Anda di halaman 1dari 6

TUGAS HUKUM KESEHATAN DI RUMAH SAKIT

SESI 5
Nama Dosen : R Fresley Hutapea, SH., MH., MARS
Nama Mahasiswa : Aep Saepudin
Nama Dosen : 20190309058
Prodi : MARS/Angkatan 8/ Kelas B

SOAL:

1. Bagaimana implementasi kewajiban dan hak rumah sakit dikaitkan dengan hak-hak
pasien di era BPJS dalam pelayanan kesehatan di rs?

JAWABAN:

Kewajiban RS menurut Permenkes 14 tahun 2018 adalah sebagai berikut

 Memberikan informasi yang benar tentang pelayanan rumah sakit kepada masyarakat;
 Memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, antidiskriminasi, dan efektif dengan
mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit;
 Memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai dengan kemampuan
pelayanannya;
 Berperan aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan pada bencana, sesuai dengan
kemampuan pelayanannya;
 Menyediakan sarana dan pelayanan bagi masyarakat tidak mampu atau miskin;
 Melaksanakan fungsi sosial;
 Membuat, melaksanakan, dan menjaga standar mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit
sebagai acuan dalam melayani pasien;
 Menyelenggarakan rekam medis
 Menyediakan sarana dan prasarana umum yang layak meliputi sarana ibadah, parkir,
ruang tunggu, sarana untuk orang cacat, wanita menyusui, anak-anak, lanjut usia;
 Melaksanakan sistem rujukan;
 Menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan standar profesi dan etika serta
peraturan perundang-undangan;
 Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai hak dan kewajiban pasien;
 Menghormati dan melindungi hak pasien
 Melaksanakan etika rumah sakit;
 Memiliki sistem pencegahan kecelakaan dan penanggulangan bencana;
 Melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan baik secara regional maupun
nasional;
 Membuat daftar tenaga medis yang melakukan praktik kedokteran atau kedokteran gigi
dan tenaga kesehatan lainnya;
 Menyusun dan melaksanakan peraturan internal rumah sakit (hospital by laws);
 Melindungi dan memberikan bantuan hukum bagi semua petugas rumah sakit dalam
melaksanakan tugas; dan
 Memberlakukan seluruh lingkungan rumah sakit sebagai kawasan tanpa rokok.

Sementara itu Hak Rumah Sakit adalah:

 Menentukan jumlah, jenis, dan kualifikasi sumber daya manusia sesuai dengan klasifikasi
rumah sakit
 Menerima imbalan jasa pelayanan serta menentukan remunerasi, insentif, dan
penghargaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
 Melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam rangka mengembangkan pelayanan
 Menerima bantuan dari pihak lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
 Menggugat pihak yang mengakibatkan kerugian
 Mendapatkan perlindungan hukum dalam melaksanakan pelayanan kesehatan
 Mempromosikan layanan kesehatan yang ada di rumah sakit sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
 Mendapatkan insentif pajak bagi rumah sakit publik dan rumah sakit yang ditetapkan
sebagai rumah sakit pendidikan
Rumah Sakit dalam mengimplementasikan kewajiban dan haknya dalam pelayanan pasien
dengan mengaitkan hak-hak pasien ditengahi dan di mediasi oleh adanya regulasi-regulasi yang
mengatur peran baik Rumah Sakit maupun pasien dalam penyelenggaraan era BPJS ini. Contoh
regulasi yang dimaksudkan adalah Undang-undang, Peraturan Presiden, Peraturan Mentri
Kesehatan, Peraturan Daerah atau sebagainya.
Sewajarnya pelaksanaan bisnis Rumah Sakit tentunya memiliki sudut pandang tersendiri
dalam pemberian pelayanan pasien di era BPJS ini. Begitu pun pasien dalam menerima
pelayanan tentunya mengedepankan hak nya sebagai pasien. Kedua kepentingan ini sering kali
bertolak belakang mengingat bahwa pada era BPJS menggunakan system kapitasi, maka dari itu
regulasi hadir dalam membantu Rumah Sakit mengimplementasika kewajibannya dalam
penyelenggaraan pelayanan ini, seperti contoh yang disebutkan pada Pasal 3 Permenkes 99 tahun
2015 tentang Pelayanan Jaminan Kesehatan Nasional:
“Pasal 3”
(1). Fasilitas Kesehatan tingkat pertama yang bekerja sama dengan BPJS
Kesehatan harus menyelenggarakan pelayanan kesehatan
komprehensif.
(2). Pelayanan kesehatan komprehensif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa
pelayanan kesehatan promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, pelayanan kebidanan, dan
pelayanan kesehatan darurat medis, termasuk pelayanan penunjang yang meliputi
pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pratama dan pelayanan
kefarmasian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3). Dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan komprehensif sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), bagi Fasilitas Kesehatan yang tidak memiliki sarana penunjang wajib
membangun jejaring dengan sarana penunjang.
Contoh lain dari regulasi yang membantu peng-implementasian Hak dari Rumah Sakit
seperti yang disebutkan dalam Pasal 14 Perpres 82 tahun 2015:
“Pasal 14”
(1). Besaran tarif Pelayanan Rawat Jalan Eksekutif di setiap Rumah Sakit ditetapkan oleh
masing-masing kepala atau direktur rumah sakit sesuai dengan perhitungan pola tarif
Rumah Sakit.
(2). Untuk peserta JKN, besaran tarif Pelayanan Rawat Jalan Eksekutif di Rumah
Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Kemudian dalam pelaksanaan pengimplementasian regulasi-regulasi tersebut, manajemen


Rumah Sakit dibantu oleh tim verifikator dari masing-maisng cabang BPJS yang ditunjuk untuk
menjadi verifikator di RS tersebut. Verifikator tersebut akan menjadi pengawas agar
implementasi hak dan kewajiban Rumah Sakit tetap mementingkan mutu dan mengedepankan
hak-hak pasien dalam menerima pelayanan kesehatan di Rumah Sakit dalam era BPJS ini.

SOAL:

2. Bagaimana pula tanggung jawab Rumah Sakit dikaitkan dengan hak-hak tenaga
kesehatan dalam pelaksanaan pelayanan Covid 19?

JAWABAN:

Adanya pandemic Covid 19 yang terjadi hamper di seluruh dunia, berakibat besar
khususnya dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit.
Rumah Sakit sebagai fasilitas kesehatan masyarakat dengan pada tenaga kesehatan sebagai ujung
tombaknya tentutnya harus memiliki tanggung jawab kepada para tenaga kesehatannya.
Tanggung jawab Rumah Sakit dalam pelaksanaan pelayanan Covid 19 dikaitkan dengan hak-hak
tenaga kesehatan, dalam hal ini adapun hak-hak tenaga kesehatan tercantum dalam Pasal 57
Undang-undang 36/2014, yakni:
 
Tenaga Kesehatan dalam menjalankan praktik berhak:

 Memperoleh pelindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan Standar


Profesi, Standar Pelayanan Profesi, dan Standar Prosedur Operasional;
 Memperoleh informasi yang lengkap dan benar dari Penerima Pelayanan Kesehatan atau
keluarganya;
 Menerima imbalan jasa;
 Memperoleh pelindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, perlakuan yang sesuai
dengan harkat dan martabat manusia, moral, kesusilaan, serta nilai-nilai agama;
 Mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan profesinya;
 Menolak keinginan Penerima Pelayanan Kesehatan atau pihak lain yang bertentangan
dengan Standar Profesi, kode etik, standar pelayanan, Standar Prosedur Operasional, atau
ketentuan Peraturan Perundang-undangan; dan
 Memperoleh hak lain sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

Disebutkan pada poin D, bahwa tenaga medis berhak memperoleh perlindungan atas
keselamatan dan dan kesehatan kerja, dimana dalam kondisi Covid 19 hal ini adalah poin yang
sangat penting. Dimana Rumah Sakit (dibantu pemerintah maupun tidak dibantu pemerintah)
wajib menyediakan Alat Perlindungan Diri (APD).
Mengenai APD dimaksud menurut Pasal 1 angka 2 Peraturan Menteri Perdagangan
Nomor 23 Tahun 2020 tentang Larangan Sementara Ekspor dan Antiseptik, Bahan Baku Masker,
Alat Pelindung Diri, dan Masker adalah:
Alat Pelindung Diri adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang
yang fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh sumber daya manusia dan potensi
bahaya di fasilitas pelayanan kesehatan.

Sedangkan, dalam Pasal 1 angka 5 Undang-undang 36 tahun 2009 dikenal juga alat
kesehatan, yaitu:
Alat kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin dan/atau implan yang tidak mengandung obat
yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan penyakit,
merawat orang sakit, memulihkan kesehatan pada manusia, dan/atau membentuk struktur dan
memperbaiki fungsi tubuh.

Dikutip dari artikel Tangani Covid-19, Importasi Alkes dan APD Dipercepat,
Kementerian Perdagangan bekerja sama dengan kementerian dan lembaga terkait termasuk
Badan Nasional Penanggulangan Bencana terus berupaya menjaga ketersediaan alat kesehatan
dan APD di tengah merebaknya COVID-19.
Rumah Sakit dibantu pemerintah turut bertanggung jawab dalam penyediaan alat
kesehatan dan APD dalam rangka melaksanakan pelayanan kesehatan untuk menanggulangi
penyebaran COVID-19.
Sementara, dokter memiliki hak yang diatur secara umum dalam Pasal 50 Undang-
Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran:
Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran mempunyai hak:

 Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan standar


profesi dan standar prosedur operasional;
 Memberikan pelayanan medis menurut standar profesi dan standar prosedur
operasional;
 Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau keluarganya; dan
 Menerima imbalan jasa.

Selain itu, Pasal 9 ayat (1) UU 4 tahun1984 menerangkan bahwa kepada para petugas
tertentu yang melaksanakan upaya penanggulangan wabah sebagaimana diterangkan Pasal 5 ayat
(1) UU 4/1984 dapat diberikan penghargaan atas risiko yang ditanggung dalam melaksanakan
tugasnya. Penghargaan yang diberikan dapat berupa materi dan/atau bentuk lain. Tenaga
kesehatan dan dokter yang juga berperan dalam upaya penanggulangan wabah COVID-19
berhak atas suatu penghargaan, seperti yang bersifat materi.

Pada pelaksanaan kewajibanya Rumah Sakit selain menyediakan alat perlindungan diri
yang sudah dibahas diatas, Rumah Sakit juga memberikan penghargaan kepada tenaga
kesehatannya berupa insentif/tunjangan materi, memberikan support dalam bentuk tambahan
Gizi/nutrisi, Vitamin maupun suplemen agar membantu terjaganya kondisi kesehatan tenaga
medis selama menjalankan pelayanan Covid 19.

Anda mungkin juga menyukai