Anda di halaman 1dari 3

PERNYATAAN MASALAH

Anak sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan makhluk sosial, sejak dalam

kandungan sampai melahirkan mempunyai hak atas hidup dan merdeka serta

mendapat perlindungan baik dari orang tua, keluarga, masyarakat, bangsa dan

negara (Abdussalam dan Desasfuryanto, 2014). Dalam konsideran UU No. 23

Tahun 2002 tentang perlindungan anak, dikatakan bahwa anak adalah amanah

dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya melekat harkat dan

martabat sebagai manusia seutuhnya. Lebih lanjut dikatakan bahwa anak adalah

tunas, potensi, dan generasi muda penerus cita-cita perjuangan bangsa, memiliki

peran strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus yang menjamin kelangsungan

eksistensi bangsa dan negara pada masa depan (Djamil, 2013).

Kasus tindakan kekerasan dan pelanggaran terhadap hak anak, acap kali

kurang memperoleh perhatian publik, karena selain data dan laporan tentang

kasus Child abuse memang nyaris tidak ada, juga karena kasus ini sering kali

masih terbungkus oleh kebiasaan masyarakat yang meletakkan masalah ini

sebagai persoalan internal keluarga, dan tidak layak atau tabu untuk diekspos

keluar secara terbuka. Secara teoretis kekerasan terhadap anak (child abuse)

dapat didefinsikan sebagai peristiwa pelukaan fisik, mental, ataupun seksual yang

umumnya dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai tanggung jawab terhadap

kesejahteraan anak yang mana itu semua diindikasikan dengan kerugian dan

ancaman terhadap kesehatan dan kesejahteraan anak (Suyanto, 2013).


Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas Anak) mencatat sepanjang

Januari sampai Oktober 2013 terdapat 2.792 kasus pelanggaran hak anak. Dari

jumlah itu 1.424 adalah kasus kekerasan, dimana 730 diantaranya adalah

kekerasan seksual. Data Komnas Anak mencatat berdasar pengaduan

masyarakat melalui program Hotline Service, pengaduan langsung, surat menyurat

cetak dan pesan elektronik sepanjang Januari-Oktober 2013, Komnas Anak

menerima 2.792 kasus pelanggaran hak anak, dari kasus itu 1.424 kasus

kekerasaan. Dari jumlah itu kekerasan seksual menduduki posisi teratas yakni 730

kasus, kekerasan fisik 452 kasus dan kekerasan psikis 242 kasus (Suara

Pembaharuan, 2013).

Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak (P2TP2A)

Provinsi NTT dalam laporannya menjelaskan bahwa selama tahun 2012 sebanyak

101 kasus kekerasan perempuan dan anak yang ditangani, 25 orang diantaranya

adalah usia anak-anak. Tahun 2013 menurun menjadi 97 kasus kekerasan anak

dan perempuan, sebanyak 26 orang diantaranya usia anak-anak. Jumlah anak-

anak yang mengalami kekerasan anak ini hanya didasarkan atas data yang

terlaporkan, diduga kasus kekerasan anak yang tidak dilaporkan jumlahnya lebih

banyak lagi (Widodo dkk, 2014).

Berdasarkan data Rumah Perempuan Kupang menangani kekerasan pada

anak tahun 2013 sebanyak 33 kasus yang terdiri dari 28 kasus kekerasan seksual,

3 kasus kekerasan fisik dan 2 kasus kekerasan Psikis. Sedangkan tahun 2014,

kekerasan pada anak meningkat menjadi 64 kasus yang terdiri dari 49 kasus

kekerasan seksual, 9 kasus kekerasan fisik dan 6 kasus kekerasan psikis. Data
dari Polresta Kupang Kota, kekerasan pada anak tahun 2014 terdiri dari 30 kasus

kekerasan seksual, 6 kasus kekerasan kekerasan fisik dan 1 kasus kekerasan

psikis. Di Harian Timor Express (26/02/2015) diberitakan Seorang ayah memukul

putrinya hingga meninggal dikarenakan anaknya bolos sekolah dan bersama

rekan sekelasnya berekreasi ke pantai (Tapenu, 2015).

Berdasarkan pernyataan masalah dan skala masalah makalah saya

mengajuhkan judul penelitan : Perbandingan Kejadian Child Abuse Pada Anak

Usia Sekolah (Kelas 4, 5, dan 6) di Kota……. dengan SD di

Desa……………….. .

Kupang, ………………….2020

Mahasiswa

(…………………….)

NIM :…..

Menyetuhui

Pembimbing I Pembimbin II

(………………………..) (………………………..)

Anda mungkin juga menyukai