Anda di halaman 1dari 20

ASKEP MULTIPLE SEKLEROSIS

DISUSUN OLEH KELOMPOK 4:

1. RISA ADIYANTI (30901800147)

2. RISKI WIDIASTUTIK (30901800149)

3. SITI NUR AINI (30901800168)

4. SOLIKUL HADI (30901800175)

5. VIDYA NILA PUTIKA ( 30901800193)

6. VITA DWI FEBRIYANTI ( 30901800194)

7. WIDYA ( 30901800196)

8. YANI FARIZA ( 30901800198)

9. YAYUK FITRIYAH (30901800199)

10. YULIA PRASTIKHA (30901800201)

PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar belakang
Multiple sklerosis adalah suatu penyakit autoimun yang ditandai oleh
pembentukan antibody terhadap myelin susunan saraf pusat. System saraf perifer
tidak terkena. Respon peradangan berperan menimbulkan penyakit dengan
menyebabkan pembengkakan dan edema yang merusak neuron neuron dan
menyebabkan pembentukan flak jaringan parut pada myelin. Mutiple sklerosis
merupakan penyakit berat yang secara medis obatnya sampai detik ini belum
ditemukan dan sampai sekarang belum ada orang yang sembuh 100 %. Multiple
sclerosis memang merupakan penyakit yang terasa atau kelihatan cukup aneh,
bukan saja bagi orang lain tetapi juga bagi penderitanya sendiri. Gejala gejala
yang timbul terjadi secara tiba tiba dan bias hilang lagi secara sekejap. Atau
menetap selama berhari hari atau berminggu minggu atau bahkan berbulan bulan.
Kira-kira 350,000 orang-orang di Amerika mempunyai multiple sclerosis.
Biasanya, seorang pasien didiagnosis dengan multiple sclerosis berumur antara 20
dan 50 tahunWanita lebih rentan terjangkit MS daripada pria, MS 50% lebih
sering terjadi pada wanita daripada pria (3 berbanding 2). MS adalah penyakit
orang dewasa muda; rata-rata usia terjadinya serangan adalah 22-39 tahun, tetapi
jangkauan serangan sebenarnya sangat luas hingga mencapai kira-kira 10-59
tahun.

2. Rumusan Masalah
A. Apa definisi dari multiple sklerosis ?
B. Apa etiologi dari multiple sklerosis?
C. Apa klasifkasi dari multiple sklerosis?
D. Bagaimana patofisiologi dari multiple sklerosis ?
E. Apa manifestasi klinis dari multiple sklerosis?
F. Apa pemeriksaan diagnostic untuk multiple sklerosis ?
G. Bagaimana penatalaksanaan dari multiple sklerosis?
H. Apa komplikasi dari multiple sklerosis?
I. Bagaimanakah Asuhan Keperawatan pada klien dengan Multipel
Sklerosis ?
3. Tujuan

A. Untuk mengetahui definisi dari multiple sklerosis


B. Untuk mengetahui etiologi dari multiple sklerosis
C. Untuk mengetahui klasifkasi dari multiple sklerosis
D. Untuk mengetahui patofisiologi dari multiple sklerosis
E. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari multiple sklerosis
F. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic untuk multiple sklerosis
G. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari multiple sklerosis
H. Untuk mengetahui komplikasi dari multiple sklerosis
I. Menjelaskan Asuhan Keperawatan  pada klien dengan Sklerosis
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Multipel sklerosis yang dulu disebut juga sklerosis diseminasi adalah penyakit
degeneratif, bersifat kronis dan progresif yang   merusak myelin pada sususan
saraf pusat (Hickey, 2008)
Multiple sclerosis (MS) merupakan keadaan kronis, penyakit degeneratif
dikarakteristikkan oleh adanya bercak kecil demielinasi pada otak dan medulla
spinalis. Demielinasi menunjukkan kerusakan myelin yaklni adanya material
lunak dan protein disekitar serabut-serabut saraf otak. Myelin adah Substansi
putih yang menutupi serabut saraf yang berperan dalam konduksi saraf normal
(konduksi salutatory).
MS merupakan penyakit kronis dari sistem saraf pusat degeratif
dikarakteristikan oleh adanya bercak kecil demielinasi pada otak dan medula
spinalis. (KMB, Brunner, hal 2182)
Multiple skleriosis adalah penyakit kronis pada system saraf pusat (SSP) yang
dikateristikan oleh sedikit lapisan dari batas substansia alba pada saraf optic, otak,
dan medulla spinalis. (asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan system
persarafan, hal 154)
B. Etiologi
Multiple skleriosis biasanya disebabkan oleh beberapa hal seperti :
a. Lapisan merujuk pada destruksi myelin, lemak dan material protein yang
menutupi lapisan saraf tertentu dalam otak dan medulla spinalis.
b. Lapisan mengakibatkan gangguan transmisisi implus saraf
c. Perubahan inflamasi mengakibatkan jaringan parut (scar) yang berefek
terhadap lapisan saraf
d. Penyebab tidak diketahui tetapi kemungkinan berhubungan dengan
disfungsi autoimun, kelainan genetic, atau proses infeksi
e. Prevalensi terbanyak diwilayah lintang utara dan diantara bangsa
(caucasion)
Ada beberapa Faktor-faktor pemicu dan yang dapat memperburuk
(eksaserbasi ) multipel sklerosis  yaitu :
- Kehamilan
- Infeksi yang disertai demam
- Stress emosional
- Cedera
C. Klasifikasi
Menurut Basic Neurologi (Mc. Graw Hill,2000),ada beberapa kategori
sklerosis multipel berdasarkan progresivitasnya adalah :
1. Relapsing Remitting sklerosis multipel
Ini adalah jenis MS yang klasik yang sering kali timbul pada akhir usia
belasan atau dua puluhan tahun diawali dengan suatu erangan hebat yang
kemudian diikuti dengan kesembuhan semu.Yang dimaksud dengan kesembuhan
semu adalah setelah serangan hebat penderita terlihat pulih.Namun
sebenarnya,tingkat kepulihan itu tidak lagi sama dengan tingkat kepulihan
sebelum terkena serangan.sebenarnya kondisinya adalah sedikit demi sedikit
semakin memburuk.jika sebelum terkena serangan hebat pertama penderita
memiliki kemampuan motorik dan sensorik, Hampir 70% penderita sklerosis
multipel  pada awalnya mengalami kondisi ini, setelah beberapa kali mengalami
serangan hebat, jenis sklerosis multipel  ini akan berubah menjadi Secondary
Progressiv sklerosis multipel
2. Primary Progresssiv MS
Pada jenis ini kondisi penderita terus memburuk ada saat – saat  penderita
tidak  mengalami penurunan kondisi, namun jenis sklerosis multipel  ini tidak
mengenal istilah kesembuhan semu. Tingkat progresivitanya beragam pada
tingakatan yang paling parah, penderita sklerosis multipel jenis ini biasa berakhir
dengan kematian.
3. Secondary Progressiv sklerosis multipel
Ini adalah kondisi lanjut dari Relapsing Remitting sklerosis multipel. Pada
jenis ini kondisi penderita menjadi serupa pada kondisi penderita Primary
Progresssiv sklerosis multipel.
4. Benign sklerosis multipel
Sekitar 20% penderita sklerosis multipel jinak ini. Pada jenis sklerosis
multipel ini penderita mampu menjalani kehidupan seperti orang sehat tanpa
begantung pada siapapun. Serangan – serangan yang diderita pun umumnya tidak
pernah berat sehingga para penderita sering tidak menyadari bahwa dirinya
menderita sklerosis multipel.
D. Patofisiologi
Neuron atau sel saraf memiliki sebuah badan sel.  Terdapat dua macam
serabut saraf yang keluar dari badan sel yaitu dendrit dan akson. Dendrit berfungsi
mengirimkan impuls ke badan sel saraf sedangkan akson berfungsi mengirimkan
impuls dari badan sel ke jaringan yang lain. Akson ditutupi oleh lapisan lemak
yang disebut lapisan myelin. Myelin merupakan kumpulan sel Schwan yang
berfungsi melindungi akson dan memberikan nutrisi. Sel Schwan adalah sel glia
yang membentuk selubung lemak. Myelin menfasilitasi dalam konduksi saraf.
Pada kasus multipel sklerosis pemicu terjadinya kerusakan myelin belum
diketahui secara pasti. Namun suatu teori menyatakan bahwa adanya serangan
reaksi autoimun yang disebabkan oleh infeksi virus dan toksin lingkungan serta
dipengaruhi oleh faktor genetik individu. Respon imun memicu kerusakan selaput
myelin yang menyelimuti saraf pusat. Proses yang disebut demyelinasi ini disertai
dengan edema dan inflamasi. Adanya inflamasi kronis dan terbentuknya jaringan
parut menyebabkan konduksi impuls saraf menjadi terganggu atau menjadi
lambat. Antibodi myelin protein spesifik ditemukan di serum dan cairan
serebrospinal pada pasien yang menderita multipel sklerosis. Sel T limfosit
merusak myelin juga dilibatkan dalam proses autoimun untuk merusak myelin dan
terjadi inflamasi. Remyelinasi sel saraf dapat terjadi tapi prosesnya lambat dan
dapat terjadi perbaikan sehingga gejala yang terjadi dapat berkurang.
E. Manifestasi Klinis
Sindrom klinis pada MS secara klasik ditemukan adanya gangguan yang
bersifat relaps dan remisi yang mengenai traktus-traktus sistem saraf dengan
onset pada usia muda , dengan variasi gambaran klinis yang ditemukan sering
beragam, variasi ini termasuk dalam hal onset usia,manifestasi awal, frekuensi,
berat ringannya penyakit dan gejala sisa relaps, tingkat progresifitas dan
banyaknya gejala neurology yang timbul.
Variasi gambaran klinis ini menggambarkan banyaknya atau luasnya daerah
system saraf yang rusak (MS plak). Secara umum seorang dokter mencurigai
suatu kasus MS bila ditemukan gejala :
- Pasien mendapat 2 serangan dari gangguan neurologi (tiap serangan lebih
dari 24 jam dan berlangsung lebih dari 1 bulan, atau
- Perkembangan gejala yang progresif secara perlahan selama periode
paling sedikit 6 bulan
Multiple sclerosis memiliki kondisi yang sangat variabel dan gejala-gejalanya
bergantung pada area sistem syaraf pusat yang terserang. Tidak ada pola khusus
pada MS dan setiap penderita MS memiliki kekhasan gejalanya sendiri-sendiri,
yang bentuknya dari waktu ke waktu bervariasi dan tingkat keparahan serta jangka
waktunya pun dapat berubah, dan semua variasi dan perubahan itu dapat terjadi
bahkan pada penderita yang sama. Gejala-gejala umum tersebut adalah:
1. Gangguan Sensorik
Gangguan sensorik merupakan gejala awal yang paling sering ditemukan pada
MS (21-55%) dan berkembang/timbul hampir pada semua pasien MS. Biasanya
pasien sering datang dengan keluhan rasa baal atau kesemutan dimulai pada satu
kaki yang merambat keatas (ascending) pada satu sisi kemudian kesisi yang lain
(kontra sisi).
- Penglihatan kabur
- Penglihatan membayang (diplopia)
- Neuritis optikal
- Pergerakan mata yang tak terkontrol
- kebutaan (sangat jarang terjadi)
- Hipestesi (baal), parestesi (kesemutan), disestesi (rasa terbakar). Hipestesi
merupakan gejala yang tersering muncul. Gangguan ini dapat timbul
disemua daerah distribusi, satu atau lebih dari satu anggota gerak,wajah
atau badan (trunkal).
2. Gangguan Motorik
Gejala awal motorik ditemukan pada 32-41% kasus MS dan lebih dari 60%
kasus MS mempunyai gejala motorik.Gangguan motorik terjadi akibat terlibatnya
traktus piramidalis yang menyebabkan kelemahan,spastisitas, gangguan gerakan
tangkas, dan hiperfleksi. Gangguan ini dapat timbul akut atau kronik progresif
dengan kelemahan satu atau lebih anggota gerak, kelemahan otot wajah, kekakuan
tungkai yang dapat menyebabkan gangguan dalam berjalan dan keseimbangan
atau terjadi suatu spastisitas. Latihan atau panas biasanya menyebabkan gejala
memburuk.
- hilang keseimbangan tubuh
- Gemetar (tremor)
- ketidakstabilan kemampuan berjalan (ataksia)
- kekakuan anggota tubuh
- gangguan koordinasi
- perasaan lemah: pada kasus tertentu hal ini dapat mempengaruhi kaki dan
kemampuan berjalan
- kekakuan otot yang dapat mempengaruhi mobilitas dan cara berjalan
3. Gangguan indra perasa
- perasaan geli di beberapa bagian tubuh
- perasaan seperti di tusuk-tusuk jarum
- kebas (paraesthesia)
- perasaan seperti terbakar
- nyeri dapat menyertai penyakit MS, contohnya, nyeri di wajah (seperti
trigeminal neuralgia), dan nyeri otot
4. Gangguan kemampuan berbicara
- perlambatan cara berbicara
- berbicara seperti menggumam
- perubahan ritme berbicara
- sulit menelan (dysphagia)
5. Gangguan berkemih dan BAB
Gangguan berkemih merupakan salah satu gejala MS yang sering
ditemukan.Pada saat awal terjadi “urgency dan frekuensi” kemudian terjadi
inkontinensia urin. Konstipasi lebih sering ditemukan (39-53%) dibandingkan
inkontinensia alvi. Hal diatas merupakan masalah yang serius bagi penderita MS
karena dapat menyebabkan infeksi pada saluran kemih.
- Gangguan kandung kemih meliputi: sering buang air kecil, tidak dapat
buang air kecil secara tuntas atau tidak bisa menahan air kecil.
- Gangguan usus meliputi: konstipasi/sembelit, dan kadang-kadang diare.
6. Gangguan Seksual
Gangguan seksual terjadi pada lebih dari 70% pasien MS. Disfungsi seksual
merupakan gabungan dari berbagai masalah yang timbul baik masalah motorik
dan sensorik maupun masalah psikologis penderita.
- impoten
- Berkurangnya kemampuan seksual
- kehilangan gairah
7. Gangguan Kognitif dan Emosi
Masalah kognitif seperti kesulitan berkonsentrasi,gangguan memori, dan
gangguan mental terdapat pada 40-70 % pasien MS. Banyak penderita MS
meninggalkan pekerjaannya akibat masalah diatas. Pada ± 10% kasus, disfungsi
mental berat dan demensia dapat tejadi. Gangguan ini mungkin berhubungan
dengan depresi yang dilaporkan ditemukan pada 25-50% kasus MS.
Ada beberapa penelitian yang mengatakan bahwa depresi pada MS bukan
karena masalah psikologi,umur atau lamanya menderita penyakit tetapi
dipengaruhi oleh jumlah lesi yang ditemukan pada gambaran MRI (Swirsky-
Sacchetti T et al 1992). Atrofi otak, pembesaran ventrikel dan menipisnya korpus
kalosum juga penyebab gejala gangguan kognitif diatas.
8. Gangguan Nervus Cranialis
- Gangguan Penciuman :
Gangguan penciuman sering ditemukan terjadi pada kasus MS.
- Gangguan Penglihatan :
Neuritis Optika (ON) adalah gangguan penglihatan yang paling sering terjadi
14-23% kasus dan 50% ,biasanya muncul secara akut atau subakut dan unilateral
dengan diikuti rasa nyeri pada mata terutama dengan adanya gerakan bola mata.
Neuritis Optika bilateral sangat jarang terjadi, bila ditemukan biasanya asimetris
dan lebih berat pada satu mata. Neuritis optika bilateral biasanya terjadi pada anak
dan ras Asia.
- Gangguan Gerakan Bola Mata
Gangguan gerakan bola mata sering terjadi pada pasien MS biasanya
berhubungan dengan gangguan saraf penggerak bola mata, Nervus cranial VI,III
dan jarang pada nervus VI. Nistagmus adalah gejala yang paling sering muncul
(Dell’Osso,Daroff,Troost,1990) berupa “jelly like nystagmus”berupa gerakan
cepat dengan amplitudo kecil, pendular. Internuklear ophtalmoplegia (INO) juga
sering ditemukan, dan bila ditemukan bilateral biasanya didapatkan juga adanya
nistagmus vertical dan upward gaze.
- Gangguan Nervus Kranial lain.
Gangguan sensasi pada wajah ,subjektif maupun objektif sering ditemukan.
Ditemukannya trigeminal neuralgia pada dewasa muda mungkin merupakan
gejala awal dari MS. Hemifasial spasme,paresis wajah tanpa adanya gangguan
pengecap dapat ditemukan.Vertigo dilaporkan merupakan gejala yang ditemukan
pada 30-50% kasus MS dan biasanya berhubungan dengan kelainan nervus
kranialis, biasanya ditemukan hipo atau hiperakusis. Bisa juga terjadi gangguan
pendengaran dan biasanya unilateral. Gangguan yang berhubungan dengan
Nervus Kranial IX,X dan XII biasanya terjadi disfagia.dan biasanya merupakan
gejala akhir yang muncul.
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan elektroforesis terhadap CSS : Untuk mengungkapkan adanya
ikatan oligoklonal ( beberapa pita imunoglobulin G [ IgG ] ), yang
menunjukkan abnormalitas immunoglobulin.
2. Pemeriksaan potensial bangkitan : dilakukan untuk memebantu
memastikan luasnya proses penyakit dan dan memantau perubahan
penyakit.
3. CT scan : dapat menunjukkan atrofi serabral
4. MRI untuk memperlihatkan plak-plak kecil dan untuk mengevaluasi
perjalanan penyakit dan efek pengobatan.
5. Pemeriksaan urodinamik untuk mengetahui disfungsi kandung kemih
6. Pengujian neuropsikologik dapat  diindikasikan untuk mengkaji kerusakan
kognitif.
( Mutaqin Arif, Asuhan keperawatan klien dangan gangguan system
persyarafan,( 2008 ) hal 216 )
G. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan adalah menghilangkan gejala dan membantu fungsi klien.
Penatalaksanaan meliputi penatalaksanaan pada serangan akut dan kronik
a.       Penatalaksanaan serangan akut
1.     Hormon kortikosteroid atau adrenokortikosteroid digunakan untuk
menurunkan inflamasi, kekambuhan dalam waktu singkat atau eksaserbasi
(exacerbation)
2.      Imunosupresan (immunosuppressant) dapat menstabilkan kondisi
penyakit
3.      Beta interferon (betaseron)digunakan untuk mepercepat penurunan
gejala
b.      Penatalaksanaan gejala kronik
1.     Pengobatan spastic seperti bacloferen (lioresal), (diantrolene (dantrium),
diazepam (valium), terapi fisik, intervensi pembedaha
2.      Control kelelahan dengan namatidin (simmetrel)
3.      Pengobatan depresi dengan antidepresan dan konseling
4.      Penatalaksanaan kandung kemih dengan antikolinergik dan pemasangan
kateter total
5.      Penatalaksanaan BAB dengan laksatif dan supositoria
6.      Penatalksanaan rehabilitas dengan terapi fisik dan terapi kerja
7.      Control distonia dengan karbamazim (treganol)
8.     Penatalaksanaan gejala nyeri dengan karbamazepin (tegratol), tenitoin
(dilantin), perfenazin dengan amitripilin (triavili)
H. Komplikasi
Komplikasi yang biasanya terjadi pada multiple skleriosis adalah :
1. Disfungsi pernafasan
2.  Infeksi kandung kemih, system pernafasan dan sepsis
3.  Komplikasi dari imobilitas
Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
Pada umunya terjadi pada orang-orang yang hidup di daerah utara dengan
temperatus tinggi, terutama pada dewasa muda (20-40th).
b. Keluhan Utama
Muncul keluhan lemah pada anggota badan bahkan mengalami spastisitas /
kekejangan dan kaku otot, kerusakan penglihatan.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Biasanya klien pernah mengalami pengakit autoimun
d. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada umunya terjadi demilinasi ireguler pada susunan saraf pusat perier
yang mengakibatkan erbagai derajat penurunan motorik, sensorik, dan juga
kognitif
e. Riwayat penyakit keluarga
Penyakit ini sedikit lebih banyak ditemukan di antara keluarga yang
pernah menderita penyakit tersebut, yaitu kira-kira 6-8 kali lebih sering
pada keluarga dekat.
f. Pengkajian psikososiospiritual
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien untuk menilai
respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan
peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respons atau
pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya, baik dalam keluarga
ataupun dalam masyarakat. Adanya perubahan hubungan dan peran karena
klien mengalami kesulitan untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara.
Pada pola persepsi dan konsep diri, didapatkan klien merasa tidak berdaya,
tidak ada harapan,mudah marah dan tidak kooperatif.perubahan yang
terpenting pada klien dengan penyakit mutiple sclerosis adalah adanya
gangguan afek, berupa euforia. Keluhan lain yang melibatkan gangguan
serebral dapat berupa hilangnya daya ingat dan dimensia.
g. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Klien dengan mutiple sclerosis umumnya tidak mengalami penurunan kesadaran.
Adanya perubahan pada tanda-tanda vital, meliputi bradikardi, hipotensi, dan
penurunan frekuensi pernapasan berhubungan dengan bercak lesi di medula
spinalis.
2. B1 (Breathing)
Pada umumnya klien dengan mutiple sclerosis tidak mengalami gangguan pada
sistem pernapasan.pada beberapa klien yang telah lama menderita mutiple
sclerosis dengan tampak dari tirah baring lama, mengalami gangguan fungsi
pernapasan. Pemeriksaan fisik yang didapat mencakup hal-hal sebagai berikut:
a) Inspeksi umum : didapatkan klien batuk atau penurunan kemampuan
untuk batuk efektif, peningkatan produksi sputum, sesak nafas, dan
penggunaan otot bantu napas.
b) Palpasi : taktil premitus seimbang kanan dan kiri
c) Perkusi : adanya suara resonan pada seluruh lapangan paru
d) Auskultasi : bunyi napas tambahan seperti napas stridor,ronkhi pada klien
dengan peningkatan produksi sekret dan kemampuan batuk yang menurun
yang sering didapatkan pada klien dengan inaktivitas
3. B2 (Blood)
Pada umumnya klien dengan mutiple sclerosis tidak mengalami gangguan pada
sistem kardiovaskuler.akibat dari tirah baring lama dan inaktivitas biasanya klien
mengalami hipotensi postural.
4. B3 (Brain)
Pengkajian B3 (brain) merupakan pengkajian fokus atau lebih lengkap
dibandingkan pengkajian pada sistem lainnya. Inspeksi umum didapatkan
berbagai manifestasi akibat perubahan tingkah laku.
5. B4 (Bladder)
Disfungsi kandung kemih. Lesi pada traktus kortokospinalis menimbulkan
gangguan pengaturan spingtersehingga timbul keraguan, frekuensi dan urgensi
yang menunjukkan berkurangnya kapasitas kandung kemih yang spatis.selalin itu
juga timbul retensi dan inkontinensia.
6. B5 (Bowel)
Pemenuhan nutrisi berkurang berhubungan dengan asupan nutrisi yang kurang
karena kelemahan fisik umum dan perubahan status kognitif. Penurunan aktivitas
umum klien sering mengalami konstipasi.
7. B6 (Bone)
Pada keadaan pasien mutiple sclerosisbiasanya didapatkan adanya kesuliatan
untuk beraktivitas karena kelemahan spastik anggota gerak.kelemahan anggota
gerak pada satu sisi tubuh atau terbagi secara asimetris pada keempat anggota
gerak.merasa lelah dan berat pada satu tungkai, dan pada waktu berjalan terlihat
jelas kaki yang sebelah terseret maju, dan pengontrolan yang kurang sekali. Klien
dapat mengeluh tungkainya seakan-akan meloncat secara spontan terutama
apabila ia sedang berada di tempat tidur.keadaan spatis yang lebih berat disertai
dengan spasme otot yang nyeri.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Hambatan mobilitas fisik berhubungan demngan kelemahan, paresis, dan
spastisitas
b. Resiko cedera berhubungan dengan kerusakan sensori dan penglihatan,
dampak tirah baring lama dan kelemahan spastic
c. Perubahan pola eliminasi urin berhubungan dengan  kelumpuhan saraf
perkemihan
3. Intervensi Keperawatan
a. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kelemahan,
paresis, dan spastisitas
Tujuan :
Dalam waktu 3 x 24 jam klien mampu melaksanakan aktifitas fisik sesuai dengan
kemampuannya
Kriteria hasil :
1. Klien dapat  ikut serta dalam program latihan
2. Tidak terjadi kontraktor sendi
3. Bertambahnya kekuatan otot
4. Klien menunjukkan tindakkan untuk meningkatkan mobilitas
Intervensi :
1. Kaji mobilitas yang ada dan observasi terhadap peningkatan kerusakan, kaji
secara teratur fungsi motorik
Rasional : mengetahui tingkat kemampuan klien dalam melakukan aktifitas
2. Modifikasi peningkatan mobilitas fisik
Rasional : relaksasi dan koordinasi latihan otot meningkatkan efisiensi otot
pada klien multipel sklerosis.
3. Anjurkan teknik aktifitas dan teknik istirahat
Rasional : klien dianjurkan untuk melakukan aktifitas melelahkan dalam
waktu singkat, karena lamanya latihan yang melelahkan ekstremitas dapat
menyebabkan paresis, kebas, atau tidak ada koordinasi.
4. Ajarkan teknik latihan jalan
Rasional : Latihan berjalan meningkatkan gaya berjalan, karena umumnya
pada keadaan tersebut kaki dan telapak kaki kehilangan sensasi positif.
5. Ubah posisi klien tiap 2 jam
Rasional : menurunkan resiko terjadinya iskemia jaringan akibat sirkulasi
darah yang jelek pada daerah yang tertekan.
6. Ajarkan klien untuk melakukan latihan gerak aktif pada ekstermitas yang tidak
sakit
Rasional : Gerakan aktif memberikan massa, tonus dan kekuatan otot serta
memperbaiki funsi jantung dan pernapasan
7. Lakukan gerak pasif pada ekstermitas yang sakit.
Rasional : otot volunteer akan kehilangan tonus dan kekuatannya bila tidak
dilatih untuk digerakan.
8. Bantu klien melakukan latihan ROM, perawatan diri sesuai toleransi
Rasional : untuk memelihara fleksibilitas sendi sesuai kemampuannya
9. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien
Rasional : peningkatan kemampuan dalam mobilisasi ektremitas dapat
ditingkatkan dengan latihan fisik dari tim fisioterapi
b. Resiko cedera berhubungan dengan kerusakan sensori dan
penglihatan, dampak tirah baring lama dan kelemahan spastic
Tujuan :
Dalam waktu 3x 24 jam resiko trauma tidak terjadi
Kriteria hasil :
a. Klien mau berpartisipasi terhadap pencegahan trauma
b. Decubitus tidak terjadi
c. Kontraktur sendi tidak terjadi
d. Klien tidak jatuh dari tempat tidur
Intervensi :
1. Pertahankan tirah baring dan imobilisasi sesuai indikasi
Rasional : meminimalkan rangsangan nyeri akibat gesekkan antara fragmen
tulang dengan jaringan lunak disekitarnya
2. Berikan kacamata yang sesuai dengan klien
Rasional : tameng mata atau kacamata penutup dapat digunakan untuk
memblok implus penglihatan pada satu mata bila klien mengalami diplopia
atau penglihatan ganda
3. Minimalkan efek imobilitas.
Rasional : oleh karena aktifitas fisik dan imobilisasi sering terjadi pada
multipel sklerosis, maka komlikasi yang di hubungkan dengan imobilisasi
mencakup dekubitus dan langka untuk mencegahnya
4. Modifikasi pencegahan cedera
Rasional : pencegahan cedera dilakukan pada klien multipel sklerosis jika
disfungsi motorik menyebabkan masalah dalam tidak ada koordinasi dan
adanya kekakuan atau jika ataksia ada, klien resiko jatuh.
5. Modifikasi lingkungan
Rasional : untuk mengatasi ketidak mampuan, klien di anjurkan untuk
dengan kaki kosong pada ruang yang luas untuk menyediakan dasar yang
luas dan untuk meningkatkan kemampuan berjalan dengan stabil
6. Ajarkan teknik berjalan
Rasional : jika kehilangan sensasi terhadap posisi tubuh, klien di anjurkan
untuk melihat kaki sambil berjalan
7. Berikan terapi okupasi
Rasional : terapi okupasi merupakan sumber yang membantu individu
dalam memberi anjuran dan menjamin bantuan untuk maningkatkan
kemandirian
8. Meminimalkan resiko decubitus
Rasional : oleh karena hilangnya sensori dapat menyebabkan bertambahnya
kehilangan gerakkan motoric. Decubitus terus diatasi untuk inegritas
kulit.Penggunaan kursi roda meningkatkan resiko.
9. Inspeksi kulit dibagian distal setiap hari (pantau kulit dan membran mukosa
terhadap iritasi, kemerahan, atau lecet-lecet)
Rasional : deteksi dini adanya gangguan sirkulasi dan hilangnya sensasi
resiko tinggi kerusakan integritas kulit kemungkinan komplikasi imobilisasi
10. Evaluasi tanda/gejala perluasan cedera jaringan (peradangan lokal /
sistemik, sperti peningkatan nyeri, edema dan demam)
Rasional : menilai perkembangan masalah klien

c. Perubahan pola eliminasi urin yang berhubungan dengan


kelumpuhan saraf perkemihan
Tujuan :
Dalam waktu 2 x 24 jam eliminasi urin terpenuhi
Kriteria hasil :
1) Pemenuhan eliminasi urin dapat dilaksanakan dengan atau tidak
mengguanakan keteter
2) Produksi 50 cc/jam
3) Keluhan eliminasi urin tidak ada
Intervensi :
1. Kaji pola berkemih dan catat urin setiap 6 jam
Rasional : mengetahui fungsi ginjal
2. Tingkatkan kontrol berkemih dengan cara berikan dukungan pada klien
tentang pemenuhan eliminasi urin, lakukan jadwal berkemih, ukur jumlah
urin tiap 2 jam
Rasional : jadwal berkemih diatur awalnya setiap 1 sampai 2 jam dengan
perpanjangan interfal waktu bertahap. Klien diinstruksikan untuk mengukur
jumlah air yang di minum setiap 2 jam dan mencoba untuk berkemih 30
menit setelah minum.
3. Palpasi kemungkinan adanya distensi kandung kemih
Rasional : menialai perubahan akibat dari inkontinensial urin
4. Anjurkan klien untuk minum 2000 cc/hari
Rasional : mempertahankan funsi ginjal
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sklerosis multipel  merupakan  penyakit degenerasi yang menyerang sistem


saraf pusat yaitu otak dan medula spinalis . Penyakit ini ditandai dengan adanya
kelemahan, mati rasa, hilangnya fungsi pendengaran dan penglihatan  yang
biasanya terjadi pada umur 18-40 tahun. Banyak pasien yang menderita multipel
sklerosis hidup normal diantara periode kambuhnya penyakit. Beberapa pasien
yang penyakitnya lebih parah dibutuhkan perawatan yang intensif di rumah.
Kebanyakan pasien yang menderita multipel sklerosis mengalami kelemahan,
penurunan imunitas, gangguan perkemihan, disfungsi sexual, kelemahan,
perubahan interaksi social. Pasien membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri
dengan penyakit yang dialaminya, dan beberapa pasien perlu dilakukan konseling
dan psikotherapi untuk mengatasi perubahan tubuh yang dialaminya. Walaupun
obat untuk kesembuhan belum ada namun  penanganan medis dan  asuhan
keperawatan yang tepat diperlukan agar pasien dapat menjalani aktifitas sehari-
hari dengan optimal.

B. Saran

Sebagai perawat disarankan untuk memberi dukungan kepada pasien, dan


menganjurkan pasien maupun keluarga untuk tidak putus asa terhadap
kemungkinan buruk yang akan terjadi, serta menganjurkan pasien untuk
mengikuti terapi yang dianjurkan. Selain itu juga perawat harus memperhatikan
personal hygiene untuk mengurangi dampak yang terjadi pada saat memberikan
pelayanan kesehatan pada penderita multiple skleriosis.
BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

W.A NewmanDorland.2010.Kamus Kedokteran Dorland.edisi 31.Jakarta:EGC


Nursing.2011.memahami berbagai macam penyakit.Cetakan 2.Jakarta Barat:PT
Indeks
http://asuhankeperawatangastroenteritis.blogspot.com/2012/12/askep-multiple
sclerosis.html
(diakses pada tanggal 16 februari 2013)
http://be11nursingae.blogspot.com/2009/06/askep-mutiple-sklerosis.html
(diakses pada tanggal 16 februari 2013)
http://askep-askeb.blogspot.com/2009/10/multiple-sclerosis.html
(diakses pada tanggal 16 februari 2013)
http://nswahyunc.blogspot.com/2012/06/askep-multipel-sklerosis.html
(diakses pada tanggal 16 februari 2013)
http://materikeperawatanerna.blogspot.com/2012/05/askep-multiple-
sklerosis.html
(diakses pada tanggal 16 februari 2013)
http://www.totalkesehatananda.com/ms5.html
(diakses pada tanggal 16 februari 2013)

Anda mungkin juga menyukai