Anda di halaman 1dari 4

SKENARIO 3

COVID PADA ANAK

Seorang anak usia 8 tahun dirujuk dari Puskesmas ke RS Yarsi dengan keterangan
suspek COVID-19 dengan melampirkan hasil rapid test SARS CoV-2 yang
menunjukkan hasil Ig M (+) dan Ig G (-). Pasien mengeluh sesak napas sejak 1 hari
sebelumnya, demam sejak 2 hari disertai batuk pilek dan nyeri pada tenggorokan.
Pasien diperiksa di IGD khusus COVID-19 karena ada Riwayat kontak erat dengan
kedua orangtua yang juga sedang dirawat dengan kasus konfirmasi COVID-19. Pada
saat memeriksa dokter IGD menggunakan APD level 3. Dokter melakukan pemeriksaan
laboratorium dan melakukan swab tenggorokan. Pada foto thorax didapatkan gambaran
pneumonia dan terlihat gambaran ground-glass opacity. Pasien segera dirawat di ruang
isolasi dan diberikan antivirus untuk mencegah kondisi ARDS yang bisa mengancam
nyawa. Ibu pasien saat ini juga sedang hamil 37 minggu dan menanyakan kepada
dokter bagaimana dengan tatalaksana COVID-19 pada bayinya saat lahir nanti.

COVID-19 : Penyakit Coronavirus (COVID-19) adalah penyakit menular yang


disebabkan oleh virus korona yang baru ditemukan

Rapid Test dirancang untuk digunakan di mana hasil tes screening pendahuluan
diperlukan dan sangat berguna di negara terbatas sumber daya

SARSCOV-2 : Virus penyebab penyakit pernapasan yang disebut penyakit coronavirus


19 (COVID-19)

APD level 3 : Tingkat ketiga bagi tenaga kesehatan yang bekerja kontak langsung
dengan pasien yang dicurigai atau sudah konfirmasi Covid-19 dan melakukan tindakan
bedah yang menimbulkan aerosol, maka APD yang dipakai harus lebih lengkap yaitu
penutup kepala, pengaman muka, pengaman mata atau google, masker N95, cover all,
sarung tangan bedah dan sepatu boots anti air.

Swab tenggorok

Gambaran pneumonia

Gambaran ground-glass opacity Ini biasanya didefinisikan sebagai area kekeruhan


kabur (x-ray) atau peningkatan atenuasi (CT) karena perpindahan udara oleh cairan,
kolaps saluran napas, fibrosis, atau proses neoplastik.

Antivirus : Remdesivir

ARDS : Acute respiratory distress syndrome adalah jenis gagal napas yang ditandai
dengan timbulnya peradangan yang cepat di paru-paru.

Tatalaksana COVID-19 untuk bayi baru lahir : Selama rawat inap setelah melahirkan,
ibu dianjurkan memakai masker kain dan tangan bersih saat merawat bayi baru lahir.
Menaruh tempat tidur bayi ibu di samping tempat tidur ibu selama ibu di rumah sakit
tidak masalah, tetapi ibu juga disarankan untuk menjaga jarak yang wajar dari bayi bila
memungkinkan. Ketika langkah-langkah ini diambil, risiko bayi baru lahir terinfeksi virus
COVID-19 menjadi rendah.

Diagnosis harus dikonfirmasi dengan pengujian SARS-CoV-2 RNA dengan reverse


transcription polymerase chain reaction (RT-PCR). Deteksi SARS-CoV-2 RNA dapat
dikumpulkan menggunakan sampel nasofaring, orofaring, atau usap hidung.

Secara umum, ibu dengan suspek atau terkonfirmasi infeksi SARS-CoV-2 dan
neonatusnya harus diisolasi dari ibu dan neonatus sehat lainnya dan dirawat.

Pencegahan 3M
Sasbel 2 : definisi operasional (pembagian kasus (suspek dll), konfirmasi, kontak apa
gt, apa sih odp (boleh dicari jg),

SASBEL
1. Memahami dan Menjelaskan COVID-19
1.1 Definisi Operasional
1.2 Epidemiologi
1.3 Etiologi
1.4 Cara Penularan
1.5 Patofisiologi
1.6 Manifestasi Klinik (Dewasa dan Neonates)
1.7 Diagnosis dan Diagnosis Banding
1.8 Tatalaksana (termasuk tatalaksana untuk neonates - Farmakologi &
Nonfarmakologi)
1.9 Komplikasi
1.10 Kriteria Pemulangan Pasien COVID-19
1.11 Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Menggunakan APD
2. Memahami dan Menjelaskan Pandangan Islam Terhadap Isolasi Mandiri
Selesai Isolasi
Kriteria pasien konfirmasi yang dinyatakan selesai isolasi, sebagai berikut:
a) Kasus konfirmasi tanpa gejala (asimptomatik)
Pasien konfirmasi asimptomatik tidak dilakukan pemeriksaan follow up RT-PCR.
Dinyatakan selesai isolasi apabila sudah menjalani isolasi mandiri selama 10 hari
sejak pengambilan spesimen diagnosis konfirmasi.

b) Kasus konfirmasi dengan gejala ringan dan gejala sedang


Pasien konfirmasi dengan gejala ringan dan gejala sedang tidak dilakukan
pemeriksaan follow up RT-PCR. Dinyatakan selesai isolasi harus dihitung 10 hari
sejak tanggal onset dengan ditambah minimal 3 hari setelah tidak lagi
menunjukkan gejala demam dan gangguan pernapasan.

c) Kasus konfirmasi dengan gejala berat/kritis yang dirawat di rumah sakit

1) Kasus konfirmasi dengan gejala berat/kritis yang dirawat di rumah


sakit dinyatakan selesai isolasi apabila telah mendapatkan hasil
pemeriksaan follow up RT-PCR 1 kali negatif ditambah minimal 3 hari
tidak lagi menunjukkan gejala demam dan gangguan pernapasan.

2) Dalam hal pemeriksaan follow up RT-PCR tidak dapat dilakukan, maka


pasien kasus konfirmasi dengan gejala berat/kritis yang dirawat di
rumah sakit yang sudah menjalani isolasi selama 10 hari sejak onset
dengan ditambah minimal 3 hari tidak lagi menunjukkan gejala demam
dan gangguan pernapasan, dinyatakan selesai isolasi, dan dapat
dialihrawat non isolasi atau dipulangkan.

Alih Rawat Non Isolasi


Proses alih rawat ke ruangan non isolasi diperuntukkan untuk pasien yang sudah
memenuhi kriteria selesai isolasi tetapi masih memerlukan perawatan lanjutan untuk
kondisi tertentu yang terkait dengan komorbid, co-insiden, dan komplikasi. Proses alih
rawat diputuskan berdasarkan hasil assessmen klinis yang dilakukan oleh DPJP sesuai
standar pelayanan dan/atau standar prosedur operasional. Pasien tersebut sudah
dinyatakan sembuh dari COVID-19.

Sembuh
Pasien konfirmasi tanpa gejala, gejala ringan, gejala sedang, dan gejala berat/kritis
dinyatakan sembuh apabila telah memenuhi kriteria selesai isolasi dan dikeluarkan
surat pernyataan selesai pemantauan, berdasarkan penilaian dokter di fasyankes
tempat dilakukan pemantauan atau oleh DPJP.
Pasien konfirmasi dengan gejala berat/kritis dimungkinkan memiliki hasil pemeriksaan
follow up RT-PCR persisten positif, karena pemeriksaan RT-PCR masih dapat
mendeteksi bagian tubuh virus COVID-19 walaupun virus sudah tidak aktif lagi (tidak
menularkan lagi). Terhadap pasien tersebut, maka penentuan sembuh berdasarkan
hasil assessmen yang dilakukan oleh DPJP.
Pemulangan Pasien
Pasien dapat dipulangkan dari perawatan di rumah sakit, bila memenuhi kriteria selesai
isolasi dan memenuhi kriteria klinis sebagai berikut:

a. Hasil assesmen klinis menyeluruh termasuk di antaranya gambaran


radiologis menunjukkan perbaikan, pemeriksaan darah menunjukan
perbaikan, yang dilakukan oleh DPJP menyatakan pasien diperbolehkan
untuk pulang.

b. Tidak ada tindakan/perawatan yang dibutuhkan oleh pasien, baik terkait sakit
COVID-19 ataupun masalah kesehatan lain yang dialami pasien.

DPJP perlu mempertimbangkan waktu kunjungan kembali pasien dalam rangka masa
pemulihan.
Khusus pasien konfirmasi dengan gejala berat/kritis yang sudah dipulangkan tetap
melakukan isolasi mandiri minimal 7 hari dalam rangka pemulihan dan kewaspadaan
terhadap munculnya gejala COVID-19, dan secara konsisten menerapkan protokol
kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai