Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di Indonesia, hipertensi juga merupakan masalah kesehatan yang perlu

diperhatikan oleh dokter yang bekerja pada pelayanan kesehatan primer, karena

angka prevalensinya yang tinggi dan akibat jangka panjang yang ditimbulkannya

(Slamet Suyono, 2001).

Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu hipertensi

primer yang tidak diketahui penyebabnya atau idiopatik dan hipertensi sekunder

yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain (Slamet Suyono, 2001).

Hipertensi primer meliputi lebih kurang 90% dari seluruh pasien hipertensi dan

10% lainnya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Hanya 50% dari golongan

hipertensi sekunder dapat diketahui penyebabnya, dan dari golongan ini hanya

beberapa persen yang dapat diperbaiki kelainannya. Oleh karena itu, upaya

penanganan hipertensi primer lebih mendapatkan prioritas. Banyak penelitian

dilakukan terhadap hipertensi primer, baik mengenai patogenesis maupun tentang

pengobatannya.

Lansia adalah mereka yang telah berusia 65 tahun ke atas. Masalah yang

biasadialami lansia adalah hidup sendiri, depresi, fungsi organ tubuh menurun dan

mengalami menopause. Status kesehatan lansia tidak boleh terlupakan karena

berpengaruh dalam  penilaian  kebutuhan  akan  zat  gizi. Ada  lansia  yang

tergolong sehat, dan ada pula yang mengidap penyakit kronis. Di samping itu,

1
sebagian lansia masih mampu mengurus diri sendiri, sementara sebagian lansia

sangat bergantung pada “belas kasihan” orang lain.

Kebutuhan zat gizi mereka yang tergolong aktif biasanya tidak berbeda

dengan orangdewasa sehat. Namun penuaan sangat berpengaruh terhadap kesehatan

jika asupan gizi tidak dijaga.Di Indonesia, prevalensi penyakit degeneratif sangat

rentan terkena pada lansia. Prevalensi hipertensi pada tahun 2030 diperkirakan

meningkat sebanyak 7,2% dari estimasi tahun 2010. Data tahun 2007-2010 menunju

sebanyak 81,5%  penderita  hipertensi  menyadari  bahwa  mereka  menderita 

hipertensi, 74,9% menerima pengobatan dengan 52,5% pasien yang tekanan

darahnya terkontrol (tekanandarah sistolik). Sekitar 69% pasien serangan jantung,

77% pasien stroke, dan 74% pasiencongestive heart failure (CHF) menderita

hipertensi dengan tekanan darah >140/90mmHg. Hipertensi menyebabkan kematian

pada 45% penderita penyakit jantung dan 51% kematian pada penderita penyakit

stroke pada tahun 2008 (WHO, 2013)

WHO menyebutkan, 40% negara ekonomi berkembang memiliki penderita

hipertensi, sedangkan negara maju hanya 35 %. Kawasan Afrika memegang posisi

puncak penderita hipertensi sebanyak 46%. Sementara kawasan Amerika sebanyak

35%, 36% terjadi pada orang dewasa menderita hipertensi (Candra, 2013). Untuk

kawasan Asia, penyakit ini telah membunuh 1,5 juta orang setiap tahunnya. Hal ini

menandakan satu dari tiga orang menderita tekanan darah tinggi. Menurut Khancit,

pada 2011 WHO mencatat ada satu miliar orang terkena hipertensi. Di Indonesia,

angka penderita hipertensi mencapai 32% pada 2008 dengan kisaran usia diatas 25

tahun. Jumlah penderita pria mencapai 42,7% , sedangkan 39,2% adalah wanita

(Candra, 2013). Di Indonesia angka kejadian hipertensi berkisar 6-15% dimana

2
masih banyak penderita yang belum terjangkau oleh pelayanan kesehatan terutama

daerah pedesaan. Sementara itu, berdasarkan data NHANES (National Health and

Nutrition Examination Survey) memperlihatkan bahwa risiko hipertensi meningkat

sesuai dengan peningkatan usia. Data NHANES 2005-2008 memperlihatkan kurang

lebih 76,4 juta orang berusia ≥20 tahun adalah penderita hipertensi, berarti 1 dari 3

orang dewasa menderita hipertensi (Candra, 2013).

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep medis dari hipertensi?

2. Bagaimana asuhan keperawatan lansia yang menderita hipertensi?

1.3 Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk memahami tentang asuhan keperawatan pada lansia dengan hipertensi.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui tentang konsep dasar teori penyakit hipertensi.

b. Memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit hipertensi yang

meliputi pengkajian sampai intervensi

3
BAB II

KONSEP MEDIS

2.1 Pengertian

Hipertensi adalah apabila tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan tekanan

diastolik > 90 mmHg, atau apabila pasien memakai obat anti hipertensi (Slamet

Suyono, 2001 dan Arif Mansjoer, 2001).

Hipertensi menurut WHO adalah hipertensi jika tekanan darah sistolik lebih dari

140 mmHg atau tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg.

Menurut N.G. Yasmin A (1993) hipertensi adalah peningkatan dari tekanan

sistolik standar dihubungkan dengan usia, tekanan darah normal adalah refleksi dari

kardiak out put atau denyut jantung dan resistensi puerperal.

Menurut Alison Hull (1996), hipertensi adalah desakan darah yang berlebihan dan

hampir konstan pada arteri. Tekanan dihasilkan oleh kekuatan jantung ketika

memompa darah, hipertensi, berkaitan dengan kenaikan tekanan diastolik, dan

tekanan sistolik atau kedua-duanya secara terus menerus.

2.2 Etiologi

Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan-

perubahan pada :

a. Elastisitas dinding aorta menurun

b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku

4
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur

20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan

menurunnya kontraksi dan volumenya.

d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karenakurangnya efektifitas

pembuluh darah perifer untuk oksigenasi

e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data

penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya

hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :

a. Faktor keturunan

Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan

lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita

hipertensi

b. Ciri perseorangan

Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:

1. Umur (jika umur bertambah maka TD meningkat)

2. Jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan)

3. Ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih)

c. Kebiasaan hidup

Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah :

1. Konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr)

2. Kegemukan atau makan berlebihan

3. Stress

5
4. Merokok

5. Minum alkohol

6. Minum obat-obatan (ephedrine, prednison, epineprin)

Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah Ginjal, Glomerulonefritis,

Pielonefritis, Nekrosis tubular akut, Tumor, Vascular, Aterosklerosis, Hiperplasia,

Trombosis, Aneurisma, Emboli kolestrol, Vaskulitis, Kelainan endokrin, DM,

Hipertiroidisme, Hipotiroidisme, Saraf, Stroke, Ensepalitis, SGB, Obat – obatan

Kontrasepsi oral dan Kortikosteroid.

2.3 Manifestasi Klinis

Adapun gejala klinis yang dialami oleh para penderita hipertensi biasanya berupa:

sakit kepala, pusing, mudah marah (emosi meningkat) susah tidur, rasa berat di

tengkuk, mudah lelah, mata berkunang-kunang, telinga berdengung, sesak nafas,

gelisah, mual muntah, epistaksis,kesadaran menurun.

2.4 Klasifikasi

Klasifikasi tekanan darah menurut WHO / ISH

Klasifikasi Tekanan Tekanan Darah Tekanan Darah

Darah Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Hipertensi berat ≥ 180 ≥ 110


Hipertensi sedang 160-179 100-109
Hipertensi ringan 140-159 90-99

Hipertensi perbatasan 140-149 90-94

6
Hipertensi sistolik 140-149 < 90

perbatasan
Hipertensi sistolik > 140 < 90

terisolasi
Normotensi < 140 < 90

Optimal < 120 < 80


Dikutip dari: Mansjoer, dkk, Nefrologi dan Hipertensi. Jakarta: Media, 2001.

a. Berdasarkan Etiologinya

Hipertensi berdasarkan etiologi / penyebabnya dibagi menjadi 2 :

1. Hipertensi Primer atau Esensial

Hipertensi primer atau yang disebut juga hipertensi esensial atau

idiopatik adalah hipertensi yang tidak diketahui etiologinya/penyebabnya. Paling

sedikit 90% dari semua penyakit hipertensi dinamakan hipertensi primer.

2. Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang terjadi sebagai akibat suatu penyakit,

kondisi dan kebiasaan. Karena itu umumnya hipertensi ini sudah diketahui

penyebabnya. Umumnya penyebab Hipertensi sekunder dapat disembuhkan

dengan pengobatan kuratif, sehingga penderita dapat terhindar dari pengobatan

seumur hidup yang sering kali tidak nyaman dan membutuhkan biaya yang mahal.

3. Krisis Hipertensi

Krisis hipertensi didefinisikan sebagai kondisi peningkatan tekanan darah

yang disertai kerusakan atau yang mengancam kerusakan terget organ dan

memerlukan penanganan segera untuk mencegah kerusakan atau keparahan target

7
organ. Hipertensi ini ditandai nilai tekanan darah yang tinggi yaitu ≥ 180

mmHg/120 mmHg dan ada atau tidaknya kerusakan target organ pada hipertensi.

4. Hipertensi emergensi (darurat)

Ditandai dengan tekanan darah Diastolik > 120 mmHg, disertai kerusakan

berat dari organ sasaran yang disebabkan oleh satu atau lebih penyakit/kondisi akut.

Keterlambatan pengobatan akan menyebabkan timbulnya sequele atau kematian.

5. Hipertensi urgensi (mendesak)

Hipertensi mendesak ditandai dengan tekanan darah diastolik >120 mmHg

dan dengan tanpa kerusakan/komplikasi minimum dari organ sasaran. Tekanan

darah harus diturunkan secara bertahap dalam 24 jam sampai batas yang aman

memerlukan terapi oral hipertensi. Penderita dengan hipertensi urgensi tidak

memerlukan rawat inap di rumah sakit. Sebaiknya penderita ditempatkan diruangan

yang tenang tidak terang dan tekanan darah diukur kembali dalam 30 menit.

2.5 Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak

dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf

simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla

spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor

dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf

simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan

asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,

dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh

darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon

8
pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat

sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal

tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah

sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan

tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang

menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid

lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah.

Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan

pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian

diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya

merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan

retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra

vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.

Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan

fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan

darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis,

hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos

pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya

regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang

kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung

(volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan

tahanan perifer (Smeltzer, 2001).

9
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi palsu”

disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff

sphygmomanometer (Darmojo, 1999).

2.6 Pencegahan

Hal yang perlu diperhatikan penderita hipertensi sebagai tindakan pencegahan

antara lain:diet rendah lemak,  diet rendah garam, hindari makan daging kambing,

durian, minuman beralkohol, melakukan olahraga secara teratur dan terkontrol, jauhi

merokok, berhenti minum kopi, turunkan berat badan ke arah yang ideal, hindari

stress,  hindari penyerta seperti DM dan kolesterol tinggi.

2.7 Pemeriksaan Penunjang

a. Hemoglobin / hematocrit

10
Untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan

dapat mengindikasikan factor-factor resiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.

b. BUN : memberikan informasi tentang perfusi ginjal

c. Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama

(penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.

d. Kolesterol dan trigliserid serum: Peningkatan kadar dapat mengindikasikan

pencetus untuk/adanya pembentukan plak ateromatosa (efek kardiovaskuler)

e. Pemeriksaan tiroid: Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan

hipertensi

f. Asam urat: Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi

g. Foto thorax: Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran

jantung

h. EKG: Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan

konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung

hipertensi.

2.8 Penatalaksanaan

Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas

akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan

pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Prinsip pengelolaan penyakit

hipertensi meliputi:

1. Terapi tanpa Obat

Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai

tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi:

a. Diet: diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :

11
1. Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr

2. Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh

3. Penurunan berat badan

4. Penurunan asupan etanol

5. Menghentikan merokok

b. Latihan Fisik

Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk

penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu :

Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda,

berenang dan lain-lain. Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari

kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona

latihan. Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona

latihan Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x

perminggu

c. Edukasi Psikologis

Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi:

1. Tehnik Biofeedback

Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada

subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek

dianggap tidak normal. Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk

mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk

gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.

2. Tehnik relaksasi

12
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk

mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita

untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks

3. Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )

Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien

tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat

mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

2. Terapi dengan Obat

Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja

tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita

dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur

hidup penderita.

Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi

(Joint National Committee On Detection, Evaluation And Treatment Of High

Blood Pressure, Usa, 1988) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta,

antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal

pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada

pada penderita.

Pengobatannya meliputi:

1. Step 1

Obat pilihan pertama: diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor.

2. Step 2

Alternatif yang bisa diberikan: Dosis obat pertama dinaikkan,

Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama, Ditambah obat ke-2 jenis lain,

13
dapat berupa diuretika, beta blocker, Ca antagonis, Alpa

blocker, clonidin, reserphin, vasodilator.

3. Step 3

Alternatif yang bisa ditempuh: Obat ke-2 diganti, Ditambah obat ke-3 jenis lain

4. Step 4

Alternatif pemberian obatnya: Ditambah obat ke-3 dan ke-4, Re-evaluasi dan

konsultasi, Follow Up untuk mempertahankan terapi.

2.9 Komplikasi

a. Stroke

Pada penderita hipertensi dapat mengakibatkan stroke yang merupakan stroke

iskemik, yang disebabkan karena trombosis intra-arterial atau embolisasi dari

jantung dan arteri besar. Sisanya 20% disebabkan oleh pendarahan (haemorrhage),

yang juga berhubungan dengan nilai tekanan darah yang sangat tinggi. 

b. Penyakit jantung koroner  

Nilai tekanan darah menunjukan hubungan yang positif dengan resiko terjadinya

penyakit jantung koroner (angina, infark miokard atau kematian mendadak),

meskipun kekuatan hubungan ini lebih rendah daripada hubungan antara nilai

tekanan darah dan stroke. Kekuatan yang lebih rendah ini menunjukan adanya

factor – factor resiko lain yang dapat menyebabkan penyakit jantung koroner.

c. Gagal jantung

Bukti dari suatu studi epidemiologik yang bersifat retrospektif menyatakan bahwa

penderita dengan riwayat hipertensi memiliki resiko enam kali lebih besar untuk

menderita gagal jantung dari pada penderita tanpa riwayat hipertensi. Data yang

ada menunjukan bahwa pengobatan hipertensi, meskipun tidak dapat secara pasti

14
mencegah terjadinya gagal jantung, namun dapat menunda terjadinya gagal jantung

selama beberapa decade.

d. Hipertrofi ventrikel kiri

Hipertrofi ventrikel kiri terjadi sebagai respon kompensasi terhadap peningkatan

afterload terhadap jantung yang disebabkan oleh tekanan darah yang tinggi. Pada

akhirnya peningkatan massa otot melebihi suplai oksigen, dan hal ini bersamaan

dengan penurunan cadangan pembuluh darah koroner yang sering dijumpai pada

penderita hipertensi, dapat menyebabkan terjadinya iskemik miokard.

e. Penyakit vaskular 

Penyakit vaskular meliputi abdominal aortic aneurysm dan penyakit vaskular

perifer. Kedua penyakit ini menunjukan adanya atherosklerosis yang diperbesar

oleh hipertensi. Hipertensi juga meningkatkan terjadinya lesi atherosklerosis pada

arteri carotid, dimana lesi atherosklerosis yang berat seringkali merupakan

penyebab terjadinya stroke.

f. Retinopati

Hipertensi dapat menimbulkan perubahan vaskular pada mata yang disebut

retinopati hipersensitif. Perubahan tersebut meliputi bilateral retinalfalmshaped

haemorrhages, cotton woll spots, hard exudates dan papiloedema. Pada tekanan

yang sangat tinggi (diastolic >120 mmHg, kadang-kadang setinggi 180 mmHg atau

bahkan lebih) cairan mulai bocor dari arteriol – arteriol kedalam retina, sehingga

menyebabkan padangan kabur, dan bukti nyata pendarahan otak yang sangat serius,

gagal ginjal atau kebutaan permanent karena rusaknya retina.

g. Kerusakan ginjal

15
Dalam waktu beberapa tahun hipertensi parah dapat menyebabkan insufiensi ginjal,

kebanyakan sebagai akibat nekrosis febrinoid insufisiensi arteri – ginjal kecil. Pada

hipertensi yang tidak parah, kerusakan ginjal akibat arteriosklerosis yang biasanya

agak ringan dan berkembang lebih lambat. Perkembangan kerusakan ginjal akibat

hipertensi biasanya ditandai oleh proteinuria.

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1. Identitas

16
Nama, umur (lebih sering terjadi pada pasien umur 45 tahun keatas), jenis

kelamin (sering terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan), tanggal masuk,

agama, pendidikan, kultur, alamat, tanggal pengkajian, tanggal masuk Rumah

Sakit, nomor register medik, diagnosa medik, Dx medik.

2. Keluhan Utama

Pasien merasakan nyeri pada daerah kepala dan tengkuk, pada kasus hipertensi

berat pasien dapat merasakan nyeri pada tungkai serta dispnea.

3. Riwayat kesehatan

a. Riwayat kesehatan sekarang

Pasien biasanya mengatakan sakit pada daerah kepala, pusing, mata

berkunang-kunang nafsu makan berkurang, pada sebagian kasus hipertensi berat

pasien merasakan dyspnea dan adanya penggunaan otot bantu pernafasan.

b. Riwayat kesehatan masa lalu

Pasien biasanya memiliki kebiasaan merokok, dan sering mengkonsumsi

makanan yang banyak mengandung garam dan kolestrol, pasien memiliki riwayat

obesitas dengan kurangnya pola aktivitas sehari-hari, pada sebagian kasus

hipertensi sekunder pasien memiliki riwayat penyakit lain yang menyertai penyakit

hipertensi seperti penyakit ginjal dan DM serta penyakit jantung.

c. Riwayat kesehatan keluarga

Biasanya pada pasien dengan hipertensi, memiliki riwayat kesehatan

keluarga yang terkena hipertensi dan adanya penyakit keturunan yang dapat

menyebabkan seseorang menderita hipertensi sekunder.

17
4. Riwayat Psikososial

Riwayat psikososial pasien terdiri dari :

Pada pasien dengan hipertensi ringan pasien hampir tidak mengalami

gangguan psikososial, berbeda pada pasien dengan hipertensi berat yang lebih

memberikan efek pada kondisi psikososial pasien yang berupa adanya perubahan

kepribadian pada pasien berupa pasien menjadi ansietas, depresi, euphoria dan

marah kronis. Dalam hal ini, hipertensi berat juga dapat memberikan dampak

kepada keluarga dimana secara langsung pasien tidak dapat bekerja dan berakivitas

mandiri serta pasien perlu mendapatkan perawatan dirumah sakit yang dapat

membebani keuangan keluarga.

5. Riwayat spiritual

Nilai keagamaan pada pasien dengan hipertensi ringan biasanya dalam

keadaan baik dikarenakan pada pasien ini seluruh sistem organ masih berfungsi

dengan baik, dalam beberapa kasus seperti hipertensi sekunder dan hipertensi berat,

kebanyakan pasien menjadi depresi dan mengalami gangguan spiritual.

6. ADL

a. Nurisi

18
Makanan yang biasa dikonsumsi mencakup makanan tinggi natrium sperti

makanan awitan, tinggi lemak, tinggi kolestrol, mual, muntah, perubahan berat

badan (meningkatkan/menurun) riwayat pengguna diuretik.

b. Eliminasi

Biasanya pada pasieen dengn hipertensi tidak mengalami gangguan pada pola

eliminasi kecuali hipertensi yang diderita sudah menyerang target organ seperti

ginjal dan akan mengakibatkan gangguan pada proses eliminasi urin.

c. Personal hygine

Pada pasien dengan hipertensi ringan tidak mengalami gangguan pada proses

personal hyginenya, dalam beberapa kasus pada pasien dengan hipertensi berat

dengn komplikasi mengakibatkan pasien mengalami gangguan dalam

pemenuhan personal hyginenya, contihnya pada pasien dengan stoke yang

menyerang organ otak mengaakibatkan pasien mengalami kelumpuhan

sehingga pasien tidak dapat melakukan pola aktivitas personal hygine dengan

mandiri.

d. Istirahat tidur

 Aktivitas istirahat

pada hipertensi ringan, aktivitas pasien dalam keadaan baik, pada kasus

hipertensi berat terjadinya kelelahan fisik, letih, nafas pendek, gaya hidup

monoton dengan frekuensi jantung meningkat, perubahan trauma jantung

dan takipnea.

7. Pemeriksaan fisik umum

19
Pada pasien dengan hipertensi biasanya memiliki berat badan yang normal

atau melebihi indek masa tubuh, berat badan normal, tekanan darah >140/100

mmhg, nadi >100 x/menit, frekuensi nafas 16-20 x/menit pada hipertensi berat

terjadi pernafasan takipnea, ortopnea, dyspnea nocturnal paroksimal, suhu tubuh

36,2-37 C pada hipertensi berat suhu tubuh dapat menurun dan mengakibatkan

pasien hipotermi, Keadaan umum pasien compos mentis pada kasus hipertensi

berat dengan komplikasi dapat mengakibatkan pasien mengalami gangguan

kesadaran dan sampai pada koma, contohnya stroke hemoragik

a) Sistem pengelihatan

Pada pasien dengan hipertensi memiliki sistem pengelihatan yang baik, pada

kasus hipertensi berat pasien mengalami pengelihatan kabur dan dapat

terjadinya anemis pada konjungtiva.

b) Sistem pendengaran

Pada kasus hipertensi, pasien tidak mengalami gangguan pada fungsi

pendengaran dan fungsi keseimbangan.

c) Sistem wicara

Pasien dengan hipertensi ringan tidak mengalami gangguan pada sistem wicara.

Pada kasus hipertensi berat terjadinya gangguan pola/isi bicara dan orientasi

bicara.

d) Sistem pernafasan

Secara umum baik dengan frekuensi nafas 16-20x/menit dengan irama teratur,

pada kasus hipertensi tertentu seperti hipertensi berat pasien mengalami

gangguan sistem pernafasan seperti takipne, dyspnea dan ortopnea, adanya

distress pernafasan/ penggunaan otot otot pernafasan pada hipertensi berat,

20
frekuensi pernafasan > 20x/menit Dengan irama pernafasan tidak teratur,

kedalaman nafas cepat dan dangkal, adanya batuk dan terdapat sputum pada

batuk pasien sehingga mengakibatkan sumbatan jalan nafas dan terdapat bunyi

mengi.

e) Sistem kardiovaskuler

 Sirkulasi perifer

Secara umum keadaan sirkulasi perifer pada pasien dengan hipertensi

ringan dalam keadaan normal dengan frekuensi nadi 60-100 x/menit, irama

teratur. Pada kasus hipertensi berat frekuensi nadi pasien dapat mencapai >

100 x/menit, irama tidak teratur dan lemah, TD > 140/100 mmhg, terjadinya

distensi vena jugularis dan pasien mengalami hipotermi, Warna kulit pucat

(sianosis). Udema terjadi dengan hipertensi sekunder dari ginjal, pada

hipertensi berat, kecepatan pengisihan kapiler dapat menurun sehingga

capilarirefil > 3 detik.

 Sirkulasi jantung

Pada kasus hipertensi ringan, sirkulasi jantung dalam keadaan normal

dengan kecepatan denyut jantung apikal teratur dan terdapat bunyi jantung

tambahan (S3), adanya nyeri dada pada kasus hipertensi sekunder dengan

komplikasi kelainan jantung.

f) Sistem hematologi

Pasien mengalami gangguan hematologi pada hiperensi berat yang ditandai

dengan keadaan umum pucat, perdarahan yang mengakibatkan stroke

dikarenakan obstruksi dan pecahnya pembuluh darah.

g) Sistem syaraf pusat

21
Pada hipertensi ringan adanya rasa nyeri pada daerah kepala dan tengkuk,

kesadaran compos mentis, pada hipertensi berat kesadaran dapat dapat menurun

menjadi koma, refleks fisiologi meliputi refleks biceps fleksi dan triceps

ekstensi, serta refleks patologis negative.

h) Sistem pencernaan

Sistem pencernaan pada pasien hipertensi dalam keadaan baik, pada kasus

hipertensi berat dengan komplikasi menyerang organ pada abdomen

mengakibatkan pasien mengalami nyeri pada daerah abdomen.

i) Sistem Endokrin

Pada pasien dengan hipertensi tidak mengalami gangguan pada sistem

endokrin.

j) Sistem urogenital

Terjadinya perubahan pola kemihpada hipertensi sekunder yang menyerang

organ ginjal sehingga menyebabkan terjadinya gangguan pola berkemih yang

sering terjadi pada malam hari.

k) Sistem integument

Turgor kulit buruk pada hipertensi berat dan adanya udema pada

hipertensi sekunder di daerah ekstremitas.

l) Sistem muskulo skeletal

Pada hipertensi ringan pasien tidak mengalami gangguan [ada sistem

musculoskeletal, tetapi pada hipertensi berat pasien mengalami Kesulitan dalam

bergerak dan kelemahan otot.

22
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Pola nafas tidak efekif berhubungan dengan hiperventilasi

2. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan vascular serebral

3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake inadekuat

4. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi cairan dan natrium oleh

ginjal

5. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan hipoksemia jaringan

6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.

C. INTERVENSI

No Diagnosa NOC NIC Rasional


1 Nyeri akut Indikator Manajemen Nyeri :

berhubung Pengendalian 1. Lakukan pengkajian nyeri 1. Mengetahui

an dengan Nyeri: secara komprehensif perkembangan nyeri

agen 1: Tidak pernah termasuk lokasi, dan tanda-tanda

cidera 2: Jarang karakteristik, durasi, nyeri sehingga dapat

biologi 3: Kadang- frekuensi, kualitas dan faktor menentukan

kadang presipitasi intervensi

4: Sering selanjutnya

5: Selalu 2. Mengetahui respon

2. Observasi reaksi nonverbal pasien terhadap nyeri

Outcomes: dari ketidaknyamanan 3. Menumbuhkan sikap

1. Mengenali 3. Gunakan teknik komunikasi saling percaya

23
awitan nyeri terapeutik untuk mengetahui

2. Menggunaka pengalaman nyeri pasien

n tindakan 4. Dukungan yang

pencegahan 4. Bantu pasien dan keluarga cukup dapat

3. Melaporkan untuk mencari dan menurunkan reaksi

nyeri dapat menemukan dukungan nyeri pasien

dikendalikan 5. Kontrol lingkungan yang 5. Menurukan rasa

dapat mempengaruhi nyeri nyeri pasien

Indikator seperti suhu ruangan,

Tingkat Nyeri: pencahayaan dan kebisingan 6. Dapat menurukan

1: Sangat berat 6. Kurangi faktor presipitasi tingkat nyeri pasien

2: Berat nyeri 7. Mengetahui

3: Sedang perkembangan nyeri

4: Ringan 7. Kaji tipe dan sumber nyeri dan menentukan

5: Tidak ada untuk menentukan intervensi intervensi

selanjutnya

Outcomes: 8. Ajarkan tentang teknik non 8. Menurunkan

1. Ekspresi farmakologi ketegangan otot,

nyeri pada sendi dan

wajah melancarkan

2. Gelisah atau 9. Berikan analgetik untuk peredaran darah

ketegangan mengurangi nyeri sehingga dapat

otot mengurangi nyeri

3. Durasi 9. Analgetik berfungsi

24
episode nyeri 10. Tingkatkan istirahat sebagai depresan

4. Merintih dan system syaraf pusat

menangis sehingga mengurangi

5. Gelisah atau menghilangkan

nyeri

11. Berikan informasi tentang 10. Istirahat yang cukup

nyeri seperti penyebab dapat mengurangi

nyeri, berapa lama nyeri rasa nyeri

akan berkurang dan

antisipasi ketidaknyamanan 11. Pasien tidak merasa

dari prosedur cemas dan takut

sebab-sebab nyeri

Medication Management

12. Ikuti lima benar obat

13. Verifikasiresepatau

obatsebelum 12. Menghindari

memberikanobat kesalahan dalam

pemberian obat

14. Monitortanda-tanda

vitaldanlaboratoriumnilaiseb

elum pemberianobat, yang 13. Memastikan tidak

25
sesuai terjadi kesalahan

15. Bantupasien dalamminum dalam pemberian

obat obat

14. Informasi yang

tepat membantu

Penatalaksanaan Analgesik : dalam keefektifan

16. Tentukan lokasi, intervensi

karakteristik, kualitas, dan

derajat nyeri sebelum 15. Memenuhi

pemberian obat kebutuhan dengan

17. Cek instruksi dokter tentang mendukung

jenis obat, dosis, dan partisipasi dan

frekuensi kemandirian pasien

18. Cek riwayat alergi

16. Sebagai acuan

dalam pemberian

dosis obat yang

tepat

19. Tentukan pilihan analgesik 17. Menghindari

tergantung tipe dan beratnya kesalahan dalam

nyeri pemberian obat

18. Menghindari

20. Monitor vital sign sebelum adanya kemerahan,

26
dan sesudah pemberian gatal-gatal dan efek

analgesik pertama kali lain dari konsumsi

obat yang salah

19. Mengurangi nyeri

21. Evaluasi efektivitas yang dirasakan

analgesik, tanda dan gejala sehingga dapat

(efek samping) menentukan

intervensi

selanjutnya

20. Mengetahui

perubahan status

kesehatan setelah

pemberian obat

21. Memberikan

informasi untuk

membantu dalam

menentukan pilihan/

keefektifan

intervensi
2 ketidak Indikator Status Manajemen Nutrisi

seimbanga Gizi: 1. Kaji adanya alergi makanan

n nutrisi 1: Tidak adekuat 1. Mengetahui intake

kurang 2: Sedikit masukan pasien

dari adekuat dan menentukan

27
kebutuhan 3: Cukup adekuat 2. Kolaborasi dengan ahli gizi intervensi yang

tubuh 4: Adekuat untuk menentukan jumlah sesuai

berhubung 5: Sangat adekuat kalori dan nutrisi yang 2. Meningkatkan

an dengan dibutuhkan pasien. keseimbangan

intake Outcomes: nutrisi yang

yang tidak 1. Makanan 3. Anjurkan pasien untuk adekuat

adekuat oral, meningkatkan intake Fe

pemberian 4. Anjurkan pasien untuk 3. Meningkatkan

makanan meningkatkan protein dan kesehatan pasien

lewat slang, vitamin C 4. Dapat

atau nutrisi 5. Berikan substansi gula meningkatkan

parenteral intake yang

total 6. Yakinkan diet yang adekuat

2. Asupan dimakan mengandung

cairan oral tinggi serat untuk 5. Meningkatkan gula

atau IV mencegah konstipasi darah

7. Berikan makanan yang 6. Mempermudah

terpilih ( sudah melancarkan

dikonsultasikan dengan ahli defekasi

gizi)

8. Ajarkan pasien bagaimana 7. Nutrisi yang

membuat catatan makanan adekuat dapat

harian. meningkatkan

28
9. Monitor jumlah nutrisi dan status kesehatan

kandungan kalori 8. Mempertahankan

10. Berikan informasi tentang nutrisi pasien yang

kebutuhan nutrisi adekuat

9. Mepertahankan

11. Kaji kemampuan pasien keseimbangan

untuk mendapatkan nutrisi nutisi

yang dibutuhkan 10. Pengetahuan yang

Monitoring Nutrisi cukup dapat

12. BB pasien dalam batas meningkatkan

normal motivasi pasien

11. Menjaga

13. Monitor adanya penurunan kebutuhan nutrisi

berat badan

14. Monitor tipe dan jumlah

aktivitas yang biasa 12. Meningkatkan

dilakukan keseimbangan

nutrisi

15. Monitor lingkungan selama

makan 13. Penurunan berat

badan

16. Monitor kulit kering dan menunjukkan

perubahan pigmentasi kebutuhan nutrisi

29
yang tidak adekuat

17. Monitor turgor kulit 14. Aktivitas yang baik

dapat meningkat

18. Monitor mual dan muntah intake masukan

nutrisi

15. Lingkungan yang

nyaman

19. Monitor makanan kesukaan meningkatkan

nafsu makan

20. Monitor kalori dan intake 16. Kulit kering

nuntrisi menunjukkan

kurangnya cairan

dalam tubuh

17. Menentukan

intervensi lebih

lanjut

18. Mual muntah

menurunkan

pemasukan dann

memerlukan

intervensi

19. Meningkatkan

pemasukan oral

20. Mengidentifikasi

30
kekurangan nutrisi

3 Intoleransi NOC : NIC :

aktivitas Self Care : ADLs 1. Observasi adanya 1. Kesulitan dalam

Berhubun 1: pembatasan klien dalam bergerak berdampak

gan tergantung,tidak melakukan aktivitas pada tonus otot pasien

dengan : bisa 2. Kaji adanya faktor yang

Kelemaha berpartisipasi menyebabkan kelelahan 2. Faktor eksternal

n fisik 2: memerlukan dan internal

bantuan dan 3. Monitor nutrisi  dan sumber berpengaruh terhadap

penjagaan energi yang adekuat faktor kelelahan pada

3:memerlukan pasien

bantuan 4:sedikit

mandiri dengan 3. Nutrisi yang

penjagaan 4. Monitor pasien akan adanya adekuat membantu

5: mandiri kelelahan fisik dan emosi dalam memberikan

secara berlebihan suplay energy

tambahan pada pasien

Outcomes: dalam beraktivitas

1. Berpartisi 5. Monitor respon 4. Faktor emosi

pasi dalam kardivaskuler  terhadap dapat menyebabkan

aktivitas fisik aktivitas (takikardi, terkurasnya energy

tanpa disertai disritmia, sesak nafas, yang berlebih

peningkatan diaporesis, pucat, perubahan terutama dari sisi

31
tekanan darah, hemodinamik) psikologis pasien

nadi dan RR 6. Monitor pola tidur dan

2. Mampu lamanya tidur/istirahat 5. Aktivitas yang

melakukan pasien ditandai dengan

aktivitas sehari respon patologis dari

hari (ADLs) kardiovaskuler

secara mandiri 7. Kolaborasikan dengan menandakan adanya

3. Keseimba Tenaga Rehabilitasi Medik kelemahan fisik yang

ngan aktivitas dalam merencanakan patologik

dan istirahat progran terapi yang tepat.

8. Bantu klien untuk 6. Tingkat tirah

mengidentifikasi aktivitas baring yang tinggi

yang mampu dilakukan berpengaruh terhadap

energy yang dimiliki

9. Bantu untuk memilih pasien untuk

aktivitas konsisten yang beraktivitas

sesuai dengan kemampuan 7. Program terapi

fisik, psikologi dan sosial. yang adekuat

10. Bantu untuk memberikan dampak

mengidentifikasi dan tercapainya

mendapatkan sumber yang rehabilitasi medis

diperlukan untuk aktivitas yang baik

yang diinginkan 8. Aktivitas yang

11. Bantu untuk mendpatkan ringan dan dapat

32
alat bantuan aktivitas seperti dilakukan pasien

kursi roda, kruk merupakan terapi

awal untuk latihan

12.Bantu untuk  fisik pasien

mengidentifikasi aktivitas 9. Terapi aktivitas

yang disukai fisik yang baik

memberikan dampak

yang baik terhadap

13. Bantu klien untuk membuat latihan fisik pada

jadwal latihan diwaktu pasien

luang

10. Indentifikasi

14. Bantu pasien/keluarga untuk dini memberikan

mengidentifikasi informasi yang tepat

kekurangan dalam terhadap tindakan

beraktivitas keperawatan yang

akan datang

15. Sediakan penguatan positif 11. Alat bantu

bagi yang aktif beraktivitas mempermudah untuk

membantu pasien

dalam melatih

16. Bantu pasien untuk aktivitas fisik

mengembangkan motivasi diri

dan penguatan 12. Aktivitas yang

33
disukai pasien

memudahkan pasien

17. Monitor respon fisik, emosi, dalam melakukan

sosial dan spiritual aktivitas fisik

13. Jadwal latihan

yang teratur

mempermudah latihan

yang efektif pada

pasien

14. Identifikasi dini

terhadap kelemahan

fisik pada pasien

membantu

menemukan terapi

yang tepat pada

pasien

15. Penguatan

positif yang adekuat

berpengaruh terhadap

pemberian motivasi

dalam beraktifitas

optimal

34
16. Motivasi dan

penguatan yang baik

berpengaruh terhadap

dorongan pasien

mengikuti terapi fisik

yang akan dilakukan

17. Respon fisik

yang pasif

menandakan keadaan

fisik pasien lemah dan

harus dilakukan

tindakan keperawatan

D. IMPLEMENTASI

Pada dasarnya dalam tahap pelaksanaan penulis tetap mengacu pada perencanaan

yang disusun sebelumnya dimana semua rencana tindakan dapat dilaksanakan

dengan baik tanpa adanya kesulitan atau hambatan yang berarti. Hal ini dapat

terlaksana dengan baik berkat adanya kerja sama yang baik antara penulis dengan

klien, keluarga klien dan tim medis juga tersedianya fasilitas yang memadai.

E. EVALUASI

Merupakan proses pencapaian tujuan yang baik antara penulis dengan keluarga

klien, dokter dan perawat ruangan, sehinigga hasil yang ditetapkan dapat diamati

dengan jelas, disamping itu klien memberikan respon yang positif terhadap

tindakan keperawatan yang diberikan oleh perawat.

35
BAB IV

PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Hipertensi adalah apabila tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan tekanan

darah diastolik > 90 mmHg, atau apabila pasien memakai obat anti hipertensi.

Penyebab hipertensi adalah Keturunan, Hormonal, Metabolik, Emosi, Kebiasaan

36
diet.Adapun tanda dan gejala hipertensi adalah Sakit kepala, Pusing, Mudah marah,

Rasa berat di tengkuk, Mudah lelah, Mata berkunang-kunang. Akibat lanjut dari

hipertensi adalah Stroke, Gagal ginjal, Jantung koroner.

37
DAFTAR PUSTAKA

Potter, P. A. Perry, A. G., 2015. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep Proses

Keperawatan dan Praktek, Vol. 1 E/4. Jakarta : EGC

Ma’rifatul Lilik Azizah.,2011.Keperawatan lanjut usia.Graha ilmu.Jogjakarta.

Fatimah.2010.Merawat Manusia Lanjut Usia.Trans Info media: Jakarta.

Ma’rifatul Lilik, Azizah. 2011.Keperawatan Lanjut Usia. Graha ilmu: Jogjakarta.

https://www.scribd.com/doc/313994717/ASKEP-HIPERTENSI

https://www.scribd.com/doc/314784042/ASKEP-HIPERTENSI

https://www.academia.edu/26583259/LAPORAN_PENDAHULUAN_HIPERTENSI_2.do

cx

https://www.academia.edu/8614925/LP_LANSIA_DENGAN_HIPERTENSI_by_RIA_SE

PTI

https://www.academia.edu/34359444/ASUHAN_KEPERAWATAN_GERONTIK_PADA

_LANSIA_Ny._K_DENGAN_HIPERTENSI_DI_WISMA_A_BPSTW_YOGYAKARTA

_UNIT_BUDHI_LUHUR

https://www.academia.edu/7183480/Makalah-hipertensi-gerontik-031

38

Anda mungkin juga menyukai