LINGKUNGAN
LINGKUNGAN
LOTS (Low Order Thinking Skills) merupakan keterampilan berpikir dibawah rata-
rata berada pada kategori mudah. terdapat tingkatan C1 yaitu mengingat, C2 yaitu
memahami dan C3 yaitu aplikasi.
HOTS (High Order Thinking Skills) yaitu keterampilan berpikir diatas rata-rata
berada padakategori yang sulit. terdapat tingkatan C4 yaitu analisis dan C5 yaitu
mengevaluasi.
Saya setuju dengan pendapat mba Shaila, selain itu LOTS konsep berpikirnya dengan
cara mengingat, memahami dan menerapkan. Biasanya soal berpikir LOTS lebih
terfokus pada materi yang diingat, mengandalkan kemampuan hafalan siswa,
sedangkan HOTS (Higher Order Thinking Skill = HOTS) yaitu konsep berpikir yang
lebih banyak mengandalkan seorang siswa untuk berpikir kritis, soalnya tidak lagi
mengandalkan hafalan siswa tetapi berlatih menemukan kunci atau cara dalam
menyelesaikan soal, siswa berfokus pada konsep menalar.
Kita tahu bahwa LOTS dan HOTS itu berbeda. Oleh karena itu dari diskusi kelompok
5 tentang LOTS dan HOTS dapat disimpulkan sebagai berikut:
LOTS (Lower Order Thinking Skills) yang artinya keterampilan dalam berpikir pada
tingkat yang lebih rendah, yaitu keterampilan dalam mengingat, memahami, dan
mengaplikasikan suatu materi pelajaran.
HOTS (Higher Order Thinking Skills) yang berarti keterampilan berpikir pada tingkat
yang lebih tinggi, yaitu keterampilan dalam menganalisis suatu permasalahan,
mengevaluasi, dan mencipta. HOTS terdiri dari dua keterampilan berpikir, yaitu
keterampilan berpikir kritis dan keterampilan berpikir kreatif. Dalam keterampilan
berpikir kritis, yaitu dengan menganalisis suatu permasalahan,
mengevaluasi, dan mengambil kesimpulan. Sedangkan keterampilan berpikir
kreatif yaitu dengan berimajinasi dan menghasilkan sesuatu.
Saya setuju dengan pendapat Shaila. Di mana kita tahu bahwa siswa SMP menginjak
usia remaja yaitu sekitar 12-15 tahun. Di masa ini juga pemikiran mereka lebih
abstrak, logis dan idealistik. Dengan karakteristik tersebut siswa smp masih perlu
bimbingan dari guru sehingga menggunakan strategi pembelajaran yang bersifat
demokratis dengan menerapkan model bimbingan bagi siswa, baik secara individu
maupun kelompok.
Sedangkan karakteristik siswa SMA sudah mengalami kemjauan cara berpikir,
membedakan mana yang benar dan salah. Sehingga siswa SMA dapat mengambil
keputusan karena pada tahap ini siswa sudah mulai aktif untuk menerima pendapat
dan memilih keputusan yang baik.
Prinsip pembelajaran merupakan hal yang perlu diperhatian oleh guru dalam
merumuskan dan menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Prinsip pembelajaran:
Siswa diasumsikan sebagai subjek yang aktif dan memiliki kemampuan dan dorongan
belajar dan mencari tahu.
Pembelajaran di sekolah harus mampu mengembangkan kompetensi siswa secara
fungsional.
Pembelajaran harus mampu mengembangkan kemampuan kreativitas siswa, tidak
hanya kemampuan-kemampuan reproduktif.
Tujuan pembelajaran bukan hanya pembentukan sikap dan keterampilan yang
diajarkan tetapi juga diharapkan mampu mamacu keterampilan-keterampilan hidup
yang lain yang tidak tercantum secara jelas di dalam kurikulum.
Informasi belajar bukan hanya dari guru, tetapi dari sumber-sumber lain seperti
internet, buku, dan lainnya.
Pembelajaran yang efektif harus mampu menuntun siswa untuk mencapai kompetensi
yang telah ditetapkan.
aya setuju dengan pendapat dari Lisa, bahwa siswa diasumsikan sebagai subjek aktif
dan memiliki dorongan belajar.
Guru harus menyediakan pengalaman belajar dengan mengaitkan pengetahuan yang
telah dimiliki siswa sedemikian rupa sehingga belajar melalui proses pembentukan
pengetahuan. Dengan begitu siswa akan lebih mudah memahami da mudah
berpendapat. Guru juga harus menyediakan berbagai alternatif pengalaman belajar,
tidak semua mengerjakan tugas yang sama, misalnya suatu masalah dapat
diselesaikan dengan berbagai cara. Sehingga, cara berfikir siswa akan berkembang.
Dalam hal ini, guru dapat memanfaatkan berbagai media termasuk komunikasi lisan
dan tertulis sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif.
PERTEMUAN 5
Kesimpulan hasil diskusi kelompok 5
Masalah adalah sebuah situasi yang dihadapi oleh seseorang secara individu maupun kelompok yang membutuhkan penyelesaian dengan
mencari jalan keluarnya. Jalan keluar dalam penyelesaiannya tidak memiliki cara langsung yang dapat menentukan solusinya. Artinya dalam
situasi tersebut harus menunjukan adanya suatu tantangan untuk dicari solusinya.
Pembelajaran matematika bisa sebagai solusi dalam penyelesaian suatu masalah karena pada dasarnya matematika selalu berhubungan
dengan permasalahan yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Di dalam pembelajaran matematika, pemecahan masalah dapat ditemukan
pada soal cerita ataupun soal yang tidak rutin dalam kehidupan sehari-hari. Namun tidak semua soal matematika dapat dikategorikan sebagai
soal pemecahan masalah. Jika suatu soal yang diberikan pada siswa dan siswa langsung tahu cara pemecahannya, maka soal tersebut tidak
termasuk soal yang bertipe pemecahan masalah.
Kemampuan pemecahan masalah matematis adalah suatu potensi yang dimiliki siswa
atau kesanggupan siswa dalam memecahkan dan menyelesaikan soal matematika.
Yaitu dengan mengkombinasikan konsep yang ada dengan cara memahami masalah,
membuat rencana pemecahan masalah, melaksanakan rencana penyelesaian, dan
memeriksa kembali hasil yang telah diperoleh. Dengan memanfaatkan pengetahuan
matematika yang telah diperoleh sebelumnya, siswa dapat mengembangkan
pemahaman matematis baru. Dalam menyelesaikan suatu masalah matematis
dibutuhkan penalaran, pemahaman konsep dan keterampilan. Masalah dalam
pembelajaran matematika biasanya berbentuk soal cerita.
Contoh:
Sarah, Diva, dan Zaskia sama-sama ikut club volly, namun jadwal latihan nya
berbeda. Sarah latihan volly setiap 4 hari sekali, Diva latihan volly setiap 5 hari
sekali, dan Zaskia latihan volly setiap 7 hari sekali. Jika pada tanggal 30 Oktober
2020 mereka sama-sama latihan volly, tanggal berapakah mereka akan sama-sama
latihan volly kembali?
Dari contoh soal tersebut, siswa tidak dapat secara langsung mengetahui jawabannya.
Namun siswa harus dapat memahami soal tersebut terlebih dahulu, bagaimana bentuk
model matematika dan bagaimana penyelesaian dari soal tersebut.
Dalam menjawab soal, siswa mungkin saja menjumlahkan 1/2 dan 2/3 dan hasilnya
7/6. Jelas ini keliru, karena 7/6 lebih besar dari keseluruhan ladang. Pengetahuan awal
terkait masalah yang perlu dimiliki siswa adalah pengenalan pecahan bahwa pecahan
pasti sebagian kecil dari sesuatu, 1/2 adalah satu bagian dari dua bagian yang sama,
2/3 adalah dua bagian dari tiga bagian yang sama. Bila pengerjaan siswa seperti yang
dicontohkan di atas, artinya siswa belum memahami masalah sehingga siswa tidak
bisa memahami apa yang diinginkan dari soal, yaitu 2/3 dari 1/2 bagian.
Kemampuan pemecahan masalah matematis tidak hanya terbatas pada soal
matematika saja, namun kemampuan pemecahan masalah matematis meliputi
keterampilan pada diri peserta didik agar mampu menggunakan kegiatan matematik
untuk memecahkanmasalah dalam ilmu lain ataupun masalah dalam kehidupan
sehari-hari.
Contohnya dalam ilmu biologi, dalam penelitian pertumbuhan kecambah siswa
diminta untuk mengukur panjang kecambah setiap hari dalam satu minggu dan
menghitung rata-rata panjang kecambah. Dari situ kita lihat bahwa kita menggunakan
kegiatan matematika dalam penelitian yaitu mengukur panjang kecambah dan
menghitung rata-rata panjang kecambah dalam satu minggu.
menentukan apa yang diketahui dari soal dan apa yang ditanyakan dari soal
diketahui: panjang lapangan (p) = 110 m
lebar lapangan (l) = 1/2 . p
ditanya: berapa panjang lintasan yang ditempuh agung?
mengidentifikasi strategi pemecahan masalah, membuat rencana untuk menyelesaikan masalah dalam soal tersebut
mengecek dan kengoreksi kembali jawaban yang telah diperoleh dan membuat kesimpulan dari jawaban yang sudah diperoleh
k = 2 (p + l)
330 = 2 (110 + 55)
330 = 2 (165)
330 = 330
jadi, panjang lintasan yang ditempuh agung sebanyak 3 kali adalah 330 x 3 = 990 meter
PERTEMUAN 6
Hasil diskusi kelompok 5
Discovery Learning adalah proses pembelajaran yang menuntut siswa lebih aktif. Hal ini berarti bahwa siswa secara
mandiri mengembangkan aktivitas intelektual dan aktivitas nalarnya agar dapat memahami suatu materi pelajaran sehingga mendapatkan
ilmu pengetahuan, di mana guru hanya berperan dalam menyampaikan materi secara langsung kepada siswa, namun siswa itu sendiri yang
mengelola dan mengembangkan materi dengan cara berfikir analisis dan problem solving. Penerapan model discovery learning ini bertujuan
agar siswa mampu memahami materi sebaik mungkin dan pembelajaran lebih terasa bermakna, sehingga hasil belajar siswa pun akan
meningkat.
Tambahan kesimpulan dari kelompok 5
Discovery learning menurut kelompok 5 sudah berjalan dengna baik karena teknik ini dapat membantu siswa untuk
mengembangkan,memperbanyak kesiapan serta penguasaan keterampilan dalam proses kognitif atau pengenalan siswa, membantu siswa
untuk memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan proses penemuan sendiri.
Berdasarkan dari hadil diskusi kelompok 5, kami menyimpulkan perbedaan pendekatan pembelajaran, model pembelajaran dan metode
pembelajaran.
Pendekatan pembelajaran merupakan sudut pandang atau titik tolak guru terhadap proses berlangsungnya pembelajaran, yang merujuk
terhadap pandangan akan terjadinya sebuah proses yang sifatnya masih sangat general atau umum, didalamnya mewadahi, menguatkan,
menginsiprasi dan melatari metode dalam suatu pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Pendekatan Pembelajaran adalah cara
seorang guru dalam melaksanakan metode pembelajaran, namun lebih kepada tindakan guru dalam melakukan suatu pembelajaran secara
lebih khusus.
Model pembelajaran adalah sebuah bentuk pembelajaran yang tergambarkan dari awal sampai akhir pembelajaran yang dikemas secara khas
oleh seorang pendidik. Dengan kata lain, model pembelajaran adalah bingkai atau bungkus dari pengaplikasian suatu metode, pendekatan
dan teknik pembelajaran.
Metode pembelajaran bisa diartikan sebagai sebuah cara yang dipergunakan dalam pengimplementasian rencana yang telah disusun dalam
suatu kegiatan nyata untuk mencapai tujuan pembelajaran. Atau bisa dikatakan juga suatu cara atau proses penyampaian materi dan
pengetahuan yang disusun secara sistematis serta terukur kepada peserta didik dalam suatu kegiatan belajar mengajar demi mencapai tujuan
tertentu yang sudah ditetapkan. Contoh metode pembelajaran antara lain teacher centered method dan student centered method.
Discovery Learning adalah salah satu metode dalam membangun database dengan mengutamakan teori peran dalam menciptakan situasi
belajar yang melibatkan siswa belajar secara mandiri.Maka Discovery Learning adalah suatu model pembelajaran yang mengembangkan cara
belajar aktif siswa dengan menemukan sendiri, belajar sendiri, dan hasil yang diperoleh sebagai pemahaman yang belajar dengan bimbingan
guru. Pembelajaran ini menekankan siswa yang belajar secara pasif akan menjadi lebih aktif dan kreatif, atau biasa disebut pembelajaran
dari guru yang berorientasi menjadi siswa yang berorientasi.
Apakah perbedaan pendekatan, model, dan metode pembelajaran?
Pendekatan adalah konsep dasar yang mewadahi,menginsipi rasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis
tertentu. Pendekatan lebih menekankan pada strategi dalam perencanaan. Pendekatan ini menjadi titik tolak atau sudut pandang kita
terhadap proses pembelajaran yang di dalamnya, mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan
cakupan teoritis tertentu.
Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru di kelas.
Dalam model pembelajaran terdapat strategi pencapaian kompetensi siswa dengan pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
Metode pembelajaran adalah prosedur, urutan, langkah- langkah, dan cara yang digunakan guru dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
misalnya melalui ceramah, demonstrasi, diskusi, simulasi, laboratorium, pengalaman lapangan, brainstorming, debat, simposium, dan
sebagainya. Adapun beberapa contoh metode pembelajaran antara lain teacher centered method dan student centered method.
dimana guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik siap belajar, sehingga peserta didik dapat memahami
dengan jelas prosedur dan aturan dalam pembelajaran, serta memotivasi siswa belajar.
guru menyampaikan informasi kepada peserta didik, sebab informasi ini merupakan isi akademik. Guru mempresentasikan informasi kepada
peserta didik secara verbal atau dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
Fase ke tiga yaitu ORGANIZE STUDENT INTO LEARNING TEAM,
guru memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok melakukan transisi
yang efisien, kekacauan bisa terjadi pada fase ini, oleh sebab itu transisi pembelajaran dari dan ke kelompok-kelompok belajar harus
diorkestrasi secara cermat. Guru harus menjelaskan bahwa peserta didik harus saling bekerja sama di dalam kelompok. Penyelesaian tugas
kelompok harus merupakan tujuan kelompok. Tiap anggota kelompok memiliki akuntabilitas individual untuk mendukung tercapainya tujuan
kelompok. Pada fase ke tiga ini terpenting jangan sampai ada free rider atau anggota yang hanya menggantungkan tugas kelompok pada
individu lainnya.
guru membantu tim-tim belajar selama peserta didik mengerjakan tugasnya, guru perlu mendampingi tim-tim belajar, guru harus
memberikan petunjuk, pengarahan dan mengingatkan tugas yang dikerjakan peserta didik dan waktu yang dialokasikan.
guru mengevaluasi dan menguji pengetahuan peserta didk mengenai berbagai materi pembelajaran atau kelompok-kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya.
guru mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan prestasi individu maupun kelompok guru yaitu berupa reward atau penghargaan. Variasi
struktur reward bersifat individualistis, kompetitif, dan kooperatif. Struktru reward individualistis terjadi apabila sebuah reward dapat
dicapai tanpa tergantung pada apa yang dicapai orang lain. Struktur reward kompetitif adalah jika peserta didik peserta didik diakui usaha
individualnya berdasarkan pada perbandingan dengan orang lain. Struktur reward kooperatif diberikan kepada tim meskipun anggota tim-
timnya saling bersaing.
5. Group Investigation
Group Investigationn merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa
untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran
atau siswa dapat mencari melalui internet. Siswa dilibatkan sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk
mempelajarinya melalui investigasi. Tipe ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam
keterampilan proses kelompok. Model Group Investigation dapat melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri.
Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.
7. Snowball Throwing
Snowball secara etimologi berarti bola salju, sedangkan throwing artinya melempar. Snowball Throwing secara keseluruhan dapat diartikan
melempar bola salju. Menurut Saminanto, metode pembelajaran Snowball Throwing disebut juga metode pembelajaran gelundungan bola
salju. Metode pembelajaran ini melatih siswa untuk lebih tanggap menerima pesan dari siswa lain dalam bentuk bola salju yang terbuat dari
kertas, dan menyampaikan pesan tersebut kepada temannya dalam satu kelompok. Sedangkan menurut Kisworo metode pembelajaran
snowball throwing adalah suatu metode pembelajaran yang diawali dengan pembentukan kelompok yang diwakili ketua kelompok untuk
mendapat tugas dari guru kemudian masing-masing siswa membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan) lalu dilempar
ke siswa lain yang masing-masing siswa menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh.
11. Jigsaw
Model Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah sebuah model belajar kooperatif yang menitik beratkan kepada kerja kelompok siswa
dalam bentuk kelompok kecil, seperti yang diungkapkan Lie ( 1993: 73), bahwa pembelajaran kooperatif model jigsaw ini merupakan model
belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri atas empat sampai dengan enam orang secara heterogen dan
siswa bekerja sama salaing ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri.
Dalam model pembelajaran jigsaw ini siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengemukanakan pendapat, dan mengelolah imformasi yang
didapat dan dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasii, anggota kelompok bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya dan
ketuntasan bagian materi yang dipelajari, dan dapat menyampaikan kepada kelompoknya (Rusman, 2008.203).
1. Peserta didik akan terbiasa menghadapi masalah (problem posing) dan merasa tertantang untuk menyelesaikan masalah, tidak
hanya terkait dengan pembelajaran dalam kelas, tetapi juga menghadapi masalah yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari.
2. Memupuk solidaritas sosial dengan terbiasa berdiskusi dengan teman-teman sekelompok kemudian berdiskusi dengan teman-
teman sekelasnya.
4. Karena ada kemungkinan suatu masalah harus diselesaikan peserta didik melalui eksperimen hal ini juga akan membiasakan
peserta didik dalam menerapkan metode eksperimen.
5. Akan memudahkan peserta didik dalam menguasai konsep-konsep materi karena terbiasa memecahkan masalah dalam
pembelajaran maupun kehidupan nyata.
6. Mengembangkan kemampuan peserta didik untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan
dengan pengetahuan baru.
9. Siswa bisa mengetahui bahwa setiap pembelajaran pada hakikatnya adalah cara berpikir, tidak hanya belajar melalui buku dan
guru secara mentah.
10. Merangsang siswa untuk belajar secara kontinu. Belajar secara kontinu yaitu belajar secara berkelanjutan dan terus-menerus,
sehingga proses pembelajaran itu dapat menjadi kebiasaan yang tertanam dalam diri siswa.
1. bila pembelajar tidak mempunyai inisiatif atau semangat dan permasalahan terlalu sulit dipecahkan, siswa akan merasa jenuh
untuk hanya sekedar mencoba. caranya, dengan membuat beberapa variasi metode belajar yang berbeda seperti membuat
pembagian peran, studi kasus, simulasi, debat, transfer pengetahuan secara singkat, diskusi, presentasi dengan audio-visual, kerja
kelompok kecil dan sesekali belajar di luar kelas. dengan menciptakan suasana kelas yang kondusif. Karena kelas yang aman dan
tidak mendikte umumnya akan membuat siswa merasa didukung untuk berusaha.
2. apabila siswa mengalami kegagalan atau kurang percaya diri dengan minat yang rendah maka siswa enggan untuk mencoba lagi
3. PBL membutuhkan waktu yang cukup untuk persiapan. dalam melaksanakan PLB guru dituntut untuk mampu memilih metode
pembelajaran yang tepat, apabila metode pembelajaran yang digunakan guru itu tepat maka pencapaian tujuan pembelajaran akan
lebih mudah tercapai, sehingga nilai ketuntasan belajar siswa akan meningkat, minat dan motivasi belajar siswa juga akan
meningkat dan akan tercipta suasana pembelajaran yang menyenangkan. guru mampu memilih dan menggunakan fasilitas
pembelajaran, mampu memilih dan menggunakan alat evaluasi, mampu mengelola pembelajaran di kelas maupun di laboratorium,
menguasai materi, dan memahami karakter siswa.
4. apabila pemahaman peserta didik kurang tentang masalah yang akan dipecahkan maka motivasi peserta didik untuk belajar akan
berkurang.
Kelemahan dari PBL yaitui bila pembelajar tidak mempunyai inisiatif atau semangat dan permasalahan terlalu sulit dipecahkan, siswa akan
merasa jenuh untuk hanya sekedar mencoba. Dan juga kesuksesan PBL harus mengorbankan persiapan dan waktu yang tidak sedikit. Serta
pemahamanyang kurang akan berdampak pada siswa dalam memotivasi diri dalam pemecahan masalah.