Anda di halaman 1dari 17

PELAYANAN UNGGULAN RSJD SURAKARTA :

PELAYANAN PENJEMPUTAN PASIEN NGAMUK


(PAYJEM PAS NGAMUK)

A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa adalah bagian yang tidak terpisahkan dari
kesehatan dan merupakan bagian integral dalam menunjang
terwujudnya kualitas hidup manusia yang utuh. Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 144 Ayat 1(2.1)
menyatakan, upaya kesehatan jiwa ditujukan untuk menjamin setiap
orang dapat menikmati kehidupan kejiwaan yang sehat, bebas dari
ketakutan, tekanan, dan gangguan lain yang dapat mengganggu
kesehatan jiwa(Kementrian Kesehatan RI, 2009).
Upaya-upaya kesehatan jiwa dilakukan melalui kegiatan
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitative yang dilaksanakan
secara terintegrasi, komprehensif, dan juga berkesinambungan
sepanjang siklus kehidupan manusia. Koordinasi perlu dilakukan demi
menjamin pelaksanaan upaya-upaya kesehatan jiwa yang terintegrasi,
komprehensif, dan berkesinambungan(Kementrian Kesehatan RI,
2014).
Prevalensi gangguan jiwa berat, seperti skizofrenia menurut
data Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian
Kesehatan RI dan RISKESDAS (2018), menunjukkan peningkatan
yang signifikan proporsi penderita gangguan jiwa dari 1,7 per mil
untuk riskesdas tahun 2013 menjadi 7 per mil pada riskesdas tahun
2018. Dari cakupan pengobatan penderita gangguan jiwa ini masih
ada 15, 1 % yang tidak berobat. Dari 84,9 % yang berobat, terdapat
51,1 % yang pengobatannya tidak rutin.
Seseorang yang mengalami gangguan jiwa di masyarakat
disebut pula Orang Dengan Gangguan Jiwa yang selanjutnya
disingkat ODGJ, saat mengalami kekambuhan menjadi sulit
diarahkan, daya tiliknya buruk, merasa tidak sakit, dan lebih banyak
menunjukkan gejala positif yang membahayakan orang lain dan
lingkungan. Keluarga tidak mampu membawa anggota keluarga yang
menderita gangguan jiwa tersebut ke rumah sakit atau pusat
pelayanan kesehatan lainnya, karena merasa takut bila ODGJ
menjadi dendam dan mengancam mereka saat keluar dari rumah
sakit. Keluarga dan masyarakat pun mengupayakan pertolongan dan
penanganan ketika penderita masuk dalam keadaaan gawat darurat
psikiatri.
Kedaruratan psikiatrik merupakan aplikasi klinis dari psikiatrik
pada kondisi darurat. Kondisi ini menuntut intervensi psikiatrik yang
cepat dan tepat sehingga tidak membahayakan diri sendiri,
lingkungan dan masyarakat. Pelayanan kedaruratan psikiatrik
dilakukan oleh para profesional di bidang kedokteran, ilmu perawatan,
psikologi dan pekerja sosial. Permintaan untuk layanan kedaruratan
psikiatrik dengan cepat meningkat di seluruh dunia sejak tahun 1960-
an, terutama di perkotaan.
Koordinasi dilakukan antar petugas kesehatan, lembaga
pemerintahan, masyarakat dan keluarga. Salah satu peran dan tugas
kesehatan keluarga adalah merawat anggota keluarga yang sakit,
keluarga berperan penting sebagai pendukung selama masa
pemulihan serta rehabilitasi pasien, dukungan yang diberikan
keluarga akan mencegah kekambuhan pada pasien skizofrenia.
Kekambuhan pada penderita gangguan jiwa terjadi karena keluarga
yang tidak tahu cara menangani perilaku pasien dirumah(Dewi, 2015).
Keluarga membutuhkan pelayanan penjemputan ODGJ yang
dapat membantu mereka membawa ODGJ ke rumah sakit untuk
mendapatkan pengobatan dan perawatan. Ketidakmampuan Keluarga
dalam membawa ODGJ ke rumah sakit menggerakkan warga
masyarakat untuk membantu membawa ODGJ ke rumah sakit.
Berbagai upaya dilakukan keluarga dan masyarakat untuk
melumpuhkaan ODGJ yang memberontak atau mengamuk.
Pengikatan dan pengamanan yang tidak sesuai karena ketidaktahuan
keluarga dan masyarakat mengakibatkan ODGJ cedera, contohnya
pengikatan menggunakan tambang / tali jemuran atau stagen.
Sebagian Keluarga meminta bantuan pihak kepolisian untuk
membawa ODGJ ini ke rumah sakit.
Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta telah mengembangkan
pelayanan kedaruratan psikiatrik ini bukan hanya intra mural, tetapi
bahkan pelayanan ekstra mural (di luar rumah sakit). Program
pelayanan kedaruratan psikiatrik ini bersinergi dengan program
Gubernur Jawa Tengah yakni rumah sakit tanpa dinding yang dikenal
dengan istilah Hospital Without Wall sebagai salah satu program
unggulan Jawa Tengah di bidang kesehatan. Lebih luas lagi adalah
sebagai implementasi dalam mewujudkan Indonesia Bebas Pasung
yang merupakan program kesehatan di tingkat nasional.
Pelayanan penjemputan pasien yang mengutamakan pelayanan
yang cepat, professional, dan manusiawi dengan senantiasa
memperhatikan sisi keselamatan dan keamanan pasien beserta
keluarga maupun lingkungan, menuntut petugas untuk meningkatkan
profesionalitas, kemampuan dan ketrampilan yang lebih dalam
menghadapi dan menangani kondisi kedaruratan psikiatrik ini.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan penanganan kedaruratan Psikiatri di luar rumah sakit
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan penjemputan pasien ngamuk (gaduh gelisah) dengan
mengutamakan keselamatan pasien
b. Menyiapkan tim penjemputan yang profesional dan kompeten
c. Meningkatkan dan mengembangkan mutu pelayanan penjemputan
d. Melakukan monitoring dan evaluasi pelayanan Payjem Pas Ngamuk
e. Membuat rencana tindak lanjut pelayanan Payjem Pas Ngamuk
C. Payjem Pas Ngamuk
Penjemputan ODGJ dapat diartikan suatu proses menjemput
ODGJ dari tempat ODGJ tersebut tinggal menuju pusat layanan
kesehatan (rumah sakit jiwa) oleh tim penjemputan, dengan tujuan
memberikan penanganan kedaruratan psikiatri, menjaga keamanan
dan keselamatan ODGJ dalam perjalanan menuju RS untuk
mendapatkan pengobatan dan perawatan.
Program pelayanan kedaruratan psikiatrik Rumah Sakit Jiwa
Daerah Surakarta berupa penjemputan pasien ngamuk (gaduh
gelisah) ini lebih dikenal dengan nama Payjem Pas Ngamuk yang
merupakan inovasi pelayanan publik dan telah mendapatkan
penghargaan Top 99 Inovation Award dari Kemenpan RB.

D. Tim Penjemputan pasien


Tim Penjemputan adalah tenaga - tenaga yang terlatih dan
kompeten terdiri dari dua Perawat, atau bisa disertai satu dokter,
beserta sopir dan seorang security yang telah ditetapkan dalam SK
Tim penjemputan pasien.
Kompetensi dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang
yang dapat terobservasi mencakup pengetahuan, keterampilan dan
sikap dalam menyelesaikan suatu pekerjaan atau tugas dengan
standar kinerja (performance) yang ditetapkan(PPNI, 2013).
Kompetensi yang dimiliki oleh perawat yang bertugas melakukan
penjemputan pasien / ODGJ di masyarakat pun mencakup
pengetahuan/pendidikan minimal D3 Keperawatan, memiliki
ketrampilan komunikasi efektif, kemampuan persuasif, dan
manajemen krisis pasien jiwa serta memiliki sikap yang menjunjung
tinggi kode etik perawat. Demikian halnya dengan sopir ambulance
dan security, mereka dibekali pengetahuan dan ketrampilan terkait
penanganan kedaruratan psikiatri dasar (Teknik Restraint) dan Basic
Life Support (BLS). Pelatihan kedarutatan Psikiatri pun
diselenggarakan untuk meningkatkan Pengetahuan dan ketrampilan
tim penjemputan.
Bidang keperawatan juga memastikan bahwa tugas tim
penjemputan terlaksana dengan baik di bawah koordinasi kepala
ruang IGD pada jam kerja dan oleh Duty Manager Nurse di luar jam
kerja. Tim penjemputan ini terjadwal 24 jam di hari kerja maupun hari
libur.

E. Perkembangan Payjem Pas Ngamuk


1. Respon Time Tim Penjemputan
Respon time / waktu tanggap Tim penjemputan dihitung dari waktu
permintaan keluarga sampai dengan tim penjemputan siap
berangkat ke lokasi penjemputan disertai surat tugas. Saat ini
sudah dibuat aplikasi pembuatan surat tugas sehingga respon
time lebih cepat, tidak lebih dari 30 menit.
2. Skrinning Payjem Pas Ngamuk
Alur permintaan penjemputan dimulai dari keluarga pasien
menghubungi IGD RSJD Surakarta, kemudian staf perawat IGD
melakukan skrinning via telepon dengan memberikan beberapa
pertanyaan terkait kondisi fisik dan jiwa pasien. Skrinnig dilakukan
sebagai pengkajian awal kedaruratan psikiatri sehingga perawat
dapat memberikan petunjuk/arahan kepada keluarga terkait
penanganan kedaruratan yang dapat dilakukan oleh keluarga
selama menunggu tim penjemputan datang.
Masa pandemi Covid 19, skrinning payjem pun dilengkapi dengan
skrinning covid 19 yaitu ditambahkan beberapa pertanyaan
tentang tanda gejala Covid 19, riwayat perjalanan dan riwayat
kontak erat dengan pasien terkonfirmasi. Tim penjemputan perlu
mempersiapkan diri menurut protokol kesehatan yaitu
menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) level 2 atau 3 sesuai
dengan hasil skrinning Covid.

3. Regulasi Payjem Pas Ngamuk


Dasar hukum pelaksanaan layanan penjemputan yang mengalami
perubahan adalah standar prosedur operasional (SPO)
penjemputan pasien karena mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan kondisi yang dihadapi. Seperti halnya tentang
skrinning dan penggunakan APD masa pandemi.
4. Data Permintaan Payjem
Sejak dikembangkan layanan pada tahun 2016, Animo masyarakat
dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Layanan ini
memenuhi permintaan penjemputan wilayah Surakarta dan
sekitarnya.

Tabel 1. Data Permintaan Payjem Tahun 2016- Oktober 2020


PEREMPUA TOTA
Tahun LAKI-LAKI N L
2016 8 5 13
2017 42 8 50
2018 37 17 54
2019 110 47 157
Jan - Okt 2020 77 21 98
Data Permintaan Payjem
Tahun2016 - Oktober 2020
180
157
160
140
120
98
100
80
60 50 54

40
20 13
0
2016 2017 2018 2019 2020

DATA PERMINTAAN PAYJEM


TAHUN 2016- OKT 2020
120
110

100

80 77

60
47
42
40 37

21
20 17
8 5 8
0
2016 2017 2018 2019 2020

LAKI-LAKI PEREMPUAN
Perkembangan Payjem Pas Ngamuk
No. Uraian Sebelum Sesudah
1. Respon Time Respon time lebih Respon time
Tim Payjem dari 30 menit – 1 kurang dari 30
jam karena IGD / menit karena sudah
Duty Manager ada grup WA
Nurse harus Payjem untuk
menghubungi koordinasi,
ruangan rawat inap, Membuat Jadwal
Posko Satpam dan Petugas
Driver untuk Penjemputan, dan
mencari Petugas, membuat aplikasi
Setelah pembuatan surat
mendapatkan tugas.
petugas
Penjemputan,
membuat surat
tugas.
2. Skrinning Skrinning fisik dan Ditambahkan
pasien Psikiatri skrinning Covid 19
3. Uniform Menggunakan Menggunakan APD
Rompi Payjem level 2 dan
mempersiapkan
APD level 3 sesuai
dengan hasil
skrinning
4.
F. Monitoring dan Evaluasi pelaksanaan Payjem Pas Ngamuk
Monitoring dan evaluasi diperlukan untuk menjaga dan
meningkatkan mutu layanan. Bagaimana layanan itu dapat berjalan,
kendala-kendala apa saja yang muncul dan memerlukan
penyelesaian. Monitoring dan evaluasi dilakukan dengan cara
menyebar angket kepada pelanggan, Sejauhmana kepuasan mereka
terkait layanan penjemputan ini.

Tabel 2. Hasil Survey Kepuasan Masyarakat Terhadap Pelayanan


Penjemputan Pasien

G. Rencana Tindak lanjut


Rencana tindak lanjut Payjem Pas Ngamuk ;
1. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan penanganan
kedaruratan psikiatri melalui pelatihan secara berkala dan
terjadwal, minimal 1 tahun sekali
2. Memberikan konseling, informasi, dan edukasi kepada keluarga
dan masyarakat tentang penanganan kedaruratan psikiatri di
masyarakat
3. Menjalin kerja sama dengan dinas kesehatan/Puskesmas dan
dinas sosial terkait penanganan kedaruratan psikiatri di
masyarakat
4. Membuat bridging system dengan program rumah sakit yang
sudah ada demi mewujudkan pelayanan kesehatan yang
paripurna dan berkesinambungan, yaitu pengentasan pasien
pasung (Layanan Si Enthos pulang), Program CMHN dan Home
Visite.
Daftar Pustaka

Dewi, E. (2015). Pengalaman keluarga dalam merawat pasien skizofrenia


tak terorganisir di rumah sakit jiwa daerah surakarta.
Kementrian Kesehatan RI. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
Kementrian Kesehatan RI. (2014). Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 18 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Jiwa, 1–42.
PPNI. (2013). Standar Kompetensi Perawat Indonesia, 1–5.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
LAMPIRAN 1

TIM PENJEMPUTAN PASIEN

Seragam / Rompi Payjem sebagai identitas TIM PAYJEM

Penjemputan era New Normal, dengan APD Level 2


Tim Payjem bersiap Menuju Lokasi Penjemputan
LAMPIRAN 2

SPO PENANGANAN KEDARURATAN PSIKIATRI DI LUAR RS


LAMPIRAN 3

SKRINING PAYJEM BY PHONE

A. Identitas Penanggung Jawab


Nama : …………………….
Umur : …………………….
Alamat : …………………….
No. Telp : …………………….
Hub dg Pasien : …………………….

B. Identitas Pasien
Nama : …………………….
Umur : …………………….
No. Reg : …………………….( Bila Pasien Lama )
Alamat : …………………….

1. Sudah pernah menggunakan jasa penjemputan sebelumnya?


 Pahamkan tentang prosedur surat menyurat dan resiko serta
biaya
2. Keluhan /kondisi pasien saat ini?
…………………………………………………………………………………
……………
…………………………………………………………………………………
……………

No PERTANYAAN YA TIDAK KETERANGAN


.
1. Sudah pernah berobat di RSJ /
yankes (Jiwa) sebelumnya?
2. Riwayat sakit fisik, seperti
Hipertensi /TD tinggi
Penyakit jantung
Penyakit gula darah timggi/DM
Batuk lama
jatuh/trauma
keluhan fisik lain
Riwayat Napza
3. Sudah pernah berobat di RS
umum / yankes umum
sebelumnya?
4. Bagaimana asupan
makan/minum?
5. Bagaimana mobilisasinya
SKRINNING COVID 19

Anda mungkin juga menyukai