Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Instalasi Gawat Darurat (IGD) sebagai salah satu bagian dari rumah sakit
yang mempunyai peran sebagai gerbang utama masuknya pasien ke suatu
rumah sakit dimana pasien tersebut membutuhkan pelayanan rumah sakit
secara intensif atau sering disebut juga sebagai penderita gawat darurat.
Sebagai upaya untuk meningkatkan manajemen Instalasi Gawat Darurat
(IGD), telah ditetapkan standarisasi pelayanan IGD melalui Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 856 Tahun 2009. Upaya tersebut diantaranya klasifikasi
Instalasi Gawat Darurat, persyaratan SDM serta persyaratan sarana dan
prasarana sesuai tipe/kelas IGD.
Sarana dan prasana sebagai salah satu upaya tersebut, adalah segala
sesuatu yang dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud dan tujuan suatu
organisasi1. Sarana adalah semua bangunan gedung serta bangunan lainnya
yang digunakan baik secara langsung maupun tidak langsung untuk pelayanan
pasien maupun operasional rumah sakit. Sarana adalah segala sesuatu benda
fisik yang dapat tervisualisasi mata maupun teraba oleh panca indra dan
dengan mudah dapat dikenali oleh pasien dan (umumnya) merupakan bagian
dari suatu gedung ataupun bangunan gedung itu sendiri2.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 24
Tahun 2016 Tentang Persyaratan Teknis, Bangunan Dan Prasarana Rumah
Sakit, prasarana Rumah Sakit adalah utilitas yang terdiri atas alat, jaringan
dan sistem yang membuat suatu bangunan Rumah Sakit bisa berfungsi 3.
Prasarana adalah benda maupun jaringan / instalasi yang membuat suatu
sarana yang ada bisa berfungsi sesuai dengan tujuan yang diharapkan2.
IGD Rumah sakit Jiwa Daerah Surakarta berupaya memenuhi standar
yang ditetapkan tersebut. Meskipun Rumah sakit jiwa adalah rumah sakit
khusus, tetapi IGD nya tetap harus memenuhi klasifikasi IGD secara umum,
yang melayani kasus-kasus kegawatan pada umumnya. Akan tetapi, selama ini
IGD Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta, belum dapat memenuhi standar
minimal dari segi sarana dan prasarananya. Standar pelayanan IGD nya belum
sepadan dengan klasifikasi Rumah Sakit khusus tipe A. Sebagai contoh adalah
kapasitas tempat tidur yang hanya 5 bed, sedangkan menilik data kunjungan
rata-rata per-shift adalah 7 pasien. Apabila pasien datang bersamaan,atau
beriringan maka pasien tidak mendapatkan tempat tidur. Pasien harus duduk
di ruang tunggu.
Di awal tahun 2018 ini, Rs. Jiwa Daerah Surakarta telah membuka
layanan baru, menambah ruang baru yaitu Hemodialisa dan ICU. Hal ini tentu
saja akan mempengaruhi proses pelayanan di IGD, baik dari segi sarana dan
prasarananya maupun sumber daya manusianya.

B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana upaya IGD RS Jiwa Daerah Surakarta dalam memenuhi standar
pelayanan dalam bidang sarana dan prasarana IGD ?

C. TUJUAN
1. Memahami dasar hukum Manajemen Pelayananan IGD di bidang Sarana
Prasarana IGD
2. Mampu menganalisa permasalahan mengenai sarana prasarana IGD
3. Mampu menemukan penyelesaian masalah mengenai sarana prasarana
IGD
BAB II
TINJAUAN KASUS

A. DASAR HUKUM
1. UU No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
a. Pasal 7 ; Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan,
prasarana, sumber daya manusia, kefarmasian, dan peralatan.
b. Pasal 8 tentang Lokasi
c. Pasal 9 tentang Bangunan
d. Pasal 11 tentang Prasarana
e. Pasal 16 tentang Peralatan
f. Pasal 17
Rumah Sakit yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 11, Pasal 12, Pasal 13,
Pasal 14, Pasal 15, dan Pasal 16 tidak diberikan izin mendirikan,
dicabut atau tidak diperpanjang izin operasional Rumah Sakit.
2. Permenkes No. 147 Tahun 2010 tentang Perizinan RS
Tersedia dan berfungsinya sarana dan prasarana pada rawat jalan, rawat
inap, gawatdarurat, operasi/bedah, tenaga kesehatan, radiologi, ruang
laboratorium, ruang sterilisasi, ruang farmasi, ruang pendidikan dan
latihan, ruang kantor dan administrasi,ruang ibadah, ruang tunggu, ruang
penyuluhan kesehatan masyarakat rumah sakit;ruang menyusui, ruang
mekanik, ruang dapur, laundry, kamar jenazah, taman,pengolahan
sampah, dan pelataran parkir yang mencukupi sesuai dengan jenis dan
klasifikasinya.
3. Permenkes No. 340 tahun 2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit, Pasal 25
Klasifikasi Rumah Sakit Umum dan khusus ditetapkan berdasarkan4:
a. Pelayanan
b. Sumber Daya Manusia
c. Peralatan
d. Sarana dan Prasarana, dan
e. Administrasi dan Manajemen.
4. Kepmenkes RI No. 856/Menkes/SK/IX/2009 Tentang Standarisasi
Pelayanan IGD5
a. Ketentuan Umum Sarana
1) Ketentuan umum Fisik Bangunan:
a) Luas bangunan IGD disesuaikan dengan beban kerja
RS dengan memperhitungkan kemungkinan penanganan
korban massal/bencana.
b) Lokasi gedung harus berada dibagian depan RS,
mudah dijangkau oleh masyarakat dengan tanda–tanda
yang jelaPens dari dalam dan dari luar Rumah sakit.
c) Harus mempunyai pintu masuk dan keluar yang
berbeda dengan pintu utama (alur masuk kendaraan/pasien
tidak sama dengan alur keluar) kecuali pada klasifikasi
IGD level 1 dan 2.
d) Ambulans/kendaraan yang membawa pasien harus
dapat sampai di depan pintu yang areanya terlindung dari
panas dan hujan (catatan: untuk lantai IGD yang tidak
sama tinggi dengan jalan ambulans harus membuat ramp).
e) Pintu IGD harus dapat dilalui oleh brankar.
f) Memiliki area khusus parkir ambulans yang bisa
menampung lebih dari 2 ambulans (sesuai dengan beban
RS).
g) Susunan ruang harus sedemikian rupa sehingga arus
pasien dapat lancar dan tidak ada “cross infection”, dapat
menampung korban bencana sesuai dengan
kemampuan RS, mudah dibersihkan dan memudahkan
kontrol kegiatan oleh perawat kepala jaga.
h) Area dekontaminasi ditempatkan didepan / diluar IGD
atau terpisah dengan IGD.
i) Ruang triase harus dapat memuat minimal 2 (dua) brankar.
j) Mempunyai ruang tunggu untuk keluarga pasien
k) Apotik 24 Jam tersedia dekat IGD.
l) Memiliki ruang untuk istirahat petugas (dokter dan
perawat).
2) Sarana

No KELAS / LEVEL LEVEL LEVEL LEVEL 1 KET


RUANG 4 3 2

1 RUANG PENERIMAAN
a. R. Tunggu
(Public Area)
- Informasi + + + -
- Toilet + + + +
- Tlpn Umum + + - -
- ATM + - - -
- Kafetaria + - - -
- Keamanan + + - -
b. R.
- Pendaftaran + +
pasien baru/ + -
rawat
- Keuangan + + - -
- Rekam + + Tergan
+ +
Medik tung IT
Bisa
c. R. Triase + + + bergabu
ng dg
ruang
lain
d. R. + + +
-
Penyimpanan
Strecher
e. R. Informasi + + +
-
dan /
2 RUANG TINDAKAN
a. R. Resusitasi + + + +
b. R. Tindakan
- Bedah + + + Bisa
- Non + + + bergabu
Bedah / ng
- Anak +
- Kebidanan + Bisa
bergabung
c. Bagi IGD
R.Dekontamina yg
si berada
+ + + +/-
dekat
/ /
industri
- -
3 RUANG + + +/- - Bisa
OPERASI bergabu
ng atau
terpisah
dan
dapat
diakses
24 jam

4 RUANG
KHUSUS
a. R. + + + -
Intermediate /
HCU
. Umum + + - -
Bisa
. Cardiac + +/- - - bergab
. Pediatric + +/- - - ung
atau
. Neonatus + +/- - -
terpisa
b. R. Luka + +/- - - h dan
Bakar dapat
c. R. + +/- - -
Hemodialisis diakses
d. Isolasi + + + - 24 jam

5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2016


Tentang Persyaratan Teknis Bangunan Dan Prasarana Rumah Sakit
Ketentuan sama dengan Kepmenkes RI no.856 tahun 2009.
B. PIHAK TERKAIT
Pihak – pihak terkait regulasi di atas adalah :
1. Legislatif / Dewan Perwakilan Rakyat,
Yang membuat undang-undang no. 44 tahun 2009 tentang Rumah sakit.
Undangn- undang merupakan penetapan kaidah hukum yang tegas
sehingga hukum itu menurut sifatnya adalah mengikat, artinya wajib
ditaati oleh warga Negara.
2. Menteri
Yang mengeluarkan dan menetapkan Kepmenkes No. 856 tahun 2009,
PMK no. 340 tahun 2010 tentang klasifikasi rumah sakit dan PMK no. 24
tahun 2016 tentang Persyaratan teknis Bangunan dan Prasarana Rumah
sakit
3. Gubernur
Gubernur sebagai Wakil Pemerintah di Wilayah Propinsi, dengan salah
satu tugas pokoknya melakukan Koordinasi penyelenggaraan
pemerintahan antara pemerintah daerah provinsi dengan instansi vertikal,
dan antar instansi vertikal di wilayah provinsi yang bersangkutan.
4. Direktur
Sebagai top manager rumah sakit, yang bertanggung jawab melaksanakan
regulasi yang ditetapkan.
5. Kepala Instalasi Gawat Darurat
Sebagai penanggung jawab ruangan dan pelaksana regulasi

C. KESENJANGAN SARANA PRASARANA IGD RS. JIWA


Berdasar pada ketetapan hukum mengenai standar pelayanan di bidang sarana
dan prasarana di atas, kondisi sarana dan prasarana IGD Rs Jiwa Surakarta
masuk dalam level 4, akan tetapi saat ini, masih belum memenuhi standar.
Ada beberapa item yang belum sesuai dengan standar yang ditetapkan:
a. Ketentuan umum
No Ketentuan Umum sarana IGD saat ini
.
1 Luas bangunan IGD disesuaikan 200 m2, Luas tanah
dengan beban kerja RS dengan RS 10 ha,dengan
memperhitungkan kemungkinan luas bangunan
penanganan korban massal/bencana. seluruhnya ±
42.740,7 m².

2 Lokasi gedung harus berada dibagian Ada di samping,


depan RS, mudah dijangkau oleh sayap kiri RS.
masyarakat dengan tanda–tanda yang jelas Penunjuk arah
dari dalam dan dari luar Rumah sakit. kurang jelas, belum
ada sign Lamp

3 Harus mempunyai pintu masuk dan Ada, belum sesuai,


keluar yang berbeda dengan pintu utama beda jalur, dan
(alur masuk kendaraan/pasien tidak sama kurang adanya
dengan alur keluar) kecuali pada penunjuk arah
klasifikasi IGD level 1 dan 2.
4 Ambulans/kendaraan yang membawa Ada, dan sesuai
pasien harus dapat sampai di depan
pintu yang areanya terlindung dari panas
dan hujan (catatan: untuk lantai IGD yang
tidak sama tinggi dengan jalan ambulans
harus membuat ramp).
5 Pintu IGD harus dapat dilalui oleh sesuai
brankar.
6 Memiliki area khusus parkir ambulans Ada, sesuai
yang bisa menampung lebih dari 2
ambulans (sesuai dengan beban RS).
7 Susunan ruang harus sedemikian rupa Belum Sesuai
sehingga arus pasien dapat lancar dan
tidak ada “cross infection”, dapat
menampung korban
8 Area dekontaminasi ditempatkan Ada, sudah Sesuai,
didepan / diluar IGD atau terpisah
dengan IGD.
9 Ruang triase harus dapat memuat minimal Ada, sudah Sesuai
2 (dua) brankar.
10 Mempunyai ruang tunggu untuk keluarga Ada, belum
pasien memenuhi syarat ,
blm
11 Apotik 24 Jam tersedia dekat IGD. Ada, satu atap
12 Memiliki ruang untuk istirahat petugas Ada, sudah sesuai
(dokter dan perawat).

b. Sarana
No KELAS / RUANG LEVEL 4 IGD saat KET
ini

1 Ruang Penerimaan

a. R. Tunggu
(Public Area)
- Informasi + +
- Toilet + +
- Telepon Umum + -
- ATM + + Dekat 50 m2
- Kafetaria + + Dekat 60 m2
- Keamanan + +
b. R. Administrasi
- Pendaftaran pasien baru/ + +
rawat

- Keuangan + +
- Rekam Medik + + Billing
Sistem

c. R. Triase + +

d. R. Penyimpanan + +
Strecher

e. R. Informasi dan + +
Komunikasi
2 Ruang Tindakan

a. R. Resusitasi + +
b. R. Tindakan
- Bedah + + Masih
- Non Bedah / + + bergabung
Medical
- Anak + +

- Kebidanan + -

c. R.Dekontaminasi + -
3 RUANG OPERASI + -
4 RUANG KHUSUS

a. R. Intermediate / + +
HCU
. Umum + +

. Cardiac + -
. Pediatric + - Bisa
. Neonatus + - bergabung
atau
b. R. Luka Bakar + - terpisah
dan dapat
c. R. Hemodialisis + +
diakses 24
d. Isolasi + + jam

D. PEMBAHASAN
Dari tabel kesenjangan tersebut diatas, dapat terlihat bahwa sarana IGD
rumah sakit masih belum memenuhi standar yang ditetapkan. Masih ada
beberapa item prasyarat yang belum ada. IGD RS. Jiwa Daerah Surakarta
seharusnya di level 4, karena kelas rumah sakit jiwa masuk dalam kualifikasi
rumah sakit khusus tipe A.
1. Legislatif / Dewan Perwakilan Rakyat,
Yang membuat undang-undang no. 44 tahun 2009 tentang Rumah sakit.
Undang- undang merupakan penetapan kaidah hukum yang tegas
sehingga hukum itu menurut sifatnya adalah mengikat, artinya wajib
ditaati oleh warga Negara. UU no. 44 tahun 2009 ini dirumuskan dan
ditetapkan dalam rangka peningkatan mutu dan jangkauan pelayanan
Rumah Sakit serta pengaturan hak dan kewajiban masyarakat dalam
memperoleh pelayanan kesehatan. Pengaturan sebelumnya mengenai
rumah sakit belum cukup memadai untuk dijadikan landasan hukum dalam
penyelenggaraan rumah sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan bagi
masyarakat.
2. Menteri
Yang mengeluarkan dan menetapkan Kepmenkes No. 856 tahun 2009 dan
PMK no. 24 tahun 2016 tentang Persyaratan teknis Bangunan dan
Prasarana Rumah sakit. Kepmenkes No. 856 tahun 2009 ditetapkan agar
rumah sakit memiliki Standar Instalasi Gawat Darurat sehingga dapat
memberikan pelayanan dengan respon cepat dan penanganan yang tepat.
Target pencapaian standar instalasi gawat darurat Rumah Sakit secara
nasional adalah maksimal 5 tahun dari tanggal penetapan SK. Setiap
Rumah Sakit dapat menentukan target pencapaian lebih cepat dari target
maksimal capaian secara nasional. Sedangkan dalam permenkes no. 340
tahun 2010 tentang klasifikasi rumah sakit, menyebutkan sarana prasarana
rumah sakit jiwa sebagai salah satu rumah sakit khusus, tidak memberikan
ketentuan secara rinci dan jelas. Di sana hanya disebutkan bahwa rumah
sakit jiwa harus memiliki IGD dengan prasarana minimal seperti yang
terlampir4.
3. Gubernur
Gubernur sebagai Wakil Pemerintah di Wilayah Propinsi, dengan salah
satu tugas pokoknya melakukan Koordinasi penyelenggaraan
pemerintahan antara pemerintah daerah provinsi dengan instansi vertikal,
dan antar instansi vertikal di wilayah provinsi yang bersangkutan.
4. Direktur
Direktur sebagai top manager rumah sakit, yang bertanggung jawab
melaksanakan regulasi yang ditetapkan. Dari sejarah pembangunan IGD,
penempatan IGD pada saat RS Jiwa relokasi dari daerah Sriwedari
pindah ke Kentingan tanggal 14 Maret 1991, IGD terletak bagian
belakang poli klinik. Kemudian tahun 2006, IGD dipindahkan ke bagian
timur / sayap kiri dari rumah sakit. IGD dibangun di atas tanah seluas
200 m2. Bila menilik pada regulasi kepmenkes no. 856 tahun 2009,
Pembagian dan penempatan ruangan belum memenuhi standar triase,
belum ada ruang PONEK, ruang isolasi, kamar operasi. Tetapi bila
menilik pada permenkes no. 340 tahun 2010, IGD sudah memenuhi
standar regulasi tersebut. Akan tetapi, demi memenuhi standar yang
disyaratkan oleh pemerintah, melalui Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2016 Tentang Persyaratan Teknis
Bangunan Dan Prasarana Rumah Sakit, maka ketentuan yang disyaratkan
sama dengan yang disebutkan dalam Kepmenkes no. 856 tahun 2009,
Rumah sakit harus melakukan pengembangan dan perbaikan IGD.
Rencana pencapaian dan penerapan standar instalasi gawat darurat
Rumah Sakit dilaksanakan secara bertahap berdasarkan pada analisis
kemampuan dan potensi daerah. Kesempatan ini bisa digunakan untuk
perencanaan pengembangan dengan melakukan usulan pengadaan maupun
pembangunan. Usulan ini bisa dimulai dari unit kerja, yaitu kepala IGD
sebagai pengguna.
5. Kepala Instalasi Gawat Darurat
Sebagai penanggung jawab ruangan, mempunyai tanggung jawab
mengajukan usulan pengembangan IGD sesuai standar yang ditetapkan ke
pihak manajemen rumah sakit.

BAB III
PENUTUP

A. SIMPULAN
Sarana dan prasana sebagai salah satu upaya tersebut, adalah segala
sesuatu yang dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud dan tujuan
suatu organisasi1. Sarana adalah semua bangunan gedung serta bangunan
lainnya yang digunakan baik secara langsung maupun tidak langsung
untuk pelayanan pasien maupun operasional rumah sakit.
Pemerintah telah menetapkan peraturan berupa standar pelayanan,
yang harus dipenuhi oleh semua jajaran pelayanan kesehatan. Rumah Sakit
Jiwa Daerah Surakarta selalu berupaya untuk memenuhi standar tersebut.
Dan pemenuhan ini hanya bisa dilaksanakan dengan adanya kerja sama,
koordinasi antar pihat terkait.

B. SARAN
1. Kepala IGD
Membuat perencanaan pengembangan manajemen sumber daya,
termasuk di dalamnya adalah perencanaan sarana dan prasarana IGD,
yang kemudian diajukan kepada pihak manajemen
2. Direktur
Menindaklanjuti usulan dari kepala IGD, mengadakan koordinasi
dengan bidang perencanaan dan pengadaan untuk mengajukan
proposoal pengembangan sarana dan prasarana ke propinsi.
3. Kementerian Kesehatan RI
Menetapkan regulasi klasifikasi rumaah sakit umum dan khusus secara
jelas dan terinci, agar pelaksana regulasi mampu memahami dan
menerapkan ketentuan yang ditetapkan

DAFTAR PUSTAKA

1. Wisnu KH H et Al. Analisis SWOT pada Rumah Sakit. Fak Kesehat Masy
Univ Jember. 2015;
2. Kemenkes RI. Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit Kelas B. 2012;
3. Kemenkes RI. PMK RI Nomor 24 Tahun 2016 Tentang Persyaratan Teknis
Bangunan dan Prasarana Rumah Sakit. 2016;
4. Kementrian Kesehatan RI. KMK No. 340 ttg Klasifikasi Rumah Sakit.pdf.
5. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Standar Instalasi Gawat Darurat
(IGD) Rumah Sakit. 2009. 2009;29.

Anda mungkin juga menyukai