Proses pengadukan merupakan tahap pertama dalam proses pembuatan roti yang
menentukan kualitas dari sisi peningkatan volume, terjadinya robekan atau rekahan
(break and shread) terutaman dalam pembuatan roti tawar (open top), warna crumb
dan tekstur pori-pori (crumb texture).
Dalam proses pengadukan titik kritis yang harus kita ketahui dalam membuat roti
adalah terjadinya pembentukan kalisnya adonan (dough development), dimana pada
kondisi tersebut pengembangan adonan terjadi pada kondisi yang optimal.
Ciri-ciri utama kalisnya adonan adalah terbentuk tekstur film adonan yang tipis,
transparan dan jika ditarik hingga robek akan ada robekan adonan yang lurus. Hal
yang harus dihindari adalah, jangan sampai terjadi adonan yang kurang kalis (under
mixing), karena akan mengakibatkan volume roti yang kurang mengembang, warna
kulit yang pucat (pale),terjadi rekahan atau robekan di permukaan kulit yang
berlebihan, pori-pori (crumb) yang rapat (dense) dan tektur roti yang padat.
Sedangkan sebaliknya adonan juga di hindari agar tidak terjadi kelebihan aduk (over
mixing) yang akan mengakibatkan adonan menjadi sticky (lengket) yang akan
berpengaruh volume roti yang bantat, pori-pori yang terbuka tidak rata (open crumb),
warna permukaan kulit yang cenderung cepat gelap, dan tekstur pori-pori tidak rata
dan kasar.
Dalam proses mixing terjadi gesekan mekanis antara adonan dengan bowl dan
pengaduk atau dengan mesin pengaduk , sehingga akan timbul gesekan (friction)
yang dapat menimbulkan peningkatan temperatur dalam adonan. Sehingga dalam
proses ini akan di kenal dengan adanya friction factor atau faktor friksi antara adonan
dan mikser yang di gunakan.
Dalam proses fermentasi akhir agar terbentuk gas CO2 yang optimal dapat di lakukan
dengan melakukan kontrol temperatur pada kisaran 35 -38°C dan kelembaban relatif
(RH) antara 80 – 85 %. Jika kondisi ini dapat di pertahankan maka proses fermentasi
akan terjadi pada kisaran antara 60 menit hingga maksimal 70 menit , sehingga proses
fermentasi tidak berjalan terlampau lama.
Apa yang terjadi jika suhu temperatur tidak pada kisaran tersebut dan cenderung di
bawah standard dengan kelembaban yang tidak terkontrol?
Biasanya ini terjadi pada fermentasi yang hanya di lakukan dengan menutup dengan
plastik dan hanya di biarkan dalam suhu kamar, maka yang terjadi adalah
kecenderungan adonan menjadi kering serta terbentuk permukaan atas yang kering
(atau mengulit), karena permukaan atas adonan yang kering dan pada akhirnya
mengakibatkan kulit roti yang di hasilkan cenderung tebal . Cara mengatasinya
adalah dengan melakukan proses fermentasi dalam proofing box yang di kontrol suhu
pada kisaran 35 – 38 C dan kelembaban relatif (RH) antara 80 – 85 %.
4. Proses Pemanggangan
Menurut (Pyler, 1979) dalam Husin Syarbini., 2013, dalam proses pemanggangan
terjadi perpindahan panas dari oven yang akan mengubah adonan menjadi produk
ringan, berongga (porous), siap cerna dan kaya rasa. Pada tahap proses
pemanggangan ini akan terjadi reaksi peningkatan volume yang terjadi sangat cepat,
yang di kenal dengan istilah oven spring atau oven jump.
Peningkatan ini terjadi pada interval waktu 6.5 menit dari total waktu yang di
butuhkan dalam pemanggangan, dimana terjadi kenaikan suhu adonan, kenaikan
volume hingga 1/3 kali dari volume semula. Selanjutnya akan terjadi reaksi biokimia
adonan yang terjadi selama pemanggangan sebagaimana berikut;
Dari proses ini akan terlihat, jika proses pemanggangan terjadi tidak semestinya
seperti under bake (pemanggangan kurang), maka produk akan cenderung memiliki
warna yang pucat (pale), volume yang kurang optimal, keserasian bentuk yang tidak
di harapkan, pori-pori yang masih agak basah dan tentunya akan berpengaruh
terhadap bau dan rasa yang cenderung masam.
Sementara itu, jika proses pembakaran yang terlalu lama (over baking) maka akibat
langsung yang terlihat adalah warna kulit yang terlalu gelap (cenderung gosong),
kulit roti yang kering, pori-pori yang terlalu kering dan tekstur yang kasar,serta
tentunya bau dan rasa yang terbentuk tidak semestinya.
Keseluruhan artikel selengkapnya dan bagaimana cara membuat SOP proses
produksi beserta fungsi masing-masing tahapan pembuatan roti sudah di
jelaskan dengan lengkap dalam Buku A-Z Bakery, silahkan ORDER untuk
memperoleh buku tersebut.
Sebelum membuat roti, maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah
menyiapkan bahan - bahan yang diperlukan ( Preparation ). Kita harus mengetahui
sifat dari bahan –bahan yang diperlukan, apakah bahan tersebut mudah rusak, kuat
karena disimpan dalam kaleng hampa udara atau semi kuat misalnya terigu dan gula
merah.
Pilihlah bahan – bahan yang berkualitas baik, dan tentunya cari bahan dengan harga
yang layak, sediakan tempat penyimpanan yang sesuai dengan bahan tersebut ( Room
Tempearature, Chiller Temperature dan Frezee Temperature ) agar bahan tersebut
akan dalam kondisi yang baik.
Mengapa kita harus mempunyai tempat penyimpanan yang baik ? karena disamping
bahan tersebut tidak cepat rusak, kitapun dapat menyimpan bahan tersebut dalam
jumlah yang cukup sebagai persediaan. Hindarkan penyusutan dan kerusakan akibat
terlalu banyak persediaan/overstock.
Setelah bahan tersedia, mulailah dengan penimbangan ( Scaling ), hindarkan
pemakaian sendok, satuan butir, serta takaran cangkir. Bahan – bahan yang sensitif
seperti garam, yeast, atau zat additive harus ditimbang dengan tepat. Bertitik tolak
dari semua ini , barulah pembuatan roti dimulai.