan

mengakibatkan fungsi tubuhnya yang lain juga membaik

9) Terapi Lumba-Lumba

Terapi ini biasanya dipakai bagi anak Autis tapi hasil yang sangat mengembirakan

bagi mereka bisa dicoba untuk anak down syndrome. Sel-sel saraf otak yang

awalnya tegang akan menjadi relaks ketika mendengar suara lumba-lumba.

10) Terapi Craniosacral

Terapi dengan sentuhan tangan dengan tekanan yang ringan pada syaraf pusat.

Dengan terapi ini anak down syndrome diperbaiki metabolisme tubuhnya

sehingga daya tahan tubuh lebih meningkat.

C. Apakah penyakit down sindrom bisa disembuhkan ?

menurut jurnal yg sy baca penyakit down sindrom tdk bisa disembuhkan tetapi jika

anak dgn down sindrom dilatih dgn benar anak down sindrom akan mempunyai

kemampuan dan potensi yg lebih baik lagi.

D. Diagnosa keperawatan apa saja yang bisa diangkat pada anak dengan down

syndrome

diagnosa yg bs diangkat pd anak dgn down sindrom yautu: Resiko infeksi b/d

peningkatan kerentanan trhdp infeksi, nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, kurangnya
interaksi sosial b/d keterbatasan fisik&mental yg dimiliki, defisit pengetahuan org tuq

b/d perawatan anak down sindrom.

E. Komplikasi yang bisa trjadi pd anak down sindrom sbg brikut : Penyakit

alzhemer, leukimia, dan kelainan jantung.

F. Ciri2 yg bs kita liat sbg berikut,Berat dan panjang saat lahir di bawah rata-rata,

Berkurangnya tegangan otot seperti hipotonia, Mata miring ke atas dan ke luar,

Telapak tangan hanya memiliki satu lipatan, Hidung kecil dan tulang hidung rata,

Antara jari kaki pertama dan kedua terdapat jarak yang luas, Mulut kecil, Tangan

lebar dengan jari-jari pendek, Bertubuh pendek, Leher pendek dan Kepala kecil dan

datar di bagian belakang.

Hiperaktif

A. Coba uraikan secara singkat 3 tipe anak hiperaktif?

Ada tiga tipe anak hiperaktif yaitu :

a. Tipe anak yang tidak bisa memusatkan perhatian (in-atensi)

Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, tetapi tidak hiperaktif atau

Impulsif. Mereka tidak menunjukkan gejala hiperaktif. Tipe ini kebanyakan

ada pada anak perempuan. Anak dalam tipe ini memiliki cirri-ciri : tidak

mampu memusatkan perhatian secara utuh, tidak mampu mempertahankan

konsentrasi, mudah beralih perhatian dari satu hal ke lain hal, sering melamun

dan dapat digambarkan sedang berada “diawang-awang”, tidak bisa diajak


bicara atau menerima instruksi karena perhatiannya terus berpindah-pindah,

pelupa dan kacau.

b. Tipe anak yang hiperaktif dan impulsive.

Mereka menunjukkan gejala yang sangat hiperaktif dan impulsif, tetapi bisa

memusatkan perhatian. Tipe ini seringkali ditemukan pada anak- anak kecil.

Anak dalam tipe ini memiliki ciri-ciri berikut: terlalu energik, lari ke sana

kemari, melompat seenaknya, memanjat-manjat, banyak bicara, berisik. Ia

juga impulsif: melakukan sesuatu secara tak terkendali, begitu saja bertindak

tanpa pertimbangan, tak bisa menunda respons, tidak sabaran. Tetapi yang

mengherankan, sering pada saat belajar, ia menampakkan tidak perhatian,

tetapi ternyata ia bisa mengikuti pelajaran.

c. Tipe gabungan (kombinasi)

Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, hiperaktif dan impulsif.

Kebanyakan anak-anak termasuk tipe seperti ini. Anak dalam tipe ini

mempunyai ciri-ciri berikut: kurang mampu memperhatikan aktivitas dan

mengikuti permainan atau menjalankan tugas, perhatiannya mudah terpecah,

mudah berubah pendirian, selalu aktif secara berlebihan dan impulsif.

Jadi yang dimaksud dengan hiperaktif adalah suatu pola perilaku pada

seseorang yang menunjukkan sikap tidak mau diam, tidak terkendali, tidak menaruh

perhatian dan impulsif (bertindak sekehendak hatinya). Anak hiperaktif selalu

bergerak dan tidak pernah merasakan asyiknya permainan atau mainan yang disukai

oleh anak-anak lain seusia mereka, dikarenakan perhatian mereka suka beralih dari

satu fokus ke fokus yang lain. Mereka seakan-akan tanpa henti mencari sesuatu yang

menarik dan mengasikkan namun tidak kunjung datang.


B. Dalam penatalaksanaan anak hiperaktif, bagaimana tindakan keperawatan

yang harus dilakukukan untuk mengatasi anak dengan hiperaktif?

Penatalaksanaan

a. Keperawatan

1) Pengobatan serta perawatan yang harus dilaksanakan pada anak yang

mengalami gangguan hiperaktif ditujukan kepada keadaan sosial

lingkungan rumah dan ruangan kelas penderita serta kepada kebutuhan-

kebutuhan akademik dan psikososial anak yang bersangkutan, suatu

penjelasan yang terang mengenai keadaan anak tersebut haruslah

diberikan kepada kedua orang tuanya dan kepada anak itu sendiri.

2) Anak tersebut hendaklah mempunyai aturan yang berjalan secara teratur

menurut jadwal yang sudah ditetapkan dan mengikuti kegiatan rutinnya

itu, dan sebaiknya selalu diberikan kata-kata pujian.

3) Perangsangan yang berlebihan serta keletihan yang sangat hebat haruslah

dihindarakan, anak tersebut akan mempunyai saat-saat santai setelah

bermain terutama sekali setelah ia melakukan kegiatan fisik yang kuat

dan keras

4) Periode sebelum pergi tidur haruslah merupakan masa tenang, dengan cara

menghindarkan acara-acara televisi yang merangsang, permainan-

permainan yang keras dan jungkir balik.

5) Lingkungan di sekitar tempat tidur sebaiknya diatur sedemikian rupa,

barang-barang yang membahayakan dan mudah pecah dihindarkan.

6) Tehnik-tehnik perbaikan aktif yang lebih formal akan dapat membantu,

dengan memberikan hadiah kepada anak tersebut berupa bintang atau


tanda sehingga mereka dapat mencapai kemajuan dalam tingkah laku

mereka.

C. Anak ABK dengan hiperaktif memiliki masalah keperawatan harga diri renda

intervensi yang dapat perawat berikan kepada anak tersebut seperti apa?

Intervensi yang dapat diberikan iyalah :

1. Pastikan bahwa sasaran-sasaran yang akan dicapai adalah realistis.

2. Sampaikan perhatian tanpa persyaratan untuk pasien.

3. Sediakan waktu bersama anak, keduanya pada satu ke satu basis dan pada

aktivitas-aktivitas kelompok.

4. Menemani anak dalam mengidentifikasi aspek-aspek positif dari diri anak.

5. Bantu anak mengurangi penggunaan penyangkalan sebagai suatu mekanisme

bersikap membela.

6. Memberikan dorongan dan dukungan kepada pasien dalam mengalami rasa

takut terhadap kegagalan dengan mengikuti aktivitas-aktivitas terapi dan

melaksanakan tugas-tugas baru dan berikan pengakuan tentang kerja keras

yang berhasil dengan penguatan positif untuk usaha-usaha yang dilakukan.

7. Beri umpan balik positif kepada klien jika melakukan perilaku yang

mendekati pencapaian tugas

D. apa saja gejala-gejala pada anak hiperaktif yang memiliki kriteria kurangnya

perhatian?

gejala- gejala pada anak hiperaktif yang memiliki kriteria kurangnya perhatian iyalah
a. seringkali gagal memerhatikan baik-baik terhadap sesuatu yang detail atau

membuat kesalahan yang sembrono dalam pekerjaan sekolah clan

kegiatankegiatan lainnya,

b. seringkali mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian terhadap

tugastugas atau kegiatan bermain,

c. seringkali tidak mendengarkan jika diajak bicara secara langsung,

d. seringkali tidak mengikuti baik-baik instruksi clan gagal dalam

menyelesaikan pekerjaan sekolah, pekerjaan,atau tugas di tempat kerja (bukan

disebabkan karena perilaku melawan atau kegagalan untuk mengerti

instruksi),

e. seringkali mengalami kesulitan dalam menjalankan tugas dan kegiatan,

f. seringkali kehilangan barangf benda penting untuk tugas-tugas clan kegiatan,

misalnya kehilangan permainan;kehilangan tugas sekolah;kehilangan pensil,

buku, dan alat tulis lain,

g. seringkali menghindari, tidak menyukai atau enggan untuk melaksanakan

tugastugas yang membutuhkan usaha mental yang didukung, seperti

menyelesaikan pekerjaan sekolah atau pekerjaan rumah,

h. seringkali bingung/terganggu oleh rangsangan dari luar, dan

i. seringkali cepat lupa dalam menyelesaikan kegiatan sehari-hari.

E. apa saja gejala-gejala pada anak hiperaktif yang memiliki kriteria hiperaktif

impulsif?

gejala- gejala hiperaktif yang memiliki kriteria hiperaktif impulsif iyalah

Hiperaktivitas
a. seringkali gelisah dengan tangan atau kaki mereka, dan sering menggeliat di

kursi,

b. sering meninggalkan tempat duduk di dalam kelas atau dalam situasi lainnya

di mana diharapkan agar anak tetap duduk, Mohamad sugiarmin PLB 2007

c. sering berlarian atau naik-naik secara berlebihan dalam situasi di mana hal ini

tidak tepat. (Pada masa remaja atau dewasa terbatas pada perasaan gelisah

yang subjektif),

d. sering mengalami kesulitan dalam bermain atau terlibat dalam kegiatan

senggang secara tenang,

e. sering 'bergerak' atau bertindak seolah-olah 'dikendalikan oleh motor', dan

sering berbicara berlebihan.

Impulsivitas

a. Mereka sering memberi jawaban sebelum pertanyaan selesal.

b. Mereka sering mengalami kesulitan menanti giliran.

c. Mereka sering menginterupsi atau mengganggu orang lain, misalnya

rnemotong pembicaraan atau permainan.

F. Apa saja pengaruh anak hiperaktif terhadap perilaku dan aspek social?

Pengaruh Hiperaktif atau biasa disebut ADHD terhdap perilaku iyalah

- menuntut,

- turut campur dengan orang lain,

- mudah frustasi,

- kurang mengendalikan diri,

- tidak tenang/gelisah,
- lebih banyak bicara,

- suka menjadi pemimpin, mudah berubah pendiran,

- mengganggu, cenderung untuk mendapat kecelakaan, dan

- mudah bingung, mengalami hari-hari baik dan buruk.

Sedangkan Pengaruh hiperaktif atau biasa disebut ADHD terhadap aspek sosial iyalah

- mementingkan diri sendiri, egosentris,

- cemas, kasar , tidak peka,

- tidak dewasa, tertekan,

- harga diri rendah,

- keras/tenang, membuat keributan,

- tidak berfikir panjang,

- menarik diri dari kelompok,

- sering brperilaku tanpa perasaan, dan

- tidak mau menunggu giliran.

Specific Language Impairment

A. pengertian dari SLI Reseptif-ekspresif

Gangguan Bahasa dapat diklasifikasikan menjadi gangguan bahasa secara receptif dan

ekspresif. Anak yang mengalami gangguan bahasa secara reseptip memiliki kesulitan

memahami bicara atau apa yang dikatakan orang lain kepadanya. Gangguan ini

disebut juga gangguan bahasa reseptif. Meskipun pendengaran mereka normal namun

anak yang memiliki gangguan ini tidak dapat memahami suara-suara, kata-kata atau

kalimat-kalimat tertentu. Anak tersebut mengalami kesulitan memahami bagian

tertentu dari kata-kata atau pernyataan-pernyataan. Gangguan bahasa ekspresif


merupakan gangguan dalam penggunaan bahasa secara ekspresif yang terjadi saat

seseorang menjalin komunikasi, yang ditandai dengan gangguan/kesulitan dalam

mengungkapkan perasaan atau ide-idenya, meskipun dia bisa memahami pembicaraan

orang lain.

B. Apa ada perbedaan SLI dan Tuna wicara

Tuna wicara adalah ketidakmampuan seseorang untuk berbicara. Bisu disebabkan

oleh gangguan pada organ-organ seperti tenggorokan, pita suara, paru-paru, mulut,

lidah, dan sebagainya. Bayi terlahir tuli dan bisu dapat disebabkan oleh berbagai

faktor. Specific Language Impairment (SLI) Kemampuan anak untuk mengerti bahasa

kurang untuk umur perkembangannya. Keadaan tersebut bukan disebabkan langsung

oleh kelainan neurologis atau mekanisme bicara, gangguan sensoris, retardasi mental,

maupun faktor lingkungan. Sering pula disertai masalah lain seperti kesulitan

membaca dan mengeja, gangguan hubungan interpersonal, gangguan emosi dan

gangguan perilaku.

C. Intervensi yang dilakukan untuk anak gangguan bahasa

Dalam mengintervensi anak yang mengalami gangguan bicara dan bahasa, terdapat

beberapa pendekatan yang dapat dipergunakan sesuai dengan gangguan yang dialami

anak

1. Pendekatan bermain
Pendekatan yang dipandang tepat diterapkan pada anak adalah pendekatan

bermain (play approach) karena dunia anak adalah dunia bermain. Bermain

merupakan suatu kegiatan yang menyenangkan bagi anak.

2. Pendekatan Multisensoris

Dalam mengembangkan kemampuan berbahasa anak, kita perlu memberikan

berbagai stimulus yang dapat mestimulasi berbagai indera/sensoris, seperti indera

visual, auditif, kinestetik, taktil,dsb.

3. Pendekatan Multidisipliner/Kolaboratif

Gangguan berbahasa baik secara ekspresif mauun reseptif memerlukan penanganan

secara terpadu (Tim) yang terdiri dari berbagai disiplin ilmu/tenaga ahli agar

memperoleh hasil yang efektif. Tenaga ahli tersebut terdiri dari dokter, psikolog,

pedagog/ortopedagog , speechterapist,dsb. Para ahli tersebut dapat berkolaborasi

dalam memberikan intervensi secara dini terhadap anak yang mengalami gangguan

bahasa

D. Caranya mendeteksi anak SLI dengan aspek social dan emosional

Aspek sosial dan emosional

Pada awalnya tidak terlihat perbedaan aspek sosial dan emosional anak SLI dengan

anak lain. Namun pada umur 4 tahun, anak dengan SLI biasanya mengalami lebih

banyak masalah perilaku misalnya menarik diri, agresif, emosional dan gangguan

atensi. Pada umur 10 tahun, anak dengan SLI merasa mereka lebih inkompeten,

kurang diterima dalam pergaulan, kurang rasa percaya diri, dan pemalu. Masalah-

masalah ini dapat menetap sampai dewasa.

E. Terapi yang dilakukan keluarga untuk menangani anak SLI


Terapi yang diberikan untuk keluarga,Terapi yang diberikan oleh keluarga untruk SLI

, dengan beberapa metode yang dpat dilakukan orang tua misalnya it takes two talk

dapat memperbaiki input bicara dan bahasa dengan interaksi yang berarti dlam

keadaan alamiah, program yang diberikan dengan cara bermain juga dapat

memperbaiki kemampuan berbahasa pada anak. Teknik dengan memberikan bantuan

visual juga dilaporkan memberi hasil yang baik.

Pemberian terapi kita berikan setelah dapat mendeteksi dini anak yg mengalami SLI,

yang dapat kita lakukan adalah pemantauan anak secara dini dan berkelanjutan untuk

mendeteksi adanya SLI pada anak, misalnya pada usia 1 tahun anak belum dapat

mengucapkan kata seperti mama atau kata mudah lainnya. sedangkan terapi yang

dapat diterima anak SLI adalah terapi wicara, dimana kita menyesuaikan kemampuan

imitasi anak, kemampuan bahasa reseptif atau kognitif anak, kemampuan bahasa

ekspresif anak.

F. Coba jelaskan pemeriksaan ABR

Pemeriksaan ABR yang saya ketahui yaitu dapat memperlihatkan adanya gangguan

pemrosesan input auditonik di otak

G. Jelaskan secara singkat factor resiko yang menyebabkan SLI

1. Faktor genetic : Penelitian pada anak kembar menunjukkan bahwa salah satu

penyebabSLIadalah faktor genetik. Adanya riwayat keluarga dengan gangguan

berbahasa atau belajar merupakan faktor risiko SLI. Riwayat SLI pada orangtua

lebih banyak bila orangtua mempunyai anak yang mengalami SLI (32%)

dibandingkan anak tanpa SLI (6%). Penurunan secara genetik ini bukan secara

gen tunggal tetapi melibatkan banyak gen secara kompleks.


2. Faktor lingkungan dan social Anak yang dibesarkan di lingkungan dengan

edukasi orangtua yang rendah, miskin, jumlah anak yang banyak, stress sosial

yang tinggi dan kurang ekspresif, seringkali tertinggal dalam perkembangan

bicara dan bahasa. Anak yang menggunakan dua bahasa pada awalnya

menunjukkan sedikit keterlambatan bicara ekspresif, namun biasanya sudah dapat

mengejar pada umur 2 tahun bila tidak ada faktor lain.

Tunarungu

1. Apakah mungkin ada faktor risiko yang bisa diketahui sejak dini yang bisa

diedukasikan kepada orang tuanya mengapa bayi lebih berisiko mengalami

tunarungu ? Mohon penjelasannya !

Jawaban :

Iya betul sekali, ada faktor resikonya, diantaranya adalah :

 Adanya riwayat keluarga dengan gangguan pendengaran

 Lahir secara prematur 

 Telah dirawat untuk jangka waktu lama di unit neonatal care intensive unit

(NICU)

 Pernah mendapatkan obat-obatan yang dapat menyebabkan gangguan

pendengaran

 Mengalami komplikasi saat proses melahirkan

 Mengalami infeksi telinga berulang


 Mengalami infeksi yang dapat berdampak pada fungsi pendengaran, seperti

peradangan selaput otak (meningitis) atau infeksi cytomegalovirus (CMV). (Reza,

2019)

2. Adakah karakteristik khusus secara fisik dan dalam segi bicara/bahasa yang dimiliki

oleh anak dengan tunarungu ?

Jawaban :

Karekteristik fisik, meliputi :

 Cara berjalan kaku dan agak membungkuk karena daya keseimbangannya

terganggu

 Gerak kaki dan tangannya lincah atau cepat sebab sering digunakan untuk

berkomunikasi dengan lingkungannya sebagai pengganti bahasa lisannya

 Gerakan matanya cepat dan beringas, apabila organ ini tidak dijaga dengan baik

dapat berakibat kemampuan melihat menurun karena selalu digunakan sebagai

pengganti alat pendengarannya

 Kemampuan pernafasannya pendek - pendek, sehingga tidak mampu berbahasa

dengan baik.

Karekteristik dalam segi bicara/bahasa, meliputi :

 Biasanya individu yang mengalami tunarungu juga mengalami ketidakmampuan

dalam bahasanya

 Tunarungu yang diperoleh sejak lahirdapat belajar bicara dengan suara normal

 Anak tunarungu miskin dalam kosakata

 Mengalami kesulitan didalam mengartikan ungkapan-ungkapan bahasa yang

mengandung arti kiasan dan kata-kata


 Kurang menguasai irama dan gaya bahasa

 Kesulitan dalam bahasa verbal dan pasif dalam bahasa. (Hidayat, dkk. 2006)

3. Apakah benar tunarungu sejak lahir dapat menyebabkan terjadinya tuna wicara pada

anak, adakah cara untuk mengatasi hal tersebut ?

Jawaban :

Benar sekali, akan tetapi sebenarnya jika diketahui penyebab pastinya, penyakit tuli

bisa disembuhkan dengan terapi dan penanganan yang tepat. Penanganan tersebut bisa

berupa implantasi koklea (rumah siput), atau dengan alat bantu pendengaran. Juga

dapat diketahui penyebab tuli hanya bersifat sementara ataupun kronis (lama).

Apabila penyebab pastinya tersebut sudah dapat diketahui dan dilakukan penanganan

yang tepat, maka kemampuan mendengar akan dapat diperbaiki sehingga resiko

terjadinya tuna wicara dapat terhindarkan. (Aida Sari, 2016)

4. Adakah metode pendekatan pendidikan yang dapat dilakukan bagi anak - anak dengan

tunarungu ? Mohon pejelasannya !

Jawaban :

Metode pendekatan pendidikan yang dapat dilakukan untuk anak dengan tunarungu

dapat dilakukan melalui pendekatan oral dan manual. Dimana pendekatan oral

meliputi penggunaan pembacaan gerakan bibir, pembacaan cara bicara

(mengandalkan isyarat visual untuk mengajar membaca). Pendekatan manual meliputi

bahasa isyarat dan pengejaan menggunakan jari. Pendidikan pada anak tunarungu di

SLB sebaiknya memperhatikan diantaranya :


 Meminimalkan kebisingan yang tidak perlu; karena apabila anak tunarungu

belajar menggunakan

alat bantu dengar, suara-suara tertentu akan mengganggu konsentrasi mereka,

maka bisa diantisipasi dengan menggunakan bahan kedap suara pada kelas.

 Lengkapi presentasi auditori dengan informasi visual dan aktivitas konkret

 Guru sebaiknya berkomunikasi melalui cara yang membuat siswa tunarungu dapat

mendengar dan mampu membaca gerak bibir.

 Siswa lain bisa diajarkan bahasa isyarat; hal ini bertujuan agar siswa lain juga

dapat berkomunikasi dengan siswa tunarungu. (Santrock, 2009).

5. Adakah contoh teori pola asuh yang dapat diterapkan oleh orang tua yang memiliki

anak dengan masalah tunarungu ? Mohon berikan penjelasan salah satu contoh

teorinya !

Jawaban :

Ada beberapa teori yang menjelaskan tentang pola asuh orang tua terhadap anaknya

dengan tunarungu, salah satu diantaranya adalah : Teori Pola menurut Papalia dan

Olds, yaitu :

 Pola asuh yang bersifat mendorong dan menghambat

Pola asuh ini hampir sama dengan jenis pola asuh yang bersifat otoritatif yang

dikemukan oleh Baumrind, yakni pola asuh yang dilakukan oleh orang tua dalam

berinteraksi dengan anak bersifat mendorong (enabling) dan juga bersifat

menghambat (constraining). Pola asuh yang bersifat mendorong dan menghambat

ini mengandung kognitif dan afektif.

 Pola asuh yang bersifat mendorong (enabling)


Pola asuh yang bersifat mendorong mempunyai makna adanya dorongan terhadap

anggota keluarga untuk mengekspresikan pikiran-pikiran dan persepsi-persepsi

mereka. Pengasuhan yang bersifat mendorong kognisi meliputi: memfokuskan

pada pemecahan masalahm mengikutsertakan dalam bereksplorasi

tentangmasalah-masalah keluarga, dan menjelaskan sudut pandang individu pada

anggota keluarga yang lain. Pola asuh yang mendorong secara afektif adanya

ekspresi empati dan penerimaan dari anggota keluarga lain.

 Pola asuh yang bersifat menghambat

Pola asuh jenis ini menandakan adanya hambatan yang dilakukan orang tua.

Adapun menghambat bersifat kognitif meliputi : mengalihkan anggota keluarga

dari masalah-masalah yang mereka hadapi, tidak memberi/menyembunyikan

informasi pada anak, dan mengabaikan anggota keluarga dari masalah-masalah

keluarga. Sedangkan, menghambat secara afektif meliputi : penilaian yang

berlebihan (bersifat negatif atau positif) terhadap anggota keluarga dan

pandangan-pandangan mereka.

6. Sebagai seorang perawat, menurut anda bagaimanakah cara anda untuk mengajarkan

kepada orang tua tentang teknik berbicara/berkomunikasi dengan anaknya yang

menderita tunarungu ? Mohon penjelasannya !

Jawaban :

 Cari perhatian

Ketika anda ingin berbicara dengannya, penting untuk mendapatkan perhatiannya.

Salah satu caranya adalah dengan perlahan-lahan memberikan isyarat. Tepuk

ringan di pundaknya sebanyak dua kali untuk memperlihatkan maksud anda. Bila
perhatian mereka sudah terfokus kepada anda, maka anda bisa melanjutkan

percakapan.

 Lakukan percakapan dengan berhadapan langsung

Ketika anda ingin berkomunikasi dengan tunarungu, lakukan secara face to face

(wajah berhadapan dengan wajah). Namun, perhatikan pencahayaan yang baik

supaya mereka bisa melihat wajah anda dengan jelas dan dapat membaca apa yang

anda bicarakan.

 Hindari berbicara terlalu cepat dan lakukan kontak mata

Berbicaralah lebih lambat dan berikan jeda antar kalimat atau frase. Bila mereka

sudah mengerti maksud anda, maka lanjutkan percakapan tersebut. Pastikan fokus

mata anda juga melihat dirinya supaya mereka mengetahui bahwa anda memang

ingin berbicara dengannya.

 Bicaralah secara normal

Hindari berbisik dan berteriak karena bisa menyulitkan mereka untuk memahami

maksud anda. Bicara secara normal dan perlahan sudah cukup bisa membuat

mereka paham apa yang ingin anda sampaikan.

 Jauhkan tangan dari wajah saat berbicara

Selain bicara lebih lambat, Anda juga perlu menjauhkan tangan dari wajah ketika

berbicara. Hindari bicara sambil makan, mengunyah, atau melakukan aktivitas

lain supaya mereka memahami maksud Anda. 

 Gunakan gerakan isyarat

Selain gerakan bibir, anda juga bisa memakai gerakan isyarat. Misalnya, meniru

gerakan orang yang sedang makan, minum, berlari, dan lain-lain. Namun, anda

tetap perlu melakukannya secara perlahan. Bila anda cukup sering berkomunikasi
dengan mereka, lebih baik mulai belajar memakai bahasa isyarat. Tunarungu

merasa nyaman dengan bahasa isyarat.

 Pilih topik yang umum

Penyandang tuna rungu wicara hanya mampu memahami gerakan bibir 35 persen

dari yang Anda bicarakan. Untuk itu, ketika Anda bicara dengan mereka pilih

topik yang umum dan selalu ingat untuk berikan jeda saat berbicara.

7. Intervensi keperawatan apa saja yang bisa anda rencanakan terkait dengan diagnosa

keperawatan : Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan bahasa ?

Mohon penjelasannya !

Jawaban :

Intervensi yang dapat direncanakan antara lain adalah :

 Gunakan bahasa yang sederhana dan umum dalam berkomunikasi sehari – hari

 Gunakan diverifikasi bahasa sesuai dengan tingkat kematangan dan pengetahuan

anak

 Lakukan komunikasi secara komprehensif baik verbal maupun non verbal

 Berikan lebih banyak kosakata meskipun anak belum mampu mengucapkan

dengan benar
Kamis 11/06/2020

TUNA GRAHITA

Oleh : Liga Kriagil

A. Pencegahan yang dapat dilakukan pada anak dengan tuna grahita

1. Penyuluhan generik

Suatu usaha mengkomunikasikan berbagai informasi mengenai masalah genetika.

Penyuluhan ini dapat dilakukan melalui media cetak dan elektronik maupun

secara langsung melalui posyandu dan klinik.

2. Diagnostik prenatal

Usaha memeriksakan kehamilan sehingga dapat diketahui lebih dini ada tidaknya

kelainan pada janin

3. Imunisasi

Dapat dilakukan pada ibu hamil maupun anak balita, dengan imunisasi ini dapat

dicegah penyakit yang menggangu perkembangan bayi atau anak.

4. Tes darah

dilakukan terhadap pasangan yang akan menikah untuk menghindari

kemungkinan menurunkan benih-benih kelainan.

5. Melalui program keluarga berencana, pasangan suami istri dapat mengatur

kehamilan dan menciptakan keluarga yang sejahtera baik fisik maupun psikis

6. Tindakan operasi, hal ini dibutuhkan bila ada kelahiran dengan resiko tinggi

seperti kekurangan oksigen, adanya trauma pada masa pranatal

7. Sanitasi lingkungan, yaitu mengupayakan terciptanya lingkungan yang baik

sehingga tidak menghambat perkembangan bayi/anak


8. Pemeliharaan kesehatan, terutama pada ibu hamil yang menyangkut pemeriksaan

kesehatan selama hamil, penyediaan gizi dan vitamin serta menghindari radiasi

B. Pentingnya pendidikan untuk anak dengan tunagrahita

karena dilihat dari definisi tunagrahita sendiri adalah anak yang mempunyai

kemampuan intelektual di bawah rata-rata. jadi perlu diberikan pendidikan khusus

agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, dan bisa menjadi anak yang

berguna nantinya dimasa mendatang.

a. Tujuan pendidikan anak tunagrahita ringan adalah

 agar dapat mengurus dan membina diri

 agar dapat bergaul di masyarakat; dan agar dapat mengerjakan sesuatu untuk

bekal hidupnya.

b. Tujuan pendidikan anak tunagrahita sedang adalah

 agar dapat mengurus diri, seperti makan minum, berpakaian, dan kebersihan

badan;

 agar dapat bergaul dengan anggota keluarga dan tetangga, serta

 agar dapat mengerjakan sesuatu secara rutin dan sederhana.

c. Tujuan pendidikan anak tunagrahita berat dan sangat berat adalah

 agar dapat mengurus diri secara sederhana (memberi tanda atau katakata

apabila menginginkan sesuatu, seperti makan)

 agar dapat melakukan kesibukan yang bermanfaat (misalnya mengisi kotak-

kotak dengan paku)

 agar dapat bergembira (seperti berlatih mendengarkan nyanyian, menonton

TV, menatap mata orang yang berbicara dengannya).


C. Jenis-jenis/ Klasifikasi Tunagrahita

Klasifikasi menurut adalah AAMD sebagai berikut.

1. 1. Mild mental retardation (tunagrahita ringan) IQ-nya 70 - 55

2. Moderate mental retardation (tunagrahita sedang) IQ-nya 55 - 40

3. 3. Severe mental retardation (tunagrahita berat) IQ-nya 40 - 25

4. Profound mental retardation (sangat berat) IQ-nya 25 ke bawah

1. Tuna Grahita Ringan Anak tuna grahita ringan tingkat IQ berada pada rentang 50 –

55 sampai 70 atau setara dengan anak tuna grahita yang mampu didik. Estiminasi

anak tuna grahita ringan yaitu sebanyak 85%, anak tuna grahita dapat

mengembangkan komunikasi dan sedikit bedanya dalam sensorik dan motorik pada

usia pra sekolah dan tidak dapat dibedakan pada anak normal. Anak mampu belajar

terampil, dan dapat hidup mandiri.

2. 2. Tuna Grahita Sedang Anak tuna grahita sedang berada pada tingkatan IQ rentan 35

– 40 sampai 50 – 55 dan setara dengan anak tuna grahita yang mampu latih. Estimasi

anak tuna grahita sedang sebanyak 10%. Anak tuna grahita mampu melaksanakan

latihan kecakapan dalam berkomunikasi, meskipun kemampuan akademiknya setara

dengan anak sekolah dasar. Anak dapat belajar, merawat diri dan bersosialisasi.

3. 3. Tuna Grahita Berat Anak tuna grahita berat memiliki tingkat IQ dalam rentan 20 –

25 sampai 35 – 40. Estimasi pada anak tuna grahita berat sebanyak 3 – 4%. Anak

tuna grahita berat tidak mampu dalam berkomunikasi bahasa pada saat usia pra

sekolah, akan tetapi dapat belajar bicara untuk kecakapan dalam mengurus diri

sendiri saat usia sekolah. Anak perlu pengawasan dalam latihan khusus.

4. 4. Tuna Grahita Sangat Berat Anak tuna grahita sangat erat memiliki tingkatan IQ

dibawah 20 atau 25. Estimasi pada anak tuna grahita sangat berat sekitar 1– 2%.

Anak tuna grahita sangat berat akan mengalami gangguan dalam bidang

sensorimotor. Anak tidak dapat merawat diri.


D. Masalah-masalah yang mungkin terjadi

a. Masalah kesulitan dalam kehidupan sehari-hari

Masalah ini berkaitan dengan kesehatan dan pemeliharaan dini dalam kehidupan

sehari-hari. Melihat kondisi keterbatasan anak-anak dalam kehidupan sehari-hari

mereka banyak mengalami kesulitan apalagi yang dalam kategori berat, dan

sangat berat; pemeliharaan kehidupan seahari-harinya sangat memerlukan

bimbingan.

b. Masalah kesulitan belajar

Masalah-masalah yang sering dirasakan dalam kaitanya dengan proses belajar

mengajar di antaranya: kesulitan menangkap pelajaran, kesulitan dalam belajar

yang baik, mencari metode yang tepat, kemampuan berpikir abstrak yang

terbatas, daya ingat yang lemah, dan sebagainya.

c. Masalah penyesuaian diri

Karena tingkat kecerdasan anak tunagrahita jelas-jelas berada di bawah rata-rata

(normal) maka dalam kehidupan bersosialisasi mengalami hambatan.

d. Masalah penyaluran ketempat kerja

Secara empirik dapat dilhat bahwa kehidupan anak tunagrahita cenderung banyak

yang masih menggantungkan diri kepada orang lain terutama kepada keluarga

(orang tua) dan masih sedikit sekali yang sudah dapat hidup mandiri, inipun

masih terbatas pada anak tunagrahita ringan.

e. Masalah gangguan kepribadian dan emosi

Memahami akan kondisi karakteristik mentalnya, nampak jelas bahwa anak

tunagrahita kurang memiliki kemampuan berfikir, keseimbangan pribadinya

kurang konstan/labil, kadang-kadang stabil dan kadang-kadang kacau.


f. Masalah pemanfaatan waktu luang

Sebenarnya sebagian dari mereka cenderung suka berdiam diri dan menjauhkan

diri dari keramaian sehngga hal ini dapat berakibat fatal bagi dirinya, karena

dapat saja terjadi tindakan bunuh diri.

g. Bertolak dari masalah-masalah yang dialami anak tunagrahita diatas, maka sangat

diperlukan sebuah pendidikan, bimbingan, arahan dari guru. Baik dalam hal

ketrampilan maupun kejiwaannya. Sebab nantinya mereka akan hidup

bermasyarakat, apabila anak tunagrahita mampu menunjukkan dirinya berdaya

guna dengean keterbatasan yang dimilikinya, maka anak tunagrahita akan

diterima masyarakat dengan baik. Selain itu untuk menguatkan kejiwaanya, agar

tidak terjadi tindakan yang nekat maka perlu adanya pembinaan rohani. Untuk itu

perlu adanya pendekatan agama bagi mereka.

E. Ciri-ciri ana dengan tunagrahita

1. Masa Bayi

Walaupun saat ini sulit untuk segera membedakannya tetapi para ahli mengemukakan

bahwa ciri-ciri bayi tunagrahita adalah tampak mengantuk saja, apatis, tidak pernah

sadar, jarang menangis, kalau menangis terusmenerus, terlambat duduk, bicara, dan

berjalan.

2. Masa Kanak-kanak

Pada masa ini anak tunagrahita sedang lebih mudah dikenal daripada tunagrahita

ringan. Oleh karena tunagrahita sedang mulai memperlihatkan ciri-ciri klinis, seperti

mongoloid, kepala besar, dan kepala kecil. Tetapi anak tunagrahita ringan (yang

lambat) memperlihatkan ciri-ciri: sukar mulai dengan sesuatu, sukar untuk


melanjutkan sesuatu, mengerjakan sesuatu berulang-ulang, tetapi tidak ada variasi,

tampak penglihatannya kosong, melamun, ekspresi muka tanpa ada pengertian.

Selanjutnya tunagrahita ringan (yang cepat) memperlihatkan ciri-ciri: mereaksi cepat,

tetapi tidak tepat, tampak aktif sehingga memberi kesan bahwa anak ini pintar,

pemusatan perhatian sedikit, hyperactive, bermain dengan tangannya sendiri, cepat

bergerak tanpa dipikirkan terlebih dahulu.

3. Masa Sekolah

Masa ini merupakan masa yang penting diperhatikan karena biasanya anak

tunagrahita langsung masuk sekolah dan ada di kelas-kelas SD biasa.

Ciri-ciri yang mereka munculkan adalah sebagai berikut.

a. Adanya kesulitan belajar pada hampir semua mata pelajaran (membaca, menulis,

dan berhitung) Ia tidak dapat melihat perbedaan antara dua hal yang mirip bentuknya

ataupun ukurannya. Ia sukar membedakan arah dan posisi, seperti huruf d dan b, n dan

m, ikan dan kain. Ia juga sulit atas perintah dan melokalisasi suara. Dapat disimpulkan

bahwa anak tunagrahita mengalami kelainan dalam persepsi, asosiasi, mengingat

kembali,

kekurangmatangan motorik, dan gangguan koordinasi sensomotorik.

b. Prestasi yang kurang

Hal ini mulai tampak jelas bila ia mulai menduduki kelas 4 SD karena di kelas

tersebut mulai mempelajari konsep abstrak. Biasanya mereka berprestasi biasa di

kelas 1, 2, 3 SD.

c. Kebiasaan kerja yang tidak baik


Biasanya kebiasaan ini muncul karena mereka bingung dengan tugas yang ia rasakan

sulit dan banyak. Reaksi penolakan ini bermacam macam, seperti duduk diam sambil

melamun, mengganggu teman, memainkan alat tulis, sering menghapus tulisannya,

dan sering meninggalkan pekerjaan.

d. Perhatian yang mudah beralih

Perhatian anak tunagrahita hanya berlangsung sebentar. Ia mudah merasa lelah, bosan

dan akhirnya mengalihkan perhatiannya ke hal-hal yang lain. Ia mudah terangsang

oleh sesuatu yang ada di sekitarnya sehingga mengganggu anak lain.

e. Kemampuan motorik yang kurang

Oleh karena kerusakan otak banyak, anak tunagrahita mengalami gangguan motorik.

Ia tidak dapat bergerak dengan tepat, kaku, koordinasi motorik tidak baik.

Kekurangan ini dapat terlihat pada cara berjalan, lari, lompat, melempar, menulis,

memotong, dan pekerjaan lainnya.

f. Perkembangan bahasa yang jelek

Hal ini terjadi karena perkembangan bahasa yang miskin dan kekurangan kemampuan

berkomunikasi verbal, kurangnya perbendaharaan kata, dan kelemahan artikulasi.

Kekurangan ini semakin bertambah karena lingkungan tidak merangsangnya untuk

perkembangan bahasa atau adanya gangguan emosi dari anak itu sendiri.

g. Kesulitan menyesuaikan diri.


Manifestasi dari kesulitan tersebut adalah adanya sikap agresif, acuh tak acuh,

menarik diri, menerima secara pasif atau tidak menaruh perhatian atas nasihat atau

merasa tidak dianggap oleh lingkungan.

4. Masa Puber

Perubahan yang dimiliki remaja tunagrahita sama halnya dengan remaja biasa.

Pertumbuhan fisik berkembang normal, tetapi perkembangan berpikir dan kepribadian

berada di bawah usianya. Akibatnya ia mengalami kesulitan dalam pergaulan dan

mengendalikan diri. Setelah tamat sekolah ia belum siap untuk bekerja, sedangkan ia

tidak mungkin untuk melanjutkan pendidikan. Akibatnya ia hanya tinggal diam di

rumah yang pada akhirnya ia merasa frustrasi. Kalau diterima bekerja, mereka bekerja

sangat lamban, dan tidak terarah. Hal ini tidak memenuhi tuntutan dunia usaha

F. Deteksi dini anak tunagrahita

1. Anak terlambat bicara, duduk, merangka atau berjjalan, Sulit mengingat

2. Lambat menguasai kemampuan mendasar, seperti makan sendiri, berpakaian

ataupun buang air di toilet sendiri.

3. Gangguan perilaku seperti sering marah-marah tidak terkendali.

4. Sulitberfikir logis maupun memecahkan persoalan

5. Kemudia cara pencegahan sebagian besar kasus tunagrahita tidak dapat dicegah,

tetapi ibu hamil selalu dapat aivitas yang , berbahaya . Seperti mengkonsumsi

minuman keras.

G. Metode/terapi yang dilakukan anak dengan Tunagrahita

1. Direct Introduction : merupakan metode pengajaran yang menggunakan pendekatan

selangkah-selangkah yang terstruktur dengan cermat, dalam memberikan instruksi


atau perintah. Metode ini memberikan pengalaman belajar yang positif dan

meningkatkan kepercayaan diri dan motivasi untuk untuk berprestasi.

2. Cooperative learning : metode pengajaran dimana para siswa bekerja dengan

kelompok-kelompok kecil untuk membantu satu sama lainnya dalam memahami

materi pelajaran.

3. Peer tutorial : metode pembelajaran dimana seorang siswa dipasangkan dengan

temannya yang mengalami kesulitan/hambatan. Ini baik untuk lebih ditekankan pada

siswa yang mempunyai kemampuan di bawah kemampuannya.

Anda mungkin juga menyukai