Anda di halaman 1dari 18

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada dasarnya seluruh bagian di tubuh kita memiliki fungsinya masing – masing. Begitu
pula dengan rongga mulut, rongga mulut mempunyai berbagai fungsi, yaitu sebagai mastikasi,
fonetik, dan juga estetik. Hal tersebut mengakibatkan rongga mulut merupakan tempat paling
rawan dari tubuh karena merupakan pintu masuk berbagai agen berbahaya, seperti produk
mikroorganisme serta agen karsinogenik disamping keberadaannya yang rentan terhadap trauma
fisik, kimiawi, dan mekanis.1
Mulut merupakan pintu gerbang pertama di dalam sistem pencernaan. Makanan dan
minuman yang dikonsumsi akan diproses didalam mulut dengan bantuan gigi – geligi, lidah,
saliva, dan otot mastikasi. Pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut merupakan salah satu upaya
meningkatkan kesehatan. Dalam fungsi biologisnya, mulut bukan sekadar pintu masuk makanan
dan minuman, tetapi fungsi mulut lebih dari itu dan tidak banyak orang menyadari besarnya
peranan mulut bagi kesehatan dan kesejahteraan hidup individu. Sebagian besar masyarakat akan
sadar pentingnya kesehatan gigi dan mulut ketika telah terjadi masalah atau ketika terkena
penyakit pada rongga gigi dan mulut. Oleh karena itu kesehatan gigi dan mulut sangat berperan
dalam menunjang kesehatan seseorang jangka panjang.2
Salah satu jenis penyakit yang dapat terjadi adalah angular cheilitis. Angular cheilitis
merupakan lesi yang ditandai dengan keretakan atau fisur pada sudut mulut. angular cheilitis
disebut juga angular stomatitis atau perleche dimana penderitanya mencapai jutaan diseluruh
dunia. Angular cheilitis juga ditandai dengan ulser yang merah dan sudut bibir pecah- pecah.
Meskipun tidak membahayakan kehidupan atau benar- benar menular, ulser pada sudut bibir ini
sangat mengganggu estetik dan membuat penderita malu dan memberikan dampak sosial pada
penderita.3 Dalam referat ini akan dibahas lebih lanjut mengenai angular cheilitis lebih lanjut.

1.2 Rumusan Masalah


 Bagaimanakah definisi, etiologi, patofisiologi, kriteria diagnosis, diagnosis banding, tata
laksana dan prognosis dari suatu Angular cheilitis?
 Bagaimanakah hubungan antara angular cheilitis dengan anemia defisiensi besi?

1.3 Tujuan

1
 Untuk mengetahui lebih lanjut tentang definisi, etiologi, patofisiologi, diagnosis,
diagnosis banding, tata laksana dan prognosis dari angular cheilitis.
 Untuk mengetahui hubungan antara angular cheilitis dengan anemia defisiensi besi.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Bibir


Rongga mulut merupakan sebuah bagian tubuh yang terdiri dari: lidah bagian oral (dua
pertiga bagian anterior dari lidah), palatum durum (palatum keras), dasar dari mulut, trigonum
retromolar, bibir, mukosa bukal, ‘alveolar ridge’, dan gingiva. Tulang mandibula dan maksila
adalah bagian tulang yang membatasi rongga mulut.1,2
Rongga mulut yang disebut juga rongga bukal, dibentuk secara anatomis oleh pipi,
palatum keras, palatum lunak, dan lidah. Pipi membentuk dinding bagian lateral masing-masing
sisi dari rongga mulut. Pada bagian eksternal dari pipi, pipi dilapisi oleh kulit. Sedangkan pada

2
bagian internalnya, pipi dilapisi oleh membran mukosa, yang terdiri dari epitel pipih berlapis
yang tidak terkeratinasi. Otot-otot businator (otot yang menyusun dinding pipi) dan jaringan ikat
tersusun di antara kulit dan membran mukosa dari pipi. Bagian anterior dari pipi berakhir pada
bagian bibir.1,2
Bibir atau disebut juga labia, adalah lekukan jaringan lunak yang mengelilingi bagian
yang terbuka dari mulut. Bibir terdiri dari otot orbikularis oris dan dilapisi oleh kulit pada bagian
eksternal dan membran mukosa pada bagian internal.1,2
Secara anatomi, bibir dibagi menjadi dua bagian yaitu bibir bagian atas dan bibir bagian
bawah. Bibir bagian atas terbentang dari dasar dari hidung pada bagian superior sampai ke
lipatan nasolabial pada bagian lateral dan batas bebas dari sisi vermilion pada bagian inferior.
Bibir bagian bawah terbentang dari bagian atas sisi vermilion sampai ke bagian komisura pada
bagian lateral dan ke bagian mandibula pada bagian inferior.1,2,7
Kedua bagian bibir tersebut, secara histologi, tersusun dari epidermis, jaringan subkutan,
serat otot orbikularis oris, dan membran mukosa yang tersusun dari bagian superfisial sampai ke
bagian paling dalam. Bagian vermilion merupakan bagian yang tersusun atas epitel pipih yang
tidak terkeratinasi. Epitel – epitel pada bagian ini melapisi banyak pembuluh kapiler sehingga
memberikan warna yang khas pada bagian tersebut. Selain itu, gambaran histologi juga
menunjukkan terdapatnya banyak kelenjar liur minor. Folikel rambut dan kelejar sebasea juga
terdapat pada bagian kulit pada bibir, namun struktur tersebut tidak ditemukan pada bagian
vermilion.1,2,6,9

3
Gambar 1. Anatomi dan bagian – bagian dari bibir serta rongga mulut
(https://elementsofmorphology.nih.gov/images/anatomy-oral1-large.jpg)

Permukaan bibir bagian dalam dari bibir atas maupun bawah berlekatan dengan gusi pada
masing-masing bagian bibir oleh sebuah lipatan yang berada di bagian tengah dari membran
mukosa yang disebut frenulum labial. Saat melakukan proses mengunyah, kontraksi dari otot-
otot businator di pipi dan otot – otot orbikularis oris di bibir akan membantu untuk
memposisikan agar makanan berada di antara gigi bagian atas dan gigi bagian bawah. Otot-otot
tersebut juga memiliki fungsi untuk membantu proses berbicara. Bibir dan pipi membantu
memegang makanan di mulut dan menyimpannya di tempat untuk dikunyah. Kedua organ ini

4
juga digunakan dalam pembentukan kata-kata untuk berbicara. Bibir mengandung banyak
reseptor sensorik yang berguna untuk menilai suhu dan tekstur makanan.2,3,7,9

2.2 Definisi

Angular cheilitis merupakan inflamasi akut atau kronis pada sudut mulut yang ditandai
dengan adanya fisur-fisur, retak-retak pada sudut bibir, berwarna kemerahan, mengalami ulserasi
disertai rasa terbakar, nyeri dan rasa kering pada sudut mulut. Pada kasus yang parah, retakan
tersebut dapat berdarah ketika membuka mulut dan menimbulkan ulser dangkal atau krusta. 4,5
Lesi ini ditandai dengan adanya fisur-fisur dan eritema pada sudut mulut yang menyebar sampai
ke bawah bibir dan kemungkinan meluas ke mukosa pipi.6

Angular cheilitis memiliki nama lain perleche, angular cheilosis dan angular stomatitis.
Istilah perleche sebenarnya digunakan untuk angular cheilitis yang disebabkan defisiensi vitamin
B kompleks, namun sekarang telah digeneralisasikan untuk semua angular cheilitis dengan
berbagai etiologi.7

Gambar 2. Angular Cheilitis


(Sumber: Barbara Herb. Angular Cheilitis natural care(intenet).Available from:
http://www.barbaraherb.com/ac.html.Accessed 25 dec 2010 )

2.3 Etiologi

Beberapa penyebab umum dari angular cheilitis adalah2,8,9,10,11

1. Defisiensi nutrisi

5
Merupakan penyebab yang menonjol pada anak – anak. Nutrisi yang mengalami
kekurangan yang paling sering adalah vitamin B kompleks (riboflavin), zat besi dan
asam folat. Pada beberapa penelitian diketahui bahwa angka kejadian Angular
cheilitis meningkat pada pasien dengan avitaminosis terutama pada riboflavin dan
thiamin.8,9 Pada beberapa penelitian lain dikeatahui bahwa pasien dengan anemia
defisiensi besi dengan Hb <9,3 mg/dl dan gambaran mikrositik hipokromik juga
dapat menimbulkan terjadinya angular cheilitis. Penyebabnya bermacam – macam
yang paling sering adalah kehilangan darah dalam waktu lama seperti menstruasi,
melahirkan, hemoroid, menometroragia, atau perdarahan akibat adanya lesi maligna
pada saluran cerna. Penyebab lain yang jarang adalah pada pasien dengan pasca
operasi gastric bypass dan gangguan penyerapan zat besi herediter.2
2. Defisiensi imun2
3. Faktor mekanik
Penelitian menunjukkan angular cheilitis juga dapat terjadi pada mereka dengan
pengurangan oklusi bagian vertical sehingga meningkatkan gesekan dengan bibir.
Sering juga terjadi pada anak yang mempunyai kebiasaan buruk seperti menjilat
sudut bibir dan menghisap jari. Hal tersebut menyebabkan saliva berkumpul pada
sudut mulut dan tanpa disadari turut menyediakan lingkungan yang sempurna untuk
agen infeksi dalam menyebabkan angular cheilitis.10 Penyebab mekanik lain yang
dapat terjadi akibat trauma pada cups yang panjang dan pengguaan orthodonti. Pada
pengguna orthodonti memudahkan agen infeksi (bakteri / jamur) untuk masuk ke
dalam mulut sehingga dapat mencetuskan terjadinya angular cheilitis. Kecurigaan
pada hal – hal ini harus mempertimbangkan posisi, bentuk, ukuran ulserasi yang
harus sesuai dengan penyebab yang dicurigai. Ulserasi dapat sembuh dalam 10 hari.
Jika penyembuhan lebih lama dari itu maka penyebab lain dari ulserasi harus
ditemukan.10,11

4. Konsumsi karbohidrat
Hubungan langsung terjadinya angular cheilitis juga dikaitkan dengan tingginya
konsumsi karbohidrat. Hal ini menyebabkan meningkatnya kadar glukosa pada saliva
sehingga meningkatkan resiko infeksi pada sudut mulut.11

6
2.4 Patofisiologi

Proses terjadinya angular cheilitis diawali dengan melunaknya jaringan mucocutan


disudut-sudut mulut disertai perubahan menjadi merah dan berulserasi. Selanjutnya fisura-fisura
eritematosa menjadi dalam dan melebar beberapa cm dari sudut mulut ke kulit sekitar bibi atau
berulserasi dan mengenai mukosa bibir dan pipi dalam bentuk abrasi linear. Infeksi keadaan
kronis ditandai dengan adanya nanah dan jaringan granulasi. Ulkus seringkali menimbulkan
keropeng yang terbelah dan berulserasi kembali selama fungsi mulut yang normal. Pada tahap
lanjut dapat timbul nodula-nodula granulomatosa kecil berwarna kuning coklat hingga
memunculkan plak hiperplastik kemerahan. Penyebab yang paling sering adalah kurangnya
asupan nutrisi yang baik sehingga memudahkan infeksi jamur dan bakteri pada kulit. Asupan
nutrisi yang kurang menyebabkan keutuhan epitel di kulit berkurang sehingga jamur dan bakteri
mudah masuk. Bagian ujung bibir atau disebut dengan mucocutan junction adalah bagian yang
memiliki jaringan epitel lebih tipis dari bagian kulit lain. Penyebab lain adalah pola makan tinggi
karbohidrat yang membuat kadar glukosa di saliva meningkat, jika digabungkan dengan
kebiasaan menjilat bagian bibir atau menggigit ujung bibir maka akan memudahkan manifestasi
jamur dan bakteri yang dapat mencetuskan timbulnya angular cheilitis. Jaringan pada sudut
mulut akan terlumasi oleh ludah dan terbentuklah lingkungan yang sesuai untuk proliferasi
mikroorganisme. Keadaan ini dapat menjadi lebih parah dengan membiarkan bibir yang basah
dikeringkan oleh angin dan sinar matahari. 5-7,12,13

2.5 Manifestasi Klinis

Secara umum angular cheilitis mempunyai simtom utama bibir kering, rasa tidak
nyaman, adanya sisik-sisik dan pembentukan fisur (celah) yang diikuti dengan rasa terbakar pada
sudut mulut. Yang paling sering sebagai daerah eritema dan udema yang berbentuk segitiga pada
kedua komisura atau dapat berupa atropi, eritema, ulser, krusta dan pelepasan kulit sampai terjadi
eksudasi yang berulang. Reaksi jangka panjang, terjadi supurasi dan jaringan granulasi.1,9
Pada pasien angular cheilitis yang dihubungkan dengan defisiensi nutrisi dapat terlihat
penipisan papilla lidah (depapillated tongue) dikarenakan defisiensi besi. Lidah yang merah dan
berkilat (depapillated glossy red tongue) pada pasien dengan defisiensi asam folat, atau lidah
ungu kemerahan (reddish-purple depapillated tounge) pada defisiensi vitamin B. Angular

7
cheilitis yang disertai alopesia, diare dan ulserasi oral non-spesifik yang biasanya terdapat di
lidah dan mukosa bukal, dapat diduga dikarenakan defisiensi seng.1,8,9

Gambar 3. Gambaran klinis angular cheilitis pada anak disertai depapillated tongue
(http://www.newhealthguide.org/images/1HS00373/Fig-1_Angular-Cheilitis.jpeg)

2.6 Pemeriksaan Penunjang

Pada kasus dengan kecurigaan angular cheilitis dapat dilakukan pemeriksaan penunjang
untuk mengetahui organisme penyebab angular cheilitis yaitu swab dan kultur. Pada hasil
pemeriksaan dapat ditemukan adanya infestasi Candida sp, Staphylococcus aureus atau Herpes
simplex. Pemeriksaan biopsi kulit tidak disarankan.

2.7 Diagnosa Banding


Angular cheilitis dapat didiagnosa banding dengan herpes labialis dan ulser.
A. Herpes Labialis
Adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh virus herpes simplex. Virus dapat
menjadi aktif dalam keadaan panas, dingin dan juga stress. Pasien sering mengeluh
telah ada lesi yang sama seperti pada waktu sebelumnya. Terlihat vesikel atau lesi
yang ulseratif yang kecil pada bibir di mucocutaneus junction sudut mulut atau
dibawah hidung. Pada saat perkembanganannya lesi sering terasa gatal, bias juga
dijumpai flu ringan. Secara objektif ditemukan vesikel sebesar 2-4 mm pada daerah
mucocutaneus junction di bibir, sudut mulut dan bawah hidung. Vesikel akan pecah
setelah 36-48 jam, kemudian bergabung membentuk krusta kekuning – kuningan.
Proses penyembuhan terjadi selama 7-10 hari. Empat puluh delapan jam pertama
adalah waktu infeksi mncapai puncaknya dan menurun. Ulser dapat hilang tanpa
terbentuknya parut. Biasanya lesi akan rekuren dan tampak pada tempat yang sama.

8
Pengobatan yang diberikan adalah dengan memberikan tablet acyclovir 400 mg 4 kali
sehari untuk infeksi primer dan 4 kali 200 mg untuk infeksi sekunder selama 5
hari.2,3,15

Gambar 5. Herper Labialis pada Sudut Mulut


(http://intranet.tdmu.edu.ua/)

B. Ulser
Merupakan kerusakan kulit atau membrane mukosa yang lebih dalam dan dapat
mencapai jaringan dibawah epitel. Tepi dari sebuah ulser bias tampak kasar dan
mencolok, sera semakin lama semakin dalam. Ulser 12 bias terbentuk akibat penyakit
local ataupun sistemik atau dapat berupa gambaran sekunder dari suatu lesi primer.
Ulser dapat terjadi akibat factor fisika seperti panas atau dingin, factor kimia seperti
asam atau basa, factor trauma seperti gigi – gigi tajam, makanan – makanan kering,
bulu – bulu sikat gigi yang tajam, ataupun benda asing didalam mulut. Ulser bias
tidak terasa sakit dan nyeri, tetapi bias sangat sensitive. Pengobatan spesifik tidak
diperlukan untuk kasus ini, tujuan pengobatan yang diberikan untuk mengurangi
gejala saja. Dapat diberikan analgetik-antipiretik ringan dan obat kumur jika ulser
terdapat pada bagian dalam atau di lidah.2,3,15

9
Gambar 6. Ulser pada Bibir Bawah
(http://www.meavywaydentists.co.uk/?page_id=137)

2.8 Penatalaksanaan
Pada kebanyakan kasus angular cheilitis tidak memerlukan pengobatan dan dapat
sembuh dengan sendirinya. Tergantung pada penyebab spesifik terjadinya, pengobatan
yang dapat digunakan antara lain:
1. Lip balm atau lip gloss atau preparat emolien padat yang dapat digunakan secara
berkala.
2. Anastetik topikal seperti lidocain salep 4% atau prilocain 4% atau kombinasi lidocaine
dan prilocaine 2%. Pengobatan ini tidak disarankan pada penggunaan jangka panjang
karena dapat memperburuk manifestasi organisme penyebab pada ulserasi.
3. Antibiotik topikal seperti asam fusidat 2% atau mupirocin 2%.
Antibiotik oral seperti golongan penicillin, makrolida dan sefalosporin.
4. Antijamur topikal seperti clotrimazole 2%, miconazole 3% atau ketoconazole 2%.
5. Steroid ointment topikal seperti betamethasone diproprionate ointment,
desoximethasone ointment, diflucortolone valerate 3%.
6. Suplementasi nutrisi dan vitamin. Pemberian vitamin B compleks, asam folat dan zat
besi disarankan karena salah satu etiologi dari angular cheilitis adalah avitaminosis
dan amineralosis.

2.9 Komplikasi

Komplikasi lokal jangka panjang yang dapat muncul adalah adanya jaringan granuloma
pada lesi kronik yang tidak mendapat pengobatan secara baik. Secara sistemik dapat

10
mencetuskan terjadinya demam reumatik akut dan glomerulonephritis jika etiologi dari lesi
adalah bakteri Streptococcus sp.13

2.10 Prognosis

Secara umum, prognosis dari Angular cheilitis adalah baik. Tergantung dari faktor
pengebab dan penyakit komorbid yang diderita. 6,7,13

2.11 Kasus
2.11.1 Laporan Kasus 1
Pada bulan juli 2014, laki – laki berusia 52 tahun datang ke departemen
diagnosis dan pengobatan di rumah sakit gigi dan mulut Syeh Razat, Karachi,
Pakistan. Keluhan utamanya adalah rasa sakit di pada bagian kanan atas gigi,
khususnya di molar ketiga (gigi 18) sejak 25 hari yang lalu. Nyeri parah dan
intermiten yang menjalar ke arah kepala, diperburuk ketika mengonsumsi
makanan dan mereda dengan pemeberian analgesik. Pada pemeriksaan intra oral
di bagian oklusal molar ketiga kanan (gigi 18) ditemukan karies superfisial.
Diagnosis kerjanya adalah pulpitis reversibel dan dilakukan orthopanthomogram
atau OPG x-ray. Pasien disarankan untuk melakukan ekstraksi pada gigi ini
didapatkan karies yang cukup luas. Pada pemeriksaan ekstra oral terdeteksi
adanya angular cheilitis tetapi pasien tidak menyadari hal itu. Pasien memiliki
riwayat diabetes melitus tipe 2 dan hipertensi sejak 15 tahun yang lalu. Pasien
menyatakan bahwa ia rutin mengukur kadar gula darah dengan alat pengukur
kadar gula darah di rumah dan hasil gula darah acak pagi ini adalah 250mg/dl.
Saat dilakukan anamnesa lebih lanjut tentang tamuan angular cheilitis pada pasien
ini, pasien menggambarkan tidak ada keluhan pada kondisi ini. Pada lesi
ditemukan lokasi yang simetris pada kedua sisi mulut. Sudut – sudut mulut
terdapat penebalan berwarna abu-abu putih pada dasar yang eritema, yang
menandakan kondisi tahap awal (Gambar 1). Pada stadium lanjutan ditemukan
dapat ditemukan adanya eritema, edema (pembengkakan) dan maserasi di kedua
sudut mulut yang dapat memberikan gejala perih, nyeri, pruritus (gatal) atau
terbakar atau perasaan mengganjal. Pasien dijelaskan tentang kondisi mulutnya.

11
Kondisi ini terjadi akibat infeksi jamur yang disebabkan oleh diabetes yang tidak
terkontrol, buruknya kebersihan mulut dan kondisi medis lainnya. Kemungkinan
komplikasi akibat ini dapat diperkecil jika penyakit ini diobati dan diterapi
dengan baik. Selain itu, pasien diminta untuk mengunjungi dokter gigi secara
rutin (merupakan hal yang sangat penting dalam penanganan komplikasi diabetes
pada pasien ini serta pencegahan tepat waktu) dan diresepkan miconazole gel
25mg/ml digunakan 4 kali sehari selama 14 hari. Pada kunjungan kedua
didapatkan adanya perbaikan pada kondisinya.

Gambar 2. Laki – laki 52 tahun dengan Angular Cheilitis


(Zaidan, F T.: Angular Cheilitis and Iron Deficiency Anemia. MDJ Vol.5. 2008; 37 – 41)

2.11.2 Laporan Kasus 2


Pada bulan September 2014, seorang wanita berusia 33 tahun datang ke
departemen diagnosis dan pengobatan di rumah sakit gigi dan mulut Syeh Razat,
Karachi, Pakistan. Keluhan utama nya adalah rasa sakit pada bagian atas sisi
kanan gigi sejak 3 hari yang lalu. Nyeri parah dan terus menerus yang tidak
menjalar, diperburuk ketika makan dan tidak berkurang dengan konsumsi obat
analgesic oral. Pada pemeriksaan intra oral didapatkan gigi kedua premolar kanan
atas (gigi 15) telah mengalami kerusakan hingga akar bagian dalam (breaking
down root / BDR). Diagnosis BDR dibuat setelah ditemukan adanya radiolusensi
periapikal pada pemeriksan x-ray. Oleh karena itu, pasien disarankan untuk
pencabutan akar gigi. Selama pemeriksaan ekstra oral ditemukan adanya angular
cheilitis unilateral dan gambaran geographic tounge (Gambar 2) dan pasien

12
merasakan adanya ketidaknyamanan yang ringan di sudut mulut dan lidah.
Pemeriksaan lain didapatkan konjungtiva yang pucat dan kuku yang rapuh. Oleh
karena itu, disarankan untuk melakukan pemeriksaan darah lengkap (uji
laboratorium) tapi pasien menolak karena merasa itu bukan keluhan utamanya.
Oleh karena itu, hanya diresepkan mikonazol gel 4kali sehari digunakan selama 2
minggu untuk cheilitis angularis dan obat kumur hidroklorida benzydamine 12%
2 kali sehari untuk menghilangkan ketidaknyamanan akibat geographic tounge.

Gambar 3. Angular cheilitis pada sudut mulut dan gambaran geographic tounge
(Zaidan, F T.: Angular Cheilitis and Iron Deficiency Anemia. MDJ Vol.5. 2008; 37 – 41)

2.11.3 Laporan Kasus 3


Pada bulan Juli, seorang wanita berusia 25 tahun datang di departemen
diagnosis dan pengobatan di rumah sakit gigi dan mulut Syeh Razat, Karachi,
Pakistan, dengan keluhan nyeri di sisi kiri gigi bagian bawah sejak 3 hari yang
lalu. Nyeri terasa seperti ditusuk benda tajam dan terus menerus. Biasanya
diperburuk ketika pasien berbaring horizontal dan berkurang ketika mengonsumsi
obat analgetik. Pasien di diagnosis dengan pulpitis reversibel dan disarankan
untuk pemeriksaan radiografi periapikal untuk konfirmasi. Setelah itu pasien
dirujuk ke bagian endodontik untuk RCT (Root Canal Treatment) diikuti dengan
pemasangan mahkota (crown). Pada pemeriksaan ekstra oral dan intra oral pasien
juga didiagnosis dengan cheilitis angularis unilateral pada sisi kanan sudut mulut
(gambar 3). Sementara melakukan anamnesa lebih lanjut diketahui bahwa pasien
sempat melakukan filling pada gigi pertama molar kanan atas (gigi 16) sekitar
beberapa minggu ini oleh dokter gigi, sejak saat itu pasien mengatakan terdapat
eritema dan ketidaknyamanan pada sisi kanan. Riwayat medisnya tidak ada yang

13
khusus dan diagnosis chelitis angularis dibuat karena prosedur perawatan jangka
panjang. Pasien diresepkan miconazole gel 4 kali sehari selama 2 minggu dan
pada control berikutnya setelah seminggu tidak ditemukan lagi adanya cheilitis
angularis pada sudut mulutnya.

Gambar 4. Angular cheilitis pada bagian sudut mulut kanan


(Zaidan, F T.: Angular Cheilitis and Iron Deficiency Anemia. MDJ Vol.5. 2008; 37 – 41)

2.11.4 Diskusi
Angular cheilitis merupakan kondisi medik yang umum diderita pada
pasien anak – anak dibandingkan pasien dewasa, walaupun secara umum banyak
pula diderita pada pasien berusia dekade ke 3 sampai 7, hal ini disebabkan
kurangnya asupan vitamin dan mineral pada anak. 5,6 Angular cheilitis pada
umumnya di tunjukkan dengan adanya kemerahan dan fisura pada sudut mulut
dan berbatasan dengan mukosa, biasanya disebabkan oleh candidiasis.7 Angular
cheilitis lebih sering ditemukan pada pasien dengan diabetes dari pada pasien non
diabetes.9 Kondisi lain seperti adanya denture (gigi palsu) atau terapi orthodenti
juga meningkatkan resiko terkena angular cheilitis.6,7 Hal ini diakibatkan lebih
mudahnya infestasi kuman dan jamur ke dalam rongga mulut akibat adanya benda
asing rongga mulut.7,8,9 Secara umum terapi dari suatu angular cheilitis bergantung
pada penyebab terjadinya. Jika disebabkan candida maka terapi pilihana dalah
golongan azole berupa topikal selama minimal 14 hari. Jika penyebab diketahui
adalah bakteri staphulococcus maka terapi topikal yang dipilih adalah asam
fusidat atau mupirocin yang dapat di kombinasi dengan hydrocortisone 1%
dengan jangka waktu terapi minimal 7 hari.2,3,5,13
2.12 Angular chelitis dan anemia defisiensi besi
14
Angular cheilitis atau angular stomatitis atau perleche dikatakan memiliki hubungan
dengan anemia defisiensi besi. Penelitian dilakukan dengan menggunakan 82 orang sampel dari
berbagai usia antara 9 sampai 70 tahun yang di rujuk dengan diagnosis angular cheilitis ke
departemen gigi dan mulut rumah sakit gigi dan mulut fakultas kedokteran gigi universitas
Baghdad. Dalam tenggang waktu tahun 1999 sampai dengan 2000 digunakan rekam medis pada
pasien dengan berbagai penyakit sistemik. Pemeriksaan intra dan ektraoral serta pemeriksaan
darah lengkap serta hapusan darah tepi sebagai penanda anemia dilakukan pada tiap pasien.
Didapatkan hasil bahwa dari 82 pasien tersebut (45 perempuan dan 37 laki – laki) dengan usia
pertengahan rata – rata 37,7 tahun didapatkan 19 pasien (23,3%) yang terkena adalah pengguna
gigi palsu (denture). Hasil pemeriksaan darah lengkap dan hapusan darah tepi didapatkan bahwa
wanita lebih banyak berhubungan dengan anemia defisiensi besi dari pada laki – laki. Terdapat
29 orang (35,43%) yang tersaring menderita anemia defisiensi besi, 20 orang (68,48%), diantara
nya wanita dan 4 sedang hamil, sedangkan 9 orang (31%) sisanya adalah laki – laki.14

Pada penelitian ini diketahui bahwa terdapat batasan usia yang lebar (9 sd 70 tahun) pada
seseorang untuk bisa menderita angular cheilitis. Anemia defisiensi besi sangat erat kaitannya
dengan terjadinya angular cheilitis pada setiap pasien yang diteliti. Pada pasien dengan
penggunaan denture, terjadinya angular cheilitis erat kaitannya dengan faktor langsung dan tidak
langsung. Faktor langsung yang melatarbelakangi adalah over closure (ukuran gigi yang
berlebihan), penurunan dimensi vertikal, inkompetensi bibir dan stomatitis. Faktor tidak
langsung antara lain pola makan pasien yang buruk (diet tinggi karbohidrat, rendah serat) yang
menurunkan status gizi pada penderita.14

Pada penelitian ini diketahui juga bahwa angka kejadian angular cheilitis lebih banyak
pada wanita dari pada laki – laki. Hal ini sesuai dengan banyak penelitian yang dilakukan oleh
peneliti – peneliti sebelumnya Rose 1968; Turrell 1968; Axell 1976; Axell 1990. Diketahui
bahwa menstruasi pada wanita, menometroragia pada wanita pre menopause dan melahirkan
menjadikan alasan terjadinya anemia defisiensi besi pada wanita usia 25 – 34 tahun. Kondisi ini
membaik dan lesi menghilang ketika dilakukan suplementasi besi pada pasien.14

BAB 3
KESIMPULAN

15
Angular cheilitis merupakan inflamasi akut atau kronis pada sudut mulut yang ditandai
dengan adanya fisur-fisur, retak-retak pada sudut bibir, berwarna kemerahan, mengalami ulserasi
disertai rasa terbakar, nyeri dan rasa kering pada sudut mulut. Pada kasus yang parah, retakan
tersebut dapat berdarah ketika membuka mulut dan menimbulkan ulser dangkal atau krusta. 4,5
Lesi ini ditandai dengan adanya fisur-fisur dan eritema pada sudut mulut yang menyebar sampai
ke bawah bibir dan kemungkinan meluas ke mukosa pipi.6
Angular cheilitis memiliki nama lain perleche, angular cheilosis dan angular stomatitis.
Istilah perleche sebenarnya digunakan untuk angular cheilitis yang disebabkan defisiensi vitamin
B kompleks, namun sekarang telah digeneralisasikan untuk semua angular cheilitis dengan
berbagai etiologi.7
Defisiensi nutrisi merupakan penyebab yang menonjol pada anak – anak. Nutrisi yang
mengalami kekurangan yang paling sering adalah vitamin B kompleks (riboflavin), zat besi dan
asam folat. Anemia dengan penyebab bermacam – macam yang paling sering adalah kehilangan
darah dalam waktu lama seperti menstruasi, melahirkan, hemoroid, menometroragia, atau
perdarahan akibat adanya lesi maligna pada saluran cerna. Penyebab lain yang jarang adalah
pada pasien dengan pasca operasi gastric bypass dan gangguan penyerapan zat besi herediter
Defisiensi imun juga dapat sebagai predisposisi munculnya angular cheilitis. Faktor
mekanik di beberapa penelitian menunjukkan angular cheilitis juga dapat terjadi pada mereka
dengan pengurangan oklusi bagian vertical sehingga meningkatkan gesekan dengan bibir. Sering
juga terjadi pada anak yang mempunyai kebiasaan buruk seperti menjilat sudut bibir dan
menghisap jari. Hal tersebut menyebabkan saliva berkumpul pada sudut mulut dan tanpa disadari
turut menyediakan lingkungan yang sempurna untuk agen infeksi dalam menyebabkan angular
cheilitis.10 Penyebab mekanik lain yang dapat terjadi akibat trauma pada cups yang panjang dan
pengguaan orthodonti.
Konsumsi karbohidrat dapat berhubungan langsung terjadinya angular cheilitis.
Tingginya konsumsi karbohidrat menyebabkan meningkatnya kadar glukosa pada saliva
sehingga meningkatkan resiko infeksi pada sudut mulut.11
Secara umum angular cheilitis mempunyai simptom utama bibir kering, rasa tidak
nyaman, adanya sisik-sisik dan pembentukan fisur (celah) yang diikuti dengan rasa terbakar pada
sudut mulut. Yang paling sering sebagai daerah eritema dan udema yang berbentuk segitiga pada
kedua komisura atau dapat berupa atropi, eritema, ulser, krusta dan pelepasan kulit sampai terjadi
eksudasi yang berulang. Reaksi jangka panjang, terjadi supurasi dan jaringan granulasi.

16
Pada kasus dengan kecurigaan angular cheilitis dapat dilakukan pemeriksaan penunjang
untuk mengetahui organisme penyebab angular cheilitis yaitu swab dan kultur. Pemeriksaan
biopsi kulit tidak disarankan
Pada kebanyakan kasus angular cheilitis tidak memerlukan pengobatan dan dapat sembuh
dengan sendirinya. Tergantung pada penyebab spesifik terjadinya, pengobatan yang dapat
digunakan antara lain Lip balm atau lip gloss atau preparat emolien padat yang dapat digunakan
secara berkala, anastetik topikal, antibiotik topikal, antibiotik oral, antijamur topikal, steroid
ointment topikal, serta suplementasi nutrisi dan vitamin. Pemberian vitamin B compleks, asam
folat dan zat besi disarankan karena salah satu etiologi dari angular cheilitis adalah avitaminosis
dan amineralosis.
Secara umum komplikasi yang dapat ditimbulkan jika kondisi ini mejadi kronik adalah
jaringan granuloma. Secara sistemik jika disebabkan oleh bakteri streptococcus maka dapat
berkembang menjadi suatu demam reumatik akut atau glomerulonefritis. Prognosis secara umum
baik, tergantung pada faktor sistemik yang diderita pada pasien.

DAFTAR PUSTAKA

1. Neville, B. W.; Damm, D. D.; Allen, C. M.; Bouquot, J. Oral and maxillo facial
pathology. W. B. Saunders Company; 1995. P. 166.
2. Lyuch, M. A.; Brightman, J. V.; Greenberg, M. S. Burket's oral medicine, diagnosis and
treatment, ninth edition.; J. B. Lippincott, Philadelphia; 1994. P. 264.
3. Scully, Crispian (2008). Oral and maxillofacial medicine : the basis of diagnosis and
treatment (2nd ed.). Edinburgh: Churchill Livingstone. pp. 147–149. ISBN
9780443068188.

17
4. Tyldesley WR, Field A, Longman L (2003). Tyldesley's Oral medicine (5th ed.). Oxford:
Oxford University Press. pp. 37, 40, 46, 63-67. ISBN 0192631470.

5. Park, KK; Brodell RT; Helms SE. "Angular cheilitis, part 2: nutritional, systemic, and
drug-related causes and treatment.". Cutis. 2011 Jul; 88(1): 27-32. 88 (1): 27-32. ISBN
21877503.
6. Lamey PJ, Lewis MA. Oral medicine in practice: angular cheilitis. Br Dent J. 1989;
167(1): 15-18.
7. Park, KK; Brodell, RT, Helms, SE (June 2011). "Angular cheilitis, part 1: local
etiologies.". Cutis; cutaneous medicine for the practitioner 87 (6): 289-95. PMID
21838086.
8. Treister NS, Bruch JM (2010). Clinical oral medicine and pathology. New York: Humana
Press. pp. 92, 93, 144. ISBN 978-1-60327-519-4.
9. Khalid A. Bin Abdulrahman, MBBS, DPHC, ABFM, MHSC, M.ED, Diabetes Mellitus
and Its Oral Complications: A Brief Review, Pakistan Oral & Dent. Jr. 2006; 26 (1): 97-
100.
10. Rose, J. A.: Folic-acid deficiency as a cause of angular cheilosis. Lancet 1971; 2: 253-
254.
11. Cawson, R. A.; Odell, E. W.: Essential of oral pathology and oral medicine, sixth edition,
Churchill Livingstone; 1998. p.328.
12. Turrell, A. j. Vertical dimensions as it relates to the etiology of angular cheilitis. J. Of
prosthetic dentistry 1968; 119-125.
13. Neill, D. J.: Aetiology and treatment of angular cheilitis, Preliminary repots. Dental
practitioner and dental record 1963; 13: 247-249.
14. Zaidan, F T.: Angular Cheilitis and Iron Deficiency Anemia. MDJ Vol.5. 2008; 37 – 41
15. Langlais RP, Bricker SL, et al. Oral diagnosis, Oral Medicine and Treatment Planning.
Philadelphia, London, Toronto : W.B. Saunders . Co, 1984 : 179-81, 306

18

Anda mungkin juga menyukai