Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

(Efusi Pleura)

Dosen Pengajar :Ns. Rahmawati Rahim S.kep

Oleh
KELOMPOK III
 NURMADINA : 2018013
 MARDAWIYAH : 2018004

JURUSAN : D III KEPERAWATAN

Semester III

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ( STIKES ST.


FATIMAH) MAMUJU
TAHUN AKADEMIK 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah swt. yang mana atas
limpahan karunianyalah sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik
tepat pada waktunya.
Ucapan terimakasih pula tak lupa kami ucapkan kapada dosen
pembimbing mata kuliah, karena berkat buah pemikirannya yang kreatif sehingga
mendorong kami untuk menyusun makalah ini guna mengikuti proses belajar
mengajar.
Penulis menyadari bahwa mungkin materi ini masih jauh dari
kesempurnaan, olehnya itu kritikan dan saran yang sifatnya membangun penulisan
selanjutnya sangat kami harapkan.
Akhir kata semoga materi ini dapat bermanfaat. Aamiin

Penyusun,

Kelompok iv

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL……………………………………………………………………….i
KATA PENGANTAR……………………………………………………….. ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………. iii  
BAB I  PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………… 2
BAB II    PEMBAHASAN
TINJAUAN MEDIS
A. Definisi………………………………………………………………… 3
B. Etiologi………………………………………………………………….4
C. Tanda dan Gejala……………………………………………………… 4
D. Patofisiologi…………………………………………………………… 5
E. Penyimpangan KDM…………………………………………………. 6
F. Pemeriksaan Diagnostik………………………………………………. 6
G. Pengobatan efusi pleura……………………………………………….. 7
H. Pengobatan di rumah………………………………………………….. 8
I. Penatalaksanaan medis………………………………………………... 9
J. Water Seal Drainase (WSD)…………………………………………... 10
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
DENGAN EFUSI PLEURA
A. Pengkajian………………………………………………………………11
B. Diagnosa Keperawatan………………………………………………… 14
C. Evaluasi…………………………………………………………………15
BAB III   PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………………. 16
B. Saran………………………………………………………………... 16
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………. 17

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hambatan resorbsi cairan dari rongga pleura dapat terjadi oleh banyak
hal diantaranya adanya bendungan seperti pada dekompensasi kordis, penyakit
ginjal, tumor mediastinum, ataupun akibat proses keradangan seperti
tuberculosis dan pneumonia. Hambatan reabsorbsi cairan tersebut
mengakibatkan penumpukan cairan di rongga pleura yang disebut efusi pleura.
Efusi pleura tentu mengganggu fungsi pernapasan sehingga perlu
penatalaksanaan yang baik. Pasien dengan efusi pleura yang telah diberikan
tata laksana baik diharapkan dapat sembuh dan pulih kembali fungsi
pernapasannya, namun karena efusi pleura sebagian besar merupakan akibat
dari penyakit lainnya yang menghambat reabsorbsi cairan dari rongga pleura,
maka pemulihannya menjadi lebih sulit. Karena hal tersebut, masih banyak
penderita dengan efusi pleura yang telah di tatalaksana namun tidak
menunjukkan hasil yang memuaskan.
Efusi pleura merupakan manifestasi klinik yang dapat dijumpai pada
sekitar 50-60% penderita keganasan pleura primer. Sementana 95% kasus
mesotelioma (keganasan pleura primer) dapat disertai efusi pleura dan sekitar
50% penderita kanker payudara akhirnya akan mengalami efusi pleura.
Kejadian efusi pleura yang cukup tinggi apalagi pada penderita
keganasan jika tidak ditatalaksana dengan baik maka akan menurunkan
kualitas hidup penderitanya dan semakin memberatkan kondisi penderita.
Paru-paru adalah bagian dari sistem pernapasan yang sangat penting,
gangguan pada organ ini seperti adanya efusi pleura dapat menyebabkan
gangguan pernapasan dan bahkan dapat mempengaruhi kerja sistem
kardiovaskuler yang dapat berakhir pada kematian.
Perbaikan kondisi pasien dengan efusi pleura memerlukan
penatalaksanaan yang tepat oleh petugas kesehatan termasuk perawat sebagai
pemberi asuhan keperawatan di rumah sakit. Untuk itu maka perawat perlu

1
mempelajari tentang konsep efusi pleura dan penatalaksanaannya
serta asuhan keperawatan pada pasien dengan efusi pleura. Maka dalam
makalah ini akan dibahas bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan
efusi pleura.
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan definisi efusi pleura !
2. Sebutkan etiologi efusi pleura !
3. Jelaskan Tanda dan Gejala !
4. Jelaskan patofisiologi terjadinya efusi pleura!
5. Jelaskan pemeriksaan apa saja yang dilakukan pada pasien dengan
efusi pleura !
6. Jelaskan penatalaksanaan medis yang dilakukan pada klien dengan
efusi pleura !
7. Bagaimana Pengobatan efusi pleura!
8. Jelaskan Water Seal Drainase (WSD)!
9. Bagaimana Pengkajian efusi pleura!
10.Bagaimana Diagnosa Keperawatan efusi pleura!
11.Bagaimana Evaluasi!

2
BAB II
PEMBAHASAN

TINJAUAN MEDIS
A. Definisi
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang
terletak diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer
jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit
lain. Secara normal, ruang pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5
sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan
pleural bergerak tanpa adanya friksi (Smeltzer C Suzanne, 2002).
Efusi pleura merupakan suatu gejala yang serius dandapat
mengancam jiwa penderita.Efusi pleura yaitu suatu keadaan terdapatnya
cairan dengan jumlah berlebihan dalam rongga pleura.Efusi pleura dapat di
sebabkan antara lain karena tuberkulosis, neo plasma atau karsinoma, gagal
jantung, pnemonia, dan infeksi virus maupun bakteri (Ariyanti, 2003).
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana penumpukan cairan dalam
pleura berupa transudat dan eksudat yang diakibatkan terjadinya
ketidakseimbangan antara produksi dan absorpsi di kapiler dan pleura
viseralis. Efusi pleura bukanlah diagnosis dari suatu penyakit, melainkan
hanya merupakan gejala atau komplikasi dari suatu penyakit (Muttaqin, 2008).

3
B. Etiologi
Berdasarkan jenis cairan yang terbnetuk, cairan pleura dibagi
menjadi transudat, eksudat dan hemoragis
1)     Transudat dapat disebabkan oleh kegagalan jantung kongestif (gagal
jantung kiri), sindroma nefrotik, asites (oleh karena sirosis kepatis),
syndroma vena cava superior, tumor, sindroma meig.
2)     Eksudat disebabkan oleh infeksi, TB, preumonia dan sebagainya, tumor,
ifark paru, radiasi, penyakit kolagen.
3)      Effusi hemoragis dapat disebabkan oleh adanya tumor, trauma, infark
paru, tuberkulosis.
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan
cairan dalam pleura berupa transudat atau eksudat yang diakibatkan terjadinya
ketidakseimbangan antara produksi dan absorpsi di kapiler dan pleura
viceralis.
Berdasarkan lokasi cairan yang terbentuk, effusi dibagi menjadi
unilateral dan bilateral. Efusi yang unilateral tidak mempunyai kaitan yang
spesifik dengan penyakit penyebabnya akan tetapi effusi yang bilateral
ditemukan pada penyakit-penyakit dibawah ini :Kegagalan jantung kongestif,
sindroma nefrotik, asites, infark paru, lupus eritematosus systemic, tumor dan
tuberkolosis (Arif Muttaqin, Buku Ajar Asuhan Keperawatan Dgn Gangguan
Sistem Pernapasan).
C. Tanda dan Gejala
 Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena pergesekan,
setelah cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak,
penderita akan sesak napas.
 Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, dan
nyeri dada pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril
(tuberkulosisi), banyak keringat, batuk, banyak riak.
 Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi
penumpukan cairan pleural yang signifikan.

4
 Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan,
karena cairan akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang
bergerak dalam pernapasan, fremitus melemah (raba dan vocal), pada
perkusi didapati daerah pekak, dalam keadaan duduk permukaan cairan
membentuk garis melengkung (garis Ellis Damoiseu).
 Didapati segitiga Garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani
dibagian atas garis Ellis Domiseu. Segitiga Grocco-Rochfusz, yaitu daerah
pekak karena cairan mendorong mediastinum kesisi lain, pada auskultasi
daerah ini didapati vesikuler melemah dengan ronki.
 Pada permulaan dan akhir penyakit terdengar krepitasi pleura.
D. Patofisiologi
Dalam keadaan normal hanya terdapat 10-20 ml cairan di dalam
rongga pleura. Jumlah cairan di rongga pleura tetap, karena adanya tekanan
hidrostatis pleura parietalis sebesar 9 cm H2O. Akumulasi cairan pleura dapat
terjadi apabila tekanan osmotik koloid menurun misalnya pada penderita
hipoalbuminemia dan bertambahnya permeabilitas kapiler akibat ada proses
keradangan atau neoplasma, bertambahnya tekanan hidrostatis akibat
kegagalan jantung dan tekanan negatif intra pleura apabila terjadi atelektasis
paru (Alsagaf H, Mukti A, 1995, 145).
Effusi pleura berarti terjadi pengumpulan sejumlah besar cairan
bebas dalam kavum pleura. Kemungkinan penyebab efusi antara lain (1)
penghambatan drainase limfatik dari rongga pleura, (2) gagal jantung yang
menyebabkan tekanan kapiler paru dan tekanan perifer menjadi sangat tinggi
sehingga menimbulkan transudasi cairan yang berlebihan ke dalam rongga
pleura (3) sangat menurunnya tekanan osmotik kolora plasma, jadi juga
memungkinkan transudasi cairan yang berlebihan (4) infeksi atau setiap
penyebab peradangan apapun pada permukaan pleura dari rongga pleura, yang
memecahkan membran kapiler dan memungkinkan pengaliran protein plasma
dan cairan ke dalam rongga secara cepat (Guyton dan Hall , Egc, 1997, 623-
624).

5
E. Penyimpangan KDM

F. Pemeriksaan Penunjang
  Rontgen Toraks
Dalam foto thoraks terlihat hilangnya sudut kostofrenikus dan akan
terlihat permukaan yang melengkung jika jumlah cairan > 300 cc.
Pergeseran mediastinum kadang ditemukan.
  CT Scan Thoraks
Berperan penting dalam mendeteksi ketidaknormalan konfigurasi
trakea serta cabang utama bronkus, menentukan lesi pada pleura dan secara
umum mengungkapkan sifat serta derajat kelainan bayangan yang terdapat
pada paru dan jaringan toraks lainnya.
  Ultrasound
Ultrasound dapat membantu mendeteksi cairan pleura yang timbul
dan sering digunakan dalam menuntun penusukan jarum untuk mengambil
cairan pleura pada torakosentesis.

6
G. Pengobatan efusi pleura
Efusi pleura ditangani dengan metode yang bervariasi, tergantung
pada gejala dan penyebab yang dialami oleh pasien. Pada kasus efusi yang
diakibatkan oleh penyakit seperti pneumonia dan gagal jantung, dokter akan
meresepkan beberapa jenis obat-obatan. Sering kali tidak perlu ada
penanganan khusus untuk penumpukan cairan, karena cairan akan menghilang
sendiri apabila penyebabnya telah diatasi. Namun, apabila efusi mengalami
infeksi dan peradangan yang parah, prosedur operasi akan dilakukan untuk
mengeluarkan cairan dan mencegah komplikasi.
Berikut adalah beberapa penanganan yang diberikan dokter untuk
mengatasi efusi pleura:
1. Mengobati penyebab efusi pleura
Karena efusi pleura dapat disebabkan oleh berbagai macam jenis
penyakit, maka dokter akan menangani penyakit-penyakit tersebut agar
gejala efusi dapat berkurang.
Langkah-langkah yang biasanya dilakukan untuk mengatasi penyebab
efusi adalah:
 Mengonsumsi antibiotik
Antibiotik biasanya akan diresepkan oleh dokter apabila efusi pleura
disebabkan oleh penyakit seperti pneumonia dan empiema.
 Kemoterapi atau radioterapi
Jika penumpukan cairan pada pleura diakibatkan oleh adanya penyakit
seperti kanker paru dan limfoma, maka dokter akan menjalankan
prosedur kemoterapi dan radioterapi untuk mengurangi sel kanker.
 Obat diuretik
Pemberian obat diuretik biasanya dilakukan apabila pasien mengidap
penyakit yang berhubungan dengan jantung, seperti gagal jantung
kongestif.
2. Mengatasi efusi pleura secara langsung
Apabila pengobatan untuk menangani penyebab-penyebab efusi
ternyata tidak menunjukkan perubahan yang signifikan dan kondisi pleura

7
semakin memburuk, maka dokter akan menyarankan tindakan yang
langsung ditujukan pada penumpukan cairan, seperti prosedur bedah.
Beberapa di antaranya adalah:
 Pleurodesis
Cairan khusus akan disuntikkan ke area membran dan menyebabkan
peradangan ringan. Hal ini membantu mencegah cairan yang
menumpuk bertambah banyak. Zat kimia yang sering disuntikkan
adalah tetracycline, sterile talc dan bleomycin. Pleurodesis paling
sering digunakan pada perawatan efusi berulang yang disebabkan oleh
kanker.
 Pemasangan drainase
Memasang drainase secara permanen adalah cara lain untuk membantu
mengeluarkan cairan di pleura. Begitu cairan terbentuk, drainase dapat
langsung mengeluarkannya dari rongga dada.
 Pemasangan shunt
Mirip dengan pemasangan drainase, prosedur ini bertujuan untuk
mengeluarkan cairan dari dada ke rongga perut.
 Pleurektomi
Apabila seluruh prosedur di atas sudah dilakukan namun tidak
menunjukkan keberhasilan, maka operasi pengangkatan pleura perlu
dilakukan pada pasien.
H. Pengobatan di rumah
Berikut adalah gaya hidup dan pengobatan rumahan yang dapat
membantu Anda mengatasi efusi pleura:
1. Berhenti merokok
Apabila Anda aktif merokok, maka sebaiknya Anda berhenti
sesegera mungkin. Kandungan dan zat beracun dalam rokok hanya dapat
mengakibatkan gejala-gejala efusi pleura semakin parah.
2. Hindari minuman beralkohol

8
Alkohol dapat memengaruhi fungsi hati. Apabila hati mengalami
kerusakan, Anda dapat berisiko mengalami kondisi hepatic hydrothorax
yang berpengaruh pada penumpukan cairan di pleura.
Mengurangi, bahkan berhenti mengonsumsi alkohol sama sekali,
adalah tindakan dan pencegahan terbaik agar gejala efusi pleura tidak
muncul lagi.
3. Tidak melakukan aktivitas berat
Jika Anda positif memiliki penumpukan cairan pada pleura, Anda
harus menghindari kegiatan-kegiatan yang terlalu ekstrim, seperti olahraga
berat dan mengangkat beban berlebih.
4. Istirahat yang cukup
Dengan mengambil waktu yang cukup untuk beristirahat di sela-
sela kesibukan Anda, Anda telah mengurangi kemungkinan munculnya
gejala-gejala efusi pleura di lain waktu.
5. Makan makanan yang sehat
Mengganti menu makanan Anda sehari-hari dengan bahan-bahan
bergizi seperti sayur dan buah-buahan akan memberikan perubahan yang
signifikan pada kesehatan paru-paru, khususnya pleura.

zzzKonsultasi dengan dokter

Jika Anda sedang menjalani perawatan kanker seperti kemoterapi


dan radioaktif, atau Anda sedang mengonsumsi obat-obatan tertentu,
diskusikan dengan dokter mengenai kemungkinan efek samping serta cara
mengatasinya
I. Penatalaksanaan medis
 Tujuan pengobatan adalah untuk menemukan penyebab dasar,
untuk mencegah penumpukan kembali cairan, dan untuk menghilangkan
ketidaknyamanan serta dispneu. Pengobatan spesifik ditujukan pada
penyebab dasar (co; gagal jantung kongestif, pneumonia, sirosis).

9
 Torasentesis dilakukan untuk membuang cairan, untuk
mendapatkan specimen guna keperluan analisis dan untuk menghilangkan
disneu.
 Bila penyebab dasar malignansi, efusi dapat terjadi kembali dalam
beberapa hari tatau minggu, torasentesis berulang mengakibatkan nyeri,
penipisan protein dan elektrolit, dan kadang pneumothoraks. Dalam
keadaan ini kadang diatasi dengan pemasangan selang dada dengan
drainase yang dihubungkan ke system drainase water-seal atau pengisapan
untuk mengevaluasiruang pleura dan pengembangan paru.
 Agen yang secara kimiawi mengiritasi, seperti tetrasiklin
dimasukkan kedalam ruang pleura untuk mengobliterasi ruang pleural dan
mencegah akumulasi cairan lebih lanjut.
 Pengobatan lainnya untuk efusi pleura malignan termasuk radiasi
dinding dada, bedah plerektomi, dan terapi diuretic
J. Water Seal Drainase (WSD)
1. Pengertian
WSD adalah suatu unit yang bekerja sebagai drain untuk mengeluarkan
udara dan cairan melalui selang dada.
2. Indikasi
a. Pneumothoraks karena rupture bleb, luka tusuk tembus
b. Hemothoraks karena robekan pleura, kelebihan anti koagulan, pasca
bedah toraks
c. Torakotomi
d. Efusi pleura
e. Empiema karena penyakit paru serius dan kondisi inflamasi
3. Tujuan Pemasangan
 Untuk mengeluarkan udara, cairan atau darah dari rongga pleura
 Untuk mengembalikan tekanan negative pada rongga pleura
 Untuk mengembangkan kembali paru yang kolap dan kolap sebagian
 Untuk mencegah reflux drainase kembali ke dalam rongga dada.
4. Tempat pemasangan

10
a. Apikal
 Letak selang pada interkosta III mid klavikula
 Dimasukkan secara antero lateral
 Fungsi untuk mengeluarkan udara dari rongga pleura
b. Basal
 Letak selang pada interkostal V-VI atau interkostal VIII-IX mid
aksiller
 Fungsi : untuk mengeluarkan cairan dari rongga pleura
5. Jenis WSD
 Sistem satu botol
Sistem drainase ini paling sederhana dan sering digunakan pada pasien
dengan simple pneumotoraks
 Sistem dua botol
Pada system ini, botol pertama mengumpulkan cairan/drainase dan
botol kedua adalah botol water seal.
 System tiga botol
Sistem tiga botol, botol penghisap control ditambahkan ke system dua
botol. System tiga botol ini paling aman untuk mengatur jumlah
penghisapan.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
EFUSI PLEURA
A. Pengkajian
  Identitas pasien
Pada tahap ini perawat perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis
kelamin, alamat rumah, agama atau kepercayaan, suku bangsa, bahasa
yang dipakai, status pendidikan dan pekerjaan pasien.
  Keluhan utama
Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien
mencari pertolongan atau berobat ke rumah sakit. Biasanya pada pasien
dengan effusi pleura didapatkan keluhan berupa sesak nafas, rasa berat

11
pada dada, nyeri pleuritik akibat iritasi pleura yang bersifat tajam dan
terlokasilir terutama pada saat batuk dan bernafas.
  Riwayat penyakit sekarang
Pasien dengan effusi pleura biasanya akan diawali dengan adanya
tanda-tanda seperti batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada
dada, berat badan menurun dan sebagainya. Perlu juga ditanyakan mulai
kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan untuk
menurunkan atau menghilangkan keluhan-keluhannya tersebut.
  Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan kepada pasien apakah pasien pernah menderita penyakit
seperti TBC paru, pneumoni, gagal jantung, trauma, asites dan sebagainya.
Hal ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya faktor
predisposisi.
  Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita
penyakit-penyakit yang disinyalir sebagai penyebab effusi pleura seperti
Ca paru, asma, TB paru dan lain sebagainya.
  Observasi TTV
  Pengkajian Pola-Pola Fungsi Kesehatan
1)      Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Adanya tindakan medis dan perawatan di rumah sakit
mempengaruhi perubahan persepsi tentang kesehatan, tapi kadang juga
memunculkan persepsi yang salah terhadap pemeliharaan kesehatan.
Kemungkinan adanya riwayat kebiasaan merokok, minum alkohol dan
penggunaan obat-obatan bisa menjadi faktor predisposisi timbulnya
penyakit.
2)      Pola nutrisi dan metabolisme
Mengukur tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui status
nutrisi pasien, selain juga perlu ditanyakan kebiasaan makan dan
minum sebelum dan selama MRS pasien dengan effusi pleura akan
mengalami penurunan nafsu makan akibat dari sesak nafas.

12
3)      Pola eliminasi
Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai
kebiasaan defekasi sebelum dan sesudah MRS. Karena keadaan umum
pasien yang lemah, pasien akan lebih banyak bed rest sehingga akan
menimbulkan konstipasi, selain akibat pencernaan pada struktur
abdomen menyebabkan penurunan peristaltik otot-otot tractus
degestivus.
4)      Pola aktivitas dan latihan
Karena adanya sesak napas pasien akan cepat mengalami
kelelahan pada saat aktivitas. Pasien juga akan mengurangi aktivitasnya
karena merasa nyeri di dada.
5)      Pola tidur dan istirahat
Pasien menjadi sulit tidur karena sesak naps dan nyeri.
Hospitalisasi juga dapat membuat pasien merasa tidak tenang karena
suasananya yang berbeda dengan lingkungan di rumah.
6)      Pola hubungan dan peran
Karena sakit, pasien akan mengalami perubahan peran. Baik
peran dalam keluarga ataupun dalam masyarakat. Contohnya: karena
sakit pasien tidak lagi bisa mengurus anak dan suaminya.
7)      Pola persepsi dan konsep diri
Persepsi pasien terhadap dirinya akan berubah. Pasien yang
tadinya sehat, tiba-tiba mengalami sakit, sesak nafas, nyeri dada.
Sebagai seorang awam, pasien mungkin akan beranggapan bahwa
penyakitnya adalah penyakit berbahaya dan mematikan. Dalam hal ini
pasien mungkin akan kehilangan gambaran positif terhadap dirinya.
8)      Pola sensori dan kognitif
Fungsi panca indera pasien tidak mengalami perubahan,
demikian juga dengan proses berpikirnya.
9)      Pola reproduksi seksual

13
Kebutuhan seksual pasien dalam hal ini hubungan seks akan
terganggu untuk sementara waktu karena pasien berada di rumah sakit
dan kondisi fisiknya masih lemah.
10)  Pola koping
Pasien bisa mengalami stress karena belum mengetahui proses
penyakitnya. Mungkin pasien akan banyak bertanya pada perawat dan
dokter yang merawatnya atau orang yang mungkin dianggap lebih tahu
mengenai penyakitnya.
11)  Pola tata nilai dan kepercayaan
Kehidupan beragama klien dapat terganggu karena proses
penyakit.
  Pemeriksaan Fisik
o   Inspeksi :
  Tingkat kesadaran pasien, ekspresi wajah, perilaku, mood untuk
mengetahui tingkat kecemasan dan keteganagan pasien.
  Pergerakan dinding dada tertinggal pada dada yang sakit
  Inspeksi adanya sianosis
  Kedalaman pernapasan, RR, Penggunaan otot aksesoris pernapasan
dan ekspansi dada.
o   Palpasi:
  Pergerakan dinding dada tertinggal pada dada yang sakit
  Vocal fremitus menurun di dada yang sakit
  Palpasi suhu tubuh. Jika dingin berarti berarti terjadi kegagalan
transport oksigen.
o   Perkusi:
  Suara perkusi redup sampai pekak tergantung jumlah cairanya.
o   Auskultasi:
  Suara napas menurun sampai menghilang pada dada yang sakit
B. Diagnosa Keperawatan
1.      Ketidakefektifan pola napas b.d penurunan ekspansi paru akibat adanya
penumpukan cairan dalam rongga pleura.

14
2.      Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan
nafsu makan akibat sesak napas.
3.      Intoleran aktivitas b.d ketidak seimbangan suplai dengan kebutuhan
oksigen.
4.      Resiko infeksi b.d adanya luka pemasangan WSD.
5.      Ansietas b.d adanya ancaman kematian yang dibayangkan karena sulit
bernapas.
C. Evaluasi
Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk menilai apakah tujuan dalam
rencana keperawatan tercapai dengan baik atau tidak dan untuk melakukan
pengkajian ulang (US. Midar H, dkk, 1989).
Kriteria dalam menentukan tercapainya suatu tujuan, pasien :
1)      Mampu mempertahankan fungsi paru secara normal.
2)      Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
3)      Mampu melakukan aktifitas seoptimal mungkin
4)      Tidak terjadi infeksi
5)      mampu memahami dan menerima keadaannya sehingga tidak lagi cemas.

15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana penumpukan cairan dalam
pleura berupa transudat dan eksudat yang diakibatkan terjadinya
ketidakseimbangan antara produksi dan absorpsi di kapiler dan pleura
viseralis.Apabila efusi pleura tidak ditangani dengan baik, maka akan
menyebabkan komplikasi seperti ; fibrotoraks, pneumothoraks, atalektasis,
fibrosis paru, dan kolaps paru.
B. Saran
Sebaiknya perawat harus mengetahui konsep dasar penyakit gangguan
sistem pernapasan : efusi pleura secara mendetail agar dalam mengaplikasikan
asuhan keperawatan kepada pasien dalam kehidupan sehari-hari dapat
dilakukan dengan baik dan benar.

16
DAFTAR PUSTAKA
Baughman C Diane, Keperawatan medical bedah, Jakrta, EGC, 2000.
Doenges E Mailyn, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk perencanaan
dan pendokumentasian perawatan pasien. Ed3. Jakarta, EGC. 1999
Hudak,Carolyn M. Keperawatan kritis : pendekatan holistic. Vol.1, Jakarta.EGC.
1997
Purnawan J. dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Ed2. Media Aesculapius.
FKUI.1982.
Price, Sylvia A, Patofisiologi : Konsep klinis proses-pross penyakit, Ed4. Jakarta.
EGC. 1995.
Smeltzer c Suzanne, Buku Ajar Keperawatan medical Bedah, Brunner and
Suddarth’s, Ed8. Vol.1, Jakarta, EGC, 2002.
Syamsuhidayat, Wim de Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, Jakarta, EGC,
1997.
Susan Martin Tucker, Standar perawatan Pasien: proses keperawatan, diagnosis,
dan evaluasi. Ed5. Jakarta EGC. 1998.

17

Anda mungkin juga menyukai